Вы находитесь на странице: 1из 65

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Ikan sering dianggap suka memakan limbah, misalnya kotoran, bangkai,
pupuk kandang, dan lain-lain. Sebagian masyarakat masih beranggapan bahwa
ikan hanya pantas memakan kotoran manusia dan binatang piaraan atau buangan
sisa sisa makanan manusia. Jenis-jenis makanan itulah yang dianggap oleh
sebagian masyarakat layak untuk makanan ikan. Masalah makanan dalam
budidaya ikan tampaknya belum terpikirkan oleh sebagian masyarakat. Padahal,
dengan berkembangnya teknologi budidaya ikan secara intensif, masalah makanan
menjadi kebutuhan pokok dalam setiap usaha perikanan.
Usaha perikanan secara berangsur-angsur berubah dari system tradisional
menuju pengelolaan secara intensif. Perubahan system pengelolaan tersebut
ditandai dengan penerapan paket-paket teknologi yang disebut sapta usaha
perikanan, meliputi pengelolaan tanah, pemupukan dan pengapuran dasar,
pengelolaan air, seleksi benih (bibit), pengelolaan pakan, pengendalian hama
penyakit, pasca panen dan pemasaran. Setiap komponen sapta usaha perikanan
tersebut terkait erat. Namun, komponen yang tergolong paling menentukan
keberhasilan secara ekonomis adalah pengelolaan pakan.
Ketersediaan makanan dalam budidaya ikan secara intensif merupakan
kebutuhan pokok. Kebutuhan pakan ikan harus dipenuhi dari luar kolam, yaitu
berupa makanan buatan yang dikenal dengan istilah pakan ikan. Pakan ikan dibuat
dari adonan beberapa bahan baku dan dicetak dalam berbagai bentuk seperti
emulsi, tepung, flag (lempengan kecil), remah, butiran (cerumble), dan pasta atau
pellet.
Negara-negara maju telah menerapkan teknologi tinggi dalam usaha
perikanan sehingga industri-industri pembuat pakan ikan telah berkembang
dengan pesat. Industri pakan ini di Indonesia sudah mulai berkembang sejak
dekade 80-an, yakni sejak usaha budidaya udang ditambak mulai popular. Pakan
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
1
ikan buatan pabrik akhir-akhir ini telah beredar luas dikalangan petani ikan.
Sayangnya harga ditawarkan relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga jual
ikan hasil produksinya. Komponen bahan baku pakan ikan sebenarnya tersedia
melimpah hampir di setiap kawasan pengembangan perikanan. Oleh karena itu,
pembuatan pakan ikan sendiri merupakan alternatif lain yang dapat dilakukan oleh
petani ikan. Salah satu bentuk pakan ikan yang telah populer dan mudah dibuat
adalah pellet.
Seiring dengan perkembangan IPTEK serta semakin mendesaknya
tuntutan untuk kebutuhan pakan ikan, maka penciptaan alat atau mesin pembuat
pakan ikan (pelet ikan) yang sederhana dan terjangkau bagi pengusaha budidaya
perikanan sangat diperlukan dan segera diwujudkan dengan menggunakan mesin
pembuat pakan ikan dapat diperoleh keuntungan-keuntungan seperti :
Proses pembuatan pakan menjadi lebih cepat dengan standar mesin 4 pk daya
produksi 20-30 kg/jam.
Kualitas pelet menjadi lebih bagus karena pencampuran bahan lebih merata
Dihasilkan pelet dengan ukuran yang seragam.
1.2. TUJUAN :
Tujuan dari perencanaan ini adalah :
Menentukan bahan-bahan yang sesuai untuk elemen-elemen tersebut dan
terjangkau untuk masyarakat industri kecil dan menengah.
Merencanakan elemen-elemen mesinnya
Menentukan ukuran elemen2nya dan pengaruhnya terhadap jumlah produksi
yang di hasilkan.
1.3. BATASAN MASALAH
Mengingat mesin pembuat pakan ikan ini cukup kompleks maka pada
kesempatan ini akan dibahas transmisi daya yang terdiri dari :
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
2
Poros
Bantalan
Roda gigi lurus
Pasak
Pulley dan sabuk
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
3
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Poros
2.1.1 Hal-hal penting dalam perencanaan poros :
a. Kekuatan poros
Poros transmisi dapat mengalami beban momen puntir atau momen
lentur, gabungan lentur dan puntir. Adapula poros yang mendapat beban
tarik, beban tekan, seperti: poros baling-baling kapal atau turbin akan
terjadi kelelahan, tumbukan, atau pengaruh konsentrasi tegangan bila
diameter poros diperkecil.
b. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup,tetapi jika
lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar, akan menyebabkan
ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara (misalnya
pada turbin dan kotak roda gigi). Oleh karena itu, kekakuan juga harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani
oleh poros tersebut.
c. Putaran kritis
Bila putaran mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut
sebagai putaran kritis, apabila ini terjadi, maka akan dapat
menghasilkan kerusakan pada poros dan bagian-bagian lainnya.
d. Korosi
Bahan-bahan korosi harus diperhatikan untuk poros propeller dan
pompa, karena jika terjadi kontak dengan fluida yang korosif akan
menghasilkan korosi. Demikian juga untuk poros-poros yang terancam
kavitasi dan poros-poros mesin yang berhenti lama. Hal yang dapat
dilakukan adalah memberikan perlindungan terhadap korosi dalam
jangka waktu tertentu.
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
4
e. Bahan poros
Poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja yang ditarik dingin difinis.
Baja karbon konstruksi mesin (bahan S-C ) yang dihasilkan dari ingot
yang dikill (baja yang dioksidasi dengan kadar cor terjamin). Meskipun
demikian, bahan atau fero silicon dan dicor, ini kelurusannya agak
kurang tetap dan dapat mengalami deformasi karena tegangan kurang
seimbang, misalnya diberi alur pasak, karena ada tegangan sisa di dalam
terasnya. Tetapi penarikan dingin membuat permukaan poros keras
kekuatannya bertambah besar. Poros yang dipakai untuk meneruskan
putaran tinggi dan berat umumnya dibuat dari baja paduan yang sangat
tahan terhadap keausan. Baja karbon untuk kontruksi mesin dan Baja
batang difnis dingin untuk poros dapat dilihat dalam tabel I pada
lampiran.
2.1.2. Poros dengan beban puntir
Berikut akan dibahas rencana sebuah poros yang mendapatkan
pembebanan utama berupa torsi. Jika poros yang direncanakan tidak mendapatkan
beban lain kecuali torsi, maka diameter poros itu dapat kecil dari yang
dibayangkan. Jika diperkirakan terjadi momen puntir, tarik atau tekan maka
kemungkinan pembebanan tersebut perlu diperhitungkan dalam faktor keamanan
yang diambil. Untuk faktor koreksi pada berbagai macam variasi beban dapat
dilihat pada table II pada lampiran.

Jika fc = Faktor koreksi, daya yang dapat direncanakan dapat dihitung
dengan rumus :
Pd = fc . P (kW) ...................................................(1)
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
5
Momen puntir rencana (T) :
T = 9,74 . 10
5
Pd/n
1 (kg.mm
2
)
.......................................(2)
Dimana :
Pd = Daya nominal output dari motor penggerak (kW)
n = Putaran poros penggerak (rpm)
Dalam hal ini dihitung atas dasar kelelahan puntir yang besarnya diambil
dan 40% dari batas kelelahan tarik yang besarnya 45% dari kekuatan tarik. Untuk
harga 18% ini faktor keamanan diambil dari 1/0,18 = 5,6 diambil bahan SF dan
6,0 untuk bahan SC dengan pengaruh massa dan baja paduan.faktor ini dinyatakan
dengan Sf
1.
Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros tersebut akan diberi alur pasak
atau bertangga,karena pengaruh konsentrasi teganggan cukup besar. Pengaruh
kekasaran permukaan juga harus diperhatikan.untuk memasukkan pengaruh ini
kedalam perhitungan perlu diambil faktor yang dinyatakan dengan Sf
2,
dengan
harga sebesar 1,3 sampai 3,0.
Dari hal- hal diatas maka besarnya
a
dapat dihitung dengan

a =
2 1
/( xSf Sf
b


) (3)
Kemudian keadaan momen puntir itu sendiri juga harus ditinjau. Faktor
koreksi yang dianjurkan oleh ASME juga dipakai disini. Faktor ini dinyatakan
dengan K
t
, dipilih sebesar 1,0 jika beban yang dikenakan secara halus, 1,0-1,5 jika
terjadi sedikit kejutan atau tumbukan, dan 1,5 3,0 jika beban dikenakan dengan
kejutan atau tumbukan besar.
Jika memang diperlukan akan diperkirakan akan terjadi pemakaian
dengan beban lentur maka akan dipertimbangkan pemakaian faktor Cb yang
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
6
harganya 1,2 - 2,3. jika Cb = 1 maka pada poros tidak terjadi pembebanan lentur,
diameter poros dapat dicari melalui rumus :
ds = (4)
2.1.3. Poros dengan beban lentur murni
Gandar dari kereta tambang dan kereta sel tidak dibebani dengan puntiran
melainkan mendapat beban lentur saja. Dari bahan yang dipilih dapat ditentukan
tegangan lentur yang diizinkan (
a
)

(kg/mm
Z
). Momen tahanan lentur poros
Z = (/32)ds
3
(mm
2
),

sehingga dapat diperoleh rumus :

a
> ..............................................................(5)
Sehingga :
ds = .. (6)
Dalam kenyataan, gandar tidak hanya mendapat beban statis melainkan
beban dinamis. Jika perhitungan diameter poros sekedar untuk mencakup beban
dinamis secara sederhana mana dapat diambil faktor keamanan yang lebih untuk
menentukan a tetapi beban dinamis dalam arah tegak dan mendatar harus
ditambahkan pada beban statis. Gandar dapat diperlakukan sebagai poros pengikut
dengan jalan mengalikan ketiga momen dl atas dengan faktor tambahan m.
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
7
3 / 1
T . Cb Kt.
a
5,1
1
]
1

Z
M
1
3
1
1
02 , 1
1
]
1

M
a
Tabel 2.1
Faktor tambahan tegangan pada gandar
Pemakaian Faktor tambahan m
Gandar pengikut (tanpa rem cakram) 1,0
Gandar yang digerakkan ; ditumpu pada ujungnya 1,1 - 1,2
Gandar yang digerakkan : lentur silang 1,1 1,2
Gandar yang digerakkan : lenturan terbuka 1,2 1,3
Berikut dibawah ini adalah gambar sebuah Gandar:
Gambar 2.1 Gandar
Rumus-rumus dalam perencanaan gandar : ..(7)
M
1
= (j g) . W/4
P =
L
. W
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
8
M
2
=
v
.M
1
Q
0
= P (h/j)
R
0
= P(h + r)/g
M
3
= Pr + Q
0
(a + 1) R
0
(a + 1) (j g)/2)
Tabel 2.2.
Harga
v
dan
L

Kecepatan harga maksimum (km/jam)

v

L
120 atau kurang 0,4 0,3
120 140 0,5 0,4
160 190 0,6 0,4
190 210 0,7 0,5
Dari hal-hal di atas dapat disimpulkan :
Ds > . (8)
b = . (9)
2.1. 4 Poros dengan beban puntir dan lentur
Poros umumnya meneruskan daya melalui sabuk, roda gigi dan rantai.
Dengan demikian poros tersebut mendapat beban puntir dan lentur sehingga pada
permukaan poros tersebut terjadi tegangan geser = T/2P, karena momen puntir P
dan tegangan = M/Z karena momen lentur. Untuk bahan liat seperti poros dapat
dipakai teori tegangan geser maksimum :
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
9
3
1
3 2 1
(
2 , 10
1
]
1

+ + M M M m
wb
3
3 2 1
) ( 2 , 10
ds
M M M m + +
2 2
3
1 , 5
T M
ds
+
maks = . (10)
Pada poros pejal penampang bulat = 32 M/.ds
3
, = 16T/.ds
3
, sehingga :
maks = (11)
Dengan mengingat macam beban, sifat beban maka dianjurkan
menggunakan rumus diameter poros yang memasukkan pengaruh kelelahan
karena beban berulang :
maks = ................(12)
ds = .....................(13)
Pada poros yang berputar dengan pembebanan momen lentur yang tetap,
besarnya faktor Km adalah 1,5. Untuk beban dengan tumbukan ringan Km
terletak antara 1,5 dan 2,0 dan untuk beban untuk tumbukan berat Km terletak
antara 2 dan 3. M dalam rumus diatas adalah momen lentur gabungan dan T
adalah momen puntir rencana. Sedangkan faktor dinyatakan dengan K
t
, dipilih
sebesar 1,0 jika beban yang dikenakan secara halus, 1,0-1,5 jika terjadi sedikit
kejutan atau tumbukan, dan 1,5 3,0 jika beban dikenakan dengan kejutan atau
tumbukan besar.
Jika d
s
adalah diameter poros (mm), defleksi puntiran (
0
),l panjang poros
(mm), T momen puntir (kg.mm), dan G modulus geser (kg/mm
2
),maka :
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
10
2
4
2 2
+
{ { }
3 / 1 2 2
) . ( ) (
1 , 5
T K M K
t m
a
+

1
]
1

+
,
_

2 2
3
) . ( ) . (
ds
1 , 5
T Kt M Km

4
584
s
Gd
TI

..( 14 )
Dalam hal Baja G = 8,3 x 10
3
(kg/mm
2
). Perhitungan menurut rumus
diatas dilakukan untuk memeriksa apakah harga yang diperoleh masih dibawah
batas harga yang diperbolehkan untuk pemakaian yang bersangkutan. Bila
dibatasi sampai 0,25
0
untuk setiap meter panjang poros, maka dapat diperoleh
persamaan:
T d
s
4
. 1 , 4 (15)
Kekakuan poros terhadap lenturan juga perlu diperiksa. Bila suatu poros
baja ditumpu oleh bantalan yang tipis atau bantalan yang mapan sendiri, maka
lenturan poros y (mm) dapat ditentukan dengan rumus berikut :
l d
l Fl
x y
s
4
2
2
2
1 4
10 23 , 3

.. (16)
Dimana d
s
= diameter poros (mm),l =jarak antara bantalan penumpu (mm),
F = beban (kg),l
1
dan l
2
= jarak dari bantalan ke titik pembebanan (mm).Perlu
untuk dicatat bahwa beban F dalam rumus diatas adalah gaya- gaya luar seperti
dari Roda Gigi, tegangan dari sabuk dan berat dari Pulley beserta sabuk, dan berat
poros itu sendiri,dan lain-lain.Jika beban tersebut bekerja diantara Bantalan atau
diluarnya, maka perhitungannya harus didasarkan pada resultantenya.Bila Gaya
bekerja dalam berbagai arah, ditentukan komponen vertical dan Horisontal dari
resultantenya, dan selanjututnya dihitung lenturan yang akan terjadi dalam arah
vertical dan horizontal.
Dalam persamaan 14 diatas lenturan yang terjadi perlu dibatasi sampai
( 0,25 0,35 ) mm atau kurang untuk setiap 1m jarak bantalan, untuk poros
transmisi umum dengan beban terpusat.
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
11
2.2 Pasak
2.2.1 Macam-macam pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-
bagian mesin seperti roda gigi, sproket, pulley, kopling, dan lain-lain pada poros
Momen diteruskan dari poros ke naf dari naf keporos.
Fungsi yang serupa dengan pasak dilakukan pula oleh seplain (spline) dan
gerigi (seration), yang mempunyai gigi luar pada poros dan gigi dalam, dalam
jumlah gigi yang sama pada naf dan saling terkait satu dengan yang lain. Gigi
pada spalin adalah besar-besar, sedang pada gerigi adalah kecil-kecil dengan jarak
bagi yang kecil pula. Kedua-duanya dapat digeser secara aksial pada waktu
meneruskan daya. Pasak pada umumnya digolongkan atas beberapa macam.
Menurut letaknya pada poros dapat dibedakan antara pasak kelana, pasak
rata. pasak benam dan pasak singgung, yang paling umum berpenampang segi
empat. Dalam arah memanjang dapat berbentuk prismatis atau berbentuk tirus.
Pasak benam prismatis ada yang khusus dipakai sebagai pasak luncur. Disamping
itu ada pula pasak tembereng dan pasak jarum.
Pasak luncur memungkinkan pergeseran aksial roda gigi, dan lain-lain,
pada porosnya, seperti pada splain. Yang paling umum dipakai adalah pasal
benam yang dapat meneruskan momen yang hesar. Untuk momen dengan
tumbukan, dapat dipakai pasak singgung
Gambar macam-macam pasak ditunjukkan pada gambar 2.2 dibawah ini
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
12
Gambar 2.2. Macam-macam pasak
2.2. 2 Hal-hal penting dan tata cara perencanaan pasak
Pasak benam mempunyai penampang segi empat dimana terdapat bentuk
prismatis dan tirus yang kadang-kadang diberi kepala untuk memudahkan
pencabutannya. Kemiringan pada pasak tirus umumnya sebesar 1/10, dan
pengerjaan harus hati-hati agar naf tidak menjadi ekstrinsik.. Pada pasak yang
rata, sisi sampingnya harus pas dengan alur pasak agar pasak tidak menjadi
goyah dan rusak. Ukuran dan bentuk standar pasak diberikan dalam tabel III
pada lampiran untuk pasak umumnya dipilih bahan yang mempunai kekuatan
tarik lebih dari 60 (kg/mm
2
) lebih kuat daripada porosnya. Kadang-kadang
sengaja dipilih bahan yang lemah untuk pasak, sehingga pasak akan lebih
dahulu rusak dari pada poros atau nafnya. Ini disebabkan harga pasak murah
dan mudah menggantinya.
Jika momen rencana pada poros adalah T (kg.mm), dan diameter poros
adalah ds (mm), maka gaya tangensial F (kg) pada permukaan poros adalah
F = (17)
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
13
) 2 / (ds
T
Gaya geser yang bekerja pada penampang mendatar b X l (mm`) oleh
gaya F (kg) dengan demikian tegangan geser
k
(kg/mm
2
) yang ditimbulkan
adalah dari tegangan geser yang diizinkan
ka
(kg/.mm
2
), panjang pasak 1
(mm) yang diperlukan dapat diperoleh :

ka
> . (18)

Gaya gesek pada pasak dapat dilihat pada gambar 2.3. dibawah ini
Gambar 2.3. Gaya gesek pada pasak
Harga
ka
adalah harga yang diperoleh dengan membagi kekuatan tarik

B
dengan faktor keamanan Sf
1
dan Sf
2
.
Harga Sf
k1
umumnya diambil 6, dan Sf
k2
dipilih antara 1-1,5 jika beban
dikenakan secara perlahan-lahan, antara 1,5 -3 jika dikenakan dengan
tumbukan ringan dan antara 2-5 jika dikenakan secara tiba-tiba dan dengan
tumbukan berat.
Kedalaman alur pasak pada poros dinyatakan dengan t
1
, dan kedalaman
alur pasak pada naf dengan t
2
. Abaikan pengurangan luas permukaan oleh
pembulatan sudut pasak. Dalam hal ini tekanan permukaan P (kg/mm
2
) adalah
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
14
1
1 . b
F
P = (19)
Dari harga tekanan permukaan yang diizinkan Pa (kg/mm
2
), panjang
pasak yang diperlukan dapat dihitung dari
Pa > .. (20)
Harga Pa adalah sebesar 8 (kg/mm
2
) untuk poros dengan diameter kecil,
10 (kg/mm) untuk poros dengan diameter besar, dan setengah dari harga-harga
diatas untuk poros berputaran tinggi. Perlu diperhatikan bahwa lebar pasak
sebaiknya antara 25-35 (%) dari diameter poros dan panjang pasak jangan
terlalu panjang dibandingkan dengan diameter poros (antara 0,75 sampai 1,5
ds). Karena lebar dan tinggi pasak sudah distandarkan, maka beban yang
ditimbulkan oleh gaya F yang besar hendalnya dibatasi dengan menyesuaikan
panjang pasak. Namun demikian, pasak yang terlalu panjang tidak dapat
menahan beban yang merata pada permukaannya. Jika terdapat pembatasan
pada ukuran naf atau poros, dapat dipakai ukuran yang tidak standar atau
diameter perlu dikoreksi.
2.3. Roda Gigi
Guna mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat tidak
dapat dilakukan dengan roda gesek. Untuk ini, kedua roda tersebut
harus dibuat bergigi pada kelilingnya sehingga penerusan daya
dilakukan oleh gigi-gigi kedua roda yang saling berkait. Roda bergigi
semacam ini, yang dapat berbentuk silinder atau kerucut, disebut roda
gigi.
Cara lain untuk meneruskan daya, yaitu dengan sabuk dan rantai.
Namun demikian, transmisi roda gigi mempunyai keunggulan
dibandingkan dengan sabuk atau rantai karena lebih ringkas, putaran
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
15
) atau t (t x l
F
2 1
) atau t (t x 1
F
2 1
lebih tinggi dan tepat, dan daya lebih besar. Roda gigi diklasifikasikan
menjadi 12 macam roda gigi berdasarkan bentuk giginya yaitu : Roda
gigi lurus, Roda gigi miring, Roda gigi miring ganda, Roda gigi dalam,
Pinyon dan batang gigi, Roda gigi kerucut lurus, Roda gigi kerucut
spiral, Roda gigi permukaan, Roda gigi miring silang, roda gigi cacing
silindris, Roda gigi cacing globoid dan Roda gigi hipoid. Pada
perencanaan ini digunakan roda gigi lurus. Macam macam roda gigi
dapat dilihat pada gambar 2.4 dibawah ini :

Gambar 2.4 Macam-macam roda gigi
2.3.1. Nama Nama Bagian Roda Gigi dan Ukurannya
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
16
Nama-nama bagian utama roda gigi diberikan dalam gambar 2.5.
dibawah ini :
Gambar 2.5 Nama-nama bagian utama roda gigi
Adapun ukurannya dinyatakan dengan diameter lingkaran jarak
bagi, yaitu lingkaran khayal yang menggelinding tanpa slip. Ukuran
gigi dinyatakan dengan jarak bagi lingkar, yaitu jarak sepanjang
lingkaran jarak bagi antara profil dua gigi yang berdekatan. Jika
diameter lingkaran jarak bagi dinyatakan dengan d (mm), dan jumlah
gigi dengan z, maka jarak bagi lingkar t (mm) dapat ditulis sebagai
z
d
t

..(21)
karena jarak bagi lingkar selalu mengandung faktor ,
pemakaiannya sebagai ukuran gigi dirasakan kurang praktis. Sehingga
diambil suatu ukuran yang disebut modul dengan lambang m, dimana
z
d
m
. (22)
m
dapat ditentukan sebagai bilangan bulat atau bilangan
pecahan 0.5 dan 0.25 yang lebih praktis, juga karena
t m .. (23)
maka modul dapat menjadi ukuran gigi.
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
17
Untuk memilih modul berdasarkan daya rencana dan putaran
poros penggerak dapat dilihat pada diagram pemilihan modul roda gigi
lurus dalam gambar 2.6 dibawah ini :
Gambar 2.6. Diagram pemilihan modul roda gigi lurus
Untuk profil involut berlaku (24)
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
18
t s
m B
m h
m h
m h
f
a



55 . 0
2 . 2
2 . 1

Dimana :
h : Tinggi gigi
h
o
: Addendum / tinggi kepala gigi
h
f
: Dedendum / tinggi kaki gigi
s : Tebal gigi
t : Larak lengkung puncak / jarak gigi
B : Lebar gigi
: Faktok cara pemasangan
Jarak lengkungan pada kaki gigi sampai kaki sebesar C
o
. Dimana
harga C
o
= 0.2 s / d 0.25. Seperti diterangkan diatas harga h
a
= m,
sedang h
f
= (1+c
o
).m. Dengan demikian tinggi gigi :
m C h
o
+ ) 2 (
.. (25)
Bila kecepatan sudut roda gigi pinion
1
, roda gigi wheel
2
, sedang
putaran pinion n
1
, dan putaran wheel n
2
, maka :
1 1
2 n
;
2 2
2 n
2
1
2
1
n
n

, sedang
i
2
1

Kecepatan keliling :
60
1 1
1
d n
v

;
60
2 2
2
d n
v


2 1
v v
2.3.2 Perbandingan Putaran dan Perbandingan Roda Gigi
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
19
Jika putaran roda gigi yang berpasangan dinyatakan dengan n
1
(rpm)
pada poros penggerak dan n
2
(rpm) pada poros yang digerakkan, diameter
lingkaran jarak bagi d
1
dan d
2
(mm), dan jumlah gigi z
1
dan z
2
, maka
perbandingan putaran u adalah:
i
z
z
i z
z
z m
z m
d
d
n
n
u


1
2
2
1
2
1
2
1
2
1
1
.. (26)
Harga i disebut faktor reduksi, yaitu perbandingan antara jumlah
gigi pada roda gigi dan pada pinyon, disebut perbandingan roda gigi atau
perbandingan transmisi. Perbandingan ini dapat sebesar 4-5 dalam hal roda
gigi lurus standar.
Roda gigi biasanya dipakai untuk reduksi (u < 1 atau i >1); tetapi
kadang-kadang juga dipakai untuk menaikkan putaran (u >1 atau i <1).
Jarak sumbu poros a (mm) dan diameter lingkaran jarak bagi d
1
dan
d
2
(mm) dapat dinyatakan sebagai berikut:
) 1 (
2
) 1 (
2
2
) (
0
2
0
1
2 1
+

i
i a
d
i
a
d
d d
a
.. (28)
Ukuran profisionil roda gigi lurus standar yang didasarkan atas
modul diberikan pada tabel 2.3 diantaranya diameter luar d
t
(mm)
dan tinggi gigi atau kedalaman pemotongan gigi H (mm) dapat ditulis
sebagai berikut :
d
1
= (z + 2) m ............................ (30)
H = 2m + c
k
............................... (31)
Dimana c
k
adalah kelonggaran puncak.
Tabel 2.3.
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
20
. (27)
. (29)
Ukuran roda gigi lurus standar berkedalaman penuh
Diameter lingkaran jarak bagi d
1 =
2r
1
= z
1
m, d
2
= 2r
2
= z.2m
Jarak Sumbu poros
m
z z
a
2
2 1
+

Diameter lingkaran kepala d


k1
= 2r
k1
= (z
1
+ 2) m,
d
k2
= 2r
k2 =
(z
2
+ 2)m
Diameter lingkaran kaki df
1
= (z
1
- 2) m,
df
2
=

(z
2
- 2)m
Diameter lingkaran dasar d
1
= z
1
m
0
, d
2
= z
2
m
Jarak bagi T
0
= m
Jarak bagi normal
T
e
= m cos
0
Tinggi gigi (kedalaman
pemotongan)
H = 2m + c
k
2.3.3. Kapasitas Beban Roda Gigi
Roda gigi dapat mengalami kerusakan berupa gigi patah haus atau
berlubang-lubang permukaanya dan tergores permukaannya karena
pecahnya selaput minyak pelumas. Dalam hal ini akan dibahas untuk
merencanakan roda gigi untuk dapat mengatasi hal-hal tersebut. Cara
pertama adalah metode yang paling dasar dimana perhitungan
ditekankan pada kekuatan terhadap lenturan dan tekanan permukaan
gigi.
a. Perhitungan Lenturan
Karena besaran perbandingan kontak adalah satu atau lebih, maka
beban penuh tidak selalu dikenakan pada satu gigi. Tetapi, demi
keamanan, perhitungan dilakukan atas dasar anggapan bahwa beban
penuh dikenakan pada titik perpotongan A antara garis tekanan dan garis
hubung pusat roda gigi pada puncak gigi pada seperti pada gambar 2.7
dibawah ini
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
21
Gambar 2.7. Gaya pada gigi
Jika tekanan normal pada permukaan gigi dinyatakan dengan Fn,
maka gaya F
kt
(tegak lurus OA ) dalam arah keliling atau tangensial pada
titik A adalah :
F
k1
= F
n
cos .............................. (32)
Gaya Ft yang bekerja dalam arah putaran roda gigi pada titik
jarak bagi adalah.
F
t
= F
n
cos
n
................................ (33)
Jika diameter jarak bagi adalah d
p
(mm) maka kecepatan keliling
v (m/s) pada lingkaran jarak bagi roda gigi yang mempunyai putaran n
1
(rpm) adalah :
v =
1000 60
. .
1 1
x
n d
................................. (34)
Hubungan antara daya yang ditransmisikan P (KW), gaya
tangensial F
t
(kg) dan kecepatan keliling v (m/s), dalam hal ini yang
harus dipergunakan adalah daya rencana (Pd) yaitu daya yang
ditransmisikan di kali dengan faktor koreksi (f
c
) maka :
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
22
F
t
=
v
P
d
. 102
............................... (35)
Dalam keadaan sebenarnya, pada waktu terjadi peralihan
jumlah pasangan yang terkait dari satu menjadi dua atau dari dua
menjadi satu pasang. Timbul gaya yang lebih besar. Karena dalam
perhitungannya hanya satu pasang gigi saja yang dianggap meneruskan
moment maka pembebanan yang diperhitungkan pada gigi menjadi lebih
berat dari pada keadaan yang sebenarnya. Dalam gambar 2.8, bentuk
penampang gigi yang akan dipakai sebagai dasar perhitungan kekuatan
lenturnya, didekati dengan bentuk parabola dengan puncak dititik a dan
dasar di b dan c yang merupakan titik singgung antara parabola dengan
profil kaki gigi. Dengan demikian maka gigi tersebut dapat dipandang
sebagai balok kantilever yang mempunyak kekuatan seragam.
Gambar 2.8 Gigi dipandang sebagai balok kantilever
dengan kekuatan seragam
Jika b (mm) adalah lebar sisi BC = h (mm) dan AE = l (mm) maka
tegangan lentur (kg/mm
2
) pada titik B dan C dengan beban tangensial Fc
pada puncak balok dapat ditulis sebagai :
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
23
F
t
=
l
h
b
b
6
. .
2
............................ (36)
Bila h
2
/6l ditentukan dari ukuran dan bentuk gigi maka besaran
ini mempunyai dimensi panjang. Jika dinyatakan dengan perkalian
antara Y dan modul (m) maka :
F
t
=
Y m b
b
. . .
............................. (37)
Persamaan ini disebut sebagai persamaan Lewis dan Y
dinamakan faktor bantuk gigi. Diantara koefisien-koefisien roda gigi
dalam tabel IV pada lampiran, diberikan harga-harga untuk profil roda
gigi standar dengan sudut tekan 20
o
.
Koreksi pertama pada persamaan diatas dilakukan pada
kecepatan keliling roda gigi. Koreksi karena pengaruh kecepatan ini
diberikan dalam bentuk faktor dinamis (f
v
) yang tergantung pada
kecepatan keliling dan ketelitian seperti yang diperlihatkan dalam tabel
V pada lampiran maka persamaanya menjadi :
F
t
=
v b
f Y m b . . . .
................................. (38)
Tegangan lentur yang diijinkan (kg/mm
2
) yang besarnya
tergantung pada macam bahan dan perlakuan panas yang diperoleh
dalam tabel VI pada lampiran besarnya beban lentur yang diijinkan per
satuan lebar sisi F
b
dapat dihitung dari besarnya modul, jumlah gigi
dan faktor bentuk gigi dengan sudut tekanan 20
o
dan faktor dinamis f
v
sebagai berikut :
F
b
=
v b
f Y m . . .
................................ (39)
b. Perhitungan beban permukaan.
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
24
Jika tekanan antara sesama permukaan gigi terlalu besar gigi
akan mengalami keausan atau menjadi bopeng dengan cepat. Selain itu,
permukaan gigi juga akan mengalami kerusakan karena keletihan oleh
beban berulang dengan demikian maka tekanan yang dikenakan pada
permukaan gigi atau kapasitas pembebanan permukaan harus dibatasi
Seperti pada perhitungan lenturan beban permukaan yang
diijinkan per satuan lebar F
H
(kg/mm) dapat diperoleh dengan
persamaan sebagai berikut :
F
H
=
2 1
2
1
2
. .
z z
z
d k f
H v
+
............................... (40)
Dimana :
k
H
= faktor tegangan kontak yang diijinkan dan dapat diperoleh
dalam tabel VII pada lampiran
d
01
= Diameter jarak bagi roda gigi kecil
Z
1
= jumlah gigi roda gigi kecil
Z
2
= jumlah gigi roda gigi besar
Maka lebar sisi yang diperlukan atas dasar perhitungan kekuatan
terhadap tekanan permukaan, adalah b = F
t
/ F
H
. Pada umumnya
harga b ditetapkan antara (6 10) mm. Dan untuk daya besar (10-16)
mm. Untuk ketelitian dan pemasangan yang baik, roda gigi dengan
bantalan pada kedua ujung porosnya mempunyai batasan b/ d
1
1,2.
2.4. Puli Dan Sabuk
Jarak yang jauh antara dua buah poros sering tidak memungkinkan
transmisi langsung dengan roda gigi. Dalam hal demikian, cara transmisi
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
25
putaran atau daya yang lain dapat diterapkan, dimana sebuah sabuk luwes
atau rantai dibelitkan sekeliling puli atau sproket pada poros.
Sebagian besar transimisi sabuk menggunakan sabuk-V karena mudah
penanganannya dan harganya pun murah. Kecepatan sabuk direncanakan
untuk 10 sampai 20 (m/s)pada umumnya, dan maksimum sampai 25 (m/s).
Daya maksimum yang dapat ditransmisikan kurang lebih sampai
500 (KW).
2.4.1. Transmisi sabuk-V
Sabuk-V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium.
Tenunan tetoron atau semacamnya dipergunakan sebagai inti sabuk untuk
membawa tarikan yang besar gambar 2.9. Sabuk-V dibelitkan dl keliling
alur pully yang berbentuk V pula. Sehingga bagian sabuk yang sedang
membelit pada pully ini akan mengalami lengkungan sehingga bagian
dalamnva akan bertambah besar. Gaya gesekan juga akan bertambah
karena pengaruh bentuk baji, yang akan menghasilkan transmisi daya yang
besar pada tegangan yang relatif rendah. Hal ini merupakan salah satu
keunggulan sabuk-V dengan sabuk rata. Dalam gambar 2.10. diberikan
berbagai proporsi penampang sabuk-V.
Gambar 2.9. Kontruksi sabuk V
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
26
1. Terpal
2. Bagian penarik
3. Karet pembungkus
4. Bantal karet
Gambar 2.10. Ukuran penampang sabuk-V
Sabuk-V yang umum dipakai atas dasar daya rencana dan putaran
poros penggerak, penampang-V yang sesuai dapat diperoleh dari gambar
2.11. Daya rencana dihitung dengan mengalikan daya yang diteruskan
dengan faktor koreksi dalam tabel II pada lampiran Diameter minimal
pully-V dinyatakan sebagai diameter dp (mm) dari suatu lingkaran dimana
lebar alurnya dalam gambar 2.12. menjadi lo dalam tabel VIII pada
lampiran .
Transmisi sabuk-V hanya dapat menghubungkan poros -poros yang
sejajar dengan arah putaran yang sama. Dibandingkan dalam transmisi
roda gigi atau rantai, sabuk-V bekerja lebih halus dan tidah bersuara.
Untuk mempertinggi daya yang ditransmisikan dapat dipakai beberapa
sabuk-V dipasang sebelah-menyebelah. Jarak sumbu poros harus sebesar
1.5 sampai 2 kali diameter pully besar. Nomor nominal sabuk-V
dinyatakan panjang kelilingnya dalam inci.
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
27
Gambar 2.11. Diagram pemilihan sabuk-V
Gambar 2.12. Profil alur sabuk-V
Dalam tabel IX pada lampiran, diberikan diameter pully minimum
yang diizinkan dianjurkan menurut jenis sabuk yang bersangkutan. Karena
sabuk-V biasanya dipakai untuk menurunkan putaran, maka perbandingan
yang umum dipakai ialah
perbandingan reduksi I (I.I), dimana :
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
28


i
u
u d
D
i
n
n
p
P
1
;
1
2
1

. (41)
Diameter luar pulley penggerak (d
k
)
) . 2 ( k dp d
k
+
. (42)
Diameter luar pulley yang digerakkan (D
k
)
) . 2 ( K D D
k k
+
.. (43)
Kecepatan linier sabuk-V (m/s) adalah:
v = . (44)
Jarak sumbu poros dan panjang keliling sabuk bertuirut-turut adalah C :
(mm) dan
L (mm) : C = : (45)
Dimana :
b = 2L 3,14 (dp + dp) (46)
L =2C + (Dp + dp) + (Dp - dp)
2
.. (47)

Jika tarikan pada sisi tarik dan sisi kendor berturut-turut adalah F
1
dan
F
2
(kg), maka besarnya gaya tarik efektif Fe (kg) untuk menggerakkan puli
yang digerakkan adalah :
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
29
1000 x 60
n . .dp
1

8
) ( 8
2 2
dp Dp b b +
2

C 4
1
Fe = F
1
F
2
. (48)
Besarnya daya yang dapat ditransmisikan oleh satu sabuk Po (kW)
diberikan oleh persamaan berikut :
n = . (49)
Dimana fa (kg) adalah gaya tarik yang diizinkan untuk setiap sabuk
dan n
1
(rpm) adalah putaran pull penggerak. Dalam praktek, persamaan
diatas haarus dikoreksi terhadap faktor-faktor yang bekerja pada sabuk
seperti gaya sentrifugal, lenturan dan lain-lain.
Pada umumnya puli dibuat dari besi cor kelabu FC20 atau FC30.
Untuk puli kecil dipakai onstruksiplat karena lebih murah.
Pembatasan ukuran puli sering dikenakan pada panjang susunan
puli atau lebar puli. Panjang maksimum susunan puli L
MAX
adalah perlu
untuk memenuhi persamaan berikut ini.
C D d L
P P MAX
+ ) (
2
1
... (50)
) (
2
1
k k
D d C +
> 0 .. (51)
Jika d
B
dan D
B
berturut-turut adalah diameter bos atau naf puli kecil dan
puli besar, d
s1
dan d
s2
berturut-turut adalah diameter poros penggerak dan yang
digerakkan, maka
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
30
1000
1
n
) ( 10
3
5
1
mm d d
s B
+
. (52)
) ( 10
3
5
2
mm d D
s B
+
(53)
Jika naf tidak dapat dibuat cukup besar untuk memenuhi persamaan
tersebut, ambillah bahan poros yang lebih kuat untuk mengecilkan
diameternya, atau ambil cara lain untuk memasang poros pada naf.
Untuk mengetahui jumlah belt yang diperlukan untuk mentransmisikan
daya dapat digunakan rumus
A K
F
Z
.

. (54)
dimana :
* Z = Jumlah belt yang dipakai
* K = 2. .
o
( tegangan yang timbul karena beban)
- = 0,5 s/d0,6 (untuk belt datar) dan 0,7 s/d 0,9 (untuk v-
belt)
-
o
= tegangan tarik awal, untuk v belt = 0,12 kg/mm
2

dan untuk plat belt = 0,18 kg / mm
2
* A = Luas permukaan belt.
- Untuk tipe A = 8 mm
- Untuk tipe B = 14 mm
- Untuk tipe C = 23 mm
- Untuk tipe D = 48 mm
- Untuk tipe E = 70 mm
- Untuk tipe F = 117 mm
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
31
2.5. Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban,
sehingga putaran atau gerak bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus,
aman dan panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan
poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak
berfungsi dengan baik maka prestasi seluruh system akan atau tidak dapat
bekerja sebagaimana mestinya. Jadi bantalan dalam permesinan dapat
disamakan dengan pondasi pada gedung.
2.5.1. Klasifikasi bantalan
1. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros
a. Bantalan luncur. Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros
dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan
dengan perantaraan lapisan pelumas.
b. Bantalan gelinding. Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara
bagian yang berputar dengan yang diam melalui elcmen gelinding seperti
bola (peluru), rol atau rol jarum, rol bulat dan ro1 kerucut
2. Atas dasar arah beban terhadap poros
a. Bantalan radial. Arah beban bantalan ini sejajar sumbu poros
b. Bantalan aksial. Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus
sumbu poros
c. Bantalan gelinding khusus. Bantalan ini dapat menumpu beban yang
arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros
2.5.2. Perbandingan Antara Bantalan Luncur Dan Bantalan Gelinding
Bantalan luncur mampu menumpu poros berputaran tinggi dengan
beban besar. Karena gesekan yang besar pada wakl:u mulai jalan, bantalan
luncur memerlukan momen awal yang besar.
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
32
Panas awal yang timbul dari gesekan yang besar, terutama pada beban
besar memerlukan pendinginan khusus. Sekalipun demikian, karena adanya
lapisan pelumas, bantalan ini dapat meredam tumbukan dan getaran hingga
hampir tidak bersuara.
Bantalan gelinding pada umumnya lebih cocok untuk beban kecil
daripada bantalan luncur, tergantung pada bentuk elemen gelindingnya,
putaran pada bantuan ini dibatasi oleh
,
ava sentrifugal yang timbul pada
elemen gelinding tersebut. Keunggulan dari bantalan ini adalah pada
gesekannya yang sangat rendah, pelumasannya sangat sederhana, cukup
dengan gemuk bahkan yang memakai sil sendiri tidak perlu pelumasan lagi.
2.5.3. Klasifikasi Bantalan Luncur
Dapat diklasifikasikan menurut bentuk dan letak bagian poros yang
ditumpu yaitu :
1. Bantalan radial, yang dapat berbentuk radial, belahan silinder, elips, dan
lain-lalin
2. Bantalan aksial, yang dapat berbentuk engsel, kerah, michel dan lainlain.
3. Bantalan khusus, yang berbentuk bola. 2.5.4 Jenis-Jenis Bantalan
pelinding
2.5.4 Jenis-Jenis Bantalan Gelinding
Bantalan gelinding mempunyai keuntungan dari gesekan gelinding
yang sangat kecil dibanding dengan bantalan luncur, seperti diperlihatkan
dalam gambar 2.13, elemen gelinding seperti bola atau rol, dipasang diantara
cincin luar dan cincin dalam. Dengan memutar salah satu cincin tersebut, bola
atau rol akan membuat gerakan gelinding sehingga gesekan diantaranya akan
jauh lebih kecil. Untuk bola atau rol, ketelitian tinggi dalam bentuk dan
ukuran merupakan keharusan. Bahan yang dipakai untuk bantalan gelinding
harus mempunyai ketahanan dan kekuatan yang tinggi. Bantalan gelinding
seperti bantalan luncur, dapat diklasifikasikan atas bantalan radial, yang
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
33
terutama membawa beban radial dan sedikit beban aksial dan bantalan aksial
yang membawa beban sejajar sumbu poros.
Macam-macam bantalan gelinding dapat dilihat pada gambar 2.13.
dibawah ini :
Gambar 2.13 macam-macam bantalan gelinding
Menurut bentuk elemen gelindingnya, dapat juga dibagi atas bantalan
bola dan bantalan rol.
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
34
2.5.5. Kelakuan Rantalan Gelinding

(a). Kemampuan membawa beban aksial
Bantalan radial mempunyai sudut kontak yang besar antara elemen
gelinding dan cincinnya, dapat menerima sedikit beban aksial, bantalan rol
macam alur dalam, bantalan bola kontak sudut dan bantalan rol kerucut
merupakan macam bantalan yang akan dibebani gaya aksial kecil. Bantalan
mapan sendiri dapat menyesuaikan diri dengan defleksi poros, namun
demikian kemampuannya menahan gaya aksial adalah kecil.

(b).Kelakuan terhadap putaran
Diameter poros d (mm) dikalikan dengan putaran per menit n (rpm)
disebut harga d.n. harga ini untuk suatu bantalan mempunyai batas empiris
yang besarnya tergantung pada macamnya dan cara pelumasannya. Bantalan
bola alur dalam dan bantalan bola sudut serta bantalan rol silindris pada
umumnya dipakai untuk putaran tinggi; bantalan rol kerucut dan bantalan
mapan sendiri untuk putaran sedang; bantalan aksial untuk putaran rendah.

(c).Kelakuan gesekan
Bantalan bola dan bantalan rol silindris mempunyai gesekan yang
relatif kecil dibandingkan dengan bantalan macam lain. Untuk alat-alat ukur,
gesekan bantalan merupakan hal yang menentukan ketelitiannva.
(d).Kelakuan dalam bunyi dan getaran
Hal ini dipengaruhi oleh kebulatan bola dan rol, kebulatan cincin,
kekasaran elemen-elemen tersebut, keadaan sangkarnya, dan kelas mutunya.
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
35
Faktor lain yang mempengaruhi adalah ketelitian pemasangan, konstruksi
mesin (yang memakai bantalan tersebut), dan kelonggaran dalam bantalan.
2.5.6. Bahan Bantalan Gelinding
Cincin dan elemen gelinding pada umumnya dibuat dari baja bantalan krom
karbon tinggi. Baja bantalan dapat memberikan efek stabil pada perlakuan
panas. Baja ini dapat memberikan umur panjang dengan keausan sangat kecil.
Dengan kemajuan dalam bidang teknik hampa pada akhir-akhir in, telah
dikembangkan bantalan cair hampa. Baja macam ini tidak sesuai untuk
produksi massa dan sangat mahal sehingga hanya dipakai dimana hanya
diperlukan baja murni. Untuk bantalan yang membutuhkan ketahanan khusus
terhadap kejutan, dipakai baja karbon rendah, yang kemudian diberi perlakuan
panas denban sementasi. Untuk bantalan yang tahan panas dan tahan karat
terdapat baja kecepatan tinggi atau deretan martensit dan baja tahan karat.
Bahan untuk sangkar yang mengalami kontak gesekan dengan elemen
gelinding harus tahan aus dan tidak mudah patah. Sangkar untuk bantalan
kecil dibuat dengan mengepres pita baja yang difinis rendah atau baja plat
yang difinis. Untuk pemakaian khusus, atau plat baja taharr karat juga sering
dipakai. Untuk bantalan besar dipakai baja karbon rendah atau kuningan
berkekuatan tinggi.
Untuk beberapa macam bantalan putaran tinggi dapat dibuat dari
plastik. Sebagai paku keling untuk sangkar dipergunakan baja karbon rendah
bermutu baik.
2.5.7 Nomor Nominal Bantalan Gelinding
Dalam prak
-
tek, bantalan gelinding standar dipilih dari katalog. Ukuran
bantalan gelinding adalah diameter lubang, diameter luar, lebar dan
lengkungan sudut. Pada umumnya diameter lubang diambil sebagai patokan
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
36
dimana berbagai diameter luar dan lebar digabungkan. Nomor nominal dari
bantalan gelinding terdiri dari nomor dasar dan pelengkap. Nomor dasar yang
terdapat merupakan lambang jenis, lambing ukuran (lambang lebar, diameter
luar), nomor diameter lubang dan lambang sudut kontak.
Lambang jenis menyatakan jenis bantalan, lambang ukuran menyatakan
lebar untuk bantalan radial dan tinggi untuk bantalan aksial; dapat juga
menyatakan diameter luar dari bantalan-bantalan tersebut. Dibawah ini akan
diberikan contoh nomor nominal dan artinya:
(1) 6312ZZ C3 P6
6 menyatakan bantalan bola baris tunggal alur dalam
3 adalah singkatan dari lambang 03, dimana 3 menunjukkan diameter
luar 130 (mm) untuk diameter lubang 60 (mrn)
12 berarti 12 X 5 = 60 (mm) diameter lubang
ZZ berarti bersil 2
C3 adalah kelonggaran C3
P6 berarti kelas ketelitian 6
(2) 22220 K C3
2 menyatakan bantalan rol mapan sendiri
22 menunjukkan diameter luar 200 (mm) dan lebar 53 (mm) untuk
diameter lubang 110 (mm)
20 Berarti 20 x 5 = 100 (mm) diameter lubang
k berarti tirus lubang, kelas kelebihan o
c Kelonggaran C3
2.5.8. Kapasitas Nominal Bantalan Gelinding
Ada 2 macam kapasitas nominal, yaitu kapasitas nominal dinamis
spesitik dan kapasitas nominal statia spesifik, misalnya bantalan aksial, maka
kondisi bebannya adalah aksial murni, satu cincin diam dan cincin yang lain
berputar. Jumlah putaran adalah 1.000.000 atau (33,3 rpm selama 500 jam).
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
37
Setelah menjalani putaran tersebut, jika 90ro dari jumlah bantaian tidak
menunjukkan kerusakan karena kelelahan oleh beban gelinding pada cincir,
atau elemen gelindingnya, maka besarnya beban tersebut dinamakan kapasitas
nominal dinamis spesifik, dan umur bersangkutan dinamakan umur nominal.
Jika bantalan membawa beban dalam keadaan diam atau berayun-ayun
dan pada titik kontak yang menerima tegangan maksimum besarnya deformasi
permanen pada elemen gelinding ditambah deformasi cincin rnenjadi 0,0001
kali diameter gelinding, maka beban tersebut dinamakan kapasitas nominal
statis spesifik.
2.5.9. Perhitungan Beban dan Umur Bantalan Gelinding
1. Perhitungan beban ekivalen
Suatu beban yang besarnya sedemikian rupa hingga memberikan umur
yang sama dengan umur yang diberikan oleh beban dan kondisi putaran
sebenarnya disebut beban putaran diramis. Jika suatu deformasi permanen
maksimum yang terjadi karena kondisi beban statis yang sebenarnya pada
bagian dimana elemen gelinding membuat kontak dengan cincin pada
tegangan maksimum, maka beban yang menimbulkan deformasi tersebut
dinamakan beban ekivalen statis.
Beban radial dan beban aksial
Untuk bantalan radial (kecuali bantalan rot silindris)
Pr = XVFr + Yfa . (55)
Untuk bantalan aksial
P = XFr + Yfa .. (56)
Dimana : Pr = beban radial (kg)
Fa = beban aksial (kg)
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
38
P = beban ekuivalen dinamis (kg)
Faktor V sama dengan 1 untuk pembebanan pada cincin dalam yang
berputar, dan 1,2 untuk pembebanan pada cincin luar yang berputar
2. Perhitungan umur nominal
Umur nominal L (90% dari jumlah sampel setelah berputar satu juta
putaran tidak memperlihatkan kerusakan karena kelelahan gelinding) dapat
ditentukan sebagai berikut :
Jika. C (kg) menyatakan beban nominal dinamis spesifik dan P (kg)
beban ekuivalen dinamis, maka faktor kecepatan fn adalah :
Untuk bantalan bola, fn = (33,3/n)
1/3

. (57)
Untuk bantalan rok, fn = (33,3/n)
3/10
(58)
Faktor umur adalah
Untuk kedua bantalan, fh = fn C/P .. (59)
Umur nominal Lh adalah :
Untuk bantalan bola, Lh = 500 fh
3
(60)
Untuk bantalan rol, Lh = 500 fh
10/3
(61)
Banyaknya putaran yang dapat ditempuh oleh bantalan tersebut dapat
digunakan rumus dibawah ini :
3

,
_

P
C
L
c
. (62)
Dengan bertambah panjangnya umur karena adanya perbaikan besar
dalam mutu bahan dan karena tuntutan keandalan yang lebih tinggi, maka
Bantalan modern direncanakan dengan Lh dikalikan dengan faktor
koreksi. Jika Ln menyatakan keadaan umur (100 - n) (,%), maka:
Ln = al . a2 . a3 . LH .. (63)
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
39
Dimana :
a
1
: faktor keandalan (tabel). al = l bila keandalan 90' dipakai
a
2
: faktor bahan. A2 = 1 untuk bahan baja bantalan yang dicairkan
secara terbuka dan kurang iebih = 3 untuk baja bantalan di gas
hampa
a3 : faktor kerja. a3 = 1 untuk kondisi kerja normal
Untuk hal-hal berikut ini (karena kondisinya tidak menguntungkan umurj :
Bantalan bola, dengan pelumasan minyak berviskositas 13 (cSt) atau
kurang
Bantalan rol, dengan pelumasan minyak berviskositas 20 (cSt) atau kurang
Kecepatan rendah, yang besarnya sama dengan atau kurang dari 1000
(rpm) dibagi diameter jarak bagi elemen gelinding ntuk menentukan
apakah umur yang dihitung perlu dihitung lagi dengan nomor bantalan
lain, harus dipertimbangkan berdasarkan harga-harga standar dalam tabel.
3. Faktor beban dan beban rata-rata
Jenis dan gabungan bantalan pada prinsipnya harus dipilih. Jika
terdapat getaran atau tumbukan, perhitungan beban harus dikalikan dengan
faktor beban fw: bila putaran bervariasi atau beban beban berfluktuasi
terhadap waktu, maka beban rata-rata harus dihitung.
4. Faktor beban fix
1. Untuk putaran halas tanpa beban tumbukan (seperti pada motor listrik),
fw= 1 - 1,1
2. Untuk kerja biasa (seperti pada roda gigi reduksi, roda kereta), fw =
1,1 - 1,3
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
40
3. Untuk kerja dengan tumbukan (seperti pada penggiling rol, alat-alat
besar), fw = 1,2 - 1,5
5. Beban rata-rata (Pm)
Jika beban atau putaran bervariasi terhadap waktu dengan beban tetap
(Pi) bekerja dalam jangka waktu (ti) pada putaran (ni), maka beban dan
putaran rata-ratanya adalah
Pm = (64)
n
m
= . (65)
6. Ketelitian dan pasan bantalan
Ketelitian yang tinggi memberikan kelonggaran yang sesuai dan
mengurangi kesalahan pasangan bantalan. Hal ini merupakan daasr bagi kerja
yang tenang dan umur panjang. Ketelitian poros harus disesuaikan dengan
ketelitian bantalan. Kelas keteliitian semakin tinggi menurut tingkatan
berikut : untuk bantalan radial dan aksial kecuali bantalan rol kerucut, kelas 0,
6, 5 dan 4: untuk bantalan rol kerucut, kelas 0, 6 dan 5.
Ukuran dan spesifikasi Bantalan Bola sudut dalam keadaan terpasang
dapat dilihat dalam table X pada lampiran
Untuk memilih diantara "pasan pres", "pasan peralihan dan pasan
longgar, faktor-faktor berikut harus diperiksa: gaya-gaya yang bekerja pada
bantalan pada waktu operasi; cincin mana yang berputar (dalam atau luar)
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
41
m n
P
n n n
P P
n t t t
P n t P n t P n t
) ... (
...
2 1
2 2 2 1 1 1
+ + +
+ + +

,
_

+ + +
+ + +
n
t t t
tn n t n t
...
... 2 . 2 1 . 1
2 1
yang berputar (dalam atau luar) yang terpenting untuk bantalan rol, pasan
yang umum telah distandarkan.
7. Pelumasan bantalan gelinding
Pelumasan bantalan gelinding terutama dimaksud untuk mengurangi
gesekan dan keausan antara elemen gelinding dan sangkur, membawa keluar
panas yang terjadi, mencegah korosi dan menghindari masuknya debu. Cara
pelumasan ada 2 macam, yaitu : pelumasan gemuk dan pelumasan minyak.
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
42
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Sketsa dan Prinsip Kerja Mesin Pellet
3.1.1. Sketsa Mesin Pellet yang di Rencanakan
Gambar 3.1. sketsa Mesin Pellet
3.1.2. Prinsip Kerja Mesin Pellet
Adonan pakan ikan yang sudah di aduk dimasukkan melalui
corong pengisian (Hopper), kemudian adonan diaduk menjadi satu
dengan penggiling di dalam slider. Penggiling mendorong pakan keluar
melalui lubang kecil di samping slider. Didalam Slider terdapat 2 buah
Bantalan yang digunakan untuk menopang poros ,penggiling(ulir),Roda
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
43
HOPPER
RODA GIGI LURUS
PULLEY 2
BELT
PULLEY 1
MOTOR PENGGERAK
SLIDER
PENGGILING
PONDASI/
RANGKA MESIN
POROS 2
POROS 3
POROS
PENGGERAK
Gigi besar dan adonan yang dimaksukan sedangkan untuk menopang
poros 2,Pulley dan Roda Gigi kecil digunakan 2 buah bantalan yang
terletak didalam Rangka. Mesin penggerak menggerakkan poros tengah
menggunakan transmisi pulley dan belt dimana putaran poros penggerak
ditentukan (n
1
) = 4000 rpm. Sedangkan putaran poros tengah (n
2
)
ditentukan = 1000 rpm. Kemudian karena mesin pellet ini bekerja
menggunakan putaran yang rendah untuk menggiling adonan pakan
tersebut, maka digunakan roda gigi lurus untuk memperkecil putaran
tersebut dengan perbandingan reduksi 4 : 1 sehingga poros paling atas
memiliki putaran 250 rpm.
3.2. Perencanaan Daya rencana (P
d
)
Dalam merencanakan daya, rencana kita terlebih dahulu menghitung berat
maksimal yang mampu ditampung oleh corong pengisian kemudian dikalikan
dengan kecepatan linier dari penggiling, tetapi untuk menjaga keawetan mesin
penggerak perlu adanya faktor keamanan sehingga digunakan motor yang
memiliki daya yang lebih besar dari daya yang dibutuhkan
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
44
BAB IV
PERENCANAAN
Sketsa system perencanaan
2 3
1 4
Keterangan :
1. Poros
2. Bantalan
3. Roda gigi
4. Pully
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
45
4.1 Perencanaan Daya Yang Dibutuhkan Sebagai Penggerak Mesin Pelet
Ikan
1. Volume corong pengisian ( V )
- Bentuk corong dan ukuran corong
V
corong

25 cm

25 cm 25 cm

25 cm
tinggi corong = 20

10cm
V
I
V
corong
= V
kes
- V
I
- Menghitung volume keseluruhan ( V
kes
)
- tinggi = 12,5 = 36,54 cm
cos 70
- V
kes
= . luas alas . tinggi
= . ( 25 x 25 ) x 36,54
= 7612,33 cm
- Menghitung V
I
V
c
= . luasa alas . tinggi
= . ( 10 x 10 ) x (36,50 20 )
= 551,33 cm
Jadi :
V
corong
= V
kes
- V
I
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
46

= 7612,5 551,33
= 7061,17 cm
2. Berat jenis adonan (pakan ikan)
Setelah dilakukan penimbangan adonan (pakan ikan) yang
ditempatkan dalam wadah silinder yang diameternya 12 cm dan
tinggi 25 cm didapat berat bersih adonan 1,2 kgf. Jadi berat jenis
adonan tersebut adalah :
P =
V
m
V =
4

(d
2
) t
=
4

(12)
2
. 25 = 2826 cm
3

Jadi padonan
P =
2826
1,2
= 0,000424 kgf/cm
3

3. Berat maksimum yang dapat ditumpang corong pengisian
M =
adonan
. v
coronr

= 0,000424 . 7016,17
= 2,9 kgf
4. Kecepatan linear penggiling (ulir) adonan pakan ikan
V =
1000 . 60
n . Dp .
3
(m/s)
Dimana : Dp diameter terbesar penggiling = 80 mm
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
47
n
3
putaran poros 250 rpm
Jadi :
V =
1000 . 60
250 . 80 .
= 1,05 m/s
5. Daya yang ditransmisikan mesin pellet
P = F . V
= 2,9 x 1,05
= 3,045 3 kw
6. Faktor koreksi untuk mesin torak yang bekerja 3 5 jam/hari fc = 1,4
Faktor koreksi (fc) diambil 1,4 kerena kondisi pembebanan normal sesui
dengan tabel
7. Daya yang direncanakan (daya motor) (Pd)
Pd = 1,4 x 3 = 4,2 kw
(Pk = 0,735 kw)
Daya yang direncanakan = 4,2 kw = 5,7 pk
Tetapi dipasaran daya motor tidak ada 5,7 pk, sehingga digunakan daya motor
6 pk = 4,41 kw, sehingga mesin menjadi lebih tahan lama.
4.2 Perencanaan Daya Yang Dibutuhkan Sebagai Penggerak Mesin Pelet
Ikan
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
48
Untuk 5 Kali Lipat Volume standar
1. Volume corong pengisian ( V )
* Bentuk corong dan ukuran corong
V
corong

25 cm 25 cm

25 cm
tinggi corong = 20

10cm
V
I
V
corong
= V
kes
- V
I
* Menghitung volume keseluruhan ( V
kes
)
- tinggi = 12,5 = 36,54 cm
cos 70
- V
kes
= . luas alas . tinggi
= . ( 25 x 25 ) x 36,54
= 7612,33 cm
* Menghitung V
I
V
c
= . luasa alas . tinggi
= . ( 10 x 10 ) x (36,50 20 )
= 551,33 cm
Jadi : V
corong
= V
kes
- V
I

= 7612,5 551,33
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
49
= 7061,17 cm
2. Berat maksimum yang dapat ditampung corong pengisian
M = Padonan . Vcorong
= 0,000424 . 7061,17
= 2,9 kg
Jadi berat maksimum (M) untuk 5 kali lipat berat standar adalah
2,9 kg x 5 = 14,5 kg
Jadi M = 14,5 kg
Putaran standar 250 rpm x 5 = 1250 rpm
Jadi putarannya = 1250 rpm
Diameter standar penggiling = 80 mm
Diameter untuk 5 kali = 80 x 5 = 400 mm
3. Kecepatan linear penggiling (ulir) adonan pakan ikan
V =
1000 . 60
n . Dp .
=
1000 . 60
1250 . 400 .
= 26,17 m/s
4. Daya yang ditransmisikan mesin pellet
P = m . V
= 14,5 x 26,17
= 379,465 kw
5. Faktor koreksi untuk mesin torak yang bekerja 3 5 jam/hari fc = 1,8
Faktor koreksi (fc) diambil 1,8 kerena kondisi pembebanan besar sesui dengan
tabel.
6. Daya yang direncanakan (daya motor) (Pd)
Pd = 1,8 x 379,465 kw
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
50
= 683,073 kw
( 1 Pk = 0,735 kw)
Daya yang direncanakan ( daya motor ) = 683,073 kw = 929,3 pk
Jadi mesin yang dibutuhkan untuk penggerak mesin pelet ikan dengan 5 kali
lipat kapasitas mesin standar adalah 929,3 pk
4.3 Perencanaan Pully Dan Belt
1. Daya transmisi P = 6 PK = 6 x 0,735= 4,41 kw
2. Putaran poros rencana
n
1
= 4000 rpm
n
2
= 1000 rpm
n
3
= 250 rpm
3. Pd = P . fc = 4,41 kw . 1,4
= 6,17 kw
4. Momen puntir rencana :
- Penggerak 1. T
1
= 9,74 . 10
5

1
n
Pd
= 9,74 . 10
5
.
4000
6,17
= 1503,4 kg.mm
- Penggerak 2. T
2
= 9,74 . 10
5

2
n
Pd
= 9,74 . 10
5
.
1000
6,17
= 6013,48 kg.mm
5. Bahan poros dipilih S 45 C pada tabel ditentukan T
B
= 58 kg/mm
2

Faktor keamanan S C = 6 untuk Sf
1
= 6
Faktor keamanan Sf
2
dipilih 2.
6. Tegangan geser poros yang diijinkan
a
=
2 1
.Sf Sf
b
=
6 x 2
58
= 4,83.
7. Faktor koreksi poros Kt
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
51
1,5 3 Poros dikenakan kejutan dan tumbukan pilih 2
8. Faktor beban lentur poros cb
Cb = 1,2 2,3 dipilih 2.
9. Diameter poros rencana
1) Penggerak ds
1
=
3
1
1
t . cb . kt .
5,1
1
]
1

a
=
3
1
4 . 1503 . 2 . 2 .
83 , 4
5,1
1
]
1

= 18,5 mm
2) Penggerak ds
2
=
3
1
48 . 6013 . 2 . 2 .
83 , 4
5,1
1
]
1

= 29,4
mm
10. Faktor reduksi (i) =
2
1
n
n
=
1000
4000
= 4.
11. Pilih sabuk U tipe A (dilihat berdasarkan daya rencana dan putaran fully)
diameter jarak bagi fully penggerak (dp
1
) dipilih diameter cukup besar 65 mm
agar putaran poros akhir besar. Padahal d mm anjuran 95 ambil dp
1
= 95 mm.
12. Diameter luar fully penggerak dk = dp + 2k
k untuk belt tipe A = 4,5
dk = 95 + 2 . 4,5 = 104 mm
13. Diameter jarak bagi fully penggerak (Df)
Df = i . dp = 4 . 9,5 = 380
14. Diameter luar fully yang digerakkan (Dk)
Dk = Dp + 2 k = 38 + 2 . 4,5 = 389 mm
15. Diameter bos dan naf penggerak (dB)
dB >
3
5
- ds
1
+ 10 dB >
3
5
. 18,5 6 + 10 dB 40,8 mm
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
52
16. Diameter bos dan naf fully digerakkan (DB)
DB >
3
5
ds
2
+ 10
3
5
. 29,4 + 10 59 mm
17. Kecepatan linear sabuk V =
1000 . 60
n . dp
1
=
1000 . 60
4000 . 95 . 3,14
= 19,8 m/s
untuk V = 19,8 < 25 m/s menurut aturan hal 163.
18. Jarak sumbu poros C
C = 1,5 + 2 kali diameter fully besar diambil 2
nilai C = 2 x Dp = 2 . 380 = 570 mm
19. Cek konstruksi belt 0
2
Dk dk
C
1
>
+

0
2
159 104
00 6 >
,
_

323,5 > 0 baik


20. Panjang keliling sabuk
L = 2C +
2

(dp + Dp) +
4C
1
(Dp dp)
2

= 2 . 570 +
2

(95 + 380) +
4
1
570 (380 90)
2
= 1921 . 37 1921 mm = 76 inchi
21. Jumlah sabuk yang dipakai
Z =
A
F
dimana K = 2 . Y
o
.

o = 2 . 0,7 . 12 = 16,8 kg/cm


2

A = tipe belt A = 0,8 cm
2

F =
V
F x 100
=
19,8
4,41 . 102
= 22,71 kg
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
53
Data diambil dari buku Wayan Brata Yo = 0,7 0,9 V belt

o
= 12 kg/cm
2
Z =
A
F
=
16,8 . 0,8
71 , 22
= 1,7 ambil sabuk 2 (N =
2)
Jadi :
1. V belt A . 76 dengan jumlah 2 buah
2. Diameter luar pully dk = 104 mm untuk penggerak
Dk = 389 mm untuk digerakkan
3. Diameter jarak bagi dp = 95 mm untuk penggerak
Dp = 380 mm untuk digerakkan
4. Lubang poros pully ds
1
= 40,8 mm penggerak
ds
2
= 29,4 mm digerakkan
5. Diameter bos dan naf dB = 40,8 mm penggerak
DB = 59 mm digerakkan
Catatan :
21.

untuk V belt = 0,7 0,9 diambil 0,7

o
untuk V belt = 12 kg/cm
2
4.4 Perencanaan Poros Dan Pasak
1. Jika daya = P = T . V
Dimana T = r x F
= r x m x 9
= 40 x 2,9 x 9,8
= 1137 kg mm
V =
1000 . 60
n . D .
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
54
=
.1000 60
250 . 80 .
= 1,05 m/s
Daya
P = m . v
= 2,9 x 1,05
= 3,045 3
Faktor koreksi fc = 1,4
Daya yang direncanakan
Pd = 1,4 x 3 = 4,2 kw = 5,7 pk 6 pk.
2. Jika daya = 4,41 kw
Pd = Daya rencana = fc 1,8 . 4,41 = 7,9 kw
3. Momen puntir
T = 9,74 . 10
5
x
n
Pd
= 9,74 . 10
5

250
7,94
= 30934,24 kg mm
4. Bahan poros dipilih S 55 C D dengan ketentuan tarik (TB = 72 kg/mm
2
)
dengan faktor keamanan Sf
1
= 6,0 dan Sf
2
2,0.
Za =
2 1
B
Sf . Sf
T
=
12
72
= 6 kg/mm
2
5. Faktor koreksi momen puntir (kt = 1,5)
Faktor koreksi lenturan (cb = 3) karena diperkirakan akan terjadi
pemakaian dengan beban lentur.
Menentukan diameter poros
ds =
3
1
Za
t cb . kt . 5,1
1
]
1

=
3
1
6
1137 3 . 1,5 . 5,1
1
]
1

= 43,48 ds
2
44 mm.
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
55
6. Tegangan geser yang terjadi pada poros adalah
T =
3
ds
T . 5,1
=
3
44,3
1151 . 5,1
= 1,3 kg/mm
2
7. Anggap diameter bagian yang menjadi tempat bantalan adalah = 52 mm jari-
jari pilet =
2
44 - 52
= 4 mm
alur pasak = 7 x 7 x 0,4
ds
r
=
44
4
= 0,09
ds
D
=
44
52
= 1,2
B = 1,37
7. Pengecekan tegangan ijin terhadap torsi

a
.

Sf
2
> t . cb . k
t

6 .
2,03
2
> 1,3 . 3 . 1,5
5,9 > 5,8 baik
8. Perencanaan poros dan pasak
ds = 44,3
Jenis S 55 C
Alur pasak 7 x 7 x 0,4 dengan D = 52 mm
(lebar pasak lebih keci dari diameter poros)
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
56
Ambil = 2,03
(tinggi pasak lebih kecil 1/3 diameter poros)
4.5 Perencanaan Roda Gigi Lurus
1. Daya transmisi 4,41 kw
2. Putaran n
2
= 1000 rpm
n
3
= 250 rpm
faktor reduksi i = 4
3. Sudut tekan pahat ambil 20
o

Jarak sumbu poros a = 200 mm
4. Diameter lingkaran jarakbagi pada roda gigi besar/digerakkan.
d
2
=
i 1
i . a . 2
+
=
4 1
4 . 200 . 2
+
= 320 mm
untuk roda gigi penggerak
d
1
=
i 1
da . 2
+
=
4 1
200 . 2
+
= 80 mm
5. Modul pada hal 245 dengan daya 4,41 kw n = 100 rpm pilih m = 2.
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
57
digerakkan
penggerak
n
3
= 250 rpm
N
2
= 1000 rpm
Lebar
t
6. Jumlah gigi untuk :
a. Roda gerak
1
Z
=
m
d
1
=
2
80
= 40
b. Roda digerakkan
2
Z
=
m
d
2
=
2
320
= 160 buah
7. Kelonggaran puncak CR = 0,25 mm = 0,25 x 2 = 0,5 mm
Kelonggaran sisi = 0 karena roda gigi lurus
8. Diameter kepala untuk roda gigi penggerak dR
1
= (
1
Z
+ 2 ) m
= (40 + 2) 2 = 84 mm
digerakkan dR
2
= (
2
Z
+ 2 ) m
= (100 + 2) 2 = 324 mm
9. Diameter kaki untuk roda gigi kecil/penggerak :
df
1
= (
1
Z
- 2 ) m 2 . CK = (40 2) 2 .-2 . 0,5 = 75 mm
df
2
= (
2
Z
- 2 ) m 2 . CK = (160 2) 2 .-2 . 0,5 = 315 mm
10. Kedalaman potong
N = 2 . m + CK = 2 . 2 + 0,5 = 4,5
11. Faktor bentuk gigi (Y) pada tabel 240
Roda gigi kecil
1
Z
= 40 ; y
1
= . interpolasi
38 43
40 43

=
0,383 0,396
x 0,396

x = 0,388 . nilai y
1
Roda gigi digerakkan
2
Z
= 160 . y
2
= . interpolasi
150 300
160 300

=
0,459 0,471
x 0,471

x = 0,461 . nilai y
2
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
58
12. Kecepatan keliling V =
1000 . 60
n . d .
2

=
1000 . 60
1000 . 800 . 3,14
= 8,37 m/s
13. F tangensial
F =
V
102 . P
=
8,37
102 . 4,41
= 53,74 kg.
14. Bahan
Penggerak : S 35 C dengan T
B
= 52 kg/mm
2
.. kekuatan tarik
H
B
= 187 .. kekuatan keras brimell

A
= 26 kg/mm
2
. teg. lentur ijin
Digerakkan S 45 C T
B
= 58 kg/mm
2

H
B
= 198

A
= 30 kg/mm
2
15. Faktor tegangan kontak
Roda penggerak S 35 C memiliki kekerasan 187 200
Roda digerakkan S 45 C memiliki kekerasan 198 200
Pada tabel KH = 0,079 kg/mm
2
16. Faktor dinamis
Karena kecepatan roda gigi dibawah 20 m/s fo =
V 6
6
+
=
8,37 6
6
+
= 0,417
17. Beban lentur persatuan lebar yang diijinkan (Fb)
Roda penggerak Fb
1
= T
B1
x m x 9
1
x fo
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
59
= 26 x 2 x 0,388 x 0,417 = 8,41 kg/mm
Roda gigi digerakkan Fb
2
= T
B2
x m x 9
2
x fo
= 30 x 2 x 0,461 x 0,417 = 11,5 kg/mm
18. Beban permukaan yang diijinkan persatuan lebar F
1
H
F
1
H = fo . KH . d
1

2 1
2
. 2
Z Z
Z
+
= 0,495 . 0,053 . 80
,
_

+160 48
160 . 2
= 3,35 kg/mm
19. Lebar gigi b =
mm f
f
1
1
=
3,35
53,73
= 16 mm
20. Cek kondisi persyaratan roda gigi
b/m antara 6 10 maka b/m = 16/2 = 8 sesuai
b/d < 1,2 maka b/d
1
= 16/80 = 0,2 sesuai
Jadi Roda Gigi Penggerak Roda Gigi Digerakkan
1. Bahan S 35 C S 45 C
2. Diameter jarak bagi (d) d
1
= 80 mm D
2
= 160 mm
3. Diameter kepala (dk) dk
1
= 84 mm dk
2
= 324 mm
4. Diameter kaki (df) 75 mm 315 mm
5. Banyak gigi ( ) 40 buah 160 buah
6. Sudut tekan (

) 20
o
20
o
7. Kelonggaran puncak (ck) 0,5 mm 0,5 mm
8. Lebar gigi (b) 16 mm 16 mm
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
60
4.6 Bantalan
Dari perencanaan poros didapat
1. Diameter poros ds = 44 mm
Untuk bantalan pada poros ditentukan type 6008ZZ
dengan spesifikasi :
d = 40 mm
D = 68 mm
B = 15 mm
r = 1,5 mm
C = 1310 kg
C
o
= 1010 kg
2. Untuk beban
Beban aksial = 2,9 kg
Beban radial = 150 kg
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
61
Kondisi mesin berupa mesin pertanian
dengan tipe kerja biasa dengan umur lha 5000 15000 jam
Fa
Fr
3. Perbandingan beban maksial
C
Fa
=
1010
2,9
= 0,003
dari tabel sularso didapat data :
V = 1
x = 0,56
e = 0,22
V.Fr
Fa
=
150 . 1
2,9
= 0,02 > e = 0,02 < 0,22. didapat x = 0,56
y = 1,99
4. Beban radial ekuivalen dinamis
Pa = x . Fr + Y . Fa = 0,56 . 150 + 1,99 . 2,9 = 89,8 kg
5. Faktor kecepatan
Fr =
3
1
n
33,3

,
_

=
3
1
250
33,3

,
_

= 0,5
6. Faktor umur Fh = Fn
,
_

Pr
c
= 0,5 .
,
_

150
1010
= 6,7
7. Dan faktor umur dapat kita tentukan lama pemakaian
Lh = 500 (fh)
3
= 500 (6,7)
3
= 150381,5 jam > Lha = 15.000 jam
= 18,6 tahun
baik
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
62
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Daya motor = 6 pk = 4,41 kw
2. Volume corong awal = 7061,17 cm dengan daya rencana 4,2 kw = 5,7 pk
3. Untuk volume 5 kali lipat volume standar didapatkan kapasitas mesin
638,073 kw = 929,3 pk
4. Untuk belt didapatkan data :
- V belt A . 76 dengan jumlah 2 buah
- Diameter luar pully dk = 104 mm untuk penggerak
Dk = 389 mm untuk digerakkan
- Diameter jarak bagi dp = 95 mm untuk penggerak
Dp = 380 mm untuk digerakkan
- Lubang poros pully ds
1
= 40,8 mm penggerak
ds
2
= 29,4 mm digerakkan
- Diameter bos dan naf dB = 40,8 mm penggerak
DB = 59 mm digerakkan
5. Untuk poros dan pasak
Diameter poros 2 = 44 mm dengan jenis pasak 7 x 7 x 0,4 dengan bahan
S 55 C
6. Untuk roda gigi lurus
6.1 Roda gigi penggerak :
- Bahan S 35 C
- Diameter jarak bagi (d) d1 = 80 mm
- Diameter kepala (dk) dk1 = 84 mm
- Diameter kaki (df) 75 mm
- Banyak gigi ( Z) 40 buah
- Sudut tekan (

) 20
- Kelonggaran puncak (ck) 0,5 mm
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
63
- Lebar gigi (b) 16 mm
6.2 Roda gigi digerakkan :
- Bahan S 45 C
- Diameter jarak bagi (d) D
2
= 160 mm
- Diameter kepala (dk) dk
2
= 324 mm
- Diameter kaki (df) 315 mm
- Banyak gigi (Z ) 160 buah
- Sudut tekan (

) 20
o
- Kelonggaran puncak (ck) 0,5 mm
- Lebar gigi (b) 16 mm
7. Bantalan
Bantalan yang digunakan adalah type 6009-08ZZ dengan faktor umur
pemkaian 15.000 jam = 1,7 tahun
5.2 Saran
Dalam merencanakan suatu elemen mesin perlu diperhatikan beberapa faktor,
yaitu : bahan yang digunakan, diameter, tegangan yang diijinkan, kesesuaian
umur pada bahan tersebut dan facktor ekonomis yang dapat diterima oleh
masyarakat sehingga elemen mesin tersebut memiliki mutu yang baik dan
dapat diterima oleh masyarakat luas.
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
64
DAFTAR FUSTAKA
Sularso, Suga Kiyokatsu (1984). Dasar-dasar Perencanaan dan Pemilihan
Elemen Mesin. Pradnya Paramita Jakarta.
Brata, I Wayan (1991). Perencanaan Elemen Mesin Erlangga.
Perencanaan Mesin Pelet Ikan
65

Вам также может понравиться