Вы находитесь на странице: 1из 34

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar belakang Batu ginjal adalah massa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang

saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih, atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis). Batu ginjal (nefrolithiasis) merupakan batu yang terbentuk di dalam ginjal, biasanya mengandung batu kalsium, kira-kira 65%-85%. Batu ginjal adalah mineral yang keras dan material dari kristal yang terbentuk didalam ginjal atau saluran kencing. Batu-batu ginjal adalah penyebab yang umum dari darah dalam urin dan seringkali nyeri yang berat/parah pada perut, panggul, atau selangkangan. Batu-batu ginjal adakalanya disebut renal calculi. Satu dalam setiap 20 orang mengembangkan batu ginjal pada satu ketika dalam kehidupannya. Kondisi dari mempunyai batu-batu ginjal diistilahkan nephrolithiasis atau urolithiasis. Batu-batu ginjal terbentuk ketika ada pengurangan dalam volume urin atau kelebihan senyawa-senyawa yang membentuk batu dalam urin. Tipe batu ginjal yang paling umum mengandung kalsium dalam kombinasi dengan oxalate atau phosphate. Senyawa-senyawa kimia lain yang dapat membentuk batu-batu dalam saluran kencing termasuk asam urat (uric acid) dan amino acid cystine. Dehidrasi melalui pemasukan cairan yang berkurang atau latihan yang berat tanpa penggantian cairan yang cukup meningkatkan risiko batu-batu ginjal. Rintangan pada aliran urin dapat juga menjurus pada pembentukan batu. Batu-batu ginjal dapat juga berakibat dari infeksi di saluran kencing; ini dikenal sebagai batubatu struvite atau infeksi. Gejala batu ginjal diantaranya adalah nyeri yang hilang timbul, adanya darah dalam air seni, rasa tidak enak saat berkemih, jika terjadi infeksi, maka penderita mengalami demam dan menggigil, terkadang batu ginjal tidak menimbulkan gejala sama sekali, hanya ditemukan secara tidak sengaja saat mengalami rontgen. Pencegahan batu ginjal , diantaranya adalah minum yang cukup, aktifitas harian yang cukup, diet rendah protein, nitrogen, dan natrium, batasi makanan yang

mengandung banyak oksalat, mengkonsumsi jus dan hindari minuman bersoda dan vitamin C dosis tinggi.

1.2

Rumusan masalah 1. Apa pengertian dari Batu Ginjal?

2. Apa etiologi dari Batu Ginjal? 3. Bagaimana patofisiologi dari Batu Ginjal? 4. Apa saja manifestasi klinis dari Batu Ginjal? 5. Apa saja komplikasi pada Batu Ginjal? 6. Penatalaksanaan medis dan keperawatan apa yang harus dilakukan pada penderita Batu Ginjal dan bagaimana cara untuk mencegah Batu Ginjal? 7. Apa dan Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Batu Ginjal? 8. Apa dan bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Batu Ginjal meliputi pengkajian, diagnosa dan intervensi keperawatan?

1.3

Tujuan Masalah 1. Mampu mengetahui dan memahami pengertian dari Batu Ginjal.

2. Mampu mengetahui dan memahami etiologi dari Batu Ginjal. 3. Mampu mengetahui dan memahami patofisiologi dari Batu Ginjal. 4. Mampu mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari Batu Ginjal. 5. Mampu mengetahui dan memahami komplikasi dari Batu Ginjal. 6. Mampu mengetahui dan memahami penatalaksanaan dan pencegahan dari Batu Ginjal. 7. Mampu mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang dari Batu Ginjal. 8. Mampu mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan pada klien dengan Batu Ginjal meliputi pengkajian, diagnosa dan intervensi keperawatan.

1.4

Sistematika Penulisan Dalam pembuatan makalah ini, penyusun menyusun sistematika penulisan

menjadi tiga BAB yang terdiri dari BAB I Pendahuluan berisi tentang Latar Belakang,

Rumusan Masalah, Tujuan Masalah, Sistematika Penulisan. BAB II Pembahasan yang berisi tentang skenario kasus pengertian dari Batu Ginjal, etiologi dari Batu Ginjal, manifestasi klinis Batu Ginjal, patofisiologi Batu Ginjal, komplikasi dari Batu Ginjal, penatalaksanaan dan pencegahan dari Batu Ginjal, pemeriksaan penunjang dari Batu Ginjal, Asuhan keperawatan dari Batu Ginjal meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa dan intervensi keperawatan. BAB III yang berisi tentang kesimpulan.

BAB II TINJAUAN TEORI

Kasus Tutorial Seorang laki-laki berusia 39 tahun, datang dibawa keluarganya ke IGD RS Enggal Damang, dengan nyeri pinggang kiri yang timbul mendadak, skala nyeri 10 (0-10). Nyeri bersifat kolik. Tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 96x/menit, berkeringat dingin dan pucat. Pasien mengatakan ia diberi Hyscopan oleh perawat klinik tempatnya

bekerja, setelah minum 1 tablet, pasien merasakan distensi abdomen yang makin memperberat nyerinya. Pasien mengatakan kolik ini sudah ke empat kalinya sejak 1 tahun lalu, kali ini dirasakan lebih berat dibanding sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri ketok pada costo vertebra angle kiri. Urinalisis menunjukan occult blood ++, Complete Blood Count (CBC) normal, biokimia plasma menunjukan kreatinin plasma normal 101 umol/L (1,1 mg/dL) dan elektrolit normal, namun kalsium meningkat 2,7 mmol/L (10,8 mg/L). kadar albumin plasma normal 40 g/L (4,0 g/dL). Hasil USG : urethrolithiasis distal sinistra dengan hydronephrosis grade 2. Dokter menyarankan untuk dilakukan BNO/IVP dan KUB. Pasien dipasang infuse RL 20 gtt/menit dan diberi Ketorolac drip 1 ampul, selain itu ia juga mendapat terapi Cefadroxil 3 x 500 mg per oral.

Langkah 1: Mengklarifikasi hal-hal yang belum di ketahui dalam kasus 1. Kolik

2. Hyscopan 3. Nyeri ketok 4. Occult blood 5. Coso vertebra angle kiri 6. Hydronephrosis 7. BNO 8. Ketorolac 9. Cefadroxil 10. KUB 11. Urethrolithiasis 12. Urinalisasi Penjelasan : 1. Kolik a. Nyeri abdomen proksismal berhubungan dengan kolon. b. Serangan sakit perut yang mendadak (paroksismal) dan akut

Nyeri pada abdomen yang mendadak (paroksismal) dan akut yang berhubungan dengan kolon. 2. Hyscopan adalah obat untuk mengurangi asam lambung. 3. Nyeri ketok adalah nyeri pada saat diperkusi. 4. Occult blood adalah darah samar pada urine. 5. Coso vertebra angle kiri adalah tulang iga bagian belakang sebelah kiri. 6. Hydronephrosis a. Penumpukan urine dalam pelvis renis yang mengakibatkan atropi struktur ginjal karena obstruksi aliran urine dan ginjal. b. Distensi pelvis dan kaliks ginjal oleh urine sebagai akibat obstruksi ureter. 7. BNO adalah Buik Nier Overzicth yang artinya melihat keadaan bagian perut. 8. Ketorolac a. Obat anti inflamasi non steroid yang diberikan secara IM, IV dan oral. b. Sebagai anti nyeri jangka pendek. 9. Cefadroxil adalah antibiotic cefaloxforin semisintetik. 10. KUB adalah Kidney Urether Bladder yang artinya ginjal ureter kandung kemih. 11. Urethrolithiasis pembentukan atau penumpukan batu di ureter. 12. Urinalisasi a. Pemeriksaan dan analisis urine. b. Pemeriksaan bakteriologi atau kimiawi urine.

Langkah 2: Mendefinisikan Masalah ( Membuat Pertanyaan ) Pertanyaan : 1. Mengapa saat diberi hyscopan pasien merasak distensi abdomen?

2. Mengapa pada pemeriksaan urinalisis kalsium meningkat? 3. Apa indikasi occult blood? 4. Mengapa dokter menyarankan unuk dilakukan BNO/IVP dan KUB? 5. Mengapa harus dilakukan pemeriksaan CBC, urinalisis dan biokimia plasma? 6. Apa indikasi dari hasil USG?

7. Mengapa diberi infuse RL 20 gtt/menit dan ketorolac drip 1 ampul ?

Langkah 3: Menjawab Pertanyaan dari Langkah 2 Jawaban : 1. Mengapa saat diberi hyscopan pasien merasak distensi abdomen? Karena efek hyscopan dapat menurunkan tingkat keasaman lambung dengan cara menurunkan metabolisme tubuh sehingga terjadi distensi abdomen dan menekan area ginjal sehingga dapat memperberat nyeri.

2. Mengapa pada pemeriksaan urinalisis kalsium meningkat? Karena obstruksi aliran urine dan ginjal menyebabkan output sedikit dan mengakibatkan terjadinya penumpukan urine didalam pelvis renis sehingga menyebabkan kalsium meningkat karena kalsium tidak dapat terbuang.

3. Apa indikasi occult blood? Untuk mengetahui apakah terdapat luka atau tidak pada bagian saluran kandung kemih.

4. Mengapa dokter menyarankan unuk dilakukan BNO/IVP dan KUB? a. Untuk mengetahui seberapa besar hambatan pada saluran kandung kemih. b. Untuk mengetahui adanya batu ginjal atau tidak pada saluran kandung kemih. c. Untuk mengetahui seberapa besar kerusakan ginjal atau fungsi ginjal pada saluran kandung kemih.

5. Mengapa harus dilakukan pemeriksaan CBC, urinalisis dan biokimia plasma? Karena didalam pemeriksaan urinalisis terdapat beberapa unsure logam yang sangat berperan penting dan untuk mempertegas diagnosa, seperti :

a. Kreatinin adalah unsure pembentukan urine yang normal dan sebagai salah satu produk metabolisme protein. b. Elektrolit adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam suatu larutan akan berdisosiasi menjadi ion-ion. c. Kalsium adalah unsure logam yang diperlukan untuk perkembangan dan fungsi tulang yang normal. Kalsium merupakan mineral yang terdapat dalam jumlah paling banyak didalam tubuh, unsure ini merupakan pembentukan tulang dan gigi. Defisiensi atau kelebihan kalsium serum menyebabkan disfungsi saraf serta otot dan kelainan pembekuan darah.

6. Apa indikasi dari hasil USG? Untuk mempertegas dan menegakkan diagnose yang pasti , seperti : hasil dari USG terdapat pembentukan baru di ureter sebelah kiri bagian bawah dan terdapat penumpukan urine grade 2.

7. Mengapa diberi infuse RL 20 gtt/menit dan ketorolac drip 1 ampul ? Karena kebutuhan cairan tubuhnya masih dalam keadaan normal dan sebagai anti nyeri dengan reaksi yang cepat.

Langkah 5: Tujuan Pembelajaran

1.

Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui konsep dari Batu Ginjal a. Definisi dan Klasifikasi b. Etiologi c. Patofisiologi d. Manifestasi e. Komplikasi f. Penatalaksanaan dan Pencegahan

g. Pemeriksaan Diagnostik

2. Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Batu Ginjal a. Pengkajian b. Analisa Data c. Diagnosa Keperawatan d. Intervensi Keperawatan

Langkah 6 : Mandiri

Ketua kelompok membagi kelompok menjadi tiga bagian, dimana tiap tiap bagian kelompok harus mencari penjelasan tentang lerning issue yang di bahas, yaitu tentang definisi Batu Ginjal, etiologi dari Batu Ginjal, patofisiologi dari Batu Ginjal, manifestasi klinis dari Batu Ginjal, komplikasi dari Batu Ginjal, penatalaksanaan dan pencegahan dari Batu Ginjal, pemeriksaan penunjang dari Batu Ginjal, Asuhan keperawatan pada pasien dengan Batu Ginjal. Kelompok pertama mencari dari perpustakaan, kelompok kedua mencari di internet dan kelompok ketiga mencari di narasumber. Kemudian tiap-tiap kelompok harus membuat laporan tentang learning issue yang telah di cari dan di laporkan.

Pembagian kelompok : Konsep Batu Ginjal a. Definisi dan klasifikasi (Agus Susanto) b. Etiologi (Wandi Suhandi) c. Patofisiologi (Ana dan Fifi) d. Manifestasi Klinis (Fitri) e. Komplikasi (Desri Amania) f. Penatalaksanaan dan Pencegahan (Ahmad Rizal)

g. Pemeriksaan diagnostik (

Askep Batu Ginjal a. Pengkajian (Syifa dan Aa) b. Analisa Data (Feby Restunengsih) c. Diagnosa keperawatan (Rifky Slamet) d. Intervensi Keperawatan (Rafni dan Devi)

Ketua Sekretaris 1 Sekretaris 2

: Aa Permana : Syifa Nurjannah : Feby Restunengsih

II.7. Langkah 7 : Mengumpulkan Data Dan Membuat Laporan

A. Pengertian Batu Ginjal a. Batu ginjal (urolitiasis) adalah batu yang ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut kalkuli, yang dimulai dari pembentukan Kristal yang terperangkap disuatu tempat sepanjang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urine. b. Batu Ginjal (kalkulus) adalah bentuk deposit mineral, namun asam urat dan Kristal lain juga pembentuk batu. Kalkulus dapat terbentuk dimana saja dari saluran perkemihan, batu ini paling umum ditemukan pada pelvis dan kalik ginjal. c. Batu saluran kemih menurut tempatnya digolongkan sebagai batu ginjal dan batu kandung kemih. Batu ginjal merupakan keadaan tidak normal di dalam ginjal, mengandung komponen Kristal dan matriks organik yang dijumpai khas di kaliks atau pelvis dan bila akan keluar dapat berhenti di ureter atau kandung kemih. Klasifikasi Batu Ginjal Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP),

xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif. 1. Batu Kalsium Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor

tejadinya batu kalsium adalah: a. Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang

(hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid. b. Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama bayam. c. Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen. d. Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama. e. Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium dengan oksalat.

2. Batu Struvit Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan

Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah urine menjadi basa melaluihidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit. 3. Batu Urat Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi protein mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.

B. Etiologi Batu Ginjal a. Faktor dari dalam ( intrinsik), seperti keturunan, usia ( lebih banyak pada usia 35-50 tahun, dan jenis kelamin ( lebih banyak pada pria). b. Faktor dari luar ( ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu, asupan air ( bila jumlah air dan kadar mineral kalsium pada air yang diminum kurang), diet banyak purin, oksalat (teh, kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau terutama bayam), kalsium ( daging, susu, ikan, kaldu, dan jeroan), dan pekerjaan (kurang bergerak). c. Gangguan Aliran Kencing (urine). d. Infeksi Saluran Kemih. e. Kekurangan Cairan (seperti pada penderita diare yang kekurangan cairan).

C. Patofisiologi Batu Ginjal

D. Manifestasi Klinis Batu Ginjal a. Nyeri pinggang (kemeng) pada sudut kostovetebral. b. Nyeri kolik, dari pinggang menjalar ke depan dan ke arah genitalia disertai mual dan muntah. c. Hematuria, baik mikroskopik maupun makroskopik. d. Disuria karena infeksi. e. Demam disertai menggigil. f. Retensi urine pada batu uretra atau leher buli-buli.

g. Dapat tanpa keluhan (silent stone)

E. Komplikasi Batu Ginjal a. Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu di bagian mana saja di saluran kemih. Obstruksi di atas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh urine. Hidroureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau di atas tempat ureter keluar dari ginjal dapat menyebabkan hidrone-frosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan. b. Obstruksi menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik interstisium dan dapat menyebabkan penurunan GFR. Obstruksi yang tidak diatasi dapat menyebabkan kolapsnya nefron dan kapiler sehingga terjadi iskemia nefron karena suplai darah terganggu. Akhirnya dapat terjadi gagal ginjal jika kedua ginjal terserang. c. Setiap kali terjadi obstruksi aliran urine (stasis), kemungkinan infeksi bakteri meningkat. d. Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang. (Buku Saku Patofisiologi Corwin Oleh Elizabeth J. Corwin)

F. Penatalaksanaan Medis dan Pencegahan Batu Ginjal 1. Pada kebanyakan kasus, tak ada tindakan karena batu dapat melewati saluran tanpa intervensi medis. 2. Pengangkatan Batu melalui pembedahan: a) Pielolitotomi (batu diangkat dari pelvis ginjal) b) Uretolitotomi (batu diangkat dari ureter) c) Sistolitotomi ( batu diangkat dari kandung kemih)

d) Litotrispi ultrasonik perkutan (PUL) dan litotripsi gelombang kejut ekstrakorporeal ( ESWL) menggunakan gelombang suara dan gelombang kejut, secara berturut-turut, untuk memecahkan batu menjadi potongan kecil untuk memudahkan eksresi dalam urine. Metode ini bermanfaat untuk pasien dengan resiko terhadap prosedur pembedahan. e) Terapi pelarutan menggunakan laruta kimia khusus batu yang dimasukkan melalui selang nefrostomi untuk mengirigasi area dan melarutkan batu.

G. Pemeriksaan penunjang Batu Ginjal 1. Laboratorium a. Urinalisis a) Proteinuria b) Hematuria c) Lekosituria b. Pembiakan urine dapat positif (10 koloni/ ml urine), bila (+) dilakukan tes sensitivitas. c. Darah lengkap, kreatinin serum, BUN, asam urat, kalsium, dan fosfor. Klirens kreatinin (apabila bsk pada kedua ginjal). d. Analisi batu

2.

Radiologis Foto polos abdomen: 80% BSK radio-opaq, kalau perlu tomografi (polos). a. IVP: dapat menentukan dengan tepat letak batu, terutama batu-batu yang radiolusen ( kalau perlu+ tomografi). b. Retrograte pielografi (PRG): pada kasus-kasus dimana IVP tidak jelas. c. USG pada gagal ginjal, baik kronis maupun akut adanya hidronefrosis, BSK non-opaq. d. Radioisotop untuk mengetahui fungsi ginjal secara satu persatu. Sekaligus adanya sumbatan pada gagal ginjal. e. Pielografi antegrat dengan cara perkutan, teutama bila RPG gagal. untuk melihat

f.

CT scan untuk BSK non opaq (tapi biasa nya dengan USG sudah cukup jelas)

g. MRI. Untuk BSK sangat terbatas penggunaannya. h. Sistoskopi untuk buli-buli sekaligus RPG.

3.

Therapy a. Untuk mempertahankan pH urine: a) natrium bikarbonat untuk membuat urine lebih alalin, pada asam pencetus batu. b) asam askorbat untuk membuat urine lebih asam, pada alkalin pencetus batu.

b. Untuk mengurangi eksresi dari substansi pembebentuk batu: a) Hidroklorotiazid (diuretik) untuk menurunkan eksresi kalsium dalam urine dengan meningkatkan reabsorpsi kalsium dalam tubulus ginjal. b) alupurinol untuk mengatasi batu asam dengan menurunkan kadar asam urat plasma. c) Natrium dan kalium fosfat dapat diberikan untuk mengurangi kalsium dalam urine. Akan tetapi, obat ini tidak diberikan (kontraindikasi) apabila terjadi infeksi ginjal d) Batu fosfat dapat tumbuh di dalam urine yang alkalin. Pencegahan yang dapat dilakukan adalah membuat urine menjadi asam dengan memberi vitamin C dan menghindari infeksi saluran kemih (ISK).

H. Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Batu Ginjal 1. PENGKAJIAN 1) Identitas pasien a) b) c) Nama Umur Jenis kelamin : Tn. X : 39 tahun : Laki-laki

d)

Tingkat Pendidikan

: Bagi orang yang tingkat

pendidikan rendah/minim pengetahuan tentang batu ginjal, maka akan menganggap remeh penyakit ini. 2) Riwayat Keperawatan / Kesehatan Klien masuk ke IGD dengan keluhan nyeri pinggang kiri yang timbul mendadak, skala nyeri 10 (0-10). 3) Riwaysat penyakit dahulu Klien tidak memiliki riwayat dahulu. 4) Riwayat obat-obatan Klien pernah diberi obat Hyscopan oleh perawat klinik.

5) Riwayat alergi / efek samping obat Klien mengatakan ia diberi Hyscopan oleh perawat klinik tempatnya bekerja, setelah minum 1 tablet, pasien merasakan distensi abdomen yang makin memperberat nyerinya. 6) Riwayat keluarga Keluarga klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dengan klien. 7) Pemeriksaan fisik

2. Analisa data NO DATA (Subjektif & Objektif) 1. DS : Klien mengeluh nyeri pinggang kiri. Konsentrasi Ca oksalat meningkat Batu ginjal dan ureter ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN Nyeri akut

Klien mengatakan Nyeri secara mendadak. timbul

Obstruksi Tekanan Hidrostatik meningkat

DO: -

Skala nyeri 10 Distensi pada piala ginjal (0-10) serta ketok costoureter distal sinitra Frekuensi/dorongan bersifat kontraksi ureteral meningkat Trauma ginjal Stimulus di transportasikan oleh Saraf afferent Cortex serebri Pelepasan mediator nyeri (bradikinin, serotonin, histamine) Saraf efferent Nyeri dipersepsikan

nyeri pada vertebra

Nyeri kolik

2. DS: Pasien mengatakan kolik ini dirasakan

Batu ginjal Obstruksi

Perubahan eliminasi urin

lebih dibanding sebelumnya

berat

Penurunan reabsorbsi dan sekresi turbulen

Klien mengatakan merasa susah

Iritasi ginjal dan ureter Gangguan fungsi ginjal Perubahan warna dan

Buang air kecil, DO: - Distensi abdomen - Hasil Urinalisis :

Penurunan produksi urine

menunjukan accoult blood ++ - Hasil USG :

Urethrolitiasis distal dengan hydronephrosis grade 2. Retensi urin sinistra

3.

DS :DO : Berkeringat dingin pucat. Kalsium dan

Konsentrasi Ca oksalat meningkat Obstruksi batu ureter Iritasi saraf abdominal,

Risiko Kekurangan Volume Cairan

meningkat mmol/L mg/dl)

2,7 (10,8

pelvis ginjal, dan kolik uretral Tekanan darah kapiler meningkat Tekanan Hidrostatik

Intake , ouput cairan tidak

balanced.(<500 cc) Berat Badan

meningkat Berkurangnya jumlah protein plasma di sel ginjal Perpindahan cairan dari intraseluler ke ekstraseluler Risiko kekurangan volume cairan

menurun < 5 kg, mis (3 kg)

3. Diagnosa Keperawatan a. Nyeri akut b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema dan iskemia seluler. b. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradangan. c. Resiko kekurangan volume cairan b/d mual muntah (iritasi saraf abdominal dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi. d. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan .

4. Intervensi Keperawatan

DXP 1.

Tujuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan nyeri klien sudah berkurag dengan criteria : Klien mengeluh pinggang kiri. Klien tidak tidak nyeri 1.

Intervensi Catat lokasi, lamanya/intensitas nyeri (skala 1-10) dan penyebarannya. Perhatiakn tanda non verbal seperti: peningkatan TD dan DN, gelisah, meringis, merintih, menggelepar. 1.

Rasional Membantu evaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan batu. Nyeri panggul sering menyebar ke punggung, lipat paha, genitalia sehubungan dengan proksimitas pleksus saraf dan pembuluh darah yang menyuplai area lain. Nyeri tiba-tiba dan hebat dapat

mengatakan nyeri yang timbul secara mendadak. Skala berukrang. Tidak ada nyeri nyeri

menimbulkan gelisah, takut/cemas.

ketok pada costovertebra. Nyeri tidak bersifat kolik. 2. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan kepada staf perawatan setiap perubahan karakteristik nyeri yang terjadi.

2. Melaporkan nyeri secara dini memberikan kesempatan pemberian analgesi pada waktu yang tepat dan membantu meningkatkan kemampuan koping klien dalam menurunkan ansietas.

3. Lakukan tindakan yang mendukung kenyamanan (seperti masase ringan/kompres hangat pada punggung, lingkungan yang tenang)

3. Meningkatkan relaksasi dan menurunkan ketegangan otot.

4. Bantu/dorong pernapasan dalam, bimbingan imajinasi dan aktivitas terapeutik

4. Mengalihkan perhatian dan membantu relaksasi otot.

5. Batu/dorong peningkatan aktivitas (ambulasi aktif) sesuai indikasi disertai asupan cairan sedikitnya 3-4 liter perhari dalam batas toleransi jantung.

5. Aktivitas fisik dan hidrasi yang adekuat meningkatkan lewatnya batu, mencegah stasis urine dan mencegah pembentukan batu selanjutnya.

6. Perhatikan peningkatan/meneta pnya keluhan nyeri abdomen.

6. Obstruksi lengkap ureter dapat menyebabkan perforasi dan ekstravasasiurine ke dalam area perrenal, hal ini merupakan kedaruratan bedah akut. Kolaborasi

Kolaborasi 1. Dalam pemberian

Analgetik narkotik) diberikan

(gol. biasanya selama

obat sesuai program terapi: Analgetik Antispasmodik Kortikosteroid

episode akut untuk menurunkan ureter meningkatkan kolik dan

2. Pertahankan patensi kateter urine bila -

relaksasi otot/mental. Menurunkan refleks spasme, menurunkan dan nyeri. Mungkin digunakan untuk edema untuk menurunkan jaringan membantu dapat kolik

diperlukan

gerakan batu.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam di harapkan perubahan eliminasi urine dapat membaik dengan criteria : Kolik klien dapat

1.

Awasi asupan dan haluaran, karakteristik urine, catat adanya keluaran batu.

1.

Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi. Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pilihan terapi.

dirasakan lebih ringan - Klien tidak ada

masalah dalam buang air - Tidak ada distensi 2. Tentukan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi yang terjadi. 2. Batu saluran kemih dapat menyebabkan peningkatan eksitabilitas saraf sehingga menimbulkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila batu mendekati pertemuan uretrovesikal.

abdomen - Hasil Urinalisis dan USG sudah

mengalami perbaikan.

3. Dorong peningkatan asupan cairan.

3. Peningkatan hidrasi dapat membilas bakteri, darah, debris dan membantu lewatnya batu

4. Observasi perubahan status mental, 4. Akumulasi sisa uremik

perilaku atau tingkat kesadaran.

dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada

5. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium (elektrolit, BUN, kreatinin)

SSP

5. Peninggian BUN, kreatinin dan elektrolit menjukkan disfungsi ginjal

Kolaborasi 1. Berikan obat sesuai indikasi: Asetazolamid (Diamox), Alupurinol (Ziloprim) Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), Klortalidon (Higroton) Amonium klorida, kalium atau natrium fosfat (Sal-Hepatika) Agen antigout mis: Alupurinol (Ziloprim) Antibiotika Natrium bikarbonat Asam askorbat Kolaborasi 1. - Meningkatkan pH urine (alkalinitas) untuk menurnkan pembentukan batu asam.

- Mencegah stasis urine ddan menurunkan pembentukan batu kalsium. - Menurunkan pembentukan batu fosfat - Menurnkan produksi asam urat. - Mungkin diperlukan bila ada ISK

- Mengganti kehilangan yang tidak dapat teratasi selama pembuangan bikarbonat dan atau alkalinisasi urine, dapat mencegah pemebntukan batu. - Mengasamkan urine untuk mencegah berulangnay 2. Pertahankan patensi kateter tak menetap (uereteral, uretral atau nefrostomi). 2. Mungkin diperlukan untuk membantu 3. Irigasi dengan larutan asam atau alkali sesuai indikasi. 3. Mengubah pH urien dapat membantu pelarutan batu dan mencegah pembentukan batu 4. Siapkan klien dan bantu prosedur endoskopi. 4. Berbagai prosedur endo-urologi dapat dilakukan untuk mengeluarkan batu. selanjutnya. kelancaran aliran urine. pembentukan batu alkalin.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan sesama 1x24 jam di harapkan volume cairan tubuh dalam keadaan normal dengn criteria : Berkeringat dingin dan pucat

1.

Awasi asupan dan haluaran.

1.

Mengevaluasi adanya stasis urine/kerusakan ginjal.

2. Catat insiden dan karakteristik muntah, diare.

2. Mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis, juga dimaksudkan sebagai upaya membilas batu keluar.

hilang/berkurang. Kalsium dalam

keadaan normal Intake dan ouput cairan balance. 3. Tingkatkan asupan cairan 3-4 liter/hari.

3. Mual/muntah dan diare secara umum berhubungan dengan kolik ginjal karena saraf ganglion seliaka menghubungkan kedua ginjal dengan lambung.

4. Awasi tanda vital.

4. Indikator hiddrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi.

5. Peningkatan BB yang 5. Timbang berat badan setiap hari. cepat mungkin berhubungan dengan retensi.

Kolaborasi Kolaborasi 1. Pemeriksaan HB/Ht dan elektrolit. 1. Mengkaji hidrasi dan efektiviatas intervensi.

2. Antiemetik mungkin 2. Berikan cairan infus sesuai program terapi. diperlukan untuk menurunkan mual/muntah.

3. Makanan mudah 3. Pemberian diet sesuai keadaan klien. cerna menurunkan aktivitas saluran cerna, mengurangi iritasi dan membantu mempertahankan cairan dan keseimbangan nutrisi.

4. Mempertahankan 4. Berikan obat sesuai program terapi (antiemetik misalnya Proklorperasin/ Campazin). volume sirkulasi (bila asupan per oral tidak cukup)

I.

Patofisiologi Batu Ginjal

Faktor intrinsic (usia, jenis kelamin)

Konsentrasi kalsium dalam darah dan urin

Peningkatan ureum

Urin pekat

Impuls disampaikan ke otak

Aliran urin menjadi lambat

Merangsang media vomiting center

Urin mengendap

Mual muntah

Pembentukan batu kalsum

Terjadi gesekan di saluran kemih

nyeri

Resiko infeksi BAB III

Perubahan eliminasi urin

PENUTUP

Kesimpulan Batu ginjal merupakan suatu massa yang keras yang terbentuk dari kristalkristal dari endapan urine dan tumbuh pada bagian dalam ginjal.Urolithiasis adalah istilah untuk menggambarkan batu yang terjadi pada saluran kemih. Tetapi istilah Batu Ginjal dapat menerangkan kondisi batu yang terjadi pada semua tempat di saluran kemih. Penyebab pasti sampai saat ini tidak diketahui, meskipun beberapa jenis makanan meningkatkan terjadinya batu. Riwayat keluarga dengan batu ginjal juga mempengaruhi insiden ini. Gejala batu ginjal diantaranya adalah nyeri yang hilang timbul, adanya darah dalam air seni, rasa tidak enak saat berkemih, jika terjadi infeksi, maka penderita mengalami demam dan menggigil, terkadang batu ginjal tidak menimbulkan gejala sama sekali, hanya ditemukan secara tidak sengaja saat mengalami rontgen. Pencegahan batu ginjal , diantaranya adalah minum yang cukup, aktifitas harian yang cukup, diet rendah protein, nitrogen, dan natrium, batasi makanan yang mengandung banyak oksalat, mengkonsumsi jus dan hindari minuman bersoda dan vitamin C dosis tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Sistem Perkemihan yang di fasilitator oleh Bapak Ibrahim M. Bola Disusun oleh:

Aa Permana Agus Susanto

(213110002) (213110026)

Ahmad Rizal J Feby Restunengsih Rifky Slamet H (213110095) Rafni Nur R Syifa Nurjannah Fitri Faurani Suryani Desri Amania

(213110081) (213110093)

Wandi Suhandi (213110043) Rani Hermiyati (213110054) Devi Ardiana R (213110062) Tri Mulya Fifi Siti Fauziyah Y Anna Marliana N (213110068) (213110071) (213110076)

(213110102) (213110113) (213110118) (213110121) (213110077)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN-S1 SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDRAL ACHMAD YANI CIMAHI 2012

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha ESA, karena rahmat dan karunia-Nya laporan ini dapat diselesaikan dengan baik. Laporan Batu

Ginjal ini bertujuan untuk memahami bahasan dalam Sistem Perkemihan. Dibuatnya laporan ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Sistem Perkemihan dengan fasilitator oleh Ibrahim M. Bola. Dan tak lupa penulis ucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan dan penyelesaian laporan ini, khususnya pada teman-teman sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi dan Bapak Ibrahim yang telah membimbing penyusunan makalah ini, semoga dengan di buatnya makalah ini khususnya penyusun dan umumnya pembaca dapat lebih mengetahui dan memahaminya. Penyusun juga berharap agar laporan ini dapat memenuhi nilai tugas mata kuliah Sistem Perkemihan dengan nilai yang baik. Penyusun menyadari laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun akan penyusun terima dengan senang hati guna berkembangnya pengetahuan dan keilmuan yang kita pelajari.

Cimahi, 15 Oktober 2012

Penyusun

DAFTAR ISI i

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

i ii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Rumusan Masalah I.3 Tujuan Penulisan I.4 Sistematika Penulisan

.................................................................

1 1 2 3

BAB II TINJAUAN TEORI II.1 Langkah 1 II.2 Langkah 2 II.3 Langkah 3 II.4 Langkah 4 II.5 Langkah 5 II.6 Langkah 6 II.7 Langkah 7 a. Definisi Batu Ginjal ... b. Etiologi Batu Ginjal ....... c. Patofisiologi Batu Ginjal ... d. Manifestasi klinis Batu Ginjal ... e. Komplikasi Batu Ginjal 14 f. Penatalaksanaan dan Pencegahan Batu Ginjal .... g. Askep pada penderita Batu Ginjal .. 1) Pengkajian ... 2) Analisa Data 3) Diagnosa Keperawatan ... 4) Intervensi Keperawatan

4 5 6 8 9 9 11 9 11 13 14 15 15 17 18 20 21

BAB III PENUTUP III.1 Kesimpulan

....

30

DAFTAR PUSTAKA

31

ii

Вам также может понравиться