Вы находитесь на странице: 1из 12

DAFTAR ISI Daftar Isi 1 BAB I DASAR TEORI . 2 BAB II HASIL PENGAMATAN .4 BAB III PEMBAHASAN .

9 BAB IV KESIMPULAN . 11 BAB V DAFTAR PUSTAKA . 12

BAB I DASAR TEORI

Pemeriksaan Sendi Tempora-Mandibula (STM) Sendi Tempora Mandibula adalah persendian antara RA dan RB. Persendian memiliki sistem dua persendian, yaitu persendian antara kondilus mandibula dengan fossa artikularis yang berada pada tulang temporal (Ganong, 1983). Diskus artikularis/meniskus sendi yang merupakan jaringan ikat fibrosa padat, memisahkan ruang sendi menjadi ruang sendi atas dan bawah. Di ruang sendi atas terjadi gerakan meluncur dan bagian bawah berfungsi sebagai sendi engsel. Selain itu juga terdapat kapsul dan ligamen sendi yang membatasi pergerakan sendi ke depan dan ke bawah. Permukaan sendi dilapisi oleh jaringan ikat fibrosa padat dan avaskuler. Hal ini menyebabkan sendi tidak dapat memikul beban karena tidak dilapisi oleh kartilago hialin. Ada empat otot kunyah utama, yaitu masseter, temporalis, pterygoideus medialis dan lateralis. Saat berfungsi, komponen-komponen sendi saling bekerja sama. Misalnya gerakan protrusi diawali kontraksi otot yang menarik kondil kedepan dan ke bawah mengikuti eminensia sendi (Okeson, 1993). Meniskus/Diskus artikularis merupakan suatu lempeng jaringan ikat fibrosa yang berada di antara kondil dan fosa artikularis. Diskus ini tidak melekat erat baik pada kondil dan fosa artikularis, bagian tengahnya tipis dan agak menebal pada bagian anterior dan posterior. Pada kedudukan normal dan menutup mulut, kedudukan kepala kondil berada pada bagian tengah diskus yaitu bagian yang tipis. Pada proses ini, otot masseter akan berkontraksi dan meluncurkan kondil ke arah posterior. Sedang, pada proses membuka mulut, diskus artikularis dan kondil bersama-sama meluncur ke bawah sepanjang eminensia sendi dan diskus artikularis berputar pada kepala kondil ke arah posterior. Panjang dan kelenturan serabut elastis serta bentuk diskus artikularis dapat berubah apabila pola gerak mandibula berubah dari pola gerak yang seharusnya. Secara klinis, perubahan ini menimbulkan bunyi

keletuk sendi pada saat menutup dan membuka mulut. (Alsawaf 1989, Ganong 1983).

BAB II HASIL PENGAMATAN

A. Pertanyaan dan Jawaban 1. Apa yang menyebabkan bunyi sendi? Terjadinya bunyi pada sendi karena adanya perubahan letak, bentuk, dan fungsi dari komponen sendi temporomandibular. Bunyi yang dihasilkan dapat bervariasi mulai dari bunyi yang lemah dan hanya terasa oleh si penderita sampai yang keras dan tajam. Bunyi ini dapat terjadi pada awal, pertengahan atau akhir gerak buka dan tutup mulut. 2. Apa perbedaan krepitus, clicking, dan popping? Krepitus adalah bunyi mengeret atau gemeretak menunjukan adanya perubahan degenerasi. Biasanya ditemukan pada pasien dengan kelainan sendi temporo-mandibula jangka panjang . Clicking adalah bunyi tunggal dalam waktu yang singkat. Bunyi tersebut dapat berupa bunyi berdebuk yang perlahan, samar sampai bunyi retak yang tajam dan keras. Popping adalah bunyi letupan karena adanya keterbatasan gerakan rahang atau atau gerakan rahang yang biasanya asimetri. 3. Bagaimana pola pergerakan kondil pada saat membuka dan menutup mulut? Pada saat membuka mulut, diskus artikularis dan kondil bersama-sama meluncur ke bawah sepanjang emenensia artikularis dan diskus artikularis berputar pada kepala kondil ke arah posterior sedangkan pada saat menutup mulut, kedudukan kepala kondil berada pada bagian tengah diskus yaitu pada bagian yang tipis. 4. Mengapa dapat timbul gerakan inkoordinasi mandibula?

Dapat terjadi karena hilangnya kontinuitas mandibula sehingga menyebabkan kehilangan keseimbangan dan akhirnya menyebabkan inkoordinasi gerakan mandibular. 5. Apakah posisi tidur dapat berpengaruh pada kondisi mandibula? Jelaskan mekanismenya! Tidur dilakukan kurang lebih selama 6 jam, bila seseorang memiliki kebiasaan tidur yang salah maka akan dapat mempengaruhi kondisi dari mandibular itu sendiri. Misalnya kebiasaan tidur dengan memiringkan tubuh ke salah satu sisi saja dapat menyebabkan tekanan mandibular yang berat pada salah satu sisi. Apalagi bila tidur dilakukan selama berjam-jam dan kebiasaan itu terbawa sejak lama, dapat menyebabkan perubahan posisi ataupun kemiringan dari mandibular yang nantinya akan berpengaruh pula pada susunan gigi geliginya. 6. Mengapa membuka mulut maksimal menimbulkan kelelahan dan nyeri? Membuka mulut maksimal dapat menimbulkan nyeri karena sendi temporomandibula mengalami dislokasi, dimana sendi rahang "keluar" dari lokasi normalnya. Sehingga menyebabkan rasa sakit dan lelah bila terus menerus dilakukan gerakan membuka mulut secara maksimal. 7. Bagaimana pengaruh pemijatan pada kelelahan? Jelaskan

mekanismenya! Pemijatan mampu memberikan banyak manfaat bagi tubuh. Efek pijat pada syaraf mampu memberikan rangsangan dan meningkatkan aktivitas otot, pembuluh darah, dan kelenjar yang diatur oleh otot-otot tersebut. Karena setelah dipijat, aliran darah ke otot akan lebih lancar sehingga pasokan oksigen akan lebih banyak dari sebelumnya. Oksigen berguna dalam proses pembakaran untuk menghasilkan energi, sehingga setelah dipijat energi meningkat dan otot dapat bekerja lebih lama. Kegiatan pijat mampu mengendurkan dan meregangkan otot dan jaringan-jaringan lunak dalam tubuh, sehingga mengurangi ketegangan otot dan kram. Perbaikan sirkulasi darah dan getah bening di otot akan menghasilkan

sirkulasi yang lebih baik dalam tulang-tulang yang terkait. Sendi yang tegang dan rasa sakit yang diakibatkan oleh kondisi-kondisi seperti arthritis, bisa dikurangi sehingga tercipta rasa nyaman dan kemudahan dalam bergerak. 8. Bagaimana pengaruh infra red pada kelelahan? Jelaskan mekanismenya! Pemberian infra red pada bagian tubuh tertentu setelah mengalami kelelahan, akan mengurangi kelelahan yang dirasakan. Hal ini dapat terjadi karena sinar infra red akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler darah membesar (vasodilatasi). Sirkulasi darah menjadi lancar, sehingga suplai oksigen dari darah mengalir lancar. Hal tersebut yang akan menyebabkan rasa lelah menjadi berkurang. B. Data Percoban 2.1 Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi Jenis kelamin orang coba Perempuan 1 Perempuan 2 Gerakan STM (simetri/normal/terjadi hambatan/....) Asimetris, normal, dan tidak terjadi hambatan Simetris, normal, dan tidak terjadi hambatan

2.2 Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi Jenis kelamin orang coba Perempuan 1 Perempuan 2 Gerakan STM (sakit/krepitasi/kliking/poping/....) Tidak sakit, normal Tidak sakit, normal

2.2.1 Pemeriksaan Gerakan Mandibula A. Gerakan Membuka Mulut Maksimal (A) Jarak maksimal (mm) 44 mm (B) Waktu maksimal (menit) 1 menit 39 detik

Jenis kelamin orang coba Perempuan

Laki-laki

55 mm

1 menit 21 detik

B. Gerakan Membuka dan Menutup Mulut Jenis kelamin orang coba Perempuan Perempuan Perempuan Gerakan mandibula (C) Antero-posterior (D) Lateral (E) Koordinasi gerakan Perubahan kondil Anterior: Antero-inferior Posterior: Posterior-superior Lateral-inferior Anteroposterior: simetris Lateral: simetris

F. Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut Jenis kelamin orang coba Perempuan Lamanya membuka mulut secara maksimal Waktu maksimal (ex. X menit) Istirahat 10 menit dari waktu maksimal (0.5 dari X menit + pemijatan)

Waktu sampai timbul kelelahan (menit) 1 menit 9 detik

1 menit 55 detik

Istirahat 10 menit dari waktu maksimal (0.5 dari X menit + pajanan sinar infra merah)

2 menit 15 detik

2.3 Gerakan STM Pada Beberapa Posisi Kepala 2.3.1 Pengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula (menunduk, menengadah, terlentang, kesamping, dan istirahat) Jenis kelamin orang coba Perempuan Perempuan Posisi kepala Tegak lurus Menunduk Jarak kondil tragus (mm) dan apa yang dirasakan 9 mm 8 mm

Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan

Menengadah Terlentang Kesamping Istirahat

13 mm 12 mm 7 mm 3 mm

BAB III PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Gerakan STM Secara Palpasi Pada pemeriksaan gerakan STM secara palpasi, dua orang berjenis kelamin perempuan melakukan palpasi dengan jarak 0.5-1 cm di depan meatus acusticus externus (lubang telinga) kiri dan kanan pada posisi membuka dan menutup mulut. Palpasi dilakukan secara bergantian. Pada orang coba pertama diketahui bahwa gerakan STM asimetris. Namun dalam membuka dan menutup mulut tidak terjadi hambatan maupun rasa nyeri, gerakan STM normal. Pada orang coba kedua, diketahui bahwa gerakan STM terjadi secara simetris dan normal, juga tidak terjadi hambatan pergerakan STM dan tidak ada rasa nyeri. 2.2 Pemeriksaan Bunyi STM Secara Auskultasi Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan stetoskop. Dua orang coba meletakkan stetoskop pada daerah STM, kemudian mendengarkan bunyi yang timbul saat masing-masing membuka dan menutup mulut. Kemudian dilakukan pencatatan, apakah ada bunyi krepitasi, clicking, atau popping yang muncul. Pemeriksaan ini dilakukan secara bergantian, dan hasilnya tidak ada bunyi krepitasi, clicking, maupun popping yang muncul. 2.2.1 Pemeriksaan Gerakan Mandibula A. Gerakan Membuka Mulut Maksimal Pada pemeriksaan kali ini, dua orang coba berjenis kelamin berbeda melakukan pemeriksaan bergantian dengan cara membuka mulut semaksimal mungkin. Kemudian dihitung panjang jarak maksimal mandibula dengan menggunakan penggaris dan dicatat berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi pergerakan maksimal mandibula untuk bertahan. Dari pemeriksaan yang diperoleh, panjang jarak maksimal mandibula orang coba perempuan adalah 44 mm dengan waktu maksimal 1 menit 39 detik. Sedangkan panjang jarak maksimal mandibula orang coba laki-laki adalah 55 mm dengan waktu maksimal 1 menit 21 detik. B. Gerakan Membuka dan Menutup Mulut

Pemeriksaan ini dilakukan oleh satu orang coba berjenis kelamin perempuan. Operator meletakkan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangan pada kedua kondil orang coba. Orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut, dilanjutkan menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang menyentuh. selanjutnya menggerakkan mandibula ke arah (C) antero-posterior dan (D)

lateral. Perubahan kondil pada saat orang coba menggerakkan mandibula ke arah antero-posterior dan lateral berturut-turut adalah anterior-inferior-posteriorsuperior dan lateral-inferior. Sedangkan (E) koordinasi gerakan masing-masing arah pergerakan mandibula adalah simetris. F. Kelelahan pada Gerakan Mandibula Menutup Mulut Pemeriksaan ini dilakukan oleh satu orang coba berjenis kelamin perempuan. Orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut maksimal sampai timbul rasa lelah. Didapatkan bahwa rasa lelah timbul pada waktu 1 menit 9 detik. Orang coba diistirahatkan selama 10 menit, kemudian kembali diinstruksikan untuk membuka mulut sampai timbul rasa lelah. Namun pada detik ke-35 setelah orang coba diinstruksikan untuk membuka mulut, operator melakukan pemijatan pada otot pembuka mulut. Kelelahan baru timbul pada waktu 1 menit 55 detik. Selanjutnya orang coba kembali diistirahatkan selama 10 menit. Setelah itu, orang coba diinstruksikan untuk melakukan hal yang sama, yaitu membuka mulut secara maksimal sampai timbul kelelahan. Pada detik ke-35 dilakukan pemajanan dengan sinar infra-red pada otot pembuka mulut, dan didapatkan hasil bahwa kelelahan timbul pada waktu 2 menit 15 detik. 2.3.1 Pengaruh Posisi Kepala Terhadap Gerakan Mandibula (menunduk, menengadah, terlentang, kesamping, dan istirahat) Pada pemeriksaan pengaruh posisi kepala terhadap gerakan mandibula ini, orang coba didudukkan dalam posisi kepala tegak dan oklusi sentrik. Posisi kondil dipalpasi dan puncak kondil dan tragus diberi tanda dengan spidol, kemudian ukur jarak kedunya. Jarak yang didapatkan adalah 9 mm. selanjutnya dilakukan pemeriksaan serupa dengan posisi kepala yang berbeda-beda. Jarak antara puncak kondil dan tragus pada posisi kepala menunduk, menengadah, terlentang, kesamping, dan istirahat adalah 8 mm, 13 mm, 12 mm, 7 mm, dan 3 mm.

10

BAB IV KESIMPULAN

Adanya kelainan intrakapsular memungkinkan terjadinya hambatan dan rasa sakit ketika sendi temporo-mandibula bergerak. Bunyi pada sendi terjadi karena adanya perubahan letak, bentuk, dan fungsi dari komponen sendi temporo-mandibula. Membuka mulut maksimal dapat menimbulkan nyeri karena sendi temporo-mandibula mengalami dislokasi, sehingga menimbulkan rasa sakit.

Pemijatan menyebabkan energi meningkat dan otot dapat bekerja lebih lama. Pemberian infra red akan mengurangi kelelahan yang dirasakan karena sinar infra red akan menghasilkan panas yang menyebabkan pembuluh kapiler darah membesar (vasodilatasi).

Posisi kepala saat sedang beristirahat adalah saat dimana antara puncak kondil dan tragus memiliki jarak yang paling pendek.

11

BAB V DAFTAR PUSTAKA

Ganong WF, 1983. Fisiologi Kedokteran Ed. 10. Jakarta: EGC. Guyton, Arthur C. 2007. Fisiologi Kedokteran Ed. 11. Jakarta: EGC.

12

Вам также может понравиться