Вы находитесь на странице: 1из 4

Keracunan Jengkol

Biji jengkol dibeberapa daerah tertentu di Indonesia biasa dimakan. Jengkol sering menimbulkan gejala kercunan. Ternyata yang menyebabkan keracunan adalah asam jengkol, yaitu suatu asam amino yang mengandung belerang yang dapat diisolisasi dari biji jengkol (Pithecolobium Lobatum) oleh Van Veen dan Hyman pada tahun 1933. Angka Kejadian Menurut penyelidikan yang dilakukan oleh Sadatum dan Suharyono, perbandingan antara penderita anak laki-laki dan perempuan adalah 9:1, sedangkan angka kejadian tertinggi didapat antara umur 4-7 tahun. Penderita termuda berumur 1,5 tahun. Umumnya kasus keracunan jengkol ditemukan pada saat musim jengkol berbuah. Pada penyelidikan yang dilakukan oleh Moenadjat Wiratmaja dkk., ternyata tidak semua pemakan jengkol akan mengalami keracunan. Timbulnya keracunan tidak tergantung dari jumlah biji jengkol yang dimakan dan apakah jengkol itu dimakan mentah atau dimasak terlebih dahulu. Demikian juga tidak ada hubungan dengan muda atau tuanya biji jengkol yang dimakan. Van Veen dan Hyman berkesimpulan bahwa timbulnya keracunan tergantung dari kerentanan seseorang terhadap asam jengkol. Gejala Gejala yang timbul disebabkan oleh hablur (kristal) asam jengkol yang menyumbat traktus urinarius. Keluhan pada umumnya timbul dalam waktu 5-12 jam setelah memakan jengkol. Keluhan yang tercepat 2 jam dan yang terlambat 36 jam sesudah memakan biji jengkol. Umumnya penderita menceritakan bahwa setelah memakan beberapa biji jengkol, ia akan merasa nyeri perut, kadang-kadang disertai muntah, adanya serangan kolik dan perasaan nyeri pada waktu berkemih. Volume air kemih juga berkurang bahkan sampai terjadi anuria. Kadangkadang terdapat hematuria. Nafas dan urin berbau jengkol. Pada anak gejala yang sering didapat ialah infiltra urin pada penis, skrotum, yang dapat meluas sampai di daerah suprapubik dan region inguinal. Laboratorium Pada pemeriksaan urin dengan mikroskop dapat ditemukan hablur asam jengkol berupa jarum runcing yang kadang-kadang bergumpal menjadi ikatan atau berupa roset. Hablur ini tidak selalu ditemukan pada urin anak dengan keracunan jengkol sebab hablur ini cepat menghilang apabila urin disimpan. Menurut Djaeni (1967) hablur tersebut terbentuk pada peralihan alkali ke asam atau sebaliknya. Ureum pada keracunan jengkol dapat normal atau sedikit meninggi kecuali pada anak dengan anuria kadar ureum meninggi. Diaknosis keracunan jengkol tidak sukar ditegakkan. Umumnya

orang tua penderita sendiri menceritakan bahwa setelah beberapa jam makan biji jengkol timbul gejala dan keluhan. Terapi Jika gejala penyakit ringan (muntah, sakit perut/pinggang saja) penderita tidak perlu dirawat, cukup dinasehati untuk banyak minum serta memberikan natrium bikarbonat saja. Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak dapat minum) penderita perlu dirawat dan diberi infus natrium bikarbonat dalam larutan glukosa 5%. Dosis untuk dewasa dan anak 2-5 mEq/kg berat badan natrium bikarbonat diberikan secara infus selama 4-8 jam. Antibiotika hanya diberikan apabila ada infeksi sekunder. Prognosis Pada umumnya prognosis baik,walaupun ada juga penderita yang meninggal dunia sebagai akibat gagal ginjal akut. Pencegahan Jangan makan biji jengkol. Cara ini sukar dilaksanakan mengingat tidak mudahnya mengubah kebiasaan makan seseorang.

Asam jengkol atau djenkolzuur (Belanda), djenkolic acid (Inggeris) atau Djenkolsaure (Jerman) adalah sejenis asam amino berunsur belerang (S) yang terdapat di dalam buah jengkol dalam bentuk bebas; tidak sebagai unsur dalam protein atau bentuk terikat lain Bila seseorang memakan buah jengkol, maka asam jengkol akan ikut termakan. Oleh karena di dalam buah sudah berbentuk asam amino bebas, maka untuk penyerapannya tidak perlu mengalami hidrolisa, seperti asam-asam amino yang merupakan unsur-unsur protein. Ini dapat dilihat dari fakta bahwa dalam waktu yang cukup singkat, kadang-kadang kurang dari dua jam setelah memakan buah jengkol, asam amino ini sudah dapat ditemukan di dalam urin pemakan buah Isolasi asam ini pertama kali dikerjakan oleh Van Veen and

Hyman dari urin penduduk yang mengalami keracunan jering Asam jengkol memiliki titik leleh (Melting point) setinggi 300 330" C (decomp). Membentuk kristal-kristal tak berwarna, yang berbentuk jarum atau gelondong (spindle). Asam jengkol tidak berbau. Bau jengkol yang khas tidak disebabkan oleh asam jengkol, akan tetapi oleh hasil uraian asam jengkol Sebagai asam amino, asam jengkol bersifat amfoter, yaitu dapat larut dalam asam atau alkali. Akan tetapi oleh karena memiliki struktur kimia yang mirip sekali dengan cystine, yang juga suatu asam amino berunsur belerang, maka seperti juga cystine asam jengkol tidak atau sulit sekali larut dalam air dengan kurun pH biologik Timbul pertanyaan : Kalau asam jengkol sulit larut dalam air dengan pH biologik (7.4), bagaimana asam jengkol ini dapat diangkut oleh darah dari usus ke ginjal untuk diekskresikan? Dari penelitian-penelitian dengan cara ultrafiltrasi dan dialisa keseimbangan (equilibration dialysis) diperoleh bukti-bukti bahwa asam jengkol di dalam darah terdapat dalam bentuk larut, yaitu terikat dengan albumin serum Ikatan semacam ini bukan merupakan ikatan kimia, akan tetapi lebih berupa ikatan fisik yang mudah terurai kembali tergantung dari suasana lingkungan. Apa yang terjadi didalam ginjal ??? Dalam ginjal molekul asam jengkol dapat melewati membran semipermeabel dari glomerulus. Albumin sendiri tidak dapat melewati membran ini oleh karena memiliki molekul yang terlampau besar. Jadi kompleks albumin serum dan asam jengkol berdisosiasi sehingga menghasilkan albumin serum dan asam jengkol bebas dan asam jengkol yang bebas ini melewati membran glomerulus dan terdapat dalam ultrafiltrat glomerulus Masih terdapat kemungkinan bahwa selain filtrasi lewat glomerulus terjadi juga sekresi asam jengkol secara aktif lewat

tubuli ginjal, akan tetapi hal ini masih perlu pembuktian lebih lanjut Asam jengkol yang sekarang terdapat dalam ultrafiltrat mudah sekali menghablur menjadi kristal oleh karena tidak terdapat lagi protein yang membuatnya lebih larut seperti terjadi di dalam darah. Apalagi di dalam perjalanan selanjutnya terjadi penyerapan kembali sejumlah air oleh bagian menurun dari lekuk Henle. Kesemuanya ini menyebabkan asam jengkol mencapai titik kejenuhan (oversaturated) dan mengendaplah asam jengkol sebagai kristal-kristal berbentuk jarum-jarum yang tajam. Pengobatan keracunan jengkol dilakukan dengan pemberian cairan melalui infus dengan maksud membangkitkan kembali diuresis. Penambahan natrium bikarbonat akan mempermudah larutnya kembali kristal- ristal asam jengkol untuk diekskresikan dengan urin.

Вам также может понравиться