Вы находитесь на странице: 1из 5

LABA YANG BELUM DIREALISASI DARI PENJUALAN ARUS KE BAWAH Penjualan oleh perusahaan induk kepada perusahaan anaknya

meningkatkan penjualan, harga pokok penjualan dan laba bruto perusahaan induk tetapi tidak mempengaruhi pendapatan perusahaan anak sampai barang dagangan tersebut dijual kembali kepada pihak luar. Karena seluruh jumlah laba bruto atas barang dagangan yang dijual secara arus-ke-bawah dan sisanya yang terdapat pada persediaan perusahaan anak meningkatkan pendapatan perusahaan induk, maka seluruh jumlah tersebut harus dieliminasi dari laporan laba bersih perushaan induk berdasarkan metode ekuitas. Konsisten dengan konsep konsolidasi satu baris, hal ini dilakukan dengan mengurangi pendapatan investasi dan akun investasi. Dalam laporan keuangan konsolidasi, laba bruto yang belum direalisasi dieliminasi dengan meningkatkan harga pokok penjualan konsolidasi dan mengurangi persediaan barang dagangan atas dasar harga perolehan bagi entitas yang terkonsolidasikan. Penyajian persediaan akhir yang terlalu besar dari pandang konsolidasi menyebabkan harga pokok penjualan konsolidasi menjadi terlalu rendah. Penangguhan Laba yang Belum Direalisasi pada Penjualan Arus ke Bawah. Penangguhan laba yang belum direalisasi pada penjualan arus ke bawah dapat diilustrasikan pada contoh berikut ini : PT A mempunyai 90% saham berhak suara PT B. Laporan laba rugi terpisah PT A dan PT B tahun 2010 (dalam ribuan), sebelum mempertimbangkan laba yang belum direalisasi. PT. A Penjualan Harga pokok penjualan Laba bruto Beban-beban Laba operasi Pendapatan dari PT Sakti Laba bersih Rp Rp 100.000 60.000 40.000 15.000 25.000 9.000 34.000 PT.B Rp 50.000 35.000 15.000 5.000 10.000 Rp 10.000

Penjualan PT A termasuk Rp15.000 yang dijual ke PT B dengan laba Rp 6.250. Dan dalam persediaan PT B 31 Desember 2010, termasuk 40% barang dagangan dari transaksi antarperusahaan. Laba yang belum direalisasi dalam persediaan PT B Rp 2.500 (harga transfer 6.000 harga pokok 3.500) direfleksikan dalam laba operasi PT A. Pada buku terpisah PT A mengambil bagiannya atas pendapatan PT B dan menangguhkan pengakuan laba yang belum direalisasi, dengan ayat jurnal berikut ini: Investasi pada PT B Pendapatan dari PT B Pendapatan dari PT B Investasi pada PT B Rp 9.000 Rp 2.500 Rp 9.000 Rp 2.500

Pengakuan Laba Antar Perusahaan atas Penjualan kepada Entitas Luar Diasumsikan dimana barang dagangan yang diperoleh dari PT A selama 2010, dijual oleh PT B selama 2011, dan tidak ada transaksi antar perusahaan antara PT A dan PT B sepanjang 2011. Laporan laba rugi terpisah tahun 2011 (dalam ribuan), sebelum mempertimbangkan laba yang belum direalisasi dalam persediaan awal PT B sebesar Rp 2.500, adalah sebagai berikut: PT. A Penjualan Harga pokok penjualan Laba bruto Beban-beban Laba operasi Pendapatan dari PT Sakti Laba bersih Rp Rp 100.000 80.000 40.000 20.000 20.000 13.500 33.500 PT.B Rp 60.000 40.000 20.000 5.000 15.000 Rp 15.000

Laba PT B tahun 2011 terpengaruh karena terlalu besarnya persediaan awal PT B sebesar Rp 2.500 akan menyebabkan harga pokok penjualan juga terlalu besar dari sudut pandang konsolidasi. Dari sudut pandang PT P, laba yang belum direalisasi dari tahun 2007 direalisasi tahun 2008 dan pendapatan investasinya dicatat dan disesuaikan sebagai berikut : Investasi pada PT B Pendapatan dari PT B Investasi pada PT B Pendapatan dari PT B Rp 13.500 Rp 2.500 Rp 13.500 Rp 2.500

Pengaruh dari ayat jurnal ini adalah meningkatnya investasi PT A dari Rp 13.500 menjadi Rp 16.000 dan laba bersih PT A dari Rp 33.500 menjadi Rp 36.000.

LABA YANG BELUM DIREALISASI DARI PENJUALAN ARUS KE BAWAH


Laba bersih induk perusahaan dipengaruhi dimana induk perusahaan mengakui bagiannya atas pendapatan anak perusahaan dengan metode ekuitas. Jika anak perusahaan adalah perusahaan afiliasi yang dimiliki induk perusahaan menangguhkan 100% dari laba yang belum direalisasi pada tahun terjadinya penjualan antar perusahaan. Jika perusahaan anak adalah perusahaan yang hanya dimiliki sebagian, induk perusahaan juga hanya menangguhkan bagiannya atas laba anak perusahaan yang belum direalisasi. Penangguhan Laba Antar Perusahaan Dalam Periode Penjualan Antar Perusahaan PT Makmur (perusahaan anak) menjual barang dagangan, yang dibelinya seharga Rp 7.500.000, kepada PT Jaya (perusahaan induk) dengan harga Rp 20.000.000 selama tahun 2010 dan bahwa PT Jaya menjual 60 persen dari barang dagangan tersebut kepada pihak luar selama tahun 2010 dengan harga Rp 15.000.000. Pada akhir tahun laba persediaan yang belum direalisasi sebesar Rp 5.000.000 (harga perolehan sebesar Rp 3.000.000 tetapi dimasukkan dalam persediaan PT Jaya sebesar Rp 8.000.000). Jika PT Makmur melaporkan laba bersih tahun 2010 sebesar Rp 50.000.000, bagian PT Jaya dapat dilihat dengan membaningkan pertanggungjawaban perusahaan induk untuk konsolidasi satu baris atas

kepemilikan 100 persen pada perusahaan anak dan kepemilikan sebesar 75 persen pada perusahaan anak. Bagian A (Jika PT Makmur adalah perusahaan anak yang dimiliki 100%) /dalam ribuan

Investasi pada PT Makmur Pendapatan dari PT Makmur Pendapatan dari PT Makmur Investasi pada PT Makmur

Rp 50.000 Rp 5.000 -

Rp50.000 Rp 5.000

Ayat jurnal tunggal sebesar Rp 45.000 [(Rp 50.000-Rp5.000)x100%] sama-sama dapat diterima.

Bagian B (Jika PT Makmur adalah perusahaan anak yang dimiliki 75%) /dalam ribuan

Investasi pada PT Makmur Pendapatan dari PT Makmur Pendapatan dari PT Makmur Investasi pada PT Makmur

Rp 37.500 Rp 37.500 Rp 3.750 Rp 3.750

Ayat jurnal tunggal sebesar Rp 33.750 [(Rp 50.000-Rp 5.000)x75%] sama-sama dapat diterima.

Pengakuan Laba Antar Perusahaan atas Penjualan Kepada Pihak Luar Hubungan antara laba yang belum direalisasi dalam persediaan akhir (tahun penjualan antar perusahaan) dan laba konsolidasi adalah langsung, sedangkan hubungan antara laba yang belum direalisasi. Dalam persediaan awal (tahun penjualan kpd pihak luar) dan laba bersih konsolidasi adalah terbalik. Hal ini diilustrasikan dengan melanjutkan contoh PT Jaya dan PT Makmur untuk menunjukkan realisasi selama tahun 2011 atas laba yang belum direalisasi dalam persediaan 31 Desember 2010 sebesar Rp 5.000.000. Diasumsikan bahwa tidak ada transaksi antar perusahaan antara PT Jaya dan PT Makmur selama tahun 2011, bahwa PT Makmur adalah anak perusahaan yang dimiliki PT Jaya sebesar 75%, dan bahwa PT Makmur melaporkan pendapatannya tahun 2011 sebesar Rp 60.000.000. PT Makmur mencatat

bagiannya atas pendapatan PT Makmur berdasarkan metode ekuitas sebagai berikut ( dalam ribuan) :

Investasi pada PT Makmur Pendapatan dari PT Makmur

Rp 45.000 Rp 45.000

(Untuk mencatat 75% laba yang dilaporkan PT Makmur sebagai pendapatan dari perusahaan anak)

Investasi pada PT Makmur Pendapatan dari PT Makmur

Rp 3.750 Rp 3.750

(Untuk mencatat realisasi selama tahun 2011 sebesar 75% dari Rp 5.000 laba persediaan tahun 2010 yang belum direalisasi)

Вам также может понравиться