Вы находитесь на странице: 1из 37

Asthma Bronchiale

M. Luthfi

Asma Bronkhiale

masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia 10% dari seluruh populasi di dunia Jika tidak terkontrol menghambat aktifitas dan dapat menimbulkan kematian

DEFINISI

Istilah asma pertama kali digunakan oleh Hipprocrates suatu episode napas pendek Agricola (1556 ) : asma : episode sesak napas yang berhubungan dengan kelainan bronchus Henry Hyde Salter (1860 ) : penyempitan saluran napas yang berhubungan dengan kontraksi otot polos

DEFINISI
Asma : suatu gangguan inflamasi kronis saluran pernafasan dimana terdapat banyak sel dan komponen seluler yang berperan Proses inflamasi kronis ini dihubungkan dengan hipereaktifitas saluran pernafasan episode wheezing yang berulang, sesak nafas, perasaan tertekan pada dada, dan batuk yang biasanya terjadi pada malam dan atau pada pagi hari

PREVALENSI, MORBIDITAS DAN MORTALITAS

Mengenai 300 juta orang Prevalensi : 1%-18% dari seluruh populasi Diperkirakan 250.000 kasus kematian karena asma di seluruh dunia

Di Asia tenggara prevalensi cukup besar, angka yang terendah terdapat di Indonesia dan Vietnam dan yang tertinggi di Thailand, Filipina dan Singapura

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPERAN

DALAM TERJADINYA ASMA

Faktor yang mempengaruhi resiko terjadinya asma : - Faktor pejamu (host) - Faktor lingkungan (faktor pencetus).

Faktor pejamu
Terdiri dari : Genetik Obesitas Jenis kelamin Faktor lingkungan

Alergen Infeksi saluran pernafasan terutama virus Sensitisasi dari pekerjaan Rokok Polusi udara Diet

Peradangan Saluran Napas pada Asma

Terjadi terus menerus walaupun gejala asma terjadi episodik Tidak ada hubungan yang jelas antara intensitas inflamasi dengan beratnya gejala asma

Inflammatory and Bronchoconstriction Events of the Early Phase of an Acute Asthmatic Response to Allergen Exposure

Eksaserbasi Akut Dapat disebabkan paparan terhadap faktor resiko seperti kegiatan fisik, polusi udara, udara dingin
Asma Nokturnal Serangan asma pada malam hari mekanismenya tidak dimengerti sepenuhnya, mungkin disebabkan ritme sirkadian karena adanya circulating hormone seperti epinefrin, kortisol dan melatonin dan pengurangan anti inflamasi endogen

DIAGNOSIS

Anamnesa
Diagnosis klinis asma : gejala sesak napas, napas berbunyi mengi, dada terasa berat, batuk-batuk
Gejala ini muncul setelah terpapar alergen, variabilitas gejala berdasarkan musim, dan riwayat keluarga menderita asma atau penyakit atopik lainnya.

Pemeriksaan Fisik
wheezing pada auskultasi penurunan kesadaran sianosis takikardia retraksi suprasternal maupun intercostal.

Pemeriksaan Penunjang

Spirometri
Diagnosa asma ditegakkan bila :
FEV1 meningkat > 15% (200cc) setelah pemberian short acting 2 agonis (salbutamol 400 g dengan MDI atau + spacer atau 2,5 mg dengan nebulizer) FEV1 meningkat > 15% setelah diberi steroid tablet (prednison 30 mg per hari selama 14 hari) FEV1 menurun setelah 6 menit berolah raga

Pemeriksaan responsivitas saluran napas Menilai respon saluran napas terhadap faktor pencetus (trigger) seperti metacholine, histamin, manitol. Diagnosa asma dipertimbangkan bila FEV1 turun >20%.
Pemeriksaan marker non invasif inflamasi saluran napas Pada sputum ditemukan eosinofil dan neutrofil inflamasi Pemeriksaan status alergi Dengan skin test atau pemeriksaan IgE serum

DIAGNOSIS BANDING

Sindroma hiperventilasi dan serangan panik Obstruksi saluran napas atas, dan inhalasi benda asing Disfungsi pita suara Obstruksi saluran napas bentuk lain seperti COPD Non respiratory (left ventricular failure)

KLASIFIKASI ASMA
Klasifikasi derajat beratnya asma berdasarkan gambaran klinis sebelum terapi: Intermittent Mild persistent Moderate persistent Severe persistent

Intermittent

Gejala asma kurang dari 1 kali per minggu Eksaserbasi ringan Serangan asma malam hari tidak lebih dari 2 kali per bulan FEV1 atau PEF 80% FEV1 atau PEF variabilitas < 20%

Mild persistent

Gejala asma lebih dari 1 kali per minggu tetapi kurang dari 1 kali perhari Eksaserbasi mengganggu aktifitas dan tidur Serangan asma malam hari tidak lebih dari 2 kali per bulan FEV1 atau PEF 80% FEV1 atau PEF variabilitas < 20-30%

Moderate persistent

Gejala asma setiap hari Eksaserbasi mengganggu aktifitas dan tidur Serangan asma malam hari lebih dari 1 kali per minggu Pemakaian beta 2 agonis short acting setiap hari FEV1 atau PEF 60-80% FEV1 atau PEF variabilitas > 30%

Severe persistent

Gejala asma setiap hari Eksaserbasi sering Serangan asma malam hari frekuen Aktifitas fisik terbatas FEV1 atau PEF 60% FEV1 atau PEF variabilitas > 30%

TERAPI
Tujuan terapi : mencapai dan mempertahankan kontrol asma secara klinis.

Controller obat yang dipakai setiap hari dalam jangka panjang untuk mempertahankan clinical control dari asma melalui efek antiinflamasi dari obat-obatan tersebut. - glukokortikosteroid sistemik maupun inhalasi, - leukotriene modifier, - long acting beta 2 agonis inhalasi dengan kombinasi glukokortikosteroid inhalasi, - sustained release theophylline - anti IgE

Glukokortikosteroid inhalasi

- terapi antiinflamasi yang paling efektif - menurunkan gejala asma - meningkatkan fungsi paru - menurunkan hiperesponsivitas saluran napas - mengontrol inflamasi saluran napas - menurunkan frekuensi dan eksaserbasi

Leukotrien modifiers

Termasuk cysteinyl leukotriene 1 (CysLT1) reseptor antagonis (montelukast, pranlukast, dan zafirlukast) dan 5-lipoxygenase inhibitor (zileuton). efek bronkodilator lemah dan variabel menurunkan gejala asma meningkatkan fungsi paru menurunkan inflamasi dan eksaserbasi asma. terapi alternatif untuk mild persistent asma

Long acting beta 2 agonis inhalasi


- Formoterol dan Salmeterol - Sebaiknya tidak dipakai sebagai obat tunggal - Sangat baik bila dikombinasikan dengan glukokortikosteroid inhalasi - Terapi kombinasi ini dianjurkan bila glukokortikosteroid inhalasi dengan dosis
medium gagal untuk mengontrol asma

Theophylline
Merupakan bronkodilator, dalam dosis rendah berefek anti inflamasi. Data mengenai teofilin sebagai controller jangka panjang sangat sedikit Cromones Efek antiinflamasi lemah, tetapi efikasi dilaporkan pada pasien dengan mild persisten asma Long acting oral beta 2 agonis salbutamol, terbutalin, bambuterol lepas lambat. Anti IgE (omalizumab) terapi pilihan pada pasien dengan kadar IgE yang tinggi, dan diindikasikan untuk pasien dengan severe allergic asthma

Reliever

Reliever adalah obat yang dipakai untuk menghilangkan secara cepat bronkokonstriksi. Seperti beta 2 agonis rapid acting, kolinergik inhalasi, short acting theophylline, dan short acting oral beta 2 agonis.

Rapid acting beta 2 agonis inhalasi terapi pilihan untuk memulihkan bronkospasme pada eksaserbasi asma dan preterapi pada olahraga yang menginduksi bronkokonstriksi. Meliputi salbutamol, terbutalin, fenoterol, reproterol, dan pirbuterol

Glukokortikosteroid sistemik - eksaserbasi akut - mencegah progresivitas - Efek sistemik hanya 4-6 jam - Diberkan prednisolon 40-60 mg selama 5-10 hari Antikolinergik Seperti ipratropium bromide dan oxitropium bromide

Theophylline pada eksaserbasi asma masih kontroversial Short acting oral beta 2 agonis diberikan pada pasien yang tidak dapat memakai terapi inhalasi

MANAJEMEN DAN PREVENSI ASMA

Tujuan dari manajemen asma adalah : Tercapainya dan dipertahankannya kontrol dari asma Mempertahankan aktifitas normal termasuk olahraga Mempertahankan fungsi paru sampai mendekati normal Mencegah eksaserbasi asma Menghindari efek samping dari obat-obat asma Mencegah kematian karena asma

Manajemen asma :

Mengembangkan hubungan dokter dan pasien Memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakitnya, terapinya, membuat rencana terapi penderita asma, malakukan follow up dan review Mengidentifikasi dan mengurangi paparan terhadap faktor resiko Menilai, mengobati dan memonitor asma Mengelola eksaserbasi asma

Вам также может понравиться