Вы находитесь на странице: 1из 16

MAKALAH SKENARIO 3

Kelompok 5 : Prisca Listyantika E. Gusti Sigar Dinie Muthia Iflah Wahyuni A. Retno Septiana A. Nita Herlina Cindy Dwintanandi Alfia Fitriani M. Nur Rizky Luthfiyah Ariska Endariantari I1D111002 I1D111013 I1D111007 I1D111011 I1D111018 I1D111019 I1D111026 I1D111042 I1D111043 I1D111202 I1D111037

Tutor : drg. Deby Kania Putri

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI BANJARMASIN 2012

KATA PENGANTAR

Pertama-tama, Puji syukur kehadirat Illahi Robbi, Tuhan Yang Maha Esa , karena atas segala bimbingan dan petunjuk-Nya , serta berkat rahmat, nikmat, dan karunia-Nya sehingga kami diberi kesempatan untuk menyelesaikan Laporan tutorial yang berjudul Crown. Laporan tutorial yang kami buat ini sebagai salah satu sarana untuk lebih mendalami materi. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. drg.Deby Kania Putri yang telah memberi kami kesempatan dan bimbingan untuk lebih mendalami materi dengan pembuatan laporan tutorial ini. 2. Teman-teman kelompok tutorial 5yang telah berperan aktif dalam pembuatan laporan tutorial ini. Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini mengandung banyak kekurangan,baik dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu, kami mohon maaf jika ada kesalahan karena kami masih dalam proses pembelajaran. Kami juga berharap laporan tutorial yang telah kami buat ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman-teman yang lain.

Banjarmasin, Januari 2013

Kelompok 5

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan

Gigi tiruan mahkota atau umum disebut jaket merupakan gigi tiruan yang dibuat untuk gigi yang belum dicabut tetapi mengalami kerusakan yang parah sehingga sudah tidak bisa ditambal lagi, tetapi syaraf giginya belum mati. Gigi yang rusak tersebut dikurangi sedemikian rupa dengan bentuk tertentu, kemudian diganti dengan bahan akrilik/porselen/ kombinasi logam-porselen yang menyerupai selubung/jaket yang bentuk dan warnanya disesuaikan dengan gigi sebelumnya atau menggunakan gigi sebelahnya sebagai panduan. Gigi tiruan ini tidak dapat dilepas oleh pasien karena ditempelkan langsung ke gigi dengan semen khusus. Dental crown atau mahkota tiruan diibaratkan seperti sarung yang berbentuk gigi. Gigi yang dimasukkan ke dalam sarung gigi ini berguna untuk mengembalikan bentuk, ukuran gigi , dan kekuatan gigi palsu itu sendiri (RA Lesmana, 1999) Gigi tiruan mahkota terbuat dari porselen, campuran porselen, dan berbagai bahan metal dan emas. Mahkota Penuh adalah restorasi yg menutupi seluruh permukaan mahkota gigi (mesial, distal, bukal, lingual & oklusal), jenis mahkota penuh adalah jaket crown ( mahkota jaket) , full casted crown ( mahkota tuang penuh), dan full venner crown . Restorasi gigitiruan cekat dapat dibuat dari berbagai macam bahan restorasi diantaranya akrilik, porselen dan logam. Dalam penggunaannya, bahan restorasi tersebut sangat berpengaruh terhadap kesehatan jaringan periodontal, terutama dalam hubungannya dengan tepi preparasi subgingiva. Beberapa sifat bahan harus dipertimbangkan keti ka bahan tersebut dipilih untuk digunakan secara klinis. Pertimbangan ini termasuk biokompatibilitas, sifat fisik dan kimia, karakteristik penanganan, estetik, dan segi ekonomis (Edy Machmud, 2009) Jenis bahan gigitiruan yang umumnya digunakan oleh pasien adalah akrilik, hal ini mungkin dikarenakan oleh akrilik yang terbilang ekonomis dan estetiknya baik serta tahan lama, bila dirawat dengan baik. Tujuan pembuatan Mahkota : memperbaiki permukaan struktur gigi yang rusak karena: fraktur , karies, perubahan warna, cacat enamel bawaan, Pegangan klamer/cengkeram GTS dan Mengganti mahkota lama yang rusak (Philipps, 2003)

Rumusan Masalah 1. Apa definisi gigi tiruan ? 2. Apa definisi mahkota jaket ? 3. Apa keuntungan dan kerugian mahkota jaket ? 4. Apa indikasi dan kontra indikasi mahkota jaket ? 5. Apa prinsip preparasi mahkota jaket ? 6. Apa bahan yang digunakan untuk mahkota jaket ? 7. Apa tahapan preparasi mahkota jaket ? 8. Apa tahapan aplikasi mahkota jaket ? Tujuan Penulisan 1. Mengetahui definisi, keuntungan dan kerugian, indikasi dan kontra indikasi mahkota jaket 2. Mengetahuis prinsip dan tahapan preparasi mahkota jaket

Metode Penulisan Metode Literatur Penyusun melakukan metode literatur dengan berpedoman pada buku-buku kedokteran dan buku-buku kesehatan lainnya seeta jurnal kedokteran yang relevan dengan topik. Metode Teknologi Penyusun mengambil sebagian bahan dari internet dengan sumber yang valid.

ubungi seluruh permukaan gigi dan dapat dibuada gigi posterior maupun anterior, baik pada gigi yang vital maupun nonvital ost en treatment) BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi gigi tiruan 2.1 Definisi mahkota jaket Mahkota jaket (crown) adalah restorasi yang mengelilingi seluruh atau sebagian struktur gigi yang tersisa, apabila seluruhnya disebut full crown, sedangkan bila sebagian disebut partial coverage crown atau partial venners. Restorasi ini dapat dilakukan pada gigi vital maupun gigi non vital. Restorasi ini meliputi seluruh permukaan gigi anterior, dibuat dari bahan akrilik atau porselen sesuai dengan warna gigi. (Abu Bakar, 2012) Mahkota jaket dibuat untuk memperbaiki gigi yang mahkotanya sudah rusak namun akarnya masih bagus. Selain untuk memperkuat jaringan gigi yang tersisa, crown juga bisa memperbaiki penampilan, bentuk, ataupun posisi (kemiringan gigi). Crown yang dibuat dari akrilik harganya relatif murah , namun biasanya kurang tahan lama karena mudah rusak , terkikis atau mengalami pewarnaan. Crown yang terbuat dari akrilik sekarang lebih dianjurkan untuk penggunaan mahkota buatan yang sifatnya sementara. (Ardyan Gilang, 2010)

2.1.2

Keuntungan dan kekurangan mahkota jaket Keuntungannya : Lebih nyaman digunakan karena tidak lepas pasang Estetiknya bagus, pasien tidak perlu mencabut gigi asli, namun perawatannya

harus ekstra karena jika terjadi kerusakan, akan berpengaruh pada pasak gigi yang mengakibatkan gigi palsu patah. Kerugiannya : Harganya lebih mahal Perawatannya membutuhkan waktu yang lama

2.1.3

Indikasi dan Kontraindikasi mahkota jaket Menurut Jones dan Grudy (1992), penggunaan atau indikasi dan Kontra Indikasi mahkota jaket pada kasus sebagai berikut:

Indikasi : 1. Gigi vital dan non vital yang sudah berubah warna 2. Amelogenesis imperfekta email mengalami hipokalsifikasi atau perubahan warna lain yang terjadi pada gigi (misal : flourosis atau hipoplasia email) 3. gigi fraktur dimana pulpa belum terbuka 4. abrasi dan erosi gigi 5. untuk memperbaiki malposisi gigi atau koreksi malposisi (misal : rotasi, linguo/labio versi mesio/ distoversi, diastema 6. sebagai gigi abutment untuk Gigi Tiruan Cekat 7. untuk gigi yang hipoplasia, atrisi dan rotasi

Kontraindikasi : 1. Mahkota klinis yang pendek, dengan cingulum yang datar tonggak pendek sehingga retensi kurang 2. Ruang pulpa masih lebar (usia sangat muda) 3. Gigitan dalam (deep bite) 4. Kerusakan gigi yang kompleks sehingga tidak memungkinkan pembuatan mahkota jaket 5. Gigi non vital, perubahan warna yang sangat gelap 6. Alergi terhadap bahan yang digunakan

2.1.4

Prinsip Preparasi mahkota jaket Menurut Jacobsen (2008) Prinsip preparasinya adalah :

1. Memelihara struktur gigi penyangga dan jaringan sekitarnya. 2. Menghasilkan retensi dan resistensi yang optimal

Retensi antara dinding aksial gigi penyangga dengan dinding aksial bagian dalam restorasi Resistensi perlawanan terhadap gaya-gaya yang jatuh pada restorasi pada saat berfungsi 3. Menghasilkan struktur yang kuat dan tahan lama bagi restorasi banyak sedikit pengambilan jaringan tergantung bahan yang digunakan 4. Diperoleh integrasi marginal antara tepi preparasi dan tepi restorasi ; integrasi marginal terjadi penyatuan antara tepi preparasi dan tepi restorasi

2.1.5

Bahan yang digunakan untuk mahkota jaket Bahan yang digunakan adalah (Nurhikmah, 2008) :

1. Akrilik Lebih dari 60% elemen gigitiruan di Amerika Serikat dibuat dari resin akrilik atau resin vinil akrilik. Seperti diduga, kebanyakan elemen gigitiruan resin memiliki basis dengan susunan linier poli (metil metakrilat). Resin poli (metil metakrilat) yang digunakan dalam pembuatan elemen gigitiruan adalah serupa dengan yang digunakan untuk pembuatan basis protesa. Namun besarnya ikatan silang dalam elemen gigitiruan adalah lebih besar dibandingkan dengan basis protesa yang terpolimerisasi. Peningkatan ini diperoleh dengan meningkatnya jumlah ikatan silang dalam cairan basis protesa, yaitu monomer. Polimer hasilnya menunjukkan peningkatan stabilitas dan sifat klinis yang disempurnakan.Resin akrilik dipakai sebagai basis gigitiruan oleh karena bahan ini memiliki sifat tidak toksik, tidak iritasi, tidak larut dalam cairan mulut, estetik balk, mudah dimanipulasi, reparasinya mudah dan perubahan dimensinya kecil.Poli(metil metakrilat) murni adalah tidak berwarna, transparan dan padat. Untuk mempermudah penggunaannya dalam kedokteran gigi, polimer diwarnai untuk mendapatkan warns dan derajat kebeningan. Warna serta sifat optik tetap stabil di bawah kondisi mulut yang normal dan sifat-sifat fisiknya telah terbukti sesuai untuk aplikasi kedokteran gigi. Satu keuntungan poli(metil metakrilat) sebagai bahan basis gigitiruan adalah relatif mudah

pengerjaannya. Kurang kuat, mudah patah, tidak cukup tegar dan menyerap cairan mulut, merupakan beberapa kelemahan resin. 2. Porselen

Ada beberapa kategori porselen gigi: porselen konvensional yang mengandung leucite, porselen yang diperkaya leucite, porselen ultra-lowfusing yang mungkin mengandung leueite, porselen-kaca, porselen inti khusus ( alumina, alumina yang diperkaya kaca, magnesia dan spinel ), dan porselen CAD CAM. Porselen gigi dapat diklasifikasi menurut tipe ( porselen feld spathic, porselen yang diperkaya leucite, porselen alumina, alumina yang diinfiltrasi kaca, spinel diinfiltrasi kaca, dan porselen-kaca ), menurut kegunaan ( gigitiruan, vinir, porselen logam, inlai, mahkota, dan jembatan anterior), menurut metode pemprosesan sintering, pengecoran, atau mesin ), menurut metode pemprosesan (sintering, pengecoran, atau mesin), menuntut materi substruktur (logam cor, logam swaged, porselenkaca, porselen CAD-CAM atau inti porselen sintering). Metode pembuatan restorasi porselen mencakup koridensasi dan sintering.Komposisi porselen gigi konvensional adalah porselen vitreus (seperti kaca) yang berbasis pada anyaman silica ( SiO2) dan feldspar potas (K 2OAl2O3.6SiO2) atau keduanya. Pigmen, bahan opak, dan kaca ditambahkan untuk mengontrol temperatur penggabungan, temperatur sintering, koefisien ekspansi eksternal, dan kelarutan. Feldspar yang digunakan untuk porselen gigi relatif murni dan tidak berwarna. Jadi, harus restorasi sewarna gigi yang sesuai dengan gigi tetangganya.

Gambar 3. Mahkota Porselen Sifat-sifat porselen : 1. Semua sisa air yang ada akan menguap selama pembakaran, disertai dengan hilangnya bahan pengikat (bila ada). Besarnya pengerutan berkisar 30 - 40 persen;

terutama disebabkan oleh berkurangnya rongga-rongga udara selama proses pembulatan. Porselen tidak popular selama pembuatan inlay, oleh karena sukar mendapatkan hasil dengan ketepatan yang dibutuhkan. 2. Porositas, adanya gelernbung-gelembung udara merupakan hal yang tidak dapat

dihindari pada pembakaran porselen. Ini dapat menurunkan kekuatan bahan dan translusensi. Untuk mengurangi porositas tersebut beberapa peneliti menganjurkan cara sebagai berikut : a) mengeluarkan air b) Pembakaran dengan adanya suatu gas yang dapat merembes ke luar dari porselen c) Pendinginan dibawah tekanan untuk mengurangi resultante besarnya pori-pori 3. Sifat kimia : Salah satu daya tarik utama dari porselen sebagai bahan restorasi gigi adalah bahwa bahan ini tidak rusak karena pengaruh kimia pada hampir semua pada kondisi lingkungan mulut 4. Sifat mekanis : porselen adalah bahan yang rapuh. Penemuan bahan porselen beberapa tahun ini diarahkan pada tercapainya sifat-sifat mekanis yang baik. seperti pada porselen alumina. 5. Sifat termis : sifat pengantar panas yang rendah dan koefisien termal ekspansinya sangat mendekati email dan dentin 6. Estetis : porselen menunjukkan nilai estetik yang baik, meskipun demikian apabila semen larut, dan terbentuk celah pada tepi restorasi, maka ini akan menyebabkan terjadinya perubahan warna oleh sisa-sisa makanan. Keunggulan dental porselen dibandingkan dengan bahan aklirik antara lain : 10 1. Lebih keras dan lebih kuat pada ketebalan tertentu 2. Mempunyai permukaan yang lebih mengkilap (bila proses glaze dilakukan dengan baik) 3. Lebih tahan terhadap pengikisan / abrasi 4. Warnanya lebih stabil selama pemakaian 5. Tidak memberikan reaksi jaringan Kekurangan yang utama adalah sifat kerapuhannya bila ketebalannya kurang penyusutan selama pembakaran. Pembakaran pada tungku hampa tekanan untuk

3. Logam Bahan yang biasa digunakan untuk membuat gigitiruan adalah logam, akrilik dan porselen. Adapun logam yang biasa dipakai adalah aloi emas, aloi chromium cobalt, dan aloi chromium nikel. Ketiga bahan gigi tersebut dapat dipilih sesuai kebutuhan dan disesuaikan dengan ketersediaan biaya.Logam dan aloi berperan penting dalam bidang kedokteran gigi. Material ini sering digunakan pada praktek kedokteran gigi, termasuk dental laboratorium, restorasi langsung dan tidak langsung serta alat yang digunakan untuk preparasi dan manipulasi gigi. Paduan logam dasar mempunyai kekuatan lebih baik dan lebih ekonomis dari segi biaya bila dibandingkan dengan paduan logam mulia terutama dalam pembuatan mahkota tiruan dan restorasi jembatan. Logam padu tuang tembaga (Cu aloi) dan logam padu tuang perak (Ag aloi) masih digunakan sebagai bahan restorasi karena cukup keras sehingga mampu menahan daya kunyah, dapat dipoles dengan baik, tidak rnenyebabkan efek samping dan mudah pengelolaannya. Ni-Cr aloi secara luas digunakan untuk mengganti mahalnya precious metal aloi dan dapat mencegah korosi. Dalam mendeteksi logam tuang untuk suatu restorasi perlu dipertimbangkan kekasaran permukaan hasil tuangan logam, sebab kadang permukaan dari hasil tuangan logarn, terutama pada daerah tertentu kasar dan tidak sesuai dengan cetakan. Kekasaran permukaan dari mempersulit dalam proses finishing atau restorasi polishing tuang bisa dan dapat

memperlemah suatu restorasi tuang. Permukaan yang kasar merupakan faktor yang paling besar untuk terjadinya perlekatan plak.

Gambar 4. Mahkota Tiruan dari Logam)

2.1.6 .Tahapan Preparasi mahkota jaket Tahapan preparasi : 1. Penguranga permukaan insisal/ panjang gigi : -garis dengan pensil berjarak 1-2mm dari garis insisal/ groove pada permukaan insisal -menggunakan wheel round bur , arah pengambilan dari labial-palatal/ lingual - sebelah palatal dikurangi lebih banyak dibandingkan labial, sehingga membentuk sudut kemiringan 45

2. Pengurangan permukaan labial : Berupa goove berjumlah 2-3 groove Dengan kedalaman 1-1,5 mm Menggunakan straight cylindrical bur Kedalaman makin keservikal makin dangkal Gingival margin berupa bahu (shoulder) menggunakan bur sholder

3. Pengurangan permukaan proksimal Dilakukan dengan flat disc makan sebelah sehinggs terbentuk tonggak silindris, dengan sudut kemiringan 5- 6 terhadap bidang sejajar poros gigi, setebal 1mm didaerah servikal gigi Garis ditarik dari gingival crets kearah insisal, sejajar sumbu gigi , berjarak 11,5 mm dari titik kontak

4. Pengurangan permukaan palatal/ lingual : Untuk bagian cekungan permukaan palatal gigi anterior Email daerah cingulum kearah insisal ( insisal) dihilangkan menggunakan bur wheel round end / bur footbal Bagian cingulum kearah servikal ( servikal ) dikurangi dengan bur silindris bentuk fissure/ tapered mengikuti bentuk permukaan palatal

5. Pengurangan permukaan servikal 1. Preparasi pundak (sholder) Ada 3 macam tipe preparasi pundak , yaitu : a. Tipe square, bersudut 90 b. Tipe obtuse , bersudut lebih besar dari 90 (sudut tumpul) c. Tipe acute , bersudut kurang dari 90 (sudut lancip) 2. Preparasi pundak sebagian ( partial sholder) 3. Preparasi tanpa pundak (sholderless) preparasi pundak dibuat dengan bur sholder . letak pundak kira-kira 0,7-1 mm. Letak pundak bagian labial masuk subgingival sedalam 1mm.

2.1.7

Tahapan aplikasi Mahkota jaket

Mahkota selubung adalah mahkota yang menyelubungi seluruh permukaan gigi dan dapat dibuat pada gigi posterior maupun anterior, baik pada gigi yang vital maupun nonvital (post endodontic treat Mahkota selubung adalah mahkota yang menyelubungi seluruh permukaan gigi dan dapat dibuat pada gigi posterior maupun anterior, baik pada gigi yang vita

aBAB III PENUTUP Nupun nonvital (post endodontic

Dtre DAFTAR ISI

1. Walton ER, Torabinejad Mahmoud. 2008. Prinsip & Praktik Ilmu Endodonsia Edisi 3. Jakarta : EGC 2. Bimbaum et al. 2009. Diagnosis Kelainan Dalam Mulut : Petunjuk Dalam Klinis. Jakarta : EGC 3. Shilingburg H, Hobo S, Whitsett L, Richard J, Brackett S. Fundamentals of fixed prosthodontics. 3rd Ed. North Kimberly Drive: Quintessence Publishing Co, Inc; 1997.p.1 4. Grossman IL,Oliet Seymout,Del Rio EC. 1998. Ilmu Endodontik Dalam Praktek Edisi 2. Jakarta : EGC 5. Sorator SH. 2006. Essentials of Prosthodontics. New Delhi : Jaypee 6. Wilson N A, Whitehead S A, Mjor I A, Wilson NHF. Reason for the placement and replacement of crowns in general dental practice. Primary Dental Care 2003; 10(2):53-59 7. McLaren, Vigoren. Preparations and Controlling Tooth Reduction Part 2: Crowns and Fixed Partial Dentures. 2007; 86-88 8. Dzanuar Rahmawan. 2010. Gigi Tiruan. Jember : FKG Universitas Jember 9. Jones, J.G., Grundy, J.R., 1992, A Colour Atlas of Clinical Operative DentistryCrown & Bridges,2ndEd, Wolfe 10. planning and making crowns and bridges 4th edition, 2007, UK 11. drg Abu bakar. Kedokteran gigi klinis. 2012 12. Ardyan Gilang . serba serbi kesehatan gigi dan mulut. 2010

Вам также может понравиться