Вы находитесь на странице: 1из 16

OTITIS MEDIA AKUT

I. ANATOMI DAN FISIOLOGI TELINGA Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan Anatominya juga sangat rumit . Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. perkembangan Sangat normal penting dan untuk

pemeliharaan

bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Telinga manusia

terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga bagian dalam. Deteksi awal dan diagnosis akurat sangat gangguan penting. Di otologik antara

mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, internis, pediatrisian, ahli

perawat,

audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala (CORLN= cerificate in otorhinolaringology-head and neck nursing).

Anatomi Telinga Luar Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengah oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan

perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit. Membran timpani atau gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke medial. Dari umbo kemuka bawah tampak refleks cahaya (cone of light). Membran timpani untuk disadari bahwa bagian yaitu epitimpanum yang umumnya bulat. Penting

dari rongga telinga tengah mengandung korpus maleus batas atas membran timpani hipotimpanum yang meluas membran timpani. Membran

dan inkus, meluas melampaui dan bahwa ada bagian

melampaui batas bawah dari

timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis bagian luar, lapisan fibrosa di bagian tengah dimana tempat melekatnya tangkai maleus, dan lapisan mukosa bagian dalam. Lapisan fibrosa tidak terdapat diatas prosesus lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian membran timpani yang disebut membran Shrapnell menjadi lemas (flaksid).

Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membrana ini panjang vertikal rata-rata 9-10 mm dan diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm. Permukaan bagian luarnya berbentuk sedikit konkaf. Pinggir membran ini menebal dan melekat pada sebuah alur yang terletak pada sebuah tulang berbentuk cincin tak sempurna, annulus timpani, yang hampir melingkari semua bagiannya dan menahan membran timpani agar tetap terfiksir pada tempatnya. Letak membran

timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya dari belakang luar kemuka dalam dan membuat sudut 45 dari dataran sagital dan horizontal

Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe. Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer. Anatomi Telinga Dalam Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan

keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang.

Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sempurna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas
Potongan melintang koklea. Endolimfe terdapat di skala media - daerah hijau terang pada tengah diagram.

utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dinamakan endolimfe. Terdapat

keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terjadi aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak Persarafan Telinga Dalam Nervus koklearis tersusun oleh sekitar 30.000 sel-sel saraf eferen yang mempersarafi 15.000 sel rambut pada spiral organ di setiap cochlea. Serabut saraf dari nervus koklearis berjalan sepanjang meatus akustikus internus bersama serabut saraf dari nervus vestibularis membentuk nervus vestibulokoklearis (CN VIII). Pada ujung medial dari meatus akustikus internus, CN VIII menembus lempengan tulang tipis bersama CN V (nervus fasialis) dan pembuluh darah menuju dorsal dan ventral coclear nuclei di batang otak. Sebagian besar serabut saraf dari kedua nuclei naik menuju inferior colliculus secara kontralateral, dan sebagian lainnya secara ipsilateral.

Selanjutnya, dari inferior colliculus, saraf-saraf pendengaran berjalan menuju medial geniculate body dan akhirnya menuju korteks auditorius di lobus temporalis.

Vaskularisasi Telinga Dalam Telinga dalam diperdarahi oleh arteri auditori interna cabang dari arteri cerebellaris anterior inferior dan arteri basilaris. Arteri auditori interna membentuk dua cabang yaitu arteri vestibularis anterior yang memperdarahi utrikulus dan sakulus bagian superior, serta bagian superior dan horizontal dari kanalis semisirkularis. Cabang lain dari arteri auditori interna adalah arteri koklearis komunis yang bercabang menjadi arteri koklearis dan arteri vestibulokoklearis. Arteri koklearis memperdarahi semua bagian koklea kecuali sepertiga bagian basal yang diperdarahi oleh rami koklearis, cabang dari arteri vestibulokoklearis. Cabang lain dari arteri vestibulokoklearis adalah arteri vestibular bagian posterior yang memperdarahi utrikulus dan sakulus bagian inferior, serta kanalis semisirkularis bagian posterior. Vena dialirkan ke vena auditori interna yang diteruskan ke sinus sigmoideus atau sinus petrosus inferior. Vena-vena kecil melewati vestibular aqueduct dan bermuara di sinus petrosus inferior dan superior.

II. Definisi Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif. Masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis Sumbatan tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman kedalam telinga tengah juga tergangu, sehingga kuman dapat masuk kedalam telinga tengah dan jadi peradangan III. Epidemiologi Otitis media akut merupakan infeksi pada telinga tengah yang umum terjadi pada anak-anak di Amerika, baik infeksi yang disebabkan oleh virus ataupun bakteri. Otitis media akut yang paling sering pada masa anak-anak terutama pada usia 6-12 bulan dan usia 3 tahun, > 80 %. Sedangkan pada beberapa orang dewasa, 75% terjadi pada usia di bawah 44 tahun. Lebih dari 2,2 juta kasus otitis media dengan efusi terjadi di Amerika (Ramakrishnan, 2007). Sedangkan menurut Ibekwe et al di Nigeria menyatakan bahwa Otitis media merupakan penyakit infeksi pada telinga tengah dengan beban kesehatan-ekonomi, terutama di Afrika dan negara-negara berkembang lainnya dimana prevalensi penyakit ini 11% terjadi pada ekonomi yang kurang. Manifestasi klinis yang bervariasi tergantung pada durasi,

keparahan dan perkembangan penyakit. Kejadian otitis media lazim terdapat di seluruh dunia dan dapat berpotensi parah jika tidak teratasi dengan baik, terutama di negara-negara berkembang. Ini merupakan catatan bahwa dalam negara-negara berkembang, kemiskinan, kebodohan, kelangkaan dokter spesialis dan terbatasnya akses perawatan medis dapat memperburuk komplikasi otitis media. Komplikasi yang parah (intrakranial dan extracranial) juga dapat terjadi dari otitis media yang tidak diobati atau perlakuan terhadap otitis media yang buruk. Pengetahuan dari anatomi dan fisiologi telinga diperlukan untuk mengelola penyakit ini.

IV. Klasifikasi otitis media Otitia Media dapat diklasifikasikan menurut : (1) Durasi : akut dan kronis (2) Gejala/cairan/discharge : supuratif dan non-supuratif (3) Otitis media dengan efusi dan otitis media aero (4) Kausatif organisme : bakteri dan otitis media spesifik, misalnya, otitis media tuberkulosa dan otitis media sifilitika. Otitis media yang lain adalah otitis media adhesiva Dinamika di bidang Otology lebih menekankan klasifikasi saat ini dengan otitis media "supuratif" dan "non supuratif" (otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi/OME. Tetapi standar klasifikasi masing-masing golongan mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut (otitis media akut) dan Otitis media supuratif kronis (OMSK) dengan efusi dan spesifik.

Sebuah deskripsi singkat dari jenis OM akan diberikan, sedangkan pembahasan rinci akan fokus pada tiga otitis yang sering ditemui, yaitu, otitis media akut (OMA), otitis media kronis dan otitis media dengan efusi (Ome). Otitis media Aero disebabkan oleh ketidakseimbangan tekanan antara atmosfer dan rongga telinga tengah melalui tuba Eustachio. Kenaikan cepat dari ketinggian atau menyelam laut yang dalam adalah sumber umum. Dalam penelitian telah menunjukkan bahwa peradangan yang dihasilkan dapat memperpanjang luar rongga telinga tengah dan tuba Eustachian dan kadang-kadang rongga hidung dan rongga sinus paranasal.

Gambar 2.1. Skema Pembagian Otitis Media

Gambar 2.2. Skema Pembagian Otitis Media Berdasarkan Gejala

V. Patofisiologi

VI. Etiologi Laporan secara umum menunjukkan bahwa Hemophilus influenza dan Streptococcus pneumonie merupakan organisme yang biasanya menyebabkan otitis media akut. Namun, kebanyakan studi dari berbagai belahan Afrika menyarankan spektrum bakteriologi berbeda. Oleh karena itu, Staphyloccocus aureus dan Streptococcus pyogenes merupakan organisme kausatif paling dominan di Afrika, dan biasanya sensitif terhadap antibiotik penicillin, Cephalosporins, dan Quinolones. Ruohola et al. menunjukkan bahwa sebagian besar penyebab kasus OMA merupakan campuran infeksi bakteri dan virus; sekitar 60% berasal dari piconavirus spp.

VII. Faktor resiko otitis media akut Usia Insidensi terbanyak pada usia antara 6-12 bulan Jenis kelamin Lebih banyak laki-laki daripada perempuan Menyusui Menyusui kurang dari 3 bulan dapat meningkatkan insidensi otitis media Penggunaan antibiotic Dapat meningkatkan resiko kegagalan terapi karena resistensi terhadap antibiotic Merokok Meningkatkan insidensi karena asap rokok dapat menyebabkan polusi udara, terutama jika orang tua perokok Cuaca atau musim Meningkatkan insidensi pada cuaca yang panas dan dingin Otitis media sebelumnya Meningkatkan resiko terjadinya kegagalan terapi Kelainan kelainan lain seperti rhinitis alergika, sindrom down

VIII. Stadium otitis media akut Stadium otitis media akut berdasarkan perubahan mukosa telinga tengah terdiri dari : 1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah adanya gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan negative didalam telinga tengah, karena adanya absorpsi udara. Kadang-kadang membrane timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi. 2. Stadium Hiperemis (presupurasi) Pada stadium ini tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta edem. Sekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat.

Gambar Membran Timpani Hiperemis

3. Stadium Supurasi Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di cavum timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan nanah di cavum timpani tidak berkurang maka terjadi iskemia akibat tekanan pada kapiler-kapiler, kemudian timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil serta nekrosis pada mukosa dan submukosa. Nekrosis ini pada membrane timpani terlihat sebagai daerah yang lembek dan berwarna kekuningan. Di tempat ini akan terjadi rupture.

4. Stadium Perforasi Karena beberapa sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotic atau virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi rupture membrane timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Anak-anak yang tadinya gelisah sekarang menjadi tenang, suhu badan turun dan anakanak dapat tidur nyenyak. 5. Stadium Resolusi Bila membrane timpani tetap utuh maka keadaan membrane timpani perlahan-lahan akan normal kembali bila sudah terjadi perforasi, kemudian secret akan berkurang dan akhirnya kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan. Otitis media akut dapat menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa bila secret menetap di cavum timpani tanpa terjadinya perforasi

IX. Gejala klinis Gejala klinis biasanya berupa tanda sistemik (umum) dan lokal (telinga). Gambar khas adalah seorang anak dengan demam tinggi (4041oc), menolak makan, terus-menerus berteriak dan mudah marah. Ada rasa sakit telinga dan kadang-kadang kebisingan telinga (tinnitus) dengan kesulitan mendengar (pendengaran konduktif). Gambaran klinis lainnya yang terdeteksi melalui otoscopy [gambar 1] termasuk mukus hyperemic membran dan kadang-kadang terdapat bulging.

X. Kriteria Diagnosis OMA Menurut Kerschner (2007), kriteria diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut, yaitu: 1. Penyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut. 2. Ditemukan adanya tanda efusi. Efusi merupakan pengumpulan cairan di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti menggembungnya membran timpani atau bulging, terbatas atau tidak ada gerakan pada membran timpani, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani, dan terdapat cairan yang keluar dari telinga. 3. Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti kemerahan atau erythema pada membran timpani, nyeri telinga atau otalgia yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.

Menurut Rubin et al. (2008), keparahan OMA dibagi kepada dua kategori, yaitu ringan-sedang, dan berat. Kriteria diagnosis ringan-sedang adalah terdapat cairan di telinga tengah, mobilitas membran timpani yang menurun, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani, membengkak pada membran timpani, dan otore yang purulen. Selain itu, juga terdapat tanda dan gejala inflamasi pada telinga tengah, seperti demam, otalgia, gangguan pendengaran, tinitus, vertigo dan kemerahan pada membran timpani. Tahap berat meliputi semua kriteria tersebut, dengan tambahan ditandai dengan demam melebihi 39,0C, dan disertai dengan otalgia yang bersifat sedang sampai berat.

XI. Penatalaksanaan otitis media akut Tujuan terapi pada otitis media akut adalah menyembuhkan gejala-gejala dan menurunkan kekambuhan. Banyak anak dengan otitis media akut (70-90%) sembuh spontan selama 7-14 hari. Oleh karena itu, penggunaan antibiotic sebagai pengobatan awal tidak secara rutin diberikan pada semua anak. Penundaan pemberian antibiotic pada pasien yang sudah diseleksi dapat menurunkan efek samping, biaya pengobatan dan meminimalkan terjadinya resistensi. Manajemen rasa nyeri merupakan hal terpenting setelah diagnosis. Dapat diberikan acetaminophen (15 mg perkgBB tiap 4-6 jam) dan ibuprofen (10 mg perkgBB tiap 6 jam). Antipirin atau benzocaine dapat digunakan sebagai analgetik local. Antihistamin dapat digunakan jika ada alergi tetapi dapat memperpanjang efusi telinga tengah. Namun, penggunaan antihistamin ataupun dekongestan tidak meningkatkan kesembuhan atau meminimalkan komplikasi pada otitis media akut dan keduanya tidak direkomendasikan secara rutin. Penggunaan kortikosteroid tidak bermanfaat pada otitis media akut. Sebuah penelitian meta analisis menyebutkan bahwa antibiotic sangat bermanfaat pada anak usia > 2 tahun dengan otitis media akut bilateral dan pada anak dengan otitis media akut dengan otorrhea. Antibiotic direkomendasikan pada semua anak > 6 bulan dan untuk anak > 2 tahun dengan infeksi berat ( nyeri telinga atau demam dengan suhu 390c). antibiotic dapat ditunda pemberiannya pada anak usia 6 bulan sampai 2 tahun dengan otitis yang belum pasti diagnosisnya. Amoksisilin dosis tinggi 80-90 perkgBB perhari, 2 kali dalam sehari selama 10 hari direkomendasikan sebagai obat lini pertama untuk otitis media akut pada anak-anak. Pada anak usia > 6 tahun dengan penyakit ringan sampai berat dapat diberikan antibiotic selama 5-7 hari. Golongan sefalosporin dapat digunakan pada anak yang alergi dengan penisilin, jika tidak ada riwayat urtikaria dan anafilaksis karena penisislin. Jika terdapat riwayat anafilaksis atau urtikaria akibat penisilin, dapat menggunakan golongan macrolide seperti azitromicin, clindamycin atau clarithomicin. Dosis tunggal parenteral ceftriakson dapat diberikan pada anak dengan mual muntah. Dosis tunggal azitromicin aman dan efektif diberikan pada otitis media akut tanpa komplikasi dan dapat diberikan bersamaan dengan antibiotic.

Pembedahan Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA rekuren, seperti miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis, dan adenoidektomi 1. Miringotomi Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, supaya terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Syaratnya adalah harus dilakukan secara dapat dilihat langsung, anak harus tenang sehingga membran timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran posterior-inferior. Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, miringotomi tidak perlu dilakukan, kecuali jika terdapat pus di telinga tengah Indikasi miringostomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat, demam, komplikasi OMA seperti paresis nervus fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi sistem saraf pusat. Miringotomi merupakan terapi third-line pada pasien yang mengalami kegagalan terhadap dua kali terapi antibiotik pada satu episode OMA. Salah satu tindakan miringotomi atau timpanosintesis dijalankan terhadap anak OMA yang respon kurang memuaskan terhadap terapi second-line, untuk

menidentifikasi mikroorganisme melalui kultur 2. Timpanosintesis Menurut Bluestone (1996) dalam Titisari (2005), timpanosintesis merupakan pungsi pada membran timpani, dengan analgesia lokal supaya mendapatkan sekret untuk tujuan pemeriksaan. Indikasi timpanosintesis adalah terapi antibiotik tidak memuaskan, terdapat komplikasi supuratif, pada bayi baru lahir atau pasien yang sistem imun tubuh rendah. Menurut Buchman (2003), pipa timpanostomi dapat menurun morbiditas OMA seperti otalgia, efusi telinga tengah, gangguan pendengaran secara signifikan dibanding dengan plasebo dalam tiga penelitian prospertif, randomized trial yang telah dijalankan.

XII. Komplikasi Sebelum adanya antibiotik, OMA dapat menimbulkan komplikasi, mulai dari abses subperiosteal sampai abses otak dan meningitis. Sekarang semua jenis komplikasi tersebut biasanya didapat pada otitis media supuratif kronik. Komplikasi OMA terbagi kepada komplikasi intratemporal (perforasi membran timpani, mastoiditis akut, paresis nervus fasialis, labirinitis, petrositis), ekstratemporal (abses subperiosteal), dan intracranial (abses otak, tromboflebitis).

Вам также может понравиться