Вы находитесь на странице: 1из 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Tenggelam adalah suatu peristiwa dimana terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan. Pada umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan, baik secara langsung maupun karena ada faktor-faktor tertentu seperti korban dalam keadaan mabuk atau dibawah pengaruh obat, bahkan bisa saja dikarenakan akibat dari suatu peristiwa pembunuhan (Idries, 1997). Setiap tahun, sekitar 150.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia akibat tenggelam, dengan kejadian tahunan mungkin lebih dekat ke 500.000. Beberapa negara terpadat di dunia gagal untuk melaporkan insiden hampir tenggelam. Ini, menyatakan bahwa banyak kasus tidak pernah dibawa ke perhatian medis, kejadian di seluruh dunia membuat pendekatan akurat yang hampir mustahil (Shepherd, 2010). Berdasarkan data statistik yang diambil dari halaman website e-medicine, satu pertiga daripada korban mati akibat tenggelam pernah mengikuti pelatihan berenang. Walaupun tenggelam terjadi kepada kedua jenis kelamin, golongan lelaki adalah tiga kali lebih sering mati akibat tenggelam berbanding golongan wanita. Di Indonesia, kita tidak banyak mendengar berita tentang anak yang tenggelam di kolam renang sesuai dengan keadaan sosial ekonomi di Indonesia tetapi mengingat keadaan Indonesia yang dikelilingi air, baik lautan, danau maupun sungai, tidak mustahil jika banyak terjadi kecelakaan dalam air seperti hanyut dan tenggelam yang belum diberitahukan dan ditanggulangi dengan sebaik-baiknya. Hampir setiap saat, terutama pada saat musim liburan, di objek wisata laut. Banyak terjadi kasus wisatawan yang tenggelam, karena akibat air pasang atau kecerobohan diri wisatawan tersebut. Selain itu, kasus tenggelam yang lainnya adalah akibat buruknya transportasi laut di Indonesia.

Untuk bisa mengetahui serta memperkirakan cara kematian mayat yang terendam dalam air, diperlukan pemeriksaan autopsi luar dan autopsi dalam pada tubuh korban serta pemeriksaan tambahan lain sebagai penunjang seperti pemeriksaan getah paru untuk penemuan diatome dan bercak paltouf di permukaan paru, pemeriksaan histopatologi dan penentuan berat jenis plasma untuk menemukan tanda intravital tersebut. Hal tersebut tidak mudah, terutama bagi mayat yang telah lama tenggelam, atau pada mayat yang tidak lengkap, atau hanya ada satu bagian tubuhnya saja. Pada pemeriksaan mayat terendam dalam air perlu ditentukan apakah korban masih hidup saat tenggelam yang terdapat tanda intravital, tanda kekerasan dan sebab kematiannya. Apabila semua ini digabungkan dapat memberikan petunjuk kepada kita untuk memperkirakan cara kematiannya. Tanda intravital yang ditemukan pada korban bukan merupakan tanda pasti korban mati akibat tenggelam. Terdapat delapan tanda intravital yang dapat menunjukkan korban masih hidup saat tenggelam. Tanda tersebut adalah ditemukannya tanda cadaveric spasme, perdarahan pada liang telinga, adanya benda asing (lumpur, pasir, tumbuhan dan binatang air) pada saluran pernapasan dan pencernaan, adanya bercak paltouf di permukaan paru, berat jenis darah pada jantung kanan dan kiri, ada ditemukan diatome, adanya tanda asfiksia, dan ditemukannya mushroom-like mass (Kerr, 1954). Sedangkan tanda pasti mati akibat tenggelam ada lima yaitu terdapat tanda asfiksia, diatome pada pemeriksaan getah paru, bercak paltouf di permukaan paru, berat jenis darah yang berbeda antara jantung kiri dan kanan dan mushroom-like mass (Kerr, 1954).

BAB II LAPORAN KASUS

2.1 2.1.1

Identitas Jenazah Jenazah Pertama Nama Usia : Tn. S : 45 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam

Suku/Bangsa : Mandar/Indonesia Pekerjaan Alamat : Swasta : Kampung Baru Ma. Pantuan Kec Anggana Kab Kukar

Mayat belum diidentifikasi dengan label

2.1.2

Pemeriksaan Luar Jenazah Pemeriksaan dilakukan di ruang bedah jenazah bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Unmul Rumah Sakit A. Wahab Sjahranie Samarinda tanggal 8 Februari 2012. 1. Tutup / bungkus mayat : kain batik coklat 2. Pakaian mayat :
Baju kaos lengan panjang berwarna hijau, pada dada depan sebelah kiri bertuliskan BAJINGAN berwarna merah mengelilingi logo B, logo berwarna putih kuning dengan dasar hitam. Di bawah logo bertuliskan 84.71N-94N. Merk belakang baju TJ Timur Jaya. Kaos tangan pada tangan kiri berwarna putih, robek pada bagian jari manis. Celana panjang kain berwarna hijau, dengan dua kantong celana di samping. Bermerk VERCHE. Terdapat tali rafia berwarna hijau terlilit pada bagian pinggang celana. Celana dalam berwarna abu-abu berbahan kaos, dengan merk PLAYBOY.

3. Tidak ditemukan benda di samping mayat. 4. Kaku mayat terdapat pada bagian lengan dan kaki, sukar dilawan. Lebam mayat terdapat pada punggung bagian belakang berwarna biru kehitaman dan hilang pada penekanan. 5. Mayat adalah seorang laki laki, bangsa Indonesia / Mandar, berumur 45 tahun, kulit sawo matang, gizi sedang. 6. Panjang tubuh: 155 cm. , zakar disunat. 7. Tidak ditemukan identitas khusus. 8. Rambut berwarna hitam bercampur uban tumbuhnya lurus panjang 6 cm,. alis mata berwarna hitam tumbuh lurus panjang 5 mm, bulu mata berwarna hitam tumbuh lurus panjang 5 mm, kumis berwarna hitam bercampur uban tumbuh lurus panjang panjang 5 mm, dan jenggot berwana hitam bercampur uban tumbuh lurus panjang panjang 5 mm. 9. Mata kanan terbuka 5 mm, mata kiri tertutup, kedua selaput bening mata putih keruh, kedua teleng mata bulat, berwarna hitam, berdiameter 5 mm, kedua warna tirai mata coklat, kedua selaput bola mata normal, dan kedua selaput kelopak mata putih kemerahan. 10. Hidung sedang, telinga sedang, mulut terbuka lima milimeter, lidah tidak menjulur dan tidak tergigit. 11. Gigi geligi : tidak lengkap. 12. Dari lubang mulut keluar busa, dari lubang hidung keluar darah, dari lubang telinga tidak keluar cairan apapun, dari lubang kemaluan darah, dan dari lubang pelepas terdapat wasir sebesar telur ayam. 13. Luka luka : Pada lengan atas kanan terdapat luka lecet gores dengan bentuk garis tidak beraturan ukuran 5x4cm. Pada siku kanan sebelah luar terdapat beberapa luka lecet berbentuk garis tidak beraaturan dengan ukuran terbesar 4x0,1cm. Pada pergelangan tangan terdapat beberapa luka lecet gores berbentuk garis lurus, ukuran terbesar 3x0,3cm; terkecil 0,5x0,1cm.

Pada bahu hingga lengan kiri bagian luar terdapat jejas berbentuk kotak-kotak dengan ukuran kotak 5x5cm. Pada daerah dada depan sebelah kanan, 0,5cm di bawah putting susu kanan terdapat memar berbentuk bulat tidak beraturan ukuran 9x4cm. Pada dinding perut bagian depan 8 cm di atas pusat, terdapat memar berbentuk garis melintang ukuran 23x2,5cm. Pada daerah pinggang sebelah kiri terdapat memar dengan arah melintang berukuran 25x9cm. Pada tungkai bawah kiri sebelah dalam terdapat memar ukuran 10x4 cm. Pada tungkai bawah kanan sebelah dalam terdapat memar berbentuk bulat tidak beraturan dengan ukuran garis tengah 1 cm.

14. Tidak ditemukan patah tulang.

2.1.3

Identitas Jenazah : Tn. B : 24 tahun : Laki-laki : Islam : Mandar / Indonesia : Swasta : Kampung Baru Desa Ma Pantuan Kec Anggana

Nama Umur Jenis Kelamin Agama Suku/Bangsa Pekerjaan Alamat


Kab Kukar

Mayat belum diidentifikasi dengan label. 2.1.4 Pemeriksaan Luar Jenazah Pemeriksaan dilakukan di ruang bedah jenazah bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Unmul Rumah Sakit A. Wahab Sjahranie Samarinda tanggal 08 Februari 2012 1. Tutup/bungkus mayat

Terbungkus terpal berwarna biru pada bagian luar dan berwarna abu-abu pada bagian dalam. Kain sarung bermotif kotak-kotak berwarna hijau, biru, merah dan krem. Kain bermotif bunga-bunga berwarna hijau dan biru tua.

2. Perhiasan Mayat Gelang berbahan karet berwarna hitam pada pergelangan tangan sebelah kiri terdapat tulisan berwarna putih bertuliskan POWER BALANCE 3. Pakaian mayat o Baju kaos berlengan panjang, berwarna ungu tua, pada bagian depan terdapat tulisan PSYCHOLOGY berwarna pink dengan garis hitam. Dibawahnya terdapat tulisan Blue Moon Blue. Dibawahnya terdapat tulisan PSYCHOLOGICAL STUDIES ON HUMAN BEHAVIOR dan terdapat saku pada daerah bagian perut. o Baju lapisan kedua berbahan kaos berwarna merah tua bertuliskan GEN.Y 07 berwarna biru pada bagian dada depan. o Celana training selutut, berwarna biru tua dengan motif garis putih merah pada samping kiri dan kanan, serta terdapat saku depan pada kanan dan kiri. o Sarung tangan berwarna coklat pada kiri dan kanan o Celana dalam berwarna cokelat bermerk ISOTEX UNDERWEAR HIIMPACT 4. Kaku mayat terdapat pada seluruh tubuh, sukar dilawan. Lebam mayat terdapat pada bagian punggung, berwarna ungu, tidak hilang pada penekanan. 5. Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia, berumur kurang lebih dua puluh empat tahun, kulit berwarna sawo matang, gizi sedang ,panjang badan seratus tujuh puluh sentimeter, zakar telah disunat.

6. Rambut kepala berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang dua belas sentimeter. Alis mata berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang satu sentimeter. berwarna hitam, tumbuh lurus, panjang Jenggot tercukur. 7. Mata kanan dan kiri tertutup dan mengalami pembusukan. Kedua selaput bening mata putih pucat. Kedua teleng mata bulat berwarna hitam dengan garis tengah empat millimeter. Kedua tirai mata berwarna coklat kehitaman. 8. Hidung berbentuk sedang. Kedua daun telinga berbentuk sedang. Mulut terbuka dengan lebar 5 milimeter. 9. Gigi-geligi lengkap, berjumlah tiga puluh dua. 10. Dari lubang mulut keluar busa. Dari lubang hidung keluar darah dan busa . Dari lubang telinga kanan dan kiri tidak keluar apa-apa. Dari lubang kemaluan keluar darah. Dari lubang pelepas tidak keluar apa-apa. 11. Luka-luka: Pada daerah wajah, terdapat luka gores berbentuk garis miring berukuran dua koma lima kali nol koma enam sentimeter terletak satu sentimeter di atas alis. Luka gores berbentuk garis melengkung berukuran empat koma lima kali nol koma tujuh sentimeter pada tepi mata kiri sebelah luar. Luka memar dengan garis tengah dua sentimeter berbentuk bulat tidak beraturan pada pipi sebelah kiri. Luka gores berukuran dua koma lima kali dua sentimeter pada rahang bawah sebelah kiri. o Pada daerah lengan kanan bawah bagian luar, terdapat jejas berbentuk kotakkotak berukuran lima kali lima sentimeter. o Pada daerah punggung atas bagian kanan, terdapat luka memar berbentuk lonjong dengan ukuran empat belas kali tujuh sentimeter. Bulu mata lima millimeter. Kumis tercukur.

o Pada daerah pinggang kiri, terdapat luka lecet gores berbentuk garis tidak beraturan dengan ukuran lima belas kali empat sentimeter. o Pada daerah pinggang belakang bagian bawah, terdapat luka memar dengan ukuran dua puluh tiga kali sepuluh sentimeter. Terdapat gelembunggelembung kecil pada kulit berisi cairan dengan ukuran paling besar garis tengah 5 milimeter dan ukuran paling kecil garis tengan satu millimeter. o Pada lutut kiri terdapat dua luka gores dengan ukuran lima belas kali tiga millimeter dan tiga belas kali dua milimeter. o Pada tungkai bawah kiri bagian dalam terdapat luka lecet tekan berbentuk lonjong dengan ukuran dua kali satu sentimeter. 12. Tidak terdapat patah tulang. 13. Lain-lain (-) 2.2 Kesimpulan Pada pemeriksaan jenazah laki-laki yang berumur dua puluh empat tahun ini ditemukan luka-luka lecet pada bagian wajah, lengan bawah kanan, pinggang kiri, lutut kiri, tungkai kiri bawah; selanjutnya ditemukan luka memar pada wajah dan punggung bagian belakang. Terdapat jejas berbentuk kotak-kotak pada lengan kanan bawah bagian luar. Terdapat gelembung-gelembung kecil pada punggung belakang bagian bawah. Penyebab kematian tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pembedahan jenazah.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Definisi Tenggelam Secara definisi tenggelam diartikan sebagai suatu keadaan tercekik dan mati yang disebabkan oleh terisinya paru dengan air atau bahan lain atau cairan sehingga pertukaran gas menjadi tidak mungkin. Sederhananya, tenggelam adalah merupakan akibat dari terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke dalam cairan (Idries, 1997). Literatur lain menyebutkan Tenggelam adalah penyebab signifikan kecacatan dan kematian. Tenggelam telah didefenisikan sebagai kematian sebelumnya sekunder untuk sesak napas sementara terbenam dalam suatu cairan, biasanya air, atau dalam waktu 24 jam perendaman. Pada Kongres Dunia 2002 yang diadakan di Amsterdam, sekelompok ahli menyarankan sebuah definisi konsensus baru untuk tenggelam dalam rangka mengurangi kebingungan atas jumlah istilah dan definisi (> 20) merujuk kepada proses ini yang telah muncul dalam literatur. Grup yang percaya bahwa definisi yang seragam akan memungkinkan analisa lebih akurat dan perbandingan studi, memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan lebih bermakna dari mengumpulkan data, dan meningkatkan kemudahan kegiatan surveilans dan pencegahan (Shepherd, 2010). 3.2. Proses Tenggelam Tenggelam dapat terjadi pada orang yang tidak bisa berenang maupun pandai berenang (bila ia sampai ke tingkat kehabisan tenaga atau keadaan lain). Proses

tenggelam dimulai pada waktu orang masuk ke air karena panik atau kekelahan, maka sebagian air masuk ke mulut dan saluran pernafasan. Ini akan menimbulkan reflek batuk yang menyebabkan korban perlu menghirup udara lagi dengan berusaha menggapai ke permukaan, namun akibatnya lebih banyak lagi air yang masuk menggantikan udara, ini terjadi berulang kali, akhirnya korban tenggelam. Setelah terjadi proses pembusukan, beberapa hari kemudian korban terapung kembali karena gas pembusukan yang berkumpul dalam rongga perut dan dada, maka korban akan muncul ke permukaan air, kecuali korban tersangkut di dalam air atau dimakan binatang. Bila gas pembusukan ini akhirnya keluar dari tubuh, maka korban kembali tenggelam. Proses ini perlu diketahui dalam pencarian korban tenggelam.(1,4)

3.3.

Tipe Tenggelam

Tenggelam dibagi menjadi beberapa jenis antara lain (A) wet drowning, (B) dry drowning, (C) secondary drowning, dan (D) the immersion syndrome (cold water drowning) (Modi, 1988). Wet drowning adalah kematian tenggelam akibat terlalu banyaknya air yang terinhalasi. Pada kasus wet drowning ada tiga penyebab kematian yang terjadi, yaitu akibat asfiksia, fibrilasi ventrikel pada kasus tenggelam di air tawar, dan edema paru pada kasus tenggelam di air asin. Dry drowning adalah suatu kematian tenggelam dimana air yang terinhalasi sedikit. Penyebab kematian pada kasus ini sendiri dikarenakan terjadinya spasme laring yang menimbulkan asfiksia dan terjadinya refleks vagal, cardiac arrest, atau kolaps sirkulasi. , mati tenggelam tanpa ada air di saluran pernafasan. Ini dikenal sebagai Drowning type 1. Secondary drowning adalah suatu keadaan dimana terjadi gejala beberapa hari setelah korban tenggelam (dan diangkat dari dalam air) dan korban meninggal akibat komplikasi. Ada hubungan nya dengan kelainan paru akibat tenggelam (infeksi atau oedem). Immersion drowning adalah suatu keadaan dimana korban tiba-tiba meninggal setelah tenggelam dalam air dingin akibat refleks vagal. Pada umumnya alkohol dan makan terlalu banyak merupakan faktor pencetus pada kejadian ini. Ada 2 jenis mati tenggelam (drowning) berdasarkan posisi mayat, yaitu : 1. Submerse drowning 2. Immerse drowning Submerse drowning adalah mati tenggelam dengan posisi sebagian tubuh mayat masuk ke dalam air, seperti bagian kepala mayat.
Immerse drowning adalah mati tenggelam dengan posisi seluruh tubuh mayat masuk ke dalam air.(1,2)

3.4.

Tenggelam Basah (Wet Drowning)

Perlu dikenal proses kematian karena tenggelam basah dalam pengertian sehari-hari: 1. Air tawar Air masuk ke paru-paru sampai ke alveoli. Karena konsentrasi darah lebih tinggi dari air, maka cairan di paru-paru masuk ke dalam sirkulasi darah, terjadi hemodilusi yang diikuti dengan hemolisis, akibatnya kadar ion K dalam serum darah meningkat dan kadar ion Na turun dan disertai peningkatan volume darah, beban jantung bertambah berat, terjadi keadaan hipoksia dan fibrilasi ventrikel, berakhir terjadi kematian akibat anoksia otak. Dalam penelitian didapati penambahan volume darah bisa sampai 72%. Kadar ion Chlor di jantung kiri turun sampai 50%. 2. Air laut Air laut yang masuk ke dalam paru lebih hipertonik sehingga dapat menarik air dari pembuluh darah. Akibatnya terjadi oedem paru, darah menjadi hemokonsentrasi. Kadar ion Chlor jantung kiri meningkat 30-40%, kadar ion Mg dalam darah meningkat, RBC meningkat dan di bawah mikroskop butir darah tampak mengkerut. Terjadi hipoksia. Kematian terjadi karena oedem paru.(1,2)

3.5.

Sebab Kematian Seperti dijelaskan ada berbagai tipe tenggelam, maka sebab kematian

tenggelam juga terjadi karena berbagai bentuk: 1. 2. 3. 4. Asfiksia, karena spasme laring. Fibrilasi, ventrikuler karena tenggelam di air tawar. Oedem paru, karena tenggelam di air asin. Inhibisi vagal, karena reflex.

Ada 2 penyebab kematian pada kasus dry drowning, yaitu : 1. Spasme laring (menimbulkan asfiksia). 2. Vagal reflex / cardiac arrest / kolaps sirkulasi.

Ada 3 penyebab kematian pada kasus wet drowning, yaitu : 1. Asfiksia. 2. Fibrilasi ventrikel pada kasus tenggelam dalam air tawar. 3. Edema paru pada kasus tenggelam dalam air asin (laut). Ada 4 cara kematian pada kasus tenggelam (drowning), yaitu : 1. Kecelakaan (paling sering). 2. Undeterminated. 3. Pembunuhan. 4. Bunuh diri. Ada 2 kejadian kecelakaan pada kasus mati tenggelam (drowning) yang dapat kita jumpai, yaitu : 1. Kapal tenggelam. 2. Serangan asma datang saat korban sedang berenang. Penyebab mati tenggelam (drowning) yang termasuk undeterminated yaitu sulit kita ketahui cara kematian korban karena mayatnya sudah membusuk dalam air. (1,2) 3.6. Tanda-tanda Post Mortem Menentukan identitas korban Identitas korban ditentukan dengan memeriksa antara lain: Pakaian dan benda-benda milik korban Warna dan distribusi rambut dan identitas lain. Kelainan atau deformitas dan jaringan parut Sidik jari Pemeriksaan gigi Teknik identifikasi lain

a.

Pemeriksaan luar

1. Tanda-tanda asfiksia seperti sianosis pada kuku, bibir. 2. Penurunan suhu mayat, berlangsung cepat, rata-rata 50 F per menit. Suhu tubuh akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu 5 atau 6 jam. 3. Lebam mayat, akan tampak jelas pada dada bagian depan, leher dan kepala (karena posisi kepala di air lebih rendah). Lebam mayat berwarna merah terang yang perlu dibedakan dengan lebam mayat yang terjadi pada keracunan CO. 4. Pembusukan sering tampak, kulit berwarna kehijauan atau merah gelap. Pada pembusukan lanjut tampak gelembung-gelembung pembusukan, terutama bagian atas tubuh, dan skrotum serta penis pada pria dan labia mayora pada wanita, kulit telapak tangan dan kaki mengelupas. 5. Gambaran kulit angsa (goose-flesh, cutis anserina), sering dijumpai; keadaan ini terjadi selama interval antara kematian somatik dan seluler, atau merupakan perubahan post mortal karena terjadinya rigor mortis. Terbentuk akibat kontraksi m.errector pilli karena dingin atau proses kaku mayat. Cutis anserina tidak mempunyai nilai sebagai kriteria diagnostik.

6. Busa halus putih yang berbentuk jamur (mushroom-like mass) tampak pada mulut atau hidung atau keduanya. Terbentuknya busa halus tersebut adalah masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan merangsang terbentuknya mukus, substansi ini ketika bercampur dengan air dan surfaktan dari paru-paru dan terkocok oleh karena adanya upaya pernapasan yang hebat. Pembusukan akan merusak busa tersebut dan terbentuknya pseudofoam yang berwarna kemerahan yang berasal dari darah dan gas pembusukan. 7. Perdarahan berbintik (petechial haemmorrhages), dapat ditemukan pada kedua kelopak mata, terutama kelopak mata bagian bawah. 8. Pada pria genitalianya dapat membesar, ereksi atau semi-ereksi. Namun yang paling sering dijumpai adalah semi-ereksi. 9. Pada lidah dapat ditemukan memar atau bekas gigitan, yang merupakan tanda bahwa korban berusaha untuk hidup, atau tanda sedang terjadi epilepsi, sebagai akibat dari masuknya korban ke dalam air. 10. Cadaveric spasme, biasanya jarang dijumpai, dan dapat diartikan bahwa berusaha untuk tidak tenggelam, sebagaimana sering didapatkannya dahan, batu atau rumput yang tergenggam, adanya cadaveric spasme menunjukkan bahwa korban masih dalam keadaan hidup pada saat terbenam.

11. Bila korban lama di dalam air bisa didapati telapak tangan dan kaki putih mengkerut seperti tukang cuci (washer womans hand).

12. Luka-luka pada daerah wajah, tangan dan tungkai bagian depan dapat terjadi akibat persentuhan korban dengan dasar sungai, atau terkena benda-benda di sekitarnya; luka-luka tersebut seringkali mengeluarkan darah, sehingga tidak jarang memberi kesan korban dianiaya sebelum ditenggelamkan. 13. Pada kasus bunuh diri dimana korban dari tempat yang tinggi terjun ke sungai, kematian dapat terjadi akibat benturan yang keras sehingga menyebabkan kerusakan pada kepala atau patahnya tulang leher. 14. Bila korban yang tenggelam adalah bayi, maka dapat dipastikan bahwa kasusnya merupakan kasus pembunuhan. Bila seorang dewasa ditemukan mati dalam empang yang dangkal, maka harus dipikirkan kemungkinan adanya unsur tindak pidana, misalnya setelah diberi racun korban dilempar ke tempat tersebut dengan maksud mengacaukan penyidikan (Idries, 1997).

b.

Pemeriksaan dalam Penting memeriksa adanya lumpur, pasir halus dan benda asing

lainnya dalam mulut dan saluran nafas, lumen laring , trachea dan bronchus sampai ke cabang-cabangnya. Pada rongga mulut dan saluran pernafasan berisi buih halus yang mungkin bercampur dengan lumpur. Pleura juga dapat kita temukan pada pemeriksaan kasus ini. Pleura yang ditemukan dapat berwarna kemerahan dan terdapat bintik-bintik perdarahan, perdarahan ini dapat terjadi karena adanya kompresi terhadap septum inter alveoli atau oleh karena terjadinya fase konvulsi akibat kekurangan oksigen. Bercak perdarahan yang besar (diameter 3-5 cm), terjadi karena robeknya partisi interalveolar dan sering terlihat di bawah pleura. Bercak ini disebut bercak Paltouf yang ditemukan pada tahun 1882 dan diberi nama sesuai dengan nama yang pertama mencatat kelainan tersebut. Bercak paltouf berwarna biru kemerahan dan banyak terlihat pada bagian bawah paru-paru, yaitu pada permukaan anterior dan permukaan antar bagian paru-paru. (Spitz, 1997). Kongesti pada laring merupakan kelainan yang berarti, paru-paru biasanya sangat mengembang, seringkali menutupi perikardium dan pada permukaan tampak adanya jejas dari tulang iga, pada perabaan kenyal. Edema dan kongesti paru-paru dapat sangat hebat sehingga beratnya dapat mencapai 700-1000 gram, dimana berat paru-paru normal adalah sekitar 250-300 gram (Williams, 1998). Paru-paru pucat dengan diselingi bercak-bercak merah di antara daerah yang berwarna kelabu. Pada pengirisan tampak banyak cairan merah kehitaman bercampur buih keluar dari penampang tersebut, yang pada keadaan paru-paru normal, keluarnya cairan bercampur busa tersebut baru tampak setelah dipijat dengan dua jari. Gambaran paru-paru seperti tersebut

diatas dikenal dengan nama emphysema aquosum atau emphysema hydroaerique. Obstruksi pada sirkulasi paru-paru akan menyebabkan distensi jantung kanan dan pembuluh vena besar dan keduanya penuh berisi darah yang berwarna merah gelap dan cair, tidak ada bekuan (Idries, 1997). Darah lebih gelap dan encer. Jantung kanan berisi darah dan di bagian kiri kosong . Oesofagus dan lambung bisa terisi cairan sesuai tempat di mana korban tenggelam mungkin mengandung lumpur, pasir dan lain-lain. Ini petunjuk penting karena korban menelan air waktu kelelap dalam air, apalagi bila didapati di duodenum yang menunjukkan ada passage melewati pylorus. Harus diingat bahwa pada dry drowning tidak didapati air atau kelainan di paru maupun di lambung. Ada 4 tanda penting yang perlu kita ketahui dari kejadian bunuh diri pada kasus mati tenggelam (drowning), yaitu : 1. Biasanya korban meninggalkan perlengkapannya. 2. Kita dapat temukan suicide note. 3. Kedua tangan / kaki korban diikat yang mungkin dilakukan sendiri oleh korban. 4. Kadang-kadang tubuh korban diikatkan bahan pemberat.(1,2,3) 3.7. Pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium untuk mendapatkan adanya diatome dapat dilakukan dengan tes destruksi. Begitu juga bilas paru untuk mendapatkan adanya pasir atau telur cacing bila air dikontaminasi dengan faeses, ini dilakukan bila pembuktian secara makroskopis meragukan. Pemeriksaan kimia darah dapat dilakukan tetapi memerlukan fasilitas dan biaya.

Ada 4 macam pemeriksaan khusus pada kasus mati tenggelam (drowning), yaitu : 1. Percobaan getah paru (lonset proef). 2. Pemeriksaan diatome (destruction test). 3. Penentuan berat jenis (BD) plasma. 4. Pemeriksaan kimia darah (gettler test). Adanya cadaveric spasme dan tes getah paru (lonset proef) positif menunjukkan bahwa korban masih hidup saat berada dalam air. Percobaan Getah Paru (Lonsef Proef) Kegunaan melakukan percobaan paru (lonsef proef) yaitu mencari benda asing (pasir, lumpur, tumbuhan, telur cacing) dalam getah paru-paru mayat. Syarat melakukannya adalah paru-paru mayat harus segar / belum membusuk. Cara melakukan percobaan getah paru (lonsef proef) yaitu permukaan paru-paru dikerok (2-3 kali) dengan menggunakan pisau bersih lalu dicuci dan iris permukaan paru-paru. Kemudian teteskan diatas objek gelas. Syarat sediaan harus sedikit mengandung eritrosit. Evaluasi sediaan yaitu pasir berbentuk kristal, persegi dan lebih besar dari eritrosit. Lumpur amorph lebih besar daripada pasir, tanaman air dan telur cacing. Ada 3 kemungkinan dari hasil percobaan getah paru (lonsef proef), yaitu : 1. Hasilnya positif dan tidak ada sebab kematian lain. 2. Hasilnya positif dan ada sebab kematian lain. 3. Hasilnya negatif. Jika hasilnya positif dan tidak ada sebab kematian lain maka dapat kita interpretasikan bahwa korban mati karena tenggelam. Jika hasilnya positif dan

ada sebab kematian lain maka ada 2 kemungkinan penyebab kematian korban, yaitu korban mati karena tenggelam atau korban mati karena sebab lain. Jika hasilnya negatif maka ada 3 kemungkinan penyebab kematian korban, yaitu : 1. Korban mati dahulu sebelum tenggelam. 2. Korban tenggelam dalam air jernih. 3. Korban mati karena vagal reflex / spasme larynx. Jika hasilnya negatif dan tidak ada sebab kematian lain maka dapat kita simpulkan bahwa tidak ada hal yang menyangkal bahwa korban mati karena tenggelam. Jika hasilnya negatif dan ada sebab kematian lain maka kemungkinan korban telah mati sebelum korban dimasukkan ke dalam air. Pemeriksaan Diatome (Destruction Test) Kegunaan melakukan pemeriksaan diatome adalah mencari ada tidaknya diatome dalam paru-paru mayat. Diatome merupakan ganggang bersel satu dengan dinding dari silikat. Syaratnya paru-paru harus masih dalam keadaan segar, yang diperiksa bagian kanan perifer paru-paru, dan jenis diatome harus sama dengan diatome di perairan tersebut. Cara melakukan pemeriksaan diatome yaitu ambil jaringan paru-paru bagian perifer (100 gr) lalu masukkan ke dalam gelas ukur dan tambahkan H2SO4. Biarkan selama 12 jam kemudian panaskan sampai hancur membubur & berwarna hitam. Teteskan HNO3 sampai warna putih lalu sentrifus hingga terdapat endapan hitam. Endapan kemudian diambil menggunakan pipet lalu teteskan diatas objek gelas. Interpretasi pemeriksaan diatome yaitu bentuk atau besarnya bervariasi dengan dinding sel bersel 2 dan ada struktur bergaris di tengah sel. Positif palsu pada pencari pasir dan pada orang dengan batuk kronik. Untuk hepar atau lien, tidak akurat karena dapat positif palsu akibat hematogen dari penyerapan abnnormal gastrointestinal.

Penentuan Berat Jenis (BD) Plasma Penentuan berat jenis (BD) plasma bertujuan untuk mengetahui adanya hemodilusi pada air tawar atau adanya hemokonsentrasi pada air laut dengan menggunakan CuSO4. Normal 1,059 (1,0595-1,0600); air tawar 1,055; air laut 1,065. Interpretasinya ditemukan darah pada larutan CuSO4 yang telah diketahui berat jenisnya. Pemeriksaan Kimia Darah (Gettler Test) Pemeriksaan kimia darah (gettler test) bertujuan untuk memeriksa kadar NaCl dan kalium. Interpretasinya adalah korban yang mati tenggelam dalam air tawar, mengandung Cl lebih rendah pada jantung kiri daripada jantung kanan. Kadar Na menurun dan kadar K meningkat dalam plasma. Korban yang mati tenggelam dalam air laut, mengandung Cl lebih tinggi pada jantung kiri daripada jantung kanan. Kadar Na meningkat dan kadar K sedikit meningkat dalam plasma. Pemeriksaan Histopatologi Pada pemeriksaan histopatologi dapat kita temukan adanya bintik perdarahan di sekitar bronkioli yang disebut Partoff spot.(1,2,3) 3.8. Diagnosis Tenggelam Bila mayat masih segar (belum terdapat pembusukan), maka diagnosis kematian akibat tenggelam dapat dengan mudah ditegakkan melalui pemeriksaan yang teliti dari: Pemeriksaan luar Pemeriksaan dalam

Pemeriksaan laboratorium berupa histologi jaringan, destruksi jaringan dan berat jenis serta kadar elektrolit darah. Bila mayat sudah membusuk, maka diagnosis kematian akibat tenggelam

dibuat berdasarkan adanya diatom yang cukup banyak pada paru-paru yang bila disokong oleh penemuan diatom pada ginjal, otot skelet atau diatom pada sumsum tulang, maka diagnosis akan menjadi pasti.(3)

3.9.

Medikolegal Secara medikolegal kematian karena tenggelam umumnya karena kecelakaan apalagi di musim hujan dan banjir. Bunuh diri dengan tenggelam bukan hal yang jarang terjadi. Biasanya korban memilih tempat yang tinggi untuk melonjat dan biasanya di tempat yang sering dilewati orang. Penting sekali menentukan apakah korban mati karena tenggelam atau sudah mati baru ditenggelamkan. Pemeriksaan menjadi sulit bila korban telah mengalami pembusukan atau pembusukan lanjut. Perlu diperhatikan bahwa korban yang diangkat dari air, mengalami pembusukan lebih cepat dari biasa. Oleh karena itu penundaan pemeriksaan akan mempersulit pemeriksaan, selain bau yang akan dihadapi pemeriksa.
(1)

BAB IV PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA

1.

Amri A. Tenggelam (Drowning) . In: Amri A. Eds. Ilmu Kedokteran Forensik . Edisi 2. Medan, Ramadhan; 2007: hal. 137-141.

2. Al-Fatih, M. Tenggelam. 2007. Avaible at: http://www.klinikindonesia.com. (diakses tanggal 12 Februari 2012). 3. Budiyanto, A, Widiatmaka, dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi 1. Jakarta, FK-UI : 1997. Hal 64-70.

4. Shepherd, S. Drowning. 2010. Avaible at: http://emedicine.medscape.com/article/772753-overview. tanggal 12 Februari 2012). Idries, A.M. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Binarupa Aksara. (diakses

Вам также может понравиться

  • Secondary Drowning
    Secondary Drowning
    Документ13 страниц
    Secondary Drowning
    Wuwun Nurulhidayati
    Оценок пока нет
  • PENYULUHAN (Stase Anak)
    PENYULUHAN (Stase Anak)
    Документ32 страницы
    PENYULUHAN (Stase Anak)
    Ghea Sugiharti
    Оценок пока нет
  • Akne Inversa Jurnal Kulit
    Akne Inversa Jurnal Kulit
    Документ18 страниц
    Akne Inversa Jurnal Kulit
    Wuwun Nurulhidayati
    Оценок пока нет
  • Dokel Deddy
    Dokel Deddy
    Документ17 страниц
    Dokel Deddy
    Wuwun Nurulhidayati
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Jurnal Forensik
    Laporan Kasus Jurnal Forensik
    Документ5 страниц
    Laporan Kasus Jurnal Forensik
    Wuwun Nurulhidayati
    Оценок пока нет
  • PENYULUHAN (Stase Anak)
    PENYULUHAN (Stase Anak)
    Документ32 страницы
    PENYULUHAN (Stase Anak)
    Ghea Sugiharti
    Оценок пока нет
  • Secondary Drowning
    Secondary Drowning
    Документ13 страниц
    Secondary Drowning
    Wuwun Nurulhidayati
    Оценок пока нет
  • Mati Tenggelam
    Mati Tenggelam
    Документ16 страниц
    Mati Tenggelam
    Wuwun Nurulhidayati
    Оценок пока нет
  • Makalah Hanging
    Makalah Hanging
    Документ17 страниц
    Makalah Hanging
    Wuwun Nurulhidayati
    Оценок пока нет
  • Secondary Drowning
    Secondary Drowning
    Документ13 страниц
    Secondary Drowning
    Wuwun Nurulhidayati
    Оценок пока нет
  • Dry Drowning
    Dry Drowning
    Документ10 страниц
    Dry Drowning
    Taufik Abidin
    Оценок пока нет
  • ANAK Kelaina Jantung Bawaan 2003
    ANAK Kelaina Jantung Bawaan 2003
    Документ17 страниц
    ANAK Kelaina Jantung Bawaan 2003
    Dwi Sari
    Оценок пока нет
  • Case Report
    Case Report
    Документ10 страниц
    Case Report
    Wuwun Nurulhidayati
    Оценок пока нет
  • Secondary Drowning
    Secondary Drowning
    Документ13 страниц
    Secondary Drowning
    Wuwun Nurulhidayati
    Оценок пока нет
  • Demam Tifoid Case
    Demam Tifoid Case
    Документ30 страниц
    Demam Tifoid Case
    Destina Ribkah Sianturi
    Оценок пока нет
  • Nps 2 E
    Nps 2 E
    Документ22 страницы
    Nps 2 E
    Whie Wiely Diery
    Оценок пока нет
  • Puskesmas
    Puskesmas
    Документ9 страниц
    Puskesmas
    Virginia Majestica Septrianne
    Оценок пока нет
  • Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
    Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
    Документ13 страниц
    Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
    api-3839714
    91% (33)
  • Rugi Besar Akibat Rokok
    Rugi Besar Akibat Rokok
    Документ1 страница
    Rugi Besar Akibat Rokok
    Wuwun Nurulhidayati
    Оценок пока нет
  • PUSKESMAS
    PUSKESMAS
    Документ30 страниц
    PUSKESMAS
    Spica Adhara
    Оценок пока нет
  • Penatalaksanaan Kejang Demam Pada Anak
    Penatalaksanaan Kejang Demam Pada Anak
    Документ4 страницы
    Penatalaksanaan Kejang Demam Pada Anak
    Kartika Permata Sari
    Оценок пока нет
  • Penyakit Paten Ductus Arteriosus
    Penyakit Paten Ductus Arteriosus
    Документ15 страниц
    Penyakit Paten Ductus Arteriosus
    Sunu Rachmat
    Оценок пока нет
  • Tutorial Infeksi
    Tutorial Infeksi
    Документ62 страницы
    Tutorial Infeksi
    Wuwun Nurulhidayati
    Оценок пока нет
  • SKRIPSI Pelayanan PDF
    SKRIPSI Pelayanan PDF
    Документ88 страниц
    SKRIPSI Pelayanan PDF
    Jhon Mura
    Оценок пока нет
  • Refrat Oksigen Terapi
    Refrat Oksigen Terapi
    Документ40 страниц
    Refrat Oksigen Terapi
    Poornima Gopal
    100% (1)
  • Tugas Dari Dr. Sukartini, Sp.A
    Tugas Dari Dr. Sukartini, Sp.A
    Документ4 страницы
    Tugas Dari Dr. Sukartini, Sp.A
    Wuwun Nurulhidayati
    Оценок пока нет
  • Pneumotoraks
    Pneumotoraks
    Документ29 страниц
    Pneumotoraks
    Aissyiyah Nur An Nisa
    100% (8)
  • Demam Tifoid Case
    Demam Tifoid Case
    Документ30 страниц
    Demam Tifoid Case
    Destina Ribkah Sianturi
    Оценок пока нет
  • Tutorial Infeksi
    Tutorial Infeksi
    Документ62 страницы
    Tutorial Infeksi
    Wuwun Nurulhidayati
    Оценок пока нет