Вы находитесь на странице: 1из 10

Sobat Quantum yang berbahagia, Beberapa bulan lalu saya menerima permintaan untuk memberi terapi kepada pasien

yang menderita Autisme. Orang tua dari pasien membuat janji bertemu di rumah saya agar dapat memberi terapi secara langsung kepada anaknya. Berikut ini profile singkatnya: Nama : Anugrah (16 th) Alamat : Harapan Jaya, Bekasi Keluhan : Autisme, tidak bisa tidur ketika perjalanan di mobil, egois, cuek, tidak suka dengan anak kecil, lari tidak bisa direm.

Bila mengacu dari kamus wikipedia.org Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif. (Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang:

1.
2. 3. 4. 5. 6.

Interaksi sosial, Komunikasi (bahasa dan bicara), Perilaku-emosi, Pola bermain, Gangguan sensorik dan motorik Perkembangan terlambat atau tidak normal.

Ok.. mari kita kembali ke topik bahasan kita mengenai terapi kepada pasien yang menderita Autisme ini. Pada pertama kali bertemu dengan Anugrah sungguh mengejutkan karena perawakannya yang tinggi dan sangat hiper aktif, ketika baru membuka pintu untuk menerima Anugrah, beliau langsung berjalan menuju ruang belakang, bingung campur kaget saya langsung tahan tangannya dan memintanya duduk di sofa agar tidak semakin jauh masuk ke kamar belakang. Melihat kondisinya yang sangat hiper aktif dan tidak bisa diam, tentunya sangat sulit bila memberi terapi dengan memintanya untuk duduk tenang sambil saya berdiri di belakangnya. Akhirnya saya memutuskan memberi terapi dan mengarahkan energi Quantum kepada Anugrah sambil berbicara kepada orang tuanya. Saya menyampaikan kepada kedua orangtuanya bahwa sambil ngobrol saya memberikan terapi kepada anaknya. Orang tuanya bercerita mengenai tingkah laku anaknya di rumah yang sangat aktif juga egois, cuek dan lain sebagainya. Pada saat kami mengobrol Anugrah tidak henti-hentinya berbicara dalam bahasa yang dimengertinya sendiri dan tidak berhenti menggerakkan tangan dan kakinya kadang mengangkat kaki kirinya ke atas, kadang menaikkan kedua kakinya ke sofa, dan lain lain. Anugrah sesekali menirukan suara tokoh kartun dalam game PS (Play Station) dan sangat mirip suaranya menurut kedua orang tuanya, menurut mereka juga Anugrah ini merupakan seorang Plagiat yang ulung (menirukan suara orang). Orang tuanya juga bercerita bahwa sempat membawa Anugrah untuk berobat kepada seorang Professor ternama di Indonesia dengan metode terapi kejut listrik, dengan kedua kaki di rendam dalam baskom berisi air kemudian ada 2 alat yang terhubungkan ke listrik arus rendah lalu menempelkan kedua alat tersebut di kiri dan kanan kepala Anugrah. Saat Anugrah kecil ayahnya masih mampu menahan dan memegangi Anugrah agar tidak terlalu banyak bergerak ketika sedang diterapi dengan metode kejut listrik tersebut. Karena sekarang sudah besar ayahnya sudah tidak kuat lagi menahan Anugrah bila memberontak ketika terapi, akhirnya terapi tersebut tidak dilanjutkan. Ternyata terapi kejut listrik ini meninggalkan kesan buruk kepada Anugrah, beliau menjadi takut bila diajak untuk berobat. Mungkin sudah terekam dalam pikirannya bila berobat nanti akan disetrum dan menimbulkan rasa sakit pada dirinya, sehingga membuatnya trauma bila diajak orang tuanya untuk berobat.

Selesai mendengarkan penuturan orang tuanya giliran saya menjelaskan mengenai terapi energi Quantum. Bahwa terapi ini adalah terapi dengan memanfaatkan energi alam yang saya sebut energi Quantum. Energi Quantum itu sendiri adalah energi yang positif, bila dihantarkan ke tubuh seseorang, maka akan diserap oleh tubuh untuk kemudian dialirkan kembali ke bagian-bagian yang membutuhkan, memperbaiki sel-selnya kembali. Saya juga menjelaskan mengenai reaksi yang terjadi dengan terapi energi Quantum ini, salah satunya mengantuk. Informasi mengenai reaksi dapat dilihat disini. Sambil terus memberi penjelasan mengenai energi Quantum saya tetap memberi terapi kepada Anugrah. Setelah +/- 1 jam berbicara sambil memberi terapi kepada Anugrah, tidak berapa lama Anugrah mulai terlihat mengurangi aktivitas kaki dan tangannya. Ayahnya menyampaikan "Anak ini kalau gejalanya seperti ini biasanya ada 2 kemungkinan yang pertama dia bosan, dan yang kedua ngantuk" Kemudian ayahnya meminta Anugrah untuk berbaring di sofa. Tidak berapa lama Anugrah berbicara kepada ayahnya dan mengatakan "Masuk.. masuk..." "Maksudnya masuk ke kamar untuk tidur" terang ayahnya memberi penjelasan. "Berarti dia sudah ngantuk sekali sampai minta masuk kamar pak." lanjut ayahnya. Hanya saja Anugrah tidak bisa tidur di tempat lain selain di kamarnya, makanya dia minta masuk kamar. Tidak berapa lama kedua orang tua Anugrah juga bereaksi terhadap energi Quantum, mulai terlihat menahan ngantuk. Karena tidak kunjung masuk kamar untuk tidur, sementara kondisi Anugrah sangat mengantuk tapi tidak bisa tidur selain di kamarnya, Anugrah mulaimengerjap-ngerjapkan matanya menahannya agar tetap bisa melek. Beberapa kali dilakukan hal yang sama, namun tetap tidak tertahankan rasa kantuknya, akhirnya Anugrah menjadi gelisah dan kembali meminta "masuk". Karena khawatir Anugrah akan menjadi rewel maka kedua orang tuanya pamit untuk pulang, sambil mereka terlihat sedikit menahan kantuk. Sebelum pulang saya minta mereka mencicipi Air Quantum (Air yang sudah ditransfer energi Quantum).

Autisme Masa Kanak


administrator

Autisme Masa kanak ( Childhood Autism ) Autisme Masa Kanak adalah gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai umur 3 tahun. Perkembangan yang terganggu adalah dalam bidang : 1. Komunikasi : kualitas komunikasinya yang tidak normal, seperti ditunjukkan dibawah ini :

Perkembangan bicaranya terlambat, atau samasekali tidak berkembang. Tidak adanya usaha untuk berkomunikasi dengan gerak atau mimik muka untuk mengatasi kekurangan dalam kemampuan bicara. Tidak mampu untuk memulai suatu pembicaraan atau memelihara suatu pembicaraan dua arah yang baik. Bahasa yang tidak lazim yang diulang-ulang atau stereotipik. Tidak mampu untuk bermain secara imajinatif, biasanya permainannya kurang variatif. 2. Interaksi sosial : adanya gangguan dalam kualitas interaksi social :

Kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan ekspresi fasial, maupun postur dan gerak tubuh, untuk berinteraksi secara layak. Kegagalan untuk membina hubungan sosial dengan teman sebaya, dimana mereka bisa berbagi emosi, aktivitas, dan interes bersama. Ketidak mampuan untuk berempati, untuk membaca emosi orang lain.

Ketidak mampuan untuk secara spontan mencari teman untuk berbagi kesenangan dan melakukan sesuatu bersama-sama. 3. Perilaku : aktivitas, perilaku dan interesnya sangat terbatas, diulang-ulang dan stereotipik seperti dibawah ini :

Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola perilaku yang tidak normal, misalnya duduk dipojok sambil menghamburkan pasir seperti air hujan, yang bisa dilakukannya berjam-jam. Adanya suatu kelekatan pada suatu rutin atau ritual yang tidak berguna, misalnya kalau mau tidur harus cuci kaki dulu, sikat gigi, pakai piyama, menggosokkan kaki dikeset, baru naik ketempat tidur. Bila ada satu diatas yang terlewat atau terbalik urutannya, maka ia akan sangat terganggu dan nangis teriak-teriak minta diulang.

Adanya gerakan-gerakan motorik aneh yang diulang-ulang, seperti misalnya mengepak-ngepak lengan, menggerak-gerakan jari dengan cara tertentu dan mengetok-ngetokkan sesuatu. Adanya preokupasi dengan bagian benda/mainan tertentu yang tak berguna, seperti roda sepeda yang diputarputar, benda dengan bentuk dan rabaan tertentu yang terus diraba-rabanya, suara-suara tertentu. Anak-anak ini sering juga menunjukkan emosi yang tak wajar, temper tantrum (ngamuk tak terkendali), tertawa dan menangis tanpa sebab, ada juga rasa takut yang tak wajar. Kecuali gangguan emosi sering pula anak-anak ini menunjukkan gangguan sensoris, seperti adanya kebutuhan untuk mencium-cium/menggigit-gigit benda, tak suka kalau dipeluk atau dielus. Autisme Masa Kanak lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada anak perempuan dengan perbandingan 3 : 1.

Terapi Makanan
administrator

Terapi Diet pada Gangguan Autisme


Sampai saat ini belum ada obat atau diet khusus yang dapat memperbaiki struktur otak atau jaringan syaraf yang kelihatannya mendasari gangguan autisme. Seperti diketahui gejala yang timbul pada anak dengan gangguan autisme sangat bervariasi, oleh karena itu terapinya sangat individual tergantung keadaan dan gejala yang timbul, tidak bisa diseragamkan. Namun akan sulit sekali membuat pedoman diet yang sifatnya sangat individual. Perlu diperhatikan bahwa anak dengan gangguan autisme umumnya sangat alergi terhadap beberapa makanan. Pengalaman dan perhatian orangtua dalam mengatur makanan dan mengamati gejala yang timbul akibat makanan tertentu sangat bermanfaat dalam terapi selanjutnya. Terapi diet disesuaikan dengan gejala utama yang timbul pada anak. Berikut beberapa contoh diet anak autisme. 1. Diet tanpa gluten dan tanpa kasein Berbagai diet sering direkomendasikan untuk anak dengan gangguan autisme. Pada umumnya, orangtua mulai dengan diet tanpa gluten dan kasein, yang berarti menghindari makanan dan minuman yang mengandung gluten dan kasein.

Gluten adalah protein yang secara alami terdapat dalam keluarga rumput seperti gandung/terigu, havermuth/oat, dan barley. Gluten memberi kekuatan dan kekenyalan pada tepung terigu dan tepung bahan sejenis, sedangkan kasein adalah protein susu. Pada orang sehat, mengonsumsi gluten dan kasein tidak akan menyebabkan masalah yang serius/memicu timbulnya gejala. Pada umumnya, diet ini tidak sulit dilaksanakan karena makanan pokok orang Indonesia adalah nasi yang tidak mengandung gluten. Beberapa contoh resep masakan yang terdapat pada situs Autis.info ini diutamakan pada menu diet tanpa gluten dan tanpa kasein. Bila anak ternyata ada gangguan lain, maka tinggal menyesuaikan resep masakan tersebut dengan mengganti bahan makanan yang dianjurkan. Perbaikan/penurunan gejala autisme dengan diet khusus biasanya dapat dilihat dalam waktu antara 1-3 minggu. Apabila setelah beberapa bulan menjalankan diet tersebut tidak ada kemajuan, berarti diet tersebut tidak cocok dan anak dapat diberi makanan seperti sebelumnya. Makanan yang dihindari adalah :

Makanan yang mengandung gluten, yaitu semua makanan dan minuman yang dibuat dari terigu, havermuth, dan oat misalnya roti, mie, kue-kue, cake, biscuit, kue kering, pizza, macaroni, spageti, tepung bumbu, dan sebagainya. Produk-produk lain seperti soda kue, baking soda, kaldu instant, saus tomat dan saus lainnya, serta lada bubuk, mungkin juga menggunakan tepung terigu sebagai bahan campuran. Jadi, perlu hati-hati pemakaiannya. Cermati/baca label pada kemasannya. Makanan sumber kasein, yaitu susu dan hasil olahnya misalnya, es krim, keju, mentega, yogurt, dan makanan yang menggunakan campuran susu. Daging, ikan, atau ayam yang diawetkan dan diolah seperti sosis, kornet, nugget, hotdog, sarden, daging asap, ikan asap, dan sebagainya. Tempe juga tidak dianjurkan terutama bagi anak yang alergi terhadap jamur karena pembuatan tempe menggunakan fermentasi ragi.

Buah dan sayur yang diawetkan seperti buah dan sayur dalam kaleng.

Makanan yang dianjurkan adalah :

Makanan sumber karbohidrat dipilih yang tidak mengandung gluten, misalnya beras, singkong, ubi, talas, jagung, tepung beras, tapioca, ararut, maizena, bihun, soun, dan sebagainya. Makanan sumber protein dipilih yang tidak mengandung kasein, misalnya susu kedelai, daging, dan ikan segar (tidak diawetkan), unggas, telur, udang, kerang, cumi, tahu, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo, kacang mede, kacang kapri dan kacang-kacangan lainnya.

Sayuran segar seperti bayam, brokoli, labu siam, labu kuning, kangkung, tomat, wortel, timun, dan sebagainya. Buah-buahan segar seperti anggur, apel, papaya, mangga, pisang, jambu, jeruk, semangka, dan sebagainya.

2. Diet anti-yeast/ragi/jamur Diet ini diberikan kepada anak dengan gangguan infeksi jamur/yeast. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pertumbuhan jamur erat kaitannya dengan gula, maka makanan yang diberikan tanpa menggunakan gula, yeast, dan jamur. Makanan yang perlu dihindari adalah :

Roti, pastry, biscuit, kue-kue dan makanan sejenis roti, yang menggunakan gula dan yeast. Semua jenis keju. Daging, ikan atau ayam olahan seperti daging asap, sosis, hotdog, kornet, dan lain-lain. Macam-macam saus (saus tomat, saus cabai), bumbu/rempah, mustard, monosodium glutamate, macammacam kecap, macam-macam acar (timun, bawang, zaitun) atau makanan yang menggunakan cuka, mayonnaise, atau salad dressing.

Semua jenis jamur segar maupun kering misalnya jamur kuping, jamur merang, dan lain-lain. Buah yang dikeringkan misalnya kismis, aprokot, kurma, pisang, prune, dan lain-lain. Fruit juice/sari buah yang diawetkan, minuman beralkohol, dan semua minuman yang manis. Sisa makanan juga tidak boleh diberikan karena jamur dapat tumbuh dengan cepat pada sisa makanan tersebut, kecuali disimpan dalam lemari es.

Makanan tersebut dianjurkan untuk dihindari 1-2 minggu. Setelah itu, untuk mencobanya biasanya diberikan satu per satu. Bila tidak menimbulkan gejala, berarti dapat dikonsumsi. Makanan yang dianjurkan adalah :

Makanan sumber karbohidrat: beras, tepung beras, kentang, ubi, singkong, jagung, dan tales. Roti atau biscuit dapat diberikan bila dibuat dari tepaung yang bukan tepung terigu. Makanan sumber protein seperti daging, ikan, ayam, udang dan hasil laut lain yang segar. Makanan sumber protein nabati seperti kacang-kacangan (almod, mete, kacang kedelai, kacang hijau, kacang polong, dan lainnya). Namun, kacang tanah tidak dianjurkan karena sering berjamur. Semua sayuran segar terutama yang rendah karbohidrat seperti brokoli, kol, kembang kol, bit, wortel, timun, labu siam, bayam, terong, sawi, tomat, buncis, kacang panjang, kangkung, tomat, dan lain-lain. Buah-buahan segar dalam jumlah terbatas.

3. Diet untuk alergi dan inteloransi makanan Anak autis umumnya menderita alergi berat. Makanan yang sering menimbulkan alergi adalah ikan, udang, telur, susu, cokelat, gandum/terigu, dan bias lebih banyak lagi. Cara mengatur makanan untuk anak alergi dan intoleransi makanan, pertama-tama perlu diperhatikan sumber penyebabnya. Makanan yang diduga menyebabkan gejala alergi/intoleransi harus dihindarkan. Misalnya, jika anak alergi terhadap telur, maka semua makanan yang menggunakan telur harus dihindarkan. Makanan tersebut tidak harus dipantang seumur hidup. Dengan bertambahnya umur anak, makanan tersebut dapat diperkenalkan satu per satu, sedikit demi sedikit. Cara mengatur makanan secara umum
1. 2. 3. Berikan makanan seimbang untuk menjamin agar tubuh memperoleh semua zat gizi yang dibutuhkan untuk keperluan pertumbuhan, perbaikan sel-sel yang rusak dan kegiatan sehari-hari. Gula sebaiknya dihindari, khususnya bagi yang hiperaktif dan ada infeksi jamur. Fruktosa dapat digunakan sebagai pengganti gula karena penyerapan fruktosa lebih lambat disbanding gula/sukrosa. Minyak untuk memasak sebaiknya menggunakan minyak sayur, minyak jagung, minyak biji bunga matahari, minyak kacang tanah, minyak kedelai, atau minyak olive. Bila perlu menambah konsumsi lemak, makanan dapat digoreng. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Cukup mengonsumsi serat, khususnya serat yang berasal dari sayuran dan buah-buahan segar. Konsumsi sayur dan buah 3-5 porsi per hari. Pilih makanan yang tidak menggunakan food additive (zat penambah rasa, zat pewarna, zat pengawet). Bila keseimbangan zat gizi tidak dapat dipenuhi, pertimbangkan pemberian suplemen vitamin dan mineral (vitamin B6, vitmin C, seng, dan magnesium). Membaca label makanan untuk mengetahui komposisi makanan secara lengkap dan tanggal kadaluwarsanya. Berikan makanan yang cukup bervariasi. Bila makanan monoton, maka anak akan bosan. Hindari junk food seperti yang saat ini banyak dijual, ganti dengan buah dan sayuran segar.

Sumber : Terapi Makanan Anak Dengan Gangguan Autisme Penulis : Tuti Soenardi, Susirah Soetardjo Penerbit : PT. Penerbitan Sarana Bobo

PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK AUTISME DENGAN TERAPI WICARA


June 20th, 2010 | Author: dewid0872

Bicara dan bahasa merupakan sarana yang penting manusia untuk berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya. Anak sebagai mahluk sosial sudah bisa melakukan komunikasi sejak lahir. Di mana tujuan utama komunikasi adalah menyampaikan informasi secara tepat dan cepat melalui wicara, tulisan dan gerakan isyarat. Seorang anak yang mempunyai kelainan berkomunikasi akan mengalami kesulitan untuk mengadakan interaksi dengan lingkungannya misalnya pada anak dengan autisme. Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan termasuk pada anak dengan autisme. Komunikasi untuk menyampaikan isi pikiran, perasaan dan emosi dengan orang lain pada anak dengan autisme dikemukakan dengan simbol verbal atau akustik. Sehingga tidak dapat membentuk hubungan sosial dan komunikasi yang normal. Pada umumnya penyandang autisme mengacuhkan suara, penglihatan ataupun kejadian yang melibatkan mereka. Jika ada reaksi biasanya reaksi ini tidak sesuai dengan situasi atau bahkan tidak ada reaksi sama sekali. Mereka menghindari atau tidak merespon terhadap kontak sosial ( pandangan mata, sentuhan kasih sayang, bermain dengan anak lain dan sebagainya ). Di tahun pertama maupun kedua, anak penyandang autisme dapat tampak normal dalam perkembangannya. Seringkali orang tua menyadari anaknya keterlambatan bicara dan bahasa ketika bermain dan berinteraksi dengan lingkungannya. Agar anak penyandang autisme dapat berinteraksi dengan yang lain diperlukan terapi. A. Kesenyapan Anak Penyandang Autisme Anak penyandang autisme cenderung pendiam, ketika berada di tengah-tengah mereka. Kesenyapan itulah yang akan didapatkan saat penyandang autisme berkumpul, walaupun pada suasana yang santai sekalipun. Jangan terlalu berharap mendengar suara atau gurauan mereka. Walaupun ada penyandang autisme yang cenderung suka berbicara, tetapi apabila didengarkan secara seksama, akan diketahui bahwa hanya semacam igauan saja bukan bahasa yang bermakna. Mereka hanya mampu mengulang-ulang kata yang didengarnya (membeo). Bagi mereka yang belum mendapatkan pendidikan dan latihan taupun terapi, mereka bisa diibaratkan anak aneh yang sulit disentuh dengan bahasa. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan, mengingat bahasa adalah sarana komunikasi untuk menjalin interaksi sosial tidak terkecuali anak penyandang autisme. Oleh karena itu mereka membutuhkan perhatian yang khusus terutama bahasa sehingga mampu mengungkapkan perasaan, emosi, dan pikirannya. Keterlambatan kemampuan berbahasa mengakibatkan mereka menjadi terasing dari orang di sekitarnya dan lingkungan. Keterasingannya mereka terkadang memunculkan reaksi yang mungkin tidak lazim bagi orang di sekitanya. Hal ini merupakan bentuk ekspresi akibat ketidaksesuaian terhadap respon yang diharapkan dan diwujudkan dalam bentuk ungkapan emosi seperti menangis, marah, memukul-mukul, dan mondar-mandir. B. Penyusupan Bahasa pada Penyandang Autisme Anak penyandang autisme memiliki kecerdasan yang bervariasi, bahkan sebagian besar mengalami keterbelakangan mental. Oleh karena itu, sebelum terapi bahasa harus mengetahui kemampuan menguasai materi pelajaran dan mengelola perilaku autistik yang mengganggu dan perilaku autistiknya.

Permasalahan yang dimiliki anak-anak penyandang autisme saat mempelajari kata-kata sederhana yaitu begitu banyak kalimat mereka yang memiliki ciri ekolali ( membeo atau mengulang kata), penggunaan bahasa mereka sering tidak ada kreativitas dan daya cipta, dan membatasi diri pada pengulangan kalimat yang telah diucapkan orang lain. Tetapi, bahasa harus menjadi bagian anak penyandang autisme agar bisa berinteraksi sosial. Oleh Karena itu, masalah pemaknaan dan pemahaman tentang benda-benda, kejadian, dan orang lain harus dihadirkan terlebih dahulu pada anak penyandang autisme dari pada sesuatu yang abstrak karena sangat sulit dipahami. Lebih mudah menyusupkan kata yang bersifat konkrit. Sehingga mereka tidak mengerti tentang norma, rasa dan ketuhanan. Penyusupan bahasa pada penyandang autisme tidak langsung mempelajari kalimat lengkap. Diperlukan adanya tahapan-tahapan dalam mengembangkan bahasa. Tahapan perkembangan bahasa selalu dimulai dengan kalimat satu kata yang mencerminkan hubungan konseptual. Dilihat segi bahasa tulis, pelekatan bahasa, dimulai dengan pengenalan seluruh abjad alphabet. Kemudian berlanjut pada penyukuan yang terdiri atas dua huruf (gabungan huruf vocal dan konsonan). Setelah itu, penggabungan penyukuan atau pengulangan penyukuan yang dikaikan dengan pemahaman benda, kejadian, dan orang lain. Pada akhirnya pengenalan kata dan tanda baca. Begitu tahap berikutnya disentuh, tahap sebelumnya tetap dimunculkan kembali. Cara semacam ini dilakukan terus-menerus untuk mengetahui adanya konsentrasi dan pemahaman penyandang autisme terhadap bahasa. Awal masuknya bahasa pada diri penyandang autisme dengan kontak mata, yang diperlukan agar perhatian terfokus atau mereka mengenal lawan bicara. Dari kontak matalah diketahui kesiapan penyandang autisme untuk dimasuki bahasa dalam bentuk rentetan kata-kata bermakna. Setelah itu, tahap selanjutnya adalah kontak fisik. Lewat sentuhan dan rabaan, penyandang autisme dikenalkan pada benda dan kata, situasi dan kata, atau tempat dan kata. Sentuhan fisik disertai dengan pelafalan kata yang sangat penting untuk meningkatkan pemahaman penyandang autisme terhadap suatu kata. Kesuksesan penyusupan bahasa pada diri penyandang autism sangat ditentukan oleh kemampuan penyandang autism tersebut berkonsentrasi. Latihan terberat adalah mepertahankan konsentrasi. Terbangunnya konsentrasi dengann cara menyadarkan mereka pada apa yang seharusnya dikerjakan. Penyadaran ini dilakukan denga cara memanggil nama mereka secara berulang-ulang dengan suara nyaring, sentuhan, menunjukan hal-hal atau benda yang disukai, dan pemaksaan. Hal yang perlu diingat selama proses menjalani terapi bahasa ini adalah tidak menirukan kata-kata penyandang autism, walaupun sekedar ekolali karena hali ini bisa memancing amarah dan merusak konsentrasi penyandang autism. Selain itu, terapi sebaiknya dilakukan secara individual dalam suatu ruang tertutup sehingga perhatiannya tidak mudah terpecah. C. Bahasa dan Autisme Penyandang autisme dianggap sudah mampu berbahasa jika sudah bisa diajak bicara dan mampu menulis. Walaupun yang dikatakan atau ditulis itu sebatas memenuhi tuntutan yang ditunjukan pada dirinya atau kata-katanya terbatas kata kunci yang dianggap memenuhi keinginan lawan bicaranya. Ada penyandang autism yang memilki IQ melebihi normal, bahkan menduduki peringkat teratas mengalahkan anak normal di sekolah umum. Hal ini karena otak kanan mereka masih normal, maka seringkali diharapkan memilki kepandaian istimewa. Sesungguhnya sepertiga anak penyandang autisme memiliki intelegensi tinggi. Semakin tinggi intelegensinya dan semakin besar kemampuan komunikasinya maka semakin besar kemungkinannya mengikuti pendidikan umum bersana anak normal. Intelegensi tersebut bermanfaat karena dia banyak memperoleh belajar dengan orang lain. Perlu diingat bahwa anak penyandang autisme memiliki keterbatasan atau gangguan lain yang perlu dipearhatikan seperti, komunikasi, sosialisasi, gangguan memfokuskan perhatian, dan ada juga yang

hiperaktif. Maka selain program yang sesuai dengan tingkat intelegensinya, perlu penyesuaian program dengan gangguan autisti lainnya. D. Kesimpulan Melalui terapi wicara kemampuan penyandang autisme bisa digali. Terapi wicara merupakan metode pembelajaran bahasa tidak hanya belajar lisan tetapi juga tulis. Keberhasilan terapi wicara tampak dari kemampuan dalam mengemukakan pengetahuan yang telah diserapnya melalui bahasa lisan atau bahasa tulis. Dalam perkembangan bahasa penyandang autisme perlu adanya penanganan gejala autisme sejak dini sehingga penyandang autisme dapat menemukan bakat dan kemampuan agar mandirii menopang kehidupannya. Selain itu perlu menjalin komunikasi dan interaksi dengan penyandang autisme secara terus-menerus.

Вам также может понравиться

  • Askep Urolithiasis
    Askep Urolithiasis
    Документ15 страниц
    Askep Urolithiasis
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • Efek Samping Antibiotik
    Efek Samping Antibiotik
    Документ1 страница
    Efek Samping Antibiotik
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Fraktur
    Asuhan Keperawatan Fraktur
    Документ11 страниц
    Asuhan Keperawatan Fraktur
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • LP MTBS
    LP MTBS
    Документ6 страниц
    LP MTBS
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • LEAFLEAT Kejang Demam
    LEAFLEAT Kejang Demam
    Документ2 страницы
    LEAFLEAT Kejang Demam
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • LP BBLR
    LP BBLR
    Документ11 страниц
    LP BBLR
    Jenifer Jill Saputro
    67% (3)
  • BAB 1 CVD Haemoragic
    BAB 1 CVD Haemoragic
    Документ2 страницы
    BAB 1 CVD Haemoragic
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • Tugas MPC 3
    Tugas MPC 3
    Документ10 страниц
    Tugas MPC 3
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi Sesi 2
    Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi Sesi 2
    Документ10 страниц
    Terapi Aktifitas Kelompok Sosialisasi Sesi 2
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • Askep Fraktur Cervicalis (Cidera Tulang Belakang)
    Askep Fraktur Cervicalis (Cidera Tulang Belakang)
    Документ4 страницы
    Askep Fraktur Cervicalis (Cidera Tulang Belakang)
    Stiawan Akbar
    Оценок пока нет
  • Riwayat Kesehatan Stroke
    Riwayat Kesehatan Stroke
    Документ4 страницы
    Riwayat Kesehatan Stroke
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • Askep Adult Respiratory Distress Syndrom (Ards)
    Askep Adult Respiratory Distress Syndrom (Ards)
    Документ5 страниц
    Askep Adult Respiratory Distress Syndrom (Ards)
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • Askep Apendisitis
    Askep Apendisitis
    Документ7 страниц
    Askep Apendisitis
    Manuel Hansen
    Оценок пока нет
  • Setsubun
    Setsubun
    Документ23 страницы
    Setsubun
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • Penyakit Imunodefisiensi
    Penyakit Imunodefisiensi
    Документ1 страница
    Penyakit Imunodefisiensi
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • Askep Tromboflebitis
    Askep Tromboflebitis
    Документ36 страниц
    Askep Tromboflebitis
    Jenifer Jill Saputro
    100% (3)
  • Laporan Pendahuluan DHF
    Laporan Pendahuluan DHF
    Документ13 страниц
    Laporan Pendahuluan DHF
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • Agd Ekg CVP Umbah Lambung Bls Suction
    Agd Ekg CVP Umbah Lambung Bls Suction
    Документ7 страниц
    Agd Ekg CVP Umbah Lambung Bls Suction
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan DHF
    Laporan Pendahuluan DHF
    Документ13 страниц
    Laporan Pendahuluan DHF
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • Askep Anak Alergi
    Askep Anak Alergi
    Документ4 страницы
    Askep Anak Alergi
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • Askep Apendisitis
    Askep Apendisitis
    Документ7 страниц
    Askep Apendisitis
    Manuel Hansen
    Оценок пока нет
  • Arthritis
    Arthritis
    Документ4 страницы
    Arthritis
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • Cara Unik Membungkus Kado
    Cara Unik Membungkus Kado
    Документ6 страниц
    Cara Unik Membungkus Kado
    Mary Putri Iriani
    Оценок пока нет
  • Contoh Proposal Teori Belajar Mengajar 2
    Contoh Proposal Teori Belajar Mengajar 2
    Документ16 страниц
    Contoh Proposal Teori Belajar Mengajar 2
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • Rencana Keperawatan (SAK) Kep Jiwa
    Rencana Keperawatan (SAK) Kep Jiwa
    Документ26 страниц
    Rencana Keperawatan (SAK) Kep Jiwa
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • Arthritis
    Arthritis
    Документ4 страницы
    Arthritis
    Jenifer Jill Saputro
    Оценок пока нет
  • Cara Mudah Belajar Spss
    Cara Mudah Belajar Spss
    Документ14 страниц
    Cara Mudah Belajar Spss
    Pray Putra Hasianro Nadeak
    Оценок пока нет