Вы находитесь на странице: 1из 8

Pemeriksaan Bedah Saraf 1.

Pemeriksaan Tingkat Kesadaran Pemeriksaan tingkat kesadaran dilakukan dengan melakukan pemeriksaan menghitung Glasgow Coma Scale (GCS). GCS merupakan pemeriksaan yang sederhana, semikuantitatif, dan objektif. Pemeriksaan ini sangat berguna selain untuk menentukan prognosis juga untuk membuat perbandingan apakah keadaan pasien memburuk atau membaik. GCS dinilai berdasarkan tiga hal: skor untuk mata, kemampuan verbal, dan motoris. Kategori respon mata: Membuka spontan kategori 4. Membuka apabila dipanggil namanya namun segera menutup kembali kategori 3. Membuka apabila diberi stimulus nyeri di supraorbita kategori 2. Tidak ada respon kategori 1.

Kategori untuk respon verbal: Apabila pasien dapat berbicara dalam bentuk kalimat dengan orientasi waktu dan tempat yang baik, kategori 5. Pasien masih dapat berbicara dalam bentuk kalimat namun terdapat disorientasi waktu atau tempat kategori 4. Pasien berbicara hanya dalam bentuk kata-kata yang tidak membentuk kalimat kategori 3. Pasien mengeluarkan suara yang tidak membentuk kata-kata, suara-suara yang tidak ada artinya kategori 2. Tidak mengeluarkan suara sama sekali kategori 1. Kategori untuk respon motorik: Apabila pasien dapat melakukan sesuai perintah kategori 6.

Apabila pasien melokalisasi nyerinya maka kategorinya 5.

Pasien menarik atau menjauh dari rangsang nyeri maka kategori 4. Ekstremitas atas pasien fleksi dan ekstremitas bawahnya ekstensi (dekortikasi) ketika diberikan rangsang nyeri sentral maka kategori 3.

Ekstremitas atas dan bawah pasien esktensi (deserebrasi) ketika diberikan rangsang nyeri maka kategori 2.

Tidak ada respon ketika diberikan rangsang nyeri sentral kategori 1. Pemeriksaan motoris dapat memberikan hasil yang berbeda tergantung jenis rangsang nyeri yang diberikan ataupun perbedaan respon antara ekstremitas kiri dan kanan. Rangsang nyeri terhadap nervus supraorbita dapat memberikan respon yang berbeda dengan rangsang nyeri dengan menekan kuku, atau lengan kiri melokalisasi tetapi lengan kanan fleksi. Apabila terjadi, ambil nilai dengan skor yang lebih tinggi, karena hal ini lebih berkorelasi dengan

keluaran akhir. Pada pemeriksaan GCS, perhatikan hanya ekstremitas atas, ekstremitas bawah kadang memberikan respon motoris yang berasal dari spinal. Semua skor yang didapat dijumlahkan sehingga nilai GCS berkisar antara 3-15. Kadang tidak semua aspek bisa dinilai dengan tepat, misalnya pada orang yang sedang diintubasi atau mengalami afasia, pada pasien demikian, nilai maksimal yang didapat tidak lagi 15. 2. Pemeriksaan Pupil Pemeriksaan pupil meliputi : i. Bentuk dan ukuran pupil ii. Perbandingan pupil kanan dan kiri iii. Refleks pupil. Meliputi pemeriksaan: 1. Refleks cahaya langsung (N. II) 2. Refleks cahaya tidak langsung (N. II) 3. Refleks pupil akomodatif atau konvergensi Refleks Pupil Diameter pupil normal pada adaptasi gelap adalah 4,5 - 7 mm, sedangkan pada adaptasi terang adalah 2,5 6 mm. Pupil yang kecil disebut miosis dengan diameter kurang dari 3 mm, dan pupil yang lebar disebut midriasis dengan diameter 6 mm. Ukuran pupil ditentukan oleh beberapa faktor yang meliputi umur, status emosi, tingkat kewaspadaan, tingkat iluminasi retina, jarak melihat jauh atau dekat, dan besarnya usaha akomodasi. i. Respon cahaya langsung Menggunakan senter kecil. Cahaya diarahkan dari samping (sehingga pasien tidak memfokus pada cahaya dan tidak berakomodasi) ke arah salah satu pupil. Inspeksi kedua pupil dan ulangi prosedur ini pada sisi lainnya. Pada keadaan normal pupil yang disinari akan mengecil. ii. Respon cahaya konsensual

Jika pada pupil yang satu disinari maka secara serentak pupil lainnya mengecil dengan ukuran yang sama. Lintasan pupil terdiri dari bagian aferen dan bagian eferen. Bermula dari sel-sel di

retina dan berakhir di daerah pretektum, sedangkan bagian eferen dibagi menjadi lintasan parasimpatis dan lintasan simpatis. Pusat pengaturan supranuklear adalah dari lobus frontalis (kewaspadaan) dan lobus oksipitalis (akomodasi). Fungsi pupil tergantung dari integritas lintasan pupillomotor yang terdiri dari : 1) Reseptor retina 2) Akson sel-sel ganglion di nervus opticus 3) Khiasma opticum 4) Traktus opticus 5) Brachium colliculus superior 6) Daerah pretektal mesensefalon 7) Neuron-neuron penghubung dari pretektal ke nucleus Edinger-Wetphal 8) Serabut saraf eferen parasimpatis yang berjalan bersama dengan N III 9) Lintasan simpatis sejak dari hipotalamus posterior sampai muskulus dilator pupil.

Refleks patologis

Beberapa refleks patologis pada pupil termasuklah : 1. Afferent Pupillary Defect (APD) Bila terdapat suatu lesi di nervus opticus, refleks pupil terhadap cahaya (baik reflex langsung di mata yang dirangsang dan refleks konsensual di mata sebelahnya) kurang kuat saat mata yang sakit dirangsang dibandingkan saat mata yang normal dirangsang. Fenomena ini disebut defek pupil afferent relative (Relative Afferent Pupillary Defect, RAPD) atau sering dikenal dengan Marcus-Gunn Pupil.

2. Adies Syndrome

Sindrom ini ditandai oleh satu mata dengan pupil yang lebih besar dari normal dan mengalami konstriksi perlahan dalam cahaya terang (pupil tonik), bersama dengan tidak adanya refleks tendon dalam, biasanya pada tendon Achilles. 3. Argyll Robertson Pupil

Argyll Robertson pupil, merupakan pupil yang berespon menjadi miosis saat berakomodasi namun gagal bereaksi terhadap cahaya langsung

4. Sindrom Horner

Pada sindrom yang lengkap dijumpai : I. Miosis unilateral, II. Ptosis parsial III. Enofthalmus karena celah mata yang agak menyempit IV. Tidak adanya keringat di wajah dan leher ipsilateral. Wajah berkeringat normal pada lesi pascaganglion karena serat-serat pascaganglion ke wajah untuk pengeluaran keringat mengikuti arteri karotis eksterna dan bukan arteri karotis interna.

5. Anisokoria Anisokoria adalah ketidaksamaan lebar pupil antara kedua mata. Anisokosia esensial atau anisokoria simpleks atau anisokoria sentral, yaitu lebar pupil mata kanan dan kiri tidak sama, tetapi perbedaannya hanya kecil (kurang dari 1 mm) dan refleks cahaya maupun reflex melihat dekat adalah normal.

3. Kekuatan Otot Kekuatan otot dapat diniliai secara individual dengan membandingkan otot yang sama pada bagian tubuh sebelahnya. Kekuatan otot dapat dimonitor setiap waktu untuk mengikuti progresi atau remisi suatu penyakit.

Kekuatan Otot 0 1 2 3 4 5

Paralisis total Terlihat sedikit gerakan kontraksi (flicker) Dapat bergerak, namun tidak dapat bergerak melawan gravitasi Dapat bergerak melawan gravitasi namun tidak dapat bergerak melawan resistensi Dapat bergerak melawan resistensi Kekuatan normal

Referensi: 1. Greenberg, MS. Handbook of Neurosurgery. 7th ed. 2010. Thieme. 2. Liebenberg, AW. Neurosurgery Explained. 2005. Vesusius Books. 3. Miller DW Hahn JF. Chapter 1 : General Methods of Clinical Examination. Page 3132. in : Youmans JR. Neurological Surgery 4 edition. 1996. W.B Saunders Company.

Вам также может понравиться