Вы находитесь на странице: 1из 18

Sejarah Asia Selatan

1. Pendahuluan Asia Selatan adalah sebuah wilayah geopolitik di bagian selatan benua Asia, terdiri dari daerah-daerah di dan sekitar anak benua India. Wilayah ini dibatasi oleh Asia Barat, Tengah, Timur, dan Tenggara. Wilayah Asia Selatan meliputi 10% luas benua Asia, kira-kira 4.480.000 km tetapi populasinya mencakup 40% populasi Asia. Kebanyakan dari daerah itu mendapat pengaruh budaya India. Umumnya, yang disebut Asia Selatan adalah negara-negara atau daerah berikut: Bangladesh Bhutan India Maladewa Nepal Pakistan Sri Lanka Teritori Britania di Samudera Hindia Seluruh wilayah tersebut, kecuali Tibet dan Teritori Britania, tergabung dalam South Asian Association for Regional Cooperation bersama Afganistan. Subwilayah Asia Selatan di PBB mencakup wilayah di atas ditambah Afganistan dan Iran. Iran memang kadang dimasukkan ke Asia Selatan, walaupun kadang juga disebut Asia Barat. Selain itu, Myanmar juga kadang digolongkan ke Asia Selatan. Istilah anak benua India lebih tepat dipakai untuk wilayahwilayah yang terletak di Lempeng India. Kawasan Asia Selatan mempunyai sejarah yang panjang. Peradaban kuno berkembang di sekitar Lembah Sungai Indus. Masa sebelum abad ke-18 merupakan masa keemasan kawasan ini, saat Kekaisaran Mughal berkuasa di sebelah utara. Penguasa kolonial Eropa kemudian memimpin penjelajahan kawasan ini, awalnya Portugis dan Belanda, namun kemudian Kekaisaran Britania dan Perancis. Sebagian besar dari Asia Selatan memperoleh kemerdekaan dari Eropa pada akhir 1940-an. 2. Pembahasan 2.1. Sejarah Asia Selatan

a. Peradaban Sungai Indus Lembah sungai Indus terletak di Pakistan. Penduduk asli Lembah sungai Indus adalah bangsa Dravida yang berkulit hitam. Di sekitar sungai itu terdapat dua pusat kebudayaan yaitu Mohenjo Daro dan Harappa. Mereka sudah menetap di sana dengan mata pencaharian bercocok tanam dengan memanfaatkan aliran sungai dan kesuburan tanah di sekitarnya. Menurut teori kehidupan bangsa Dravida mulai berubah sejak tahun 2000-an SM karena adanya pendatang baru, bangsa Arya. Mereka termasuk rumpun berbahasa Indo-Eropa dan berkulit putih. Bangsa Arya ini mendesak bangsa Dravida ke bagian selatan India dan membentuk Kebudayaan Dravida namun, sebagian lagi ada yang bercampur antara bangsa Arya dan Dravida yang kemudian disebut bangsa Hindu. Oleh karena itu, kebudayaannya disebut kebudayaan Hindu. Peradaban Sungai Indus, 2800 SM1800 SM, merupakan sebuah peradaban kuno yang hidup sepanjang Sungai Indus dan Sungai Ghaggar-Hakra yang sekarang Pakistan dan India barat. Peradaban ini sering juga disebut sebagai Peradaban Harappan Lembah Indus, karena kota penggalian pertamanya disebut Harappa, atau juga Peradaban Indus Sarasvati karena Sungai Sarasvati yang mungkin kering pada akhir 1900 SM. Pemusatan terbesar dari Lembah Indus berada di timur Indus, dekat wilayah yang dulunya merupakan Sungai Sarasvati kuno yang pernah mengalir. Sindhu yang sekarang lebih dikenal dengan sungai Indus adalah nama salah satu sungai besar di India. Terletak di sekitar daerah Punjab yang mana sekarang ini terbagi menjadi 2, sebagian di India dan sebagian di Pakistan. Pada jaman prasejarah, di lembah sungai Sindhu yang subur terdapat sebuah peradaban manusia. Peradaban manusia ini yang adalah kaum bangsa Arya ini masuk melalui celah - celah pegunungan Hindu Kush lalu menetap pertama kali di lembah Mohanjo Daro dan Harappa di barat laut India. Di sinilah lahirnya agama Hindu yang akar katanya berasal dari nama sungai Sindhu tersebut. Aliran sungai Sindhu sendiri yang dengan aliran anak - anak sungai yang lain kemudian bertemu dan menyatu menjadi aliran sungai Gangga di India Utara. Harappa ialah sebuah kota di Punjab, timur laut Pakistan sekitar 35 km tenggara Sahiwal. Kota ini terletak di bantaran bekas Sungai Ravi. Kota modernnya terletak di sebelah kota kuno ini, yang dihuni antara tahun 3300 hingga 1600 SM. Di kota ini banyak ditemukan relik dari masa Budaya Indus, yang juga terkenal sebagai budaya Harappa. Pada masa itu, Harappa berpenduduk sekitar 40.000 jiwa, yang dianggap besar pada zamannya. b. Kemaharajaan Mughal Kemaharajan Mughal, (Mughal Baadshah, atau sebutan lainnya Mogul) adalah sebuah kerajaan yang pada masa jayanya memerintah Afghanistan, Balochistan, dan kebanyakan anak benua India antara 1526 dan 1857. Kerajaan ini didirikan oleh pemimpin Mongol, Barbur, pada 1526, ketika dia mengalahkan Ibrahim Lodi, Sultan Delhi terakhir pada Pertempuran pertama Panipat. Kata mughal adalah versi Indo-Aryan dari Mongol. Agama rakyat Mughal adalah Islam.

Kerajaan ini sebagian besar ditaklukkan oleh Sher Shah pada masa Humayun, namun di bawah Akbar, kerajaan ini tumbuh pesat, dan terus berkembang sampai akhir pemerintahan Aurangzeb. Jahangir, anak Akbar, memerintah kerajaan ini antara 1605-1627. Pada Oktober 1627 Shah Jahan, anak dari Jahangir mewariskan tahta dan kerajaan yang luas dan kaya di India. Pada abad tersebut, ini mungkin merupakan kerajaan terbesar di dunia. Kaisar Mughal Shah Jahan, memerintahkan pembangunan Taj Mahal antara 1630-1653 di Agra, India. Setelah kematian Aurangzeb pada 1707, kerajaan ini mulai mengalami kemunduran, meskipun tetap berkuasa selama 150 tahun berikutnya. Pada 1739 dia dikalahkan oleh pasukan dari Persia dipimpin oleh Nadir Shah. Pada 1756 pasukan Ahmad Shah merampok Delhi lagi. Kerajaan Britania akhirnya membubarkannya pada 1857 bersama Kekaisaran Humayunis. Masa pemerintahan Mughal, tahun 1500-1600-an, dianggap sebagai zaman keemasan India. Anak Benua India berhasil dipersatukan secara politik sebagai sebuah bangsa, dan dikembangkan secara kultural sebagai masyarakat yang multiagama dan multibudaya. Pada zaman Mughal, untuk pertama kali India menjadi sebuah pemerintahan yang disentralisasikan. Pemerintah berhasil membangun India dalam suasana perdamaian, ketertiban dan stabilitas. Stabilitas politik dan dan kemakmuran melahirkan kehidupan budaya yang menakjubkan. Ilmu, Filsafat, dan berbagai kesenian mencapai kemajuan pesat. Dalam seni rupa dan arsitektur, Kekaisaran Mughal melahirkan sebuah Mazhab unik, Mazhab Mughal. Disini, gaya Persia-Islam dan gaya India-Hindu berpadu dalam sintesis yang indah. Salah satu jejak Mughal yang kecantikannya bertahan ratusan tahun adalah Taj Mahal. Kebesaran Kekaisaran Mughal tidak dinisbatkan kepada pendirinya Babur, keturunan Taymur-i Lang, tetapi kepada Akbar, yang memerintah pada tahun 1542-1605. Sejarah mencatat, Akbar sebagai raja Muslim yang berhasil memerintah sebuah anak benua yang mayoritas beragama Hindu. Ketika ia meninggal, semua pemeluk agama menangisinya. Ia dikenang sebagai sulthaan-I 'aadil, Sang Ratu Adil. Abu al-Fadhl menggambarkan kepada kita pemerintahan Akbar serta ideologi yang mendasarinya dalam tiga jilid 'Ayn-i Akbari dan tiga jilid Akbarnamaa. Akbar ternyata seorang raja sufi yang menghabiskan malam dalam bermunajat kepada Tuhan. Ia mempraktikkan zikir seperti Yaa Hu dan Yaa Haadi sepanjang malam. Ia sering berkhalwat, mengasingkan dirinya dari urusan duniawi, untuk beberapa waktu. Kadang ia pergi ke hutan dengan alasan berburu. Abu al-Fadhl menggambarkannya, "Ia terus menerus berburu, tapi secara bathiniah berjalan bersama Tuhan." Pada tahun 1575, Akbar mendirikan 'Ibadat-khana, rumah ibadat. Disitu semua agama melakukan dialog antaragama dan intraagama. Semua aliran bebas mengeluarkan pendapatnya. Akbr menghidupkan nonsektarianisme dan menyerahkan semua agama pada pengadilan akal. Tak mungkin terjadi dialog antaragama bila setiap agama membuktikan kebenarannya dengan merujuk kitab sucinya. Akbar percaya, dalam dialog yang terbuka tanpa campur-tangan kekuasaan, kebenaran akan lahir. Empat tahun kemudian, Akbar meminta Syaikh Mubarak, seorang yang dikenal sangat alim dan salih, merancang "garis-garis besar haluan negara." Dibalik konsep ini terdapat pandangan tentang Ratu Adil. Keadilan adalah esensi ajaran agama. Keadilan juga sifat Tuhan. Untuk memerintah dengan adil, raja harus menjadikan akal sebagai pembimbingnya. Ia tak boleh membeda-bedakan rakyatnya berdasarkan agama atau keyakinannya. Bila seorang raja sudah mengistimewakan satu golongan berdasarkan agama, ras arau aliran- serta meremehkan golongan lain, ia telah bertindak tidak adil. Yang harus

menjadi perhatian raja bukanlah golongan, tapi kepentingan seluruh bangsa. Untuk itu, ia boleh berijtihad. Selama tidak bertentangan dengan Alquran, ia dapat saja menetapkan keputusan-keputusan legal yang bermanfaat bagi rakyat. Ratu Adil tak boleh terikat pada satu mazhab fikih. "Manusia sejati ialah orang yang menjadikan keadilan sebagai petunjuk pencarian kebenaran, dan mengambil dari semua aliran apa saja yang sesuai dengan akal," begitu bunyi dekrit yang disahkan Akbar. Tujuan pemerintahan adalah menyejahterakan rakyat, terutama rakyat kecil. Kepada Todar Mal, menteri keuangannya, Akbar menegaskan bahwa ibadah yang paling utama ialah menolong orang lemah. Pembaharuan Akbar bukan tak mendapat kritik. Para ulama fikih menentang dekrit Akbar. Berbagai tuduhan dilemparkan kepadanya : Syi'ah, murtad, Hindu, pendiri agama baru. Ia dituding Syi'ah karena mempunyai guru dari Persia, Mir 'Abdullathif, seorang yang sangat terbuka. Menurut Abu al-Fadhl, 'Abdullathif disebut Syi'ah di India dan Sunni di Persia, karena keluasan pandangan dan sikapnya yang tidak fanatik. Ia dituduh murtad karena berpegang pada paham wahdah al-wujuud. Ia dianggap Hindu karena mempekerjakan orang-orang Hindu pada posisi-posisi penting dalam pemerintahan. Ia dipandang mendirikan agama baru karena menegaskan bahwa untuk memperoleh kebenaran kita harus bersedia mendengar dan belajar dari semua agama. Ia memang mendirikan sebuah tarekat, yang disebut tawhiid-I ilaahii. Ia juga mengkritik agama yang formalistis dan didasarkan pada taklid. Islaam-i majazi wa taqlidi. Ada yang menduga, Akbar memasuki tarekat karena pengaruh aliran tarekat Chisytiyyah yang didirikan Mu'iinuddin Chisytii dari Sistan, Iran Timur. Tarekat Chisytiyyah mengajarkan, kita hanya dapat mendekati Tuhan dengan berkhidmat tanpa pamrih kepada makhluk Tuhan, apapun agamanya. Seorang pengikut Chisytiyyah memulai perjalanannya menuju Tuhan dengan melayani keperluan orang miskin. Mu'iinuddiin sendiri mendapat gelar Pembela Orang Miskin. Kuburannya di Azmer diziarahi oleh ribuan orang Islam dan Hindu. Boleh jadi, Akbar terpengaruh ajaran Chisytiyyah yang menyatakan bahwa Akhlak yang membuat Tuhan sayang kepada kita ada tiga : kedermawanan, seperti sungai yang mengalirkan airnya kemana pun tempat yang lebih rendah darinya, kasih sayang matahari yang memberikan sinarnya kepada semua yang di bawahnya, besar atau kecil, dan keramahan, seperti bumi yang bersedia menerima intan dan sampah ke dalam pelukannya. Akbar berusaha mewujudkan doktrin ini dalam pemerintahannya. Yang didirikannya bukan negara agama, tapi negara supra-agama. c. Imperium Britania Imperium Britania pada tahun 1897 ditandai dengan warna merah muda, warna tradisional kekuasaan imperium Britania pada peta. Imperium Britania adalah imperium paling luas di dalam sejarah dunia dan pada suatu periode tertentu pernah menjadi kekuatan utama di dunia. Imperium ini merupakan produk dari era penemuan Eropa, yang dimulai dengan penjelajahan maritim global negara-negara Iberia pada akhir abad ke-15 yang menandai era kerajaan global Eropa. Pada tahun 1921, Imperium Britania mencakup populasi antara 470 sampai 570 juta orang, kurang lebih seperempat populasi dunia, dan membentang seluas lebih dari 37 juta km, sekitar seperempat luas total bumi. Walaupun wilayah-wilayah tersebut sekarang telah berkembang menjadi Negara-Negara Persemakmuran, pengaruh Britania tetap melekat kuat di seantero dunia: dalam praktek ekonomi, hukum dan sistem pemerintahan, masyarakat, olahraga (seperti kriket dan sepak bola), serta penggunaan bahasa Inggris sendiri. Imperium Britania pernah, pada suatu masa, dijuluki dengan "kerajaan di mana matahari tak pernah tenggelam"

karena wilayahnya membentang sepanjang bola dunia dan menyebabkan matahari selalu bersinar, paling tidak di salah satu dari begitu banyak koloninya. 2.2. Percaturan Strategis di Asia Selatan Wilayah Asia Selatan memiliki karakterstik tersendiri terutama dalam hubungan antar negara. Jika di Asia Tenggara, telah tercipta sebuah mekanisme diplomasi melalui ASEAN, di Asia Selatan sejauh ini belum ada bentuk yang jelas. Konflik antara negara yang besar penduduknya seperti India masih berlangsung dengan Pakistan dan Sri Lanka. Akibat konflik laten seperti itulah maka muncul pola hubungan internasional yang khas. SAARC atau forum kerja sama Asia Selatan mencerminkan komposisi yang ada di Asia Selatan. Dengan komposisi penduduk India terbesar dibandingkan tetangga lainnya dan perilaku politik India yang cenderung hegemonik menyebabkan kecemburuan dan kekhawatiran muncul diantara tetangganya. Akibat kekhawatiran itu, negara besar seperti Uni Soviet (Rusia sekarang), Cina dan Amerika Serikat ikut menentukan kerangka diplomasi kawasan Asia Selatan. Kaitan dengan negara besar bukan karena kepentingan negara luar kawasan tetapi terutama karena kebutuhan negara di Asia Selatan, misalnya, Pakistan untuk beraliansi dalam rangka menghindari ancaman. a. Hubungan Internasional Sebelum mengkaji bagaimana bentuk hubungan internasional masa kini berlangsung perlu diperhatikan sejumlah faktor penting yang mempengaruhi perjalanan sejarah negara-negara di kawasan ini. 1) Faktor Sejarah Anak benua India lahir dari tangan Inggris dalam satu kesatuan pada tahun 1947. Perjuangan Mahatma Gandhi dengan swadeshi dan tindakan anti kekerasan untuk mencapai mencapai kemerdekaan telah berbekas secara mendalam di India yang mayoritas penduduknya menganut agama Hindu. Namun peninggalan Inggris di anak benua ini melahirkan potensi konflik yang bersuhu tinggi. Seperti halnya di Teluk Persia, peninggalan Inggris di Asia Selatan pun meledak menjadi perang saat kemerdekaan India lahir karena tak lama kemudian Pakistan lahir, memisahkan diri dari India. 2) Faktor Agama Dapat dikatakan salah satu pemicu perpecahan India dan Pakistan adalah perbedaan agama. Di bawah Ali Zinah, Pakistan mengambil jalan sendiri memisahkan diri dari India karena merasa bahwa aspirasi politik umat Islam saat itu tak bisa disalurkan. Oleh karena itu karena dukungan masyarakat penganut Islam maka lahir Pakistan bebas dari India. 3) Faktor Politik Setelah Pakistan memisahkan diri dari India menjadi Pakistan timur dan barat, pada perjalanan sejarahnya Pakistan

timur tidak tertampung aspirasi politiknya. Dengan dukungan India, Pakistan timur berpisah dari Pakistan barat yang kemudian melahirkan negara baru, Banglades. Kepentingan Pakistan timur akan penampungan aspirasi politiknya menjadi pendorong terjadinya kelahiran baru Banglades meskipun tidak ada persoalan agama karena keduanya mayoritas penduduknya Muslim. 4) Faktor Campur Tangan Negara Besar Sudah menjadi bukti dalam sejarah, dimana terjadi konflik apalagi sesudah Perang Dunia II yang melahirkan Perang Dingin, negara adidaya senantiasa berusaha memperluas lingkungan pengaruhnya. Tidak terkecuali di Asia Selatan. Uni Soviet saat itu dan Amerika Serikat berlomba-lomba mempengaruhi kawasan tersebut. Pakistan mencari perlindungan ke Amerika Serikat untuk menghadapi ancaman dari India. 5) Faktor Keamanan Karena merasa adanya ancaman terutama dari negara besar seperti India di Asia Selatan, Pakistan ataupun Sri Lanka merasakan betapa perlunya mempersenjatai diri. Pakistan terutama sering merasa ancaman ideologi yang dilatarbelakangi agama Hindu terus membayang-bayangi. Oleh karena itu interaksi yang terjadi di kawasan pun lebih dilandasi oleh kecurigaan dan kehati-hatian terutama melihat tindak-tanduk India yang tak bisa dipercaya begitu saja. Perbedaan agama dan ideologi di India dan Pakistan telah melahirkan perlombaan senjata. Dengan kata lain, pacuan senjata di Asia Selatan dipicu oleh kecurigaan terutama dari Pakistan ke India dan sebaliknya. Tidak mengherankan apabila Pakistan berusaha mencari senjata pamungkas yakni nuklir sebagai kekuatan penggetar yang kemudian justru mempercepat kelahiran program senjata nuklir India. Meskipun kedua negara belum secara terus terang menggelar senjata nuklirnya namun sudah menjadi pendapat umum bahwa baik Pakistan maupun India memiliki kemampuan membuat bom atom. 6) Persaingan Pengaruh Dua negara besar di kawasan ini berusaha saling memantapkan pengaruhnya di Asia Selatan maupun ikut mempengaruhi negara besar di luar kawasan untuk masuk ke wilayah itu. Baik persaingan pengaruh antara negara adidaya maupun persaingan pengaruh domestik ikut mewarnai percaturan diplomasi di Asia Selatan. India dan Pakistan berusaha untuk menjadi regional leader meskipun secara de facto sebenarnya India yang bisa dikatakan pemimpin kawasan. 7) Kerja Sama Ekonomi Meskipun terjadi persaingan untuk memperbutkan pengaruh dan saling curiga yang terus menerus namun kerja sama ekonomi dan teknik telah menjadi bagian dari kawasan Asia Selatan. Pertukaran budaya dan informasi seperti tidak terpengaruh oleh ketegangan yang diciptakan oleh para pemimpin politik dan militer kedua negara. Terbentuknya SAARC merupakan puncak dari kesadaran adanya usaha kerja sama.

3. Penutup

Dilihat dari seajarahnya Asia Selatan memiliki sejarah dan peradaban yang kuat. Tak terlepas dari peradaban kerajaan India. Masa pemerintahan Mughal, tahun 1500-1600-an, dianggap sebagai zaman keemasan India. Anak Benua India berhasil dipersatukan secara politik sebagai sebuah bangsa, dan dikembangkan secara kultural sebagai masyarakat yang multiagama dan multibudaya. Pada zaman Mughal, untuk pertama kali India menjadi sebuah pemerintahan yang disentralisasikan. Pemerintah berhasil membangun India dalam suasana perdamaian, ketertiban dan stabilitas. Stabilitas politik dan dan kemakmuran melahirkan kehidupan budaya yang menakjubkan. Ilmu, Filsafat, dan berbagai kesenian mencapai kemajuan pesat. Dalam seni rupa dan arsitektur, Kekaisaran Mughal melahirkan sebuah Mazhab unik, Mazhab Mughal. Disini, gaya Persia-Islam dan gaya India-Hindu berpadu dalam sintesis yang indah. Salah satu jejak Mughal yang kecantikannya bertahan ratusan tahun adalah Taj Mahal. Tata hubungan internasional di Asia Selatan banyak dipengaruhi oleh persaingan Pakistan dan India. Hubungan kedua negara ini banyak mempengaruhi suasana di kawasan ini. Semakin tegang kedua negara maka suhu kawasan pun meningkat. Misalnya, saat terbentuk pemerintahan India di bawah Partai Bharatiya Janata, (BJP) maka Pakistan segera meningkatkan kesigaannya karena partai itu berideologikan Nasionalis Hindu yang berbeda dengan Partai Kongres yang flatformnya sosialis sekuler.

Percaturan Strategis di Asia Selatan

I. Pendahuluan Wilayah Asia Selatan memiliki karakterstik tersendiri terutama dalam hubungan antar negara. Jika di Asia Tenggara, telah tercipta sebuah mekanisme diplomasi melalui ASEAN, di Asia Selatan sejauh ini belum ada bentuk yang jelas. Konflik antara negara yang besar penduduknya seperti India masih berlangsung dengan Pakistan dan Sri Lanka. Akibat konflik laten seperti itulah maka muncul pola hubungan internasional yang khas. Negara-negara yang termasuk kedalam kawasan ini adalah India, Pakistan, Banglades, Maladewa, Bhutan, Nepal dan Sri Lanka. SAARC atau forum kerja sama Asia Selatan mencerminkan komposisi yang ada di Asia Selatan. Dengan komposisi penduduk India terbesar dibandingkan tetangga lainnya dan perilaku politik India yang cenderung hegemonik menyebabkan kecemburuan dan kekhawatiran muncul diantara tetangganya. Akibat kekhawatiran itu, negara besar seperti Uni Soviet (Rusia sekarang), Cina dan Amerika Serikat ikut menentukan kerangka diplomasi kawasan Asia Selatan. Kaitan dengan negara besar bukan karena kepentingan negara luar kawasan tetapi terutama karena kebutuhan negara di Asia Selatan, misalnya, Pakistan untuk beraliansi dalam rangka menghindari ancaman. II. Hubungan Internasional Sebelum mengkaji bagaimana bentuk hubungan internasional masa kini berlangsung perlu diperhatikan sejumlah faktor penting yang mempengaruhi perjalanan sejarah negara-negara di kawasan ini.

1. Faktor Sejarah Anak benua India lahir dari tangan Inggris dalam satu kesatuan pada tahun 1947. Perjuangan Mahatma Gandhi dengan swadeshi dan tindakan anti kekerasan untuk mencapai mencapai kemerdekaan telah berbekas secara mendalam di India yang mayoritas penduduknya menganut agama Hindu. Namun peninggalan Inggris di anak benua ini melahirkan potensi konflik yang bersuhu tinggi. Seperti halnya di Teluk Persia, peninggalan Inggris di Asia Selatan pun meledak menjadi perang saat kemerdekaan India lahir karena tak lama kemudian Pakistan lahir, memisahkan diri dari India. 2. Faktor Agama Dapat dikatakan salah satu pemicu perpecahan India dan Pakistan adalah perbedaan agama. Di bawah Ali Zinah, Pakistan mengambil jalan sendiri memisahkan diri dari India karena merasa bahwa aspirasi politik umat Islam saat itu tak bisa disalurkan. Oleh karena itu karena dukungan masyarakat penganut Islam maka lahir Pakistan bebas dari India. 3. Faktor Politik Setelah Pakistan memisahkan diri dari India menjadi Pakistan timur dan barat, pada perjalanan sejarahnya Pakistan timur tidak tertampung aspirasi politiknya. Dengan dukungan India, Pakistan timur berpisah dari Pakistan barat yang kemudian melahirkan negara baru, Banglades. Kepentingan Pakistan timur akan penampungan aspirasi politiknya menjadi pendorong terjadinya kelahiran baru Banglades meskipun tidak ada persoalan agama karena keduanya mayoritas penduduknya Muslim. 3. Faktor Campur Tangan Negara Besar Sudah menjadi bukti dalam sejarah, dimana terjadi konflik apalagi sesudah Perang Dunia II yang melahirkan Perang Dingin, negara adidaya senantiasa berusaha memperluas lingkungan pengaruhnya. Tidak terkecuali di Asia Selatan. Uni Soviet saat itu dan Amerika Serikat berlombalomba mempengaruhi kawasan tersebut. Pakistan mencari perlindungan ke Amerika Serikat untuk menghadapi ancaman dari India. 4. Faktor Keamanan Karena merasa adanya ancaman terutama dari negara besar seperti India di Asia Selatan, Pakistan ataupun Sri Lanka merasakan betapa perlunya mempersenjatai diri. Pakistan terutama sering merasa ancaman ideologi yang dilatarbelakangi agama Hindu terus membayang-bayangi. Oleh karena itu interaksi yang terjadi di kawasan pun lebih dilandasi oleh kecurigaan dan kehati-hatian terutama melihat tindak-tanduk India yang tak bisa dipercaya begitu saja. Perbedaan agama dan ideologi di India dan Pakistan telah melahirkan perlombaan senjata. Dengan kata lain, pacuan senjata di Asia Selatan dipicu oleh kecurigaan terutama dari Pakistan ke India dan sebaliknya. Tidak mengherankan apabila Pakistan berusaha mencari senjata pamungkas yakni nuklir sebagai kekuatan penggetar yang kemudian justru mempercepat kelahiran program senjata nuklir India. Meskipun kedua negara belum secara terus terang menggelar senjata nuklirnya namun sudah menjadi pendapat umum bahwa baik Pakistan maupun India memiliki kemampuan membuat bom atom.

5. Persaingan Pengaruh Dua negara besar di kawasan ini berusaha saling memantapkan pengaruhnya di Asia Selatan maupun ikut mempengaruhi negara besar di luar kawasan untuk masuk ke wilayah itu. Baik persaingan pengaruh antara negara adidaya maupun persaingan pengaruh domestik ikut mewarnai percaturan diplomasi di Asia Selatan. India dan Pakistan berusaha untuk menjadi regional leader meskipun secara de facto sebenarnya India yang bisa dikatakan pemimpin kawasan. 6. Kerja Sama Ekonomi Meskipun terjadi persaingan untuk memperbutkan pengaruh dan saling curiga yang terus menerus namun kerja sama ekonomi dan teknik telah menjadi bagian dari kawasan Asia Selatan. Pertukaran budaya dan informasi seperti tidak terpengaruh oleh ketegangan yang diciptakan oleh para pemimpin politik dan militer kedua negara. Terbentuknya SAARC merupakan puncak dari kesadaran adanya usaha kerja sama.

III. Kesimpulan Secara singkat dapat disimpulkan bahwa tata hubungan internasional di Asia Selatan banyak dipengaruhi oleh persaingan Pakistan dan India. Hubungan kedua negara ini banyak mempengaruhi suasana di kawasan ini. Semakin tegang kedua negara maka suhu kawasan pun meningkat. Misalnya, saat terbentuk pemerintahan India di bawah Partai Bharatiya Janata, (BJP) maka Pakistan segera meningkatkan kesigaannya karena partai itu berideologikan Nasionalis Hindu yang berbeda dengan Partai Kongres yang flatformnya sosialis sekuler.

06 October 2011 - dalam Umum Oleh jurnalphobia-fisip08 GEOSTRATEGI INDIA DAN PAKISTAN

Pertemuan keduabelas, 9 Juni 2011 Pendahuluan: Geopolitik dan geostrategi di Asia Selatan dapat dipahami melalui analisis dua negara besar di Asia Selatan yakni India dan Pakistan. India dan Pakistan merupakan dua kekuatan politik dominan yang sangat mempengaruhi arti penting strategis kedua negara di Asia Selatan. Perbedaan antara kedua negara yang tadinya bersatu tersebut selalu diwarnai konflik. Adapun konflik yang selalu menjadi wacana kesepakatan perdamaian selalu berhubungan dengan persoalan perbatasan dua negara yang masih simpang siur, kapabilitas perekonomian, isu nuklir, dan regionalisme. Terdapat beragam strategi yang diimplementasikan kedua negara, salah satunya ialah Cricket Diplomasi dan

perekonomian sebagai instrumen geopolitik penting saat ini. Tulisan di bawah ini memaparkan konteks geopolitik yang mengkontruksi hubungan India-Pakistan, arena geopolitik yang berperan terkait dengan kapabilitas perekonomian, kedekatan geopolitik dengan Timur Tengah sebagai negara Islam, kedekatan dengan kekuatan eksternal seperti Amerika, China, dan Rusia sebagai konsekuensi logis pasca Perang Dingin yang menyisakan strategi dua negara, serta wacana kedua negara dalam mendapatkan pengaruh dari negara-negara Asia Selatan lainnya. Tujuan: Mahasiswa mampu menjelaskan situasi geopolitik dan geostrategi yang sebenarnya India dan Pakistan di Asia Selatan

Pembahasan Materi India. India, negara republik yang merdeka dari Inggris pada 15 Agustus 1947. Melalui kekuatan ekonomi, kapabilitas militernya, membuat India secara politis negara paling berpengaruh di Asia Selatan. Kemampuannya diilustrasikan melalui sasaran-saaran strategis pertumbuhan ekonomi, penduduk yang menguasai informasi teknologi perangkat lunak di dunia. Selain itu sasaran strategisnya yang lain ialah membangun hubungan diplomatis yang baik dan erat utamanya dengan negara Barat seperti Inggris dan Amerika Serikat. Sebelumnya, semasa Perang Dingin menerima bantuan dari Uni Soviet. Sekarang India lebih memiliki kedekatan dengan Amerika Seriakt dan Israel terutama di bidang pertahanan dan pengembangan nuklir (Guttinger, 2011: 6). India menghadapi persoalan diversitas terkait dengan pluralisme dan bentuk-bentuk diveristas lain seperti agama, etnis, struktur sosial yang mengakar kuat dalam masyakarat, dan lainnya. Selain itu, India juga menghadapi isu kebangsaan yang selama ini didominasi oleh Arya yang mengklaim sebagai ras terbaik, separatisme, dan isu regionalisme di tingkat kawasan. Nation Building menjadi persoalan yang sulit diwujudkan karena perbedaan agama, etnis, dan kasta dalam kounitasnya. Gerakan separatisme Kasmir secara geopolitik sangat strategis bagi kedua negara. Sedangkan prospek regionalisme di Asia Selatan, India selalu entusias untuk menggagas adanya regionalisme karena India berambisi muncul sebagai hegemoni kawasan di masa mendatang. Pertanyaannya adalah apakah regionalisme di Asia Selatan tersebut merupakan wacana resolusi konflik yang menjembatani harmonisasi hubungan India-Pakistan (Guttinger, 2011: 2). Pertumbuhan ekonomi India semakin membaik. Akan tetapi, India menghadapi persoalan kemiskinan, ketikmertaan ekonomi. Oleh karena itu, sampai sekarang masih menjadi persoalan tentang siapa yang menikmati pertumbuhan ekonomi tersebut. Maka dari itu, pertumbuhan ekonoi bisa menyesatkan jika tidak jeli meneliti aspek-aspek minornya seperti kemiskinan, inequality, dan perubahan struktur demografi. Lalu bagaimana strategi untuk merekonsiliasi pertumbuhan ekonomi dengan isu sosial tersebut di atas? Strategi India terletak pada pertumbuhan ekonomi India didukung oleh kebanggaan atas produk dalam negerinya. Hal ini berkaitan dengan filosofi swades. Contoh kasus, kebangkrutan MNC Coca Cola di India, ketika orang India justru memilih untuk mengkonsumsi minuman produksi sendiri (meskipun tidak terlalu enak). Pakistan. Pakistan ialah menjadi satu-satunya negara Islam yang tidak berdasarkan rezim otoriter. Pakistan didirikan oleh kelompok Islamis (dipimpin oleh Muhammad Ali Jinnah) yang berpisah dan mendirikan negara sendiri terlepas dari teritori India, yakni Republik Islam Palestina. Ide memisahkan diri dari India ini bermula pada akhir tahun 1930 demi melindungi warga muslim dari dominasi, diskriminasi, dan humiliasi masyarakat Hindu di

India. Adapun sistem politiknya menerapkan sistem hibrida yakni menjadi negara demokrasi sekaligus negara Islam. Para pemimpin menggabungkan kedua bentuk negara ini yang kemudian memicu serangkaian masalah politik, hukum, dan keagamaan sehingga dibentuk Pakistan modern sebagai solusi terhadap diversitas yang ada. Secara geopolitik, Pakistan memainkan peran penting sebagai stabilitator pengaruh India di kawasan. Dalam mengimbangi kekuatan India, Pakistan menggunakan instrumen arsenal yakni nuklir yang teknologi pengembangannya merupakan warisan dari Perang Dingin melalui bantuan Uni Soviet. Isu kedua yang membuat Pakistan muncul sebagai wilayah strategis ialah terorisme. Amerika Serikat memberikan sejumlah bantuan persenjataan, bantuan ekonomi dan finansial, serta latihan-latihan militer bersama guna menumpas terorisme di Pakistan. Perkembangan terbaru berkaitan dengan War on Terrorism yang dirintis Amerika Serikat, ialah terbunuhnya Osama bin Laden di Pakistan. Peristiwa ini sempat melonggarkan hubungan kedua negara diakibatkan Amerika Serikat secara de factomelanggar yurisdiksi hukum di Pakistan. Kedekatan Pakistan dengan aktor eksternal lain seperti China di wilayah konflik Kashmir juga menjadi isu penting bagi India sehingga India merasa antisipatif dengan kehadiran China di Asia Selatan. Untuk itu, hubungan India dan Pakistan dapat diilustrasikan sebagai perpanjangan kepentingan antara Amerika Serikat dan China di Asia Selatan (http://www.foreignpolicy.com/articles/2011/06/03/pakistan_s_black_pearl (Diakses tgl 8 Juni 2011)). Kedekatan Pakistan dan China ini disinyalir sebagai strategi Pakistan Black Pearl yang merupakan perpanjangan strategi China the String of Pearls di Laut Arab melalui konstruksi pelabuhan Gwader yang 75% didanai oleh China. Prospek pelabuhan tersebut di Pakistan berfungsi sebagai pelabuhan angkatan militer laut China. Selain itu, China juga memfasilitasi Pakistan melalui pembelian Jet Tempur China JF-17. Sejak pendiriannya, negara menghadapi persoalan dengan perbatasannya dengan India, utamanya Kashmir. Selain itu juga menghadapi instabilitas akibat persoalan terorisme di wilayahnya dan pengaruh militer asing yang sangat dominan. Saat ini, politik Pakistan sedang dalam masa transisi. Salah satu perhatian internasional terhadap Pakistan berkaitan denan isu nuklir yang dimiliki Pakistan yang dipandang sebagai ancaman, utamanya oleh India.

Kesimpulan Secara keseluruhan konstelasi geopolitik di India dan Pakistan berkaitan dengan isu terorisme, persoalan nuklir, sengketa perbatasan di Kashmir, isu nasionalisme dan globalisasi, prospek regionalisme di kawasan Asia Selatan, dan strategi kekuatan eksternal untuk ikut mempengaruhi dinamika geopolitik di kawasan tersebut. Asia Selatan selalu diiringi ketidakstabilan apabila dua negara besar ini Pakistan dan India terus menerus memiliki hubungan tidak stabil. Misalnya Pakistan selalu menjadi berseberangan dengan India, dan menjadi sasaran tuduhan kelompok terorisme di Kashmir dan serangan terorisme baru-baru ini di Mumbai, India. Dikarenakan ketegangan internal tersebut, Pakistan selalu memainkan strategi ganda guna mengkonter India antara lain: Cricket Diplomacymenghalangi India berkoalisi dengan Uni Soviet (pada era Perang Dingin) sementara Pakistan bersekutu dengan Uni Soviet, saat ini Pakistan cenderung dekat dengan China, berhubungan dengan Amerika Serikat terkait isu terorisme, dan lainnya. Persoalan baru yang melatarbelakangi hubungan dua negara yakni perbedaan pertumbuhan ekonomi yang mana perekonomian India seakan lebih besar daripada Pakistan. Sehingga, sampai pada kesimpulan bahwa sulit sekali untuk membuat perbandingan dua negara dengan satu atau dua variabel determinan, misalnya kepemilikan nuklir

dan perekonomian karena tingkat kapabilitas nuklir dua negara ini masih simpang siur sehingga sulit diestimasi. Baik India dan Pakistan sendiri tidak mau mengalah satu sama lain.

Penyebab utama terorisme di Asia Selatan adalah masalah rumit Jammu dan Kashmir. Perdamaian tidak dapat didirikan tanpa solusi dari Jammu dan Kashmir. Orang-orang dari Jammu dan Kashmir adalah menunjukkan ketahanan mereka yang tinggi sejak tahun 1947. Ini adalah hari tergelap dalam sejarah dunia ketika militer India menduduki ini konstituen yang indah dan sejahtera dariPakistan. Ini adalah hasil dari perencanaan yang menyimpang dari British Tuhan. Jika ia membuat keputusan yang tepat pada saat itu maka masalah seperti ini merugikan tidak diciptakan. Setelah, Pakistan mendapat kesempatan emas untuk mengatur Kashmir bebas dari liberticidal Indiaketika Pakistan memenangkan perang September 1965. Dan Pakistan menangkap lahan yang memadai India dan India pergi ke UNO. Kemudian kepemimpinan Pakistan kebingungan pada pembicaraan meja dan mengingat pasukannya dari wilayah yang diduduki. Jika kepemimpinan Pakistan menuntut untuk membebaskan Kashmir, bukan tanah yang diambil pada waktu yang kemudian menantang Kashmir adalah hari ini. Tapi kepemimpinan Pakistan hanya berpikir untuk hal-hal pribadi mereka tidak untuk Pakistan secara keseluruhan sejak tahun 1949. Sekarang, jika kepemimpinan Pakistan menjadi tulus dengan Pakistan maka tidak ada kekuatan dunia dari pengalihan kebebasan Kashmir. Namun, kepemimpinan seperti Jinnah harus diperlukan pada tahap yang pulih Pakistan dari krisis yang serius. Kami adalah Muslim Punjabi pertama kemudian Pakistan dan kemudian, Sindhi, Baluchi dan Pathan. Kita harus menjadi bersatu pada tahap ini jika tidak kita akan menghapus sama sekali. Kita tidak harus tergantung pada orang lain. Jika kita menjadi mandiri di segala bidang maka kita akan menantang kemajuan dengan pesat. Ini adalah satu-satunya cara di mana kita dapat mengalahkan terorisme.

Ini adalah waktu untuk semua Bangsa Muslim untuk bersatu demi kebebasan Kashmir dan membujuk isu Kashmir di tingkat Internasional. Meningkatkan tekanan pada India dan menciptakan lingkungan seperti yang memaksa India untuk meninggalkan Kashmir. Rusia selalu veto masalah Kashmir di UNO. Saya pikir Rusia lupa kejadian tahun 1980 di mana Rusia kehilangan kekuatan karena Pakistan. Saya pikir Rusia harus mempertimbangkan sejarah jika tidak dapat diulang dalam bentukIran. Tanpa memecahkan masalah Kashmir dan orang Filistin, kita tidak menciptakan perdamaian di Asia Selatan maupun di Dunia. India dan Israel menyebarkan kekerasan dan saya terkejut bahwa tidak ada yang mengambil tindakan apapun untuk pagar itu. Bahkan PBB juga menjadi bisu dalam hal ini. Dengan solusi dari masalah Kashmir, Pakistan juga akan datang dari beberapa hal rumit seperti masalah air. India juga kelainan pada kesepakatan Perjanjian Air Indus. Itu sebabnya, Muhammad Ali Jinnahmengatakan: Your Ad Here " Kashmir adalah aorta Pakistan. "

Dan juga penindasan Amerika di Afghanistan bisa mencerca. Amerika setuju bahwa dia tidak bisa memenangkan perang melawan diri nya dibuat Taliban 's. Amerika dibuat di Taliban dalam perang melawan Rusia dan hari ini ia juga cemas tentang perang berarti melawan Taliban. Sebenarnya itu Taliban punya tujuan mereka dalam perang melawan Neto. Amerika juga menciptakan kekerasan di Irak. Kita membutuhkan tekad seperti Iran. Kemudian, (insya Allah) kondisi internal dan eksternal dari Pakistan akan berubah. Dan Pakistan akan menjadi bebas dari virus berbahaya dari terorisme. Hanya kemudian, Pakistan akan menjadi negara yang paling kuat dan berkuasa Dunia. Dan kemudian akan menciptakan perdamaian abadi di Asia Selatan.

http://arvinradcliffe.blogspot.com/2012/06/konflik-india-dan-pakistan-dalam.html

http://republik-tawon.blogspot.com/2010/10/perang-india-pakistan-1965-ketika-asia.html

STRATEGI NUKLIR SAAT KONFRONTASI PAKISTAN TRHDAP INDIA

Pendahuluan Dalam bentuknya yang klasik, strategi kerap dikaitkan dengan perang. Sun Tzu seorang penasihat kerajaan yang hidup di masa China kuno mengaitkan strategi sebagai seni para jenderal. Hal itu dapat dimaklumi karena konsep dasar strategi saat itu adalah ajang adu kecerdikan para jenderal untuk mencapai kemenangan, yang kebanyakan ditentukan di medan perang. Carl Von Clausewitz, seorang ahli strategi Prusia yang hidup di era Napoleon mengatakan bahwa strategi adalah alat untuk mencapai tujuan. Strategi digunakan dalam peperangan sebagai alat mencapai tujuan-tujuan politis. Perang sebagai alat, tidak dapat dipisahkan dari tujuan utamanya, yaitu pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan oleh para pembuat kebijakan. Dengan demikian kemenangan dalam pertempuran tidak dapat dianggap kemenangan apabila tidak mampu mencapai tujuan politis yang lebih tinggi. Pada perkembangan selanjutnya, Michael Porter mengembangkan studi strategi ke medan bisnis. Melalui bukunya, What Is Strategy? Porter menjelaskan bahwa startegi adalah bagaimana menggunakan cara yang berbeda dengan rival untuk memenangkan sebuah kompetisi. Dengan kata lain studi strategi mengalami perubahan dari masa ke masa.. Dari evolusi konsep strategi diatas, bisa dikatakan bahwasanya dalam bentuknya yang lebih luas, inti dari studi strategi adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan lebih tinggi menghadapi perubahan dunia yang ambigu dan tak menentu. Peristiwa besar yang terjadi pada perang dunia II mengubah pandangan dunia tentang strategi. Dua bom atom Little Boy dan Fat Man yang dijatuhkan awak pesawat tempur

Amerika Serikat, secara telak meluluh lantakkan Hiroshima dan Nagasaki menyadarkan dunia bahwa era baru dimulai, era Nuklir. Pada masa yang disebut nuclear age ini, terjadi perubahan cara berfikir dan metode analisis tentang perang yang telah beralih dari perang konvensional menuju ke arah perang nuklir. Dengan daya hancurnya yang luar biasa, kehadiran nuklir bisa menjadi instrumen penting yang dapat mempengaruhi arah kebijakan luar negeri suatu negara. Hadirnya nuklir, mampu menciptakan Balance of Power yang menekan terjadinya perang. Hal ini disebabkan masing-masing negara yang memiliki teknologi nuklir ini akan berpikir ribuan kali untuk mulai menyerang negara lain yang mempunyai kemampuan nuklir yang setara. Ketegangan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet saat perang dingin membuktikan hal ini. Sadar akan efek nuklir yang mengerikan, keduanya menggunakan prinsip deterrence yang mengandalkan kemampuan mereka untuk menahan diri untuk tidak menyerang terlebih dahulu. Dari gambaran sekilas mengenai perkembangan studi strategi dari masa klasik hingga di era nuklir serta perbedaan substansial diantara keduanya, muncul kemudian pertanyaan; Apakah ada strategi nuklir?

Strategi Nuklir di Masa Perang Dingin Perang dingin yang terjadi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet membawa dunia ke suatu bentuk perang yang baru, yaitu perang nuklir. Perang nuklir adalah perang yang terjadi antara negara yang sama-sama memiliki kekuatan nuklir dan menggunakannya sebagai senjata utama untuk menekan pihak lawan. Dengan ketegangan yang terjadi saat perang dingin, kedua negara adidaya tersebut berlomba-lomba mengembangkan senjata nuklir. AS memulainya terlebih dahulu, kemudian disusul Uni Soviet yang baru pada tahun 1949 menyadari pentingnya senjata nuklir. Keberhasilan Uni Soviet melakukan uji coba peledakan nuklirnya pada tahun 1949 menimbulkan kecemasan Amerika Serikat sehingga membuat negara tersebut mencari cara mengembangkan senjata tandingan. Amerika berhasil menciptakan bom hidrogen yang memiliki daya ledak jauh lebih dahsyat dibandingkan bom yang dikembangkan Uni Soviet. Namun keberhasilan Amerika Serikat tersebut tak lama diikuti Uni Soviet, yang pada tahun 1953 berhasil menyusul Amerika dalam pengembangan bom hidrogen. Dengan peta kekuatan yang relatif berimbang tersebut kedua negara itu menggunakan nuklir sebagai instrumen penangkalan (deterrence) daripada instrumen untuk memenangkan perang. Meskipun sama-sama memiliki senjatar nuklir, namun kedua superpower itu tidak sampai menggunakannya dalam tindakan ofensif. Sadar akan kekuatan nuklir yang menimbulkan skala kehancuran yang mengerikan, maka kedua negara itu hanya saling menggertak satu sama lain. Nuklir digunakan sebagai alat untuk memperlihatkan kapasitas mereka. Mereka berlomba

mengembangkan teknologi nuklir dan rajin melakukan ujicoba untuk membuat gentar pihak lawan. Dengan posisi perang nuklir yang demikian berbeda dengan perang konvensional membuat pola strategi yang digunakan menaklukkan lawan berbeda sama sekali dengan strategi pada masa klasik. Kehadiran nuklir pada perang dingin yang melibatkan AS dan US membawa konsekuensi perubahan strategi klasik ke strategi nuklir. Diantara beberapa perubahan penting strategi dalam era nuklir adalah (1) Dari serangan yang bersifat agresif menjadi konsep pertahanan yang lebih efektif. (2) Dari strategi penyerangan (offense) ke strategi pencegahan (deterr). (3) Rasionalitas dan mirror-image, yaitu berpikir pihak lawan memikirkan hal yang sama. (4) Dari strategi penangkalan (defense) ke arah penyerangan balasan (counter-attack) (5) Mutually Assured Destruction (MAD) yaitu keyakinan bahwa pihak yang diserang akan membalas dengan serangan serupa atau lebih besar. Strategi Nuklir Pakistan Berakhirnya perang dingin membuat tensi tinggi akibat perlombaan nuklir antara dua kekuatan besar AS dan US sedikit mereda. Lebih lanjut, setelah perang dingin berakhir, pada Konferensi Perlucutan Senjata tahun 1996 telah dihasilkan rancangan Traktat Pelarangan Menyeluruh Uji Coba Nuklir (Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty) yang pada pokoknya bertujuan untuk mengurangi senjata nuklir secara global melalui usaha-usaha yang sistematis dan progresif dengan tujuan menghapuskan senjata nuklir dan perlucutan senjata nuklir secara umum di bawah pengawasan internasional yang tegas dan efektif. Keyakinan bahwa era nuklir telah usai pasca perang dingin ditolak sebagian kalangan. Mereka menyandarkan pendapatnya pada kenyataan bahwa setelah perang dingin beberapa rogue states mengembangkan senjata nuklir yang dapat menjadi ancaman terhadap dunia internasional. Uji coba nuklir yang dilakukan India dan Pakistan pada tahun 1998 dan kepemilikan senjata nuklir oleh Iran, Korea Utara mengindikasikan bahwa nuklir masih menjadi ancaman. Rogue states sering disebut sebagai aktor irasional, karena tindakan yang mereka lakukan tidak hanya mengancam pihak-pihak yang bersengketa dengan mereka namun juga dapat membahayakan seisi planet. Salah satu pertikaian yang dapat membawa pelakunya ke arah perang nuklir adalah konflik India-Pakistan. India dan Pakistan adalah negara yang mempunyai sejarah pertikaian yang panjang. Mereka sudah bermusuhan sejak Pakistan memutuskan berpisah dari India pada tahun 1947. Beberapa isu politik, seperti isu Kashmir, konflik militer, hingga persaingan persenjataan yang melibatkan senjata nuklir mengiringi hubungan antara dua negara bertetangga tersebut. India melakukan ujicoba nuklir pertamanya pada tahun 1974. Dengan operasi yang diberi sandi Smiling Buddha tersebut India meyakinkan pemerintah Pakistan bahwa India berusaha

mendominasi kawasan. Dari sini Pakistan terdorong untuk melakukan hal serupa. Pada Mei 1998 Pakistan berhasil melaukan uji coba nuklir pertamanya dengan codename Chagai I. Setelah itu, kedua negara berlomba-lomba memperbanyak hulu ledak nuklirnya. Pengembangan senjata nuklir Pakistan didirikan sebagai respon terhadap proyek serupa yang dilakukan India yang dianggap mengancam keamanan nasional Pakistan. Perdana Menteri Pakistan, Benazir Bhutto menggelar pertemuan di Multan pada tahun 1972 yang membicarakan pengembangan senjata nuklir nasional. Pada pertemuan tersebut Bhuto tercatat sebagai arsitek program senjata nuklir yang ditujukan sebagai alat pertahanan negara. Untuk menyaingi kemampuan militer India, Pakistan menggunakan strategi flexible response. Strategi ini intinya terletak pada keluwesan Pakistan menghadapi ancaman India dengan cara meningkatkan kapasitas persenjataannya, termasuk senjata nuklir. Saat ini Pakistan diketahui memiliki 100-110 hulu ledak nuklir sedangkan India tercatat mempunyai 80-100 hulu ledak. Dengan peta kekuatan persenjataan India dan Pakistan yang relatif seimbang, konsep strategi yang paling populer dari kebijakan penggunaan nuklir sebagai sebuah instrumen politik maupun militer adalah dalam penggunaannya sebagai sebuah alat untuk mencipatakan kondisi deterrence. Secara umum, deterrence dapat diartikan sebagai ancaman yang berpotensi menimbulkan lebih banyak kerugian dibandingkan keuntungan apabila suatu pihak melakukan serangan, sehingga membuatnya memutuskan untuk tidak melakukan serangan tersebut. Kondisi ini hampir saja mengarah ke perang nuklir, ketika tensi ketegangan kedua negara ini mencapai puncaknya pada perang Kargil pada tahun 1999. Selama perang tersebut Pakistan berkali-kali berupaya menggunakan senjata nuklirnya. Sekertaris Luar Negeri Pakistan Shamsad Ahmad membuat pernyataan bahwa meningkatnya ekskalasi konflik akan membuat Pakistan akan mengerahkan seluruh senjata yang ada di gudang persenjataannya. Senat Pakistan pada saat itu juga berkomentar bahwa tujuan dari program pengembangan senjata akan sia-sia jika tidak digunakan pada saat dibutuhkan. Pernyataan tersebut ditafsirkan sebagai ancaman Pakistan untuk juga menggunakan senjata nuklir. Pernyataan ini kemudian dikuatkan dengan pengakuan Pemimpin militer Pakistan bahwa ia tidak perlu meminta ijin Presiden untuk melakukan serangan nuklir ke India. Dari pernyataan petinggi Pakistan tersebut dapat dilihat bahwa Pakistan menggunakan nuklir sebagai strategi memenangkan pertempuran dengan India. Mereka mengembangkan strategi massive retaliation. Strategi ini menyatakan bahwa kekuatan nuklir strategis dan taktis Pakistan digunakan tidak saja untuk menangkal serangan India melainkan juga untuk melakukan serangan balasan serupa atau bahkan lebih besar dari apa yang dilakukan India. Motif Pakistan mengembangkan program senjata nuklir digunakan untuk menghambat kemungkinan invasi negara lain ke Pakistan, terutama India. Presiden Muhammad Zia-ul-Haq menyimpulkan itu pada

tahun 1987 ketika ia mengatakan kepada Perdana Menteri India Rajiv Gandhi: "Jika pasukan Anda menyeberangi perbatasan kita satu inch saja, kami akan memusnahkan kota Anda".[1] Pernyataan Zia-ul-Haq tersebut menyiratkan bahwa Pakistan akan menempuh strategi countervalue, yang akan melakukan balasan kepada semua sasaran baik militer ataupun non-militer jika India melakukan pelanggaran tapal batas teritorial. Melalui strategi nuklirnya, Pakistan berusaha mewujudkan Balance of Power di kawasan Asia Selatan untuk mencegah dominasi India. Pakistan berusaha menyamai pencapaian India dalam segala bidang, termasuk dalam perlombaan persenjataan nuklir. Hal ini ditunjukkan misalnya pasca peluncuran uji coba nuklir India pertama, Perdana Menteri Pakistan Zulfikar Ali Bhutto bersumpah bahwa ia tidak akan bisa menerima Nuclear Blackmail ataupun menerima hegemoni atau dominasi India di anak benua India.[2] Ketua Badan Energi Atom Pakistan, Munir Ahmed Khan berkata bahwa Pakistan akan mengembangkan senjata nuklir milik mereka sendiri.[3] Pakistan juga menolak menandatangani Traktat Non Proliferasi Nuklir (NPT). Pakistan telah berulang kali menolak panggilan untuk inspeksi internasional terhadapa aktivitas pengayaan uranium. Munir Ahmad Khan, Ketua Badan Energi Atom Pakistan mengembangkan program persenjataan nuklir secara diam-diam. Sementara senjata dikembangkan tidak dipublikasikan, profil ilmuwan yang terlibat dijaga sangat rahasia, dan sama sekali tidak diketahui publik.[4] Penolakan Pakistan tersebut didasari alasan bahwa mereka akan tetap dalam posisi wait and see jika India melakukan hal serupa.Pakistan hanya akan bersedia menandatangani NPT hanya apabila India memutuskan ikut dalam perjanjian non-proliferasi nuklir tersebut. Sikap Pakistan yang demikian membuat Badan Pengawas Atom Internasional (IAEA) tidak dapat mengetahui semua lokasi fasilitas program nuklir Pakistan berada.
Kesimpulan

Konsep strategi dalam bentuknya yang paling luas dapat dikatakan sebagai cara-cara yang diperlukan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan dan ketidakpastian yang terjadi di dunia sehingga potensi ancaman terhadap kepentingan kita dapat diatasi. Dengan potensi ancaman yang begitu besar pada era nuklir ini, studi strategis sangat diperlukan untuk mengamankan kepentingan suatu negara. Sebagai senjata pemusnah masal, keberadaan nuklir sangat krusial bagi perkembangan dunia internasional. Daya destruktifnya yang masif membuat negara pemilik nuklir harus berpikir panjang sebelum menggunakan senjata ini, terlebih negara yang dihadapi adalah negara yang sama-sama memiliki kekuatan nuklir. Untuk itu strategi dalam penggunaan senjata nuklir diantaranya dengan memanfaatkan keberadaannya untuk membuat gentar dan menakut-nakuti lawan, sehingga tujuan nasional yang dikehendaki dapat tercapai. Pada ketegangan India-Pakistan, pemerintah Pakistan mengembangkan nuklir sebagai strategi pencegahan atas dominasi India di subcontinent. Dengan memiliki persenjataan nuklir,

Pakistan dapat memaksakan Balance of Power sehingga menaikkan posisi tawar mereka di hadapan India. Pakistan selalu berusaha mengimbangi prestasi persenjataan nuklir India sebagai pesan kepada negara tetangganya tersebut untuk tidak melakukan pelanggaran teritorial, agresi, tindakan provokatif, dan persengketaan terhadap isu-isu internasional dan kawasan. Tindakan yang dilakukan Pakistan tersebut adalah dalam rangka melindungi kepentingan nasionalnya terhadap kemungkinan invasi atau intervensi negara asing, terutama India.

Вам также может понравиться