Вы находитесь на странице: 1из 37

Listrik, Kekekalan Energi, dan Spektrum Cahaya Dalam Al-Qur'an

Ketika Allah memberikan suatu perumpamaan kepada manusia, tidaklah perumpamaan itu dijadikan Allah sebagai suatu omong kosong belaka. Setiap perumpamaan yang Allah ungkapkan di dalam Al-Qur'an diungkapkan agar manusia mau berpikir. Salah satu perumpamaan yang diungkapkan dalam Al-Qur'an adalah perumpamaan mengenai cahaya Allah. [24:35] Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Surah An-Nuur (24) berarti cahaya, dan ayat 35 dari ayat ini membicarakan mengenai cahaya Allah. Ketika Allah mengumpamakan sesuatu, sebagaimana layaknya perumpamaan, Allah mengambil contoh sesuatu yang dapat diketahui oleh manusia. "Cahaya" Allah jauh lebih hebat dari pada itu, tetapi dalam menjelaskannya kepada manusia, Allah menerangkan sesuatu yang dapat diketahui manusia. "Dapat diketahui" disini adalah tetap dapat dimengerti oleh orangorang pada masa ayat tersebut diturunkan dan memiliki maksud tersirat yang tetap "dapat" dibuktikan oleh orang-orang di masa yang akan datangnya. Dalam usaha untuk menangkap maksud tersirat dari suatu ayat Allah dalam Al-Qur'an, selalu kita lihat dalam redaksi aslinya. Mungkin ada sebagian orang yang mengatakan "Al-Qur'an tidak mengikuti tata bahasa Arab". Tetapi tentu saja Al-Qur'an tidak terikat kepada tata bahasa atau grammar. Kata-kata Allah lebih tinggi maknanya dari sekedar mengikuti tata bahasa, dan setiap kalimat yang dikatakan oleh beberapa golongan "tdak mengikuti tata bahasa", selalu ada maksud yang tersirat di baliknya. Tata bahasa adalah rumus yang di definisikan oleh manusia. Orangorang arab pada zaman nabi pun, baik yang muslim maupun yang kafir, mengakui ketinggian bahasa Al-Qur'an. Sebagian menganggapnya lebih indah daripada puisi manapun, yang mana kita ketahui puisi sendiri sering tidak terikat pada tata bahasa. Dalam kaitannya dengan surah An-Nuur (24) ayat 35 di atas, secara tersirat menyebutkan apa yang telah ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern saat ini sebagai :

Listrik Kekekalan energi Spektrum cahaya

Sebelum membicarakan lebih lanjut mengenai ketiga hal diatas, kita lihat terlebih dahulu terjemahan kata per kata dari surah An-Nuur(24) ayat 35 ini, yaitu sebagai berikut : "Allah cahaya langit dan bumi; perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah ceruk yang tak bercelah, di dalamnya ada pelita; pelita itu di dalam kaca; kaca itu seakan-akan bintang yang cemerlang; dinyalakan dari pohon yang diberkati - zaitun; tidak timur dan tidak barat; yang hampir-hampir minyaknya menerangi walaupun tidak disentuh api; cahaya

diatas cahaya; Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki; dan Allah jadikan perumpamaan bagi manusia; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu" Listrik dan hukum kekekalan energi Perhatikan potongan surah An-Nuur(24) berikut : [24:35] ... perumpamaan cahaya-Nya seperti sebuah ceruk yang tak bercelah, di dalamnya ada pelita; pelita itu di dalam kaca; kaca itu seakan-akan bintang yang cemerlang; (pelita itu seperti) dinyalakan dari pohon yang diberkati - zaitun; tidak timur dan tidak barat; yang hampir-hampir minyaknya menerangi walaupun tidak disentuh api ... Allah mengumpamakan "cahaya"-Nya sebagai sesuatu yang tidak sama dengan cahaya yang diketahui pada masa ayat ini diturunkan. Digambarkan bahwa cahayanya ini seperti suatu ceruk (lubang/cekungan) yang tak tembus (kamisykaatin) yang di dalamnya ada pelita/lampu di mana pelita ini berada di dalam suatu kaca (zujaajatin) (yang mengindikasikan ceruk itu terbuat dari kaca, terlebih lagi kamisykaatin dan zujaajatin merupakan bentuk feminin, sedangkan pelita (mishbaahun) merupakan bentuk maskulin) , yang mengakibatkan kaca ini terlihat seperti bintang yang terang dilangit malam. Pelita itu sendiri digambarkan seperti dinyalakan oleh minyak yang berasal dari pohon yang diberkati, yaitu pohon zaitun, dimana minyaknya mampu menerangi walaupun tidak tersentuh api. Apa yang terpikir oleh kita, di masa sekarang, jika mendengar suatu lubang, cekungan, ceruk terbuat dari kaca yang tak memiliki celah yang didalamnya terdapat cahaya dimana cahaya itu dinyalakan tidak menggunakan api sebagaimana lampu-lampu lentera yang digunakan di jaman dulu. Dan terangnya cahaya itu membuat "sang kaca" seperti bintang yang cemerlang ? Tentu saja jawabannya adalah salah satu penemuan terbesar sepanjang sejarah manusia, yaitu penemuan lampu listrik. Abad 19 merupakan abad dimana ilmu pengetahuan mengenai kelistrikan berkembang pesat. Dimulai dengan penemuan baterai oleh Alessandro Volta, sampai akhirnya penemuan bola lampu (lightbulb) listrik pertama oleh Thomas Alfa Edison. Bola lampu ini berpijar dengan memanaskan lempengan filamen dengan suhu yang tinggi dengan akhirnya bercahaya. Pemanasan ini dilakukan dengan menggunakan arus listrik melalui kabel yang dihubungkan dengan lampu tersebut.

Lampu tersebut tidak menggunakan minyak dan api, tetapi menggunakan filamen dan listrik

sebagai pengganti minyak dan api, dimana filamen tersebut jika dialiri listrik mampu berpendar dan bercahaya. Listrik ini sendiri terbentuk dengan sumber lain yaitu baterai atau pun sumber listrik lainnya. Terkait hal ini di katakan pula dalam ayat tersebut : [24:35] ... (pelita itu seperti) dinyalakan dari pohon yang diberkati - zaitun; tidak timur dan tidak barat; yang hampir-hampir minyaknya menerangi walaupun tidak disentuh api ... Dikatakan bahwa pelita itu seperti dinyalakan dari minyak yang berasal dari pohon zaitun yang khusus. Mengapa Allah mengumpamakan dengan pohon zaitun? Karena di zaman dulu, terutama di daerah arab dan mediterania, minyak zaitun digunakan sebagai bahan bakar untuk lampu. Tetapi lebih lanjut Allah menyatakan bahwa pohon zaitun ini, sebagai sumber penghasil "minyak", bukan pohon zaitun biasa, akan tetapi pohon khusus yang mampu menghasilkan minyak yang mempu menerangi tanpa adanya api. Seperti halnya kilat, lonjakan listrik sendiri mampu memberikan cahaya yang terang, akan tetapi tidak lama. Untuk membuat listrik itu memberikan penerangan yang lama, dibutuhkan media lain yaitu filamen, dimana listrik disini berfungsi untuk memanaskan filamen sehingga akhirnya filamen berpendar. "Sang pelita" lebih lanjut di katakan sebagai "laa syarqiyyatin walaa gharbiyyatin", "tidak timur dan tidak barat". Sebagian tafsir mengatakan bahwa "laa syarqiyyatin walaa gharbiyyatin" disini mengindikasikan bahwa pohon zaitun disini adalah pohon yang tidak biasa, pohon khusus yang tidak tumbuh di timur maupun di barat. Hal ini mengindikasikan bahwa pohon tersebut bukanlah pohon zaitun secara fisik, akan tetapi sebagai suatu bentuk sumber energi yang nantinya akan menghasilnya "minyak" yang merupakan simbolisasi dari energi itu sendiri. Listrik sendiri, yang merupakan bentuk energi yang mengalir dari dari kutub positif ke kutub negatif, sering di asosiasikan juga dengan magnet yang memiliki kutub utara dan selatan. Lebih jauh perlu di perhatikan juga bahwa "laa syarqiyyatin walaa gharbiyyatin" juga dapat di artikan sebagai "tidak memiliki tempat terbit dan tidak memiliki tempat tenggelam" dalam kaitannya dengan "sang pelita". Ayat ini memberitahukan kita "sang pohon zaitun" sebagai sumber minyak (baca: sumber energi) menghasilkan "sesuatu" yang mempu memberikan cahaya, akan tetapi "sesuatu" itu tidak lah terbit maupun terbenam. Tentu saja, listrik sebagai suatu bentuk energi sebagaimana yang diterangkan dalam hukum kekekalan energi, tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, hanya dapat di ubah dari dan ke bentuk energi yang lain. Dalam kaitannya dengan lampu, listrik berubah menjadi energi panas sehingga mampu memanaskan filamen yang mengubah energi panas menjadi energi cahaya. Menurut teori "relativitas umum", kekekalan energi ini bersifat relatif dan sebetulnya tidak bersifat kekal karena adanya lekukan umum wakturuang "manifold" yang tidak memiliki simetri untuk translasi atau rotasi. Dari sudut pandang agama, tentu saja semua bentuk energi awalnya diciptakan oleh Allah dan dapat dimusnahkan jika Allah berkehendak. Itu lah sebabnya dalam mengindikasikan energi yang dihasilkan oleh "sang sumber energi" atau "pohon zaitun khusus" ini menggunakan istilah "laa syarqiyyatin walaa gharbiyyatin", yang berarti pada awalnya di ciptakan, dan suatu saat dapat dimusnahkan, akan tetapi dalam proses ditengah-tengah-nya tidak dapat di terbitkan (baca: diciptakan) dan ditenggelamkan (baca: dimusnahkan) oleh manusia, tetapi dapat di ubah dari dan ke bentuk energi lain, wallahu a'lam

Spektrum cahaya [24:35] ... cahaya diatas cahaya (nuruun ala' nuurin)... "nuruun ala' nuurin" menggambarkan bahwa cahaya itu memiliki lapisan. Sebagaimana Allah menggambarkan bahwa langit itu berlapis-lapis dengan istilah "Dialah yang menjadikan tujuh langit, satu diatas yang lain" pada surah Al- Mulk (67) ayat 3, atau ketika Allah menggunakan ekspresi dan gaya bahasa yang sama ketika mengatakan kemurkaan yang berlapis di surah AlBaqarah (2) ayat 90 : "... Karena itu mereka mendapat kemurkaan diatas kemurkaan (kemurkaan yang berlapis) ..." atau pada Ali-Imran (3) ayat 153 : "... karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan (kesedihan yang berlapis) ...", maka di surah An-Nuur(24) ayat 35 ini juga menerangkan bahwa pada dasarnya cahaya itu berlapis-lapis. Ilmu pengetahuan saat ini cahaya itu terdiri dari beberapa lapisan spektrum. Cahaya itu sendiri merupakan bagian dari spektrum elektromagnetik dimana yang kita sebut sebagai "cahaya" adalah spektrum elektromagnetik yang dapat terlihat oleh manusia (visible spectrume). Spektrum elektromagnetik ini dibagi berdasarkan panjang gelombang dan frekuensinya, dimana yang diketahui manusia saat ini adalah mulai dari sinar gamma sampai dengan gelombang radio. Lapisan-lapisan cahaya atau dapat dilihat pada gambar dibawah.

Sesuatu yang baru dapat diketahui dan dibuktikan saat ini akan tetapi telah disebutkan di dalam Al-Qur'an 15 abad yang lalu. Lebih lanjut Al-Qur'an menyebutkan mengenai zat pembentuk Jin sebagai berikut :

[15:27] Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas (naari as-samuum) [55:15] dan Dia menciptakan jin dari nyala api (maarijin) "naari as-samuum" artinya "api yang juga memiliki sifat angin". "samuum" berdasarkan ArabicEnglish Lane's Lexicon dikatakan bahwa umumnya diartikan sebagai angin. Di beberapa terjemahan Qur'an dalam bahasa inggris dikatakan "samuum" sebagai angin yang berputar atau angin yang merusak. [15:27] And the jinn We created before from scorching fire.(terjemahan sahih international) [15:27] And the Jinn race, We had created before, from the fire of a scorching wind. (terjemahan Yusuf ali) [15:27] And the jinn race We created earlier of the fire (The Arabic word samum is sometimes understood to be pestilential wind) of a pestilential (fire). (terjemahan Dr.Ghali) Sedangkan "maarijin" secara literal berarti "api yang tidak berasap". Jadi kedua ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa jin diciptakan dari api yang juga memiliki sifat seperti angin dan tidak berasap. Apakah sifat angin itu ? Jika api memiliki energi cahaya dan energi panas, maka angin memiliki energi kinetik, yaitu memiliki sifat bergerak dan mempunyai kecepatan. Saat ini diketahui bahwa sinar radiasi yang paling merusak yang pernah ditemukan manusia adalah sinar gamma (gamma ray), sebagaimana spektrum radioaktif lainnya, sinar gamma bersifat panas dan membakar. Dengan nilai frekuensi yang tinggi (seperti yang terlihat pada gambar di atas), yang berarti memiliki lebih banyak energi, sinar gamma bersifat paling merusak daripada yang lain. Selain itu karena memiliki panjang gelombang yang sangat pendek, sinar gamma hampir tidak dapat terbendung. Jika partikel alpha dan partikel beta hanya menyebabkan kerusakan/luka bakar pada lapisan kulit, maka partikel gamma dalam sinar gamma, dikarenakan ukurannya yang kecil, mampu menembus kulit dan merusak organ-organ dalam manusia tanpa disadari oleh manusia itu sendiri. Radiasi sinar gamma ini umumnya dihasilkan dari proses reaksi fusi nuklir. Dengan sifat yang membakar dan sangat merusak, merambat, bergerak dan memiliki energi sebagaimana layaknya angin, menjadikan sinar gamma sebagai "api yang tidak berasap dan bersifat angin". Jika nembakar adalah sifat api (energi panas), maka sifat angin yang dimiliki oleh sinar gamma disini adalah memiliki energi yang bergerak (energi kinetik, energy in motion), wallahu a'lam. Dikatakan dalam website NASA http://imagine.gsfc.nasa.gov/docs/science/know_l1/emspectrum.html, bahwa "Hanya object yang sangat panas sekali atau partikel yang bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi yang dapat menghasilkan radiasi berenergi tinggi seperti sinar-X dan sinar gamma". Jika benar jin itu dijadikan dari "api yang tak berasap" seperti sinar gamma (gamma ray), apakah ini menjadikan jin itu kebal terhadap radiasi sinar gamma ? Ataukah mengakibatkan jin itu mampu dideteksi manusia sebagaimana manusia mendeteksi sinar gamma ? Menjawab pertanyaan ini, kita kembalikan kepada penciptaan manusia. Sebagaimana adam diciptakan dari tanah, pada dasarnya manusia itu berasal dari tanah. Apakah manusia bersifat seperti tanah ? Apakah manusia bisa diperlakukan sebagaimana kita memperlakukan tanah ? Apakah manusia tidak merasa sakit apabila dilempar dengan tanah atau lumpur, apalagi dalam jumlah yang besar ? Dari tanah, cahaya dan api, Allah menciptakan makhluk yang lain dan berbeda dari sifat bahan pembentuknya.

Mengapa Al-Qur'an tidak mengatakan saja dengan jelas mengenai listrik, energi, spektrum cahaya dan sinar gamma? sekali lagi pertanyaan ini dikembalikan apakah orang-orang pada masa nabi Muhammad SAW pada saat Al-Qur'an diturunkan, orang-orang sudah mengetahui atau mendengar mengenai listrik, istilah energi, spektrum, maupun keberadaan snar gamma ? Sebagai wahyu Allah, Al-Qur'an menggunakan gaya bahasa yang tetap dapat dimengerti oleh orangorang pada masa Al-Qur'an ini diturunkan dan tetap mampu selaras dengan apa yang ditemukan oleh manusia di masa yang akan datang.

Keberkahan zaitun Sebagai penutup, mari kita lihat kembali potongan surah An-nuur (24) ayat 35 berikut : [24:35] ... yang dinyalakan dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun ... Ilmu pengetahuan saat ini telah dapat membuktikan mengenai khasiat dari pohon zaitun ini. Jika sedari dahulu buah zaitun (olive) dan minya zaitun (olive oil) banyak dikonsumsi sebagai makanan, obat dan bahan bakar untuk lampu, maka "keberkahan" pohon zaitun itu dibuktikan dengan penelitian yang ada di masa ini. Sebagian besar asam lemak yang dimiliki oleh buah zaitun dan minyak zaitun tergolong tipe mono-unsaturated, dimana asam lemak golongan ini tidak mengandung kolesterol. Dengan kata lain, buah zaitun dan minyak zaitun tidak meningkatkan kadar kolesterol akan tetapi menjaga kadar kolesterol dalam tubuh, sehingga minyak zaitun ini sangat bagik digunakan dalam memasak. Kegunaan lain dari minyak zaitun ini antara lain adalah pencegah kanker, mencegah radang sendi, membantu pertumbuhan tulang, mencegah penuaan, berperan baik dalam pengembangan otak anak, mengatur tekanan darah, dan mampu mencegah berbagai macam penyakit yang berhubungan dengan organ dalam tubuh. Dengan banyaknya manfaat dari buah dan minyak zaitun ini, yang dibuktikan secara klinis dan eksperimen di masa sekarang, menjadikan pohon zaitun "pantas" dikatakan sebagai "pohon yang diberkahi". Wallahu a'lam Maha benar Allah dengan segala firman-Nya Dari berbagai sumber Narrated Abu Huraira: I heard Allah's Apostle saying, "I have been sent with Jawami al-Kalim (i.e., the shortest expression carrying the widest meanings), and I was made victorious with awe (caste into the hearts of the enemy), and while I was sleeping, the keys of the treasures of the earth were brought to me and were put in my hand." Muhammad said, Jawami'-al-Kalim means that Allah expresses in one or two statements or thereabouts the numerous matters that used to be written in the books revealed before (the coming of) the Prophet . (Translation of Sahih Bukhari, Volume 9, Book 87, Number 141)

untuk melihat dan mencari ayat-ayat Quran dapat melalui http://www.quranplus.com/ panduan kata per kata dapat menggunakan http://corpus.quran.com/wordbyword.jsp Arabic-English Lane's Lexicon : http://www.tyndalearchive.com/tabs/lane/

Benarkah Pernyataan Al-Qur'an Bahwa Semuanya Diciptakan Berpasangan ?


Kita semua mengetahui bahwa manusia diciptakan berpasang-pasangan, ada yang diciptakan sebagai laki-laki dan ada pula yang diciptakan sebagai perempuan. Al-Qur'an sebagai kitab suci yang diyakini bersumber dari Allah pun menyatakan demikian, seperti yang disebutkan dalam An- Najm (53) ayat 45 dan Asy-Syuuraa (42) ayat 11. Namun di ayat yang lain, Allah memberitahukan bahwa tidak hanya manusia yang diciptakan berpasangan, akan tetapi "semuanya" diciptakan berpasangan. [36:36] Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan pada diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. Dari surah Yaasiin (36) ayat 36 di atas secara terang-terangan Allah memberitahukan kepada kita bahwa semuanya diciptakan secara berpasangan. Ketika membicarakan mengenai "pasangan" di sini tidak hanya terbatas pasangan "laki-laki dan perempuan" pada manusia karena Allah menegaskan bahwa pasangan itu diciptakannya bagi semua yang ditumbuhkan oleh bumi, dan juga manusia dan lainnya. Hal ini ditegaskan di surah Adz-Dzaariyaat (51) ayat 49 dimana Allah berfirman : [51:49] Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. Jika memang benar apa yang dikatakan Allah di dalam Al-Qur'an, bahwa segala sesuatu itu diciptakan berpasangan, apakah artinya "berpasangan" disini ? Kita mengetahui bahwa tidak semuanya memiliki "pasangan". Beberapa hewan ber-sel satu tidak membutuhkan pasangan untuk berkembang biak. Bagaimana dengan benda-benda mati ? Batu, gunung, laut ? Tidakkah "semuanya" disini berarti "segala sesuatu" ?

Apa yang ditumbuhkan oleh bumi - genderisasi tumbuhan Perhatikan surah Yaasiin (36) ayat 36 ketika menyatakan "Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi ...". Hal yang sama dinyatakan dalam Al-Qur'an di surah Luqman (31) ayat 10 dan surah Thaahaa (20) ayat 53 sebagai berikut : [31:10] Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gununggunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang

biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik (kulli zawjin kariim) [20:53] Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam (azwajan min nabatin syattaa) "kulli zawjin kariiim" di Q.S 31:10 artinya "setiap pasangan yang baik" yang mengacu kepada tumbuhan karena konteksnya adalah "fa-anbat-na" ("dan Kami tumbuhkan"), sedangkan "zawajam min nabatin syatta" di Q.S 20:52 artinya "pasangan tumbuhan yang bermacam-macam". Dimasa Al-Qur'an diturunkan, yaitu 15 abad yang lalu, tidak ada yang mengetahui bahwa tumbuhtumbuhan memiliki gender atau jenis kelamin. Apalagi kebanyakan tumbuh-tumbuhan yang dikenal saat itu dapat dikembangbiakkan tanpa perkawinan, dengan menanam bijinya, atau memotong sebagian batang dan menanamnya kembali. Baru di awal abad 18, mulai dilakukan penelitian terhadap adanya gender bagi tumbuhan (plants sexuality). Saat ini ditemukan bahwa tumbuh-tumbuhan memiliki organ perkembang-biakannya yang berfungsi sebagai alat reproduksi jantan dan alat reproduksi betina. Beberapa jenis tumbuhan memiliki keduanya dalam satu tumbuhan, beberapa tumbuhan hanya memiliki salah satu jenis alat reproduksi tersebut, sehingga di dalam ilmu Botani dikenal adanya istilah Hermaphrodite, Monoecious, Dioecious, Subdioecious, Polygamy, Diclinous. Pembagian ini berdasarkan kepemilikan alat reproduksi jantan dan betina dalam satu spesies tumbuhan dengan melihat juga secara individu dari tiap spesies tersebut. Lebih jauh, di dalam surah Ar-Ra'd (13) ayat 3, Allah berfirman : [13:3] Dan Dialah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungaisungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan (wamin kulli altsamaraati ja'ala fiha zawjayni itsnain), Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. "wamin kulli al-tsamaraati ja'ala fiha zawjayni itsnain" pada ayat di atas berarti "dari semua buahbuahan Dia jadikan pasangan dari dua". Seperti yang diketahui di dalam ilmu Botani, buah merupakan hasil akhir dari proses reprodukti tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi. Buah ini dihasilkan dari bunga, yang memiliki alat reproduksi jantan (benang sari/stemens) dan betina (putik/ovules), dimana ada bunga yang memiliki kedua-duanya dan ada pula yang hanya memiliki salah satu saja sehingga dalam pembuahannya membutuhkan bantuan pihak ketiga seperti hewan. Ketika serbuk sari dari benang sari membuahi putik, maka akan menghasilkan buah, yang ketika matang akan menghasilkan biji. Oleh karena itu, setiap buah mengindikasikan adanya alat reproduksi jantan dan betina pada tumbuhtumbuhan, karena buah-buahan mengandung biji yang dapat berkembang menjadi tumbuh-tumbuhan lain yang juga akan menghasilkan bunga yang memiliki alat reproduksi yang sama, salah satu atau seluruh dari dua, benang sari dan/atau putik. Bahkan di beberapa spesies dimana menghasilkan buah

tanpa biji (parthenocarpic fruit), dimana buahnya dihasilkan dari bunga yang mandul (non-fertilized flower), seperti pisang, beberapa jenis nanas, gandum, beberapa jenis jeruk, anggur, dan lain-lain, juga memiliki karakteristik seksual, dan buah-buahan jenis parthenocarpic ini tetap dimasukkan ke dalam buah hasil sexual reproduction. Sebagaimana yang telah dijelaskan di dalam postingan "Al-Qur'an, Enam, Lebah, dan Laba-Laba" ketika menjelaskan mengenai lebah, bahwa "tsamarat" yang diartikan sebagai buah pengertiannya lebih luas dari sekedar buah (fawkiha), tetapi juga mengindikasikan "apa yang dihasilkan oleh bunga". Sesuatu yang telah dinyatakan 15 abad yang lalu oleh Al-Qur'an dan baru dapat dibuktikan berabadabad setelahnya.

Dari diri mereka sendiri - DNA pada makhluk hidup Selanjunya surah Yaasiin (36) ayat 36 menyatakan "... dan pada diri mereka sendiri ...". "Pasangan" bagi "diri mereka sendiri" secara tersurat mengindikasikan bahwa pada manusia diciptakan jenis laki-laki dan perempuan. Lalu bagaimana dengan hewan ? Di surah Adz-Dzaariyaat (51) ayat 49 Allah berfirman : [51:49] Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. Surah Adz-Dzaariyaat (51) ayat 49 diatas jika diterjemahkan kata per kata, maka terjemahannya adalah "dan dari/pada segala sesuatu Kami ciptakan pasangan agar kamu dapat mengingat". Jika bagi hewan pun diciptakan berpasang-pasangan, bagaimana dengan jenis-jenis hewan tingkat rendah yang tidak memiliki jenis kelamin dan berkembang biak dengan cara aseksual ? Bagaimana dengan bakteri dan makhluk-makhluk bersel satu lainnya ? Di dalam Biologi molekular dan genetika dikenal apa yang dinamakan base pair (pasangan basa). Base pair didefinisikan sebagai pasangan hubungan antara dua basa Nitrogen dari komplementer yang berlawanan pada untaian DNA atau beberapa jenis untaian RNA yang terhubung melalui ikatan Hidrogen. Misalnya pada Watson-Crick DNA base pairs, adenine (A) membentuk base pair dengan thymine (T) pada DNA dan uracil (U) pada RNA. Guanine (G) membentuk base pair dengan cytosine (C). Pasangan basa (base pair) inilah yang nantinya akan membentuk DNA (termasuk di dalamnya adalah gen yang merupakan bagian dari DNA) dan kromosom, yang akan membentuk sel dimana sel ini merupakan bagian dari makhluk hidup.

Ya, pada setiap makhluk hidup Allah ciptakan "pasangan". "Pasangan" inilah yang akan membentuk makhluk hidup, menjadi untaian DNA yang akan membentuk kromosom dan kromosom ini akan membentuk sel yang merupakan bagian dari mahluk hidup itu sendiri. Sesuatu yang telah dinyatakan 15 abad yang lalu oleh Al-Qur'an dan baru dapat dibuktikan berabad-abad setelahnya. Tidak ada yang mengenal istilah DNA, kromosom, apalagi pasangan basa ketika Al-Qur'an diturunkan, akan tetapi AlQur'an menyampaikan secara tersirat, dengan bahasa yang dapat diterima di jamannya dan mampu dibuktikan dengan ilmu pengetahuan berabad-abad setelahnya, sebagaimana di surah Fushshilat (41) ayat 53 Allah berfirman : [41:53] Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar...

Dari apa yang mereka tidak ketahui - pembentukan materi Di bagian akhir surah Yaasiin (36) ayat 36 disebutkan "... maupun dari apa yang tidak mereka ketahui". Jika makhluk hidup tercipta dari pasangan basa, maka bagaimana dengan benda-benda mati yang tidak memiliki DNA ? Disini Al-Qur'an mengisyaratkan dengan menyebutkan "dari apa yang tidak mereka ketahui".

Di dalam Fisika kuantum, ketika membicarakan mengenai pembentukan materi, akan dihadapkan dengan apa yang dinamakan materi (matter) dan anti-materi (anti-matter), partikel dan anti-partikel. Sesuatu yang nihil (bahasa Latin yang artinya "tidak ada/kosong"), menghasilkan materi + anti-materi dimana ketika materi dan anti-materi ini bertemu akan saling menghancurkan sehingga menghasilkan nihil.

Dari website Oracle ThinkQuest "http://library.thinkquest.org/J0112540/universe/makematter.html" dikatakan di awal pembentukan alam semesta, berbagai macam partikel tercipta, yang disebabkan dilepaskannya energi yang sangat amat besar. Partikel-partikel tersebut tercipta secara "kebetulan",

dimana sebagian dari partikel tersebut akan meluruh dan menciptakan partikel-partikel jenis lain. Partikel-partikel ini lebih kecil daripada atom, sehingga sering pula dikatakan dengan sub-atomik partikel. Sub-atomic partikel ini dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori besar yaitu "hadron" (gaya yang besar) atau "quark", "lepton" (elektromagnetik dan gaya yang lemah lainnya), dan "boson" (pembentuk massa atau berat). Partikek-partikel memiliki apa yang dinamakan anti-partikel (antiquark, antilepton, antiboson). Anti-partikel memiliki massa yang sama dengan partikel pasangannya, tetapi memiliki muatan atau properti elektromagnetik yang berbeda/berlawanan.

Contohnya Hidrogen memiliki satu proton yang dikelilingi satu elektron, maka Anti-hidrogen memiliki satu positron (proton bermuatan negatif) yang dikelilingi oleh satu anti-elektron (elektron bermuatan positif). Pada awalnya, setelah terjadinya big bang, jumlah materi dan anti-materi seimbang, dimana ketika kedua partikel ini bertemu akan saling meniadakan satu dengan yang lainnya dan menghasilkan energi yang besar yang akan menciptakan partikel-partikel lain yang lebih kecil, karena partikel yang lebih besar cenderung untuk tidak stabil.

Contohnya X-boson, sub-atomik partikel terberat, dan pasangannya, anti-X boson yang meluruh menjadi partikel-partikel dan anti-anti partikel lainnya yang lebih kecil. namun untuk setiap 100 juta partikel, hanya ada 99,999,999 antipartikel yang tercipta dari peluruhan ini. Walaupun perbedaannya amatlah kecil, namun proses seperti inilah yang diyakini para ilmuwan membentuk materi di alam semesta, dimana setiap materi terbentuk dari "pasangan".

Sampai saat ini diyakini untuk setiap materi masih ada anti-materi pasangannya. Namun tentu saja keduanya tidak dapat di pertemukan karena akan saling meniadakan. Namun sesuai firman Allah pada surah Adz-Dzaariyaat (51) ayat 49 "dan dari/pada segala sesuatu Kami ciptakan pasangan". Dari segala materi yang terbentuk Allah ciptakan pula anti-materi nya, wallahu a'lam. Allah menciptakan apa-apa yang diketahui manusia "dari apa yang tidak mereka ketahui" sebagaimana yang disebutkan dalam bagian akhir surah Yaasiin (36) ayat 36.

Beberapa unsur telah dapat di ciptakan anti-materinya secara artifisial oleh manusia, hanya saja membutuhkan biaya yang sangat besar sekali untuk pembuatannya. Di perkirakan dibutuhkan 25 milyar US dollar untuk membuat 1 gram positron dan 62.5 trilliun US dollar untuk membuat 1 gram Antihidrogen.

Agar kamu dapat mengingat - gen dan pengukuran usia materi Sebagai penutup, di akhir surah Adz-Dzaariyaat (51) ayat 49 dikatakan "... agar kamu dapat mengingat". la'allakum tadzakkarun secara literal artinya "supaya kamu dapat mengingat" yang diterjemahkan dalam terjemahan bahasa Indonesia, "supaya kamu mengingat kebesaran Allah". Jika terkait dengan makhluk hidup, diatas dijelaskan pasangan basa (base pair) akan membentuk DNA atau RNA. Dari untaian DNA atau RNA itu ada yang dinamakan dengan gen, yang menyimpan informasi segala sifat dan ciri makhluk hidup. Dari gen ini timbul apa yang dinamakan faktor keturunan, karena ada beberapa sifat yang diturunkan secara genetik dari orang tua. Terkait dengan materi terutama benda mati, pada pembentukan materi dari peluruhan materi dan anti materi, akan menghasilkan partikel atom dengan isotop yang berbeda-beda, yang dicirikan dengan jumlah neutron di inti atomnya, yang diistilahkan dengan nuklida. beberapa nuklida bersifat tidak stabil, dan dapat berupah secara spontan menjadi nuklida yang lain. Transformasi nuklida ini dapat terjadi dalam beberapa cara salah satunya adalah peluruhan radio aktif sampai akhirnya membentuk partikel yang stabil. Karena terjadi proses inilah sehingga para ilmuwan saat ini dapat mengukur usia dari materi, termasuk di dalamnya usia Bumi, dengan metode yang dinamakan Radiometric dating. Dengan adanya DNA/RNA yang terdiri dari "pasangan" basa, membuat manusia mampu "mengingat" ciri-ciri dan sifat-sifat fisik dan non-fisik dari dirinya dengan merujuk kepada sifat penurunan - hereditas (heredity) dan diciptakannya materi dari "pasangan", membuat manusia dapat "mengingat" umur dari setiap materi tersebut, yang akhirnya membuat manusia teringat akan kebesaran Allah, sang Maha

Pencipta, yang Menciptakan dengan sebaik-baiknya. Dan hanya Al-Qur'an satu-satunya kitab suci yang menyatakan demikian. [51:49] Dan dari segala sesuatu Kami ciptakan "pasangan" supaya kamu mengingat ...

Wallahu a'lam Maha benar Allah dengan segala firman-Nya Dari berbagai sumber Narrated Abu Huraira: I heard Allah's Apostle saying, "I have been sent with Jawami al-Kalim (i.e., the shortest expression carrying the widest meanings), and I was made victorious with awe (caste into the hearts of the enemy), and while I was sleeping, the keys of the treasures of the earth were brought to me and were put in my hand." Muhammad said, Jawami'-al-Kalim means that Allah expresses in one or two statements or thereabouts the numerous matters that used to be written in the books revealed before (the coming of) the Prophet . (Translation of Sahih Bukhari, Volume 9, Book 87, Number 141)

Al-Qur'an, Gravitasi, Orbit, Atom, dan Partikel Pembentuknya


Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Al-Qur'an menaruh perhatian besar terhadap alam semesta. Di banyak tempat di dalamnya banyak yang menganjurkan bahkan memerintahkan agar manusia mengeksplorasi alam. Di surah Fusshilat (41) ayat 43 bahkan Allah telah menjanjikan akan memperlihatkan tandatandanya di segenap ufuk, bahkan pada diri manusia sendiri sehingga manusia menjadi yakin bahwasanya Al-Qur'an itu benar datangnya dari Allah. Dengan cara bagaimana ? dengan cara mencocokkan kesesuaian isi Al-Qur'an dengan ilmu pengetahuan, karena agama dan ilmu tidak boleh bertentangan. Ayat-ayat didalam Al-Qur'an yang seringkali dianggap sepele karena belum diketahui makna tersirat di jaman-nya, ternyata mampu memberikan informasi yang bersesuaian dengan ilmu pengetahuan saat ini, Salah satunya adalah surah At-Takwiir (81) ayat 15-16 yang terjemahannya adalah : [81:15] Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang (al-khunnas) [81:16] yang beredar (al-jawaari) dan terbenam (al-kunnas)

Pada terjemahan bahasa indonesia di atas, al-khunnas di terjemahkan sebagai bintang-bintang, dan alkunnas diterjemahkan sebagai terbenam. Al-khunnas secara literal memiliki arti menarik (retreat), and al-kunnas secara literal memiliki arti bersembunyi/tersembunyi/menghilangkan/membersihkan/menetralkan. Bintang sendiri dalam bahasa arab adalah al-najm, dan planet adalah kawkaban, bukan al-khunnas. Jadi terjemahan surah At-Takwiir (81) ayat 15-16 kata per katanya adalah : [81:15] Sungguh, Aku bersumpah dengan "yang menarik" [81:16] "yang beredar", "yang tersembunyi/menghilangkan" Melihat al-jawaari dan al-kunnas berada di dalam satu ayat, maka sedikitnya surah at-takwiir (81) ayat 15-16 di atas memiliki dua entitas, yaitu benda "yang menarik" dan benda yang "beredar dan menghilangkan". Dalam hal ini karena surah at-takwiir secara umum membicarakan mengenai langit, maka dengan segera dapat kita lihat bahwa di ayat menerangkan mengenai bintang-bintang, termasuk matahari, dengan gaya gravitasinya yang menarik, dan ayat 16 menerangkan mengenai planet-planet dan objek-objek lain yang mengelilingi bintang/matahari tersebut, dimana planet-planet tersebut beredar di orbitnya dan melakukan rotasi untuk "menetralkan" atau "menghilangkan" pengaruh gaya tarik bintang/matahari tersebut. Semuanya beredar pada orbitnya, sebagaimana yang telah diuraikan dalam postingan "Matahari dan Bulan Mengelilingi Bumi Menurut Al-Qur'an"

Tidak hanya terbatas pada bintang dan matahari sebagai "penarik", tapi sumpah Allah juga meliputi planet-planet beserta bulannya, dan objek-objek lain yang memiliki gravitasi. Faktanya, setiap objek

memiliki apa yang dinamakan dengan atom. Atom memiliki proton sebagai "yang menarik", elektron sebagai "yang beredar", dan neutron sebagai "yang netral". Bahkan didalam ilmu fisika partikel, terdapat konsep yang dinamakan dengan anti-materi, dinama anti-atom pun memiliki antiproton sebagai "yang menarik" dan positron sebagai "yang beredar".

Semuanya sesuai dengan yang diterangkan oleh surah at-Takwiir (81) ayat 15-16 di atas, di mana sumpah Allah tidak hanya dimaksudkan untuk bintang-bintang, tapi cakupannya lebih luas lagi, sampai pada subtansi pembentuk materi, atom.

Atom dan Partikel yang Lebih Kecil Dari Atom Istilah atom diperkenalkan pertama kali oleh Democritus dari Yunani dengan istilah atomos, sekitar tahun 450 SM. Atomos yang berarti "tidak dapat dibagi-bagi" mengacu kepada teori adanya elemen terkecil yang membentuk suatu materi. Istilah ini kemudian menyebar ke wilayah-wilayah lain dengan penyebutan yang berbeda-beda. Di arab, hal ini dikenal dengan sebutan dzarrah. Dzarrah secara spesifik disebutkan di dalam Al-Qur'an, bahkan diterangkan pula bahwa dzarrah atau atom dapat dibagi-bagi dan terdapat partikel-partikel yang lebih kecil daripada atom. [10:61] ... Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biar pun sebesar dzarrah (atom) di bumi atau pun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata

[34:3] ... Tidak ada tersembunyi daripada-Nya seberat dzarrah (atom) pun yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam kitab yang nyata Kenyataannya, saat ini diketahui bahwa tidak saja atom dapat dipecah-pecah menjadi elemen-elemen pembentuknya yaitu proton, elektron dan neutron, akan tetapi telah diketahui pula bahwa partikelpartikel pembentuk atom tersebut dapat dipecah-pecah kembali menjadi sub-partikel yang lebih kecil lagi, yaitu apa yang dinamakan kelompok sub-atomik partike quark, lepton, dan boson. Tidak hanya itu, surah Saba' (34) ayat 3 di atas juga menyatakan bahwa atom memiliki berat. Tidak hanya atom yang memiliki berat, tapi partikel-partikel yang lebih kecil daripada atom pun memiliki berat. Hal yang baru diketahui dimasa ini telah disebutkan oleh Al-Qur'an 15 abad yang lalu. At-Takwiir 15-16 Juga Menjelaskan tentang Lubang Hitam Jika Ath-Thaariq (86) ayat 1-3 menjelaskan mengenai lubang hitam dan pulsar, sebagaimana yang telah dijelaskan di postingan "Mungkinkah Al-Qur'an Menerangkan Keberadaan Lubang Hitam dan Pulsar ? ", maka At-Takwiir ayat 15-16 diatas pun cocok dengan deskripsi lubang hitam (blackhole), sebagai "sesuatu yang menarik", menarik segala sesuatu yang beredar di dekat lubang hitam tersebut dan menyembunyikan/menghilangkannya. Sebagaimana hadist yang dituliskan di akhir postingan ini dan juga di beberapa postingan lain sebelum ini bahwa salah satu sifat Al-Qur'an adalah Jawami al-Kalim, yaitu dengan pernyataan dan ungkapan yang singkat akan tetapi memiliki makna yang luas. Dengan bahasanya yang indah, Al-Qur'an telah mempu memverifikasi berbagai fenomena dan ilmu yang baru dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah berabad-abad setelahnya. Tentu saja tidak menggunakan istilah-istilah keilmuan modern saat ini, akan tetapi menggunakan perumpamaan-perumpamaan, yang menjadi tanda-tanda bagi kaum yang mau berpikir [41:53] Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?

Wallahu a'lam Maha benar Allah dengan segala firman-Nya dari berbagai sumber Narrated Abu Huraira: I heard Allah's Apostle saying, "I have been sent with Jawami al-Kalim (i.e., the shortest expression carrying the widest meanings), and I was made victorious with awe (caste into the hearts of the enemy),

and while I was sleeping, the keys of the treasures of the earth were brought to me and were put in my hand." Muhammad said, Jawami'-al-Kalim means that Allah expresses in one or two statements or thereabouts the numerous matters that used to be written in the books revealed before (the coming of) the Prophet . (Translation of Sahih Bukhari, Volume 9, Book 87, Number 141)

Ketika Al-Qur'an Berkata Tentang Oksigen dan Klorofil


Ilmu pengetahuan tidaklah mungkin bertentangan dengan agama. Dan agama tidak mungkin bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Ciri keaslian dan keotentikan suatu kitab suci benar-benar berasal dari Tuhan adalah apa yang dijabarkan, baik tersirat apalagi yang tersurat tidak boleh bertentangan dengan Ilmu Pasti Alam, karena keduanya diturunkan dari Tuhan. Itulah yang selalu ditekankan Islam melalui Al-Qur'an sebagai kitab suci. Di berbagai ayat, banyak perintah untuk memperhatikan dan berfikir mengenai berbagai fenomena yang terjadi. Bahkan dikatakan juga bahwa tanda-tanda Allah di alam ini ditujukan bagi orang yang berfikir. Menarik untuk dicermati bahwa tandatanda itu adalah untuk orang yang berpikir, bukan untuk orang yang beriman (saja). Dengan memikirkan fenomena alam sekitar maka akan semakin yakin seseorang akan keberadaan sang Pencipta dan akhirnya mampu memilih agama yang benar yang membawa kebenaran. Salah satu ayat yang menarik adalah surah Al-Waaqi'ah (56) ayat 71-72, yang terjemahannya adalah sebagai berikut : [56:71-72] Tidakkah kamu perhatikan api yang kamu nyalakan. Kamukah yang menjadikan pohon itu (syajarataha) atau Kami-kah yang menjadikannya? Disini sekali lagi pemilihan kata di dalam Al-Qur'an membuktikan bahwa Qur'an adalah memang benar diturunkan dan berasal dari Allah. Surah 56 ayat 72 menggunakan kata "syajarataha" yang artinya "pohon itu" (di banyak terjemahan bahasa Indonesia mengartikannya sebagai "kayu itu"). Kayu sendiri dalam bahasa arab adalah "khusyub", seperti yang digunakan di surah Al-Munafiqun (63) ayat 4 : [63:4] ... Mereka adalah seakan-akan kayu (khusyubun) yang tersandar ... Menarik untuk diperhatikan bahwa Allah menggunakan kata "pohon itu" (syajarataha), bukannya "kayu itu" (khusyubuha) dalam kaitannya dengan penyalaan api. 15 abad yang lalu ketika ayat ini diturunkan, bahkan masih ada sampai sekarang, dalam menyalakan api, manusia menggunakan potongan-potongan kayu dan menggosok-gosokkan potongan kayu tersebut. Sepertinya tidak ada yang menggunakan "pohon" untuk menghasilkan api untuk keperluan sehari-harinya. Akan tetapi Qur'an memakai kata "pohon" dan bukannya "kayu" untuk menjelaskan mengenai api. Satu sifat api adalah agar dapat bertahan, ia membutuhkan oksigen. Tanpa oksigen, api akan segera padam, karena tidak akan dapat melakukan reaksi kimia yang mana membutuhkan oksigen. Seperti yang kita ketahui, pohon melakukan fotosintesis yang mana mengubah karbondioksida dan air menjadi

glukosa dan oksigen. 6CO2 + 6H2O + sinar matahari + klorofil --> C6H12O6 + 6O2 Oksigen ini akan dilepaskan oleh pohon sebagai hasil tambahan dari fotosintesis. Dengan oksigen inilah sehingga manusia dapat menyalakan api. Oleh karena itu setelah Allah melalui Al-Qur'an menyatakan "Tidakkah kamu perhatikan api yang kamu nyalakan?" Allah langsung bertanya " Apakah kamu yang menjadikan pohon itu ataukah Kami yang menjadikannya?" Karena tanpa pohon, tidak akan ada oksigen dan tanpa oksigen tidak akan ada api. Jadi, fakta yang baru ditemukan pertengahan abad ke 18 (mengenai fotosintesis) telah di jelaskan oleh Al-Qur'an 15 abad yang lalu. Tentu saja, 15 abad yang lalu mungkin tidak ada yang menyadari maksud sebenarnya dari ayat ini, karena istilah oksigen dan fotosintesis sama sekali belum dikenal pada masa itu, terpikirkan pun mungkin saja tidak, sehingga "syajarataha" dalam ayat ini ditafsirkan oleh para ahli tafsir terdahulu sama dengan "khusubuha" dimana dalam membuat api, orang menggosok-gosokkan kayu atau menggunakan kayu sebagai bahan bakar. Lebih dalam lagi, Al-Qur'an menjelaskan hal yang sama dengan narasi yang berbeda di ayat-ayat yang lain : [36:80] yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari pohon yang hijau (as-syajari al-akhdhari), maka tiba-tiba kamu nyalakan daripadanya" [6:99] dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu kami tumbuhkan dengan itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami hasilkan dari itu "sesuatu yang hijau" (khadiran), Kami keluarkan dari itu butir yang banyak ...

Di dua ayat diatas, dimunculkan kata "akhdar" yang berarti hijau dalam kaitannya dengan pohon (syajara) dan tumbuh-tumbuhan (nabaata). Pada surah ke Yaasiin (36), lebih spesifik lagi dikatakan api dijadikan dari "pohon yang (memiliki) hijau" (as-syajari al-akhdari), karena hanya pohon yang memiliki zat hijau daun atau yang dikenal sebagai klorofil yang dapat melakukan fotosintesis dan menghasilkan oksigen. Klorofil dalah zat yang berperan untuk mengubah cahaya matahari menjadi energi yang dibutuhakan tumbuhan untuk mengubah karbondioksida dan air menjadi glukosa serta menghasilkan oksigen. Tanpa klorofil, tumbuhan-tumbuhan tidak akan dapat melakukan fotosintesis yang tentu saja tidak akan dapat menghasilkan oksigen sehingga api pun tidak akan dapat dinyalakan. Di surah Al-An'aam (6) ayat ke 99 Allah melalui Quran menyatakan " fa-akhrajna (lalu Kami keluarkan/hasilkan/adakan) min'hu (darinya) khadiran (sesuatu yang hijau)". Selanjutnya dikatakan bahwa sang "khadiran" atau "sesuatu yang hijau" atau istilah populernya "klorofil" tersebut mampu menghasilkan bagi tumbuh-tumbuhan butir yang banyak, karena dengan adanya klorofil maka proses fotosintesis dapat berjalan sehingga menghasilkan makanan yang dibutuhkan bagi tumbuh-tumbuhan untuk menghasilkan buah.

Jika di surah 36 dan 56 di atas Allah menggunakan kata "syajara" atau "pohon" dalam kaitannya dengan api, maka dalam menjelaskan "sesuatu yang hijau" atau khadiran di surah 6, dimana tidak disebutsebutkan kaitannya dengan api, Allah memasangkannya dengan kata "nabata" atau "tumbuhtumbuhan". Hal ini karena jika terkait dengan api, "syajara" atau "pohon" selain menghasilkan oksigen, juga memiliki kayu yang juga dibutuhkan dalam membuat api sebagai bahan bakarnya. Masih di surah Al-An'aam (6) ayat ke 99, di akhir ayatnya Allah berkata : [6:99] ... Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman. Disini Allah secara spesifik menekankan kita untuk memperhatikan keadaan buah dan sekitarnya, mulai ketika buah tersebut masih muda sampai menjadi matang, bagaimana keadaan daun-daun di sekitar buah tersebut, sampai akhirnya pohon tersebut akhirnya tidak menghasilkan buah lagi. Dari daun yang awal mulanya berwarna hijau menjadi mulai memudar dan menjadi berwarna kuning (disebagian jenis pohon), akibat sel-sel hijau daunnya telah mati. Demikianlah Allah menunjukkan tanda-tandanya kepada manusia, sebagaimana yang difirmankan-Nya dalam surah Fushshilat (41) ayat 53 : [41:53] Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Quran itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?

Wallahu a'lam Maha benar Allah dengan segala firman-Nya Sumber : http://www.quranandscience.com/plants/ dan sumber-sumber lainnya Narrated Abu Huraira: I heard Allah's Apostle saying, "I have been sent with Jawami al-Kalim (i.e., the shortest expression carrying the widest meanings), and I was made victorious with awe (caste into the hearts of the enemy), and while I was sleeping, the keys of the treasures of the earth were brought to me and were put in my hand." Muhammad said, Jawami'-al-Kalim means that Allah expresses in one or two statements or thereabouts the numerous matters that used to be written in the books revealed before (the coming of) the Prophet . (Translation of Sahih Bukhari, Volume 9, Book 87, Number 141)

Benarkah Al-Qur'an Berkata Matahari Tidak Menyebabkan Siang ?


Membaca judul postingan ini mungkin sebagian akan berpikir, "bagaimana mungkin? Bukankah orangorang dari jaman dahulu kala sampai sekarang tahu dan sadar bahwa siang itu ada karena matahari?" Percaya atau tidak, ternyata Al-Qur'an menyatakan hal itu, dan kebenarannya sudah dibuktikan dengan ilmu pengetahuan saat ini. Pernyataan yang dimaksud adalah pada surah Asy-Syams ayat 1-4 : [91:1] Demi matahari dan cahayanya di pagi hari [91:2] dan bulan apabila mengiringinya [91:3] dan siang apabila menampakkannya [91:4] dan malam apabila menutupinya

Pertama, pada ayat pertama Al-Qur'an menggunakan kata "dhuhaha" dengan asal kata "dhuha" yang berarti "cahaya pagi". Jika di lain ayat Allah menggunakan kata "dhiyaan" untuk menyatakan sinar matahari, disini Allah menyatakan dengan kata "dhuha". Kenapa "dhuha" ? karena "dhuha"-lah cahaya matahari yang tampak di bumi. Di ayat ketiga Allah menyatakan "dan siang apabila menampakkannya (jallh)". "jallh" di sini di artikan menampakkan, akan tetapi kata "jalla" yang merupakan kata dasar dari "tajalla" dapat pula di artikan dengan berarti "memuliakan", "mengagungkan" atau "membesarkan" (silakan menggunakan kamus bahasa arab, atau di Arabic-English Lane's Lexicon, atau dapat pula dilihat di corpus.quran.com) Ilmu pengetahuan saat ini menyatakan bahwa yang menyebabkan siang menjadi terang benderang adalah dikarenakan atmosfir bumi memfilter cahaya matahari dan menguatkan dengan cara menyebarkannya (scattering). Tanpa atmosfir bumi, cahaya matahari yang dirasakan di bumi tidak akan seterang saat ini dan akan jauh lebih berbahaya karena tidak adanya filter. Kenyataannya, di luar angkasa, cahaya matahari tidak "tampak" seterang di bumi yang mampu menyinari seluruh permukaan suatu planet. Hal ini dikarenakan karena luar angkasa itu sangat gelap. Cahaya matahari nyaris "tertutup malam" seperti yang dikatakan di ayat ke 4 surah Asy-Syam di atas. Siang hari di bulan akan sangat berbeda dengan dibumi. Warna gelap akan tetap mendominasi langit bulan, tidak akan biru terang seperti siang hari di bumi. Ini disebabkan karena "siang" di bulan tidak "mengagungkan" cahaya matahari akibat atmosfer yang tidak memadai. Di dalam ayat yang lain Allah menyatakan : [36:37] Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan. Seperti yang pernah diuraikan pada postingan "Matahari dan bulan mengelilingi bumi" sebelumnya, penggunaan kata "tanggalkan" di sini mengandung arti bahwa malam (kegelapan) mendominasi alam semesta, seperti pigura yang ditanggalkan dari dinding yang berarti dinding yang mendominasi. Di

bawah adalah gambar matahari yang diambil oleh NASA, dimana terlihat, walaupun terdapat sinar matahari, sekeliling luar angkasa tetaplah terdominasi oleh malam, sehingga tepatlah istilah siang ditempelkan pada malam, dan pada akhirnya siang ditanggalkan dari malam :

Mari kita perhatikan pernyataan pada ayat yang lainnya : [15:14] Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya, [15:15] tentulah mereka berkata: "Sesungguhnya pandangan kamilah yang dikaburkan (sukkirat), bahkan kami adalah orang orang yang kena sihir". "Sukkirat" pada ayat 15 surah Al-Hijr sebagaimana di sebutkan diatas diartikan sebagai dikaburkan. "sukkirat" adalah bentuk pasif dari "sukara" yang artinya mabuk. Jadi "sukkirat" juga dapat diartikan sebagai "dikaburkan, disamarkan, atau dibutakan seperti dalam keadaan mabuk". Allah memberitahukan bahwa apabila seseorang pergi ke luar angkasa, mereka akan mendapati pandangan mereka dikaburkan dan digelapkan, karena luar angkasa itu dalam keadaan hitam gelap, tidak berwarna biru terang seperti siang yang terlihat dari bumi, tidak seperti prasangka orang-orang sebagaimana yang teramati dari bumi. Di surah Al-Lail (91) ayat 1 pun disebutkan bahwa malam (gelap) itu meliputi dan menutupi, yang berarti malam mendominasi alam semesta : [Q.S 92:1] Demi malam yang meliputi/menutupi Jadi, Al-Qur'an menyatakan bahwa siang yang terjadi di bumi tidak dikarenakan karena adanya matahari itu sendiri, melainkan karena siang itu (dengan adanya atmosfir bumi), menguatkan,menyebarkan, dan memfilter cahaya matahari, yang terjadi ketika sebagian permukaan bumi menghadap ke arah matahari,

Sesuatu yang dinyatakan 15 abad yang lalu dengan bahasa yang dapat diterima pada jamannya dan dapat dibuktikan kebenarannya dengan ilmu pengetahuan saat ini. Tanpa matahari tentu saja tidak akan mungkin ada siang, akan tetapi adanya matahari saja tidak cukup untuk menjadikan siang di bumi seperti yang manusia rasakan. Perlu adanya elemen lain (baca : atmosfer) agar dapat menjadikan sinar matahari yang sampai ke bumi dapat menjadi siang seperti yang dirasakan oleh seluruh makhluk di bumi saat ini. Bahasa arab yang sangat kaya akan makna, dimana satu kata dapat memiliki banyak makna merunut dari akar-akar katanya maupun dari penggunaan kata itu sendiri, dapat menjadi salah satu alasan mengapa Allah menjadikan bahasa arab sebagai bahasa Al-Qur'an, wallahu a'lam, seperti hadist yang disebutkan di akhir postingan ini.

Surah Asy-Syams menerangkan tentang Hidrogen dan Helium Ilmu pengetahuan saat ini menjelaskan bahwa matahari terdiri dari kurang lebih 74% hidrogen (H), 24% helium (He) dan 2% unsur lain. Helium ini sendiri terbentuk dari hasil reaksi energi nuklir terhadap Hidrogen. Tidak dapat dikatakan sebagai suatu kebetulan kalau surat Asy-Syams, yang berarti matahari, merupakan satu-satunya surah yang seluruh ayatnya di akhiri oleh hamzah (H) and alif (A dalam ejaan arab atau dapat menjadi E dalam ejaan ibrani). H yang berarti hidrogen yang ditambah dengan Energi menjadi HE (helium). Dan juga sepertinya kurang tepat pula jika dikatakan sebagai kebetulan kalau ternyata Asy-Syams adalah surah ke-91 dalam Al-Quran, yang mana dikutip dari General, Organic, and Biological Chemistry Oleh H. Stephen Stoker, bahwa di alam semesta ini, 91% partikel dasar yang ada adalah Hidrogen dan hampir 9% sisanya adalah helium : "All other elemets are mere "imputities" when their abundances are compared with those of these two dominant elements. In this big picture, in which Earth is but a tiny microdot, 91% of all elemental particles (atoms) are Hydrogen, and nearly all of the remaining 9% are Helium". Jadi, lihatlah bagaimana 91% elemen yang terdapat di tata surya kita, terutama matahari, adalah hidrogen, yang sama dengan nomor urut surah Asy-Syams dalam Al-Qur'an. Tidak ada yang kebetulan mengenai ketepatan Al-Qur'an dengan ilmu pengetahuan, karena Allah telah menghitung segala sesuatunya dengan sangat cermat, dan Al-Quran diturunkan dengan ilmu Allah. [72:28] ... dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu. [11:14] ... maka ketahuilah, sesungguhnya Al Qur'an itu diturunkan dengan ilmu Allah ...

Sekali lagi, betapa Allah telah memperingatkan manusia bahwa segala sesuatunya tidak harus disodorkan secara tersurat, karena tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang berilmu. [29:43] Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya

(dari berbagai sumber)

Narrated Abu Huraira: I heard Allah's Apostle saying, "I have been sent with Jawami al-Kalim (i.e., the shortest expression carrying the widest meanings), and I was made victorious with awe (caste into the hearts of the enemy), and while I was sleeping, the keys of the treasures of the earth were brought to me and were put in my hand." Muhammad said, Jawami'-al-Kalim means that Allah expresses in one or two statements or thereabouts the numerous matters that used to be written in the books revealed before (the coming of) the Prophet . (Translation of Sahih Bukhari, Volume 9, Book 87, Number 141)

Al-Qur'an dan Besi Bagi Manusia

Besi merupakan unsur yang banyak kegunaannya bagi manusia. Dari jaman dahulu sampai sekarang, besi dan campurannya banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti untuk membuat baju perang, monumen-monumen, kereta-kereta dan kendaraan-kendaraan, sampai kepada baja. Besi sendiri di dalam Al-Qur'an disebutkan beberapa kali, salah satunya adalah di surah Al-Hadid (yang artinya "Besi) ayat 25, dimana dikatakan bahwa besi tersebut memiliki kekuatan yang besar, apalagi di jaman sekarang, dimana besi dikombinasikan dengan ikatan karbon menjadi baja, yang memiliki berbagai macam manfaat dalam kehidupan manusia [57:25] ... Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

Yang menarik dari surah Al-hadid ayat 25 adalah ketika disebutkan "wa-anzalna al-hadid" yang diartikan di atas sebagai "dan Kami ciptakan besi". "Anzalna" secara literal berarti "Kami turunkan" berasal dari akar kata "nazala" yang berarti "turun". Baik "anzalna" maupun variasinya digunakan tidak kurang dari 250 kali dalam Al-Qur'an dengan arti "mengirim sesuatu dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah", misalnya ketika berbicara tentang "menurunkan air dari langit" atau "menurunkan tandatanda". Jadi Al-Hadid ayat 25 di atas secara eksplisit menyatakan bahwa besi itu "diturunkan" agar dapat di pergunakan oleh manusia. Diturunkan di sini benar-benar dari suatu tempat yang tinggi (baca: langit) ke tempat yang rendah (baca: bumi). Besi sendiri merupakan unsur yang paling banyak di bumi, dilihat secara massa, baik di dalam inti bumi maupun lapisan di atasnya. Untuk planet yang berbatu seperti bumi, keberadaan besi sangatlah umum, yang terbentuk sebagai hasil dari proses pembentukan planet. Namun pada mulanya, bukan besi-besi yang ada di bumi yang di olah manusia. Dari buku "Understanding materials science" oleh Rolf E.Hummel dan "Archaeomineralogy" oleh George Robert Rapp, dinyatakan bahwa dari kurangnya bukti-bukti arkeologis dari produksi besi sehingga diperkirakan bahwa penggunaan besi telah dilakukan jauh sebelum zaman besi (iron age) itu sendiri. Saat ini diketahui bahwa campuran besi-nikel atau besi meteorit, telah digunakan oleh manusia ribuan tahun sebelum zaman besi. Disebut besi meteorit, karena besi ini didapatkan dari meteor-meteor yang jatuh ke bumi. Besi jenis ini di indikasikan dengan kandungan nikelnya yang cukup banyak dalam campurannya, karena meteorit ini kaya akan kandungan campuran besi-nikel, sedangkan besi yang ada di bumi memiliki kandungan nikel yang sedikit bahkan tidak ada di dalam campurannya. Besi meteorit ini banyak digunakan pada zaman dulu karena besi jenis ini yang paling mudah ditemukan di permukaan bumi dan di anggap memiliki

"kekuatan mistis" karena dikirimkan dari langit, karena daya tahan dan kekerasannya jauh lebih tinggi daripada perunggu, yang telah lebih dahulu banyak digunakan. Dimulai dari besi meteorit inilah manusia mengenal besi dan mengetahui kegunaan dan manfaatnya bagi kehidupan manusia. Tidak hanya itu, menurut penemuan saat ini, bahkan besi yang berada di bumi baik di inti bumi maupun di lapisan di atasnya tidak terbentuk secara alami dibumi, melainkan berasal "langit" di masa pembentukannya, karena besi hanya dapat tercipta pada bintang-bintang dengan suhu yang teramat tinggi, diatas 2.5 milyar kelvin, melalui proses yang dinamakan silicon burning process (perlu diperhatikan bahwa inti matahari pun hanya memiliki suhu 15.7 juta kelvin). Dalam hal ini besi merupakan hasil dari proses nuklir dimana isotop besi yang tidak stabil ber-fusi dengan inti helium menjadi nikel-56 yang akan berfusi menjadi kobalt-56 yang kemudian berfusi kembali menjadi besi yang stabil yaitu besi-56. Ketika inti bintang tersebut meledak akan menghasilkan supernova, yang ledakannya membawa elemen-elemen besi yang kemudian akan menjadi pembentuk inti planet-planet baru dan benda-benda langit lainnya, dalam hal ini termasuk bumi di awal pembentukannya. Yang jika dipetakan dalam enam masa pembentukan alam semesta, ini terjadi di dua masa pembentukan bumi dan langit pertama, sebagaimana dibahas di postingan "Bumi Tercipta Lebih Dulu Daripada Langit, Sebuah Pernyataan Al-Qur'an" Suatu fakta yang diketahui oleh ilmu pengetahuan saat ini telah diberitahukan secara eksplisit oleh AlQur'an 15 abad yang lalu.

Fosil, batu dan besi Sekarang mari kita perhatikan Al-Israa (17) ayat 49-51 : [Q.S 17:49] Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?" [Q.S 17:50] Katakanlah: "Jadilah kamu sekalian batu atau besi, [Q.S 17:51] atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu". Maka mereka akan bertanya: "Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?" Katakanlah: "Yang telah menciptakan kamu pada kali yang pertama". Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata, "Kapan itu (akan terjadi)?" Katakanlah: "Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat", Yang menarik adalah ayat ke 50 di atas. Ketika surah Al-Israa ayat 49 menceritakan bagaimana orangorang kafir mempertanyakan apakah mereka benar-benar bisa dibangkitkan setelah mereka mati sedangkan mereka telah menjadi tulang belulang bahkan telah menjadi hancur, di ayat ke 50 dikatakan "qul kuunuu hijaaratan aw hadiidan", "Katakan, jadilah batu atau besi". Di bandingkan ayat 49 dan 51, ayat ke 50 ini jauh lebih pendek. Menanggapi ayat 49, hanya di jawab dengan "jadilah batu atau besi". Seperti yang telah diketahui bahwa ketika suatu makhluk hidup telah mati, maka ada kemungkinan

bagian-bagian tubuhnya yang keras, seperti cangkang ataukah tulang akan mengalami fosilisasi, dimana rongga-rongga tempat terdapat organ-organ yang lunak akan di isi oleh mineral-mineral, seperti calcite, aragonite atau silica yang kemudian akan mengeras menjadi batu.Fosilisasi ini dapat terjadi baik di daratan maupun lautan. Beberapa jenis fosil terdiri dari mineral-mineral yang keras yang mengandung besi, seperti hematite (Fe2O3) ataupun pryte (FeS2).Lebih lanjut, informasi mengenai fosil dan proses fosilisasi dapat di literatur-literatur material ataupun di internet, salah satunya : http://www.fossilmuseum.net/fossilrecord/fossilization/fossilization.htm Fakta bahwa tulang belulang dari makhluk yang telah mati dapat menjadi batu ataupun besi telah dinyatakan di dalam Al-Qur'an surah Al-Israa (17) ayat 49-50, dan dibuktikan kebenarannya dengan ilmu pengetahuan berabad-abad kemudian.

26, Nomor Atom Besi Besi, di dalam tabel periodik, memiliki simbol Fe dan nomor atom 26. Di dalam Al-Qur'an, satu surah di beri judul dengan unsur ini yaitu Al-Hadid, yang berarti besi, yang merupakan surah ke 57. Besi sendiri dalam bahasa arab adalah "hadid". Penambahan "al" di depan "hadid" menjadi "al-hadid" adalah penegasan terhadap kata benda, seperti hal-nya "the" di dalam bahasa inggris. Al-hadid yang terdiri dari huruf alif, lam, ha, dal, ya, dal memiliki nilai gematrikal 1+30+8+4+10+4=57, sama dengan nomor surahnya. Dahulu, orang-orang terutama di daerah timur tengah, seperti Yahudi, Siria, Yunani, dan Arab, banyak menggunakan nilai Gematrikal untuk menghitung nilai suatu kata, ataupun mempergunakannya untuk perhitungan yang lain, dengan cara memberikan nilai-nilai tertentu pada huruf-huruf dalam sistem alfabet-nya. Di bawah ini adalah tabel gematrikal dari alfabet arab. Untuk nilai gematrikal alfabet ibrani atau yunani, bisa dilihat di postingan "Membuat Surah yang Menyamai Al-Qur'an? Siapa Takut!"

"hadid" sendiri, yang berasal dari kata "al-hadid" memiliki nilai gematrikal 8+4+10+4=26, sama dengan nomor atom besi di dalam tabel periodik. Wallahu a'lam Maha benar Allah dengan segala firman-Nya Sumber : http://www.miraclesofthequran.com/scientific_30.html dan dari sumber lain Narrated Abu Huraira: I heard Allah's Apostle saying, "I have been sent with Jawami al-Kalim (i.e., the shortest expression carrying the widest meanings), and I was made victorious with awe (caste into the hearts of the enemy), and while I was sleeping, the keys of the treasures of the earth were brought to me and were put in my hand." Muhammad said, Jawami'-al-Kalim means that Allah expresses in one or two statements or thereabouts the numerous matters that used to be written in the books revealed before (the coming of) the Prophet . (Translation of Sahih Bukhari, Volume 9, Book 87, Number 141)

Al-Qur'an dan Pembentukan Minyak Bumi


Minyak mentah atau minyak bumi terbentuk akibat adanya percampuran dari berbagai hidrokarbon dengan mineral seperti sulfur dalam tekanan yang ekstrim. Saat ini telah diketahui bahwa sebagian besar, jika tidak dapat dikatakan semua, minyak mentah ini berasal dari bahanbahan organik seperti binatang-binatang kecil dan tumbuh-tumbuhan yang mati dan terkubur di dasar laut jutaan tahun yang lalu, melalui proses peruraian dan pencampuran dengan pasir dan lumpur ditambah dengan tekanan yang tinggi. Walaupun fakta tentang pembentukan minyak dari bahan organik ini baru diketahui satu-dua abad ini, namun ternyata hal ini telah disebutkan di dalam Al-Qur'an 15 abad yang lalu di surah Al-A'la (87) ayat 1-5: [87:1] Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi, [87:2] Yang menciptakan, dan menyempurnakan [87:3] dan Yang menentukan kadar dan mengarahkan (memberi petunjuk), [87:4] dan Yang (telah) menumbuhkan/menciptakan rumput-rumputan (al-mar'a), [87:5] lalu dijadikan-Nya rumput-rumput itu kering kehitam-hitaman (ghutsaa-an ahwaa). Di ayat ke-4 Al-Qur'an menggunakan al-mar'a, yang mana menurut Arabic-English Lane's Lexicon dapat berarti padang rumput (pasture) maupun tumbuh-tumbuhan jenis rumputrumputan (herbage). Jika pepohonan dalam Al-Qur'an adalah syajarata, dan tumbuh-tumbuhan secara umum dikatakan dengan nabata, di ayat ke-4 ini Al-Qur'an menggunakan kata al-mar'a yang mengacu kepada subtansi organik ataupun tumbuh-tumbuhan jenis rumput-rumputan (termasuk pula dalam kategori al-mar'a ini tumbuh-tumbuhan air seperti ganggang/alga dan hydrilla). Al-mar'a ini juga mengacu kepada tumbuh-tumbuhan di periode awal bumi, sebagaimana ketika Allah menceritakan mengenai penciptaan alam semesta dan bumi di surah An-Naazi'aat (79), yang di bahas dalam postingan "Bumi Tercipta Lebih Dulu Daripada Langit, Sebuah Pernyataan Al-Qur'an". [79:31] Ia mengeluarkan daripadanya mata airnya, dan tumbuh-tumbuhannya (wamar'aahaa) Kemudian di ayat ke 5 dikatakan "faja'alahu ghutsaa-an ahwa" yang arti kata-per-kata-nya adalah "kemudian dijadikan-Nya itu ghutsaa-an ahwa". Ghutsaa-an menurut Arabic-English Lane's Lexicon berarti "the rubbish or small rubbish, or particle of things, or refuse and scum and rotten leaves mixed with the scum, borne upon surface of a torrent" -- kumpulan partikel, sampah ataupun daun-daun busuk yang tercampur dengan sampah tersebut, yang mengalir dengan sangat deras (torrent), sementara ahwaa berarti gelap, menjadi berwarna hitam kehijauhijauan. Dari ayat ke-4 dan ke 5 surah Al-A'la (87) diatas terlihat bagaimana Allah menjelaskan bahwa subtansi organik dalam hal ini al-mar'a ketika mati dijadikan Allah bercampur menjadi suatu cairan yang mengalir dan berwarna hitam gelap (ahwaa), yang kita kenal dengan sebutan minyak bumi. Ahwaa digunakan disini, bukannya kata aswad yang berarti hitam, mengindikasikan adanya penumpukan yang banyak dari ghutsaa-an sehingga warnanya menjadi gelap hitam dengan sedikit kehijau-hijauan (definisi berdasarkan Arabic-English Lane's Lexicon halaman 661).

Empat sifat minyak bumi yang diketahui surah Al-A'la ayat 4-5 di atas yaitu :

Berasal dari bahan organik dan mengalami proses pembusukan Mengalir dengan sangat deras seperti banjir Berwarna gelap kehitam-hitaman akibat penumpukan yang lama Terbentuk di periode bumi awal. Al-mar'a sebagai kata benda hanya digunakan dua kali dalam Al-Qur'an. Satu di surah Al-A'la (87) ayat 4 ini, yang kedua adalah di surah AnNaazi'aat (79) ayat 31 ketika mengisahkan tentang pembentukan awal alam semesta dan bumi (baca di "Bumi Tercipta Lebih Dulu Daripada Langit, Sebuah Pernyataan AlQur'an")

Menurut http://www.petroleum.co.uk/formation/ , minyak bumi hanya terbentuk dalam suhu dan tekanan (tinggi) tertentu, dimana apabila suhunya terlalu rendah akan mengakibatkan bakal minyak bumi tersebut memadat, dan apabila suhunya terlalu tinggi (diatas 232.22 derajat celcius) akan mengakibatkan tidak dapat terbentuknya minyak bumi. namun sebagaimanya yang telah dijelaskan di ayat2-3, bahwa minyak bumi terbentuk karena Allah-lah yang menciptakan, menyempurnakan, menentukan kadar dan mengarahkan, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu. [72:28] ... dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu Wallahu a'lam Maha benar Allah dengan segala firman-Nya Dari berbagai sumber Narrated Abu Huraira: I heard Allah's Apostle saying, "I have been sent with Jawami al-Kalim (i.e., the shortest expression carrying the widest meanings), and I was made victorious with awe (caste into the hearts of the enemy), and while I was sleeping, the keys of the treasures of the earth were brought to me and were put in my hand." Muhammad said, Jawami'-al-Kalim means that Allah expresses in one or two statements or thereabouts the numerous matters that used to be written in the books revealed before (the coming of) the Prophet . (Translation of Sahih Bukhari, Volume 9, Book 87, Number 141)

At-Takwiir 17-18: Proses Fotosintesis di Pagi Hari


Oksigen merupakan elemen yang sangat penting peranannya bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Manusia dan sebagian besar makhluk hidup dalam bernafas membutuhkan oksigen. Oksigen ini dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan di bumi, baik di daratan maupun di lautan melalui proses fotosintesis Proses fotosintesis ini tumbuh-tumbuhan mengambil karbondiosida (CO2), yang merupakan zat yang

berbahaya bagi manusia dan merupakan hasil dari pernapasan makhluk hidup, sebagai bahan dasar dan dengan bantuan energi sinar matahari mengubahnya menjadi glukosa yang diperlukan oleh tumbuhtumbuhan dan melepaskan oksigen. Adanya kebutuhan akan energi sinar matahari di dalam prosesnya menyebabkan fotosintesis hanya terjadi pada siang hari. Bagaimana jika dikatakan kepada Anda, bahwa informasi mengenai fotosintesis ini telah di beritahukan kepada manusia melalui sebuah buku yang dibuat 15 abad yang lalu ? Tentu saja hal tersebut mungkin apabila buku tersebut berasal dari Tuhan sang Pencipta, karena secara ilmu pengetahuan 15 abad yang lalu belum dapat menyatakan mengenai suatu proses pada tumbuhan yang menghasilkan suatu zat yang dibutuhkan bagi pernafasan makhluk hidup di bumi. Telah di bahas di dalam postingan "Ketika Al-Qur'an Berkata Tentang Oksigen dan Klorofil" bagaimana Al-Qur'an melalui surah Al-Waaqi'ah (56) ayat 71-72, surah Yaasiin (36) ayat 80 dan surah Al-An'aam (6) ayat 99 menerangkan keberadaan oksigen (O2) yang dihasilkan tumbuh-tumbuhan yang memiliki zat hijau daun atau klorofil, maka dalam postingan ini akan dibahas mengenai surah At-Takwiir ayat 17-18 yang terjemahannya : [81:17] dan demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, [81:18] dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing, Pertama mari kita perhatikan terlebih dulu At-Takwiir ayat 18 di atas. "wal-subhi idzaa tanaffasa" di terjemahkan sebagai "dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing". "Tanaffasa" sendiri berasal dari akar kata "nafasa" yang artinya "bernafas" dan "tanaffasa" ini secara literal artinya adalah "dia bernafas". Sehingga At-takwiir ayat 18 di atas secara literal artinya adalah "dan subuh ketika dia (mulai) bernafas". "Tanaffas" disini bukanlah proses bernafas makhluk hidup dimana menghirup oksigen dan melepaskan karbondioksida, karena proses bernafas makhluk hidup berlangsung sepanjang waktu, pagi, siang, sore, malam. Bahkan tumbuh-tumbuhan pun melakukan pernafasan dimana mengambil oksigen untuk bernafas dan melepaskan karbondioksida sepanjang waktu. "Tanaffas" ini adalah proses penghasilan zat yang dibutuhkan dalam pernafasan itu sendiri yaitu Oksigen. Waktu subuh atau fajar merupakan saat dimana tumbuh-tumbuhan memulai proses pembentukan zat untuk bernafas (baca : fotosintesis) karena di waktu inilah energi cahaya matahari mulai sampai ke bumi. Tanpa adanya cahaya matahari, tanpa adanya "pagi", tidak akan ada proses pembentukan oksigen secara alami dan tidak akan ada makhluk hidup yang dapat bernafas dibumi. Hal ini di ungkapkan dalam Al-Qur'an dalam satu ayat pendek "wal-subhi idzaa tanaffasa", "dan subuh ketika dia (mulai) bernafas". William Fenical dalam bukunya "Marine Plants: A unique and Unexplored Resources" halaman 147 menyebutkan bahwa 70% oksigen bebas di bumi berasal dari tumbuhan dan makhluk bersel satu yang ada di lautan sedangkan 30% berasal dari tumbuh-tumbuhan di daratan. Sedangkan J.C.G Walker dalam "The oxygen cycle in the natural environment and the biogeochemical cycles" menyatakan tumbuhtumbuhan laut berkontribusi sekitar 45% persen dari oksigen yang ada di bumi. Namun semuanya

sepakat bahwa oksigen alami dihasilkan oleh tumbuh-tumbuhan melalui proses fotosintesis yang terjadi di pagi dan siang hari karena proses ini membutuhkan energi sinar matahari Bagaimana dengan malam hari ? Sebagian besar tumbuh-tumbuhan beristirahat dari proses fotosintesis karena tidak cukupnya energi sinar matahari yang ada di malam hari. Sebagian tumbuh-tumbuhan tipe CAM (Crassulacean Acid Metabolism) seperti kaktus dan beberapa jenis anggrek, mengambil karbondioksida yang ada untuk disimpan dan dipergunakan di pagi harinya dalam proses fotosintesis. Keadaan ini diungkapkan di dalam Al-Qur'an satu ayat sebelumnya yaitu At-Takwiir ayat 17 di atas : [81:17] dan demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, "wal-layli idza 'as'asa" yang di artikan dengan "dan demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya" secara literal memiliki arti "dan malam ketika 'as'asa". "'as'asa" di sini, sebagaimana "tara-ib" dalam surah At-Thaariq ayat 7 dan "dahaaha" dalam surah An-Naazi'at ayat 30, merupakan kata dalam Al-Qur'an yang tergolong berbeda dan tidak lazim digunakan bahkan di zaman Al-Qur'an diturunkan. Biasa kata-kata yang seperti ini hanya muncul dan disebutkan sekali di dalam Al-Qur'an. Menurut kitab tafsir Ibnu Katsir dan juga Arabic-English Lane's Lexicon, disebutkan bahwa sebagian besar sahabat mengartikan 'as'asa ini dengan "berangkat/meninggalkan" (departs/leaves), walaupun sebagian lagi mengartikannya dengan "datang/mendekatkan/memasukkan" (come close in/approaches). Namun dalam kaitannya dengan proses "tanaffas" (baca: fotosintesis) di ayat selanjutnya, 'as'asa ini memang dapat di artikan sebagai "meninggalkan" maupun "mendekatkan/memasukkan". Pada malam hari, sebagian tumbuh-tumbuhan di bumi beristirahat dan meninggalkan proses fotosintesis, dimana mereka membiarkan dan meninggalkan karbondioksida yang ada. Sebagian lagi, yaitu tumbuh-tumbuhan tipe CAM, "mendekatkan" dan "memasukkan" karbondioksida yang ada di malam hari untuk kemudian diubah menjadi ikatan asam, dimana ikatan asam ini akan di pecah kembali menjadi karbondioksida di pagi harinya untuk langsung digunakan dalam proses fotosintesis. Jawami al-Kalim, yang disebutkan pada hadis yang dikutip di akhir postingan ini, merupupakan keistimewaan Al-Qur'an. Penggunaan kata yang tidak lazim dipakai, dimana artinya pun menimbulkan banyak tafsir pada masa Al-Qur'an diturunkan, ternyata mengungkapkan banyak hal yang baru dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmu pengetahuan berabad-abad kemudian. Dengan dua ayat pendek, "wal-layli idza 'as'asa wal-subhi idzaa tanaffasa", Al-Qur'an menjelaskan bagaimana dimalam hari karbondiosida ditinggalkan oleh sebagian tumbuhan dan diambil oleh sebagian jenis tumbuhan lain, untuk digunakan dipagi hari dalam proses fotosintesis yang akan menghasilkan oksigen.

Wallahu a'lam Maha benar Allah dengan segala firman-Nya

dari berbagai sumber Narrated Abu Huraira: I heard Allah's Apostle saying, "I have been sent with Jawami al-Kalim (i.e., the shortest expression carrying the widest meanings), and I was made victorious with awe (caste into the hearts of the enemy), and while I was sleeping, the keys of the treasures of the earth were brought to me and were put in my hand." Muhammad said, Jawami'-al-Kalim means that Allah expresses in one or two statements or thereabouts the numerous matters that used to be written in the books revealed before (the coming of) the Prophet . (Translation of Sahih Bukhari, Volume 9, Book 87, Number 141)

Hukum Kekekalan Energi & Islam


Posted on 24/11/2011 by Arman

Oleh Armansyah Anda tahu apa isi dari Laws of Thermodynamics alias Hukum Kekekalan Energi ? Baik, saya kutipkan dulu dari Wikipedia : Energy can be neither created nor destroyed. It can only change forms Dalam Wikipedia Indonesia, diterjemahkan : Energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan tetapi dapat dikonversi dari suatu bentuk ke bentuk yang lain Tetapi tahukah anda bahwa hukum kekekalan energi diatas, tidak hanya habis sebatas teoritis para ilmuwan yang tidak berkaitan dengan aktivitas apapun dalam hidup ini. Karena sesungguhnya didalam hidup inipun, hukum tersebut berlaku. What you do is what you get. Itu juga yang diajarkan Rhonda Byrne dalam The Secret atau bahkan oleh Cesar Millan The Dog Whisperer. Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam, sudah sejak lama menegaskan:

In ahsantum ahsantumli-anfusikum wa-in asatum falaha If you did well, you did well for yourselves; if you did evil, so (you did it) against yourselves.

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu akan kembali pada dirimu sendiri Sumber : al-Quran surah al-Israa [17] ayat 7 Silahkan tarik benang merah dengan konsep hukum termodinamika tersebut bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi dia bisa berubah bentuk. Setiap apa yang kita lakukan atau kita pikirkan, akan mengeluarkan atau melepaskan Mara alias energi. Bahkan meski itu sebatas niat sekalipun. Olehnya didalam Islam ada konsep bahwa segalanya berawal dari niat. Ketika kita berniat jahat ataupun kita berpikiran negatif, saat itu juga kita tanpa sadar telah melepaskan energi yang juga negatif atau energi yang merusak keluar tubuh kita.

Ilustrasi Anda tahu, energi negatip yang kita lepaskan tadi akan membentuk sesuatu yang kita takutkan atau kita negasikan tadi. Misalnya, anda takut lewat kuburan malam hari seorang diri berjalan kaki yang terletak dipedalaman. Ketakutan tanpa alasan itu dibentuk oleh imajinasi negatip yang bermacam-macam, entah takut ketemu kuntilanak yang berbentuk wanita berambut hitam panjang menjuntai dengan baju berwarna putih dan tawanya yang cekikikan, entah takut akan muncul sosok tinggi besar didekat pepohonan entah juga takut tahu-tahu dari dalam kuburan keluar mayat hidup berbentuk pocong dan lain sebagainya.

Ilustrasi Pocong Begitupula misalnya kaum wanita yang umumnya takut atau geli dengan cacing. Sebenarnya cacing mah gak gigit, gak ngapa-ngapain. Tapi paradigma alias mind set yang sudah dilepaskan dari tubuhnya secara negatip akan membentuk ketakutan dengan beban berlebihan juga secara luar biasa sehingga jadilah dia takut terhadap cacing. Sebaliknya, ketika kita berbuat baik maka kebaikan pula akan kembali pada diri kita, walau seringkali kebaikan yang kita terima tidak sama bentuknya seperti yang telah kita lepaskan atau kita berikan. Energi itu akan kembali memantul, dia tidak musnah tetapi sangat mungkin dia berubah bentuknya. Sampai disini, apakah anda sudah bisa membaca maksud saya ? Oke kita lanjutkan lagi, ketika belajar tenaga dalam tingkat dasar, kita diajarkan untuk berperilaku tenang saat ada seseorang dengan penuh emosi akan menyerang kita. Sebab ketenangan itu akan membentuk rasa keberanian dan itu mengeluarkan energi yang positip serta kuat, dimana ketika kekuatan emosi yang sifatnya berlawanan dengan ketenangan kita itu datang menghantam, maka orang yang akan menyerang kita tadi itu kembali terpental terhantam energinya sendiri. Didalam cerita silat seperti Wiro Sableng atau Asmaraman Kho Ping Hoo, kita juga kerap membaca istilah ilmu meminjam tenaga lawan. Bahkan Niki Kosasih dalam Saur Sepuhnya ikut memperkenalkan konsep Lampah Lumpuh sebagai ilmu tersakti tokoh utamanya, Brama Kumbara yang sifatnya menyedot tenaga lawan dengan kekuatan yang disalurkan oleh lawan itu sendiri sampai tenaganya habis dan menjadi lumpuh layu. Ini cuma sebagai intermezzo saja. Next ketika kita membantu orang dalam kesulitan, ketika kita rajin bersedekah, ketika kita ikhlas mengajarkan ilmu pada orang lain coba apa janji Allah ? Semua akan dibalas bahkan berkali lipat.

Dalam sejumlah kasus mungkin bentuk kebaikan yang kembali pada kita akan sama seperti apa yang sudah kita lakukan, tetapi banyak kasus lainnya, kebaikan itu berwujud beda. Bahkan bisa jadi kebaikan itu menghampiri anak atau keluarga kita lainnya. Itulah hukum kekekalan energi. Seperti kita melemparkan bola kedinding, maka bola itu akan kembali memantul kepada kita atau kesekitar kita. Semakin keras kita melempar dan memantulkannya maka akan semakin keras pula kembalinya pada kita.

Itu juga kenapa kita akan celaka bila durhaka pada Allah dan atau pada orang tua, khususnya Ibu kita. Sebab sesungguhnya energi yang kita miliki adalah energinya Allah, kekuatannya Allah, kemudian energi serta kemampuan kita itu bersumber dari dalam rahim ibu kita, dimana sejak kita mendiami rahim beliau, sudah diberi asupan berupa makanan yang nantinya akan menghasilkan energi bagi embrio dan janin, yaitu kita. Saat kita durhaka pada Ibu kita, maka artinya kita membenturkan energi kita pada energi yang lebih kuat, energi induk, maka pasti kita akan kalah dan celaka. Semakin kuat kita durhaka, semakin keras pula pantulannya kepada kita, kehidupan kita, keluarga kita dan seterusnya.

wama ramayta ith ramayta walakinnaAllaha rama And you threw not when you threw, but it was Allah who threw dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar. Sumber : al-Quran surah 8 [al-Anfaal] : 17 Satu lagi :

Janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapak Sumber : al-Quran surah al-Anaam [6] ayat 151 Sekali lagi, itulah sifat hukum kekekalan energi. Dan itulah yang dimaksud oleh al-Quran pada surah 17 ayat 7. Karenanya, Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk selalu menyebarkan salam. Menyebarkan kedamaian, pesan-pesan positif, energi positif. Senyumlah, sebab dengan tersenyum kita akan mendapatkan persahabatan, pahala dan kedamaian dihati. Islam untuk semua, Islam rahmat seluruh alam. Palembang, 24 Nopember 2011 Armansyah

Вам также может понравиться