Вы находитесь на странице: 1из 52

A.

AUTISME
1. DEFINISI Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan gejala. (Sacharin, R, M, 1996 : 305) Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang terjadi sebelum usia 30 bulan. (Behrman, 1999: 120) Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif.(Sacharin, R, M, 1996: 305) Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM IV, sadock dan sadock 2000) Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah gangguan perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik berupa kegagalan mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan),hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif serta penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas. EPIDEMIOLOGI Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1. Penyakit sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan gejala seperti austik. ETIOLOGI a. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot) terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan kemampuan bicara). b. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil). c. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti). d. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum, keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus otak depan. e. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan gangguan sensori serta kejang epilepsi f. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata, memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan, bermainan cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal kemungkinan terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-anak dan remaja, anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal terhadap suara anak takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada suara lainnya. Bicara dapat terganggu dan dapat mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara memperlihatkan kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan bertumbuhnya anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi visual dan fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara luas panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais lingkungannya. Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan jari tangan). Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan
1

2. 3.

yang menyenangkan atau stres. Kelainann lain adalh destruktif , marah berlebihan dan akurangnya istirahat. Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat menyelidiki kontak seksual pada orang asing. 1. CARA MENGETAHUI AUTISME PADA ANAK Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan: a. Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal. b. Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak. c. Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak dirumah, diteka, saat bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi normal. Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya. a. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi tegang bila diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye), anak tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada bila anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan untuk bayi, menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak terlihat tertarik pada kedua tangannya sendiri. b. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati benda-benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua orang tuanya. c. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari. Bila anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia (mengulang-ulang apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas (walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi bisa juga berkurang, melukai dan merangsang diri sendiri. 2. MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme : a. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara, gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun masih dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang memadai. Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan waktu untuk bermain sendiri. b. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh. c. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa dimana anak tercenggang dengan objek mekanik. d. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat diramalkan . e. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin. f. Kontak mata minimal atau tidak ada.

g.

h. i.

j. k.

Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda, dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang mendadak menunjukan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada emosional Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol. Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa, kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi secara fungsional. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan berjingkat-jingkat.

Ciri yang khas pada anak yang austik : a. Defisit keteraturan verbal. b. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik. c. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau dipikirkan orang lain). Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah: a. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal. b. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal. c. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak fleksibel dan tidak imajinatif. Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun. 3. PENGOBATAN Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang tua harus memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf residen lainnya. Orang tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik children dan natinal sosiety for austik children yang dapat membantu dan dapat memmberikan pelayanan pada anak autis. Anak autis memerlukan penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi bicara, terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training (AIT),terapi keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara orang tua , keluarga dan dokter. Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan keadaan yang terjadi dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku destruktif dan agresif dapat diubah dengan menagement perilaku. Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant konditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan hukuman (dukungan negatif). Merupakan metode untuk mengatasi cacat, mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis. Kesabaran diperlukan karena kemajuan pada anak autis lambat. Neuroleptik dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri sendiri yang mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari pergaulan sosial. Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik, selain itu terapi kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan menggunakan permainan latihan antar perorangan terstruktur dapt digunakan. Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri sendiri dapat diatasi dengan obat klorpromasin atau tioridasin.
3

Keadaan tidak dapat tidur dapat memberikan responsedatif seperti kloralhidrat, konvulsi dikendalikan dengan obat anti konvulsan. Hiperkinesis yang jika menetap dan berat dapat ditanggulangi dengan diit bebas aditif atau pengawet. a. b. Ada pun Macam-macam terapi autis lainnya diantaranya: Terapi akupunktur. Metode tusuk jarum ini diharapkan bisa menstimulasi sistem saraf pada otak hingga dapat bekerja kembali. Terapi musik. Lewat terapi ini, musik diharapkan memberikan getaran gelombang yang akan berpengaruh terhadap permukaan membran otak. Secara tak langsung, itu akan turut memperbaiki kondisi fisiologis. Harapannya, fungsi indera pendengaran menjadi hidup sekaligus merangsang kemampuan berbicara. Terapi balur. Banyak yang yakin autisme disebabkan oleh tingginya zat merkuri pada tubuh penderita. Nah, terapi balur ini bertujuan mengurangi kadar merkuri dalam tubuh penyandang autis. Caranya, menggunakan cuka aren campur bawang yang dilulurkan lewat kulit. Tujuannya melakukan detoksifikasi gas merkuri. Terapi perilaku. Tujuannya, agar sang anak memfokuskan perhatian dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Caranya dengan membuat si anak melakukan berbagai kegiatan seperti mengambil benda yang ada di sekitarnya. Terapi anggota keluarga. Orangtua harus mendampingi dan memberi perhatian penuh pada sang anak hingga terbentuk ikatan emosional yang kuat. Umumnya, terapi ini merupakan terapi pendukung yang wajib dilakukan untuk semua jenis terapi lain Dan terakhir, adalah terapi lumba-lumba. Telah diketahui oleh dunia medis bahwa di tubuh lumba-lumba teerkandung potensi yang bisa menyelaraskan kerja saraf motorik dan sensorik pendeerita autis. Sebab lumba-lumba mempunyai gelomba sonar (gelombang suara dengan frewkuensi tertentu) yang dapat merangsang otak manusia untuk memproduksi energi yang ada dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang belakang pasien sehingga dapat membentuk keseimbangan antara otak kanan dan kiri. Selain itu, gelombang suara dari lumba-lumba juga dapat meningkatkan neurotransmitter.

c.

d. e.

f.

Terapi anak autis dengan lumba-lumba sudah terbukti 4 kali lebih efektif dan lebih cepat dibanding terpi lainnya. Gelombang suara yang dipancarkan lumba-lumba ternyata berpengaruh pada perkembangan otak anak autis. Bedasarkan keberhasilan terapi gelombang lumba-lumba, maka CD Terapi Anak Autis ini diciptakan. Gelombang Sonar yang dihasilkan oleh lumba-lumba bisa direkam, dan ditiru pola gelombangnya untuk diproduksi secara digital. Produk CD ini adalah hasil karya digita yang "meniru" pola gelombang suara lumba-lumba untuk penyembuhan. Terapi Gelombang Otak untuk Autis ini menggunakan Frekwensi Gelombang SMR atau Sensori Motor Rhytm. Penderita epilepsy, ADHD ( Attention Deficit and Hyperactivity Disorder) dan Autism ternyata tidak menghasilkan gelombang jenis ini. Para penderita gangguan di atas tidak tidak mampu berkonsentrasi atau fokus pada suatu hal yang dianggap penting. Sehingga setiap pengobatan yang tepat adalah cara agar otaknya bisa menghasilkan getaran SMR tersebut. Kami, sebagai pemilik gelombangotak.com, bukanlah seorang ahli dalam pengobatan anak autis. kami bukan dokter atau psikolog. Namun kami tahu, CD Terapi Anak Autis sudah membantu banyak orang. Puluhan orang tua yang sudah membeli CD ini mengabarkan perkembangan motorik dan kognitif anak autis mereka lebih cepat dan lebih baik dibanding sebelum menggunakan CD Terapi Anak Autis ini. Kami tidak menjamin CD Terapi Anak Autis yang harganya sangat terjangkau ini bisa membuat anak autis sembuh/normal 100%, tapi mendengar penuturan para pembeli CD Terapi Anak Autis ini, kami sangat yakin bahwa CD ini akan sangat membantu
4

kemajuan anak autis. Oya... perlu anda ingat, CD Terapi Anak Autis bukanlah pengobatan utama, melainkan hanya sebagai terapi pelengkap untuk anak autis. Tetaplah berkunjung ke dokter atau ahli lainnya untuk memeriksakan anak anda tercinta. Banyak anak autis yang tidak mendapat kesempatan menikmati terapi lumba-lumba. Mungkin karena masalah biaya atau memang karena di kota tempat anda tinggal tidak ada tempat terapi lumba-lumba. Namun dengan CD Audio Branwave Terapi Anak Autis yang meniru pola gelombang lumba-lumba, masalah biaya dan kelangkaan terapi lumbalumba sudah bisa diatasi. CARA MENGGUNAKANNYA sangat mudah..! Anda putar saja CD Terapi Anak Autis ini di ruangan atau tempat bermain anak anda. Boleh juga diputar di kamar tidur, saat anak anda sedang tidur. Anda tida perlu memaksa anak Anda untuk konsentrasi mendengarkannya. Putar saja CD ini seperti memutar musik. Meskipun anak tidak mendengarkan, otak anak tetap merespon rangsangan gelombang suara frekuensi tertentu yang keluar dari speaker. CD ini bisa diputar dengan semua perangkat elektronik yang bisa memutar mp3. Gunakan speaker stereo untuk hasil tebaik. CD Audio Brainwave Terapi Anak Autis ini sangat aman digunakan oleh siapapun, semudah mendengarkan musik. Dapat disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini dan tepat waktu serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu. Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk: a. Mengurangi masalah perilaku. b. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama bahasa. c. Anak bisa mandiri. d. Anak bisa bersosialisasi. 4. PROGNOSIS Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan marjinal, dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam masyarakat, namun pada beberapa anak penempatan lama pada institusi mrp hasil akhir. Prognosis yang lebih baik adalah tingakt intelegensi lebih tinggi, kemampuan berbicara fungsional, kurangnya gejala dan perilaku aneh. Gejala akan berubah dengan pertumbuhan menjadi tua. kejang-kejang dan kecelakaan diri sendiri semakin terlihat pada perkembangan usia. ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian a. Factor predisposisi b. Psikososial c. Konsep diri d. Staus mental e. Mekanisme koping B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul 1. Ketidakmampuan Koping Individu 2. Harga Diri Rendah 3. Kecemasan pada orangtua 4. Kurangnya pengetahuan Diagnosa Keperawatan :

1.

Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak adekuat keterampilan pemecahan masalah. Domain 9 : Koping/Toleransi terhadap stress Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan Kelas 2 : Respon Koping Proses dalam mengelolah stress lingkungan Pengertian : ketidakmampuan untuk membentuk penilaian yang benar dari stressor, pemilihan respon tidak adekuat, dan atau ketidakmampuan dalam menggunakan sumber-sumber yang tersedia. Sign Symptom : Gangguan tidur Penurunan dukungan social Pemecahan masalah tak adekuat Perubahan pola komunikasi Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman sebaya, kesulitan dalam berkomunikasi. Domain 6 : Persepsi Diri Kesadaran terhadap diri Kelas 2 : harga diri Penilaian terhadap diri sendiri dalam kemampuan diri, kejelekan diri,kepentingan dan kesuksesan Pengertian : Keadaan yang lama mengenai evaluasi diri atau perasaan mengenai diri atau kemampuan diri yang negative. Sign Symptom : Mengevaluasi diri tidak mampu menangani situasi baru. Kurang kontak mata Mencari ketenangan berlebihan Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan anak. Domain 9 : Koping / Toleransi terhadap stress Daya tampung terhadap peristiwa atau proses kehidupan. Kelas 2 : respon koping Proses dalam mengelola stress lingkungan. Pengertian : Perasaan tidak nyaman atau ketakutan yang tidak jelas dan gelisah disertai dengan respon otonom (sumber terkadang tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan yang was-was untuk mengatasi bahaya. Ini merupakan sinyal peringatan akan adanya bahaya dan memungkinkan individu untuk mengambil langkah untuk menghadapinya. Sign symptom : Gelisah Mudah tersinggung Khawatir Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara mengatasi anak dengan kesulitan belajar. Domain 5 : Persepsi / Kognisi System dalam memproses informasi termasuk perhatian, orientasi, sensasi, persepsi, kognisi, dan komunikasi. Kelas 4 : kognisi

2.

3.

4.

Penggunaan dalam memori, belajar, berpikir, pemecahan masalah, abstaksi, pengambilan keputusan, insight/pandangan, kapasitas intelektual, menghitung dan bahasa. Pengertian : Tidak ada atau kurang informasi kognitif berhubungan dengan topic yang spesifik. Sign symptom : Mengungkapkan adanya masalah Mengikuti instruksi tidak akurat Prilaku berlebihan atau tidak sesuai. C. INTERVENSI a. Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak adekuat keterampilan pemecahan masalah. Tujuan : Klien mampu memecahkan masalah dengan koping yang efektif 1. CLIEN OUT COMES : Koping klien teratasi Klien mampu membuat keputusan Klien mampu mengendalikan impuls Klien mampu memproses informasi 2. NURSING OUT COMES : Koping Indicator : Mengidentifikasi pola koping yang efektif Mencari informasi terkait dengan penyakit dan pengobatan Menggunakan prilaku untuk menurunkan stress Mengidentifikasi dan menggunakan berbagai strategi koping Melaporkan penurunan perasaan negatif 3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan Koping Aktivitas Bina hubungan saling percaya dengan klien dan keluarganya. Beri kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan masalahnya. Beri bimbingan kepada anak untuk dapat mengambil keputusan. Anjurkan kepada orang tua untuk lebih sering bersama anaknya. Hadirkan sibling untuk memberikan motivasi Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk mengurangi tingkat stress anak. b. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman sebaya, kesulitan dalam berkomunikasi. Tujuan : klien dapat meningkatkan kepercayaan dirinya. 1. CLIEN OUT COMES : - Klien mampu menunjukkan Harga dirinya 2. NURSING OUT COMES : Harga Diri Indicator : Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal Mempertahankan postur tubuh tegak Mempertahankan kontak mata Mempertahankan kerapihan/hygiene Menerima kritikan dari orang lain 3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Peningkatan Harga Diri Aktivitas Beri motivasi pada anak.
7

c.

Beri kesempatan anak mengungkapkan perasaannya. Beri latihan intensif pada anak untuk pemahaman belajar berkomunikasi. Modifikasi cara belajar sehingga anak lebih tertarik. Beri reward pada keberhasilan anak. Gunakan alat bantu/peraga dalam belajar berkomunikasi. Berikan suasana yang nyaman dan tidak menegangkan. Anjurkan kepada keluarga untuk mendekatkan anak pada sibling.

d.

Kecemasan pada orang tua behubungan dengan perkembangan anak. Tujuan : Kecemasan orang tua tidak berkelanjutan. 1. CLIEN OUT COMES : Pasien mengerti tentang prosedur pengobatan Pasien tidak gelisah Pasien tidak merasa cemas Pasien tampak tenang 2. NURSING OUT COMES : Kontrol Ansietas Indicator : Merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress Mempertahankan penampilan peran Melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori Manifestasi prilaku akibat kecemasan tidak ada Melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik 3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Pengurangan Ansietas Aktivitas Anjurkan orang tua untuk selalu memotivasi anaknya. Anjurkan orang tua untuk memberikan anaknya bimbingan belajar intensif. Anjurkan orang tua agar selalu memantau prilaku anak. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk keseimbanga gizi anak. Anjurkan orang tua untuk membawa anaknya ke dokter bila perlu. Beri penjelasan tentang kondisi anak kepada orang tua. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara mengatasi anak dengan kesulitan berkomunikasi. Tujuan : pengetahuan keluarga bertambah 1. CLIEN OUT COMES : Klien mengatakan memahami dan mengerti tentang proses penyakit dan prosedur tindakan pengobatan. 2. NURSING OUT COMES : Indicator : Mengidentifikasi keperluan untuk penambahan informasi menurut penanganan yang di anjurkan Menunjukkan kemampan melaksanaan aktivitas 3. NURSING INTERVENTIONS CLASSIFICATION : Aktivitas Anjurkan orang tua bersama dengan anak untuk membuat jadwal belajar berkomunikasi. Luangkan waktu kepada orang tua untuk mendengarkan keluhan. Anjurkan orang tua untuk lebih memperhatikan perkembangan anak. Berikan anak makanan seimbang, 4 sehat 5 sempurna untuk menutrisi otak. Berikan suplemen bila perlu. Kenali cara/metoda belajar anak.
8

Biarkan anak menggunakan inisiatif/pemikirannya selama masih dalam batas yang wajar.

B. RETARDASI MENTAL
A. Definisi Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70. Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya. Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil. Perkembangan jiwa anak merupakan bagian spesialisasi dari keperawatan spikiatrik. Intervensi keperawatan jiwa anak mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal anak yang berlandaskan pada teori perkembangan fisio-biologis, psikologis, kognitif, sosial, sensirimotoris, moral dan filosofi. Anak adalah seseorang yang berusia < 18 tahun yang memiliki kebutuhan fisik, psikologis dan sosial. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Haber, Hoskins dan Sideleau (1987) menentukan usia remaja antara 12 18 tahun, sementara Wilson dan Kneisl (1988) menggunakan usia 12 20 tahun sebagai batasan remaja. Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta bukan saja keadaan terhindar dari sakit maupun kecacatan (WHO). Kesehatan jiwa menurut UU No. 3 Tahun 1966, adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain. Diagnosis gangguan jiwa pada anak dan remaja adalah perilaku yang tidak sesuai dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan norma budaya, yang mengakibatkan kurangnya atau tergangguagnya fungsi adaptasi (Townsend, 1999). Dasar untuk memahami gangguan yarg terjadi pada bayi, anak anak dan remaja adalah dengan menggunakan teori perkembangan merupakan suatu tanda adanya masalah. Retardasi mental adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri dari gangguan fungsi intelektual dibawah rata-rata dan gangguan dalam keteranpilan adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun. Derajat Retardasi Mental DERAJAT RM Sangat Berat USIA USIA SEKOLAH USIA DEWASA IQ PRASEKOLAH (0-21 TAHUN) (>21 TAHUN) (0-5 TAHUN) < 20 Retardasi jelas Beberapa Perkembangan perkembangan motorik dan bicara motorik dapat sangat terbatas berespon namun terbatas 20 34 Perkembangan Dapat berbicara Dapat berperan motorik yang atau belajar sebagian dalam miskin berkomunikasi pemeliharaan diri namun latihan sendiri dibawah kejujuran tidak pengawai tanpa bermanfaat dsan ketat 35 49 Dapat berbicara Latihan dalam Dapat bekerja
9

Berat

Sedang

Ringan

keterampilan sosial dan pekerjaan dapat bermanfaat, dapat pergi sendiri ke tempat yang telah dikenal 50 69 Dapat Dapat belajar mengembangkan keterampilan keterampilan sosial akademik sampai dan komunikasi, 6 SD retardasi minimal

atau belajar berkomunikasi, ditangani dengan pengawasan sedang

sendir tanpa dilatih namun perlu pengawasan terutama jika berada dalam stress Biasanya dapat mencapai keterampilan sosial dan kejujuran namun perlu bantuan terutama bila stress

Respon adaptif Gangguan perkembangan

Rentang respon Respon mal adaptif gangguan intelektual retardasi mental

B. Etiologi 1. Faktor psikobiologik a. Riwayat genetika keluarga : retardasi mental b. Pengaruh pranatal: infeksi maternal, kurangnya perawatan pranatal dan ibu yang menyalahgunakan zat, semuanya dapat menyebabkkan abnormalitas perkembangan saraf yang berkaitan dengan gangguan jiwa. Trauma kelahiran yang berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen pada janin sangat signifikan dalam terjadinya retardasi mental dan gangguan perkembangan saraf lainnya. c. Penyakit kronis atau kecacatan dapat menyebabkan kesulitan koping bagi anak. 2. Faktor dinamika keluarga a. Penganiayaan anak Anak yang terus menerus dianiaya pada masa anak anak awal, perkembangan otaknya kurang adekuat (terutama otak kiri). b. Disfungsi sistem keluarga Misalnya : kurangnya sifat pengasuhan, komunikasi yang buruk. 3. Faktor lingkungan a. Kemiskinan b. Tunawisma c. Budaya keluarga 4. Tanda dan gejala a. Retardasi mental ringan Keterampilan sosial dan komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun tahun prasekolah. Tetapi saat anak menjadi lebih besar, defisit kognitif tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berfikir abstrak dan egosentrik mungkin membedakan dirinya dari anak lain seusianya. b. Retardasi mental sedang Keterampilan komunikasi berkembang lebih lambat. Isolasi sosial dirinya mungkin dimulai pada usia sekolah dasar. Dapat dideteksi lebih dini jika dibandingkan retardasi mental ringan.
10

c.

d.

Retardasi mental berat Bicara anak terbatas dan perkembangan motoriknya buruk. Pada usia prasekolah sudah nyata ada gangguan. Pada usia sekolah mungkin kemampuan bahasanya berkembang. Jika perkembangan bahasanya buruk, bentuk komunikasi nonverbal dapat berkembang. Retardasi mental sangat berat Keterampilan komunikasi dan motoriknya sangat terbatas. Pada masa dewasa dapat terjadi perkembangan bicara dan mampu menolong diri sendiri secara sederhana. Tetapi seringkali masih membutuhkan perawatan orang lain.

Tanda dan gejala yang lain Hiperaktivitas Toleransi frustasi yang rendah Agresi Ketidakstabilan afektif Perilaku motorik stereotipik berulang Perilaku melukai diri sendiri C. Perjalanan penyakit Retardasi mental termasuk kelemahan atau ketidak mampuan kognitif yang muncul pada masa kanak kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang) dan disertai dengan keterbatasan keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif : berbahsa dan berbicara, ketrampilan merawat diri, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja (AAMR 1992). Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab prenatal,yaitu penyakit kromosom (trisomi 21/down sindrom, sindrom FragileX, ganggunan sindrom (distrofi otot duchenne, neurofibromatosis (tipe1) ) dan gangguan metabolisme sejak lahir (fenilketonuria), perinatal, penyebab perinatal yaitu yang berhubungan dengan masalah intrauterin seperti abrupti plasenta, DM, prematur, serta kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intra kranial, posnatal yaitu mencakup kondisi-kondisi yang terjadi karena cedera kepala, infeksi dan gangguan degeneratif dan demielinisdasi. Sindrom Fragile X, sindrom Down, dan sindrom alkohol fetal merupakan sepertiga individu-individu yang menderita retardasi mental. Munculnya masalah-masalah seperti paralisis serebral, defisit sensoris, gangguan psikiatrik dan kejang berhubungan dengan retardasi mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak, prognosis jangka panjang ditentukan seberapa jauh penderita dapat berfungsi mandiri dalam masyarakat. D. Mekanisme koping a. Represi perasaan : pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran atau memori yang menyakitkan atau bertentangan dengan kesadaran. b. Regresi : dalam menghadapi strees, perilaku, perasaan dan cara berfikir mundur kembali keciri tahap perkembangan sebelumnya. c. Intelektualisasi E. Data yang perlu dikaji 1. Data demografi a. Nama b. Usia c. Tempat dan tanggal lahir d. Pendidikan
11

e. f. g. h. i. 2.

3.

Alamat orang tua Riwayat kelahiran Alergi Penyakit dan pengobatan yang pernah diterima anak Aktivitas sehari hari : BB, jadwal makan dan minat terhadap makanan, kebiasaan dan kualitas tidur, eliminasi (kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi) Fisik Tujuan : untuk mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap perilaku anak a Kulit b Kepala c Rambut d Mata e Telinga f Hidung g Mulut h Pernafasan i Kardiovaskuler j Muskuloskeletal k. Neorologis Status mental Tujuan : memberikan gambaran mengenai fungsi ego anak. a Keadan emosi b Proses berfikir c Isi pikiran d Pola penyelesaian masalah (pertahanan ego: denial, acting out, manarik diri) e Pola interaksi (keluarga, teman sebaya) f Persepsi remaja tentang kepuasaan terhadap kesehatannya Riwayat personal dan keluarga Tujuan : untuk mengerti perilaku anak a Riwayat gejala b Tumbuh kembang anak c Keadaan biofisik (penyakit, kecelakaan) d Latar belakang sosial budaya, ekonomi dan agama e Penampilan kegiatan kehidupan sehari hari (rumah, sekolah) f Sumber materi dan narasumber yang tersedia bagi remaja (sahabat, sekolah dan keterlibatan dalam masarakat Masalah keperawatan 1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan 2. Gangguan komunikasi verbal 3. Gangguan ineteraksi sosial 4. Perubahan koping keluarga 5. Resiko mencederai diri dan orang lain 6. Devisit perawatan diri Diagnosa keperawatan 1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan karena kelainan fungsi kognitif 2. Gangguan komunikasi verbal karena kelainan kognitif 3. Gangguan ineteraksi sosial karena menarik diri

5.

6.

12

4. 5. 6. 7.

Perubahan koping keluarga karena komunikasi inefektif terhadap anak retardasi mental Resiko mencederai diri dan orang lain karena perubahan persepsi: halusinasi pendengaran/ penglihatan Devisit perawatan diri karena ketidakmampuan untuk mandiri atau koping individu inefektif

Rencana tindakan keperawatan RENCANA TINDAKAN KRITERIA TINDAKAN TUJUAN EVALUASI KEPERAWATAN TUM : 1.1 Ekspresi 1.1.1 Bina hubungan Penyembuhan wajah bersahabat, saling percaya penyakit menunjukkan rasa dengan komunikasi senang, ada terapeutik TUK 1: kontak mata, mau Salam terpeutik Klien dapat berjabat tangan, Perkenalkan diri membina menyebutkan Jelaskan tujuan hubungan saling nama, menjawab interaksi percaya salam, mau duduk Ciptakan lingkungan berdampingan yang tenang dengan perawat Buat kontrak yang jelas Tepati waktu 1.1.2 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya RASIONAL hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang terapeutik antara perawat dan klien

DIAGNOSA Retardasi mental

Ungkapan perasaan klien kepada perawat sebagai bukti bahwa klien mempercayai perawat Rasa empati akan meningkatkan hubungan saling percaya Agar rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan Untuk mendorong keberhasilan pencapaian harga diri Agar klien dapat berkomunikasi secara verbal

1.1.3 Dengarkan ungkapan perasaan klien TUK 2 2.1 tumbuh Pertumbuhan dan kembang klien Pekembangan normal klien sesuai dengan usianya 2.1.1 kaji perkembangan kemajuan fungsi organ tubuh klien 2.1.2 bantu keluarga menyususn tujuan yang realitas untuk klien 3.1.1 bantu klien belajar berkomunikasi

TUK 3 klien dapat berkomunikasi

3.1 Klien berkomunikasi secara verbal


13

secara verbal

secara verbal dengan baik 3.1.2 bantu klien Agar untuk mengenali kata mempermudah - kata klien berkomunikasi

TUK 4 klien dapat berhubungan dengan orang lain

4.1 Klien dapat 4.1.1 bantu klien merencanakan membuat rencana kegiatan sehari harian hari sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya 4.2.1 bantu klien 4.2 Klien dapat melakukan rencana melakukan kegiatannya rencana kegiatan sehari hari sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya TUK 5 5.1 Keluarga klien 5.1.1 beri informasi koping keluarga mampu menerima pada keluarga klien efektif keadaan klien tentang penyakit retardasi mental 5.1.2 beri informasi pada keluarga klien tentang cara perawatan anak dengan retardasi mental TUK 6 6.1 klien bersikap 6.1.1 diskusikan Klien tidak bersahabat dengan klien tentang mencederai diri penyebab dan orang lain mencederai diri dan orang lain TUK 7 klien dapat mandiri dalam perawatan dirinya

membantu klien dalam mengembangkan kemampuan yang dimilikinya beri pujian atas keberhasilan klien

Agar keluarga klien mampu menerima keadaan yang sesungguhnya Agar keluarga klien memberikan perawatan yang baik

Agar mempermudah klien dalam mengontrol penyebab perilaku kekerasan 7.1 klien berusaha 7.1.1 diskusikan pengetahuan ini melakukan dengan klien tentang dibituhkan untuk perawatan diri pentingnya melakukan secara mandiri kebersihan diri perawatan yang lebih lanjut pada klien 7.1.2 motivasi klien kebersihan klien untuk mandi akan meningkatkan harga diri kemandirian klien
14

7.1.3 bimbing klien akan meningkatkan untuk mandi mandiri aktifitas 8. Evaluasi S : klien berinteraksi secara sosial dengan kelompok teman sebaya O : klien dan keluarga menunjukkan perbaikan keterampilan koping A : pertumbuhan dan perkembangan klien sesuai tahap tumbuh kembangnya P : lanjutkan intervensi Aspek yang perlu dievaluasi Ketepatan intervensi terhadap penyimpangan perilaku Kemampuan anak untuk berhubungan dengan orang lain Status mental secara keseluruhan Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan secara mandiri Kemampuan menggunakan kegiatan terprogramsebagai proses belajar dan rekreasi Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Tujuan : memanfaatkan kecenderunan anak dan remaja untuk mendapat dukungan dari teman sebaya a. Terapi keluarga Ajarkan keluarga mengenai faktor faktor yang mempengaruhi anak untuk bersikap menentang Dorong untuk mendiskusikan masalah dan menyelesaikan konflik keluarga Kenali perjuangan keras keluarga dan adanya hatga diri rendah pada orang tua Kaji perilaku membengkang pada orang tua Buat komunikasi yang efektif antara aorang tua dan anak Bantu keluarga membuat keterampilan koping yang adaptif b. Terapi bermain Biarkan klien bermain sesuai kebutuhannya Bantu klien mempelajari cara cara mematuhi aturan c. Terapi kelompok Bantu perkembangan pembelajaran dan penghalusan ketrampilan komunikasi Tingkatkan perkembangan ketrampilan penyelesaian masalah dan keterampilan sosial Sediakan lingkungan yang aman untuk mendiskusikan perasaan Berfokus pada perilaku yang membutuhkan perubahan Anjurkan klien untuk mempelajari perilaku alternatif melalui pemantauan dan imitasi/peniruan terhadap terapis dan anak lain.

9.

C. DOWN SYNDROM PADA ANAK


I. KONSEP DASAR A. Pengertian Kelainan bawaan sejak lahir yang terjadi pada 1 diantara 700 bayi. Mongolisma (Downs Syndrome) ditandai oleh kelainan jiwa atau cacat mental mulai dari yang sedang sampai berat. Tetapi hampir semua anak yang menderita kelainan ini dapat belajar membaca dan merawat dirinya sendiri. Sindrom Down adalah suatu kumpulan gejala akibat dari abnormalitas kromosom, biasanya kromosom 21, yang tidak berhasil memisahkan diri selama

15

meiosis sehingga terjadi individu dengan 47 kromosom. Sindrom ini pertama kali diuraikan oleh Langdon Down pada tahun 1866. Down Syndrom merupakan kelainan kromosom autosomal yang paling banyak terjadi pada manusia. Diperkirakan 20 % anak dengan down syndrom dilahirkan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun. Synrom down merupakan cacat bawaan yang disebabkan oleh adanya kelebiha kromosom x. Syndrom ini juga disebut Trisomy 21, karena 3 dari 21 kromosom menggantikan yang normal.95 % kasus syndrom down disebabkan oleh kelebihan kromosom. B. Etiologi Penyebab dari Sindrom Down adalah adanya kelainan kromosom yaitu terletak pada kromosom 21 dan 15, dengan kemungkinan-kemungkinan : 1. Non Disjunction sewaktu osteogenesis ( Trisomi ) 2. Translokasi kromosom 21 dan 15 3. Postzygotic non disjunction ( Mosaicism ) Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kelainan kromosom (Kejadian Non Disjunctional ) adalah : 1. Genetik Karena menurut hasil penelitian epidemiologi mengatakan adanya peningkatan resiko berulang bila dalam keluarga terdapat anak dengan syndrom down. 2. Radiasi Ada sebagian besar penelitian bahwa sekitar 30 % ibu yang melahirkan ank dengan syndrom down pernah mengalami radiasi di daerah sebelum terjadi konsepsi. 3. Infeksi Dan Kelainan Kehamilan 4. Autoimun dan Kelainan Endokrin Pada ibu Terutama autoimun tiroid atau penyakit yang dikaitkan dengan tiroid. 5. Umur Ibu Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan non dijunction pada kromosom. Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen, menurunnya kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon danpeningkatan kadar LH dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan selam menopause. Selain itu kelainan kehamilan juga berpengaruh. 6. Umur Ayah Selain itu ada faktor lain seperti gangguan intragametik, organisasi nukleolus, bahan kimia dan frekuensi koitus. C. Gejala Klinis Berat badan waktu lahir dari bayi dengan syndrom down umumnya kurang dari normal. Beberapa Bentuk Kelainan Pada Anak Dengan Syndrom Down : 1. Sutura Sagitalis Yang Terpisah 2. Fisura Palpebralis Yang Miring 3. Jarak Yang Lebar Antara Kaki 4. Fontarela Palsu 5. Plantar Crease Jari Kaki I Dan II 6. Hyperfleksibilitas 7. Peningkatan Jaringan Sekitar Leher 8. Bentuk Palatum Yang Abnormal
16

9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

Hidung Hipoplastik Kelemahan Otot Dan Hipotonia Bercak Brushfield Pada Mata Mulut Terbuka Dan Lidah Terjulur Lekukan Epikantus (Lekukan Kulit Yang Berbentuk Bundar) Pada Sudut Mata Sebelah Dalam Single Palmar Crease Pada Tangan Kiri Dan Kanan Jarak Pupil Yang Lebar Oksiput Yang Datar Tangan Dan Kaki Yang Pendek Serta Lebar Bentuk / Struktur Telinga Yang Abnormal Kelainan Mata, Tangan, Kaki, Mulut, Sindaktili Mata Sipit

Gejala-Gejala Lain : 1. Anak-anak yang menderita kelainan ini umumnya lebih pendek dari anak yang umurnya sebaya. 2. Kepandaiannya lebih rendah dari normal. 3. Lebar tengkorak kepala pendek, mata sipit dan turun, dagu kecil yang mana lidah kelihatan menonjol keluar dan tangan lebar dengan jari-jari pendek. 4. Pada beberapa orang, mempunyai kelaianan jantung bawaan. Juga sering ditemukan kelainan saluran pencernaan seperti atresia esofagus (penyumbatan kerongkongan) dan atresia duodenum, jugaa memiliki resiko tinggi menderita leukimia limfositik akut. Dengan gejala seperti itu anak dapat mengalami komplikasi retardasi mental, kerusakan hati, bawaan, kelemahan neurosensori, infeksi saluran nafas berulang, kelainan GI. Komplikasi 1. Penyakit Alzheimers (penyakit kemunduran susunan syaraf pusat) 2. Leukimia (penyakit dimana sel darah putih melipat ganda tanpa terkendalikan). Penyebab 1. Pada kebanyakan kasus karena kelebihan kromosom (47 kromosom, normal 46, dan kadang-kadang kelebihan kromosom tersebut berada ditempat yang tidak normal) 2. Ibu hamil setelah lewat umur (lebih dari 40 th) kemungkinan melahirkan bayi dengan Down syndrome. 3. Infeksi virus atau keadaan yang mempengaruhi susteim daya tahan tubuh selama ibu hamil.

17

D.

Patofisiologi Penyebab yang spesifik belum diketahiui, tapi kehamilan oleh ibu yang berusia diatas 35 tahun beresiko tinggi memiliki anak syndrom down. Karena diperkirakan terdapat perubahan hormonal yang dapat menyebabkan non-disfunction pada kromosom yaitu terjadi translokasi kromosom 21 dan 15. Hal ini dapat mempengaruhi pada proses menua. Prognosis 44 % syndrom down hidup sampai 60 tahun dan hanya 14 % hidup sampai 68 tahun. Tingginya angka kejadian penyakit jantung bawaan pada penderita ini yang mengakibatkan 80 % kematian. Meningkatnya resiko terkena leukimia pada syndrom down adalah 15 kali dari populasi normal. Penyakit Alzheimer yang lebih dini akan menurunkan harapan hidup setelah umur 44 tahun. Anak syndrom down akan mengalami beberapa hal berikut : 1. Gangguan tiroid 2. Gangguan pendengaran akibat infeksi telinga berulang dan otitis serosa 3. Gangguan penglihatan karena adanya perubahan pada lensa dan kornea 4. Usia 30 tahun menderita demensia (hilang ingatan, penurunan kecerdasan danperubahan kepribadian)

E.

F.

Pencegahan 1. Konseling Genetik maupun amniosentesis pada kehamilan yang dicurigai akan sangat membantu mengurangi angka kejadian Sindrom Down. 2. Dengan Biologi Molekuler, misalnya dengan gene targeting atau yang dikenal juga sebagai homologous recombination sebuah gen dapat dinonaktifkan. G. Diagnosis Pada pemeriksaan radiologi didapatkan brachyaphalic sutura dan frontale yang terlambat menutup. Tulang ileum dan sayapnya melebar disertai sudut asetabular yang lebar. Pemeriksaan kariotiping untuk mencari adanya translokasi kromosom. Diagnosis antenatal dengan pemeriksaan cairan amnion atau vili karionik, dapat dilakukan secepatnya pada kehamilan 3 bulan atau pada ibu yang sebelumnya pernah melahirkan anak dengan syndrom down. Bila didapatkan janin yang dikandung menderita sydrom down dapat ditawarkan terminasi kehamilan kepada orang tua. Pada anak dengan Sindrom Down mempunyai jumlah kromosom 21 yang berlebih ( 3 kromosom ) di dalam tubuhnya yang kemudian disebut trisomi 21. Adanya kelebihan kromosom menyebabkan perubahan dalam proses normal yang mengatur embriogenesis. Materi genetik yang berlebih tersebut terletak pada bagian lengan bawah dari kromosom 21 dan interaksinya dengan fungsi gen lainnya menghasilkan suatu perubahan homeostasis yang memungkinkan terjadinya penyimpangan perkembangan fisik ( kelainan tulang ), SSP ( penglihatan, pendengaran ) dan kecerdasan yang terbatas. H. Penatalaksanan 1. Penanganan Secara Medis a. Pendengarannya : sekitar 70-80 % anak syndrom down terdapat gangguan pendengaran dilakukan tes pendengaran oleh THT sejak dini. b. Penyakit jantung bawaan c. Penglihatan : perlu evaluasi sejak dini. d. Nutrisi : akan terjadi gangguan pertumbuhan pada masa bayi / prasekolah.

18

e.

2.

3.

Kelainan tulang : dislokasi patela, subluksasio pangkal paha / ketidakstabilan atlantoaksial. Bila keadaan terakhir ini sampai menimbulkan medula spinalis atau bila anak memegang kepalanya dalam posisi seperti tortikolit, maka perlu pemeriksaan radiologis untuk memeriksa spina servikalis dan diperlukan konsultasi neurolugis. Pendidikan a. Intervensi Dini Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi lingkunga yang memeadai bagi anak dengan syndrom down, bertujuan untuk latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa. Selain itu agar ankak mampu mandiri sperti berpakaian, makan, belajar, BAB/BAK, mandi,yang akan memberi anak kesempatan. b. Taman Bermain Misal dengan peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui bermain dengan temannya, karena anak dapat melakukan interaksi sosial dengan temannya. c. Pendidikan Khusus (SLB-C) Anak akan mendapat perasaan tentang identitas personal, harga diri dan kesenangan. Selain itu mengasah perkembangan fisik, akademis dan dan kemampuan sosial, bekerja dengan baik dan menjali hubungan baik. Penyuluhan Pada Orang Tua

II. ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian 1. Selama Masa Neonatal Yang Perlu Dikaji : a. Keadaan suhu tubuh terutama masa neonatal b. Kebutuhan nutrisi / makan c. Keadaan indera pendengaran dan penglihatan d. Pengkajian tentang kemampuan kognitif dan perkembangan mental anak e. Kemampuan anak dalam berkomunikasi dan bersosialisasi f. Kemampuan motorik g. Kemampuan keluarga dalam merawat anak denga syndrom down terutama tentang kemajuan perkembangan mental anak 2. Pengkajian terhadap kemampuan motorik kasar dan halus 3. Pengkajian kemampuan kognitif dan perkembangan mental 4. Pengkajian terhadap kemampuan anak untuk berkomunikasi 5. Tes pendengaran, penglihatan dan adanya kelainan tulang 6. Bagaimana penyesuaian keluarga terhadap diagnosis dan kemajuan perkembangan mental anak. B. Diagnosa 1. Perubahan nutrisi (pada neonatus) : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi. 2. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kemampuan pendengaran yang berkurang. 3. Tidak efektifnya koping keluarga berhubungan dengan faktor finansial yang dibutuhkan dalam perawatan dan mempuyai anak yang tidak normal. 4. Kurangnya interaksi sosial anak berhubungan dengan keterbatasan fisik dan mental yang mereka miliki. 5. Defisit pengetahuan (orang tua) berhubungan dengan perawatan anak syndrom down.

19

C. Implementasi 1. Berikan nutrisi yang memadai a. Lihat kemampuan anak untuk menelan b. Beri informasi pada orang tua cara yang tepat / benar dalam memberi makanan yang baik c. Berikan nutrisi yang baik pada anak dengan gizi yang baik 2. Anjurkan orang tua untuk memeriksakan pendengaran dan penglihatan secara rutin 3. Gali pengertian orang tua mengenai syndrom down a. Beri penjelasan pada orang tua tentang keadaan anaknya b. Beri informasi pada orang tua tentang perawatan anak dengan syndrom down 4. Motivasi orang tua agar : a. Memberi kesempatan anak untuk bermain dengan teman sebaya agar anak mudah bersosialisasi b. Memberi keleluasaan / kebebasan pada anak unutk berekspresi 5. Berikan motivasi pada orang tua agar memberi lingkunga yang memadai pada anak a. Dorong partisipasi orang tua dalam memberi latihan motorik kasar dan halus serta pentunjuk agar anak mampu berbahasa b. Beri motivasi pada orang tua dalam memberi latihan pada anak dalam aktivitas sehari-hari.

20

D. Evaluasi 1. Tidak ada kesulitan dalam pemberian makan pada anak Anak sehingga anak mendapat nutrisi yang cukup dan adekuat 2. Pendengaran dan penglihatan anak dapat terdeteksi sejak dini dan dapat dievaluasi secara rutin 3. Keluarga turut serta aktif dalam perawatan anak syndrom down dengan baik 4. Anak mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik sehingga anak dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain tidak merasa minder.

D. HIPERAKTIF
A. DEFINISI Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau Attention Deficitand Hyperactivity Disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal braindysfunctionsyndrome. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa. Dr. Seto Mulyadi dalam bukunya Mengatasi Problem Anak Sehari-hari mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah kondisi yang amat kompleks; gejalanya berbeda-beda. B. KLASIFIKASI Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu : 1. Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-atensi) Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif atau Impulsif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan ada pada anak perempuan. Anak dalam tipe ini memiliki cirri-ciri : tidak mampu memusatkan perhatian secara utuh, tidak mampu mempertahankan konsentrasi, mudah beralih perhatian dari satu hal ke lain hal, sering melamun dan dapat digambarkan sedang berada diawang-awang, tidak bisa diajak bicara atau menerima instruksi karena perhatiannya terus berpindah-pindah, pelupa dan kacau. 2. Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive. Mereka menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak- anak kecil. Anak dalam tipe ini memiliki ciri-ciri berikut: terlalu energik, lari ke sana kemari, melompat seenaknya, memanjat-manjat, banyak bicara, berisik. Ia juga impulsif: melakukan sesuatu secara tak terkendali, begitu saja bertindak tanpa pertimbangan, tak bisa menunda respons, tidak sabaran. Tetapi yang mengherankan, sering pada saat belajar, ia menampakkan tidak perhatian, tetapi ternyata ia bisa mengikuti pelajaran 3. Tipe gabungan (kombinasi) Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak-anak termasuk tipe seperti ini. Anak dalam tipe ini mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu memperhatikan aktivitas dan mengikuti permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah terpecah, mudah berubah pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan impulsif. Jadi yang dimaksud dengan hiperaktif adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian
21

dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang disukai oleh anakanak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik dan mengasikkan namun tidak kunjung datang. C. ETIOLOGI Berikut ini adalah factor-faktor penyebab hiperaktif pada anak : 1. Faktor neurologik Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan, distresfetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimiagravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol juga meninggikan insiden hiperaktif. Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal, daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan 2. Faktor toksik Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki potensi untuk anak yang meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif. 3. Faktor genetik Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini juga terlihat pada anak kembar. 4. Faktor psikososial dan lingkungan Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap keliru antara orang tua dengan anaknya. D. PATOFISIOLOGI Kurang konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat bukti yang meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Anak pria yang hiperaktif, yang berusia antara 6 9 tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan tanggapan yang baik terhadap pengobatanpengobatan stimulan, memperlihatkan derajat perangsangan yang rendah (a low level of arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka, sebelum pengobatan tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur dengan mempergunakan elektroensefalografi, potensialpotensial yang diakibatkan secara auditorik serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan, maka angkaangka laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh para guru mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih baik. E. MANIFESTASI KLINIS
22

Ukuran objektif tidak memperlihatkan bahwa anak yang terkena gangguan ini memperlihatkan aktifitas fisik yang lebih banyak, jika dibandingkan dengan anakanak kontrol yang normal, tetapi gerakangerakan yang mereka lakukan kelihatan lebih kurang bertujuan serta mereka selalu gelisah dan resah. Mereka mempunyai rentang perhatian yang pendek, mudah dialihkan serta bersifat impulsif dan mereka cenderung untuk bertindak tanpa mempertimbangkan atau merenungkan akibat tindakan tersebut. Mereka mempunyai toleransi yang rendah terhadap perasaan frustasi dan secara emosional mereka adalah orangorang yang labil serta mudah terangsang. Suasana perasaan hati mereka cenderung untuk bersifat netral atau pertenangan, mereka kerap kali berkelompok, tetapi secara sosial mereka bersikap kaku. Beberapa orang di antara mereka bersikap bermusuhan dan negatif, tetapi ciri ini sering terjadi secara sekunder terhadap permasalahanpermasalahan psikososial yang mereka alami. Beberapa orang lainnya sangat bergantung secara berlebihlebihan, namun yang lain lagi bersikap begitu bebas dan merdeka, sehingga kelihatan sembrono. Kesulitan-kesulitan emosional dan tingkah laku lazim ditemukan dan biasanya sekunder terhadap pengaruh sosial yang negatif dari tingkah laku mereka. Anak-anak ini akan menerima celaan dan hukuman dari orang tua serta guru dan pengasingan sosial oleh orang-orang yang sebaya dengan mereka. Secara kronik mereka mengalami kegagalan di dalam tugas-tugas akademik mereka dan banyak diantara mereka tidak cukup terkoordinasi serta cukup mampu mengendalikan diri sendiri untuk dapat berhasil di dalam bidang olah raga. Mereka mempunyai gambaran mengenai diri mereka sendiri yang buruk serta mempunyai rasa harga diri yang rendah dan kerap kali mengalami depresi. Terdapat angka kejadian tinggi mengenai ketidakmampuan belajar membaca matematika dan mengeja serta tulis tangan. Prestasi akademik mereka dapat tertinggal 1 2 tahun dan lebih sedikit daripada yang sesunguhnya diharapkan dari kecerdasan mereka yang diukur. F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan diagnosis gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang lambat yang bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang ketidakmampuan belajar pada anak itu. G. KOMPLIKASI 1. Diagnosis sekunder : gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas. 2. Pencapaian akademik kurang, gagal di sekolah, sulit membaca dan mengerjakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi). 3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif dan katakata yang diungkapkan). H. PENATALAKSANAAN 1. Keperawatan 1) Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak yang mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan sosial lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai keadaan anak tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada anak itu sendiri.

23

Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara teratur menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti kegiatan rutinnya itu, dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata pujian. 3) Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat haruslah dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat santai setelah bermain terutama sekali setelah ia melakukan kegiatan fisik yang kuat dan keras 4) Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang, dengan cara menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang, permainan-permainan yang keras dan jungkir balik. 5) Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian rupa, barangbarang yang membahayakan dan mudah pecah dihindarkan. 6) Tehnik-tehnik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat membantu, dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut berupa bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai kemajuan dalam tingkah laku mereka. 2. Medis 1) Terapi farmakologi : hiperaktif. Farmakologi yang sering digunakan adalah dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium pemolin serta fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-pengaruh sampingan yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut mungkin sekali adalah dengan mengadakan modifikasi di dalam gangguan-gangguan fundamental pada rentang perhatian, konsentrasi serta impulsivitas. Oleh karena respon yang akan mereka berikan terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan sebelumnya, maka biasanya diperlukan suatu masa percobaan klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3 minggu dengan pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah akan terdapat pengaruh obat itu atau tidak. 2) Dosis: Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang, agar hanya memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu makan dan tidur penderita. Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia masing-masing anak akan tetapi berat badan tidak berpengaruh terhadap dosis.pada awalnya mereka diberikan 5 mg pada saat makan pagi serta pada waktu makan siang. Jika tidak ada respon yang diberikan maka dosis di naikan dengan 2,5 mg dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak yang berusia 8-9 tahun dosis yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak yang berusia lebuh lanjut akan memerlukan dosis sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung selama 2-4 hari. Biasanya anak akan bersifat rewel dan menangis. Jika pemakaian obat ini sudah berlangsung lama dan dosis yang diberikan lebih dari 20 mg/jam rata-rata mereka akan mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi yang diharapkan. Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang dilepaskan (showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis awalnya adalah 10 mg dengan masa kerja selama 8-18 jam sehingga penderita hanya membutuhkan satu dosis saja setiap hari, pada waktu sarapan pagi. Dosisnya dalah kira sebesar setengah dosis metilfenidat, berkisar antara 1020 mg/jam Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar 18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan setengah tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk menetapkan keefektifan obat

2)

24

tersebut. Efek samping dari obat tersebut adalah berpengaruh terhadap fungsi hati, kegugupan serta kejutan otot yang meningkat. Fenotiazin : dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang bersangkutan, efek samping : perasaan mengantuk, iritabilitas serta distonia.

Secara umum efek samping dari pemakaian obat-obatan tersebut diatas adalah anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut bagian atas serta sukar tidur, anak akan mudah menangis serta peka terhadap celaan ataupun hukuman, detak jantung yang meningkat serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian maka pengurangan dosis atau penghentian pengguanaan obat-obatan perlu dihentikan. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS ANAK DENGAN HIPERAKTIF A. PENGKAJIAN Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau usia anak antara lain : 1. Neonatus (0-28 hari) a) Apakah ketika lahir neonatus menangis? b) Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala? c) Bagaimana kemampuan menghisap? d) Kapan mulai mengangkat kepala? e) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau tangan)? f) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap suara atau bel)? g) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali seseorang? 2. Masa bayi / Infant (28 hari - 1 tahun) Bayi usia 1-4 bulan. a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika didukung pada posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang fleksi danm berusaha untuk merangkan)? b) Bagaimanan kemampuan motorik halus anak (misalnya memegang suatu objek, mengikuti objek dari satu sisi ke sisi lain, mencoba memegang benda dan memaksukkan dalam mulut, memegang benda tetapi terlepas, memperhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, menagan benda di tangan meskipun hanya sebentar)? c) Bagimana kemampuan berbahasan anak (kemampuan berbicara dan tersenyum, dapat berbunyi huruf hidup, berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh / ahh, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan atau berekasi dengan mengoceh)? d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya: mengamati tangannya, tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak, tersenyum pada wajah manusia, meskipun tidur dalamsehari lebih sedikit dari waktu terhaga, membentuk siklus tidur bangun , menangis menjadi sesuatu yang berbeda, membedakan wajah-

25

wajah yang dikenal dan tidak dikenal, senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja ketika ada orang asing)? Bayi Umur 4-8 bulan a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya dapat telungkup di alas dan sudah mulau mengangkat kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya dan pada bulan keempat sudah mulai mampu memalingkan ke kanan dan ke kiri, sudah mulai bisa duduk dengan kepala tegak, sudah mampu membalik badan, bangkit dengan kepala tegak, berkonsentrasi beban pada kaki dan dada terangkat dan bertumpu pada lengan, berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari terlentang ke tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan selama waktu singkat)? b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: sudah mulai mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi benda yangsedang dipegang, mengambil objek dengan tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai satu kesatuan, mentransfer obajek dari satu tangan ke tangan yang lain)? c) Bagaimana kemampuan berbahasan anak (misalnya: menirukan suara atau kata-kata, menolek ke arah suara dan menoleh ke arah sumber suara, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba)? d) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya merasa terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah frustasi dan memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika sedang kesal)? Bayi Umur 8-12 bulan a) Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit terus berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri)? b) Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya mencari dan meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya, mampu mengambilnya dan mampu memegang dengan jari dan ibu jari, membenturkannya dan mampy menaruh benda atau kubus ketempatnya)? c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya: mulai mengatakan papa mama yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakan dengan spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata)? d) Bagaimana perkembangan kemampuan adaptasi sosial anak (misalnya kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan kegiatan orang lain, main-main bola atau lainnya dengan orang)? Masa Toddler a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: mampu melanhkah dan berjalan tegak, mampu menaiki tangga dengan cara satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil, menendang bolan dan mulai melompat)? b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus)? c) Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya: memiliki sepuluh perbendaharaan kata, mampu menirukan dan mengenal serta responsif terhadap orang lain sangat tinggi, mampu menunjukkan dua gambar, mampu mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan lambaian anggota badan)?

26

d) Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi sosial (misalnya: membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi dan mencoba memakai baju)? Masa Prasekolah (Preschool) a) Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya: kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkan dan berjalan dengan bantuan)? b) Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya: kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan, menggunakan tangannya untuk bermain, menempatkan objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas)? c) Bagaimana perkembangan berbahasa anak (misalnya: mampu menyebutkan empat gambar, menyebutkan satu sampai dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung atau mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan, mengertio beberapa kata sifat dan sebagainya, menggunakan suara yntum mengidentifikasi objek, orang dan aktivitas, menirukan bebagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespons terhadap panggilan dan orang-orang anggota keluarga dekat)? d) Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya: bermain dengan permainan sederhana, menagis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga)? Waktu schoolage a) Bagaimana kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah? b) Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah? c) Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan lingkungan sekolah)? d) Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah? e) Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah? f) Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman sekolah? g) Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak? h) Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah? Masa adolensence a) Bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara mandiri? b) Bagaimanan kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan bentuk dan fungsi tubuh yang dialami? c) Bagaimana kematangan identitas seksual? d) Bagaimana remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai remaja? e) Bagaiman kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah (misalnya membersihkan rumah, memasak)? Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain: 1. Pengkajian riwayat penyakit

27

a)

2.

3.

4.

5.

6.

Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler atau masuk sekolah atau daycare. b) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang membahayakan di rumah. c) Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi perilaku anak. d) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak atau mengubah perilaku anak dansemua itu sebagian besar tidak berhasil. Penampilan umum dan perilaku motorik a) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-goyang saat mencoba melakukannya. b) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain dengan sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas. c) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan. d) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tingkat perkembangannya Mood dan afek a) Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau tempertantrum. b) Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa. c) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut. d) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan kemarahan. Proses dan isi pikir Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mempelajari anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tingkat perkembangan. Sensorium dan proses intelektual a) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi seperti halusinasi. b) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi tergangguan secara nyata. c) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan. d) Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan sesuati. e) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu menyelesaikan tugas. Penilaian dan daya tilik diri a) Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak b) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif, seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi. c) Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada anak kecil. d) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika dibandingkan dengan anak seusianya.

28

e)

7.

8.

9.

Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain. f) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan perilaku mereka sendiri. Konsep diri a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapisecara umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah. b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk. c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh Peran dan hubungan a) Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun sosial. b) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua. c) Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan diterapi. d) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga. e) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik. f) Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.

B. DIAGNOSA Beberapa diagnosa yang mungkin muncul pada kasus anak dengan hiperaktivitas antara lain : 1. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak efektif. 2. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif. 3. Ketidakefektifankoping individu berhubungan dengankelainan fungsi darisystem keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan penelantaran anak. 4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ansietas dan hiperaktif. 5. Ansietas (sedang sampai berat) berhubungan dengan ancaman konsep diri, rasa takut terhadap kegagalan, disfungsi system keluarga dan hubungan antara orang tua dan anak yang tidak memuaskan. 6. Koping defensif berhubungan dengan harga diri rendah, kurang umpan balik atau umpan balik negatif yang berulang yang mengakibatkan penurunan makna diri. 7. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan perasaan bersalah yang berlebihan, marah atau saling menyalahkan diantara anggota keluarga tentang perilaku anak, kepenatan orang tua karena menghadapi anak dengan gangguan dalam jangka waktu yang lama.

29

8. C.

Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, perawatan diri dan kebutuhan terapi berhubungan dengan kurang sumber informasi, interpretasi yang salah tentang informasi.

PERENCANAAN Diagnosa keperawatan Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak efektif Rencana Tujuan Dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Mandiri : Pastikan bahwa 1. sasaran-sasaran yang akan dicapai adalah realistis. Rasional Mandiri Hal ini penting untuk pasien untuk mencapai sesuatu, maka rencana untuk aktivitas-aktivitas di mana kemungkinan untuk sukse adalah mungkin dan kesuksesan ini dapat meningkatkan harga diri anak. Paraf

No 1

Tujuan : Anak memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat pulang, dengan criteria hasil : 1. Ekspresi verbal dari aspek-aspek positif tentang diri, pencapaian masalalu dan prospek-prospek masa depan 2. Mampu mengungkapkan persepsi yang positif tentang diri 3. Anak berpartisipasi dalam aktivitasaktivitas baru tanpa memperlihatkan rasa takut yang ektrim terhadap kegagalan.

2. Komunikasi dari pada penerimaan Sampaikan Anda terhadap anak perhatian tanpa sebagai makhluk persyaratan untuk hidup yang berguna pasien. dapat meningkatkan harga diri. 3. Hal ini untuk menyampaikan pada anak bahwa Anda merasa bahwa dia Sediakan waktu berharga untuk bersama anak, waktu Anda. keduanya pada satu ke satu basis dan pada aktivitas4. Aspek positif yang aktivitas dimiliki anak dapat kelompok. mengembangkan rencana-rencana Menemani anak untuk merubah dalam karakteristik yang mengidentifikasi dilihatnya sebagai aspek-aspek hal yang negatif. positif dari diri anak. 5. Memberikan bantuan yang positif untuk identifikasi amsalah dan pengembangan dari Bantu anak perilaku-perilaku mengurangi koping yang lebih
30

penggunaan adaptif. Penguatan penyangkalan positif membantu sebagai suatu meningkatkan harga mekanisme diri dan bersikap membela. meningkatkan penggunaan perilaku-perilaku yang dapat diterima oleh pasien. 6. Pengakuan dan pengyatan positif meningkatkan harga diri.

Memberikan dorongan dan dukungan kepada pasien dalam mengalami rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru dan berikan pengakuan tentang kerja keras yang berhasil dengan penguatan positif untuk usaha-usaha 7. Pendekatan ini yang dilakukan. yang disebut shaping adalah Beri umpan prosedur perilaku balik positif ketika pendekatan kepada klien jika yang beturut-turut melakukan akan perilaku yang perilaku yang diinginkan, mendekati dikuatkan secara pencapaian tugas. positid. Hal ini memungkinkan untuk memberikan penghargaan kepada klien saat ia menunjukkan harapan yang sebenarnya secara
31

2.

Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif.

bertahap. Tujuan : Mandiri : Mandiri : Anak tidak akan 1. Observasi 1. Anak anak pada melukai diri sendiri perilaku anakresiko tinggi untuk atau orang lain secara sering.melakukan dengan kriteria hasil : Lakukan hal inipelanggaran Darurat melalui aktivitasmemerlukan dipertahankan pada sehari hari danpengamatan yang tingkat di mana interaksi untukseksama untuk pasien merasa tidak menghindari mecegahtndiak yang perlu melakukan timbulnya rasamembahayakan bagi regresi. waspada dandiri sendiri atau Anak mencari staf kecugiaan. orang lain. untuk mendiskusikan perasaan perasaan 2. Pernyataan yang sebenarnya. 2. Observasi pernyataan verbal Anak mengetahui, perilakuperilaku seperti Saya akan mengungkapkan dan yang mengarahbunuh diri, atau menerima pada tindakanTak lama ibu saya kemungkinan bunuh diri. tidak perlu lagi konsekuensi dari menyusahkan diri perilaku maladaptif karena saya atau diri sendiri. perilaku perilaku non verbal seperti membagi bagikan barang barang yang disenangi, alam perasaan berubah.Kebanyaka n anak yang mencoba untuk bunuh diri telah menyampikan maksudnya baik secara verbal atau nonverbal. 3. Pertanyaanpertanyaan yang langsung 3. Tentukan menyeluruh dan maksud dan alat mendekati adalah alat yangcocok untuk hal memungkinkan seperti ini. Anak untuk bunuh diri.yang memiliki Tanyakan apakahrencana yang dapat anda memilikidigunakan adalah rencana untukberesiko lebih tinggi bunuh diri? dandari pada yang bagaimana tidak. rencana anda untuk
32

melakukannya?4. Diskusi tentang perasaan-perasaan 4. Dapatkan untuk bunuh diri kontrak verbaldengan seseorang atau tertulis dariyang dipercaya anak yangmemberikan suatu menyatakan derajat perasaan persetujuannya lega pada anak. untuk tidakSuatu perjanjian mencelakakan dirimembuat sendiri danpermasalahan menyetujui untukmenjadi terbuka dan menemukan stafmenempatkan pada kondisibeberpa tanggung dimana pemikiranjawab untuk kearah tersebutkeamanan dengan muncul. anal. Suatu sikap menerima anak sebagai seseorang yang patut diperhatikan telah disampaikan. 5. Bantu anak 5. Informasi tentang mengenali kapansumber tambahan kemarahan terjadidari merahan, dan untukrespon perilaku dan menerima persepsia anak perasaan-perasaan terhadapa situasi ini tersebut sebagaiharus dicatat. miliknya sendiri.Diskusikan apapun Apakah anak telahdata dengan anak menyimpan suatu:anjurkan juga buku catatanrespon respon kemarahan perilaku alternatif dimana catatanyang diidentifikasi yang dialamisebagai maladaptif. dalam 24 jam disimpan. Bertindak 6. Hal ini vital bahwa sebagai modelanak peran untukmengekspresikan ekspresi yangperasaan perasaan sesuai darimarah, karena percobaan. bunuh diri dan perilaku merusak diri sendiri lainnya seringkali terlihat sebagai suatu akibat dari kemarahan diarahkan pada diri
33

6.

sendiri. 7. Keamana fisik anak adalah prioritas dari 7. Singkirkan keperawatan. semua bendabenda yang berbahaya dari lingkungan anak.8. Ansietas dan tegangan dapat 8. Coba untukdiredakan dengan mengarahkan aman dan dengan perilaku kekerasanadanya manfaat fisik untukuntuk anak dengan ansietas anak (mis.cara ini. Kantung pasien untuk latihan tinju, jogging, bola voli). 9. Usahakan untuk 9. Hadirnya seseorang bisa tetap bersamayang dapat anak jika tingkatdipercaya kegelisahan danmemberikan rasa tegangan mulaiaman. meningkat.

Ketidakefektifa Tujuan: Pastikan bahwa 1. Penting untuk nkoping Anak sasaran-sasarannyaanak untuk individu mengembangkan danadalah realistis. nmencapai sesuatu, berhubungan menggunakan maka rencana untuk dengankelainan keterampilan koping aktivitas-aktivitas di fungsi dariyang sesuai dengan mana kemungkinan sistem keluargaumur dan dapat untuk sukses adalah dan diterima sosial mungkin. Sukses perkembangan dengan kriteria hasil: meningkatkan harga ego yang Anak mampu diri. terlambat, sertapenundaan pemuasan penganiayaan terhadap 2. Komunikasi dari dan keinginannya, tanpa pada penerimaan penelantaran terpaksa untuk Sampaikan Anda terhadapnya anak. menipulasi orangperhatian tanpasebagai makhluk lain. syarat pada anak. hidup yang berguna Anak mampu dapat meningkatkan mengekspresikan harga diri. kemarahan dengan cara yang dapat 3. Hal ini untuk diterima secara sosial menyampaikan pada Anak mampu Sediakan waktuanak bahwa Anda mengungkapkan bersama anak,merasa bahwa dia kemampuankeduanya padaberharga untuk kemampuan koping saty ke satu basiswaktu Anda. alternatif yang dapat dan pada aktivitas34

diterima secara sosial aktivitas sesuai dengan gaya kelompok. 4. Identifikasi aspekhidup dari yang ia aspek positif anak rencanakan untuk Menemani anakdapat membantu menggunakannya dalam mengembangkan sebagai respons mengidentifikasi aspek positif terhadap rasa frustasi aspek-aspek sehingga memiliki positif dari dankoping individu dalam yang efektif. mengembangkan rencana-rencana untuk merubah karakteristik yang melihatnya 5. Penguatan positif sebagai negatif. membantu meningkatkan harga Bantu anakdiri dan mengurangi meningkatkan penggunaan penggunaan penyangkalan perilaku-perilaku sebagai suatuyang dapat diterima mekanisme oleh anak. bersikap membela. Member ikan bantuan yang positif untuk identifikasi masalah dan pengembangan dari perilakuperilaku koping yang lebih adaptif. 6. Pengakuan dan penguatan positif Memberi meningkatkan harga dorongan dandiri. dukungan kepada anak dalam menghadapi rasa takut terhadap kegagalan dengan mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan tugas-tugas baru. Beri pangakuan tentang kerja keras yang berhasil dan penguatan positif untuk usaha-usaha yang dilakukan
35

4.

Gangguan pola Tujuan: Observasi pola 1. Masalah harus tidur Anak mampu untuktidur anak, catatdiidentifikasi berhubungan mencapai tidur tidakkondisi-kondisi sebelum bantuan dengan ansietas terganggu selama 6yang menganggudapat diberikan. dan hiperaktif. sampai 7 jam setiaptidur. malam dengan kriteria hasil: Kaji gangguanAnak gangguan pola 2. Ansietas yang mengungkapkan tidaktidur yangdirasakan oleh anak adanya gangguan-berlangsung dapat mengganggu gangguan pada waktuberhubungan pola tidur anak tidur. dengan rasa takutsehingfga perlu Tidak adadan ansietas-diidentifikasi gangguan-gangguan ansietas tertentu. penyebabnya. yang dialamti oleh perawat. Duduk dengan Anak mampu untukanak sampai dia mulai tidur dalam 30tertidur. 3. Kehadiran menit dan tidur seseorang yang selama 6 sampai 7 dipercaya jam tanpa terbangun. memberikan rasa Pastikan bahwaaman. makanan dan minuman yang 4. Kafein adalah mengandung stimulan SSP yang kafein dihilangkandapat mengganggu dari diet anak. tidur. Berikan sarana perawatan yang membantu tidur (misalnya: gosok 5. Sarana-sarana ini punggung, latihanmeningkatkan gerak relaksasirelaksasi dan dengan musikmembuat bisa tidur. lembut, susu hangat dan mandi air hangat). Buat jam-jam tidur yang rutin, hindari terjadinya deviasi dari jadwal ini. 6. Tubuh memberikan reaksi menyesuaikan kepada suatu siklus Beri jaminanrutin dari istirahat ketersediaan padadan aktivitas. anak jika dia terbangun pada 7. Kehadiran
36

5.

malam hari danseseorang yang dalam kondisidipercaya ketakutan memberikan rasa aman. Ansietas Tujuan: 1. Bentuk hubungan Kejujuran, (sedang sampai Anak mampukepercayaan ketersediaan dan berat) mempertahankan dengan penerimaan berhubungan ansietas di bawahanak. Bersikap meningkatkan dengan tingkat sedang,jujur, konsisten dikepercayaan pada ancaman sebagaimana yangdalam beresponshubungan anak konsep diri, ditandai oleh tidakdan dengan staf atau rasa takut adanya perilaku-siap. Tunjukkan perawat. terhadap perilaku yang tidakrasa hormat yang kegagalan, perilaku yang tidakpositif dan tulus. disfungsi mampu dalam system keluarga menanggapi terhadap 2. Sediakan dan hubungan stres. aktivitas-aktivitas antara orang tua yang diarahkan Tegangan dan dan anak yang pada penurunanansietas dilepaskan tidak tegangan dandengan aman dan memuaskan. pengurangan dengan manfaat ansietas(misalnya untuk anak melalui berjalan atauaktivitas-aktivitas joging, bola voli,fisik. latihan dengan musik, pekerjaan rumah tangga, permainanpermainan kelompok. 3. Anjurkan anak untuk mengidentifikasi perasaan-perasaan Anak-anak cemas yang sebenarnyasering menolak dan untukhubungan antara mengenali sendirimasalah-masalah perasaan-perasaan emosi dengan tersebut padanya. ansietas mereka.Gunakan mekanismemekanisme 4. Perawat haruspertahanan projeksi mempertahankan dan pemibdahan suasana nyamanyang dilebihpada pasien. lebihkan. 5. Tawarkan Ansietas dengan bantuan padamudah dapat waktu-waktu menular pada orang terjadi lain.
37

peningkatan ansietas. Pastikan kembali akan Keamanan anak keselamatan fisikadalah prioritas dan fisiologis. keperawatan. 6. Penggunaan sentuhan menyenangkan untuk beberapa anak. Bagaimanap un juga anak harus berhati-hati terhadap Sebagaimana penggunaan. ansietas dapat membantu mengembangkan 7. Dengan kecurigaan pada berkurangntaansiet beberapa individu as, temani anakyang dapat salah untuk mengetahuimenafsirkan peristiwa-peristiwasentuhan sebagai tertentu yangsuatu agresi. mendahului serangannya. Berh Rencana tindakan asil pada respons-memberikan anak respons alternatifperasaan aman pada kejadianuntuk penanganan selanjutnya. yang lebih berhasil terhadap kondisi 8. Lakukan yang sulit jika kolaborasi denganterjadi lagi. dokter dalam pemberian obat penenang sesuai dengan yang diperintahkan. Kaj i untuk keefektifitasannya, dan beri Obat-obatan petunjukkepada terhadap ansietas anak mengenai(misalnya kemungkinan diazepam, efek-efek sampingklordiasepoksid,alpr yang memberiazolam) penharuh memberikan berlawanan. perasaan lega terhadap efek-efek yang tidak berjalan dari ansietas dan mempermudah kerjasama anak
38

6.

dengan terapi. Koping defensifTujuan: 1. Kenali dan dukung Memfokuskan berhubungan Anak akankekuatan-kekuatan pada spek-aspek dengan harga mendemonstrasikan ego dasar. positif dari diri rendah, kemampuan untuk kepribadian dapat kurang umpan berinteraksi dengan membantu untuk balik atau orang lain tanpa memperbaiki umpan balik menjadi defensif, Beri semangatkonsep diri. negatif yang perilaku kepada anak untuk berulang yang merasionalisasi ataumenteahui dan Identifikasi mengakibatkan mengekspresikan mengungkapkan masalah adalah penurunan pikiran wahamdan bagaimanalangkah pertama makna diri. kebesaran denganperasaan inipada proses kriteria hasil: menimbulkan perubahan ke arah 1. Anak perilaku defensif,resolusi. mengungkapkan danseperti menerima tanggungmenyalahkan jawab terhadapoprang lain karena perilakunya sendiri. prilakunya sendiri. 2. Anak mengungkapkan Beri cepat korelasi antarasebenarnya umpan Anak mungkin perasaan-perasaan balik yang tidajkurang pengetahuan ketidakseimbangan mengancam untuktentang bagaiamna dan kebutuhan untukperilaku-perilaku dia diterima oleh mempertahankan egoyang tidak dapatorang lain. Berikan melalui rasionalisasiditerima informasi ini dan kemuliaan. dengan cara yang 3. Anak tidak tidak mengancam menertawakan atau dapat membantu mengkritik orang untuk lain. mengeliminasi 4. Anak berinteraksi perilaku yang tidak dengan orang lain Bantu anakdiinginkan. dengan situasi-situasiuntuk kelompok tanpamengidentifikasi Bermain peran bersikap defensif. situasi-situasi yangmemberikan menimbulkan sifatpercaya diri untuk defensif danmenghadapi situasipraktik bermainsituasi yang sulit peran denganjika hal-hal tersebut respons-respons benar-benar terjadi. yang lebih sesuai. Beri dengan Umpan balik segera umpanpositif balik positif untukmeningkatkan harga perilaku-perilaku diri dan memberi yang dapatsemangat untuk diterima. mengulangi perilaku-perilaku yang diinginkan.
39

7.

Membantu anak Keberhasilan akan untuk menetapkanmeningkatkan harga sasaran-sasaran diri. yang realistis, konkret dan membutuhkan tindakan-tindakan Karena yang cocok untukketerbatasan mencapai sasaran-kemampuan untuk sasaran ini. memecahkan masalah, bantuan Evaluasi denganmungkin diperlukan anak keefektifanuntuk mengatur perilaku-perilaku kembali dan yang baru danmengembangkan diskusikan adanyastrategi baru, pada perubahan untukkondisi di mana perbaikan. metode-metode koping baru tertentu terbukti tidak efektif. Penurunan Tujuan: 1. Berikan Pengetahuan dan koping keluarga Orang tuainformasi danketrampilan yang berhubungan mendemonstrasikan material yangtepat dapat dengan metode intervensiberhubungan meningkatkan perasaan yang lebih konsistendengan gangguankeefektifan peran bersalah yang dan efektif dalamanak dan teknikorang tua. berlebihan, berespons perilakumenjadi orang tua marah atau anak dengan kriteriayang efektif. saling hasil: Konseling suportif menyalahkan1. Mengungkatkan dan 2. Dorong individudapat membantu diantara mengatasi perilakuuntuk keluarga dalam anggota negatif pada anak. mengungkapkan mengembangkan keluarga 2. Mengidentifikasi perasaan secarastrategi koping. tentang perilaku dan menggunakanverbal dan anak, kepenatan sistem pendukungmenggali alternatif orang tua yang dibutuhkan. cara berhubungan Penguatan positif karena dengan anak dapat meningkatkan menghadapi harga diri dan anak dengan 3. Beri umpan balikmendorong gangguan positif dan dorongkontinuitas upaya. dalam jangka metode menjadi waktu yang orang tua yang Masalah keluarga lama. efektif. mempengaruhi semua anggota keluarga dan 4. Libatkan saudaratindakan lebih kandung dalamefektif bila setiap diskusi keluargaorang terlibat dalam dan perencanaanterapi tersebut. interaksi keluarga
40

yang lebih efektif.

5.

Libatkan konseling keluarga.

Terapi keluarga dapat membantu mengatasi masalah global yang dalammempengaruhi seluruh struktur keluarga. Gangguan pada salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga.

Mengembangkan sistem pendukung 6. Rujuk padadapat meningkatkan sumber komunitaskepercayaan diri esuai indikasi,dan keefektifan termasuk orang kelompok tua.Pemberian pendukung orangmodel peran atau tua, kelas menjadiharapan untuk masa orang tua. depan. 8. Defisit Tujuan: Berikan 1. Peredaan dalam pengetahuan Mengungkapkan lingkungan yangstimulasi tentang kondisi, secara verbaltenang, ruanglingkungan dapat prognosis, pemahaman tentangkelas berisi dirinyamenurunkan perawatan diri penyebab masalahsendiri, aktivitasdistraktibilitas. Kelo dan kebutuhan perilaku, perlunyakelompok mpok kecil dapat terapi terapi dalamkecil. Hindari meningkatkan berhubungan kemampuan tempat yangkemampuan untuk dengan kurang perkembangan terlalu banyaktepat pada tugas dan sumber dengan kriteria hasil: stimulasi, sepertimembantu klien informasi, 1. Berpartisipasi dalambus sekolah,mempelajari interpretasi pembelajaran dan m,kafetaria yanginteraksi yang tepat yang salah ulai bertanya danramai, aula yangdengan orang lain, tentang mencari informasibanyak. menghindari rasa informasi. secara mandiri. terisolasi. 2. Mencapai tujuan 2.Keterampilan kognitive yang belajar yang terurut konsisten sesuai Beri materiakan tingkat temperamen. petunjuk formatmeningkat. Mengaja tertulis dan lisanrkan anak dengan penjelasanketerampilan langkah demipemecahan langkah. masalah, mempraktekkan contoh situasional. Keteram pilan efektif dapat meningkatkan
41

tingkat kinerja. Ajarkan anak 3. Penggunaan dan keluargapsikostimulan tentang mungkin tidak penggunaan mengakibatkan psikostimulan danperbaikan kenaikan antisipasi responskelas tanpa perilaku. perubahan pada ketrampilan studi anak. Koordinasi seluruh rencana 4. Keefektifan terapi dengankognitif paling sekolah personelmungkin meningkat sederajat, anak,ketika terapi tidak dan keluarga terfragmentasi, juga tidak terlewatkannya intervensi signifikan karena kurangnya komunikasi interdisiplin. D. IMPLEMETASI Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995). Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan / kolaborasi, dan tindakan rujukan / ketergantungan.Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. E. EVALUASI Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan hiperaktif antara lain: 1. Anak mampu memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat pulang. 2. Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain. 3. Anak mampu mengembangkan dan menggunakan keterampilan koping yang sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial. 4. Anak mampu untuk mencapai tidur tidak terganggu selama 6 sampai 7 jam setiap malam. 5. Anak mampu mempertahankan ansietas di bawah tingkat sedang, sebagaimana yang ditandai oleh tidak adanya perilaku-perilaku yang tidak perilaku yang tidak mampu dalam menanggapi terhadap stres. 6. Anak mampu mendemonstrasikan kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain tanpa menjadi defensif, perilaku merasionalisasi atau mengekspresikan pikiran waham kebesaran. 7. Orang tua dapamendemonstrasikan metode intervensi yang lebih konsisten dan efektif dalam berespons perilaku anak. 8. Dapat mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang penyebab masalah perilaku, perlunya terapi dalam kemampuan perkembangan.

E. CHILD ABUSE
A. PENGERTIAN

42

1. 2.

3. 4. 5.

6. 7. 8.

Child abuse adalah seorang anak yang mendapat perlakuan badani yang keras, yang dikerjakan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian suatu badan dan menghasilkan pelayanan yang melindungi anak tersebut. (Delsboro, 1963) Child abuse dimana termasuk malnutrisi dan mentelantarkan anak sebagai stadium awal dari indrom perlakuan salah, dan penganiayaan fisik berada pada stadium akhir yang paling berat dari spectrum perlakuan salah oleh orang tuanya / pengasuh. (Fontana, 1971) Child abuse adalah setiap tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak optimal lagi. Child Abuse adalah tindakan yang mempengaruhi perkembangan anak sehingga tidak optimal lagi (David Gill, 1973) Child abuse yaitu trauma fisik atau mental, penganiayaan seksual, kelalaian pengobatan terhadap anak di bawah usia 18 tahun oleh orang yang seharusnya memberikan kesejahteraan baginya. (Hukum masyarakat Amerika Serikat mendefinisikan, 1974) Child Abuse adalah perlakuan salah terhadap fisik dan emosi anak, menelantarkan pendidikan dan kesehatannya dan juga penyalahgunaan seksual (Synder, 1983) Child abuse adalah sebagai suatu kelalaian tindakan / perbuatan oleh orang tua atau yang merawat anak yang mengakibatkan terganggu kesehatan fisik emosional serta perkembangan anak. (Patricia, 1985) Child Abuse adalah penganiayaan, penelantaran dan eksploitasi terhadap anak, dimana ini adalah hasil dari perilaku manusia yang keliru terhadap anak

B. KLASIFIKASI Perlakuan salah pada anak, menurut sifatnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Penganiayaan fisik Kekerasan ringan atau berat berupa trauma, atau penganiayaan yang dapat menimbulkan risiko kematian. Yang termasuk dalam katagori ini meliputi memar, perdarahan internal, perdarahan subkutan, fraktur, trauma kepala, luka tikam dan luka bakar, keracunan, serta penganiayaan fisik bersifat ritual. 2. Penganiayaan seksual Penganiayaan seksual dapat berupa inces (penganiayaan seksual oleh orang yang masih mempunyai hubungan keluarga), hubungan orogenital, pornografi, prostitusi, ekploitas, dan penganiayaan seksual yang bersifat ritual. 3. Penganiayaan psikologis Yang termasuk dalam kategori ini meliputi trauma psikologik yang dapat menganggu kehidupan sehari-hari seperti ketakutan, ansietas, depresi, isolasi, tidak adanya respons dan agresi yang kuat. 4. Pengetahuan Pengabaian disengaja, tetapi dapat juga karena ketidaktahuan atupun akibat kesulitan ekonomi. Yang termasuk dalam kategori ini meliputi: 1. Pengabaian nutrisi atau dengan sengaja kurang memberikan makanan, paling sering dilakukan pada bayi yang berat badan rendah. Gagal tumbuh, yaitu suatu kegagalan dalam pemenuhan masukan kalori serta kebutuhan emosi anak yang cukup. 2. Pengabaian medis bagi anak penderita suatu penyakit akut atau kronik sehingga mengakibatkan memburuknya keadaan, bahkan kematian. 3. Pengabaian pendidikan anak setelah mencapai usia sekolah, dengan tidak menyekolahkannya. 4. Pengabaian emosional, dimana orangtua kurang perhatian terhadap anaknya. 5. Pengabagian keamanan anak. Anak kurang pengawasan sehingga menyebabkan anak mengalami risiko tinggi terhadap fisik dan jiwanya.
43

5.

6.

Sindroma munchausen Sindroma munchausen merupakan permintaan pengobatan terhadap penyakit yang dibuat dengan pemberian keterangan medis palsu oleh orang tua, yang menyebabkan anak banyak mendapat pemeriksaan/prosedur rumah sakit. Penganiayaan emosional Ditandai dengan kecaman/kata-kata yang merendahkan anak, tidak mengakui sebagai anak. Penganiayaan seperti ini umumnya selalu diikuti bentuk penganiayaan lain

C. ETIOLOGI Perlakuan salah terhadap anak bersifat multidimensional, tetapi ada 3 faktor penting yang berperan dalam terjadinya perlakuan salah pada anak, yaitu: 1. Karakteristik orangtua dan keluarga Faktor-faktor yang banyak terjadi dalam keluarga dengan child abuse antara lain: 1. Para orangtua juga penderita perlakuan salah pada masa kanak-kanak. 2. Orangtua yang agresif dan impulsif. 3. Keluarga dengan hanya satu orangtua. 4. Orangtua yang dipaksa menikah saat belasan tahun sebelum siap secara emosional dan ekonomi. 5. Perkawinan yang saling mencederai pasangan dalam perselisihan. 6. Tidak mempunyai pekerjaan. 7. Jumlah anak yang banyak. 8. Adanya konflik dengan hukum. 9. Ketergantungan obat, alkohol, atau sakit jiwa. 10. Kondisi lingkungan yang terlalu padat. 11. Keluarga yang baru pindah ke suatu tempat yang baru dan tidak mendapat dukungan dari sanak keluarga serta kawan-kawan. 2. Karakteristik anak yang mengalami perlakuan salah Beberapa faktor anak yang berisiko tinggi untuk perlakuan salah adalah: 1. Anak yang tidak diinginkan. 2. Anak yang lahir prematur, terutama yang mengalami komplikasi neonatal, berakibat adanya keterikatan bayi dan orangtua yang membutuhkan perawatan yang berkepanjangan. 3. Anak dengan retardasi mental, orangtua merasa malu. 4. Anak dengan malformasi, anak mungkin ditolak. 5. Anak dengan kelainan tingkah laku seperti hiperaktif mungkin terlihat nakal. 6. Anak normal, tetapi diasuh oleh pengasuh karena orangtua bekerja. 3. Beban dari lingkungan: Lingkungan hidup dapat meningkatkan beban terhadap perawatan anak. Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa penyiksaan anak dilakukan oleh orang tua dari banyak etnis, letak geografis, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan dan social ekonomi. Kelompok masyarakat yang hidup dalam kemiskinan meningkatkan laporan penyiksaan fisik terhadap anak-anak. Hal ini mungkin disebabkan karena: 1. Peningkatan krisis di tempat tinggal mereka (contoh: tidak bekerja atau hidup yang berdesakan). 2. Akses yang terbatas ke pusat ekonomi dan sosial saat masa-masa krisis. 3. Peningkatan jumlah kekerasan di tempat tinggal mereka. 4. Hubungan antara kemiskinan dengan faktor resiko seperti remaja dan orang tua tunggal (single parent). D. MANIFESTASI KLINIS
44

Anak- anak yang menjadi korban child abuse rata-rata perkembangan psikologis mengalami gangguan. Mereka terlihat murung, tertutup, jarang beradaptasi dan bersosialisasi, kurang konsentrasi, dan prestasi akademik menurun (Hefler,1976). Studi lain menemukan bahwa anak-anak usia di bawah 25 bulan yang menjadi korban child abuse, skor perkembangan kognitifnya lemah. Hal ini ditandai oleh empat perbedaan perilaku dan perkembangan anak, yakni perbuatan kognitif, penyesuaian fungsi-fungsi di sekolah, perilaku di ruang kelas. Dan perilaku di rumah (Mackner,1997). Anak yang berulang kali mengalami jelas pada susunan saraf pusatnya dapat mengalami keterlambatan dan keterbelakangan mental, kejang-kejang hidrosefalus, atau ataksia. Selanjutnya, keluarga-keluarga yang tidak mendapat pengobatan serta perawatan yang memadai cenderung akan menghasilkan anak remaja yang nakal dan menjadi penganiaya anak sendiri pada generasi berikutnya. Anak yang telah mengalami penganiayaan seksual dapat menyebabkan perubahan tingkah laku dan emosi anak, antara lain depresi, percobaan bunuh diri. Gangguan stress post traumatik, dan penggunaan makan. Seorang anak laki-laki korban penganiayaan seksual di kemudian hari. Wanita yang secara fisik mengalami kekerasan pada waktu anak-anak akan dua kali lebih tinggi rentan atas penyakit atau gejala kegagalan untuk makan. Sebuah dampak yang membuat para wanita itu ketika beranjak dewasa mengalami masalah dengan mengkonsumsi makanan. Namun dampak yang paling besar dialami adalah akibat perlakuan keras dan pelecehan seksual saat mereka masih gadis. Kekerasan saat kecil memang sudah lama menjadi satu faktor penyebab timbulnya gejala atau penyakit sulit makan seperti anorexia dan bulimia. Gejala bulimia ini pernah dialami oleh mendiang Putri Wales, Putri Diana yang stress akibat perlakuan yang diterimanya. Gejala anorexia dan bulimia hampir terjadi pada semua responden wanita dimana 102 wanita memiliki gejala yang jelas sementara 42 wanita lainnya harus melakukan konsultasi dengan dokter mengenai gejala yang mereka alami. Seorang gadis akan mengalami gejala perlakuan keras semasa kecil. Bahkan resiko itu akan naik tiga hingga empat kali pada wanita yang mengalami kekerasan fisik dan seksual sekaligus. E. KOMPLIKASI 1. Mengalami keterlambatan dan keterbelakangan mental 2. Kejang-kejang 3. Hidrocepalus 4. Ataksia 5. Kenakalan remaja 6. Depresi dan percobaan bunuh diri 7. Gangguan Stress post traumatic 8. Gangguan makan

45

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Laboratorium Jika dijumpai luka memar, perlu dilakukan skrining perdarahan pada penganiayaan seksual, dilakukan pemeriksaan. 1. Swab untuk analisa asam fosfatase, spermatozoa, dalam 72 jam setelah penganiayaan seksual. 2. Kultur spesimen dari oral, anal, dan vaginal untuk gonokokus. 3. Tes untuk sifilis, HIV, dan hepatitis B. 4. Analisa rambut pubis. 2. Radiologi Ada dua peranan radiologi dalam menegakkan diagnosis perlakuan salah pada anak, yaitu untuk: 1. Identifikasi fokus dari bekas 2. Dokumentasi Pemeriksaan radiologi pada anak di bawah usia dua tahun sebaiknya dilakukan untuk meneliti tulang, sedangkan pada anak di atas 4-5 tahun hanya perlu dilakukan jika ada rasa nyeri tulang, keterbatasan dalam pergerakan pada saat pemeriksaan fisik. Adanya fraktur multipel dengan tingkat penyembuhan yang berbeda, merupakan suatu kemungkinan adanya penganiayaan fisik. Ultrasonografi (USG) digunakan untuk mendiagnosis adanya lesi viseral. CTscan lebih sensitif dan spesifik untuk lesi serebral akut dan kronik, hanya diindikasikan pada penganiayaan anak atau seorang bayi yang mengalami trauma kepala yang berat. MRI (Magnetic Resonance Imaging) lebih sensitif pada lesi yang subakut. Pemeriksaan kolposkopi untuk mengevaluasi anak yang mengalami penganiayaan seksual. G. PENCEGAHAN Konvensi Magna Carta atau Bill of Rights for Children mencakup banyak ketentuan proteksi dan hak-hak anak sebagai berikut: 1. Hak kelangsungan hidup dan berkembang 2. Hak yang menyangkut lama, kebangsaan, dan identitas. 3. Proteksi anal, dari ekspioitasi seluruh bentuk kekerasan fisik, mental, dan pengabaian (maltreatment). 4. Hak untuk mendapatkan pendidikan. 5. Proteksi anak dari semua bentuk perlakuan salah akibat proses adopsi. 6. Proteksi dari diskriminasi berdasarkan jenis kelamin. 7. Hak untuk berpartisipasi. Lembaga Anak Indonesia menetapkan pendekatan pada penganiayaan dan pengabaian anak atas dasar: 1. Sasaran jangka pendek dan jangka panjang. 2. Tujuan dan target yang akan dicapai. 3. Keterlibatan dokter anak, ahli hukum, pendidik dan lain-lain. 4. Perluasan hukum dan pendidikan pada kesejahteraan anak. 5. Indikator yang dipakai dalam mengevaluasi. 6. Meningkatkan persiapan dan aktivitas yang dibutuhkan. 7. Tersedianya fasilitas untuk intervensi. Peran tenaga kesehatan paling penting adalah dalam upaya pencegahan perlakuan salah pada anak yaitu:
46

1. 2.

Mengidentifikasi orangtua risiko tinggi yang tidak mampu mencintai, merawat, memelihara, ataupun membesarkan keturunannya dengan memadai. Penganiayaan dan pengabaian berat dapat dicegah kalau keluarga tersebut mendapat sebuah bentuk perawatan dan pemeliharaan yang mencakup kursus merawat antenatal, persalinan, rawat gabung, kontak orangtua dengan bayi prematur, serta kunjungan dokter dan perawat kesehatan masyarakat yang lebih sering dan petunjuk yang terus menerus dari masing-masing disiplin ilmu.

Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak merupakan tanggung jawab semua pihak, meliputi : 1. Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang ditujukan pada individu, keluarga dan masyarakat. 2. Pendidik Sekolah mempunyai hak istimewa dalam mengajarkan bagian badan yang sangat pribadi, yaitu penis, vagina, anus, mammae dalam pelajaran biologi. Perlu ditekankan bahwa bagian tersebut sifatnya sangat pribadi dan harus dijaga tidak diganggu orang lain. Sekolah juga perlu meningkatkan keamanan anak di sekolah.Sikap atau cara mendidik anak juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi aniaya emosional. Guru juga dapat membantu mendeteksi tanda-tanda aniaya fisik dan pengabaian perawatan pada anak. 3. Penegak Hukum dan Keamanan Hendaknya Undang-Undang No. 4 tahun 1979, tentang kesejahteraan anak cepat ditegakkan secara konsekuen. Hal ini akan melindungi anak dari semua bentuk penganiayaan dan kekerasan. Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangannya secara wajar. 4. Media Massa Pemberitaan penganiayaan dan kekerasan pada anak hendaknya diikuti oleh artikel-artikel pencegahan dan penanggulangannya. Dampak pada anak baik jangka pendek maupun panjang diberitakan agar program pencegahan lebih ditekankan. H. PENATALAKSANAAN Karena perlakuan salah pada anak ini merupakan akibat dari penyebab yang kompleks, maka penanganan harus dilakukan oleh suatu tim dari multidisiplin ilmu yang terdiri dari dokter anak, psikiater, psikolog, petugas sosial, ahli hukum, pendidik, dan lain-lain. Seorang anak yang dicurigai mengalami penganiayaan atau pengabaian harus dirumahsakitkan, terlepas dari luas dan hebatnya jejas yang dialaminya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melindungi anak tersebut. Di Hongkong, Departemen Sosial atau polisi menggunakan Pengadilan Anak-anak untuk melindungi dan merawat anak tersebut. Dengan cara intervensi dari multidiplin ilmu, sekitar 80% dari keluarga mengalami perbaikan meskipun setengahnya memerlukan dukungan dalam jangka lama ASUHAN KEPERAWATAN CHILD ABUSE A. PENGKAJIAN 1. Riwayat keluarga dari penganiayaan anak yang lalu. 2. Kecelakaan yang berulang-ulang, dengan fraktur/memar/jaringan yang berbeda waktu sembuhnya. 3. Orang tua yang lambat mencari pertolongan medis.
47

4. 5. 6.

Orang tua yang mengaku tidak mengetahui bagaimana jelas tersebut terjadi. Riwayat kecelakaan dari orangtua berbeda atau berubah-ubah pada anamnesis. Keterangan yang tidak sesuai dengan penyebab jejas yang tampak atau stadium perkembangan anak. 7. Orang tua yang mengabaikan jejas utama yang hanya membicarakan masalah kecil yang terus-menerus. 8. Orangtua berpindah dari satu dokter ke dokter yang lain sampai satu saat akhir bercerita bahwa ada sesuatu yang salah dengan anak mereka. 9. Penyakit anak yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya. 10. Anak yang gagal tumbuh tanpa alasan yang jelas. 11. Anak wanita yang tiba-tiba berubah tingkah lakunya, menyendiri atau sangat takut dengan orang asing, harus diwaspadai kemungkinan terjadinya penganiayaan seksual. 12. Pada anak yang lebih tua, mungkin dapat menceritakan jejasnya, tetapi kemudian mengubah uraiannya karena rasa takut akan pembalasan atau untuk mencegah pembalasan orangtua. B. DIAGNOSA KEPERAWATAN Menurut NANDA,2002 1. Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan lingkungan. 2. Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang, ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua. 3. Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi berhubungan dengan perlakuan kekerasan 4. Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua) 5. Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social 6. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan perilaku kekerasan C. INTERVENSI KEPERAWATAN Menurut NOC,1997 dan NIC,1996 Dx 1 : Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan lingkungan. Tujuan : setelah dialakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi trauma pada anak NOC : Abuse Protection Kriteria hasil 1. Keselamatan tempat tinggal 2. Rencana dalam menghindari kekerasan/ perlakuan yang salah 3. Rencanakan tindakan untuk menghindari perlakuan yang salah 4. Keselamatan diri sendiri 5. Keselamatan anak Keterangan skala: 1 = tidak adekuat 2 = sedikit adekuat 3 = kadang-kadan adekuat 4 = adekuat 5 = sangat adekuat NIC: Enviromental Mangemen: safety 1. Identifikasi kebutuhan rasa aman pasien berdasarkan tingkat fisik, fungsi kognitif dan perilaku masa lalu 2. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko 3. Monitor lingkungan dalam perubahan status keamanan 4. Bantu pasien dalam menyiapkan lingkungan yang aman
48

5. 6.

Ajarkan resiko tinggi individu dan kelompok tentang bahaya lingkungan kolaborasi dengan agen lain untuk mengmbangkan keamanan lingkungan

: Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatandiharapkan rasa cemas anak dapat berkurang / hilang NOC : Kontrol cemas Kriteria hasil 1. Monitor intensitas kecemasan 2. Menyingkirkan tanda kecemasan 3. Menurunkan stimulasi lingkuangan ketika cemas 4. Mencari informasi untuk menurunkan cemas 5. Menggunakan strategi koping efektif Keterangan skala: 1 = tidak pernah dilakukan 2 = jarang dilakukan 3 = kadang dilakukan 4 = sering dilakukan 5 = selalu dilakukan NIC : Penurunan cemas 1. Tenangkan klien 2. Berusaha memahami keadaan klien 3. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan menurunkan rasa takut 4. Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi-situasi yang menciptakan cemas 5. Dukung penggunaan mekanisme pertahanan diri dengan cara yang tepat 6. kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan Dx 3 : Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi berhubungan dengan perlakuan kekerasan Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan tidak terjadi kerusakan kedekatan orang tua / anak / bayi NOC : Parenting Kriteria hasil 1. Menyediakan kebutuhan fisik anak 2. Merangsang perkembangan kognitif 3. Merangsang perkembangan emosi 4. Merangsang perkembangan spiritual 5. Menggunakan masyarakat dan sumber lain yang tepat 6. Gunakan interaksi yang tepat untuk perkembangan emosi anak Keterangan skala 1 = tidak adekuat 2 = sedikit adekuat 3 = kadang-kadan adekuat 4 = adekuat 5 = sangat adekuat NIC : Anticipatory guidance 1. Kaji pasien untuk mengidentifikasi perkembangan dan krisis situasional selanjutnya dalam efek dari krisis yang ada pada kehidupan individu dan keluarga. 2. Instruksikan perkembangan dan perilaku yang tepat 3. sediakan informasi yang realistic yang berhubungan dengan perilaku pasien 4. tentukan kebiasaan pasien dalam mengatasi masalah
49

Dx 2

5. 6.

Bantu pasien dalam memutuskan bagaimana dalam memutuskan masalah Bantu pasien berpartisipasi dalam mengantisipasi perubahan peraturan

Dx 4 : Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tidak terjadi cidera NOC : Pengendalian resiko Kriteria hasil 1. Pantau factor resiko perilaku pribadi dan lingkungan 2. Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko 3. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko 4. Menghindari cidera fisik 5. Orang tua akan mengenali resiko dan membantu kekerasan. Keterangan skala: 1 = tidak pernah menunjukkan 2 = jarang menunjukkan 3 = kadang menunjukkan 4 = sering menunjukkan 5 = selalu menunjukkan NIC : Manajemen lingkungan: keselamatan 1. Monitor lingkungan untuk perubahan status 2. Identifikasi keselamatan yang dibutuhkan pasien, fungsi kognitif dan level fisik 3. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan resiko 4. Gunakan alat-alat pelindung untuk mobilitas fisik yang sakit 5. Catat agen-agen berwenang untuk melindungi lingkungan Dx 5 : Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social Tujuan : Pasien tidak merasa takut. NOC : Kontrol ketakutan Kriteria hasil 1. Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan 2. Menghindari sumber ketakutan bila mungkin 3. Mengendalikan respon ketakutan 4. Mempertahan penampilan peran dan hubungan social NIC 1 : Pengurangan Ansietas 1. Sering berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang dapat menurunkan / mengurangi takut 2. Tetap bersama pasien selama dalam situasi baru 3. Gendong / ayun-ayun anak 4. Sering berikan penguatan verbal / non verbal yang dapat membantu menurunkan ketakutan pasien NIC 2 : Peningkatan koping 1. Gunakan pendekatan yang tenang, meyakinkan 2. Bantu pasien dalam membangun penilaian yang objektif terhadap suatu peristiwa 3. Tidak membuat keputusan pada saat pasien berada dalam stress berat 4. Dukung untuk menyatukan perasaan, persepsi dan ketakutan secara verbal 5. Kurangi stimulasi dalam lingkungan yang dapat disalah interprestasikan sebagai ancaman Dx 6 : Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan perilaku kekerasan Tujuan : Tidak terjadi keterlambatan perkembangan NOC : Abusive behavior self-control Kriteria hasil
50

1. Hindari perilaku kekerasan fisik 2. Hindari perilaku kekerasan emosi 3. Hindari perilaku kekerasan seksual 4. Gunakan alternative mekanisme koping untuk mengurangi stress 5. Identifikasi factor yang dapat menyebabkan perilaku kekerasan Keterangan skala: 1 = tidak pernah menunjukkan 2 = jarang menunjukkan 3 = kadang menunjukkan 4 = sering menunjukkan 5 = selalu menunjukkan NIC : Family terapi 1. Tentukan terapi dengan keluarga 2. Rencanakanstrategi terminasi dan evaluasi 3. Tentukan ketidakmampuan spesifik dalam harapan peran 4. Gunakan komunikasi dalam berhubungan dengan keluarga 5. Berikan penghargaan yang positif pada anggota keluarga D. EVALUASI Dx 1 : Resiko trauma berhubungan dengan karakteristik anak, pemberian asuhan dan lingkungan. 1. Keselamatan tempat tinggal 2. Rencana dalam menghindari kekerasan/ perlakuan yang salah 3. Rencanakan tindakan untuk menghindari perlakuan yang salah 4. Keselamatan diri sendiri 5. Keselamatan anak Dx 2 : Cemas berhubungan dengan perlakuan salah yang berulang-ulang, ketidakberdayaan dan potensial kehilangan orang tua. 1. Monitor intensitas kecemasan 2. Menyingkirkan tanda kecemasan 3. Menurunkan stimulasi lingkuangan ketika cemas 4. Mencari informasi untuk menurunkan cemas 5. Menggunakan strategi koping efektif Dx 3 : Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua/ anak/ bayi behubungan dengan perlakuan kekerasan 1. Menyediakan kebutuhan fisik anak 2. Merangsang perkembangan kognitif 3. Merangsang perkembangan emosi 4. Merangsang perkembangan spiritual 5. Menggunakan masyarakat dan sumber lain yang tepat 6. Gunakan interaksi yang tepat untuk perkembangan emosi anak Dx 4 : Risiko cidera berhubungan dengan kekerasan fisik (kekerasan orang tua) 1. Pantau factor resiko perilaku pribadi dan lingkungan 2. Mengembangkan dan mengikuti strategi pengendalian resiko 3. Mengubah gaya hidup untuk mengurangi resiko 4. Menghindari cidera fisik 5. Orang tua akan mengenali resiko dan membantu kekerasan. Dx 5 : Ketakutan berhubungan dengan kondisi fisik / social 1.Mencari informasi untuk menurunkan ketakutan 2.Menghindari sumber ketakutan bila mungkin 3.Mengendalikan respon ketakutan 4.Mempertahan penampilan peran dan hubungan social
51

Dx 6

: Resiko keterlamnbatan perkembangan berhubungan dengan perilaku kekerasan 1. Hindari perilaku kekerasan fisik 2. Hindari perilaku kekerasan emosi 3. Hindari perilaku kekerasan seksual 4. Gunakan alternative mekanisme koping untuk mengurangi stress 5. Identifikasi factor yang dapat menyebabkan perilaku kekerasan

52

Вам также может понравиться