Вы находитесь на странице: 1из 25

BAB I PENDAHULUAN

KASUS II KEP. ANAK


By. R, usia 1,5 bulan, perempuan, lahir dengan usia gestasi 28 - 29 minggu, dengan cara persalinan normal yang ditolong oleh paraji. BBL 1750 gram. Riwayat penyakit klien awalnya BAB mencret terus menerus sejak usia 1 bulan, kemudian berobat kebidan dan diberi obat puyer mencret 3x1 dan obat penurun panas syrup 3x1 Cth serta disarankan untuk mengganti susu lactogen ke SGM ( klien tidak minum ASI sejak lahir ). Namun mencretnya tidak berkurang tetapi perut menjadi kembung. Klien kembali diperiksakan kepada bidan dan selanjutnya disarankan untuk dibawa ke RSU. Di RSU klien didiagnosis Hiscprung Desease oleh dokter sehingga dirujuk ke RS Hasan Sadikin untuk mendapatkan penanganan selanjutnya. Saat ini By. R dirawat di ruang Cempaka. BB saat datang 2700 gram PB 52 cm dan rencana Klien akan dilakukan operasi tahap 1 yaitu colostomi karena dari hasil foto rontgen dan barium enema klien mengalami Hirscprung. Klien dilakukan tindakan wash out setiap satu jari sekali sebelum dilakukan operasi. Setelah satu bulan dirawat di ruang Cempaka, klien dilakukan tindakan operasi tahap 1 yaitu Colostomy. BB 3100 gram. Post operasi dilakukan perawatan stoma setiap feses pada Colostomy bag penuh. Hasil Laboratorium sebelum operasi : Albumin : 2,4 gr/dl, Protein total 5,1 gr/dl, Natrium : 131 mEq/L, Kalium 4,4 mEq/dl. Hasil Laboratorim sesudah operasi : Masa Protrombin ( PT ) 11,2 detik, INR 1,07 detik, APTT 30,8 detik, Hasil darah rutin : Hb 16,8 gr/dl, Ht 52%, Leukosit 11.700 /mm3, Trombosit 145.000/mm3, Hasil kimia : GDS 275 mg/dl, Na 125 mEq/L, K 4,2 mEQ/L, Cl 100 mEq/L, Ca bebas 4,92 mg/dl, Mg 1,68 mg/dl Therapi post operasi : Cefotaxim Vitamin K 3X15 mg/IV 1X Ampul/IM

Gentamicyn 1x80 mg/IV 1

Cairan infus Larutan NaCl 15 gtt/mnt via microdrip

BAB II ISI
HIRSCPUNG DESEASE ( MEGAKOLON )
A.

Pengertian

Hirscprung desease atau megakolon adalah tidak adanya sel ganglion pleksus auerbauchi di bagian dalam rektum atau bagian rektosigmoid kolon , sehingga bagian tersebut tidak sanggup untuk turut serta dalam gerakan peristaltik mengeluarkan isi usus.

1. Macam Macam Hirscprung

a. Hirscprung klasik atau hirscprung segmen pendek yaitu daerah aganglionik meliputi rektum sampai sigmoid. b. Hirscprung segmen panjang yaitu bila daerah aganglionik meluas lebih tinggi dari simoid sampai ke usus halus.

B.

Etiologi

a. Tidak terdapatnya sel ganglion pleksus auerbachi

b. Faktor genetik ( Ilmu Bedah : c. Life style

C.

Patofisiologi

Ketidakadaan sel ganglion menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltis serta tidak adanya evakuasi usus spontan. Selain itu sfingter rektum tidak dapat berelaksasi, mencegah keluarnya feses secara normal. Isi usus terdorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut , menyebabkan dilatasinya bagian usus proksimal daerah tersebut.

Mekanisme Hirscprung atau Megakolon

Tidak terdapatnya sel ganglion pleksus auerbachi

Tidak adanya gerakan peristaltik usus

Tidak bisa mengeluarkan isi usus

Penyumbatan usus di bagian hilangnya sel ganglion

Bagian prokimal dari sumbatan melebar

Hirscprung atau Megakolon

D.

Tanda dan Gejala


Trias klasik gambaran klinik pada neonatus : ( Ilmu Bedah : 908 )
a. Mekonium keluar terlambat yaitu lebih dari 24 jam pertama b. Muntah hijau c. Perut membuncit

Pada bayi dan anak ( Kep Pediatrik Edisi 3: 197)


a. Konstipasi b. Diare berulang c. Tinja seperti pita dan berbau khusus d. Distensi abdomen

Mekanisme Tanda dan Gejala

Diare

Penumpukan feses di usus

Bakteri berkembang dalam usus

Mengiritasi usus

Merusak sel mukosa usus dan

Mempengaruhi lapisan otot

Peningkatan motilitas usus

Gangguan fungsi usus dalam absorpsi cairan dan elektrolit

Sekresi cairan dan elektolit menigkat

Diare

Perut kembung
5

Kegagalan megeluarkan tinja

Dilatasi usus bagian proksimal

Tekanan intralumen meningkat

Perut kembung

Muntah

iritasi pada usus

rangsangan usus yang kuat untuk muntah

impuls ditrasnmisikan oleh saraf aferen vagal & saraf simpatis

ke pusat muntah bilateral di medula

reaksi motorik otomatis

muntah

asupan nutrisi berkurang

E.

Komplikasi

a. Enterokolitis ( akut ) yaitu radang usus halus dan usus besar akibat infeksi b. Striktura Ani ( pasca bedah ) Yaitu penyempitan pembuluh atau saluran secara abnormal oleh jaringan parut atau penimbunan jaringan abnormal c. Inkontinensia ( jangka panjang ) yaitu keadaan tidak dapat mengendalikan atau menahan buang air besar d. Gawat pernapasan ( akut )

F.

Penatalaksanaan Medis

1. Terapi Medis Prinsip penanganan adalah mengatasi obstruksi, mencegah terjadinya enterokolitis, membuang segmen aganglionik, dan mengembalikan kontinuitas usus. Untuk mengobati gejala obstipasi dan mencegah enterokolitis dapat

dilakukan bilasan kolon dengan cairan garam faali ( wash out ). Cara ini efektif pada segmen aganglionik yang pendek. Tujuan yang sama juga dapat dicapai dengan tindakan kolostomi ( pembedahan ) didaerah yang ganglioner. 2. Terapi Obat 7

a. Cefotaxim b. Vitamin K c. Gentamicyn negatif yang sensitif

: Antibiotik : Koagulan Darah : Untuk Infeksi yang diakibatkan oleh kuman gram ntara lain, E. Coli, Proteus, Pseudomonas, Klebsiella,

Serratia, dan Entero bacter. d. Infus NaCl : Cairan fisiologis untuk mengganti cairan tubuh

yang hilang dan pemberian jalan obat secara IV.

3. Terapi Diet

Diet yang diberikan merupakan diet TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi Ptotein ) G.

Tindakan Medis

Wash Out Dengan NaCl hangat dilakukan sampai perut kempes, masuk dan keluar harus sama. Bila tidak berhasil wash out dihentikan. Komplikasi berupa perforasi dan peritonitis. Tindakan Wash Out a. Tempatkan anak pada salah satu posisi berikut : i. Berbaring telungkup dengan lutut dan panggul menekuk kedepan dada ii. Berbaring miring dengan kaki kiri lurus dan kaki kanan menekuk pada pinggul dan lutut dan tempatkan dengan nyaman diatas kaki kiri 8

iii. Duduk pada kursi pispot atau toilet b. Biarkan cairan mengalir melalui selang untuk membuang udara yang ada. Klem selang c. Tempatkan sedikit lubrikan pada jari anada atau tisu dan oleskan secara merata mengitari ujung selang, berhati- hatilah agar tidak menyumbat lubang dengan lubrikan tersebut d. Tempatkan selang dengan perlahan kedalam rektum anak sampai sebatas tanda e. Pegang bagian bawah wadah tidak lebih dari 10 cm diatas anak, buka klem dan biarkan cairan mengalir. Mungkin anda perlu menahan selang pada tempatnya selama beberapa menit f. Bila wadah sudang kosong lepaskan selang

g. Biarkan anak menahan cairan di dalam selama 3-5 menit. Bila anak terlalu muda untuk mengikuti instruksi, rapatkan kedua bokong agar cairan tetap berada di dalam h. Bantu anak ke toilet atau kursi pot, biarkan anak melepaskan cairan kedalam popok Jumlah Cairan dan Ukuran Selang yang Masuk Kedalam Anus Pasien a. Bayi b. 2-4 thn c. 4-10 thn d. 11 thn 120-240ml 240-360ml 360-480ml 480-720ml 2,5 cm 5 cm 7,5 cm 10 cm

Kolostomi

Membuang segmen aganglionik dan mengembalikan kontinuitas usus dapat dikerjakan dalam satu tahap atau dua tahap. Langkah ini disebut operasi definitif yang dikerjakan bila berat badan bayi atau anak sudah cukup. Kolostomi adalah Pembuatan lubang ( stoma ) pada kolon secara bedah.

Stoma ini dapat bersifat sementara atau menetap. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar dari tubuh. Kolostomi Permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak

memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi Sementara biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Indikasi kolostomi i. j. Dekompresi usus pada obstruksi Stoma sementara untuk bedah reseksi pada radang atau perforasi

k. Sebagai anus setelah reseksi usus distal untuk melindungi anastomosis distal Indikasi kolostomi sementara a. Hirscprung b. Atresia ani letak tinggi c. Atresia colon d. Extrophy cloaca Indikasi kolostomi menetap a. Pada penyakit usus yang ganas, seperti karsinoma pada usus b. Kondisi infeksi tertentu pada kolon 10

Pembedahan kolostomi pada penyakit ini dilakukan 2 tahap yaitu mula mula dilakukan kolostomi loop atau double barrel sehingga tonus otot dan ukuran usus yang dilatasi dan hipertrofi dapat kembali normal ( memerlukan waktu kira kira 3 sampai 4 bulan ). Tahap selanjutnya terdapat tiga cara yaitu Duhamel umumnya dilakukan terhadap bayi yang berusia kurang dari 1 tahun. Prosedur ini terdiri atas penarikan kolon normal yang ditarik ke arah bawah dan menganastomosiskannya dibelakang usus aganglionik, menciptakan dinding ganda yang terdiri dari selubung aganglionik dan bagian posterior kolon normal yang ditarik tersebut. Swenson, bagian kolon yang aganglionik itu dibuang. Kemudian dilakukan anastomosis end to end pada kolon berganglion dengan saluran anal yang dilatasi. Sfingterotomi dilakukan pada bagian posterior. Soave dilakukan pada anak anak yang lebih besar dan merupakan prosedur banyak dilakukan untuk mengobati penyakit hirscprung. Dinding otot dari segmen rektum dibiarkan tetap utuh. Kolon yang bersaraf tersisa. Anastomosis : Hubungan sirkulasi antara 2 pembuluh darah melalui pembuluh pombuluh saluran kolateral atau hubungan antara 2 saluran melalui 2 saluran. normal ditarik sampai ke anus, tempat dilakukannya anastomosis antara kolon normal dan jaringan otot rektosigmoid yang

Penanganan Kolostomi Fungsi kolostomi akan mulai tampak pada hari ke 3 6 hari pascaoperatif. Perawat menangani kolostomi sampai pasien dapat mengambil alih perawatan ini. Perawatan kulit harus diajarkan bersamaan dengan bagaimana 11

menerapkan drainase kantung dan melakukan irigasi. Pada bayi dan anak dapat diajarkan kepada orang tua atau keluarganya. a. Perawatan Luka Kulit dibersihkan dengan perlahan menggunakan sabun ringan dan waslap lembab serta lembut. Adanya kelebihan barier kulit dibersihkan. Sabun bertindak sebagai agen abrasif ringan untuk mengangkat residu enzim dan tetesan fekal. Selama kulit dibersihkan, kasa dapat digunakan untuk menutupi stoma dapat dimasukan dengan perlahan untuk mengabsorpsi kelebihan drainase.

b. Memasang Kantung Drainase Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat. Lubang kantung harus sekitar 0,3 cm lebih besar dari stoma. Kulit dibersihkan sesua prosedur. Barier kulit peristoma dipasang dengan cara membuka kertas perekat dan menekannya diatas stoma selama 30detik. Iritasi kulit ringan memerlukan tebaran bedak. Karaya pada kulit atau bedak stomahesive sebelum kantong dilekatkan.

c. Menangani Kantong Kolostomi Untuk selanjutnya kantung kolostomi biasanya tidak diperlukan. Segera setelah pasien belajar evakuasi rutin, kantung dapta disimpan dan kantung kolostomi tertutup atau balutan sederhana menggunakan tisu sekali pakai ( sering ditutp dengan pembungkus plastik ) digunakan, dipertahankan ditempatnya dengan sabuk elastis. Kecuali gas dan sedikit mukus, tidak ada isi usus yang akan keluar dari lubang kolostomi diantara irigasi; karenanya kantung kolostomi plug ( yang dimasukkan untuk mencegah oasase flatus dan feses ) juga tersedia. d. Mengangkat Alat

12

Alat drainase diganti bila isinya telah mencapai sepertiga hingga seperempat bagian sehingga berat isi nya tidak menyebabkan kantung lepas dari diskus perekatnya dan keluar isisnya. e. Mengirigasi Kolostomi Tujuan pengirigasian kolostomi adalah untuk mengosongkan kolon dari gas, mukus, dan feses. Stoma pada abdomen tidak mempunyai otot kontrol volunter sehingga pengosongannya dapat terjadi pada interval waktu yang tidak teratur Waktu untuk mengirigasi kolostomi harus konsisten dengan jausal individu seyelah meninggalkan rumah sakit

Tindakan Perawatan Kolostomi

a. Siapkan alat untuk pelaksanaan kolostomi b. Lakukan cuci tangan c. Jelaskan pada anak prosedur yang akan dilakukan d. Lepaskan kantong kolostomi dan lakukan pempbersihan daerah kolostomi e. Periksa adanya kemerahan dan iritasi f. Pasang kantong kolostomi di daerah stoma

g. Tutup atau lakukan fiksasi dengan plester h. Cuci tangan

Status Nutrisi

13

Pengkajian nutri lengkap dilakukan. Makanan yang menyebabkan bau dan gas berlebihan dihindari.Makanan ini termasuk kol, telur, ikan kacang polong, dan prosuk selulosa seperti kacang tanah.

Komplikasi Kolostomi

a. Prolaps stoma ( biasanya akibat obesitas ) b. Perforasi ( akibat ketidaktepatan irigasi stoma ) c. Retraksi stoma d. Impaksi fekal e. Iritasi kulit

H.

Prosedur Diagnostik

a. Anamnesis perjalanan penyakit yang khas dan gambaran klinik perut membuncit seluruhnya merupakan kunci diagnosis. b. Pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan diagnosis ialah pemeriksaan radiologik dengan enema barium. Di sini akan terlihat gambaran klasik seperti daerah transisi dari lumen sempit ke daerah yang melebar. Pada foto 24 jam kemudian terlihat retensi barium dan gambaran mikrokolon pada Hirscprung segmen panjang. c. Pemeriksaan biopsi hisap rektum dapat digunakan untuk mencari tanda histologik yang khas, yaitu tidak adanya sel ganglion parasimpatik

14

dilapisan muskularis mukosa, dan adanya serabut saraf yang menebal. Pada pemeriksaan histokimia, aktivitas kolinesterase meningkat. d. Diagnosi banding, pada bayi dan anak, obstipasi dapat disebabkan oleh obstipasi dietik, retardasi mental, hipotiroid, dan psikogenetik. e. Prognosis baik kalau gejala obstruksi segera diatasi. Penyulit pascabedah seperti kebocoran anastomosis, atau striktira anastomosis umumnya dapat diatasi.

I.

Diagnosa Keperawatan / Masalah Keperawatan


Prapembedahan a. Konstipasi b. Kurang volume cairan dan elektrolit c. Gangguan kebutuhan nutrisi d. Resiko cedera ( injuri ) e. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan Pasca Pembedahan a. Nyeri b. Resiko infeksi c. Resiko komplikasi pasca pembedahan

15

J.

Rencana Tindakan Keperawatan


Pra pembedahan a. Konstipasi Dapat disebabkan oleh obstruksi, tidak adanya sek ganglionik oleh usus, rencana tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah mencegah konstipasi dengan mempertahankan status hidrasi. Dengan harapan feses yang keluar menjadi lembek dan tanpa adanya retensi

Tindakan a. Monitor terhadap fungsi usus dan karakterisitik feses b. Berikan spolliang dengan air garam fisiologis bila tidak ada

kontraindikasi c. Kolaborasi dengan dokter tentang rencana pembedahan

b. Kurang Volume Ciran dan Elektrolit Disebabkan asupan yang tidak memadai sehingga dapat menimbulkan perubahan status hidrasi seperti ketidakseimbangan cairan dan elektrolit,perubahan membrane mukosa, produksi dan berat jenis urin. Maka upaya yang dapat dilakukan adalah mempertahankan status cairan tubuh. Tindakan. a. Lakukan monitor terhadap status hidrasi dengan cara mengukur asupan dan keluaran cairan tubuh b. Observasi membrane mukosa, turgor kulit, produksi urin, dan status cairan

16

c. Kolaborasi pemberian cairan sesuai dengan indikasi

c.

Gangguan Kebutuhan Nutrisi Dapat timbul dengan adanya perubahan status nutrisis seperti penurunan berat badan, turgor kulit menurun, serta asupan yang kurang, maka untuk mengatasi masalah yang demikian dapat dilakukan mempertahankan status nutrisi.

Tindakan a. Monitor perubahan status nutrisi antara lain turgor kulit, asupan b. Lakukan pemberian nutrisi parenteral apabila secara oral tidak bisa c. Timbang berat badan setiap hari d. Lakukan pemberian nutrisi dengan TKTP

d. Resiko Cedera ( Injuri ) Ditimbulkan akibat komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit Hiscprung seperti gawat pernapasan akut dan enterokolitis, maka dapat dilakukan pemantauan dengan mempertahankan status kesehatan.

Tindakan a. Pantau tanda vital setiap 2 jam ( kalau perlu ) b. Onservasi tanda adanya perporasi usus seperti muntah, meningkatnya nyeri tekan, distensi abdomen, iritabilitas, gawat pernapasan, tanda adanya enterokolitis

17

c. Lakukan pengukuran lingkar abdomen setiap 4 jam untuk mengetahui adanya distensi abdomen

Pasca Pembedahan a. Nyeri Dapat disebabkan karena efek dari insisi, hal ini dapat ditujukan dengan adanya tanda nyeri seperti ekspresi perasaan nyeri, perubahan tanda vital, pembatasan aktivitas Tindakan a. Lakukan observasi atau monitoring tanda skala nyeri b. Lakukan teknik pengurangan nyeri seperti teknik pijat punggung bagi pasien c. Kolaborasi dalam pemberian analgesik apabila dimungkinkan

b. Resiko Infeksi Dapat disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang masuk melalui insisi daerah pembedahan, atau kurang pengetahuan pasien dalam penatalaksanaan terapuetik pasca pembedahan Tindakan a. Monitor tempat insisi b. Ganti popok yang kering untuk menghindari kontaminasi feses c. Lakukan perawatan pada kolostomi atau perianal

18

d. Kolaborasi

pemberian

antibiotik

dalam

penatalaksanaan

pengobatan terhadapa mikroorganisme

c. Resiko Komplikasi Pasca Pembedahan Pada penyakit Hirscprung ini seperti adanya striktur ani, adanya perforasi, obstruksi usus, kebocoran, dan lain lain. Rencana yang dapat dilakukan adalah mempertahankan status pascapembedahan agar lebih baik dan tidak terjadi komplikasi lebih lanjut.

Tindakan a. Monitori adanya komplikasi seperti obstruksi usus karena sepsis,

perlengketan, lain

volvulus,

kebosoran

pada

anastomosis,

enterokolitis, frekuensi defekasi, konstipasi, perdarahan dan lain

b. Monitor peristaltik usus c. Monitori tanda vital dan adanya distensi abdomen untuk

mempertahankan kepatenan pemasangan naso gastrik

BAB III
19

PENUTUP

KESIMPULAN
Hirscprung Desease atau megakolon adalah tidak adanya sel ganglion pleksus auerbauchi di bagian dalam rektum atau bagian rektosigmoid kolon , sehingga bagian tersebut tidak sanggup untuk turut serta dalam gerakan peristaltik mengeluarkan isi usus. Macam Macam Hirscprung a. Hirscprung klasik atau hirscprung segmen pendek yaitu daerah aganglionik meliputi rektum sampai sigmoid. b. Hirscprung segmen panjang yaitu bila daerah aganglionik meluas lebih tinggi dari simoid sampai ke usus halus.

Etiologi
a. Tidak terdapatnya sel ganglion pleksus auerbachi b. Faktor genetik ( Ilmu Bedah : c. Life style

Patofisiologi

Ketidakadaan sel ganglion menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltis serta tidak adanya evakuasi usus spontan. Selain itu sfingter rektum tidak dapat berelaksasi, mencegah keluarnya feses secara normal. Isi usus terdorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut , menyebabkan dilatasinya bagian usus proksimal daerah tersebut.

20

Tanda dan Gejala

Trias klasik gambaran klinik pada neonarus : ( Ilmu Bedah : 908 )


d. Mekonium keluar terlambat yaitu lebih dari 24 jam pertama e. Muntah hijau f.

Perut membuncit

Pada bayi dan anak ( Kep Pediatrik Edisi 3: 197)


e. Konstipasi f.

Diare berulang

g. Tinja seperti pita dan berbau khusus h. Distensi abdomen

Komplikasi

a. Enterokolitis ( akut ) yaitu radang usus halus dan usus besar akibat infeksi b. Striktura Ani ( pasca bedah ) Yaitu penyempitan pembuluh atau saluran secara abnormal oleh jaringan parut atau penimbunan jaringan abnormal c. Inkontinensia ( jangka panjang ) yaitu keadaan tidak dapat mengendalikan atau menahan buang air besar

21

d. Gawat pernapasan ( akut )

Tindakan Medis Untuk mengobati gejala obstipasi dan mencegah enterokolitis dapat

dilakukan bilasan kolon dengan cairan garam faali ( wash out ). Cara ini efektif pada segmen aganglionik yang pendek. Tujuan yang sama juga dapat dicapai dengan tindakan kolostomi ( pembedahan ) didaerah yang ganglioner.

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius. Smeltzer, Suzanne C. dkk. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 2. Jakarta : EGC. Wong, Donna L. 2004. Keperawatan Pediatrik edisis 4. Jakarta : EGC Ramon, Christina P. dkk. 1995. Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran UNPAD Betz, Cecily L. dkk. 2002. Keperawatan Pediatri edisi 3. Jakarta : EGC Hidayat, A Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Jakarta : Salemba Medika Sjamsuhidajat, R. dkk. 1998. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC Corwin, Elizabeth J. 2001. Patofisiologi. Jakarta: EGC Behrman, Richard E. dkk.2000. Ilmu Kesehatan Anak Vol 2. Jakarta : EGC Robbins, Stanley L.1995. Buku Ajar Patologi II Edisi 4. Jakarta : EGC 22

Hasa, Dr Rusepno. Dkk.1985. Ilmu Kesehatan Anak 3. Jakarta : Infomedika

LAMPIRAN

Hasil Lab Normal

Sebelum Operasi Albumin Protein Total Natrium Kalium : 4,4 5,4 gr/dl : 6-6,7 gr/dl : 132-145 mEq/L : 4,1-5,3 mEq/L

Sesudah Operasi Trombosit INR (International Normalized Ratic ) PT 23 : 150.000-400.000/mm3 : 2,0-3,0 detik : 11-16 detik

APTT ( Activited Partial Trhomboplastine time ) Hb ( 2 bulan ) Ht Na Serum Cl K Mg Leukosit Ca GDS

: 26-42 detik

: 9-14 gr/dl : 28- 42 % : 132-145 mEq/L : 110-129 mEq/L : 4,1 5,3 mEq/L : 1,4 2,9 mEq/L :6000-17.000/mm3 : 7,5 11 mg/dl :30 80 mg/dl

24

25

Вам также может понравиться