Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
DEFINISI Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri, atau organ-organ jamur (Smeltzer,2002). Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan cerebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat (Suriadi, 2006).
B. ETIOLOGI Penyebab dari meningitis, yaitu : 1. Bakteri Pada neonatus, organisme primer penyebab meningitis adalah basil enterik gram negatif, batang gram negatif, dan streptococcus grup B. Pada anak berusia 3 bulan sampai 5 tahun, organisme primer penyebab meningitis adalah Haemophilus influenzae tipe B. Meningitis pada anak yang lebih besar umumnya disebabkan oleh infeksi Neisseria meningtidis atau infeksi Staphilococcus. 2. Faktor maternal Ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan 3. Defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin, anak yang mendapat obat-obat imunosupresi. 4. Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan, atau cedera yang berhubungan dengan sistem saraf.
C. KLASIFIKASI Secara garis besar, meningitis dibagi menjadi 3(tiga) jenis, yaitu : 1. Meningitis sepsis Menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh organisme bakteri. Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah Haemophilus influenzae, Neisseria meningtidis, dan Pseudomonas.
2. Meningitis asepsis Mengacu pada salah satu meningitis virus atau meyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak, ensefalitis, limfoma, atau darah di ruang subarakhnoid. 3. Meningitis Tuberkulosa, disebabkan oleh basilus tuberkel.
D. PATOFISIOLOGI Mikroorganisme penyebab dapat masuk mencapai membran meningen dengan cara hematogen atau limfogen, perkontuinitatum, retrogad melalui saraf perifer atau dapat langsung masuk CSF. Protein di dalam bakteri sebagai benda asing dapat menimbulkan respon peradangan. Eksudat yang terbentuk terdiri dari bakteri-bakteri fibrin dan leuosit yan di bentuk di ruang subarakhnoid. Penambahan eksudat di dalam ruang subarakhnoid dapat menimbulkan respon peradangan lebih lanjut dan meningkatkan tekanan intrakranial. Eksudat akan mengendap di otak, saraf-saraf spinal dan spinal. Sel-sel meningeal akan menjadi edema dan membran sel tidak dapat lebih panjang lagi untuk mengatur aliran cairan yang menuju atau keluar dari sel. Vasodilatasi yang cepat dari pembuluh darah dapat terjadi, sehingga dapat menimbulkan ruptur atau trombosis dinding pembuluh darah. Jaringan otak dapat menjadi infark, sehingga dapat menimbulkan peningkatan tekanan intrakranial lebih lanjut. Proses ini menimbulkan infeksi sekunder dari otak jika bakteri makin meluas menuju jaringan otak sehingga menyebabkan encephalitis dan gangguan nurolgi lebih lanjut.
E. MANIFESTASI KLINIS 1. Neonatus Demam, letargi, iritabilitas, refleks hisap buruk, kejang, tonus buruk, diare dan muntah, fontanel menonjol, opistotonus. 2. Bayi dan anak kecil Letargi, iritabilitas, pucat, anoreksia, mual dan muntah, peningkatan lingkar kepala, fontanel menonjol, kejang 3. Anak lebih besar Sakit kepala, demam, muntah, iritabilitas, fotofobia, kaku kuduk dan tulang belakang, tanda kernig positif, tanda burzinski positif, konfusi, kejang.
F. KOMPLIKASI Hidrochepalus obstruktif, Meningocaccal septocemia (meningocemia), sindrom WaterFriderichen (septik syok, DIC, perdarahan adrenal bilateral), SIADH (Syndrome Inappropriate Antidiuretic Hormone), Efusi subdural, Kejang, Edema dan herniasi cerebral, Cerebral Palsy, Gangguan mental, Attention deficit disorder, Tuli, Buta
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/ PENUNJANG 1. Analisa CSS dari pungsi lumbal Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/ berkabut, jumlah sel darah putih dan protein meningkat, glukosa menurun, kultur positif terhadap beberapa jenis bakteri. Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur virus biasanya hanya dengan prosedur khusus. 2. Glukosa serum : meningkat 3. LDH serum : meningkat 4. Elektrolit darah : abnormal 5. LED : meningkat 6. Kultur darah/ hidung/ tenggorok/ urine : dapat mengindikasi pusat infeksi atau mengindikasi tipe penyebab infeksi 7. Rontgen dada, kepala, dan sinus : mungkin ada indikasi infeksi/ sumber infeksi intrakranial
H. PENATALAKSAAN MEDIS 1. Cairan intravena : mengatasi kekurangan cairan dan mencegah kelebihan cairan yang dapat menyebabkan edema cerebral 2. Koreksi gangguan asam basa dan elektrolit 3. Mengontrol/ atasi kejang 4. Kortikosteroid : berikan deksametason 0.6 mg/KgBB/ hari selama 4 hari, 15-20 menit sebelum pemberian antobiotik 5. Antibiotik Terdiri dari 2 (dua) fase, yaitu empirik dan setelah ada hasil biakan dan uji resistensi.
Pengobatan empirik pada neonatus adalah kombinasi ampisilin dan aminogikosida atau ampisilin dan sefotaksim. Pada umur 3 bulan 10 tahun kombinasi ampisilin dan kloramphenikol atau sefuroksim/ sefotaksim/seftriakson. Pada usia lebih dari 10 tahun digunakan penisilin. Pada neonatus pengobatan selama 21 hari, pada bayi dan anak 1014 hari.
A. PENGKAJIAN 1. Anamnesa/ wawancara Identitas Klien (Nama, TTL, No. RM), keluhan utama, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit keluarga, riwayat kehamilan/ persalinan, status imunisasi, status nutrisi, riwayat perkembangan. 2. Pemeriksaan Fisik a. Aktivitas/ istirahat Gejala : Perasaan tak enak (malaise), keterbatasan yang ditimbulkan kondisinya Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter, kelemahan secara umum, keterbatasan dalam rentang gerak, dan hipotonia. b. Sirkulasi Gejala : Adanya riwayat kardiopologi, seperti endokarditis, beberapa penyakit jantung kongenital Tanda : Tekanan darah meningkat, nadi menurun, dan tekanan nadi berat (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pusat vasomotor) c. Eliminasi Tanda : adanya inkontinensia dan/ atau resistensi d. Makanan/ cairan Gejala : kehilangan nafsu makan, kesulitan menelan (pada periode akut) Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membrane mukosa kering e. Higiene Tanda : Ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri (pada periode akut) f. Neurosensori Gejala : sakit kepala, parestesia, terasa kaku pada semua persarafan yang terkena, kehilangan sensorri, hiperalgesia/ meningkatnya sensitivitas terhadap nyeri, timbul kejang, gangguan penglihatan, fotofobia, ketulian/ hipersensitif terhadap kebisingan, halusinasi penciuman/ sentuhan Tanda : Status mental/ tingkat kesadaran : letargi sampai kebingungan yang berat
hingga koma, delusi dan halusinasi Kehilangan memori, sulit dalam berkomunikasi/ afasia, sulit dalam mengambil keputusan Mata (ukuran/ reaksi pupil) : unisokor/ tidak berespons terhadap cahaya, nistagmus Ptosis (kelopak mata atas jatuh). Karakteristik fasial (wajah) : perubahan pada fungsi motorik dan sensorik Kejang, otot mengalami hipotonia/ flaksid paralisis Hemiparese/ hemiplegia Tanda Brudzinski positif dan/ atau tanda kernig positif : indikasi adanya iritasi meningeal (fase akut) Rigiditas nukal, reflex tendon dalam terganggu, babinski positif Refleks abdominal menurun/ tidak ada, reflex kremastetik hilang pada laki-laki
g. Nyeri / Kenyamanan Gejala : sakit kepala, leher/punggung kaku, nyeri pada gerakan ocular, fotosensitivitas, nyeri tenggorok Tanda : tampak terus terjaga, perilaku distraksi/ gelisah, menangis/
mengaduh/mengeluh. h. Pernapasan Gejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru Tanda : peningkatan kerja pernapasan, perubahan mental (letargi sampai koma) dan gelisah i. Keamanan Gejala : riwayat infeksi saluran napas dan/ atau infeksi lain, fungsi lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak/ cedera kepala, anemia sel sabit, imunisasi yang baru berlangsung, terpajan meningitis, campak, chickenpox, herpes simplex, mononucleosis, gigitan binatang, gangguan pendengaran/ penglihatan Tanda : suhu meningkat, diaferesis, menggigil, purpura menyeluruh, perdarahan sukutan, kelemahan, tonus otot flaksid/ spastic, paralisis/ paresis, gangguan sensasi.
3. Pemeriksaan penunjang/ diagnostic Analisa CSS dari pungsi lumbal; glukosa serum; LDH serum; elektrolit darah; LED; kultur darah/ hidung/ tenggorok/ urine; rontgen dada, kepala, dan sinus
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial 2. HIpertermi berhubungan dengan proses infeksi 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah, anoreksia 4. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran 5. Resiko tinggi perubahan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan edema cerebral, peningkatan tekanan intracranial
DS : sakit kepala, leher/ Nyeri : kepala punggung kaku, nyeri pada gerakan fotosensitivitas, tenggorok ocular, sakit
Menyebar
Melepaskan vasoaktif
substansi
DO : tampak terus terjaga, perilaku menangis/ mengeluh Reaksi inflamasi pada otak distraksi/ gelisah, Perubahan sawar darah permeabilitas
mengaduh/
Meningitis
Cairan meningkat
cerebrospinalis
TIK meningkat
Nyeri : kepala
kesadaran menggigil
Peningkatan
set
point
thermostat hypothalamus
hipertemia DS : kehilangan nafsu makan, Perubahan nutrisi kurang dari Meningitis kesulitan menelan kebutuhan tubuh Eksudasi pada otak DO : anoreksia, muntah, Cairan meningkat serebrospinalis
TIK meningkat
Mual muntah
DS
kehilangan
Meningitis
Edema pada otak DO : letargi sampai koma, delusi dan halusinasi, afasia, hemiparese/ kejang, otot hemiplegia, mengalami Aliran darah ke otak menurun Hambatan suplai darah ke otak menurun
Hipoksia
Resiko
tinggi
perubahan Meningitis
Resti
perubahan
perfusi
jaringan serebral
D. TINDAKAN KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan Nyeri: kepala Setelah b/d peningkatan tekanan kranial dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang/ hilang Tingkatkan baring tirah Menurunkan gerakan Tujuan Kriteria Hasil Klien melaporkan Kaji skala nyeri (1- Menentukan 10), identifikasi mengetahui dasar intervensi, penyebab Intervensi Rasional
reaksi
iritasi
Kolaborasi pemberia Menghilangkan analgesik Hipertermi b/d infeksi Setelah Suhu badan Ukur suhu yang berat badan Suhu 38,9
nyeri
41,1 proses
Pantau lingkungan
konveksi
akan
berikan pakaian tipis terhalang oleh pakaian yang mudah yang ketat dan tidak
menyerap keringat
menyerap keringat
Berikan hangat
Berikan extra cairan Pemantauan yang teratur (susu, sari buah, dll) menentukan tindakan
Observasi
kejang Aktivitas
dapat
dan tanda vital tiap meningkatkan 4 jam metabolism meningkatkan panas dan
Perubahan
Setelah
Masukan nutrisi
Kaji klien
kemampuan Berpengaruh
terhadap
b/d diharapkan
mual muntah, nutrisi tubuh laboratoriu anoreksia terpenuhi m dalam Timbang BB setiap Menunjukkan hari nutrisi status
rentang
untuk Meningkatkan
proses
yang
efektif
mengidentifikasi
kebutuhan nutirisi klien Perubahan persepsi sensori Setelah dilakukan b/d tindakan keperawatan diharapkan persepsi sensori kembali normal Mempertah ankan fungsi persepsi, kesadaran meningkat Kaji reflex pupil, Penurunan menandakan saraf reflex adanya dan Kaji tingkat Tingkat sensorik dapat kesadaran yang buruk
kesadaran sensorik
meningkatkan
extraokular
berpengaruh
reflex-refleks tertentu
HIlangkan bising
stimulant
Bicara dengan suara Membantu yang pelan Resiko tinggi Setelah perubahan perfusi jaringan dilakukan tindakan keperawatan TTV batas normal, kesadaran meningkat, dalam Observasi lembut dan berkomunikasl
dalam
cerebral b/d diharapkan edema cerebral, peningkatan TIK status neurologis kembali normal
peningkatan Kaji adanya regiditas Indikasi iritasi meningeal kognitif, tidak nukal, gemetar, yang
ada/ kegelisahan
meningkat, kejang
keadaan
normal
Monitor TTV
resiko dehidrasi terutama pada klien yang tidak sadar, nausea yang
menurunkan oral
intak per
tindakan
Klien bedrest total Perubahan pada TIK akan dengan posisi tidur dapat terlentang bantal menyebabkan
Berikan infuse
caira
per Meminimalkan
fluktuasi
pada beban vaskuler dan TIK, vetriksi caitran dan cairan dapat menurunkan edema cerebral
Kolaborasi
Menurunkan kapiler
diminimalkan
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E. dkk. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokmentasian Perawatan Pasien Edisi3. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. Dkk. (2000). Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 (2). Jakarta :Media Aesculapis
Smeltzer, Suzzane C & Bare, Brenda G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth Edisi 8 (3). Jakarta EGC
Suriadi & Yuliani, Rita. (2006). Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta : Penebar Swadaya
Wong, Donna L. dkk. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong. Jakarta : EGC