Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pteridophyta dan tumbuhan tingkat rendah (seperti ganggang, jamur, lumut, dsbnya).
studi tentang modern polen dan spora, serta mikrofosil organik yang terdiri dari polen, spora dan organisme mikroskopis beserta sisa-sisanya yang secara kimiawi sama.
Fosil-fosil polen.
Fosil-fosil polen.
Fosil-fosil spora.
dari tumbuhan, sehingga mempunyai kemungkinan lebih besar untuk menjadi fosil.
sehingga mudah ditransport dan diendapkan seperti partikel sedimen lainnya. perhitungan statistik.
Produksinya besar/banyak, sehingga memungkinkan dilakukan Bentuknya khas, sehingga mudah dibedakan antara satu dengan
studi kandungan polen pada gambut Holosen dari berbagai lokasi di Jawa dan Sumatra. Polak (1949) membuat pengamatan stratigrafi detil dan kandungan polen di Rawa Lakbok, Jawa Tengah. Morley (1976), Flenley (1979), dll, juga melakukan pengamatan di Indonesia.
zonasi dari grup fosil lain, seperti foraminifera dan nannofosil. Dapat diketahui dengan mengenali palinomorph yang telah diketahui range umurnya.
Korelasi biozona-biozona foraminifera planktonik, calcareous nannoplankton dan palinomorph NEOGEN (Rahardjo dkk, 1994, dimodifikasi oleh LEMIGAS, 1994).
2. Korelasi
Berdasarkan perubahan kumpulan lokal. Memungkinkan korelasi dengan jarak beberapa
3. Paleoekologi
Interpretasi lingkungan pengendapan berdasarkan
karakter dan kuantitas kumpulan palinomorph. Perubahan kumpulan palinomorph merefleksikan perubahan vegetasi, sebagai respon perubahan lingkungan atau iklim.
4. Geokimia Hidrokarbon
Studi maturasi (kematangan) batuan induk. Fluorescence
di bawah sinar ultraviolet dari sedimen yang telah dipanaskan, memberi index warna pada dinding polen dan spora. Dengan demikian, level maturasi dapat diketahui.
Tipe kerogen menentukan tipe dan jumlah hidrokarbon
Schizophyta
Cyanophyceae (ganggang biru)
B.
Thallophyta
Chlorophyceae (ganggang hijau) Dinophyceae (termasuk Dinoflagellatae) Rhodophyceae (ganggang merah) Fungi (cendawan)
Bryophyta
D.
Pteridophyta
Equisetinae (ekor kuda) Lycopodiinae (paku kawat) Filicinae (paku benar)
E.
Spermatophyta
Gymnospermae (tumbuhan biji terbuka) Angiospermae (tumbuhan biji tertutup)
Gymnospermae
Mempunyai bakal biji yang lahir tanpa penutup pada organ-organ mirip daun (sisiksisik kerucut). Gamet jantan dan gamet betina terbentuk pada daun-daun yang terkumpul menjadi kerucut-kerucut terminal. Biasanya tumbuhan ini gemuk, pendek dan tidak bercabang, contoh Pakis haji (Cycas rumphii).
Angiospermae
Merupakan tumbuhan dengan bunga
yang sesungguhnya. Merupakan golongan dengan evolusi tertinggi. Bijinya terdapat dalam bakal buah. Setelah pembuahan bakal buah menjadi buah. Mempunyai kelopak, mahkota, benang sari, serta satu atau beberapa daun buah yang terletak di pusat yang menghasilkan bakal buah.
1. Struktur
Terdiri 3 lapisan: extexine, endexine dan intine.
Extexine dan endexine tersusun oleh
sporopollenin, dan tahan terhadap asam dan basa. Intine larut dalam asam dan basa, jadi tidak terlihat pada fosil.
Ilustrasi dari lapisan dinding polen Angiospermae (Faegri, 1956; Faegri and Iversen, 1964).
menerus, maka disebut tectate. Jika menerus hanya sebagian disebut semitectate. Jika tectum absen disebut intectate. Jika exine tidak mempunyai struktur internal disebut atectate.
biasanya spongy (seperti bunga karang/alveolar). Dinding spora lebih sederhana dan tidak mempunyai columella.
2. Sculpture
Variasi morfologi pada permukaan tectum. Gambar di samping: tipe-tipe sculpture
B.
Warna terang menandakan daerah yang tinggi, warna gelap menandakan daerah yang rendah atau lubang. Sculpture yang menonjol keluar.
Susunan aperture
Posisi butiran dalam sel ibu, dimana umumnya butiran tersusun dalam satu grup
tetrahedral.
memiliki colpus disebut colpate. Pore: berbentuk bulat atau sedikit ellips, perbandingan panjang dan lebar < 2. Butiran yang memiliki pore disebut porate. Butiran dengan colpus dan pore dalam aperture yang sama disebut colporate.
Posisi aperture dalam mother cell (sel ibu) (Moore dan Webb, 1978). A. Butiran tetrahedral. Proximal pole paling dekat dengan pusat tetrat, distal pole paling jauh. Polar axis adalah garis yang menghubungkan proximal dan distal poles. B. Aperture pada pandangan equatorial dan polar.
Tipe-tipe pollen berdasarkan jumlah dan susunan aperture. Contohcontoh ditunjukkan dalam pandangan polar dan equatorial.
4. Bentuk butir
Bentuk polen dan spora dapat dilihat dari pandangan polar dan equatorial.
lingkungan.
1000-1500 m
500-1000 m
: 0-1000 m
(sambungan)
Mangrove
Saenger, 1983:
Komunitas tumbuhan yang terdapat di daerah
Surianegara, 1987:
Hutan yang tumbuh pada lingkungan
berlumpur di alluvial pantai dan muara sungai yang dipengaruhi pasang-surut air laut. Pasokan sedimen klastik halus dari darat. Salinitas. Energi gelombang. Iklim.
Selain itu, Morley (1977) in Sulaeman (1996), juga membagi beberapa zona vegetasi:
The composition of palynomorphs indicates the changes of sea level, so that they can be used to differentiate systems tracts. Morley (1995) described typical palynomorphs character which correspond with particular systems tract as follows: LOWSTAND SYSTEMS TRACT During a relative sea-level fall the position of the shoreline moves basinward, resulting in erosion and incision along the coasts. The extent of mangrove would be minimum and the development of freshwater swamp is restricted to incised valleys. Lowstand sediments are characterized by the low quantity of coastal palynomorphs, but increase in pollen from well-drained inland settings. During the lowstand wedge phase, the extent of coastal swamp would be maximum, especially where the deposition takes places in a ramp, as opposed to a shelf-break setting, and it would be possibly reflected by an increase of mangrove and freshwater swamp palynomorphs in marine depositional setting. When the sediments during this stage are transported by mass flow processes, the palynomorphs which derived from terrestrial sediments would be transported into the deep water setting, so that the terrestrial palynomorphs become incorporated into marine sediment. TRANSGRESSIVE SYSTEMS TRACT During the sea-level rise, the brackish, mangrove-dominated lower coastal plain becomes very widespread due to an extensive flooding. This would result in a marked increase of mangrove palynomorphs quantity in marine sediments such as dinoflagellate cysts, compared to those in lowstand systems tract. The increase would be particularly well marked in shelf-break setting, following the transgressive surface. The palynomorphs have lowest accumulation at the maximum flooding surface. HIGHSTAND SYSTEMS TRACT When the highstand prograded, the upper delta plain expanded, and the environment are dominated by freshwater and alluvial swamps. The lower delta plain tends to remain well developed. When the deposition takes place proximal to the lower delta plain, the quantity of mangrove palynomorphs will be very low.
Marine
*2 *3 *2 *3
AA
LEMIGAS.
Chronostratigraphy
Lithostratigraphy
BioZone.
Discoidites novaguineensis
Florschuetzia trilobata
Dinoflagellate cysts
Age
Gamma Log
0 (API)
Deep Induction
2000
32 20
32 20
32 20
3220.00' CU :
32 20
Florschuetzia levipoli
3280.00' CU 3300.00' CU
1 1
1 4
1 1
1 1
1 2
TST
33 80
33 80
3380.00' CU :
3380.00' CU
19
.75
3420.00-3425.00' CU
13 13 8 12 3 2 2 2 4 12 14 4 4 7 1 6
3450' 3500' 3550' 3600' 3650' 3700' 3750' 3800' 3850' 3900' 3950' 4000' 4050'
40 90 40 90 40 90
HST
34 70
HST
35 20
LOWER SIHAPAS
35 90
HST
TST
TST
3640.00' CU
Florschuetzia trilobata
3680.00' CU
37 00
11 1 4 3 3 1 11 1 3
5 18 8 3
HST
TST
37 80
TST
3810.00' CU
14
38 30
LST
TST/HST
38 90
3890.00' CU
39 40
3940.00' CU 3970.00' CU
15
1 12
7 12 12
39 90
LST
LST
4030.00-4032.00' CU
12
4090.00' CU :
40 90
4090.00' CU
Chenopodipollis aff.
2
Comments
Formation
Sequence
Avicennia type
Samples
Depth
Delta front
Zone
Pro delta
Barren
M arine
*2 *2
AA
LEM IGAS.
Chronostratigraphy
Lithostratigraphy
BioZone.
Discoidites novaguineensis
Age
Gamma Log
0 (API)
Deep Induction
2000
3250'
32 60
32 60
32 60
3260.00' CU :
32 60
3260.00' CU
3300' 3350' 3400' 3450' 3500' 3550' 3600' 3650' 3700' 3750' 3800' 3850'
Florschuetzia levipoli
3300.00' CU
TST
33 90
33 90
3390.00' CU :
3390.00' CU
HST T ST
34 90
3450.00' CU
LOWER SIHAPAS
HST
35 60
Florschuetzia trilobata
35 90
HST
36 20
TST
3560.00' CU
3620.00' CU 3630.00' CU
TST
37 15
TST/HST LST
36 82
3682.00' CU
3730.00' CU 3750.00' CU
37 90
38 60
LST
3900'
39 10
39 10
39 10
TST
3870.00' CU
3910.00' CU :
39 10
3910.00' CU
Florschuetzia trilobata
Dinoflagellate cysts
Comments
Formation
Sequence
Avicennia type
Samples
Depth
Delta front
Zone
Pro delta
Barren
Korelasi paleoenvironment.
Perkembangan delta.