Вы находитесь на странице: 1из 20

Kata siapa sekolah di Jerman itu enak?

: sebuah curahan hati


Goettingen, 19 Februari 2013 Sore ini saya baru saja pulang dari institut anatomi fakultas kedokteran. Apa yang saya lakukan disana? Bidang ilmu saya adalah Biologi dan saya terdaftar sebagai mahasiswa program internasional untuk fakultas pertanian. Alhamdulillah, saya harus bersyukur untuk semua ini. Metode yang saya kerjakan, yaitu histologi, harus saya lakukan di institut tersebut. Awalnya saya merasa sedikit galau, karena metode awal yang saya kerjakan, ditolak oleh pembimbing kedua saya. Beliau mengatakan, pakai metode yang saya anjurkan. Gontai waktu itu saya mendengar keterangan dari beliau, bagaimana tidak, saya sudah memiliki puluhan sampel. Namun Allah SWT Maha Kasih dan Sayang, Allah SWT tidak mengijinkan saya melakukan metode yang pengerjaannya tidak diawasi penuh oleh ahlinya. Memang, metode awal yang saya gunakan, saya lakukan di institutku sendiri, Institut Peternakan (tidak usah bingung, saya saja saking bingungnya jadi tidak memikirkan termasuk institut yang mana.) tanpa pengawasan ahli, karena ahli histologi yang bekerja di institutku tidak termasuk dalam tim penelitian kami. Sebenarnya, aku bisa saja langsung pulang ke apartemenku, mengingat hari sudah sore, orang-orang di institutku pun sudah mulai pulang, termasuk teman se-ruanganku. Tetapi, aku harus kembali ke institut demi hajat hidup orang banyak . Sekali lagi, Allah SWT mendengarkan doa-ku, doa Ibu-Bapakku, para Dosenku, saudara, keluarga,tetangga,sahabat dan teman-teman Perkenalkan, saya Berti, tidak lancar berbahasa Inggris, maka saya gunakan penerjemah, dia (sambil menunjuk sesosok pemuda di depanku) Marcel. Berti adalah ahli histologi di institut anatomi, dia yang akan mendampingiku dalam pengerjaan histologi. Aku menghubunginya setelah pembimbing kedua ku mengatakan bahwa beliau sudah menghubungi institut anatomi untuk pengerjaan metode histologi baru yang akan kulakukan, beliau memberiku nomor telepon kantor Berti. Kemudian aku search di situs universitas, untuk memastikan, mencari tahu, lelaki atau perempuan, apa titelnya, karena itu penting untuk komunikasi tulis via email. Aku belum mengetahui kalau Berti itu ternyata seorang pria. Aku tanyakan kepada temanku, You have to use Mr. begitu penjelasan dari temanku. Aku kirim email, aku telepon juga kantornya, sebuah suara perempuan, rupanya sekretaris institut. Dia menjadi translatorku untuk pertama kali. Aulidya, analisis apa yang akan kamu lakukan?Tanya Berti. Aku jelaskan dan aku beri embel-embel tapi harus memastikan dulu ke Prof.ku Aku tidak mau kejadian awal terulang. Pada hari itu juga, Berti mengajakku menemui pembimbingku. Diskusi selesai antara kami bertiga, dalam bahasaDenglish (campuran Inggris dan Jerman). Untuk detailnya, mereka berdua yang membahas, aku kembali ke kantorku dan kutanyakan besoknya pada Berti. As your Prof. said, you will use this, this, this and this Berti menjelaskan. Kemudian Berti memperkenalkanku kepada seluruh staf di institut anatomi, para profesor, asisten, dan mahasiswa yang sedang penelitian, termasuk Marcel dan Stephan yang merupakan penerjemah bagi kami. Marcel, lebih oke dari Justin Timberlake dan Stephan, 11-11 dengan Justin Bibier. Marcel mahasiswa master biomolekuler kedokteran tingkat akhir, September tahun ini akan selesai studi masternya kemudian langsung ke jenjang doktoral. Stephan lebih murah senyum daripada Marcel. Dia calon dokter yang sedang melakukan penelitian di lab. institut Anatomi. Marcel memang pendiam, namun ternyata jika tersenyum, senyum Stephan kalah manis . Saat aku dan Berti terjadi miskomunikasi yang parah dan menurut Marcel itu lucu, dia tersenyum dan kemudian tertawa ketika Berti mengatakan, Oke, untuk prosedur ini akan saya jelaskan besok, mungkin dalam bahasa Inggris, Jerman atau Indonesia, we can decide later Jadi ingat

perkataan Bapakku Kata Habibie: orang Indonesia (yang belajar di Jerman) itu pinter-pinter, masalah cuma di bahasa maka kuasailah bahasa maka akan kau genggam dunia dan tidak ada yang tidak mungkin untuk dipelajari, apalagi itu ilmu duniawi begitu Bapakku menyemangatiku ketika aku surut motivasi meraih mimpi karena bahasa Inggrisku Aku tersenyum memandangi sekeliling coffe room, menunggu Berti untuk kemudian memulai training di lab. histologi. Ada beberapa poster tertempel di dinding, Mechanism of Stem cell Analysis, The Antigen-binding Pathways, dan beberapa skema yang tidak asing bagiku, dan itu merupakan hasil-hasil penelitian serta skema yang dibuat oleh para peneliti di institut tersebut. Kembali tersenyum, mengingat tugas-tugas saat aku menempuh studi master, makalah dan presentasi yang aku sendiri bertanya-tanya, bagaimana mengetahui proses ini dengan metode ini atau itu, metode seperti apa ini, seperti apa bahan-bahannya, dimana belinya, bagaimana cara kerjanya? sulit sekali dibayangkan -_- Diam aku mengamati ruang kerja histologi, bergumam dalam hati, bersyukur berkali-kali, air mata ingin menetes, namun aku tahan dahulu, malu dengan Berti, menunggu dia keluar dari lab. Aku pandangi satu-persatu alat yang ada di lab. itu. hmmm benar-benar lab. impian. Ini jawaban Allah SWT atas pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benakku dulu saat masih penelitian di jenjang S1, sebuah penelitian yang membutuhkan sebuah kesabaran. tanpa motivasi dari seorang ayah dan ibu, yang dengan sabar menyemangatiku, tanpa itu, aku tidak mampu melewatinya. Salam hormatku untuk beliau berdua, semoga rahmat, lindungan serta ampunan Allah SWT untuk beliau berdua, Bapak dan Ibuku.aamiin. Jika seorang hamba punya pertanyaan yang menyesakkan dada dalam benaknya, maka Allah SWT memiliki jawaban yang melapangkan dada disaat yang sudah DIA tentukan Allah SWT beserta orang-orang yang sabar. Berapa sampelmu? tanya Berti Sekitar dua ratus jawabku Dengan empat methode? Maybe ten years, hahah timpalnya. Oh, no thank you, three years will be enough! hahah balasku. Ngeri juga (pikirku). Well, oke, ternyata aku ketemu lagi dengan saudara paraffin, mikrotom danembedding (mungkin mereka memang cinta sejatiku, pikirku untuk menenangkan hati, okey lets then i will give you my full love ) (Menulis ter-interupsi) ada yang mengetuk pintu

Aulidya, kamu butuh uang untuk membayar apartemenmu khan? dua ratus? atau lebih? Jika lebih katakan saja. Aku nyengir (bergumam dalam hati, mungkin ini arti mimpi semalam dan keduten di atas matahahahtidak saintis, tidak mengapa lah, untuk menghibur hati yang galau karena menunggu saudara beasiswa belum cair juga) Profesorku tahu, bahwa beasiswa-ku belum turun. Ini kali kedua beliau meminjami aku euro. Kemarin beliau baru saja mendapatkan email dari DAAD (badan beasiswa pemerintah Jerman) bahwa aku dinyatakan lolos untuk program switch dari pemerintah Indonesia ke program kerjasama dengan DAAD(Alhamdulillah, upaya menjelaskan rencana penelitianku di depan penguji DAAD tidak sia-sia). Beliau mengatakan Saya heran dengan mekanisme beasiswa mu, mungkin saya harus menghubungi DAAD. Sambil berlalu beliau curhat tentang salju Pagi ini, jam 6 saya lihat salju turun, so wet, mpuhhh, saya tidak suka, pasti kamu juga, harus menganta r koran dengan kondisi demikian

Thats my challenge. Balasku Okey, then tchuss kata beliau mengakhiri percakapan.
Belum ada satu tahun aku tinggal, menempuh ilmu disini, tapi alhamdulillah, banyak kemurahan Allah SWT yang aku dapatkan. Tak bisa kulukiskan dengan kata-kata, sering sekali aku meneteskan air mata untuk anugrah ini. Seperti saat pertama kali aku menempati ruang histologi di institut anatomi. Bahkan saat berjalan pun, iya, lebai mungkin, tidak bagiku, ini merupakan suatu karunia yang amat besar. Alhamdulillah.. Mengingat negara-ku tercinta, ingat DIKTI, ingat beasiswa. Inilah salah satu caraku berterima kasih kepada DIKTI, dengan menulis di blog-ku ini, supaya ada yang tahu bahwa uang negara tidak sia-sia jika digunakan untuk menyekolahkan anak bangsa. insyaalloh Terima kasih DIKTI Sekelumit fakta di atas baru sedikit, fakta yang lain yang aku peroleh :

Semua sistem akademik menggunakan sistem online. Kalau mau bayar spp/tuition fee, tidak usah ngantri, cukup transfer via e-campus. E-campusmerupakan layanan akademik yang dimiliki setiap mahasiswa yang sekolah disini, dari ecampus, kita bisa mengakses apa saja, bayaran spp, register untuk matakuliah yang ingin diikuti, mendaftar ujian, mencari materi kuliah, mencari info lowongan kerja, flohmarkt (jual beli barang bekas yang masih bisa digunakan, seperti sepeda) sampai mencari tahu menu makan siang yang disajikan di mensa (kantin). Selain sistem akademik, sistem pembelian barang seperti buku pun bisa via online, order, transfer uang, seminggu atau bahkan kurang dari seminggu barang sudah ada di tangan. Disiplin waktu di segala segi akademis, baik dosen maupun mahasiswa. Biasanya seperempat jam sebelum jadwal perkuliahan, dosen sudah siap di kelas, begitu pula dengan mahasiswanya. Bisa download jurnal sepuasnya, namun ada beberapa yang berbayar, walaupun demikian, karena profesorku berlangganan jurnal-jurnal yang aku maksud, maka aku bisa meminta tolong kepada beliau. Fasilitas perpustakaan yang lengkap dengan waktu buka yang hampir 24 jam, bahkan di weekend. Awal disini, aku mencoba mencari sebuah buku yang, dulu aku penasaran karena tidak bisa aku dapatkan, karangan Wallace dan Selman serta S. Guraya, sumber pustaka yang aku kutip dari jurnal (mengutip sebuah kutipan). Ternyata bisa aku temukan, buku yang sudah berumur tua tersebut. Tersenyum aku menemukannya, di rak bagian bawah, pojok. Bahagia yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Program excursion bagi mahasiswa internasional yang rutin diadakan oleh International office, dengan membayar 10 euro, kita bisa ikut exursi, dapat ilmu, pengalaman, teman dari negara lain, dan tentunya makan siang. Beberapa mata kuliah juga mengadakan excursi, kalau yang ini biasanya gratis. Banyak event universitas yang bisa kita ikuti secara gratis seperti Malam Ilmu Pengetahuan, yang menampilkan karya, hasil penelitian setiap institut. Dengan kartu mahasiswa, kita bisa mengelilingi area kota bagian Lower Saxony, atau dikenal dengan istilah tiket semester. Mendapatkan fasilitas dengan harga murah tiap bulannya untuk olah raga seperti renang, sepak bola, basket, zumba, fitnes, dan masih banyak lagi. Aku belum mengikutinya, baru mengecek di website. Summer nanti baru mau aku cobainsyaalloh Jika beruntung seperti saya, memperoleh teman native yang baik hati, setiap weekend, jika dia tidak mudik, kami masak dan makan bersama, kadang menu Jerman yang kami masak, kadang menu Indonesia, tetapi lebih sering menu Jerman, karena tidak se-complicated menu Indonesia. Dengan keadaan ini, mau tidak mau saya harus merepresentasikan bahwa saya bisa memasak. Menu pertama yang kami buat adalah nasi pecel dan lumpia, kata temanku: leckerrrr (Jerman=enak) (padahal bumbu

kacangnya badhag (jawa=bertekstur kasar),yah karena diuleg menggunakan ulegan mini (ini juga pinjem dari teman, mba Titin) jadinya lama, temen -ku yang semangat menghancurkan butiran-butiran kacang tanah, lengannya sudah terlatih karena setiap dua kali dalam seminggu dia ikut fitnes, aku juga bisa, tapi dia mengatakan ingin merasakan sensasinya, ya sudah ..

Lagijika beruntung seperti saya, akan mendapat kesempatan bertemu dan ngobrol dengan orang hebat sekelas Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie. Bertemu dengan eyang saat konferensi internasional di Bonn karena ajakan temanku, Afrida. Ikut aja Mba, gratis koq, dan katanya pak Habibie dateng lho, paling cuma bayar transport, nggak nyampe 50 Jelasnya meyakinkanku yang ragu karena (lagi-lagi) beasiswa ku belum turun saat itu. Akhirnya, berhasilBismillah aku mengikuti acara tersebut. Ternyata dengan doa dan sedikit usaha, aku bisa ngobrol dengan eyang (begitu pak Habibie ingin dipanggil). Awal percakapan (agak lebay), pak saya Habibah, Habibah-Habibie, aha dan blabla.. minta motivasi. Beliau menuliskan beberpa kalimat Semoga Aulidya Nurul Habibah selalu dalam Lindungan Allah SWT dalam melaksanakan tugas untuk meningkatkan Kualitas Bangsa Indonesia, Selamat Berjuang di Jerman.dari Eyang. Karena banyak mahasiswa asal Indonesia disini, maka feel Indonesia mudah didapat, mereka sudah layaknya seperti keluarga, banyak acara kumpul bersama. Pokoknya Indonesia banget. Pada awal kehidupanku disini, sempat merasa bahwa aku berada di Purwokerto, bagaimana tidak? cuaca yang kala itu masih terhitung summer, mirip Indonesia, mau makan bakso, mendoan, soto, mie ayam, somay, dan makanan Indonesia lain bisa. Bukan masak sendiri, tetapi mendapat undangan buka puasa, makan siang, atau makan malam dari para bapak, ibu yang baik hati disini. Bisa merasakan sholat seperti di tanah Arab. Sholat tarawih sebelas rakaat, selesai dalam waktu satu jam. Lha wong imamnya berasal dari Arab dengan bacaan surat yang panjang-panjang. Kebanyakan dari mereka adalah hafidz. Jangankan imam, istrinya imam dan bahkan perempuan seusiaku dari negeri timur tengah seperti Mesir, Libya, ada juga dari Afghanistan yang aku kenal, mereka rata-rata sudah hafal beberapa juz. Dengan tidak pede dan malu-malu mereka bilang baru sampai separohnya (dari Al Quran). Malu aku dibuatnya Jika ingin cepat sholat tarawih-nya, datang saja ke masjid Turki, lebih cepat selesainya, disamping itu ada buka puasa bersama menu timur tengah, gratis, sebelumnya. Bisa naik mobil keren, secara, BMW khan diproduksi disini, maka jikadapet tebengan,ya kemungkinan besar mobil made in Germany. Sepeda ku saja buatan perusahaan yang memproduksi VW. Alat transportasi yang nyaman dan on time membuat kita dapat meng-estimasi waktu, bahkan sampai menit-annya pun bisa diperkirakan, kecuali jika ada penundaan karena masalah teknis, maka akan diumumkan via papan pengumuman, berapa menit terlambat (biasanya untuk kereta api). Dengan akses internet yang mudah, dua puluh empat jam, dimana pun, dengan kecepatan tinggi, maka bisa dibayangkan, hidup seperti apa disini. Bahkan internet dengan akses cepat bisa didapatkan dari ponsel pribadi sekali pun. Tidak merasa bersalah tidak mandi, 1, 2, 3, hari bahkan 2 minggu. Mendapat informasi dari teman katanya, jaman dulu, seberapa sering orang mandi, maka dapat diketahui seberapa kaya dia, sering mandi berarti miskin, sedangkan orang kaya jarang mandi (karena pakai parfum). Aku kira karena musim dingin, suhu dingin, tidak menimbulkan daki, ternyata perkiraanku salah, tebal juga daki-nya -_- Menghirup udara bersih dan bisa menyaksikan hewan-hewan seperti kelinci, tupai, bebek, dan burung berkeliaran dengan bebas. Khusus untuk anjing, banyak aku jumpai disini, namun karena tidak liar, aku tidak takut, setidaknya tidak hampir pingsan mendengar gonggongannya seperti saat masih di Indonesia. Karena tinggal di kota yang tidak begitu besar, maka aku memilih menggunakan sepeda sebagai alat transportasi di dalam kota, bahkan jalan kaki mengelilingi kota pun tak masalah. Disini, pejalan kaki memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan kendaraan, ada rambu lalu lintas yang mengatur, kapan pejala kaki boleh menyeberang, kapan harus berhenti, lajur khusus pedestrian. Bahkan di beberapa ruas, yang beranda zebra cross, mobil akan serta merta dihentikan oleh pengemudinya jika mengetahui ada pejalan kaki akan menyeberang.

Bisa keliling Eropa tanpa harus mengurus visa lagi, kecuali ke Inggris (itu yang saya tahu dari beberapa teman yang sudah mengunjungi beberapa negara di Eropa, kalau saya, nanti menunggu penelitian dan disertasi selesai yah. insyaalloh aamiin ). Merasa menjadi mahluk seksi yang eksotis, bagaimana tidak? temannative-ku selalu memuji kulitku yang gelap, dia bilang so nice, apalagijika aku menggunakan kerudungku yang ungu-ke-pink-pinkan, dia bilang i like it, really, you are look so tanned (bukan beautiful hahah). Tidak merasa aneh melakukan jogging di siang hari bahkan malam hari, karena `orang asli sini ternyata maniak olah raga. malam pun bisa dijumpai orang jogging. dan tidak ada orang lain yang peduli dengan itu, dulu, waktu di Indonesia, jika aku jogging siang hari maka banyak mata memandang, seperti artis rasanya, jangankan siang hari, pagi agak siang sedikit saja, sudah jadi tontonan. Kalau disini, urusanmu-urusanmu, urusanku-urusanku, tidak ada orang yang peduli selagi tidak mengganggu. Namun kadang kala, ada juga yang sangat peduli, seperti tadi pagi, saat pulang dinas, ada seorang nenek-nenek menegurku dalam bahasa Jerman, yang intinya hari masih gelap, walaupun sudah pagi, jadi nyalakan lampu sepedamu dan blabla ..bla (selebihnya kalimat yang susah aku pahami).Danke schoen kataku. Wanita itu mengakhiri pidatonya karena mungkin menganggap aku sudah paham dan mengakui kesalahan. Wajah wanita tua itu sepertinya puas, dan aku lebih puas, hanya membalas uraian kata-katanya yang panjang dengan kata singkat danke schoen bisa menghentikan ceramah panjang lebarnya. Ada lagi, orang asli sini sangat peduli tentang kesusahan sesama. Seorang nenek-mengambilkan payungku yang jatuh dari sepeda saat aku hendak ke kampus., pada saat aku kebingungan di bahnhof Berlin setelah jalan-jalan memanfaatkan promosi November spetziale, bingung menentukan akan ke Postdam atau pulang ke Goettingen, jika aku mau ke Postdam, maka aku harus menuju gleis yang berbeda jika aku mau pulang , ada seorang bapak tua yang bertanya mau kemana?, Bahnhof.jawabku kesana sambil menunjuk gleis yang tadi sudah aku liat. Danke schoen. Bapak itu membantuku mengambil keputusan. Selain itu, saat Berti sakit dan aku membutuhkan rak object glass yang baru, Prof. wecker dan Kerstin membantu mencarikan, mengubek-ubek lemari peralatan, namun tidak juga ketemu mungkin, Berti punya tempat penyimpanan rahasia, maaf kami tidak bisa menemukannya. mereka berdua kembali ke ruangan masing-masing. Setelah setengah jam, Prof. Wecker mendatangiku ini berbeda dengan rakmu, tapi bahannya sama, jadi bisa digunakan, yang penting bisa disimpan di lemari pendingin kata beliau sambil memberikan sebuah rak berwarna pink kepadaku. Bisa melanjutkan tradisi ngopi yang aku lakukan di Indonesia dulu bersama Bapakku, karena minum kopi merupakan bagian dari tradisi disini, hampir semua kantor memiliki coffe room, bahkan di institutkumalah ada istilah coffe lab. (laboratorium untuk ngopi=sebuah lab. yang lebih sering digunakan untuk ngopi daripada praktikum atau penelitian). Orang disini sangat concern dengan kesehatan, so ngopi merupakan hal yang menyehatkan. Kopi itu baik, asalkan dikonsumsi tidak lebih dari tiga cangkir sehari. Riset membuktikan (lupa detailnya) bahwa meminum kopi baik untuk kesehatan. Untuk menghilangkan efek buruk kopi, minumlah sebanyak kopi yang diminum. Begitu dari buku aku baca. Jadi tidak takut disebut nenek-nenek jika ngopi (seperti waktu di Indonesia).. Hmmmapalagi ya, mungkin masih banyak, tetapi berhubung hari sudah gelap, institutku sudah sepi, aku sudahi dulu saja.

Menjadi pemberani, disini, kata teman native -ku tidak ada hantu. Nothing like that! (aku menulis ini setelah sampai di kamar-ku, kalau masih di institut, ragu aku menulisnya, walaupun sampai saat ini, alhamdulillah, tidak ada hal aneh jika aku keluar malam, bahkan dini hari saat dinas memanggil. kalau pun ada, hantu nya mesti cakep, tapi jangan sampai dehihhh, amit-amit).

Bagi pencinta roti, coklat, susu dan derivatnya (seperti saya), maka disinilah surganya. Banyak macam dengan harga yang bermacam-macam pula dari yang murah sampai mahal. Khusus untuk susu adalah bahan minuman wajib yang aku beli. Satu liter susu sapi segar yang standar, harganya lebih murah daripada selembar tempe atau hampir sama dengan satu bungkus mie instan. Minuman kesukaanku dari dulu, sewaktu di Indonesia, dan merupakan barang mewah, tapi ibu dan bapakku tetap membelinya untuk anak-anaknya, prinsipnya : walaupun makan nasi lauk sayur lodeh daun singkong, tapi susu adalah wajib.

Ternyata memang susu adalah makanan paling baik bahkan ada doa khusus saat hendak meminumnya (sesuai sabda Rosul: dari buku yang aku baca).

Bersyukur menjadi warga negara Indonesia, mengapa? karena untuk mendapatkan sayuran, mudah. Di Jerman, harga sayuran seperti harga susu di Indonesia. Kalau dulu, ada mentimun di meja makan, biasanya sampai keriput, tidak ada yang memakannya, kangkung sampai kering dalam kulkas dan akhirnya di buang ke kolam ikan. Disini, entahlah, mau tidak mau harus menghabiskan sayuran yang aku beli. Kata temanteman, untuk menjaga tubuh tetap fit apalagi di musim dingin seperti sekarang, maka makan sayur itu penting, buah pun demikian. Kalau di Indonesia, aku tidak begitu suka pisang, satu-satunya pisang yang aku doyan adalah pisang ampyang. Disini, pisang varietas apapun aku doyan. Pisang itu pun impor dari negara Amerika Latin. Di Indonesia, tidak usah beli, pisang sampai mateng di pohonnya pun ada. Apapun ada, sampai buah ciplukan tumbuh liar di kebon. Bapakku dulu sering memetik dan menyantapnya. Ini bagus, untuk menjaga tekanan darah dan kolesterol normal Kata beliau membujukku, namun aku tidak terbujuk. Ternyata menurut buku pengobatan (yang aku baca) hal tersebut benar adanya. dan , disini, ciplukan dijual dengan harga yang perlu dipertimbangkan jika mau membelinya. Merasakan sensasi menjadi artis drama korea Winter Sonata, hujan-hujanan atau berpayung saat salju turun, menangkap-nangkap salju yang turun, menari, berputar-putar dengan wajah menantang langit, menghadang terpaan salju (ini berlaku bagi yang lebai pertama kali melihat salju, seperti saya). Salju selalu memberi arti, setiap berjalan di atasnya seperti berjalan di hamparan mutiara (tapi aku tidak suka dengan dingin dan licin yang menyertainya) Tidak perlu cuci mata, atau istilahnya cari kecengan, karena hampir semua orang yang ditemui di jalan,di kampus, supermarket, seperti artis-artis sinetron Indonesia. tidak merasa Wah kalau melihat mahlukmahluk tersebut. Ingat dulu saat kampusku (di Indonesia) dikunjungi orang-orang asing dari Jerman, adalah suatu hal yang Wah bagiku jika bertemu dengan mereka apalagi ngobrol, butuh setengah hari untuk mengumpulkan keberanian, menyusun kata-kata sampai akhirnya memperkenalkan diri untuk kemudian ngobrol (kejadian saat seorang mahasiswa asal Rostock sedang penelitian di lab. yang letaknya bersebelahan dengan lab.ku ). Disini, tidak perlu, bahkan mungkin sebaliknya, mereka ingin ngobrol dengan kita Dan ada lagi, tidak perlu jauh-jauh ke India supaya bisa melihat orang India (dulu, aku nge-fans banget sama bintang Bollywood, Shah Rukh Khan, tapi setelah disini sudah enggak lagiiii)-yang ini simpulkan sendiri saja ya.

Jadi jangan percaya kalau ada orang mengatakan bahwa sekolah di Jerman itu enak, sebelum membuktikannya sendiri, karena ternyata lebih dari sekedar enak.. sekian semoga bermanfaat dan maafkan saya jika ada yang tersinggung atau tersakiti. Mudah-mudahan tidak dianggap pamer (riya), hanya ingin berbagi pengalaman saja. Ini bukan riya, niatnya tarjih (kata-kata yang aku peroleh dari seorang ustad, Yusuf Mansur). Arti tarjih ini aku peroleh juga disini. Hal yang dulu selalu mengganggu benakku ketika Bapakku memberikan contoh amalan ini dan itu yang beliau lakukan (aku pikir waktu itu riya, padahal beliau sedang memberikan sebuah tarjih untukku). Memang untuk menceritakan suatu pengalaman dengan maksud tarjih, dekat dengan sumah (mendekati sifat riya, tapi untuk pembelajaran), begitu yang aku dapat dari Sang Ustad. I am sorry for being bad to you, Dad . Ya, disini, karena akses internet lancar, aku bisa menonton acara you tube Sang Ustad, lancar, sesuai waktu yang aku bisa dan tidak ada iklan. Kelancaran mengakses ini pula yang membuat aku bisa merasakan bakwan rasa rendang sapi. Bagaimana caranya? Masak bakwan, makan bersama nasi, lalu putar video pembuatan rendang sapi atau wisata kuliner tentang rendang sapi di you tube. It works. Bersyukur aku untuk itu, karena saat iseng membaca komentar video yang aku tonton, ada sebuah komentar yang membuatku terpingkal sampai keselek video yang bagus, aku sudah menontonnya berkali-kali, tapi tetap tidak bosen, aku tonton saat makan mie instant di kamar kosan, nasib anak kos ada yang lebih memprihatinkan ternyata, hmmmmm..nanti kalau beasiswa ku cair, gantian: you tube pembuatan bakwan yang nonton aku makan rendang sapi Sekian curhat dari ku, sekali lagi, jangan percaya kata orang sebelum merasakannya sendiri..saatnya beranjak menuju lab. (dan pastinya kesiangan)., karena saat salju tebal seperti sekarang, kuda besiku mogok, jadi harus jalan, sekitar dua puluh menit. Dan di lab. sudah ada yang menunggu sampel-sampelku dan duo justin . Mudahmudahan nge-lab. hari ini lancar aamiin.

Salam Hangat, Aulidya Goettingen, 20 Februari 2013

WARNA : sebuah kisah

Goettingen, 7 Februari 2013 Alhamdulillah, pagi ini aku berangkat pagi menuju ke institut. Kubuka pintu kantorku, kutemukan 3 benda di atas meja kerjaku. Ah ya, ada dua salep dan satu lem wallpaper. Aku menanyakannya kepada Birgit, salah satu anggota team work risetku di institut tempatku bekerja. Rupanya dia menaruhnya. Segera aku sampaikan ucapan terima kasih kepadanya. tak lupa kami mempersiapkan larutan-larutan yang akan gunakan. Hal ini yang membuatku berangkat lebih awal, menyampaikan kepadanya bahwa aku bisa mempersiapkan semua larutanku sendiri karena aku mendengar bahwa dirinya sangat sibuk. Hal ini pulalah yang membuatku galau selama seharian karena aku terlalu bergantung kepada orang lain. Tidak masalah seperti apa penelitianku kelak, yang terpenting adalah aku mendapatkan akses bebas melakukan apa saja, bereksplorasi di lab.tempatku bekerja. Ini metode rancangan saya, Prof. Kataku menyodorkan sebuah rancangan kepada sang Profesor pembimbing keduaku. Well, ya, kamu lebih familiar dengan metode dan topik ini mungkin, jadi kamu bisa melakukan apa yang menurutmu ingin kamu lakukan. jawabnya. Tapi saya butuh kejelasan apakah Anda menyetujui ini? Ya, tetapi sebelumnya kita lakukan ini, dulu dan selanjutnya kita akan lihat, so kita akan tahu bagian mana yang akan menjadi proyeksi penelitianmu ke depan. Jelas sang Pembimbing. Oh my God, mau berapa lama ini pikirku Hemmmm tak masalah, aku ingin menjadi seorang ilmuwan sejati, kembali benakku menenteramkan hatiku yang agak goyah. Oke, then, saya akan menghubungi institut Anatomi untuk metode ini. Lanjut sang Profesor. Metode apalagi Prof? yang kemarin itu sudah bisa saya gunakan. Sahutku spontan. Ya, tetapi saya punya metode baru yang kemungkinan lebih cocok, saya akan hubungi institut Anatomi, nanti saya kasih tau kamu, Okey? Tanya Profesor. Sampel yang sudah saya fiksasi di nitrogen cair gimana, Prof? Tanyaku sambil membayangkan berpuluh-puluh sampel yang sudah aku ambil.

Ya, kamu bisa mendapatkannya lagi, mungkin bisa kamu proses sampelsampel itu dengan metode yang baru, Okey, as soon as I get the list of this method, i will let you know. Jawab sang Profesor mengisyaratkan menyudahi diskusi kami. Okey, Prof, so danke und tschuss. Balasku dan keluar dari ruangannya dengan gontai. Gontai karena belum pasti, ternyata perkiraanku sedikit meleset, aku kira rancangannku sudah fix, ternyata oh, dunia,,,, rasanya ingin berteriak. Kembali aku ke ruanganku, dan tiba-tiba hujan salju lebat disertai badai datang menambah kegundahan yang sedang aku alami. Temanku juga sedang gundah karena tahun ini harus segera selesai, proyek dengan pembimbing pertamanya, yang sama dengan pembimbing pertamaku juga, telah selesai berarti kontrak kerja pun selesai. Kalau boleh aku akan bertukar tempat pikirku. pikiran yang sangat tidak ilmiah. Pembimbing pertamaku sepertinya tidak serumit pembimbing kedua ku, namun keesokkan harinya saat aku akan mendiskusikan kembali hasil diskusi ku dengan beliau, beliau mengatakan, Ya, dia (pembimbing kedua ku) sudah menjelaskan, kita ikuti dia, dia lebih familiar dengan ini semua. Sirna sudah harapanku meminta pembelaan agar aku melakukan apa yang telah aku rancang. Kembali gontai memasuki ruanganku. And the next? It will better , surely! Tidak sampai hati sebenarnya aku menulis ini, karena ini menyangkut sebuah institusi, tetapi mungkin akan sedikit mengikis apa yang mengganjal di dada. Hari ini benar-benar membuatku ingin tertawa sambil menangis. Kakiku yang membiru dan agak sedikit bengkak menambah keadaan semakin buruk. Ya, pagi tadi saat dinas kakiku kembali beradu dengan kuda besi -ku. Jika kaki itu sehat, tidak apa-apa kalau hanya tulang kering yang terantuk badan si kuda besi bagian depan, namun hari sebelumnya, kuda besi yang aku tunggangi tak mampu aku kendalikan karena jalan yang sangat licin pasca salju mencair. Alhasil aku, dia dan koran yang aku bawa rubuh, tumpah ruah di gang yang sedang aku masuki. Dinas pagiku kala itu benar-benar membuatku tak bisa berkata apa-apa. Beruntung hari masih gelap, tak ada orang yang melihat. Rasa malu karena jatuh lebih besar daripada rasa sakit yang aku rasa, sebuah prinsip. Aku merasa salju telah mengkhianatiku, saat itu. Pada waktu pertama kali salju turun dengan air dan menghasilkan lapisan salju becek kecoklatan, aku jatuh, beberapa koranku basah dan kotor, beruntung ikatannya belum semua aku lepas sehingga masih satu kesatuan. Peristiwa itu tidak membuatku merasa salju telah berkhianat namun air mataku meleleh tanpa suara. Aku tidak bisa lagi tertawa seperti saat pertama. Gunungan salju becek membungkamku.

Pertama kali aku jatuh pada awal musim gugur, kuda besi ku tidak bisa mengimbangi muatan yang ada. Hari itu hari Sabtu, hari yang cukup melelahkan bagi para pasukan fajar sebutan bagi pengantar koran harian Gottingen atau biasa disebut GT di pagi hari. Hari Sabtu biasanya semua jenis koran (FAZ, NZZ, RUNDSCHAU, SUDD, Tagespie, Handelnblatt, Die Welt) akan tebal karena diselipi ringkasan berita selama seminggu dan juga werbung (iklan) ada lagi yang disebut koran kompakt (rangkuman koran GT selama seminggu yang khusus dibagikan kepada bukan pelanggan). Peristiwa jatuh yang pertama kali, aku sikapi dengan tertawa, aku masih merasakan indahnya hidup di negara empat musim, usahaku ke negeri ini dan pemandangan langit yang bertaburan bintang, sehingga bisa mengalahkan kesusahan karena kuda besiku guling. Aku punguti koran-koran yang berserakan tanpa rasa merana. Menjadi seorang pengantar koran memang bukan pilihanku untuk menutupi kebutuhan hidup disini karena aku mendapatkan beasiswa dari negara Indonesia, aku ingin mengumpulkan uang untuk sebuah tujuan yang panjang jika diceritakan disini, sama seperti ketika aku menanyakan Kapan penggunaan nominative, akkusative dan dativeitu, bagaimana kita tahu jenis yang mana yang akan kita gunakan? kepada guru kelas bahasa Jerman ku. Kita harus membuka kitab gramatik, dan itu tidak cukup hanya satu pertemuan ini, Aulidya Jawab sang Guru. Awalnya berpikir beberapa kali mengambil profesi ini, mengingat harus bangun pagi dini hari karena semua koran harus sudah sampai di briefkasten (tempat koran ditaruh) pelanggan sebelum pukul 6 dan daerah dinasku yang menanjak serta cukup jauh, butuh waktu 2 jam untuk berangkat, mengantar koran dan kembali ke apartemenku. Beruntung aku ikut mitgehen (training survey lapangan) pertama kali masih di musim panas maka aku tidak menjumpai keadaan yang membuatku mengurungkan niat mengambil profesi ini. Waktu itu akhir musim panas sehingga jam 6 sudah terang dan suhu tidak se-ekstrim sekarang, namun untuk winter seperti sekarang, jam 7 pagi pun masih gelap karena masih terhitung subuh dengan suhu bisa mencapai minus tiga belas derajat celcius. Dingin yang menusuk tulang dan jika ditambah hujan salju di pagi hari, maka tidak hanya tulang, wajahku pun tertusuk-tusuk, walaupun aku sudah mengenakan penutup wajah. Tampilan mirip ninja Hattori tanpa pedang.

Dua bulan pada awal aku di Gottingen, beasiswaku belum juga cair sementara perbekalan dari rumah sudah menipis. Mau meminjam kepada teman, kalau bisa tidak meminjam. Akhirnya semakin menguatkan keputusanku mengambil tawaran bezirk (daerah penyebaran) yang ditawarkan oleh salah satu kawan yang akan melepas bezirknya karena telah selesai studi. Memang banyak (karena lebih dari 1,2,3, bahkan 4) pelajar Indonesia yang mengambil profesi ini, profesi yang membutuhkan semangat, ketelatenan, dan kegigihan yang tidak bisa disepelekan. Bahkan para native (Jerman) menaruh simpati dan mengakui bahwa para zeitung-trager (pengantar koran) itu hebat, setidaknya itu yang aku dengar dari beberapa native yang bekerja di institutku. Awal mengantar koran, aku membutuhkan waktu sekitar 4 jam. Lama, karena harus mencocokkan nama di list dari perusahaan dengan nama yang ada di briefkasten (BK) karena satu rumah bisa ber-kepala keluarga lebih dari 1,2, bahkan lebih (mungkin itu yang membuat tanah disini serta bangunan disini awet, tanahnya tetap, bangunannya tidak bertambah), belum lagi pada awal, harus menyesuaikan dengan keinginan pelanggan, koran diletakkan di bawah batu di depan pintu, di bawah keset, ditaruh dengan setengah bagian keluar, ditaruh seluruhnya di dalam BK, ditaruh di rolle(seperti tabung), atau di taruh di celah pintu. Salah menaruh, esoknya bisa mendapatkan reklamation catatan. Kalau berbahasa Inggris mungkin tidak jadi masalah, namun bahasa native disini yang digunakan, sehingga harus menerjemahkannya dengan bantuan translater, google menjadi andalan, atau jika mungkin bisa dikira-kira maka aku tebak sendiri artinya, seperti, immer stecken bitte , stecken seperti stick = tongkat, maka aku lunthung (gulung) koran dan menyematkannya separuh di dalam dan separuh di luar BK, dan ternyata tebakannku tidak meleset, esoknya tidak ada reklamation lagi. Alhamdulillah setelah dua bulan beasiswaku turun waktu itu, sampai untuk bulan Desember sekaligus. Rasa syukur yang sangat mengingat nominal yang subhanalloh, banyak. Segera aku tutupi pinjaman-pinjaman yang aku gunakan sebagai bekal saat hijrah ke negara ini. Dan aku gunakan untuk keperluanku selama disini, dengan uang beasiswa itu pula aku bisa pulang ke Indonesia, mengikuti tes CPNS dan bersilaturahmi dengan ibu dan keluargaku. Aku pun bersyukur untuk itu.

Banyak hal yang mewarnai selama menggeluti profesi sebagai anggota pasukan fajar. Pada suatu ketika karena salah mengartikan perbincangan via telefon dengan pihak GT, akhirnya aku mendapat tambahan bezirk selama satu minggu menggantikan orang lain di daerah puncak (jika aku membayangkannya sekarang, istighfar dulu). Bagaimana tidak? Jika dibandingkan dengan daerah di kota asalku, Purwokerto, maka daerah baru itu seperti Baturaden, menanjak dengan kemiringan mungkin mencapai 45 derajat. Aku bisa melihat kota Gottingen dan gunung di seberang sana. Kuda besi ku tidak bisa kukendarai baik saat naik maupun turun. Pernah satu kali, hari kelima waktu itu, mencoba kunaiki kuda besiku. Tinggal 10 rumah ini, sudah tidak berada di puncak, biar cepat. Pikirku. Ketika aku menikung memasuki halaman rumah pelanggan, serta merta koran dalam keranjangku beterbangan dan berserakan di jalan. Beruntung hari masih sangat pagi, tak ada mobil atau bus lewat. Hanya ada seorang native yang tersenyum dan menyapa hallo sambil terus mengayuh sepedanya. Pada kesempatan yang lain, aku menggantikan orang di tempat baru sehingga satu hari aku mengantar koran di duabezirk pada daerah yang berbeda ablage (tempat koran di drop). Daerah yang mirip dengan daerah ketika aku menggantikan orang pertama kali, menanjak dan melelahkan, dan ini lebih banyak koran yang aku antar (dua kali lipat). Alhasil pada hari Sabtu aku kewalahan, karena jumlah kompakt lebih banyak dari koran GT dan koran lain. Kuda besi-ku tumbang berkali-kali, koran berserakan berkali kali, sampai aku menghabiskan waktu cukup lama, sekitar jam 9 pagi, baru lah selesai, aku kehilangan waktu Subuh, rasa bersalah dan berdosa tidak dapat aku pungkiri, namun apa hendak dikata? Mudah-mudahan Allah SWT mengampuni dosadosaku aamiin. Bagaimana rasanya mendapat angpao aku rasakan pula dari profesi ini. Saat minggu-minggu menjelang Natal dan tahun baru, aku menemukan beberapa amplop tertempel di BK, diletakkan di rolle, di samping keset dan sebungkus coklat. Ada kartu ucapan di dalamnya, dan hal yang lebih menyenangkan adalah lembaran euro yang terselip di dalamnya, ada yang ber-nominal 5, 10 bahkan 20 euro. Hanya beberapa pelanggan, namun bisa terkumpul sampai 130 euro. Tolong balas emailku segera. bunyi pesan di whatsapp ku Maaf, ini siapa? balasku Oh sorry, saya dari Vertrieb GmBH (GT company), Frau Hartnact, kolega Frau Ahrens. Kubuka emailku, ada tawaran menggantikan orang selama 4 hari di daerah yang pernah aku bawa.

Berapa uang aku terima untuk tugas ini mengingat salju sangat tebal? Tanyaku, memastikan kalau nominalnya akan cocok. Aku tidak mau kejadian pertama kali menggantikan orang terulang. Aku mendapat 48 euro namun harus memperbaiki si kuda besi yang mogok karena medan yang ekstrem dengan biaya 46 euro, such a bit make me laugh out loudly. Salju yang turun benar-benar mengasah kesabaran. Aku tidak bisa mengendarai si kuda besi lantaran rantainya tidak bisa berkompromi dengan salju. Alternativ yang aku gunakan adalah menuntunnya. 70 euro? Tanya nya kembali 80 better. balasku Imposible. Sorry, so i can not. Okey, 80, its OK? OK. Esok paginya aku membawa dua bezirk, sama sama di daerah puncak. Si kuda besi masih belum bisa aku kendarai. Untuk mengantisipasi waktu yang kugunakan lebih banyak karena dua bezirk dengan daerah yang berjauhan, maka aku berangkat jam dua dinihari, such need a big effort. Tetapi aku membayangkan lembaran euro, bisa menambah untuk menutupi kebutuhan. Jika aku tidak sedang kepepet, aku tidak mengambil tawaran tersebut, mengingat daerah yang menanjak, jauh, dan luas. Tawaran yang sama sebelumnya datang berkali-kali, tapi aku tolak karena kecewa dengan peristiwa pertama kali menggantikan orang. Tawaran kedua aku ambil karena gaji belum turun sehingga aku tidak mengetahui nominal yang aku terima. Tolonglah, tidak ada yang bisa, 2 minggu saja. Pesan Frau Ahrens dalam telepon dan email. Nein, danke, saya kecewa dengan pembayaran yang pertama, tidak sepadan dengan sulitnya daerah yang saya bawa, belum lagi sepeda saya rusak, sekarang kalau ada tawaran menggantikan lagi, akan saya pertimbangkan dulu berapa bayaran yang akan saya terima berdasarkan tingkat kesulitan medan area yang saya bawa. Penjelasanku kepada wanita itu dalam email yang aku kirim.

Aku bersyukur dengan diberi kesempatan menikmati profesi ini. Nikmatnya sahur di depan rumah pelanggan adalah nikmat lain yang aku rasakan. Empat rumah terakhir, Milik Dr. Kunze dan Geehrcke menjadi pilihanku untuk duduk sejenak di depan rumah, di tembok rendah sebuah taman kecil, melakukan santap sahur. Dingin yang menusuk terlupakan dengan bekal yang aku bawa. Aku harus berpacu dengan lampu halaman yang otomatis menyala dan mati sendiri, sekitar sepuluh menit, selebihnya aku selesaikan santap sahurku dalam kegelapan. Dan aku tetap menekuni profesi ini. untuk sebuah alasan, namun Dear Ms Habibah Thank you for your message. Until now we do not have the results of the selection meeting yet. We will contact you as soon as we receive a message from DIKTI. Best regards i.A. Monika Gasienica-Jozkowy Jawaban email pada bulan Desember yang aku terima setelah aku menanyakan hasil interview di Bonn pada bulan Oktober 2012. Bulan itu, kami para penerima beasiswa dari pemerintah Indonesia diinterview ulang berkaitan dengan program switch yang dilakukan bersama dengan DAAD (penyedia beasiswa dari pemerintah Jerman). Dan pada akhir Januari barulah aku mendapatkan pengumuman bahwa aku telah lolos ikut program switch. Bahagia hatiku, mengingat interview dilaksanakan di kantor DAAD di Bonn dan terdiri dari interviewer dari DAAD. Bahagia karena dulu berencana mendaftar beasiswa ini, tetapi Allah SWT berkehendak aku mendapatkan beasiswa dari negaraku sendiri. dan pada akhirnya aku tetap bisa merasakan interview dari tim DAAD. Maaf, Pak, ini sudah bulan Januari, kapan beasiswa akan cair? tanyaku via telepon kepada salah satu Bapak di DIKTI yang mengurusi beasiswa. Kalau tidak Maret ya April, mbak, karena birokrasi dan bla bla bla. Beliau menjelaskan. Aku bernafas lega, ada kepastian paling tidak Kamu ikut ke Mensa khan? Tanya temanku. No, thanx. Jawabku sambil tersenyum Why? kakimu masih sakit? Tanya temanku kembali Apakah perlu kita ke dokter?

Oh, no. yeah, masih sakit kalau dipegang, tapi akan baik-baik saja. Aku sudah membawa bekal makan siang dari rumah. Jawabku. Alasan sempurna untuk menutupi keadaanku yang sebenarnya juga sedang berhemat. Sekali makan di Mensa (kantin) minimal 1,40 euro untuk satu mangkuk salad, kentang dan sayur, jika ingin menu I atau II,leichte kueche atau grill gericht minimal 2,25 euro tergantung banderol harga pada layar komputer di Mensa dan bisa di cek via ecampus (website pribadi setiap mahasiswa untuk mengakses segala fasilitas Universitas). Satu koma empat euro bisa untuk membeli roti tawar dan selai buah, bisa untuk beberapa kali makan. Bersyukur aku masih bisa makan nasi dengan lauk telur mata sapi dan mentimun. Mungkin ini akibat dari perkataanku dulu Susah lho cari makanan halal di Jerman. Kata salah satu peng -interview program beasiswa negara Indonesia. Bagi saya itu tidak masalah. Jawabku terlewat percaya diri. Berarti makan yang tidak halal tidak masalah? Tanya beliau kembali. Bukan itu yang saya maksud. Jadi, maksudnya makan mi instan setiap hari pun tak masalah begitu? Aku memberi isyarat mengiyakan. Dan perkataanku terbukti sekarang. Ya, Alloh sekolahkan aku ke Jerman, untuk disana bagaimana, itu urusan nanti Doa ketika aku terdesak dengan deadline pengumpulan LOA oleh DIKTI. Dan aku rasakan sekarang. Hikmah yang bisa aku petik, Allah SWT pasti akan mengabulkan setiap doa hambaNYA, cepat atau lambat, jadi sekalipun terdesak, harus menyampaikan doa yang baik, tidak mendikte dan tidak putus asa Mungkin inilah yang dimaksud ibuku, tidak boleh sembarangan mengeluarkan kata-kata, jika sedang marah, sadar, tidak sadar atau bahkan sedang bergurau. Dulu aku pikir, ibu tidak mengerti dan tidak mau diajak bercanda ketika suatu kali salah satu anaknya mengeluarkan kata-kata gurauan, tetapi perkataan beliau benar adanya Ibu terima kasih untuk ilmu yang kau sa mpaikan, semoga Allah SWT senantiasa memberkahi engkau dengan rahmatNYA, cintaNYA dan rizkiNYA aamiin

Bukan salahku jika waktu itu aku berdoa demikian dan bukan salah siapa siapa juga dengan keadaan ini. Aku masih beruntung, banyak orang di luar sana yang tidak lebih beruntung dari ku, jalani saja, ini bagian dari warna hidupku. Ini bagian dari sebuah perjalan, jalani saja. Aku hanya bisa pasrah dan berusaha mengobarkan kembali semangatku. Aku pandangi satu persatu tulisan yang tertempel di kamar ku. Termasuk tulisan yang terdiri dari empat huruf D I E T. Aku tersenyum kecut, memandangi program menu yang aku buat di atas tulisan itu. Aku sudah menghitung angka kebutuhan kalori dan nilai gizi. Menu yang belum bisa aku buat sekarang ini, hanya aku susun, menunggu rizki bernama beasiswa. Kembali berusaha memantik api semangat. Aku masih tetap memiliki keyakinan dan berupaya menghangatkan kembali mimpi-mimpi ku supaya tidak membeku karena dingin yang menyelimutinya di winter ini. Jika dulu, aku mendengar kalimat ini semua akan indah pada saat yang tepat, akan aku tanggapi dengan dingin. Namun sekarang aku merasakannya. Memang semua akan indah pada saat yang tepat. Aku beruntung mendapatkan teman kerja seorang native yang baik. Di setiap weekend, jika dia tidak mudik ke daerah tempat tinggalnya, dia ajak aku memasak penganan khas Jerman. Dia menjelaskan setiap tradisi negaranya yang dia ketahui. Dia menghormatiku sebagai seorang muslim, sampai-sampai dia mengatakan sudah mulai paham ritme ibadahku. Tidak, ini sebuah kedzaliman, bagaimana kamu bisa fokus studi? tiap hari yang kamu pikirkan, kapan beasiswa akan cair? memikirkan penelitianmu saja sudah menguras energi?! Dan karena itu pula kamu hampir bertabrakan dengan seorang native di depan ZHG (ZentraaleHoersaalGebaude/ gedung perkuliahan pusat). Sampai saat tadi pagi, kamu salah mengantar koran. Pelanggan Die Welt kamu beri GT dan satu pelanggan hari Jumat-Sabtu tidak kamu beri. Dan kamu butuh kembali naik untuk mengantar koran???? Sudah-sudah tidak usah diperdebatkan, terpenting, sudah mendapat pinjaman dari sang Profesor untuk membayar sewa apartemen. Dont be shy, about this. Kata Profesorku Aku hanya bisa tersenyum menyeringai. Malu, aku punya gengsi, tidak seperti ini, namun Salju kembali turun walau hanya sebentar Aku berharap dia tidak akan mengkhianatiku lagi Lukaku baru mau sembuh Kututup catatan ini sambil berbuka nasi asin lauk apel seraya berdoa semoga esok akan lebih baik . aamiin

Allah SWT selalu bersama hambaNYA . Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

Catatan-ku hari ini


Alhamdulillah,,, pagi ini bisa menulis kembali di halaman blog-ku. Seperti habis berhibernasi, lama sekali tidak membaui barang yang bernama internet. Maklum, sejak pulang dari Goettingen, aku sering keliling dan sisanya menetap di desa tempat tinggalku yang sangat TENANG jauh dari peradaban internet ?Do you know what this mean? Bersyukur aku tinggal di desaku itu. Desa paling polll di lembah bukit. Terbayang asyiknya seperti apa tinggal disana? Asyik sekali ^_^ . Tetapi sudahlah, aku tidak ingin membahas desaku. Pagi ini baru saja membuka jejaring sosial fesbuk. Banyak sekali notifikasi. Saking banyaknya, aku buka acak. Beberapa notifikasi adalah pemberi tahuan dan undangan pernikahan. Hmmmm lagi musim mungkin . Aku pikir akan merasakan galau membaca dan mendapat undangan-undangan itu, ternyata Allah SWT tidak memperkenankannya, rasanya aku malah senang . Aku juga tidak tahu mengapa, rasa bersyukur dan bahagia itu menyelimuti kalbuku. Thanks For this ya Allah. Berbicara masalah ini aku jadi ingat pesan orang-orang tersayangku saat kami sedang santai membicarakan masalah hidup dan pasangan hidup Bapak : Cari pasangan hidup itu lihat agamanya ya Nduk ?! Ibu: Cari suami itu yang cintanya lebih daripada cintamu kepadanya Kakak: Cari yang sekufu, paling tidak degre pendidikannya sama denganmu Adik pertama: Cari yang bisa membahagiakan orang tua kita Adik kedua : yang sayang sama keluarga tentunya Wow, subhanallah, alhamdulillah aku dilahirkan di tengah keluarga ini. Banyak pendapat.mmmm, terus bagaimana pendapatku ??? hehehe Begini penjelasannya : Saat kita sedang mengalami suatu fase ketertarikan kepada lawan jenis dari jenis yang sama maka beberapa kata-kata yang paling tidak menyenangkan untuk didengarkan adalah : 1. Kalau sudah jodoh nggak akan kemana 2. Jodoh itu sudah ada yang mengatur 3. Sesuatu itu akan indah pada waktunya 4. Tuhan akan memberikan yang terbaik, apa yang ,menurutmu baik belum tentu menurut Tuhan itu baik. dan masih ada lagi beberapa kalimat, tapi aku lupa Semua kalimat di atas akan dijawab aku maunya dia atau kamu. Ngeyel sama keluarga dan mendikte Tuhan, Ya Tuhan jika dia jodohku maka dekatkanlah jika dia bukan jodohku maka jodohkanlah denganku Tetapi bukan Tuhan namanya jika tidak bisa membolak-balikkan hati manusia Tuhan akan menyapa lembut ke dalam hati, dan berkata sabar ya.Aku sedang mempersiapkan pasangan hidupmu supaya pantas bersanding denganmu dan kamu pantas bersanding dengannya (sapaan lembut yang disertai dengan senyuman).

Kembali kata-kata wow, subhanallah,alhamdulillah terucap dari benakku Ingat firman Tuhan bahwa laki-laki baik untuk perempuan baik, begitu pula sebaliknya. Sahabatku mengatakan sesuatu yang membuka tabir pemikiranku cinta itu ada setelah pernikahan, jika sebelum pernikahan ada cinta maka itu hanya hawa nafsu. Maka aku ngeyel nggak bisa seperti itu, cinta itu fitrah yang Tuhan berikan kepada manusia jadi dia bisa datang kapan saja! Sadar sekarang bahwa cinta itu memang fitrah, namun ada cinta yang patut untuk diperjuangkan dan ada juga yang let it go! Mengakhiri tulisan dengan senyum seraya berdoa Ya Rabb, datangkan dia, partner hidupku seperti seorang ksatria berkuda putih yang datang membawa mawar putih serta mengulurkannya kepadaku dengan senyum dan tatapan elang dan berkata will you together with me to be better and be my partner in this life and achieve the Allahs Love? Aamiin

Вам также может понравиться