Вы находитесь на странице: 1из 2

Osteoartritis (OA) adalah suatu penyakit sendi degeneratif yang mempunyai etiologi dan patogenesis yang belum jelas.

Meskipun terdapat beberapa faktor risiko yang berperan, keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut terutama pada sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban dan secara klinis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, hambatan gerak disamping itu juga terjadi inflamasi tingkat ringan sampai berat disertai efek sistemik (Kalim, 1996; Rahardjo, 1994). Osteoartritis khususnya OA lutut merupakan penyakit sendi yang sering menyebabkan kecacatan fisik pada berbagai tingkatan yaitu impairment, disabilitas dan handicap terutama pada usia lanjut yang akhirnya menimbulkan beban sosial ekonomi bagi masyarakat (Fuath, 2005; Peat et al., 2001). Penyakit ini merupakan salah satu alasan pensiun dini dan merupakan penyakit kedua yang menimbulkan disabilitas di Amerika Serikat (Albar, 2004). World Health Organization (WHO) memperkirakan 40% dari populasi usia diatas 70 tahun menderita OA dan 80% dari pasien OA mempunyai keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari ringan sampai berat yang berakibat mengurangi kualitas hidup (WHO, 2003). Prevalensi total OA di dunia mencapai 34,3 juta orang pada tahun 2002 dan diprediksikan mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007 (WHO, 2003). Prevalensi OA di Indonesia berdasarkan penelitian yang dilakukan di poliklinik Sub-bagian Reumatologi

RSUPN Cipto Mangunkusumo ditemukan 43,82% dari seluruh pasien baru reumatik yang berobat. Sendi yang paling banyak terkena secara berturut-turut adalah sendi lutut, panggul dan tangan (Isbagio, 2004). Penelitian di Bandung menunjukkan bahwa OA merupakan 69% dari keseluruhan kasus reumatik yang ditangani di poliklinik, 69% diantaranya adalah

penderita wanita dan kebanyakan (87%) merupakan OA lutut (IRA, 2004). Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor risiko OA. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa perlu dibedakan antara faktor risiko

terjadinya OA dan faktor risiko progresivitas penyakit berdasarkan pemeriksaan radiologis (Felson, 2000; Lohmander, 2000). Berbagai penelitian potong lintang observasional telah menemukan beberapa faktor risiko penting timbulnya OA lutut seperti usia, jenis kelamin, obesitas, hormonal, genetik, jejas dan beberapa aktivitas fisik tertentu (Ranitya & Isbagio, 2005). Obesitas meningkatkan beban biomekanik pada sendi lutut dan panggul selama

aktivitas. Tekanan pada lutut dan panggul selama aktivitas, 2-4 kali lebih besar dari berat badan normal, sehingga efek berat badan yang berlebih akan meningkatkan tekanan pada lutut dan panggul (Nevitt, 2002). Obesitas juga meningkatkan risiko OA melalui peningkatan kadar hormon dan faktor pertumbuhan dan faktor intermediate yang berperan pada patogenesis OA. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya OA lutut maupun panggul (Coggon et al., 2001; Gelber et al., 1999; Vingard et al., 1991) dan menyebabkan terjadinya penyempitan joint space pada lutut (Cimen et al., 2004).Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengetahui adakah hubungan antara gradasi radiografik pada OA lutut dengan obesitas yang diukur dengan Indeks Massa Tubuh.

Вам также может понравиться