Вы находитесь на странице: 1из 9

Pemerolehan Kosakata Bahasa Indonesia

PEMEROLEHAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA DAN BAHASA JAWA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN USIA 9 TAHUN DI SDLB-C ALPA KUMARA WARDHANA II SURABAYA

Amalia Masrurotin Nimah This research aims to describe Indonesian dan Javanese vocabulary acquisition of lightweight category of retarded children at the age of 9 years old. The subjects are students of SDLB-C Alpa Kumara Wardhana II Surabaya. The results show that these children use Indonesian and Javanese langunge in their communication. Moreover, in communicating, they tend to use noun in Indonesian language and verb in Javanese language more frequent than the other word classes. Keywords: psycholinguistics, mental retarded, vocabulary, vocabulary acquisition. Pendahuluan Manusia selalu menggunakan bahasa, baik itu bahasa tubuh, bahasa lisan, maupun bahasa tulis. Bahasa sangat penting dalam perkembangan peradaban manusia karena bahasa menjadi salah satu unsur yang hidup dalam diri manusia. Dalam realitasnya, bahasa lisan yang paling produktif diantara bagian bahasa lainnya. Bahasa lisan merupakan alat komunikasi yang berfungsi sebagai penyampaian gagasan. Faktor yang penting dari bahasa pada anak adalah faktor biologi karena bahasa bersifat anugerah kodrati. Secara biologi, bahasa dan otak merupakan subsistem yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini merupakan satu kesatuan integrasi yang disebut sistem penggunaan bahasa. Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak-anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya (Chaer, 2003:167). Kegiatan berkomunikasi tidak bisa terlepas dari kosakata, karena setiap pelaku komunikasi memerlukan kosakata untuk membentuk kalimat dan digunakan sebagai alat untuk mengutarakan isi pikiran serta perasaan dengan sempurna baik lisan maupun tulisan. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses komunikasi adalah perbendaharaan kosakata. Keterampilan berbahasa seseorang jelas bergantung kepada kualitas dan kuantitas yang dimiliki. Semakin kaya kosakata yang dimiliki semakin besar pula kemungkinan terampil berbahasa. Korelasi intelegensi dengan kosakata sangat erat, keterbatasan intelegensi menyebabkan perbendaharaan kata terlambat berkembang. Oleh karena terhambatnya fungsi intelegensi, emosi maupun sosial yang dimiliki anak tunagrahita ringan menyebabkan perbendaharaan kata cenderung terbatas, artikulasi tidak jelas, intonasi datar, dan secara gramatikal sering terjadi kesalahan serta sulit memahami kata-kata yang di sampaikan oleh orang lain (http://repository.upi.edu dalam Lukita, 2011:3). Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual dibawah rata-rata atau bisa juga disebut dengan retardasi mental. Tunagrahita ditandai dengan keterbatasan intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial (Smart, 2010:49). Jadi, dapat di simpulkan bahwa tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan di bawah anak normal pada umumnya. Fenomena tersebut layak untuk diteliti. Penelitian ini belum pernah diteliti sebelumnya, sehingga penulis merasa tertarik untuk meneliti secara mendalam tentang pemerolehan kosakata

Skriptorium, Vol. 1, No. 1

Pemerolehan Kosakata Bahasa Indonesia

bahasa Indonesia dan bahasa Jawa anak tunagrahita ringan usia 9 tahun di SDLB-C AKW II Surabaya. Pokok penelitian ini dapat dirumuskan suatu permasalahan yaitu bagaimanakah pemerolehan kosakata bahasa Indonesia dan bahasa Jawa anak tunagrahita ringan usia 9 tahun di SDLB-C AKW II Surabaya? Sedangkan, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pemerolehan kosakata bahasa Indonesia dan bahasa Jawa anak tunagrahita ringan usia 9 tahun di SDLB-C AKW II Surabaya. Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan bidang psikolinguistik. Psikolinguistik merupakan merupakan kerjasama ilmu psikologi dan linguistik yang bidang kajiannya adalah bahasa, yang merupakan fenomena yang selalu hadir dalam segala aktivitas kehidupan manusia. Psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi, dan bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh manusia (Chaer, 2003: 5). Menurut Santrock (2001: 16) dalam Aribowo (2008: 55), klasifikasi yang sering dipakai adalah perkembangan dari periode prenatal, bayi (infancy), kanak-kanak (early childhood), anak (middle and late childhood), dan remaja (adolescence). Pemerolehan bahasa adalah proses yang berlangsung di dalam otak seorang anak ketika dia memperoleh bahasa pertamanya atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari pembelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa berkaitan dengan proses-proses yang terjadi pada waktu seorang anak mempelajari bahasa kedua (Chaer, 2003: 167-168). Matsumoto (2004) dalam Aribowo (2008: 37) menyebutkan bahwa pemerolehan bahasa merupakan aspek penting dalam psikologi bahasa karena pengetahuan tentang itu, akan membantu memahami isu-isu perilaku manusia secara lebih luas. Leksikon termasuk dalam cabang linguistik leksikologi, berarti perbendaharaan kata atau kosakata. Setiap bahasa memiliki perbendaharaan kata yang cukup besar, meliputi puluhan ribu kata (Verhaar, 2006: 13). Kata atau laksem adalah bentuk bahasa terkecil pendukung makna yang erat kaitannya dengan ide dan rujukan yang ada dalam alam pikir manusia pemakainya (Parera, 2007: 118). Kosakata adalah suatu komponen dalam bahasa yang terus berkembang tanpa berhenti. Pemerolehan leksikon sebagai suatu penguasaan yang tidak hanya menyangkut kemampuan pelafalan tetapi juga pengaitan antara bentuk dan makna (Dardjowidjojo, 2000: 3940). Menurut Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia (Anbiya, 2010: 54) jenis-jenis kata dibedakan menjadi tiga belas kelas kata, yaitu kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), kata benda (nomina), kata bilangan (numeralia), kata ganti (pronomina), kata keterangan (adverbia), kata tunjuk (demonstrative), kata tanya (interogativa), kata sandang (artikula), kata depan (preposisi), kata seru (interjeksi), kata penghubung (konjungsi), dan kata ulang (reduplikasi). Menurut Padmosoekotjo (1958: 17) jenis-jenis kata dalam bahasa Jawa dibedakan menjadi sepuluh kelas kata, yaitu tembung aran (kata benda), tembung krija (kata kerja), tembung watak (kata sifat), tembung panerang-wasesa (kata keterangan), tembung sesulih (kata ganti), tembung wilangan (kata bilangan), tembung antjer-antjer (kata depan), tembung pengiket (kata sambung), tembung panjilah (kata sandang), dan tembung sabawa (kata seru). Anak tunagrahita tidak dapat disamakan dengan penyakit, atau berhubungan dengan penyakit, tetapi keadaan tunagrahita suatu kondisi yang ada, Mental retardated is not disease but a condition atas dasar itulah tunagrahita dalam keadaan gradasi manapun tidak bisa disembuhkan atau diobati dengan apapun Krik dalam Effendi (2006: 9). Soemantri (1996: 86) mengemukakan karakteristik anak tunagrahita ringan yaitu anak terbelakang mental ringan

Skriptorium, Vol. 1, No. 1

Pemerolehan Kosakata Bahasa Indonesia

dapat dididik menjadi tenaga kerja semi-skilled seperti pekerjaan laundry, pertanian, pertenakan, pekerjaan rumah tangga, bahkan jika dilatih dan dibimbing dengan baik anak tunagrahita ringan dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan. Namun demikian, anak terbelakang mental ringan tidak mampu melakukan penyesuaian sosial secara independen. Ia akan membelanjakan uangnya dengan tolol, tidak dapat merencanakan masa depan dan bahkan suka berbuat kesalahan. Pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami gangguan fisik. Mereka secara fisik tampak seperti anak normal pada umumnya. Oleh karena itu agak sukar membedakan secara fisik anak tunagrahita ringan dengan anak normal. Metode penelitian merupakan suatu hal yang diperlukan dalam suatu penelitian. Penggunaan metode penelitian yang tepat dapat menghindari kemungkinan timbulnya penyimpanganpenyimpangan sehingga data yang diperoleh benar-benar objektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Metode adalah cara teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan, atau cara kerja bersistem unutk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan mencapai tujuan yang ditentukan (Djajasudarma, 2001: 1). Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif karena penelitian diarahkan pada kondisi asli dimana dan kapan subjek penelitian berada. Artinya sasaran pada kondisi aslinya secara alami. Dengan cara ini diharapkan akan dapat diketahui kata-kata yang muncul dari masing-masing anak. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan. Penelitian ini dilakukan di SDLB-C Tunagrahita Kategori ringan Alpa Kumara Wardhana II Surabaya Jl. Kalibokor timur no.165 Surabaya. Peneliti memperoleh data diawali dengan observasi. Data yang akan diambil adalah hasil dari pengamatan dan rekaman dengan menggunakan tape recorder. Metode pemerolehan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik pemancingan atau elisitasi (Sudaryanto, 1993: 134-135). Teknik pemancingan yang dilakukan adalah dengan menyediakan media gambar yang mudah dikenali anak agar anak tersebut mau berbicara. Melalui gambar tersebut, peneliti bisa mengetahui kosakata apa saja yang dimiliki oleh siswa-siswa tersebut. Hal selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah teknik lanjutan yaitu teknik rekam dan catat. Peneliti merekam semua kata yang sudah diucapkan oleh anak tersebut, setelah itu mendeskripsikan data ujaran anak tunagrahita ringan untuk melihat pemerolehan kosakata yang kemudian diklasifikasikan ke dalam jenis kata. Informan adalah bagian dari komunitas yang mempunyai ciri-ciri dan karakteristik yang sama dengan komunitas tersebut (Sumarsono, 2004:44). Kriteria informan dalam penelitian ini antara lain: a. Berusia 9 tahun. b. Sudah ada status tunagrahita dari dokter. c. Tidak mengalami gangguan bicara dan gangguan pendengaran. d. Dapat berkomunikasi dengan baik. e. Mempunyai fisik normal, tidak down syndrome. Berdasarkan kriteria yang telah disebutkan oleh peneliti diatas, ternyata yang memenuhi syarat sebagai informan hanya 3 anak. Maka 3 anak ini adalah informan yang dapat mewakili komunitas tersebut. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mentranskripsikan data ujaran anak untuk melihat jumlah kosakata anak yang kemudian diklasifikasikan ke dalam jenis kosakatanya. Analisis ini untuk mendapatkan deskripsi pemerolehan kosakata anak tunagrahita usia 9 tahun. Kosakata yang diujarkan oleh anak tersebut tidak hanya menggunakan bahasa Indonesia tetapi juga bahasa Jawa.

Skriptorium, Vol. 1, No. 1

Pemerolehan Kosakata Bahasa Indonesia

Metode hasil penyajian data yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti menyajikan analisis data dengan menggunakan analisis deskriptif yang menjelaskan dan memaparkan bentuk-bentuk kosakata yang diujarkan oleh anak tunagrahita usia 9 tahun dengan berdasarkan pada data-data yang telah ditranskripkan. Data-data yang telah dikumpulkan tersebut selanjutnya akan disajikan dalam bentuk uraian dan tabel dengan mengklasifikasikan berdasarkan jenis katanya. Hasil dan Pem bahasan A. Pemerolehan Kosakata Anak Usia 9 Tahun Anak usia sembilan tahun yang normal sudah bisa menguasai kosakata dengan baik, kira-kira kosakata yang dikuasai mencapai 14000 kosakata atau lebih. Tetapi jika anak berkebutuhan khusus seperti anak yang menderita kelainan tunagrahita kosakata yang dikuasai akan kurang dari kosakata yang dikuasai oleh anak normal. Pemerolehan kosakata anak bisa dikatakan sedikit atau banyak karena dipengaruhi oleh faktor lingkungan, orang tua, dan kepribadian anak itu sendiri. A.1 Pemerolehan Kosakata bahasa Indonesia A1 Dari data yang diperoleh selama perekaman, diperoleh kosakata beberapa bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Pada saat pengambilan data usia kronologis (A1) adalah 8 Tahun 7 Bulan 12 Hari. Data jumlah kosakata A1 dapat dilihat sebagai berikut: Anak A1 Jumlah kosakata 323 K K 36 K S 39 KB 186 KB l 20 KG 10 K Ket 12 K T 7 K Tn y 6 K S n 1 K D 3 K Sr 1 K P 2 K U -

Berdasarkan informasi yang didapat peneliti melalui formulir penelitian, A1 dinyatakan memiliki kelainan tunagrahita pada usia 4 tahun oleh dokter dan psikolog yang menanganinya. A1 pernah diperiksakan kesehatannya dan A1 tidak mengalami ketulian, namun ketika dilakukan tes IQ, diketahui bahwa A1 mengalami retardasi mental (keterbelakangan mental). Menurut informasi orang tua A1 dan catatan psikolog yang di dapat peneliti melalui SDLB-C AKW II, objek memiliki IQ 85 sehingga A1 dikategorikan retardasi mental ringan. Maka dari itu, kedua orang tuanya sangat melindungi A1, memeliharanya sendiri, dan sering meminta nasihat kepada dokter, psikolog, dan guru kelas yang mengajar A1. Menurut tabel yang tertera di atas dapat dilihat bahwa kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai dan yang diujarkan oleh anak usia 9 tahun dalam penelitian ini rata-rata mencapai 350 kosakata. Dapat dilihat A1 merupakan anak yang paling banyak menguasai kosakata bahasa Indonesia hingga 323 kata yang diujarkan. Dari data di atas A1 menguasai KK sebanyak 36 kata, KS sebanyak 39 kata, KB sebanyak 186 kata, KBl sebanyak 20 kata, KG sebanyak 10 kata, KKet sebanyak 12 kata, KT sebanyak 7 kata, KTny sebanyak 6 kata, KSn sebanyak 1 kata, KD sebanyak 3 kata, KSr sebanyak 1 kata, KP sebanyak 2 kata, dan KU tidak diujarkan atau kosong dalam tabel. Selain jenis kata tersebut juga terdapat 3 partikel (P). Hal ini sangat cocok dengan kepribadiannya A1 yang suka berbicara, meski awalnya A1 pendiam tetapi lama-kelamaan A1 menjadi anak yang suka berbicara tanpa harus diminta oleh peneliti. Dari tabel di atas dapat diketahui kosakata bahasa Indonesia pada A1 lebih banyak penggunaan kata benda. Hal ini terjadi karena kata pertama yang diajarkan orang tua A1 adalah kata benda, karena kata benda merupakan kata yang jelas wujudnya dan ada disekitar anak. Tetapi dari data tersebut diketahui bahwa A1 belum mengenal kata ulang.

Skriptorium, Vol. 1, No. 1

Pemerolehan Kosakata Bahasa Indonesia

A.1.1 Pemerolehan kosakata bahasa Jawa A1 Anak Jumlah TA TK TW TPW Kosakata A1 63 16 24 11 3

TS 6

TWI 2

TAA 0

TP 0

TPn 1

TSa 0

Tabel di atas menjelaskan bahawa A1 menguasai kosakata bahasa Jawa sebanyak 63 kata. Dari data diatas A1 menguasai TA sebanyak 16 kata, TK sebanyak 24 kata, TW sebanyak 11 kata, TPW sebanyak 3 kata, TS 6 kata, TWl 2 kata, TPn sebanyak 1 kata, dan jenis kata TAA, TP, dan TSn tidak diujarkan atau kosong. Banyaknya kosakata bahasa Jawa yang diujarkan oleh A1 disebabkan oleh penggunaan bahasa pertamanya atau bahasa sehari-harinya adalah bahasa Jawa. Terlebih lagi latar belakang dari keluarga Jawa yaitu dari daerah Tegal, terkadang A1 menggunakan bahasa Jawa dialek Tegal saat berbicara dengan gurunya, tetapi saat gurunya tidak mengerti apa yang sudah dibicarakan, A1 dengan cepat mengganti dengan bahasa Jawa yang mudah di mengerti oleh gurunya. Hal ini terjadi karena kedua orang tua A1 juga menggunakan bahasa Jawa dialek Tegal saat berkomunikasi. Di lingkungan sekolah, A1 menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa, karena guru dan para wali murid kebanyakan menggunakan bahasa Jawa. Hal ini yang membuat percampuran kedua kosakata bahasa Jawa dan bahasa Indonesia tersebut digunakan. A.2 Pemerolehan kosakata bahasa Indonesia A2 Data yang diperoleh dari hasil perekaman didapatkan kosakata bahasa Indonesia 268 dan 63 kosakata bahasa Jawa. Usia kronologis A2 pada saat pengambilan data yaitu 8 Tahun 9 Bulan 12 Hari. Kosakata A2 dapat dilihat sebagai berikut: Anak A2 Jumlah Kosakata 264 KK 34 KS 27 KB 173 KB l 12 K G 4 KK et 6 K T 0 KT ny 4 KS n 0 K D 1 K S r 0 K P 1 K U 4

Berdasarkan informasi dari ayah A2 dan catatan dokter yang didapat peneliti dari SDLB-C, kelainan pada A2 disebabkan A2 saat lahir dalam keadaan tidak normal. Berdasarkan informasi yang didapat peneliti melalui formulir penelitian dan catatan media, A2 dinyatakan memiliki kelainan tunagrahita pada saat usia anak tersebut 4 tahun oleh dokter dan psikolog yang menanganinya. A2 pernah diperiksakan kesehatannya dan Ia tidak mengalami ketulian, namun ketika dilakukan tes IQ, diketahui bahwa A2 mengalami retardasi mental (keterbelakangan mental). Menurut informasi orang tua A2 dan catatan psikolog yang di dapat peneliti melalui SDLB-C AKW II, objek memiliki IQ 53 sehingga A2 dikategorikan retardasi mental ringan. Menurut tabel yang tertera di atas dapat dilihat A2 menguasai kosakata bahasa Indonesia lebih sedikit dibanding A1. A2 menguasai kosakata bahasa Indonesia hingga 264 kata yang diujarkan. Dari data di atas A2 menguasai KK sebanyak 33 kata, KS sebanyak 27 kata, KB sebanyak 173 kata, KBl sebanyak 12 kata, KG sebanyak 4 kata, KKet sebanyak 4 kata, KTny sebanyak 4 kata, KP sebanyak 1 kata, KU sebanyak 4 kata, sedangkan KT, KSn, KD dan KSr tidak diujarkan atau kosong dalam tabel. Selain jenis kata tersebut juga terdapat partikel sebanyak 2 kata. Hal ini sangat cocok dengan kepribadian A2 yang jarang berbicara. A2 harus dipancing dengan pertanyaan agar dia berbicara. Terkadang A2 bicara sendiri untuk menarik perhatian orang yang di sekelilingnya. A2 juga sering menirukan apa yang diucapkan oleh A1. Dari tabel tersebut dapat diketahui kosakata bahasa Indonesia pada A2 lebih banyak penggunaan kata benda. Hal ini terjadi karena kata pertama yang diajarkan pada A2 yaitu kata

Skriptorium, Vol. 1, No. 1

Pemerolehan Kosakata Bahasa Indonesia

benda. Orang tua A1 pertama kali juga mengajarkan kata benda, karena kata benda merupakan kata yang jelas wujudnya dan ada disekitar anak. Tetapi dari data tersebut diketahui bahwa A2 belum mengenal kata tunjuk, kata depan, dan kata serapan. Tuturan A2 sedikit berbeda dengan yang lain saat dilakukan perekaman karena A2 belum bisa mengucapkan satu kata secara utuh. A2 hanya bisa mengucapkan bagian tengah atau belakang dari suatu kata. Misalnya kata /selendang/ dituturkan /sendang/. A2 terkadang juga susah melafalkan fonem /r/, misalnya kata /karung/ dituturkan /kalung/, /pramuka/ dituturkan /plamuka/, /kotoran/ dituturkan /kotolan/, dan lain-lain. Lalu A2 juga suka melesapkan fonem dari suatu kata, misalnya kata /kursi/ dituturkan /kusi/, /kapur/ dituturkan /kapo/, /kapal/ dituturkan /kappa/, dan lain-lain. Selain itu A2 juga sering menuturkan fonem /c/ diubah menjadi fonem /t/. misalnya kata /pancingan/ dituturkan /pantingan/. Fonem /j/ diubah menjadi fonem /d/, misalnya kata /gajah/ dituturkan /gada/, /baju/ dituturkan /badu/, /anjing/ dituturkan /anding/. Padahal A2 sudah dapat menuturkan fonem /j/ misalnya kata /ngaji/. A.2.1 Pemerolehan kosakata bahasa Jawa A2 Anak Jumlah TA TK TW TPW Kosakata A2 63 27 22 5 3 TS 3 TWl 1 TAA 1 TP 0 TPn 0 TSa 1

Tabel di atas menjelaskan bahwa A2 menguasai kosakata bahasa Jawa sebanyak 63 kata. Dari data diatas A2 menguasai TA sebanyak 27 kata, TK sebanyak 22 kata, TW sebanyak 5 kata, TPW sebanyak 3 kata, TS sebanyak 3 kata, TWl sebanyak 1 kata, TSn sebanyak 1 kata, dan jenis kata TP, dan TPn tidak diujarkan atau kosong dalam tabel. Latar belakang dari keluarga Jawa mempengaruhi penggunaan kosakata bahasa Jawa yang diperoleh A2 cukup banyak. Pekerjaan ayahnya yang menjadi buruh di pabrik mempengaruhi bahasa sehari-hari A2 menggunakan bahasa Jawa. Percampuran dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dalam kosakata yang diujarkan A2 dikarenakan bahasa ibunya adalah bahasa Jawa, sedangkan saat di sekolah A2 lebih sering berkomunikasi dengan temantemannya maupun gurunya menggunakan bahasa Jawa. Hal tersebut terjadi karena guru dalam kelas A2 selalu menggunakan bahasa Jawa ketika berkomunikasi, saat menerangkan pelajaran pun terkadang gurunya menyelipkan bahasa Jawa. A.3 Pemerolehan kosakata bahasa Indonesia A3 Data yang diperoleh dari hasil perekaman didapatkan 204 kosakata bahasa Indonesia dan 27 kosakata bahasa Jawa. Usia kronologis A2 pada saat pengambilan data yaitu 8 Tahun 12 Bulan 27 Hari. Jumlah kosakata A2 dapat dilihat sebagai berikut: Anak A3 Jumlah Kosakata 204 K K 15 KS 9 KB 164 K Bl 7 K G 3 K Ket 1 KT 1 K Tn y 2 K Sn 0 K D 1 K Sr 0 KP 1 K U 0

Berdasarkan informasi dari ayah A3 dan catatan dokter yang didapat peneliti dari SDLB-C, kelainan pada A3 disebabkan A3 saat lahir dalam keadaan tidak normal. Berdasarkan informasi yang didapat peneliti melalui formulir penelitian, A3 dinyatakan memiliki kelainan tunagrahita pada saat usia anak tersebut 4 tahun oleh dokter dan psikolog yang menanganinya. A3 pernah diperiksakan kesehatannya dan Ia tidak mengalami ketulian, namun ketika dilakukan tes IQ, diketahui bahwa A3 mengalami retardasi mental (keterbelakangan mental). Menurut informasi orang tua A1 dan catatan psikolog yang di dapat peneliti melalui SDLB-C AKW II, objek memiliki IQ 50 sehingga A3 dikategorikan retardasi mental ringan.

Skriptorium, Vol. 1, No. 1

Pemerolehan Kosakata Bahasa Indonesia

Menurut tabel yang tertera di atas dapat dilihat bahwa kosakata bahasa Indonesia yang dikuasai dan yang diujarkan oleh anak usia 9 tahun dalam penelitian ini selama kurang lebih satu jam rata-rata mencapai 204 kosakata. A3 menguasai kosakata bahasa Indonesia hingga 204 kata yang diujarkan. Dari data di atas A3 menguasai KK sebanyak 15 kata, KS sebanyak 9 kata, KB sebanyak 164 kata, KBl sebanyak 7 kata, KG sebanyak 3 kata, KKet sebanyak 1 kata, KT sebanyak 1 kata, KTny sebanyak 2 kata, KD sebanyak 1 kata, KP sebanyak 1 kata, sedangkan KSn, KSr, dan KU tidak diujarkan atau kosong dalam tabel. Dari tabel tersebut dapat diketahui kosakata bahasa Indonesia pada A3 lebih banyak penggunaan kata benda. Hal ini terjadi karena kata pertama yang diajarkan pada A2 yaitu kata benda. Orang tua A1 pertama kali mengajarkan kata benda, karena kata benda merupakan kata yang jelas wujudnya dan ada disekitar anak. Tetapi dari data tersebut diketahui bahwa A3 belum mengenal kata Sandang, kata serapan, dan kata ulang. Pemerolehan kosakata bahasa Indonesia yang didapat A3 sangat sedikit dibanding A1 dan A2. Hal ini dikarenakan A3 lebih suka sibuk dengan mainan yang ada diatas mejanya. Saat peneliti mencoba untuk menanyai dengan gambar yang sudah disediakan, A3 masih tidak peduli sampai guru yang ada dikelas membentaknya baru A3 peduli. Saat disuruh menjelaskan apa saja yang ada dalam gambar, A3 hanya menyebutkannya sedikit. Saat A3 berkomunikasi dengan temanteman atau guru selalu disertai dengan tertawa, hal ini yang membuat kata yang diucapkan tidak begitu jelas. A.3.1 Pemerolehan kosakata bahasa Jawa A3 Anak Jumlah TA TK TW TPW Kosakata A3 27 14 8 1 1 TS 1 TWl 0 TAA 1 TP 0 TPn 0 TSa 1

Tabel di atas menjelaskan bahwa A3 menguasai kosakata bahasa Jawa sebanyak 27 kata. Dari data diatas A3 menguasai TA sebanyak 14 kata, TK sebanyak 8 kata, TW sebanyak 1 kata, TPW sebanyak 1 kata, TS sebanyak 1, TAA sebanyak 1 kata, TSa sebanyak 1 kata, sedangkan TWl, TP, dan TPn tidak diujarkan atau kosong dalam tabel. Latar belakang dari keluarga Jawa mempengaruhi penggunaan kosakata bahasa Jawa yang diperoleh A3 cukup banyak. Pekerjaan ayahnya yang menjadi pedagang di pasar mempengaruhi bahasa sehari-hari A3 menggunakan bahasa Jawa. Percampuran dua bahasa yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Jawa dalam kosakata yang diujarkan A3 dikarenakan bahasa ibunya adalah bahasa Jawa, sedangkan saat di sekolah A3 juga sering berkomunikasi dengan temantemannya maupun gurunya menggunakan bahasa Jawa. Hal tersebut terjadi karena guru dalam kelas A2 selalu menggunakan bahasa Jawa ketika berkomunikasi, saat menerangkan pelajaran pun terkadang gurunya menyelipkan bahasa Jawa. Mengajari anak berkebutuhan khusus seperti tunagrahita ini dibutuhkan kesabaran yang lebih, karena mereka tidak seperti anak normal lainnya yang memeiliki IQ lebih. Anak tunagrahita perlu diterangkan beberapa kali baru mereka bisa mengerti apa maksud pelajarannya. Mereka sering lupa apa yang sudah diajarkan kemarin, sehingga membuat gurunya untuk selalu mengulang. Contohnya saja dalam pelajaran matematika, mereka sudah hafal angka 1 sampai 20 hari itu, besoknya mereka pasti lupa jika tidak di ingatkan. Ketiga pemerolehan kosakata bahasa Indonesia dan kosakata bahasa Jawa diatas terdapat perbedaan antara pemerolehan kosakata A1, A2, dan A3. Perbedaan tersebut dikarenakan beberapa faktor yaitu usia, lingkungan, orang tua, dan kepribadian anak itu sendiri.

Skriptorium, Vol. 1, No. 1

Pemerolehan Kosakata Bahasa Indonesia

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap pemerolehan kosakata anak. Karena semakin banyak usia yang dimiliki oleh seorang anak, maka akan banyak pula kosakata yang dimilikinya. Tetapi dalam kasus ini terkadang usia tidak dapat menjadi patokan sedikit banyaknya kosakata yang diperoleh. Hal ini terbukti pada A3. A3 memiliki usia lebih banyak dibandingkan dengan A1 dan A2, tetapi A3 memiliki lebih sedikit kosakata bahasa Indonesia dan kosakata bahasa Jawa, hal ini dikarenakan IQ yang dimiliki A3 lebih rendah. Sim pulan Pemerolehan kosakata bahasa Indonesia pada anak tunagrahita usia 9 tahun dalam penelitian ini rata-rata mencapai 264 kata, sedangkan pemerolehan kosakata bahasa Jawa anak tunagrahita ringan usia 9 tahun dalam penelitian ini rata-rata mencapai 51 kata. Peran serta lingkungan sekolah maupun rumah, orang tua, dan kepribadian anak merupakan faktor yang dapat mempengaruhi bagi perkembangan pemerolehan kosakata bahasa Indonesia dan bahasa Jawa pada anak tunagrahita ringan. Hasil penelitian ketiga anak tersebut dapat diketahui bahwa kosakata bahasa Indonesia yang diucapkan lebih banyak penggunaan kata benda. Hal ini terjadi karena kata pertama yang diajarkan pada ketiga anak tersebut adalah kata benda. Banyaknya penggunaan kata benda ini terjadi karena kata benda merupakan kata yang jelas wujudnya, lebih mudah, dan ada disekitar anak. Dimana pun seorang anak berada, dia akan menguasai kosakata yang ada disekelilingnya dan kosakata yang ada pada saat itu. Sedangkan untuk kosakata bahasa Jawa dari ketiga anak tersebut paling banyak penggunaan tembung aran (kata benda) dan tembung krija (kata kerja). Hal ini dikarenakan tembung aran merupakan kata yang jelas wujudnya, dan lebih mudah untuk disebutkan, sedangkan untuk tembung krija merupakan kata kerja dalam bahasa Jawa yang lebih spesifik untuk melakukan suatu kegiatan. Referensi Anbiya, Fatya Permata. 2010. Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Transmedia Aribowo, Luita. 2008. Pemerolehan Fonem Anak usia 1-6 tahun di Taman Penitipan Anak Rumah Sakit Katolik St. Vicentius A Paulo. Tesis pada S-2. Linguistik, Program Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta. __________. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta. Dardjowidjojo, Soenjono. 2000. Echa Kisah Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. Jakarta: Grasindo. ____________________. 2010. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. ___________________. 1991. PELLBA 4. Yogyakarta: Kanisius. Djajasudsarma, T. Fatimah. 1993. Metode linguistik; ancangan metode penelitian dan kajian. Bandung: PT Eresco Effendi, Mohammad. 2006. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi Aksara.

Skriptorium, Vol. 1, No. 1

Pemerolehan Kosakata Bahasa Indonesia

Istiqomah, Mirza. 2011. Skripsi Pemerolehan Kosakata Anak Usia 5 dan 6 Tahun di TK Kurnia Blibis Manukan Wetan Tandes Surabaya. Skripsi pada Program Sarjana Universitas Airlangga (belum diterbitkan). Hurlock, Eluzaberh B. 1997. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Lukita, Putriska Candra. 2011. Metode Bercerita Sebagai Upaya Peningkatan Kosakata Bahasa Indonesia Anak Tunagrahita Ringan di SLB Dewi Sartika Sidoarjo. Skripsi pada Program Sarjana Universitas Negeri Surabaya (belum diterbitkan). Nababan, SU. 1992. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Padmosoekotjo. 1958. Ngengrengan Kasusastran Djawa. Jogjakarta: Hien Hoo Sing. Parera, Jos Daniel. 2007. Morfologi Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. Priyastuti, Dini. 2007. Pemerolehan Fonologis Bahasa Indonesia Pada Anak Down Syndrome di TKLB-C Alpa Kumara Wardhana II Surabaya. Skripsi pada Program Sarjana Universitas Airlangga, Surabaya (belum diterbitkan). Santrock, John W. 2002. Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga. Smart, Aqila. 2010. Anak Cacat Bukan Kiamat. Yogyakarta: Kata Hati. Somantri, Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika Aditama Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Verhaar, J. W. M. 2006. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Yulianto, Wahyu. 2009. Pemerolehan Kalimat Anak Usia 3-4 Tahun di PAUD Anak Ceria Universitas Airlangga: Kajian Perkembangan Bahasa. Skripsi pada Program Sarjana Universitas Airlangga, Surabaya (belum diterbitkan).

Skriptorium, Vol. 1, No. 1

Вам также может понравиться