Вы находитесь на странице: 1из 10

ISOLASI SPESIES MIKROALGA

Oleh: Nama NIM Kelompok Rombongan Asisten : Muhammad Abdullah Kamal Muktar : B1J010182 :1 :I : Andri Andriawan

LAPORAN PRAKTIKUM FIKOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2013

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Mikroalga umumnya bersel satu dan hidup sebagai tumbuhan yang dikenal sebagai fitoplankton. Fitoplankton memiliki zat hijau daun (klorofil) yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air dan merupakan dasar mata rantai pada siklus makanan di perairan baik laut maupun tawar dimana fitoplankton merupakan pakan alami bagi zooplankton dan ikan ikan kecil. Pesatnya usaha perikanan di Indonesia terutama pembenihan ikan, udang maupun kerang menyebabkan peranan mikroalga sebagai pakan alami semakin besar khususnya mikroalga sebagai pakan awal (initial feed) larva. Ketersediaan fitoplankton yang sesuai baik jumlah maupun mutu serta kesinambunganya merupakan salah satu faktor diantara penentu keberhasilan pemeliharaan larva ikan, udang, kepiting dan rajungan. Hal ini berarti setiap usaha pembenihan, teknik kultur fitoplankton secara terkontrol harus dikuasai sehingga kegagalan pemeliharaan larva yang disebabkan oleh kekurangan pakan alami tidak terjadi Dalam dunia tumbuhan alga atau sering disebut ganggang termasuk kedalam dunia thallopyta (tumbuhan thallus), karena belum mempunyai akar, batang dan daun secara jelas. Namun banyak diantaranya kurang dimanfaatkan oleh manusia karena sukar diperoleh dan terdapat banyak kendala dalam mengisolasinya, terutama dalam pengisolasian mikroalga. Isolasi termasuk salah satu langkah penting sebelum melakukan metode biakan murni sebagai salah satu langkah untuk melakukan kultur mikroalga . Hal tersebut dilakukan untuk menghindari kontaminasi alga dari mikroorganisme lainnya seperti protozoa sehingga bibit murni untuk kultur mikroalga dapat diperoleh.

B. Tujuan Tujuan praktikum ini adalah untuk membuat biakan murni mikroalga dengan metode isolasi pengenceran berseri, metode isolasi pengulangan sub kultur, metode isolasi pipet kapiler, dan metode isolasi goresan.

C. Tinjauan Pustaka Teknik isolasi mikroalga merupakan langkah awal yang memegang peranan penting dalam kultur pakan alami. Sediaan inokulum atau bibit yang mempunyai kualitas dan kuantitas yang baik serta berkesinambungan sangat diharapkan untuk mendukung proses pembenihan ikan atau udang, isolasi spesies fitoplankton bukan masalah yang sederhana karena sifat alami sel fitoplankton dari pakan alami itu sendiri. Secara individu sel mikroalga sangat kecil dan biasanya berasosiasi dengan spesies epiphytic lain yang tidak sesuai (Suriadyani, 2006). Isnansetyo dan Kurniastuti (1995) menyatakan ada beberapa cara isolasi mikroalga untuk mengambil kultur murni jenis tunggal. Cara-cara ini tidak hanya digunakan untuk memisahkan jenis yang diinginkan dari populasi berbagai jenis plankton alam, tetapi juga digunakan untuk memisahkan satu jenis atau mikroalga yang telah terkontaminasi oleh organisme lain. Pada dasarnya ada lima cara yaitu metode isolasi pipet kapiler, metode isolasi pengenceran berseri, metode isolasi secara biologis metode isolasi goresan pada cawan petri dan metode sub kultur berulang. Tujuan isolasi adalah untuk memperoleh fitoplankton/mikroalga monopesies (murni) dengan cara mengambil sampel air di alam dengan menggunakan planktonnet, untuk selanjutnya diamati dibawah mikroskop.

II. MATERI DAN METODE

A. Materi Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah mikroskop, object glass, cover glass, pipet, pipet kapiller, botol film, planktonnet dan kamera digital. Bahan yang digunakan pada praktikum ini meliputi sampel mikroalga dan akuades steril.

B. Metode 1. Sampel mikroalga diambil menggunakan planktonnet dan dimasukkan ke dalam tempat film. 2. Sampel diambil menggunakan pipet tetes dan diteteskan di ujung object glass 3. Akuades diteteskan sebanyak tiga tetes pada permukaan object glass. 4. Sampel mikroalga dari air diteteskan pada salah satu tetesan akuades. 5. Mikroalga diisolasi dengan bantuan mikroskop dan pipet kapiler kemudian dipindahkan dari satu media ke media lain hingga didapat satu spesies mikroalga. 6. Monospesies mikroalga yang didapat kemudian difoto dengan kamera digital

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Cosmarium subcucumis B. Pembahasan Menurut Anonim (2011), klasifikasi Coelastrum sp. adalah sebagai berikut: Divisi : Chlorophyta Kelas : Chlorophyceae Bangsa : Zygnematales Suku : Desmidiaceae

Marga : Cosmarium Jenis : Cosmarium subcucumis Cosmarium subcucumis umumnya uniseluler, sel-sel yang dikompresi dengan panjang sedikit lebih besar dari luas dan penyempitan median berbeda, beberapa sel mereka bergabung filamen panjang. Dinding sel memiliki kenampakan halus dan beragam ornamen. Tampak depan terlihat semi sel mungkin setengah lingkaran, elips, reniform, trapesium atau subquadrate. Secara garis besar pandangan vertikal biasanya elips. Setiap semi sel memiliki kloroplas dengan sumbu tunggal dan empat bentuk cawan untuk memancar serta pyrenoids ditemukan di bagian aksial. Spesies ini merupakan alga hijau yang dapat ditemukan di air tawar (Bold, 1987). Isolasi merupakan pemisahan suatu kultur mikroba dari campuran biakan mikroba di alam untuk memperoleh sel individu yang diinginkan (Atmadja, 1996).

Alga merupakan produsen primer dalam suatu ekosistem perairan dan merupakan organisme uniseluler, filamen dan berkembang biak secara aseksual. Cara hidupnya dapat menempel ataupun melayang sebagai fitoplankton. Alga berdasarkan ukurannya dapat dibedakan menjadi mikroalga dan makroalga. Mikroalga adalah alga yang berukuran sangat kecil sehingga tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Mikroalga juga tersebar dalam perairan laut (Feldman, 1951). Menurut Nagasaki dan Yamaguchi (1997), Isolasi juga dilakukan untuk mengetahui efek mikroba lain seperti misalnya virus pada aktivitas suatu alga seperti yang terjadi pada mikroalga Heteroshigma akashiwo yang menyebabkan perkembangan alga terlalu cepat di lautan yang menyebabkan kematian pada ikan kultur seperti salmon atau yellowtail. Mikroalga tidak hanya merugikan, namun bisa saja menguntungkan bagi yang mengisolasi atau mengkultur untuk mendapatkan biodiesel misalnya. Sebagian mikroalga sudah banyak yang digunakan dalam penelitian pemroduksi biodiesel, contoh mikroalga yang banyak mengandung lemak atau lipid Botryococcus sp. akan menghasilkan minyak Omega-3 cukup besar dari setiap individunya. Hal ini sangat diperlukan untuk kemajuan teknologi modern yang banyak membutuhkan biodiesel sebagai bahan bakar (Thang, 2012). Menurut Indriani dan Sumiarsih (1999), metode kultur murni mikroalga di laboratorium untuk memperoleh satu jenis mikroalga (monospesies) dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : 1. Metode pipet kapiler

Metode kultur murni dengan menggunakan metode pipet kapiler dapat dilakukan dengan cara sel mikroalga yang akan dikultur dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler steril lalu dipindahkan ke dalam media yang sesuai. Pipet yang akan digunakan untuk metode ini adalah pipet yang mempunyai diameter antara 3 5 kali besar mikroalga yang akan diisolasi dan pipetnya dilakukan pembakaran pada bagian ujungnya. Proses isolasi ini dilakukan dibawah mikroskop dengan cara mengambil mikroalga yang diperoleh dengan menggunakan alat planktonnet. Kemudian mikroalga tersebut dilakukan penyaringan dan diteteskan pada gelas obyek. Dengan menggunakan pipet kapiler ambil tetesan mikroalga tersebut dan amati dibawah mikroskop. Kemudian mikroalga tersebut dikultur dalam tabung reaksi volume 10 ml yang telah diperkaya dengan jenis pupuk yang sesuai dengan mikroalga yang akan diisolasi dan lakukan pengamatan jenis mikroalga yang tumbuh dibawah mikroskop

setiap hari dan lakukan kegiatan tersebut sampai diperoleh jenis mikroalga yang diinginkan. 2. Metode media agar Metode media agar adalah suatu metode pemurnian individu dari suatu sampel perairan dengan cara membuat kultur murni dengan menggunakan media agar. Media yang digunakan pada saat inokulasi adalah media agar yang dilengkapi dengan larutan nutrien pengkaya, larutan trace element dan vitamin. Media nutrient tersebut mengandung bahan-bahan kimia yang digunakan untuk sintesis protoplasma pada proses kulturnya. Media yang umum digunakan adalah media Conway dan media Guillard. Media Conway digunakan untuk phytoplankton hijau sedangkan pupuk Guillard untuk phytoplankton coklat. 3. Metode subkultur Metode subkultur adalah suatu metode mengisolasi mikroalga dimana metode ini dapat digunakan jika mikroalga yang kita inginkan bukan mikroalga yang dominan. Peralatan yang digunakan dalam mengisolasi fitoplankton dengan metode ini adalah mikroskop, pipet, autoklaf, oven, haemocytometer, gelas ukur, gelas piala dan tabung reaksi. Bahan-bahan yang digunakan adalah medium Bristole, air tanah, akuades, vitamin B12, vitamin B6, vitamin B1 dan sampel air kolam. Prosedur yang digunakan dalam metode subkultur ada dua tahapan yaitu pertama melakukan sterilisasi peralatan dan bahan yang akan digunakan dan yang kedua adalah melakukan isolasi. Sterilisasi dilakukan pada semua alat dan bahan yang akan digunakan dalam kultur mikroalga / fitoplankton. 4. Metode pengenceran berseri Metode pengenceran berseri merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengisolasi mikroalga atau phytoplankton jika jenis mikroalga atau phytoplankton yang kita inginkan adalah jenis yang dominan. Adapun peralatan yang digunakan adalah sama dengan metode subkultur, sedangkan bahan yang digunakan adalah medium Bristol, akuades, sampel air kolam,vitamin B12, vitamin B6 dan vitamin B1. Peralatan dan bahan yang akan digunakan dalam metode pengenceran berseri dilakukan isolasi. Isolasi peralatan dan bahan yang akan digunakan sama dengan metode subkultur. Isolasi dilakukan berdasarkan karakteristik dan ukuran atau jumlah mikroalga yang dibutuhkan.

1.

Metode isolasi secara biologis, dengan menggunakan pengaruh sifat phototaksis organisme yang akan diisolasi

2.

Metode isolasi pengenceran berseri, digunakan bila jumlah jenis organisme banyak dan ada spesies dominan, memindahkan sampel ke dalam beberapa tabung reaksi yang dikondisikan untuk pertumbuhan yang akan diisolasi

3.

Metode isolasi pengulangan subkultur, hampir sama dengan metode isolasi pengenceran berseri, tapi jumlah dan jenis organisme yang terkumpul sedikit;

4.

Metode isolasi pipet kapiler, dimana sampel 10-15 tetes diteteskan di tengah gelas obyek, dan sekelilingnya ditetesi 6-8 tetes medium

5.

Metode isolasi goresan, untuk mengisolasi fitoplankton tunggal dengan menggunakan media agar. Kelebihan dari metode isolasi kapiler yang dilakukan adalah bahan yang

dibutuhkan hanya memerlukan jumlah yang sedikit dan tidak memakan banyak tempat sedangkan kekurangannya tidak bisa dilakukan untuk organisme yang jumlah dan jenisnya banyak, juga memerlukan ketelitian yang tinggi pada saat menyaring mikroalga saat menggunakan akuades, agar akuades tidak terlalu banyak sehingga monospesies mikroalga bisa didapatkan dengan tepat (Prasetyo, T, 1967).

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Mikroalga yang didapat dari hasil isolasi adalah Cosmarium subcucumis. 2. Metode isolasi yang dilakukan adalah metode isolasi pipet kapiler, dimana sampel yang telah diambil diteteskan beberapa kali di tengah gelas obyek sebelum disaring dengan meneteskan akuades yang berada di tepi gelas obyek dan diamati di bawah mikroskop hingga monospesies mikroalga diperoleh.

B. Saran Saran untuk praktikum isolasi spesies mikroalga, seharusnya preaktikan seluruhnya mengisolasi mikroalga, tidak hanya perorangan dengan anggota yang cukup banyak.

DAFTAR REFERENSI

Atmadja, W. S. , A. Kadi, Sulistijo, dan Rachmaniar. 1996. Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi, LIPI, Jakarta. Bold, H. C., C. J. Alexopoulos & T. Delevoryas, 1987. Morphology of plants and fungi. Harper & Row, New York. (5th ed.). 912pp. Feldman, Y. 1951. Ecology of Marine. Stanford University, California. Isnansetyo, Ir. A., dan Kurniastuty, Ir., 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton, Pakan alami Untuk Pembenihan Organisme Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Kusnadi, P., Syulasmi, A., Purwianingsih, W., & Diana. 2003. Mikrobiologi. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains & Humaniora 2(1), 68-80. Nagasaki, Keizo and Mineo Yamaguchi. 1997. Isolation of a virus infectious to the harmful bloom causing microalga Heterosigma akashiwo (Raphidophyceae). Journal of Aquatic Ecology. Vol. 13: 135-140,1997 Prasetyo, Triastono Imam.1967. Beberapa Genus Alga Air Tawar. Malang: UM PRESS. Suriadnyani, N.N, 2004. Teknik Kultur Fitoplankton Secara Tradisional. Buletin teknik Litkayasa Akuakultur Vol.3 no.2: 21-25. Thang, Van Duong, Yan Li, Ekaterina Nowak and Peer M. Schenk. 2012. Microalgae Isolation and Selection for Prospective Biodiesel Production. Energie.(5) 1835-1849

Вам также может понравиться