Вы находитесь на странице: 1из 64

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Suatu bahan pangan dituntut tidak hanya mengandung zat-zat bergizi,

tetapi juga mengandung bahan-bahan khasiat yang menguntungkan bagi kesehatan, yang dikenal dengan istilah pangan fungsional. Pangan fungsional adalah bahan pangan yang mengandung senyawa atau komponen yang berkhasiat bagi kesehatan. Senyawa atau komponen tersebut antara lain serat pangan, oligosakarida, gula alkohol, asam amino, peptida, protein, glikosida, alkohol, isoprenoida vitamin, kolin, mineral, bakteri asam laktat, asam lemak tidak jenuh, dan antioksidan (Goldberg, 1994). Selain masalah kesehatan, masalah penampilan juga turut diperhatikan dalam dasawarsa terakhir ini khususnya oleh para wanita, yaitu masalah berat badan yang ideal. Secara umum, orang biasanya menilai tubuh sehat ideal, dilihat dari postur tubuh, sehingga wanita ingin memiliki tubuh ideal (Azwar, 2004). Seperti yang kita ketahui, bahwa insidensi kelebihan berat badan umumnya masih menunjukkan peningkatan dan menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia, tidak terkecuali di negara Indonesia (Dullo, 2004). Obesitas dapat meningkatkan risiko diabetes, hiperlipidemia, hipertensi, dan bahkan menyebabkan peningkatan risiko kematian (Nagao, 2005). Obesitas telah menjadi epidemi global dan prevalensi

kelebihan berat badan yang terus meningkat (Almajwal et.al, 2009). Hal itu terjadi karena adanya perubahan gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat dari sekelompok masyarakat (makan berlebih dan kurang aktivitas), sehingga kelebihan energi disimpan dalam bentuk lemak dalam tubuh, terutama di dalam viseral dan subkutan. Penanganan penurunan berat badan sering dilakukan dengan diet, olahraga, atau kombinasi keduanya (Pestacello and Van Heest, 2000). Dibandingkan dengan diet, olahraga dianggap lebih aman serta memberikan manfaat kesehatan antara lain berupa peningkatan kebugaran (Manore and Thompson, 2000). Olahraga sebaiknya dilakukan secara teratur dengan memperhatikan komponen utama dari olahraga yaitu jenis olahraga, intensitas, durasi, frekuensi, dan progresivitas latihan, olahraga yang baik dan aman selalu berada dalam zona latihan. Zona latihan dihitung berdasarkan laju jantung dan usia. Olahraga yang dilakukan secara berlebihan, akan meningkatkan radikal bebas, sehingga dapat merusak sel tubuh (Mc Ardle,1996). Selain olahraga, salah satu bahan pangan yang menguntungkan bagi kesehatan adalah teh (Camellia sinensis). Teh telah dipakai sebagai minuman sehari-hari sejak ribuan tahun yang lalu di Cina, dan sekarang teh merupakan minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi manusia setelah air (Weisburger, 1999). Berbagai jenis teh memiliki berbagai manfaat bagi kesehatan, misalnya teh hijau (Green Tea). Teh hijau telah populer di dunia sebagai minuman dan tanaman obat sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Teh hijau sendiri berasal dari

pohon yang sama dengan teh biasa (Camellia sinensis), namun tidak mengalami proses pemanasan atau fermentasi terlebih dahulu untuk mencegah oksidasi. Perkembangan pengetahuan menunjukkan bahwa teh hijau memiliki peranan yang dapat membantu menurunkan berat badan (Nagao et.al 2005). Hal itu disebabkan teh hijau memiliki kandungan polifenol yang cukup besar, yaitu catechin. Kandungan catechin pada teh hijau adalah 30-42% dari ekstrak padat teh hijau, konsentrasinya tergantung pada cara pengolahan daun teh, letak geografis, cara pengambilan ekstrak, dan jenis daun teh (Cabrera et.al, 2006). Sedangkan daun teh hijau kering memiliki kandungan 15-30% senyawa catechins yang terdiri dari 59,04% Epigallocatechin gallate (EGCG), 19,28%

Epigallocatechin (EGC), 13,69% Epicatechingallate (ECG), 6,39% Epicatechin (EC), dan 1,60% Gallocatechin (GC) (Cabrera et.al, 2006). EGCG merupakan catechin utama yang terkandung pada teh hijau dan merupakan bentuk yang paling aktif diantara semua jenis catechin, serta memiliki efek biologi yang paling besar dibandingkan dengan catechin yang lain. Rahasia utama teh hijau dapat menurunkan berat badan terletak pada tiga komponen atau bahan utamanya, yaitu Epigallocatechin gallate (EGCG), Caffeine, dan Ltheanine (Beecher et.al, 1999). EGCG yaitu antioksidan yang dapat menstimulasi metabolism lemak tubuh (Ukra and Sharyn, 2008). EGCG ini akan memicu penurunan berat badan dengan cara meningkatkan oksidasi lemak tubuh (Nagao et.al, 2005). Caffein adalah stimulan yang dapat membantu dalam menurunkan berat badan. Namun penggunaan caffein dalam teh hijau yang terlalu banyak (300 mg/hr) maupun terlalu sedikit tidak akan memberikan pengaruh apa-apa terhadap

penurunan berat badan (Lee and Nagao, 2009). Pengaruh catechin diduga akan lebih jelas bila asupan caffein rendah sampai sedang (Maron et.al 2003, Kovacs et.al 2004, Diepvens et.al 2005). Sedangkan L-theanine adalah asam amino yang bekerja untuk menghilangkan efek berbahaya pada caffein (Lee and Nagao, 2009). Catechin (EGCG), pada beberapa penelitian diketahui memiliki efek dapat menurunkan berat badan dan persentase lemak tubuh setelah dikonsumsi dalam jangka panjang sekitar 12 minggu (waktu 12 minggu dilakukan agar dapat diketahui secara pasti penurunan berat badan yang terjadi) mengkonsumsi teh hijau yang mengandung 400-900 mg catechin, baik dalam bentuk ekstrak teh hijau maupun dalam bentuk teh hijau celup (Hase et.al 2001, Tsuchida 2001, Nagao et.al 2001, Chantre et.al 2002, Kataoka et.al 2004, Nagao et.al 2005, Kajimoto et.al 2005). Selain menurunkan berat badan, teh hijau juga diyakini dapat memperkecil lingkar pinggang dan mengurangi persentase lemak dalam tubuh. Penelitian ini dilakukan untuk membandingkan tingkat efektifitas antara ekstrak teh hijau dan plasebo pada wanita kelebihan berat badan (IMT > 25 kg/m2) yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa, terhadap penurunan berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh.

1.2 1.

Perumusan Masalah Apakah ekstrak teh hijau dapat menurunkan berat badan pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa?

2.

Apakah ekstrak teh hijau dapat menurunkan lingkar perut pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa?

3.

Apakah ekstrak teh hijau dapat menurunkan persentase lemak tubuh pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa?

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak teh hijau terhadap penurunan berat badan, penurunan lingkar perut, dan penurunan persentase lemak tubuh yang dilihat dari hitungan berat badan, lingkar perut, dan Body Mass Index (BMI)/ indeks massa tubuh (IMT) pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik dengan pola makan biasa.

1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui penurunan berat badan pada wanita kelebihan berat badan yang diberi ekstrak teh hijau yang dikombinasi exercise. 2. Untuk mengetahui penurunan lingkar perut pada wanita kelebihan berat badan yang diberi ekstrak teh hijau yang dikombinasi exercise. 3. Untuk mengetahui penurunan persentase lemak tubuh pada wanita kelebihan berat badan yang diberi ekstrak teh hijau yang dikombinasi exercise.

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Keilmuan Dapat menambah ilmu bahwa catechin yang terdapat pada teh hijau dapat menurunkan berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh. 1.4.2. Manfaat Praktis Ilmu tersebut dapat diinformasikan kepada masyarakat luas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Olahraga Olahraga merupakan alternatif untuk meningkatkan derajat kebugaran

seseorang termasuk mengurangi lemak tubuh. Salah satu dampak latihan olahraga adalah perbaikan sistem fungsional paru jantung (cardiorespirasi system), meliputi hipertropi otot jantung, penurunan detak jantung istirahat, peningkatan stroke volume, peningkatan volume darah dan hemoglobin, menambah jumlah pembuluh kapiler, serta berfungsi dalam proses pembakaran energi (Fox, 1988). Secara umum aktivitas yang terdapat dalam kegiatan olahraga terdiri dari kombinasi 2 jenis aktivitas, yaitu aktivitas yang bersifat aerobik dan anaerobik. Kegiatan/jenis olahraga yang bersifat ketahanan seperti jogging, marathon, triathlon, dan bersepeda jarak jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen aktivitas aerobik yang dominan, sedangkan kegiatan olahraga yang membutuhkan tenaga besar dalam waktu singkat seperti angkat berat, push-up, sprint, atau juga loncat jauh merupakan jenis olahraga dengan komponen aktivitas anaerobik yang dominan (Irawan, 2007).

Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi, sehingga akan bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru, dan pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen agar proses pembakaran sumber energi dapat berjalan dengan sempurna. Aktivitas ini biasanya merupakan aktivitas olahraga 7 dengan intensitas rendah-sedang yang dapat dilakukan secara kontinyu dalam waktu yang cukup lama seperti jalan kaki, bersepeda atau juga jogging (Irawan, 2007). Pada kegiatan olahraga dengan aktivitas aerobik yang dominan, metabolisme energi akan berjalan melalui pembakaran simpanan karbohidrat, lemak, dan sebagian kecil (5%) dari pemecahan simpanan protein yang terdapat di dalam tubuh untuk menghasilkan ATP ( adenosine triphospate). Proses metabolisme ketiga sumber energi ini akan berjalan dengan kehadiran oksigen (O2) yang diperoleh melalui proses pernafasan. Denyut nadi pada orang dewasa normal adalah 60-90 per menit. Pada orang yang sering terlatih atau olahraga fisik (olahraga intensitas sedang), denyut nadinya dapat mencapai 50-60 per menit karena terlatih. Jika frekuensi lebih dari normal disebut tachicardi dan jika frekuensi kurang dari normal disebut bradicardi. Pada orang yang memiliki sirkulasi darah baik, maka kecepatan denyut nadi pada saat istirahat lebih rendah serta memiliki kesegaran jasmani yang baik. Hal ini terjadi karena otot jantung sudah kuat sehingga penggunaannya lebih efisien dan melalui dengan sedikit pompa jantung sudah dapat memenuhi kebutuhan sirkulasi darah. (Kamiso, 1991).

Dilain pihak, aktifitas fisik yang teratur membantu meningkatkan efisiensi jantung secara keseluruhan. Salah satu petunjuk ke arah itu adalah denyut jantung yang lebih lambat (biasanya kurang dari 60 per menit) dari seseorang yang terlatih dengan baik, dibandingkan dengan seseorang yang tidak terlatih (yang denyut jantungnya rata-rata 70-90 per menit). Dengan demikian perbedaan denyut jantung yang terlatih dengan yang tidak terlatih sebanyak 10 denyut per menit, akan mengakibatkan pengurangan denyut jantung yang berarti juga pengurangan kerja jantung (CK.Gian, 1993).

2.2

Tinjauan Teh Secara Umum Setelah air, teh adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi di

seluruh dunia dengan konsumsi per kapita 120 ml/hari. Dari 76-78% teh yang dihasilkan dan dikonsumsi di seluruh dunia adalah teh hitam 20%, teh hijau 22%, dan sisanya 2% adalah teh Oolong (Lipton Institute of Tea). Teh telah lama dikenal sebagai minuman yang bercitarasa khas dan berkhasiat bagi kesehatan. Budaya minum teh telah dimulai sejak tahun 2737 SM di Cina (Syah, 2006). Sedangkan di Indonesia, teh dikenal sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda yang bernama Dr. Andreas Cleyer membawanya ke Indonesia (Syah, 2006).

10

Gambar 2.1 Daun Teh (Camellia Sinensis) Semua teh berasal dari satu jenis pohon, yaitu Camellia sinensis (Syah, 2006). Tanaman teh umumnya tumbuh di daerah pegunungan yang beriklim sejuk, pada ketinggian lebih dari 200-2300 meter di bawah permukaan laut (mdpl). Tanaman ini berakar tunggang dengan banyak cabang, setinggi 4-8 meter. Bunga teh berwarna putih, dengan serbuk sari berwarna kuning.

2.2.1

Jenis-Jenis Teh Berdasarkan proses fermentasinya, teh dapat dibedakan menjadi

beberapa macam, yaitu teh hitam, teh merah, teh hijau, dan teh putih. Teh yang benar-benar baik, umumnya berasal dari pucuk daun atau daun teh muda yang belum mekar. Teh hitam dihasilkan melalui proses fermentasi sempurna, teh merah melalui proses semi fermentasi, sedangkan teh hijau diperoleh tanpa proses fermentasi, demikian juga dengan teh putih (Marie dkk, 2005). Teh hijau diproses dengan cara khusus. Setelah dipetik, daun teh akan mengalami pengasapan. Proses ini akan mengeringkan daun teh, namun tidak sampai mengubah warna

11

daun. Kondisi inilah yang menyebabkan air seduhan daun teh tetap terlihat berwarna hijau muda. Proses ini kemudian terbukti dapat mempertahankan berbagai kandungan nutrisi, antara lain zat antioksidan polyphenols pada daun teh, yang lebih besar dibandingkan teh hitam maupun teh merah.

2.2.2

Kandungan Kimia Pada Teh Teh mengandung komponen volatile sebanyak 404 macam dalam teh

hitam dan sekitar 230 macam dalam teh hijau. Komponen volatile tersebut berperan dalam memberikan cita rasa yang khas pada teh. Komponen aktif yang terkandung dalam teh, baik yang volatile maupun yang nonvolatile yaitu: Polyphenols, Methylxanthines, Asam amino, Peptida, Komponen organik lain, Tannic acids, Vitamin C, Vitamin E, Vitamin K, -carotene, Kalium, Magnesium, Mangan, Fluor, Zinc, Selenium, Copper, Iron, Kalsium, Caffein (Pambudi, 2009). Teh kaya akan sumber polifenol, khususnya flavonoid. Flavonoid adalah phenol yang berasal dari sintesis dalam zat yang berjumlah (0,5%-1,5%) dan jenis lain (lebih dari 4000 yang teridentifikasi) yang secara luas didistribusikan diantara tanaman tersebut (McKay et.al, 2002 dan Venables et.al, 2008). Flavonoid yang paling utama dalam teh hijau adalah catechin, yaitu:

Tabel 2.1 Komponen Utama Catechin Pada Daun Teh Segar


Komponen Epigallocatechin galat (EGCG) Epichatechin galat (ECG) Epigallochatechin (EGC) Epicatechin (EC) Gallocatecin (GC) Total Kadar Catechin (% bk) 7-13 3-6 3-6 1-3 1-3 16-30

Sumber: Bokuchava dan Skobelava, 1969; Lunder, 1989; Graham, 1992; Price dan Spitzer, 1993

12

2.3 2.3.1

Teh Hijau (Green Tea) Manfaat Teh Hijau Teh hijau banyak disarankan untuk dikonsumsi karena manfaatnya

berlipat. Pengobatan tradisional China menganjurkan minum teh hijau untuk mencegah berbagai penyakit atau tubuh terhindar dari permasalahan (Brannon, 2007). Hal itu diperkuat dengan adanya penelitian terbaru pada manusia yang menyatakan bahwa teh hijau mungkin ikut menyumbang pencegahan dan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dan bentuk-bentuk kanker, kesehatan oral, dan fungsi psikologis seperti hipertensi, berat badan, antibakteri, dan lainlain (Cabrera et.al, 2006). Sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Tohoku Jepang pada tahun 2006 dan dicantumkan di Journal of the American Medical Association menyimpulkan bahwa teh hijau dapat mengurangi angka kematian akibat penyakit kardiovaskular. Beberapa manfaat teh hijau adalah sebagai berikut: sebagai antikanker, antimikroba dan antibakteri, menurunkan kolesterol dalam darah sehingga terhindar dari aterosklerosis, meningkatkan kekebalan tubuh (Murase dkk, 2009 dan Triarsari, 2010). Selain itu, teh hijau juga berfungsi sebagai antidiabetes, mencegah pengembangan bakteri Helicobacter pylori penyebab gastritis, mendukung pertumbuhan mikroflora di usus dan mengatasi diare, melindungi fungsi ginjal dengan menekan efek peracunan uremik, mencegah gigi berlubang dan penyakit gusi, menghilangkan bau mulut (deodorisasi) atau nafas tak sedap, mencegah osteoporosis, mencegah oksidasi, memperlambat proses terjadinya

13

katarak, mempunyai sifat chemoprevention (mencegah kerusakan sel melalui proses kimiawi), menghambat kerusakan paru-paru akibat tembakau, memberi perlindungan terhadap pankreatitis akut, menjaga esofagus tetap sehat, melindungi lapisan lambung, melindungi daya ingat, melindungi kulit dari serangan radikal bebas dan kerusakan akibat sinar ultraviolet. Teh hijau berperan dalam kecantikan (menghambat proses penuaan, langsing dengan minum teh hijau, sebagai deodoran dan antialergi, serta sebagai bahan campuran kosmetik). (Brannon, 2007) 2.3.2 Proses Pengolahan Teh Hijau Berbeda dengan teh hitam, teh hijau nyaris tak mengalami fermentasi. Fermentasi di sini adalah proses oksidasi senyawa polyphenol di daun teh, oleh enzim polyphenol oksidase dibantu oleh oksigen dari udara. Berikut adalah proses pengolahan teh hijau: (Syah, 2006) 1. Proses Pelayuan Setelah pucuk dipanen dari kebun, daun teh ditebar dan diaduk-aduk untuk mengurangi kandungan air. Setelah itu, daun teh dilayukan melalui silinder panas sekitar 5 menit (sistem panning) atau dilewatkan beberapa saat pada uap panas bertekanan tinggi (sistem steaming). Proses pelayuan ini bertujuan untuk mematikan aktivitas enzim sehingga akan menghambat terjadinya proses fermentasi dan menurunkan kadar air menjadi sekitar 60%-70%. 2. Proses Pendinginan Bertujuan untuk mendinginkan daun setelah melalui proses pelayuan. 3. Proses Penggilingan Daun

14

Bertujuan untuk memecah sel-sel daun, sehingga teh yang dihasilkan akan mempunyai rasa yang lebih sepet. 4. Proses Pengeringan Proses pengeringan pertama akan menurunkan kadar air menjadi 30%-35%, dan akan memperpekat cairan sel. Proses ini dilakukan pada suhu sekitar 110-135C selama sekitar 30 menit. Proses pengeringan kedua akan memperbaiki bentuk gulungan daun, suhu yang dipergunakan berkisar antara 70-95C dengan waktu sekitar 60-90 menit. Produk teh hijau yang dihasilkan mempunyai kadar air 4%-6%. 5. Proses Sortir Bertujuan untuk mendapat teh hijau dengan berbagai kualitas mutu, antara lain: peko (daun pucuk), jikeng (daun bawah/tua), bubuk/kempring (remukan daun), dan tulang daun.

2.3.3

Kandungan Zat dalam Teh Hijau Beberapa zat yang terkandung di dalam teh hijau, yaitu: (Syah, 2006)

1. Fluoride Fluoride tergolong sebagai mineral yang dapat mencegah pertumbuhan karies pada gigi, mencegah radang gusi, dan gigi berlubang. 2. Mangan Kandungan mangan dapat membantu penguraian gula menjadi energi, sehingga membantu menjaga kestabilan kadar gula dalam darah. 3. Caffein

15

Kadar caffein yang terkandung dalam teh hijau berbeda dengan caffein yang terkandung dalam kopi. Pada teh hijau hanya terkandung caffein sebanyak 3%-5%. Caffein berpengaruh positif pada aktivitas mental dan dapat memperbaiki proses pencernaan makanan dalam lambung.

4. Teh hijau juga mengandung vitamin C dosis tinggi dan vitamin lainnya dalam jumlah sedikit. Kandungan vitamin dalam teh dapat dikatakan kecil karena selama proses pembuatannya, teh telah mengalami oksidasi, sehingga menghilangkan vitamin C. Demikian pula halnya dengan vitamin E yang banyak hilang selama proses pengolahan, penyimpanan, dan pembuatan minuman teh. Akan tetapi, vitamin K terdapat dalam jumlah yang cukup banyak (300-500 IU/g) sehingga bisa menyumbang kebutuhan tubuh akan zat gizi tersebut.

Komposisi senyawa teh hijau dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2 Komposisi Senyawa Teh Hijau


Senyawa Teh Hijau Catechins Flavonols Other Flavonoids Theogallin Other Depsides Ascorbic Acid Gallic Acid Quinic Acid Other Organic Acid Theanine Other Amino Acids % weight of extract solids 30-42 5-10 2-4 2-3 1 1-2 0.5 2 4-5 4-6 4-6

16

Senyawa Teh Hijau Methylxanthines Carbohydrates Minerals Volatiles

% weight of extract solids 7-9 10-15 6-8 0.02

Teh hijau juga mengandung polifenol utama dalam daun teh, yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, yaitu catechin yang mampu mengurangi risiko penyakit jantung, membunuh sel tumor, dan menghambat pertumbuhan sel kanker paru-paru, kanker usus, terutama sel kanker kulit (Brannon, 2007). Catechin juga dapat membantu kelancaran proses pencernaan makanan melalui stimulasi peristalsis dan produksi cairan pencernaan, serta memperlancar metabolisme tubuh yang dapat membantu dalam proses penurunan berat badan. Kandungan catechin pada teh hijau tergantung pada bagaimana daun diproses sebelum pengeringan (sebuah tingkat tertentu dari fermentasi dan pemanasan daun teh selama proses pembuatan yang menghasilkan polimerasi dari monopolifenolik seperti catechin). Selain itu, lokasi geografis (tanah, iklim, cara pertanian, pemupukan), jenis teh hijau (teh bungkus, teh celup, tanpa caffein), dan persiapan infusi (jumlah produk yang digunakan, waktu, temperatur) juga dapat mempengaruhi kandungan catechin pada teh hijau (Cabrera et.al, 2006). Pada daun teh hijau kering memiliki kandungan 15-30% senyawa catechins yang terdiri dari 59,04% Epigallocatechin gallate (EGCG), 19,28% Epigallocatechin (EGC), 13,69% Epicatechingallate (ECG), 6,39% Epicatechin (EC) dan 1,60% Gallocatechin (GC) (Beecher et.al, 1999). Diantara keempat komponen tersebut, EGCG merupakan komponen yang paling potensial dan

17

secara kimia memiliki aktivitas biokimia yang paling kuat. Kemampuan senyawa catechin sebagai antioksidan telah banyak dibuktikan dengan kekuatan 100 kali lebih tinggi daripada vitamin C dan 25 kali lebih efektif daripada vitamin E (Syah, 2006). EGCG merupakan cathecin yang terdapat sekitar 10%-50% pada daun teh. Kebanyakan manfaat positif dari daun teh umumnya berasal dari EGCG yang terkandung di dalamnya. Berikut adalah komposisi catechins pada teh hijau dapat dilihat pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Komposisi Catechins Teh Hijau
Catechins (+) Gallocatechins (+GC) (-) Epigallocatechins (EGC) (-) Epicatechins (EG) (-) Epigallocatechins Gallate (EGCG) (-) Epicatechins Gallate (EGC) TOTAL
Sumber: Hara, 2001

Absolut (%) 1,4 17,57 5,81 53,90 12,51 91,23

Relatif (%) 1,6 19,3 6,4 59,1 13,7 100

2.4

Pengaruh Teh Hijau (Catechin) Terhadap Penurunan Berat Badan, Lingkar Perut, dan Persentase Lemak Tubuh Meningkatkan proses metabolisme merupakan cara mengontrol berat

badan yang paling utama. Tetapi, kecepatan tubuh membakar kalori tergantung pada beberapa faktor tertentu. Beberapa orang mewarisi proses metabolisme yang cepat. Laki-laki cenderung membakar lebih banyak kalori daripada perempuan, bahkan saat beristirahat. Pada sebagian besar orang, proses metabolisme melambat secara perlahan-lahan setelah berusia 40 tahun. Walaupun tidak bisa mengontrol faktor usia, jenis kelamin, atau faktor genetik, masih ada beberapa cara untuk meningkatkan proses metabolime, salah satunya dengan

18

mengkonsumsi ekstrak teh hijau (Humas KPDE Media Indonesia, 7 Februari 2009). Rahasia utama teh hijau dapat menurunkan berat badan terletak pada tiga komponen/bahan utamanya, yaitu epigallocatechin gallate (EGCG) Caffein, dan L-theanine. EGCG yaitu antioksidan yang dapat menstimulasi metabolisme tubuh kita. Kita dapat membakar lemak hanya dengan duduk dan minum teh. Jadi, dengan minum teh dapat meningkatkan gelombang otak neurotransmitter dan metabolisme tubuh yang dapat meningkatkan energi dan menurunkan nafsu atau selera makan. EGCG dapat meningkatkan konsumsi oksigen dan oksidasi lemak yang pada akhirnya dapat membantu menurunkan berat badan (Murase dkk, 2009). Caffein adalah stimulan yang dapat membantu dalam menurunkan berat badan. Namun, caffein memiliki efek samping dalam kesehatan, yaitu dapat meningkatkan gula darah dan insulin. Teh memang mengandung caffein, tetapi kadar kandungannya relatif lebih kecil dibandingkan dengan kopi. Rahasia yang ketiga adalah L-theanine, yaitu asam amino yang bekerja untuk menghilangkan efek berbahaya pada caffein. L-theanine juga dapat mempengaruhi

neurotransmitter pada otak yang dapat mempengaruhi tingkat dopamin and serotonin yang mengirim sinyal rasa aman pada otak kita. Semakin banyak kita minum teh, semakin kuat otak kita meyakinkan bahwa kita tidak lapar. Teh tidak hanya dapat menurunkan berat badan, tetapi juga dapat mengurangi nafsu atau selera makan untuk tetap dalam kondisi diet. (Cabrera et.al, 2006) Epigallocatechin gallate (EGCG) adalah senyawa kimia yang biasa disebut catechin yang termasuk dalam senyawa polifenol. EGCG ini adalah

19

senyawa oksidan yang dapat mencegah atau merendahkan oksidasi dalam tubuh. Antioksidan ini juga dapat mencegah dari radikal bebas yang dapat menimbulkan berbagai penyakit, seperti jantung koroner, kanker, dll (Ukra and Sharyn, 2008). EGCG dapat membersihkan arteri dan vena yang dapat menyebabkan semakin bertambahnya masukan O2 dalam darah sehingga akan memberikan lebih banyak energi. Dengan ketersediaan energi akan membakar lebih banyak lemak dan menurunkan berat badan. (Ukra and Sharyn, 2008) Caffein adalah salah satu senyawa kimia yang terdapat di lebih dari 60 jenis tanaman, diantaranya, teh, coklat, kopi, dan lain-lain. Makan caffein sama dengan mengkonsumsi daun karena caffein sangat pahit. Terlalu banyak caffein dapat merugikan kesehatan tubuh. Namun, caffein tidak selalu berpengaruh buruk, karena caffein dapat juga menurunkan berat badan dengan cara membakar lemak dalam tubuh. Sebuah studi yang dikeluarkan oleh American Journal of Clinical Nutrition, 1999, bahwa dengan mengkonsumsi caffein dapat menjaga

keseimbangan energi dan meningkatkan thermogenesis dalam treatment kelebihan berat badan. Selain itu, dengan mengkonsumsi teh hijau juga dapat meningkatkan pembakaran kalori dan memacu penurunan berat badan tanpa meningkatkan detak jantung (Gilbert, 2006). Namun penggunaan caffein dalam teh hijau yang terlalu banyak maupun terlalu sedikit tidak akan memberikan pengaruh apa-apa terhadap penurunan berat badan. Standar penggunaan caffein yang dapat digunakan untuk mengurangi berat badan adalah 150 mg (Lipton Institute of Tea). L-theanine hanya terdapat pada jamur dan teh jenis Camellia sinensis. Ltheanine adalah asam amino yang berasal dari 1-2% daun teh kering. Caffein yang

20

terkandung di dalamnya hanya 0.5%. L-theanine dapat meningkatkan gelombang otak alpha, dimana terdapat 4 macam gelombang dalam otak kita, yaitu alpha, beta, delta, dan tetha. Gelombang otak alpha adalah saraf elektrik yang menghubungkan antara mental dan mood yang dominan yaitu memberikan rasa nyaman dan relax akibat konsumsi caffein yang dapat menimbulkan gelombang otak beta yang dapat menimbulkan stres dan lelah. (Ukra and Sharyn, 2008)

2.5

Penelitian Teh Hijau (Catechin) Dalam Proses Penurunan Berat Badan Penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa dengan

mengkonsumsi teh hijau akan bermanfaat dalam distribusi berat badan dan kadar lemak tubuh (Ukra and Sharyn, 2008 dan Lee, 2009). Teh hijau dapat membantu mempercepat proses metabolisme untuk mengurangi lemak tubuh yang berakibat pada menurunnya berat badan dengan bantuan polyphenol yang termasuk dalam senyawa antioksidan. Senyawa dari teh hijau yaitu kombinasi caffein dan catechin, substansi tersebut bisa mempercepat metabolisme selama 2 jam. Catechins ini akan memicu penurunan berat badan dengan cara membakar kalori dan mengurangi lemak tubuh. Studi riset membuktikan bahwa setelah minum teh hijau dua (2) kali sehari, dapat membakar 50 kalori ekstra per hari. (Paramitha, 2007) Sedangkan berdasarkan Department of Food Science and Human Nutrition of Iowa State University (ISU) di Ames Iowa, Amerika Serikat, kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan berat badan adalah 316 mg/hari. Berdasarkan Rick Hursel dan Margriet S di

21

dalam The American Journal of Clinical Nutrition , kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan berat badan adalah 270 mg/hari dan jumlah caffein yang dibutuhkan adalah 150 mg/hari. Sedangkan berdasarkan Tomonori Nagao et all dalam Journal American Society for Clinical Nutrition dan berdasarkan Monique N.Gilbert dalam Nutrition Science News, kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan berat badan adalah 690 mg/hari. Studi tersebut dalam 12 minggu/ 3 bulan menunjukkan bahwa catechin (EGCG) pada teh hijau dapat mengurangi berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh tanpa mengurangi atau mengganti pola makan dan aktivitas fisiknya. Dengan 690 mg/hari catechin selama 12 minggu, dapat mengurangi total berat badan 3 kg, mengurangi lingkar pinggang hingga 3,3 cm, serta mengurangi persentase lemak tubuh 1,5 kg (Gilbert, 2006). Dari beberapa penelitian tersebut, dosis EGCG yang lebih rendah memiliki keefektifan yang sama dengan dosis EGCG yang lebih tinggi dalam penurunan berat badan. Namun, dosis EGCG yang lebih rendah membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses penurunan berat badan tersebut.
Cathecin dengan Gallocatechin Moiety/ Residu Galloyl Meningkatkan AMPK alpha, Fosforilasi ACC, dan kinerja AMPK alpha Meningkatkan kebutuhan Oksigen

Meningkatkan oksidasi lemak dan Menghambat penimbunan lemak Menurunkan berat badan

22

Sumber: Murase dkk, 2009

Gambar 2.2 Proses Catechin Menurunkan Berat Badan 2.6 Penelitian Teh Hijau (Catechin) Dalam Meningkatkan Oksidasi Lemak dan Menghambat Penimbunan Lemak Catechin dalam teh hijau dapat mendorong berbagai tindakan biologis, termasuk anti-kanker, anti-obesitas, efek anti-diabetes, dan aplikasi klinis lainnya. Berdasarkan penelitian Murase T, dkk di dalam Journal Biochem Parmachol (2009), memperjelas adanya mekanisme molekuler dengan menguji pengaruh katekin pada AMP-protein kinase teraktivasi (AMPK) pada sel kultur tikus. Dalam Hepa 1-6, L6 dan sel 3T3-L1, epigallocatechin gallate (EGCG) menyebabkan peningkatan AMPKalpha, karboksilase asetil-KoA (ACC)

fosforilasi, dan aktivitas AMPKalpha. Analisis kekhususan molekul catechin alami mengungkapkan bahwa catechin dengan bagian gallocatechin, bertindak sebagai residu galloyl sebagai aktivator AMPK. Selain itu, fosforilasi LKB1 yang merupakan protein penekan tumor dan AMPK kinase, meningkat sebesar perlakuan katekin. EGCG sebagai penyebab fosforilasi AMPKalpha LKB1 dan ditindas oleh perlakuan katalase, menunjukkan bahwa Reactive Oxygen Species (ROS) terlibat dalam EGCG aktivasi yang diinduksi dari jalur LKB1/AMPK.

23

EGCG oral (200 mg/kg berat badan) untuk mencit BALB/c yang diinduksi peningkatan aktivitas AMPKalpha dalam hati bersamaan dengan peningkatan yang signifikan dalam AMPKalpha dan fosforilasi ACC. Penggunaan EGCG juga meningkatkan konsumsi oksigen dan oksidasi lemak, sebagaimana ditentukan oleh kalorimetri langsung. Temuan ini menunjukkan bahwa efek berganda dari catechin, termasuk anti-obesitas dan efek anti-kanker yang dimediasi setidaknya sebagian oleh aktivasi LKB1/AMPK di berbagai jaringan, dan bahwa efek ini berbeda-beda sesuai dengan struktur katekin yang digunakan. Sedangkan berdasarkan penelitian Moon HS, dkk di dalam Journal Obesity (2007), paparan EGCG selama periode awal adipogenesis (7 hari) sudah cukup untuk mencegah akumulasi lipid. Selama periode ini, EGCG dapat menurunkan protein penanda adipocyte reseptor proliferator, mengaktifkan receptor gamma2 (PPARgamma2) dan LXR-alpha. Selanjutnya, EGCG signifikan diinduksi dari generasi Reactive Oxygen Species (ROS), yang menyebabkan aktivasi AMPK, dan efek-efek ini telah dieliminasi oleh pengobatan Nacetylcysteine (NAC). EGCG juga meningkatkan fosforilasi tirosin reseptor INS dan INS-1 dengan peningkatan waktu inkubasi, menunjukkan bahwa EGCG tidak berpengaruh pada lipolisis. Penelitian Moon HS dkk juga menunjukkan bahwa EGCG dapat menurunkan viabilitas sel dan menghambat diferensiasi sel 3T3-L1 dengan cara bergantung pada lamanya pengobatan. Selain itu, menunjukkan bahwa adanya adipocyte dibedakan oleh EGCG yang diperkirakan berhubungan dengan penurunan aktivitas GPDH yang disertai dengan adanya aktivitas PPARgamma2-induced transcriptional yang kuat. Lebih lanjut lagi, adanya

24

pembedaan adipocyte oleh EGCG melibatkan generasi dari ROS dan pengaktifan AMPK.

2.7

Tubuh Sehat Ideal Postur tubuh ideal dinilai dari pengukuran antropometri untuk menilai

apakah komponen tubuh tersebut sesuai dengan standar normal atau ideal. Pengukuran antropometri yang paling sering digunakan adalah rasio antara berat badan (kg) dan tinggi badan (m) kuadrat, yang disebut Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai berikut: (PUGS, 2003; Foster, 2003; dan Azwar, 2004) BB (kg) IMT = ----------------TB x TB (m) Index Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) adalah suatu alat bantu untuk mengetahui status gizi seseorang. Index Massa Tubuh tersedia dalam kriteria Asia Pasifik dan WHO. Terdapat perbedaan kategori dalam kriteria Asia Pasifik dan WHO. Kriteria Asia Pasifik diperuntukkan untuk orang-orang yang berdomisili di daerah Asia, karena Index Massa Tubuhnya lebih kecil sekitar 2-3 kg/m2 dibanding orang Afrika, orang Eropa, orang Amerika, ataupun orang Australia. Adapun klasifikasi Indeks Massa Tubuh (IMT) berdasarkan kriteria Asia Pasific dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Klasifikasi Berat Badan Berdasarkan BMI


Kategori Kekurangan berat badan Normal Kelebihan berat badan BMI (kg/m2) < 18,5 18,5 - < 23 23 - < 25

25

Obesitas Kelas I Obesitas Kelas II

25 - < 30 30

Contoh: wanita dengan TB = 161 cm, BB = 58 kg 58 IMT = ---------------- = 22,37 (normal) 1,61 x 1,61 IMT normal pada wanita antara 18,5-23. Seorang wanita dikatakan kurus bila IMT nya < 18 dan kegemukan/ kelebihan berat badan apabila IMT nya > 23. Bila IMT > 25, orang tersebut menderita obesitas (Kriteria IMT Asia Pasific). Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko untuk berbagai penyakit kronis, seperti Diabetes Melitus, hipertensi, hiperkolesterol, dan kelainan metabolisme lain yang memerlukan pemeriksaan lanjut baik klinis atau laboratorium (Foster, 2003 dan Azwar, 2004). Pengobatan akan berdampak penting pada pemanfaatan sumber daya medis, biaya perawatan kesehatan, dan kualitas hidup pasien karena kelebihan berat badan ini dapat meningkatkan kematian dini (Foster, 2003 dan Strychar, 2006). Untuk mengetahui berat badan ideal dapat menggunakan rumus Brocca sebagai berikut (Azwar, 2004): BB ideal = (TB 100) 10% (TB 100) Batas ambang yang diperbolehkan adalah + 10%. Bila > 10% sudah kegemukan/obesitas ringan dan bila diatas 20% sudah terjadi obesitas berat. Contoh: wanita dengan TB = 161 cm, BB = 58 kg BB ideal = (161 100) 10% (161 100) = 61 6,1 = 54,9 (55 kg)

26

Jadi, BB 58 kg masih dalam batas normal karena < 10%. Sedangkan lingkar pinggang berfungsi sebagai klinis proxy untuk computed tomography dan resonansi magnetik pencitraan penilaian

intraabdominal jaringan adiposa. Batas distribusi lemak tubuh didefinisikan sebagai lingkar pinggang 35 inci (90 cm) atau lebih untuk wanita dan 40 inci (102 cm) atau lebih pada pria. Seseorang dengan lingkar pinggang di atas batas tersebut juga dapat menimbulkan faktor negatif, seperti risiko yang disebabkan oleh BMI sendiri yang sudah sangat signifikan. Pengukuran lingkar pinggang terbaik adalah di sekitar perut di tingkat krista iliaka (Foster, 2003).

2.8

Hubungan Kelebihan Berat Badan dengan Proses Penuaan Faktor yang mempengaruhi proses penuaan dikelompokkan menjadi

faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikolisasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun, dan gen. Sedangkan faktor eksternal berupa gaya hidup yang tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres, dan kemiskinan. Berbagai faktor tersebut yang menyebabkan proses penuaan, sehingga menjadi orang tua, pesakitan, dan akhirnya meninggal. Namun, proses penuaan dapat dicegah, diperlambat, atau dihambat, sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan. (Pangkahila, 2007) Kelebihan berat badan terjadi karena gaya hidup yang tidak sehat, diet tidak sehat, konsumsi berlebihan lemak, stres fisik dan emosional, dan lain-lain. Hal inilah yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya kerusakan tubuh.

27

Kerusakan tidak terbatas pada organ, melainkan juga terjadi di tingkat sel. Beban tubuh yang berlebihan akibat kelebihan berat badan, dapat membuat kerusakan sel lebih cepat. Sistem pemeliharaan dan perbaikan tubuh tidak mampu melakukan kompensasi terhadap pengaruh penggunaan dan kerusakan berlebihan, sehingga hal tersebut dapat mempercepat terjadinya proses penuaan. (Pangkahila, 2007)

2.9

Hubungan Teh Hijau (Green Tea) dengan Anti Aging Teh hijau mengandung zat aktif berupa antioksidan alami. Kandungan

antioksidan di dalam teh hijau adalah catechin. Catechin ini dapat membantu kelancaran proses pencernaan makanan melalui stimulasi peristalsis dan produksi cairan pencernaan, serta memperlancar metabolisme tubuh yang dapat membantu dalam proses penurunan berat badan. Selain dapat membantu dalam proses penurunan berat badan, teh hijau juga berperan dalam hal kecantikan, yaitu menghambat proses penuaan dengan antiokasidan yang terkandung di dalamnya (Brannon, 2007). Teh hijau yang mengandung antioksidan alami, bekerja menangkap radikal bebas yang ada dalam kulit. Molekul antioksidan berfungsi sebagai sumber hidrogen labil yang akan berikatan dengan radikal bebas. Dalam proses tersebut, antioksidan mengikat energi yang akan digunakan untuk pembentukan radikal bebas baru sehingga reaksi oksidasi berhenti. Antioksidan mengorbankan dirinya untuk teroksidasi oleh radikal bebas sehingga melindungi protein atau asam amino penyusun kolagen dan elastin. Oleh karena itu, antioksidan yang terkandung di dalam teh hijau dapat menghambat proses penuaan.

28

Catechin dalam Teh Hijau

Antioksidan

Menangkal radikal bebas

Memperlancar proses pencernaan makanan dan metabolisme tubuh

Menghambat proses penuaan

Menurunkan berat badan

Gambar 2.3 Bagan Hubungan Green Tea Dengan Anti Aging

29

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1

Kerangka Konsep Teh hijau disinyalir dapat membantu proses penurunan berat badan,

lingkar perut, dan persentase lemak tubuh. Kandungan teh hijau yang berkhasiat dalam proses penurunan berat badan adalah catechin. Catechin ini merupakan salah satu antioksidan yang dapat menstimulasi metabolisme tubuh. Catechin bekerja dengan cara menginhibisi Cahechol-O-methyltranferase (COMt) yang dapat meningkatkan konsentrasi norepinephrine. Peningkatan konsentrasi norepinephrine tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan thermogenesis dan oksidasi lemak yang pada akhirnya dapat menurunkan berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh.
Faktor Internal: Jenis Kelamin Usia Genetik Hormon Psikologis Faktor Eksternal: Makanan Cuaca/Iklim Penyakit Bahan Kimia & Obatobatan

Teh Hijau + Exercise

Berat Badan Lingkar Perut Persentase Lemak Tubuh

30

Gambar 3.1 Kerangka Konsep 3.2 1. Hipotesis Penelitian 29 menurunkan berat badan pada wanita Pemberian ekstrak teh hijau dapat kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa. 2. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan lingkar perut pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa. 3. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan persentase lemak tubuh pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa.

31

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1

Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi eksperimental klinis dengan pre-post test

control group design. Kelompok penelitian dibagi menjadi kelompok Perlakuan (P) dan kelompok Kontrol (K). Kelompok perlakuan (P) diberikan ekstrak teh hijau yang terstandarisasi mengandung catecins 30%, sedangkan kelompok kontrol (K) diberikan plasebo.

O1
Popul asi Sampel

Po

O2

O3
Rando m Alokasi

Pi

O4

Gambar 4.1. Desain Penelitian

32

O1 O2 O3 O4 Po Pi

: Pengamatan kelompok kontrol pada waktu 0 minggu (awal pengamatan) : Pengamatan kelompok kontrol setelah 8 minggu (OR + pola makan biasa + placebo) : Pengamatan kelompok perlakuan pada waktu 0 minggu (awal pengamatan) : Pengamatan kelompok perlakuan setelah 8 minggu (OR + pola makan biasa + ekstrak the hijau) : Kelompok kontrol (OR + pola makan biasa + plasebo) : Kelompok perlakuan (OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau yang mengandung Epigallocathecin gallate (EGCG) sebanyak 690 mg/hari) Tempat dan Waktu Penelitian 31 Penelitian ini dilakukan di Sanggar Senam Pekalongan pada bulan

4.2

September 2010. Alasan dipilihnya lokasi sanggar senam karena populasi di sanggar senam bersifat homogen, yaitu memiliki pola hidup terkontrol dan gemar berolahraga. Olahraga ini dilakukan 3x/minggu selama 8 minggu. Tiap pertemuan dilakukan selama 1 jam, dimana 1 jam olahraga senam dapat membakar 300 kalori.

4.3

Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah sekelompok subjek atau data dengan

karakteristik tertentu (Sastroasmoro, 2008). Populasi penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu populasi target dan populasi terjangkau. 1. 2. Populasi target dalam penelitian ini adalah wanita sehat usia 30-40 tahun. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah wanita kelebihan berat badan. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus pocock (2006). Adapun besar sampel tiap kelompok minimal adalah: n = 2 (1- 2)2 x f (.)

33

= 2 x (3,45)2 x 10,5 (70-64)2 = 6,94 + 10% = 7,63

Keterangan: = Standar deviasi kelompok kontrol 1 = Rerata/mean berat badan kelompok kontrol yang diberi placebo 2 = Rerata/mean berat badan kelompok perlakuan yang diberi teh hijau

Berdasarkan rumus di atas didapatkan sampel sebesar 7,63 wanita usia 30-40 tahun. Untuk mengantisipasi eksklusi subjek penelitian ditingkatkan menjadi 8 sampel untuk masing-masing kelompok, yaitu: Kelompok Kontrol (K) : 8 sampel

Kelompok Perlakuan (P) : 8 sampel

Subjek tersebut harus memenuhi kriteria pemilihan sebagai berikut: a. Kriteria inklusi - Wanita kelebihan berat badan dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) > 25 kg/m2. Hal tersebut dipilih karena semakin tinggi IMT-nya, akan semakin tinggi tingkat elastisitas tubuhnya.

34

- Usia dewasa 30-40 tahun. Dipilih usia 30-40 tahun karena pada umur tersebut memiliki hormon yang kurang lebih sama, sehingga pengguna ekstrak teh hijau dapat bekerja dengan seimbang. b. Kriteria eksklusi - Wanita penderita DM tipe 2, hiper/hipo thyroid & Penyakit Jantung Koroner (PJK). - Wanita hamil. 4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Identifikasi Variabel Variabel penelitian yang akan diukur adalah proses penurunan berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh pada wanita dewasa usia 30-40 tahun.

4.4.2 Klasifikasi Variabel 1. 2. Variabel bebas : ekstrak teh hijau yang mengandung EGCG 390 mg/hari

Variabel tergantung : penurunan berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh

3.

Variabel kendali

: wanita kelebihan berat badan, latihan fisik/ exercise pola makan biasa

4.4.3 Definisi Operasional Penelitian Adapun definisi operasional penelitian adalah sebagai berikut:

35

1.

Ekstrak teh hijau adalah ekstrak yang terbuat dari teh hijau yang mengandung Epigallocathecin gallate (EGCG) 30%, dalam sediaan serbuk yang dikemas dalam bentuk kapsul. Ekstrak dibuat di Lab Pusat Pengembangan Tanaman Herbal, Fakultas Teknik Kimia, Universitas Diponegoro Semarang.

2.

Berat badan, diukur dengan timbangan berat badan standar yang ditera dengan ketepatan 10-2 kg. Sedangkan tinggi badan diukur dengan stapedometer dengan ketepatan 10-1 cm.

3.

Lingkar perut diukur setinggi pusat, bidang horisontal. Untuk mengetahui lingkar perut, diukur dengan meteran flexibel dengan ketepatan 10-1 cm.

4.

Persentase lemak tubuh, ditentukan dengan pengukuran ketebalan lemak subkutan (skinfold), menggunakan jangka skinfold dengan ketepatan 10-1 cm.

5.

Pola makan biasa adalah pola makan yang tidak diatur dan sesuai dengan pola makan sehari-hari.

4.5

Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. 2. 3.

Stapedometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan. Alat timbang Tanita model TBF 100 untuk mengukur berat badan. Pengukuran menggunakan rumus Body Mass Index (BMI) atau IMT untuk mengetahui persentase lemak tubuh.

4.

Alat ukur sentimeter untuk mengukur lingkar pinggang. Lingkar pinggang diukur ketika subjek berdiri, yang diukur setinggi pusat, bidang horisontal.

36

5.

Persentase lemak tubuh diukur dengan rumus triceps supra iliaca. Rumus untuk mengukur persentasi lemak tubuh untuk wanita (Lean et.al, 1996).

Body Fat = 0.439 . waist (cm) + 0.221 . age (y) 9,4

Bahan yang digunakan adalah ekstrak teh hijau yang mengandung 30% Cathecins untuk kelompok perlakuan (P), serta placebo untuk kelompok kontrol (K). 4.6 Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan pada wanita kelebihan berat badan, usia 30-40 tahun yang dibagi dalam dua kelompok penelitian (Gambar 4.2).

Wanita Overweight (IMT 23-25 kg/m2), exercise, pola makan biasa

Kelompok Perlakuan

Kelompok Kontrol

Pre Test (pengukuran awal 0 bulan) Berat Badan Lingkar Perut Persentase Lemak Tubuh
Teh Hijau

Pre Test (pengukuran awal 0 bulan) Berat Badan Lingkar Perut Persentase Lemak Tubuh
Placebo

Post Test (pengukuran setelah 8 minggu) Berat Badan Lingkar Perut Persentase Lemak Tubuh

Post Test (pengukuran setelah 8 minggu) Berat Badan Lingkar Perut Persentase Lemak Tubuh

37

Gambar 4.2. Alur Penelitian Pada kelompok pertama merupakan kelompok perlakuan (P) diberi ekstrak teh hijau yang mengandung catechins 30% dalam bentuk kapsul 3x/hari (pagi, siang, dan malam), pola makan biasa, dan melakukan exercise. Sedangkan pada kelompok kedua merupakan kelompok kontrol (K) diberi placebo yang diberikan 3x/hari (pagi, siang, dan malam), pola makan biasa, dan melakukan exercise. Pada kedua kelompok ini dilakukan dalam 3 (tiga) tahapan waktu, yaitu 0 minggu (pertama kali pengukuran berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh), 4 minggu, dan 8 minggu. Penelitian ini akan membuktikan tingkat keefektifan ekstrak teh hijau yang mengandung catechins dalam proses penurunan berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh pada wanita kelebihan berat badan.

4.7

Analisis Data Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut (Dahlan, 2008):

1. Analisis deskriptif Analisis deskriptif dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis) untuk mengetahui karakteristik data yang dimiliki. Analisis deskriptif dilakukan dengan program SPSS. Pemilihan penyajian data dan uji hipotesis tergantung dari normal tidaknya distribusi data. 2. Uji normalitas data

38

Uji normalitas data dilakukan dengan dua cara yaitu: (1) Menilai distribusi data secara deskriptif dengan uji T-Paired (menghitungkoefisien varians, rasio skewness, rasio kurtosis, dan melihat histogram, Q-Q plot, detrended normal Q-Q, serta melihat boxplot dari data-data yang sudah di entry di program SPSS; (2) Menilai distribusi data secara analitis degan uji ShapiroWilk. 3. Uji homogenitas Setelah dilakukan uji normalitas data, kemudian dilakukan uji homogenitas menggunakan uji Levenes test. 4. Uji komparabilitas Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata umur, tinggi badan, lemak tubuh, dan lingkar perut antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari. Uji komparabilitas ini menggunakan uji t-independent test dengan menggunakan program SPSS. 5. Uji efek perlakuan Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan selisih antara sebelum dengan sesudah perlakuan (penurunan berat badan) antar kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari. Uji efek perlakuan ini menggunakan uji t-independent test dengan menggunakan program SPSS.

39

BAB V HASIL PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 16 orang sebagai sampel, 8 orang diantaranya sebagai kelompok kontrol (OR + pola makan biasa + plasebo) dan 8 orang sebagai kelompok perlakuan (OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari). Dalam pembahasan ini akan diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.

5.1

Uji Normalitas Data Data berat badan, persentase lemak tubuh, dan lingkar perut diuji

normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.1.

40

Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Berat Badan, Persentase Lemak Tubuh, dan Lingkar Perut Sebelum dan Sesudah Perlakuan Kelompok Subjek Berat badan Pre plasebo BB Pre perlakuan Persentase lemak tubuh pre plasebo Persentase Lemak Tubuh pre perlakuan Lingkar Perut Pre plasebo Lingkar Perut Pre perlakuan Berat badan post plasebo Berat Badan post perlakuan Persentase Lemak Tubuh post plasebo Persentase Lemak post perlakuan lingkar Perut post plasebo Lingkar Perut post perlakuan n 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 P 0,556 0,462 0,076 0,545 0,137 0,677 0,539 0,858 0,051 0,321 0,792 0,297 Keterangan Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal

5.2

Uji Homogenitas

39 Data berat badan pre, lemak tubuh pre, lingkar perut pre, berat badan

post, lemak tubuh post, dan lingkar perut post antara plasebo dengan kelompok ekstrak teh hijau diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenes test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Uji Homogenitas Data Berat Badan, Persentase Lemak Tubuh, dan Lingkar Perut antar Kelompok Kelompok Subjek Berat badan pre Persentase Lemak Tubuh pre Lingkar Perut pre Berat badan post Persentase Lemak Tubuh post Lingkar Perut post F 0,015 1,271 0,804 4,706 0,100 1,081 P 0,904 0,278 0,385 0,068 0,757 0,316 Keterangan Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen Homogen

5.3 5.3.1

Uji Komparabilitas Berat Badan Sebelum Perlakuan

41

Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata berat badan antar kelompok sebelum diberikan perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent test disajikan pada Tabel 5.3 berikut. Tabel 5.3 Rerata Berat Badan antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan Rerata Berat Badan Kelompok Subjek N SB T P (kg) Plasebo Ekstrak teh hijau 8 8 65,80 66,38 5,01 -0,250 4,15 0,806

Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata berat badan kelompok kontrol adalah 65,805,01 kg, rerata kelompok perlakuan adalah 66,384,15 kg. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan bahwa nilai t = -0,250 dan nilai p = 0,806. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata berat badannya tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

5.3.2

Lemak Tubuh Sebelum Perlakuan Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata lemak tubuh

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent test disajikan pada Tabel 5.4 berikut.

Tabel 5.4 Rerata Lemak Tubuh antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

42

Kelompok Subjek Plasebo Ekstrak teh hijau

N 8 8

Rerata Lemak Tubuh (%) 34,16 34,43

SB 0,45

-0,690 0,98

0,502

Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata lemak tubuh kelompok kontrol adalah 34,160,45, rerata kelompok perlakuan adalah 34,430,98. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan bahwa nilai t = -0,690 dan nilai p = 0,502. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata lemak tubuhnya tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

5.3.3

Lingkar Perut Sebelum Perlakuan Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata lingkar perut

antar kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa OR + pola makan seimbang + ekstrak teh hijau 690 mg/hari. Hasil analisis kemaknaan dengan uji tindependent test disajikan pada Tabel 5.5 berikut.

Tabel 5.5 Rerata Lingkar Perut antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek N Rerata Lingkar Perut (cm) SB T P

43

8 Plasebo Ekstrak teh hijau 8 88,06 88,63 3,75 -0,233 5,69 0,819

Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa rerata lingkar perut kelompok kontrol adalah 88,063,75 cm, rerata kelompok perlakuan adalah 88,635,69 cm. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan bahwa nilai t = -0,233 dan nilai p = 0,819. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata lingkar perutnya tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).

5.4 5.4.1

Analisis Efek Perlakuan Analisis Efek Perlakuan Terhadap Berat Badan Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan berat badan sesudah perlakuan

antar kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent disajikan pada Tabel 5.6 berikut.

Tabel 5.6 Rerata Berat Badan Sesudah Perlakuan antar Kelompok Rerata Berat Badan Kelompok Subjek n SB t (kg) Plasebo 8 64,91 2,88 2,69 Ekstrak teh hijau 8 62,08 0,80

0,018

44

Tabel 5.6 di atas, menunjukkan bahwa rerata penurunan berat badan kelompok kontrol adalah 64,912,88 kg, rerata kelompok perlakuan adalah 62,080,80 kg. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan bahwa nilai t = 2,69 dan nilai p = 0,018. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan, rerata berat badannya berbeda secara bermakna (p<0,05).

Gambar 5.1 Grafik Berat Badan Sebelum dan Sesudah Perlakuan antar kelompok

5.4.2

Analisis Efek Perlakuan Terhadap Lemak Tubuh

45

Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan lemak tubuh sesudah diberikan perlakuan antar kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent test disajikan pada Tabel 5.7 berikut.

Tabel 5.7 Rerata Penurunan Lemak Tubuh antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan Rerata Lemak Tubuh Kelompok Subjek n SB T P (%) 8 Plasebo Ekstrak teh hijau 8 33,96 0,52 3,61 32,43 0,79 0,005

Tabel 5.7 di atas, menunjukkan bahwa rerata penurunan lemak tubuh kelompok kontrol adalah 33,960,52, rerata kelompok perlakuan adalah 32,430,79. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan bahwa nilai t = 3,61 dan nilai p = 0,005. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan, rerata lemak tubuhnya berbeda secara bermakna (p<0,05).

46

Gambar 5.2 Grafik Lemak Tubuh Sebelum dan Sesudah Perlakuan antar Kelompok

5.4.3

Analisis Efek Perlakuan Terhadap Lingkar Perut Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan lingkar perut sesudah diberikan

perlakuan antar kelompok. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-independent test disajikan pada Tabel 5.8 berikut.

Tabel 5.8 Rerata Penurunan Lingkar Perut antar Kelompok Sesudah Diberikan Perlakuan Rerata Lingkar Perut Kelompok Subjek n SB t P (cm) Plasebo ekstrak teh hijau 8 8 87,94 83,09 2,69 2,99 3,72 0,010

47

Tabel 5.8 di atas, menunjukkan bahwa rerata penurunan lingkar perut kelompok kontrol adalah 87,942,69 cm, rerata kelompok perlakuan adalah 83,093,72 cm. Analisis kemaknaan dengan uji t-independent test menunjukkan bahwa nilai t = 2,99 dan nilai p = 0,010. Hal ini berarti bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan, rerata lingkar perutnya berbeda secara bermakna (p<0,05).

Gambar 5.3 Grafik Lingkar Perut Sebelum dan Sesudah Perlakuan antar Kelompok

BAB VI PEMBAHASAN

6.1

Subjek Penelitian

48

Untuk menguji pemberian OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari terhadap penurunan berat badan, lemak tubuh, dan lingkar perut, maka dilakukan penelitian pada wanita kelebihan berat badan. Sebagai sampel digunakan wanita usia 30-40 tahun, tidak mempunyai riwayat menderita DM tipe 2, hiper/hipo thyroid, dan Penyakit Jantung Koroner (PJK), tidak dalam keadaan hamil. Sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini berjumlah 16 orang, dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol (OR + pola makan biasa + plasebo) dan kelompok perlakuan (OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari 4 mg). Penelitian dilakukan selama 8 minggu.

6.2

Pengaruh Ekstrak Teh Hijau Terhadap Penurunan Berat badan, Persentase Lemak Tubuh, dan Lingkar Perut Sebelum dilakukan uji inferensial terhadap data berat badan sebelum

perlakuan, persentase lemak tubuh sebelum perlakuan, lingkar perut sebelum perlakuan, berat badan sesudah perlakuan, persentase lemak tubuh sesudah perlakuan, dan lingkar perut sesudah perlakuan antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan, terlebih dahulu data diuji normalitasnya dengan uji Shapiro Wilk dan homogenitas antar kelompok dengan uji Levene test. Berdasarkan hasil analisis yang disajikan pada Tabel 5.1 (uji normalitas data) dan Tabel 5.2 (uji homogenitas antar kelompok), data berdistribusi normal dan homogen (p > 0,05). 47 Analisis komparabilitas sebelum diberikan perlakuan (pre test) dengan OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari antara kedua kelompok pada variabel berat badan, persentase lemak tubuh, dan lingkar perut digunakan

49

uji t-independent. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rerata berat badan kelompok kontrol adalah 65,805,01 kg, rerata kelompok perlakuan adalah 66,384,15 kg. Dengan uji t-independent test didapatkan bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata berat badannya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05). Demikian juga pada persentase lemak tubuh, didapatkan bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata persentase lemak tubuhnya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05), dengan rerata persentase lemak tubuh kelompok kontrol adalah 34,160,45, rerata kelompok perlakuan adalah 34,430,98. Pada variabel lingkar perut juga didapatkan bahwa kedua kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata lingkar perutnya tidak berbeda secara bermakna (p > 0,05), dengan rerata lingkar perut kelompok kontrol adalah 88,063,75 cm, rerata kelompok perlakuan adalah 88,635,69 cm. Hal ini menunjukkan bahwa baik pada variabel berat badan, persentase lemak tubuh, maupun lingkar perut sebelum diberikan perlakuan adalah sama. Analisis efek perlakuan sesudah diberikan perlakuan (post test) dengan OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari antara kedua kelompok pada variabel berat badan, persentase lemak tubuh, dan lingkar perut digunakan uji t-independent. Dalam analisis ini dibandingkan penurunan pada masingmasing nilai variabel, yaitu penurunan berat badan, penurunan persentase lemak tubuh, dan penurunan lingkar perut. Analisis penurunan dilakukan dengan menentukan selisih antara nilai sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan selama 8 minggu. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa rerata berat badan sesudah perlakuan kelompok kontrol adalah 64,912,88 kg, rerata kelompok

50

perlakuan adalah 62,080,80 kg. Dengan uji t-independent test didapatkan bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari, rerata berat badannya menurun secara bermakna (p < 0,05). Demikian juga pada persentase lemak tubuh, didapatkan bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari, rerata persentase lemak tubuhnya berbeda secara bermakna (p < 0,05), dengan rerata persentase lemak tubuh kelompok kontrol adalah 33,960,52, rerata kelompok perlakuan adalah 32,430,79. Demikian juga pada variabel lingkar perut didapatkan bahwa kedua kelompok sesudah diberikan perlakuan berupa OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau 690 mg/hari, rerata lingkar perutnya berbeda secara bermakna (p < 0,05), dengan rerata lingkar perut kelompok kontrol adalah 87,942,69 cm, rerata kelompok perlakuan adalah 83,093,72 cm. Hal ini menunjukkan bahwa baik pada variabel berat badan, persentase lemak tubuh, maupun pada lingkar perut sesudah diberikan perlakuan terjadi penurunan yang bermakna. Hal ini didukung oleh hasil penelitiannya Nagao et.al (2005) yang menyatakan bahwa teh hijau memiliki peranan yang dapat membantu menurunkan berat badan. Bahkan di Cina teh telah dipakai sebagai minuman sehari-hari sejak ribuan tahun yang lalu, dan sekarang teh merupakan minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi manusia setelah air (Weisburger, 1999). Hal itu disebabkan karena Teh hijau memiliki kandungan polifenol yang cukup besar, yaitu catechin. Kandungan catechin pada Teh hijau adalah 30-42% dari ekstrak padat Teh hijau, konsentrasinya tergantung pada cara pengolahan daun teh, letak geografis, cara pengambilan ekstrak, dan jenis daun

51

teh (Cabrera et.al, 2006). Sedangkan daun teh hijau kering memiliki kandungan 15-30% senyawa catechins yang terdiri dari 59,04% Epigallocatechin gallate (EGCG), 19,28% Epigallocatechin (EGC), 13,69% Epicatechingallate (ECG), 6,39% Epicatechin (EC), dan 1,60% Gallocatechin (GC) (Cabrera et.al, 2006). EGCG merupakan catechin utama yang terkandung pada teh hijau dan merupakan bentuk yang paling aktif diantara semua jenis catechin, serta memiliki efek biologi yang paling besar dibandingkan dengan catechin yang lain. Teh hijau dapat menurunkan berat badan karena ada tiga komponen atau bahan utamanya yang menjadi peran utama, yaitu Epigallocatechin gallate (EGCG), Caffeine, dan L-theanine (Beecher et.al, 1999). Telah diketahui juga bahwa EGCG merupakan antioksidan yang dapat menstimulasi metabolism lemak tubuh (Ukra and Sharyn, 2008). EGCG ini akan memicu penurunan berat badan dengan cara meningkatkan oksidasi lemak tubuh (Nagao et.al, 2005). Caffein yang ada dalam teh hijau merupakan stimulan yang dapat membantu dalam menurunkan berat badan. Perlu juga diketahui bahwa dosis caffein harus tepat, hal ini sesuai dengan pernyataan Lee and Nagao (2009) bahwa penggunaan caffein dalam teh hijau yang terlalu banyak (300 mg/hr) maupun terlalu sedikit tidak akan memberikan pengaruh apaapa terhadap penurunan berat badan (Lee and Nagao, 2009). Pengaruh catechin diduga akan lebih jelas bila asupan caffein rendah sampai sedang (Maron et.al 2003, Kovacs et.al 2004, Diepvens et.al 2005). Selain caffein, terdapat juga Ltheanine yang merupakan asam amino yang bekerja untuk menghilangkan efek berbahaya pada caffein (Lee and Nagao, 2009).

52

Catechin (EGCG) dari teh hijau ini, pada beberapa penelitian diketahui memiliki efek dapat menurunkan berat badan dan kadar lemak tubuh setelah dikonsumsi dalam jangka panjang sekitar 12 minggu (waktu 12 minggu dilakukan agar dapat diketahui secara pasti penurunan berat badan yang terjadi) mengkonsumsi teh hijau yang mengandung 400-900 mg catechin, baik dalam bentuk ekstrak teh hijau maupun dalam bentuk teh hijau celup (Hase et.al 2001, Tsuchida 2001, Nagao et.al 2001, Chantre et.al 2002, Kataoka et.al 2004, Nagao et.al 2005, Kajimoto et.al 2005). Selain menurunkan berat badan, teh hijau juga diyakini dapat memperkecil lingkar perut dan mengurangi persentase lemak dalam tubuh.

6.3

Beberapa Penelitian Tentang Teh hijau Dalam Proses Penurunan Berat Badan Penelitian pada hewan dan manusia menunjukkan bahwa dengan

mengkonsumsi teh hijau akan bermanfaat dalam distribusi berat badan dan persentase lemak tubuh (Ukra and Sharyn, 2008 dan Lee, 2009). Teh hijau dapat membantu mempercepat proses metabolisme untuk mengurangi lemak tubuh yang berakibat pada menurunnya berat badan dengan bantuan polyphenol yang termasuk dalam senyawa antioksidan. Senyawa dari teh hijau yaitu kombinasi caffein dan catechin, substansi tersebut bisa mempercepat metabolisme selama 2 jam. Catechins ini akan memicu penurunan berat badan dengan cara membakar kalori dan mengurangi lemak tubuh. Studi riset membuktikan bahwa setelah minum teh hijau dua (2) kali sehari, dapat membakar 50 kalori ekstra per hari.

53

(Paramitha, 2007). Sedangkan berdasarkan Department of Food Science and Human Nutrition of Iowa State University (ISU) di Ames Iowa, Amerika Serikat, kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan berat badan adalah 316 mg/hari. Berdasarkan Rick Hursel dan Margriet S di dalam The American Journal of Clinical Nutrition , kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan berat badan adalah 270 mg/hari dan jumlah caffein yang dibutuhkan adalah 150 mg/hari. Sedangkan berdasarkan Tomonori Nagao et all dalam Journal American Society for Clinical Nutrition dan berdasarkan Monique N.Gilbert dalam Nutrition Science News, kandungan EGCG yang dibutuhkan untuk membantu dalam proses penurunan berat badan adalah 690 mg/hari. Studi tersebut dalam 12 minggu/3 bulan menunjukkan bahwa catechin (EGCG) pada teh hijau dapat mengurangi berat badan, lingkar perut, dan persentase lemak tubuh tanpa mengurangi atau mengganti pola makan dan aktivitas fisiknya. Dengan 690 mg/hari catechin selama 12 minggu, dapat mengurangi total berat badan 3 kg, mengurangi lingkar perut hingga 3,3 cm, serta mengurangi persentase lemak tubuh 1,5 kg (Gilbert, 2006). Dari beberapa penelitian tersebut, dosis EGCG yang lebih rendah memiliki keefektifan yang sama dengan dosis EGCG yang lebih tinggi dalam penurunan berat badan. Namun, dosis EGCG yang lebih rendah membutuhkan waktu yang lebih lama dalam proses penurunan berat badan tersebut.

6.4

Peranan Ekstrak Teh Hijau dalam Anti Aging Medicine

54

Teh hijau mengandung zat aktif berupa antioksidan alami. Kandungan antioksidan di dalam teh hijau adalah catechin. Catechin ini dapat membantu kelancaran proses pencernaan makanan melalui stimulasi peristalsis dan produksi cairan pencernaan, serta memperlancar metabolisme tubuh yang dapat membantu dalam proses penurunan berat badan. Selain dapat membantu dalam proses penurunan berat badan, teh hijau juga berperan dalam hal kecantikan, yaitu menghambat proses penuaan dengan antiokasidan yang terkandung di dalamnya (Brannon, 2007). Teh hijau yang mengandung antioksidan alami, bekerja menangkap radikal bebas yang ada dalam kulit. Molekul antioksidan berfungsi sebagai sumber hidrogen labil yang akan berikatan dengan radikal bebas. Dalam proses tersebut, antioksidan mengikat energi yang akan digunakan untuk pembentukan radikal bebas baru sehingga reaksi oksidasi berhenti. Antioksidan mengorbankan dirinya untuk teroksidasi oleh radikal bebas sehingga melindungi protein atau asam amino penyusun kolagen dan elastin. Oleh karena itu, antioksidan yang terkandung di dalam teh hijau dapat menghambat proses penuaan.

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

55

7.1

Simpulan Berdasarkan hasil penelitian pemberian OR + pola makan biasa + ekstrak

teh hijau 690 mg/hari pada wanita overweight didapatkan simpulan sebagai berikut: 1. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan berat badan pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa sebesar 6,48%. 2. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan lingkar perut pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa sebesar 5,80%. 3. Pemberian ekstrak teh hijau dapat menurunkan persentase lemak tubuh pada wanita kelebihan berat badan yang melakukan latihan fisik/ exercise dengan pola makan biasa sebesar 6,25%.

7.2

Saran Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:

1.

Disarankan untuk mengkonsumsi ekstrak teh hijau 690 mg/hari, karena kombinasi OR + pola makan biasa + ekstrak teh hijau dapat menurunkan berat badan dan persentase lemak tubuh.

7.3

Kelemahan Penelitian 54 adalah pola makan biasa/ pola makan Kelemahan dalam penelitian ini

tidak teratur. Hal ini dilakukan oleh peneliti dengan pertimbangan agar penurunan

56

berat badan yang terjadi murni disebabkan karena ekstrak green tea dan latihan fisik/ exercise.

DAFTAR PUSTAKA

57

Almajwal A, Williams P, and Batterham M. 2009. Current Dietetic Practices of Obesity Management in Saudi Arabia and Comparison with Australian Practices and Best Practice Criteria. Journal Compilation, Dietitians Association of Australia, Vol.66, p.94-100. Azwar. 2004. Tubuh Sehat Ideal dari Segi Kesehatan. In: Seminar Kesehatan Obesitas. Jakarta: Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Departemen Kesehatan RI. Beecher GR, Warden AB, and Merken HM. 1999. Analysis of Tea Polyphenols. Journal of P.S.E.B.M, p.220. Brannon. 2007. Green Tea: New Benefit from an Old Favorite?. Nutrition Dimension Inc, p.1-6. Cabrera, Artacho R, and Gimenez R. 2006. Beneficial Effects of Green Tea A Review. Journal of the American College of Nutrition, Vol.25, No.2, p.7999. Dahlan, Sopiyudin. 2008. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan (Deskripsi, Bivariat, dan Multivariat, dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS). Jakarta: Salemba Medika. Dullo. 2004. Green Tea: Beneficial Effects. Journal of The American College of Nutrition, Vol.25, No.2, p.89. Foster. 2003. Principles and Practices in the Management of Obesity. ATS Journals, Vol.168, p.274-280. Gilbert. 2006. Nutrition Science News: Supplements for Weight Loss. The Natural Foods Merchandiser, p. 42-44. Goldberg. 1994. Functional Food, Designer Food, Neutraceuticals. New York: Chapman and Hall. Pharma Food,

Hardani. 2002. Pola Makan Sehat. In: Mengawal Kesehatan Keluarga Melalui Pemilihan dan Pengolahan Pangan yang Tepat. Seminar Online Kharisma ke-2: Kharisma Women and Edication. Humas KPDE. Media Indonesia, 7 Februari 2009. Irawan. 2007. Metabolisme Energi Tubuh dan Olahraga. Journal Sports Science Brief, Vol.01, No.07, p.1-9. 56

58

Lean, Thang S. Han, and Paul Deurenberg. 1996. Predicting Body Composition by Densitometry from Simple Anthropometric Measurements. Journal American Society for Clinical Nutrition, Vol.63, p.4. Lee. 2009 Green Tea. Journal of Lipton Institute of Tea, p.2-3. Manore, M. and Thompson, J. 2000. Sport Nutrition for Health and Performance . Chaimpaign, IL: Human Kinetics. Marie, Pierre st, and Onge. 2005. Dietary Fats, Teas, Dairy, and Nuts: Potential Functional Foods for Weight Control?. Journal American Society for Clinical Nutrition, Vol.81, p.7-15. Mc Ardle WD, Katch Fl, and Katch VL. 1996. Exercise Physiology: Energy, Nutrition, and Human Performance. 4th Ed. Baltimore: Williamsand Wilkins. McKay and Jeffrey BB. 2002. The Role of Tea in Human Health: An Update. Journal of the Am College of Nutrition, Vol.21, No.1, p.1-13. Murase T, Misawa K, Haramizu S, and Hase T. 2009. Catechin - Induced Activation of The LKB1/AMP - Activated Protein Kinase Pathway. Biological Science Laboratories. Epub 2009 Mar 31. Journal Biochem Parmachol, Juli 1, Vol.78, No.1, p.78-84. Nagao. 2009. Green Tea Catechins and Body Shape. Journal of Lipton Institute of Tea, p.1-2. Nagao, Yumiko Komine, and Satoko Soga. 2005. Ingestion of a Tea Rich in Catechins Leads to a Reduction in Body Fat and Malondialdehyde-modified LDL in Men. The Am Journal of Clinic Nutrition, Vol.81, p.122-129. Pambudi, J. 2009. Potensi Teh sebagai Sumber Zat Gizi dan Peranannya dalam Kesehatan. Jakarta: Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. Pangkahila. 2007. Anti-Aging Medicine: Memperlambat Penuaan Meningkatkan Kualitas Hidup. Jakarta: Kompas. Sastroasmoro S. 2008. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. 3th ed. Jakarta: Anggota IKAPI. Syah. Taklukkan Penyakit dengan Teh Hijau. Jakarta: AgroMedia Pustaka 2006. Strychar. 2006. Review: Diet in the Management of Weight Loss. CMA Journal, Vol.174, No.1. p.56-63.

59

Paramitha. 2007. Teh Hijau dan Manfaatnya. Available at: www.myfit.com. Accessed: Senin, 1 Juni 2009. Pestacello, L.S., Van Heest, J.L. 2000. Physical Activity Mediates a Healthier Body Weight in the Present of Obesity. Br. J. Sport Med, Vol.34, p.86-93. Triarsary. 2010. Sejuta Manfaat Sehat Teh www.kompas.com. Accessed: 14 Juni 2010. Hijau. Available at:

Ukra and Sharyn K. 2008. The Ultimate Tea Diet. Harper Collins e-books (www.gigapedia.com). No.1, p.6. Venables, Carl JH, Hannah RC, and Asker EJ. 2008. Green Tea Extract Ingestion, Fat Oxidation, and Glucose Tolerance in Healthy Humans. Am Journal of Clinic Nutrition, Vol.87, p.778-784. Weisburger JH. 1999. Second International Scientific Symposium on Tea and Human Health: an Introduction. Proc. Soc. Exp. Biol. Med. Wilson, George AB, Christine L, and Goldmann D. 2008. In the Clinic Obesity. Annals of IntMedicine Am College of Physicians, Vol.4, p.6-9.

Lampiran 1 Uji Normalitas Data Berat Badan, Lemak Tubuh, dan Lingkar Perut

60

Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Kelompok Berat Badan Pre Palcebo Ekstrak Teh Hijau Lemak Tubuh Pre Palcebo Ekstrak Teh Hijau Lingkar Perut Pre Palcebo Ekstrak Teh Hijau Berat badan Post Palcebo Ekstrak Teh Hijau Lemak Tubuh Post Palcebo Ekstrak Teh Hijau Lingkar Perut Post Palcebo Ekstrak Teh Hijau a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. Statistic .210 .183 .266 .238 .262 .126 .254 .182 .344 .189 .210 .236 df 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 Sig. .200
*

Shapiro-Wilk Statistic .934 .924 .841 .933 .866 .947 .933 .965 .824 .905 .958 .901 df 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 Sig. .556 .462 .076 .545 .137 .677 .539 .858 .051 .321 .792 .297

.200* .101 .200* .112 .200* .137 .200* .006 .200* .200* .200*

Lampiran 2 Uji Beda Berat Badan pre, Lemak Tubuh pre, Lingkar Perut pre, Selisih Berat Badan, Selisih Lemak Tubuh, dan Selisih Lingkar Perut

59

61

Group Statistics Kelompok Berat Badan Pre Lemak Tubuh Pre Lingkar Perut Pre Berat badan Post Palcebo Ekstrak Teh Hijau Palcebo Ekstrak Teh Hijau Palcebo Ekstrak Teh Hijau Palcebo Ekstrak Teh Hijau Lemak Tubuh Post Palcebo Ekstrak Teh Hijau Lingkar Perut Post Palcebo Ekstrak Teh Hijau N 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 Mean 65.8000 66.3750 34.1625 34.4250 88.0625 88.6250 64.9125 62.0750 33.9625 32.4250 87.9375 83.0875 Std. Deviation 5.01398 4.15271 .44701 .97943 3.74583 5.69304 2.87573 .79955 .51530 .79057 2.69175 3.71539 Std. Error Mean 1.77271 1.46820 .15804 .34628 1.32435 2.01279 1.01672 .28268 .18219 .27951 .95168 1.31359

60

62

Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances

t-test for Equality of Means Sig. Std. 95% Confidence (2Mean Error Interval of the Difference tailed Differen Differe ) ce nce Lower Upper

F Berat Equal variances Badan assumed Pre Equal variances not assumed Lema k Tubu h Pre Lingk ar Perut Pre Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed

Sig.

df

.015 .904 -.250

14 .806 -.57500 2.3017 -5.511 4.3618

-.250 13.531 .806 -.57500 2.3017 -5.527 4.3779 1.271 .278 -.690 14 .502 -.26250 .38064 -1.078 .55390

-.690 9.795 .506 -.26250 .38064 -1.113 .58804 .804 .385 -.233 14 .819 -.56250 2.4094 -5.730 4.6051

-.233 12.104 .819 -.56250 2.4094 -5.807 4.6821 4.706 .068 2.689 14 .018 2.83750 1.0552 .5741 5.1008 .4079 5.2670 .8219 2.2530 .8108 1.370 1.338 2.264 8.329 8.361

Berat Equal variances badan assumed Post Equal variances not assumed Lema k Tubu h Post Lingk ar Perut Post Equal variances assumed Equal variances not assumed Equal variances assumed Equal variances not assumed

2.689 8.076 .027 2.83750 1.0552 .100 .757 3.608 14 .005 1.53750 .33364

3.608 12.039 .006 1.53750 .33364 1.081 .316 2.990 14 .010 4.85000 1.6221

2.990 12.761 .011 4.85000 1.6221

Lampiran 3

62

63

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT) Program Pendidikan Pascasarjana Universitas Udayana Progam Studi Ilmu Biomedik Kekhususan Ilmu Anti Aging Medicine

SURAT PERSETUJUAN UJI KLINIK Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama Umur : :

Setelah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari dan risiko penelitian tersebut di bawah ini yang berjudul : PEMBERIAN EKSTRAK TEH HIJAU MENURUNKAN BERAT BADAN, LINGKAR PERUT, DAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA WANITA KELEBIHAN BERAT BADAN Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam uji klinik diatas dengan catatan bila sewaktuwaktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini serta berhak mengundurkan diri. Pekalongan, ..2010

Mengetahui: Penanggungjawab Penelitian

Yang menyetujui : Peserta uji klinik

(dr. Feny Adriani) Lampiran 4

()

63

64

Вам также может понравиться