Вы находитесь на странице: 1из 3

Menurut Abdale (2007), penatalaksanaan pada cedera kepala dapat diberikan : a.

Dexamethason/kalmethason Sebagai pengobatan anti edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma. b. Therapy hiperventilasi Untuk mengurangi vasodilatasi c. d. e. Pemberian analgetika Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa 40% atau gliserol 10% Antibiotika yang mengandung Barrier darah otak (penisilin) atau untuk infeksi anaerob diberikan metronidazole f. Pada pasien trauma ringan bila mual muntah tidak dapat diberikan apapun kecuali hanya cairan infus dekstrosa 5%, aminofusin, aminofel (18 jam pertama dari terjadinya kecelakaan), 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak. g. h. Pembedahan Pada trauma berat, hari-hari pertama (2-3 hari) tidak terlalu banyak cairan, dektosa 5% 8 jam pertama, ringer dekstrose 8 jam kedua dan dektrose 5% 8 jam ketiga. Pada hari selanjutnya apabila kesadaran rendah, makanan diberikan melalui nasogastrictube (2500-3000TKTP) i. Pemberian protein tergantung nilai urea nitrogen Menurut Mansjoer, A, dkk (2000), penatalaksanaan yang akan dilakukan pada kasus cedera kepala (Head Injury) adalah : a. 1. a. b. c. d. e. 2. a. b. c. Pedoman resusitasi dan penilaian awal Menilai jalan nafas Bersihkan jalan nafas dari debris dan muntahan Lepaskan gigi palsu Pertahankan tulang servikal segaris dengan badan dengan memasang kolar servikal Pasang guedel bila dapat ditolerir Jika cedera orofasial mengganggu jalan nafas maka pasien harus di intubasi. Menilai pernafasan Tentukan pasien bernafas atau tidak Jika tidak, berikan oksigen melalui masker Jika pasien bernafas spontan, sedikit dan atasi cedera dada berat seperti pneumothorak, pneumothorak tensif, hemopneuthorak d. Pasang oksimeter nadi jika tersedia dengan tujuan menjaga saturasi oksigen minimum 95%

e.

Jika nafas pasien tidak terlindung bahkan terancam atau memperoleh oksigen yang adekuat (PaO2 > 95 mmHg dan PaCO2 < 40 mmHg serta saturasi O2 > 95%) atau muntah maka pasien harus diintubasi serta diventilasi oleh anestesi.

3. a. b. c.

Menilai sirkulasi Otak yang rusak tidak mentolerir hipotensi Hentikan semua perdarahan dengan menekan arterinya Perhatikan secara khusus adanya cedera intra abdomen atau dada

d. e. f.

Ukur dan catat frekuensi denyut jantung dan tekanan darah Pasang alat pemantau dan EKG bila tersedia Pasang jalur intravena yang besar, ambil darah vena untuk pemeriksaan darah perifer lengkap, ureum, elektrolit, glukosa dan analisa gas darah arteri (AGDA)

g. 4. a.

Berikan larutan koloid Obat kejang Mula-mula diberikan diazepam 10 mg intravena perlahan-lahan dan dapat diulangi sampai 3 kali bila masih kejang.

b.

Bila tidak berhasil dapat diberikan fenitoin 15 mg/kg BB diberikan intravena secara perlahan-lahan dengan kecepatan tidak melebihi 50 mg/menit.

5. a. 1. 2. 3. 4. 5. b. 1. 2. 3. 4. 5.

Menilai tingkat keparahan Cedera kepala ringan (kelompok resiko rendah) Skor skala koma glasgow 15 (sadar penuh, atentif, dan orientatif) Tidak ada kehilangan kesadaran Tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing Pasien dapat menderita abrasi, laserasi dan hematoma kulit kepala Cedera kepala sedang (kelompok resiko sedang) Skor skala koma glasgow 9-14 (konfusi, letargi, atau stupor) Konkusio Amnesia pasca trauma Muntah Tanda kemungkinan fraktur kranium (battle, mata rabun, hemotimpanum, otorea, atau rinorea cairan CSS).

6.

Kejang

c. 1. 2. 3. 4. b. 1.

Cedera kepala berat (kelompok resiko berat) Skor skala koma glasgow 3-8 (koma) Penurunan derajat kesadaran secara progresif Tanda neurologis fokal Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium Pedoman penatalaksanaan Pada pasien dengan cedera kepala dan/leher, lakukan foto tulang belakang servikal (proyeksi anterior posterior, lateral dan odontoid) kolar servikal baru dilepas setelah dipastikan bahwa seluruh tulang servikal C1-C7.

2. a.

Pada semua pasien cedera kepala sedang dan berat, lakukan prosedur berikut : Pasang jalur intravena dengan larutan salin normal (NaCl 0,9%) atau larutan ringer laktat : cairan isotonis lebih efektif menggantikan volume intravaskuler dari pada cairan hipotonis, dan larutan ini tidak menambah edema serebri.

b.

Lakukan pemeriksaan : hematokrit, periksa darah perifer lengkap, trombosit, kimia darah (glukosa, ureum, dan kreatinin, masa protombin atau masa tromboplastin parsial, skrining toksikologi dan kadar alkohol bila perlu.

3.

Pada pasien yang koma (skor GCS < 8) atau pasien dengan tanda-tanda herniasi, lakukan tindakan berikut ini:

a. b.

Elevasi kepala 30

Hiperventilasi : intubasi dan berikan ventilasi mandatorik intermiten dengan kecepatan 16-20 kali/menit dengan volume tidal 10-12 ml/kg, atur tekanan CO2 sampai 28-32 mmHg, hipokapnea harus dihindari sebab dapat menyebabkan vasokontriksi dan iskemia serebri.

c.

Berikan monitol 20% 1 gram/kg intravena dalam 20-30 menit. Dosis ulangan dapat diberikan 4-6 jam kemudian yaitu sebesar dosis semula setiap 6 jam sampai maksimal 48 jam pertama

d. e.

Pasang kateter foley Konsul bedah saraf bila terdapat indikasi operasi (hematoma epidural yang besar, hematoma subdural, cedera kepala terbuka, dan fraktur impresi > 1 diploe)

Вам также может понравиться