Вы находитесь на странице: 1из 4

KEAJAIBAN SYUKUR Posted by NAQS Methode on Januari 17, 2013 Tinggalkan Sebuah Komentar Semua hal yang LUAR

R BIASA berawal dari hal yang BIASA. Untuk merubah dari yang BIASA menjadi LUAR BIASA. Maka. Untuk Sesaat saja Stop Rasio & Logika. Stop memPertanyakan. Masuki Keheningan & Kebeningan diri Hidupkan Imajinasi & Harapan Baca dengan seksama Dan Fahamilah bahwa.. Untuk merubah dari yang BIASA menjadi LUAR BIASA. adalah dengan menSyukuri yang sudah ada. Maka Praktekkan KEAJAIBAN SYUKUR ala NAQS DNA. Agar Kehidupan anda menjadi LUAR BIASA

Amati segala sesuatu yang sudah biasa anda lakukan Amati segala sesuatu yang telah anda punya Amati segala sesuatu yang telah anda raih. Lalu Rasakan diri anda terhubung dengan Kebesaran Allah swt.. Rasakan diri anda adalah bagian dari alam semesta ini.. Rasakan getaran diri anda bersatu dengan Cahaya Semesta Ilahi Dan, katakan dengan tegas dalam hati. Apa manfaat & hikmah dari hal tersebut bagi alam semesta. Kemudian, rasakan kembali betapa anda telah berkontribusi dalam Rancangan Ilahi yang tergelar di semesta ini Tarik nafas anda dengan perlahan.. Lalu katakan dengan sepenuh penghayatan Alhamdulillah, Terima Kasih Ya Allah Alhamdulillah, Terima Kasih Ya Allah Alhamdulillah, Terima Kasih Ya Allah Maka, mulai saat sekarang dan seterusnya. Setiap anda menarik nafas dengan perlahan dan berkata Alhamdulillah, Terima Kasih Ya Allah Maka diri anda akan dipenuhi dengan energi Syukur yang LUAR BIASA. Dan semua yang anda lakukan, semua yang anda punya, dan semua yang telah anda raih. Akan menjadi LUAR BIASA bagi anda. Dan mulai sekarang dan seterusnya, Kehidupan anda akan menjadi LUAR BIASA dan dipenuhi dengan KEAJAIBAN, KEIKHLASAN, & KEBAHAGIAAN. Sekali lagi Tarik nafas anda dengan perlahan.. Lalu katakan dengan sepenuh penghayatan Alhamdulillah, Terima Kasih Ya Allah

Alhamdulillah, Terima Kasih Ya Allah Alhamdulillah, Terima Kasih Ya Allah Sekali lagi Tarik nafas anda dengan perlahan.. Lalu katakan dengan sepenuh penghayatan Alhamdulillah, Terima Kasih Ya Allah Alhamdulillah, Terima Kasih Ya Allah Alhamdulillah, Terima Kasih Ya Allah # Nb. Bila anda merasa status ini bermanfaat untuk anda, dan anda tergerak untuk berbagi kebahagiaan anda ini dengan sahabat-sahabat anda. Silahkan share Note ini dengan semua sahabat anda Terima kasih. I Love You.

Keajaiban Syukur Melampaui Money Magnet Technique

Alhamdulillah, dalam setiap workshop yg saya adakan. Entah kenapa tanpa alasan yang jelas. Terkadang Ilham keilmuan atau sebuah tekhnik baru datang begitu saja ke dalam hati... Saat workshop kemarin, tanpa sengaja saya mendapat ilham tentang sebuah Tekhnik Ajaib yang disebut KEAJAIBAN SYUKUR, dan menurut feeling yg saya rasakan. Tekhnik ini kedahsyatannya sangat luar biasa sekali....Bahkan melampaui semuan tekhnik Money Magnet yang saya ketahui.....Dan bisa juga digunakan untuk memperbaiki kondisi kesehatan agar menjadi lebih baik, kondisi rumah tangga agar lebih harmonis, Memastikan agar semua impian lebih mudah untuk diraih, dll. Dan keajaibannya bisa langsung dapat dirasakan.... hmm...tak sabar rasanya untuk segera membagikan tekhnik baru ini di Next Event NAQS DNA (Surabaya 22 & 23 Sept. 2012). INFO KLIK : http://www.naqsdna.com/2012/09/workshop-naqs-dna-surabaya-22-23-sept-12.html Arti Kata SYUKUR (Pujian, Terima kasih) ) adalah bentuk mashdar dari kata kerja syakara yasykuru- syukran wa syukuran Kata syukur ( ). Kata kerja ini berakar dengan huruf-huruf syin wa syukranan ( () , kaf (), dan ra () , yang mengandung makna antara lain pujian atas kebaikan dan penuhnya sesuatu. Menurut Ibnu Faris bahwa kata syukur memiliki empat makna dasar.

1. Pertama, pujian karena adanya kebaikan yang diperoleh, yakni merasa ridha dan puas sekalipun hanya sedikit, di dalam hal ini para pakar bahasa menggunakan kata syukur untuk kuda yang gemuk namun hanya membutuhkan sedikit rumput. 2. Kedua, kepenuhan dan ketabahan, seperti pohon yang tumbuh subur dilukiskan (syakarat asy-syajarah). dengan kalimat 3. Ketiga, sesuatu yang tumbuh di tangkai pohon (parasit). 4. Keempat, pernikahan atau alat reproduksi. Dari keempat makna ini, M. Quraish Shihab menganalisis bahwa kedua makna terakhir dapat dikembalikan dasar pengertiannya kepada kedua makna terdahulu. Yakni, makna ketiga sejalan dengan makna pertama yang menggambarkan kepuasan dengan yang sedikit sekalipun, sedangkan makna keempat sejalan dengan makna kedua karena dengan pernikahan atau alat reproduksi dapat melahirkan anak. Dengan demikian, makna-makna dasar tersebut dapat diartikan sebagai penyebab ) mengisyaratkan, Siapa yang merasa puas dengan yang dan dampaknya sehingga kata syukur ( sedikit maka ia akan memperoleh banyak, lebat, dan subur. Al-Asfahani menyatakan bahwa kata syukur mengandung arti gambaran di dalam benak tentang ) nikmat dan menampakkannya ke permukaan. Pengertian ini diambil dari asal kata syukur ( ), yang berarti membuka sehingga ia seperti dikemukakan di atas yakni kata syakara ( \ ), yang berarti menutup, atau melupakan nikmat dan merupakan lawan dari kata kafara/kufur ( menutup-nutupinya. Jadi, membuka atau menampakkan nikmat Allah antara lain di dalam bentuk memberi sebahagian dari nikmat itu kepada orang lain, sedangkan menutupinya adalah dengan bersifat kikir. ) di dalam berbagai bentuknya ditemukan sebanyak 75 kali tersebar di dalam Kata syukur ( ) sendiri disebutakan hanya dua kali, berbagai ayat dan surat di dalam Alquran. Kata syukuran ( yakni pada S. Al-Furqan (25): 62 dan S. Al-Insan (76): 9. ) yang pertama digunakan ketika Allah Swt. menggambarkan bahwa Allah yang Kata syukuran ( telah menciptakan malam dan siang silih berganti. Keadaan silih berganti itu menjadi pelajaran bagi orang-orang yang ingin mengambil pelajaran dan ingin bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah. Di dalam menafsirkan ayat ini, Ibnu Kasir berpendapat bahwa Allah Yang Mahasuci menjadikan malam dan siang silih berganti dan kejar-mengejar, yang kesemuanya itu adalah tanda-tanda kekuasaan Allah yang hedaknya direnungkan dan diperhatikan oleh orang-orang yang ingat kepada-Nya atau yang hendak bersyukur kepada-Nya. ) kedua yang terdapat di dalam S. Al-Insan (76): 9 digunakan oleh Alquran ketika Kata syukuran ( Allah menggambarkan pernyataan orang-orang yang berbuat kebajikan serta telah memberi makan kepada orang-orang fakir dan miskin yang tiada lain yang mereka harapkan kecuali keridaan Allah Swt; dan mereka tidak akan pernah mengharapkan dari mereka yang diberi itu balasan serta ucapan terimakasih atas pemberian itu. M. Quraish Shihab menukilkan bahwa adalah Ali bin Abi Talib dan istrinya, Fatimah, putri Rasulullah Saw. memberikan makanan yang mereka rencanakan menjadi makanan berbuka puasa kepada tiga orang yang membutuhkan, dan ketika itu mereka membaca ayat di atas. Karena itu, dari sini dipahami bahwa manusia yang meneladani Allah di dalam sifat-sifatNya dan mencapai peringkat terpuji adalah yang memberi tanpa menanti syukur; di dalam arti, balasan dari yang diberi, atau ucapan terimakasih. ) merupakan antonim dari kata kafara ( ) maka bentukan dari kedua kata ini Kalau kata syakara ( pun sering diperhadapkan di dalam Alquran, antara lain pada S. Ibrahim (14): 7. Jadi, hakikat syukur adalah menampakkan nikmat, sedangkan hakikat kufur adalah menyembunyikan nikmat. Menampakkan nikmat antara lain berarti menggunakannya pada tempatnya dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberinya. Di samping itu, berarti juga menyebut-nyebut nikmat serta pemberinya dengan lidah (S. Adh-Dhuha [93]: 11). Demikian pula pada S. Al-Baqarah (2): 152. Para mufasir menjelaskan bahwa ayat yang disebut terakhir ini mengandung perintah untuk mengingat Allah tanpa melupakannya, patuh kepada-Nya tanpa menodainya dengan kedurhakaan. Syukur yang demikian lahir dari keikhlasan kepada-Nya. Di dalam kaitan ini, M. Quraish Shihab menegaskan bahwa syukur mencakup tiga sisi. Pertama, syukur dengan hati, yakni kepuasaan batin atas anugerah. Kedua, syukur dengan lidah, yakni dengan mengakui anugerah dan memuji pemberinya. Ketiga, syukur dengan perbuatan, yakni dengan memanfaatkan anugerah yang diperoleh sesuai dengan tujuan penganugerahannya. ) juga berarti puji; dan bila dicermati makna syukur dari segi pujian maka kiranya Kata syukur ( dapat disadari bahwa pujian terhadap yang terpuji baru menjadi wajar bila yang terpuji melakukan

sesuatu yang baik secara sadar dan tidak terpaksa. Dengan begitu, setiap yang baik yang lahir di alam raya ini adalah atas izin dan perkenan Allah. Apa yang baik dari kita, pada hakikatnya adalah dari Allah semata; jika demikian, pujian apapun yang kita sampaikan kepada pihak lain, akhirnya kembali kepada Allah jua. Jadi, pada prinsipnya segala bentuk pujian (kesyukuran) harus ditujukan kepada Allah Swt. Di dalam hal ini, Alquran memerintahkan umat Islam untuk bersyukur setelah menyebut beberapa nikmat-Nya (S. Al-Baqarah [2]:152 dan S. Luqman [31]: 12. Itu sebabnya kita ) , di dalam arti segala puji (hanya) diajarkan oleh Allah untuk mengucapkan Alhamdulillah ( tertuju kepada Allah. Namun, ini bukan berarti bahwa kita dilarang bersyukur kepada mereka yang menjadi perantara kehadiran nikmat Allah. Misalnya, Alquran secara tegas memerintahkan agar mensyukuri Allah dan mensyukuri kedua orang, yang menjadi perantara kehadiran kita di pentas dunia ini (S. Luqman [31]: 14). Pada sisi lain, Alquran secara tegas menyatakan bahwa manfaat syukur kembali kepada orang yang bersyukur, sedangkan Allah sama sekali tidak memperoleh, bahkan tidak membutuhkan sedikit pun dari syukur makhluk-Nya (S. An-Naml [27]: 40). Akan tetapi, karena kemurahan Allah, Dia ) di dalam S. Al-Baqarah (2): 158 dan Syakiran menyatakan diri-Nya sebagai Syakirun Alim ( Alima ( ) di dalam S. AnNisa (4): 147, yang keduanya berarti Maha Bersyukur lagi Maha Mengetahui; di dalam arti, Allah akan menganugerahkan tambahan nikmat berlipat ganda kepada makhluk yang bersyukur. Demikian M. Quraish Shihab. ) ditemukan juga kata syakur ( ). Kata yang disebut Di dalam Alquran, selain kata syukur ( terakhir ini berulang sebanyak sepuluh kali, tiga di antaranya merupakan sifat Allah dan sisanya menjadi sifat manusia. Al-Ghazali mengartikan syakur sebagai sifat Allah adalah bahwa Dia yang memberi balasan banyak terhadap pelaku kebaikan atau ketaatan yang sedikit; Dia yang menganugerahkan kenikmatan yang tidak terbatas waktunya untuk amalan-amalan yang terhitung dengan hari-hari tertentu yang terbatas. Di dalam pada itu, M. Quraish Shihab menegaskan bahwa ada juga hamba-hamba Allah yang syakur, walau tidak banyak, sebagaimana firman-Nya di dalam S. Saba (34): 13. Dari sini, tentu saja makna dan kapasitas syakur hamba (manusia) berbeda dengan sifat yang disandang Allah. Manusia yang bersyukur kepada manusia/makhluk lain adalah dia yang memuji kebaikan serta membalasnya dengan sesuatu yang lebih baik atau lebih banyak dari apa yang telah dilakukan oleh yang disyukurinya itu. Syukur yang demikian dapat juga merupakan bagian dari syukur kepada Allah. Sebab, berdasarkan hadis Nabi Saw, Wa-man lam yasykur an-nas lam yasykur Allah ( = Siapa yang tidak mensyukuri manusia maka dia tidak mensyukuri Allah). (HR. Abu Daud dan At-Turmuzi). Hadis ini antara lain berarti bahwa siapa yang tidak pandai berterimakasih (bersyukur) atas kebaikan manusia maka dia pun tidak akan pandai mensyukuri Allah karena kebaikan orang lain yang diterimanya itu bersumber dari Allah juga. Jadi, syukur manusia kepada Allah dimulai dengan menyadari dari lubuk hatinya yang terdalam betapa besar nikmat dan anugerah-Nya, disertai dengan ketundukan dan kekaguman yang melahirkan rasa cinta kepada-Nya serta dorongan untuk bersyukur dengan lidah dan perbuatan. ) dan kata-kata yang seakar dengannya Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa kata syukur ( di dalam Alquran meliputi makna pujian atas kebaikan, ucapan terimakasih, atau menampakkan nikmat Allah ke permukaan, yang mencakup syukur dengan hati, syukur dengan lidah, dan syukur dengan perbuatan. Di dalam hal ini, syukur juga diartikan sebagai menggunakan anugerah Ilahi sesuai dengan tujuan penganugerahannya.

Вам также может понравиться