Вы находитесь на странице: 1из 3

BAB IV ANALISA KASUS

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan kisaran 10 hari sebelum masuk rumah penderita mengeluh nyeri ulu hati yang disertai mual. Penderita kemudian berobat ke dokter dan dinyatakan menderita penyakit maag. Penderita diberi obat oleh dokter tetapi keluhan tidak berkurang. 2 hari sebelum masuk rumah sakit badan dan mata penderita menguning. Penderita juga mengeluh sakit kepala dan lehernya terasa berat. Penderita juga mengeluh mual dan nafsu makan berkurang. Penderita merasa badannya terasa lemas. BAK lancar berwarna kuning seperti teh. BAB cair dan berwarna seperti dempul. Muntah disangkal, demam disangkal. Menguningnya warna kulit dan sklera akibat akumulasi pigmen bilirubin dalam darah dan jaringan disebut dengan ikterik (jaundie). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai bilirubin yang meningkat yaitu 33,0 mg/dl sedangkan nilai normal < 1,1 mg/dl. Jaundice merupakan manifestasi yang sering pada gangguan traktus biliaris. Pada pasien ini juga mengeluh urinenya berwarna kuning seperti teh dan fesesnya berwarna pucat seperti dempul. Hal ini terjadi karena terjadinya gangguan ekskresi bilirubin, baik yang disebabkan oleh faktor
fungsional maupun obstruktif terutama menyebabkan terjadinya hiperbilirubinemia

terkonjugasi. Bilirubin terkonjugasi larut dalam air sehingga dapat dieksresi dalam urin dan menimbulkan bilirubinuria serta urin yang gelap. Urobilinogen feses dan urobilinogen urin sering menurun sehingga feses terlihat pucat. Seminggu kemudian penderita mengeluh gatal di sluruh tubuh yang disebabkan karena kadar garam empedu yang meningkat dalam darah menimbulkan gatal-gatal pada ikterus. Ikterus dapat terjadi karena berbagai sebab yaitu ikterus pre hepatik, intrahepatik dan pasca hepatik. Pada kasus ini didapatkan warna urine yang kuning dan feses berwarna pucat. Hal ini menandakan terjadinya peningkatan bilirubin ter kojugasi yang diperkuat dengan hasil laboratorium yang 35

36

menunjukkan peningkatan bilirubin terkonjugasi yaitu sebesar 16,1 mg/dl. Oleh karena pada kasus ini ikterus terjadi karena adanya kelainan di fase pascahepatik (hiperbilirubinemia konjugasi). Hiperbilirubinemia konjugasi dibagi menjadi nonkolestasis dan kolestasis. Pada kasus ini terjadi pruritis yang menandakan terjadinya retensi garam empedu yang biasanya terjadi pada kasus bilirubin konjugasi akibat kolestasis. Kolestasis dibagi menjadi intrahepatik dan ekstrahepatik. Untuk mengarahkan diagnosa dilakukan pemeriksaan USG dan CT Scan. Hasilnya menunjukkan diagnosa cenderung terjadinya ikterik karena kolestasis post hepatik. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya kolestasis post hepatik. Penyebab paling sering pada kolestasis post hepatis adalah batu duktus koledokus dan kanker pankreas. Dari anamnesis yang menyatakan bahwa penderita merasa nyeri di daerah epigastrium merupakan tanda dari kanker pankreas dan batu empedu. Untuk membantu diagnosis dilakukan pemeriksaan USG dan CT Scan. Pada pemeriksaan USG dan CT Scan didapatkan hepatomegali, pelebaran saluran empedu intrahepatik, kandung empedu yang melebar, dan ductus koledoktus melebar merupakan tanda terjadi kolestasis ekstra hepatik. Tidak terdapat batu pada pemeriksaan USG dan CT Scan. Ditemukan massa di caput pankreas pada pemeriksaan USG. Diagnosa pada kasus ini yaitu hepatomegali + Ikterus Obstruktif et causa ca caput pankreas. Penatalaksanaan pada kasus ikterus obstruksi bertujuan untuk

menghilangkan penyebab obstruksi atau mengalihkan aliran empedu. Pada tumor caput pancreas dilakukan tindakan bedah jika tidak dapat menghilangkan penyebab obstruksi karena tumor tersebut maka dilakukan tindakan drainase untuk mengalihkan aliran empedu tersebut. Ada 2 macam tindakan drainase drainase ke luar tubuh (drainase eksterna) dilakukan dengan mengalihkan aliran empedu ke luar tubuh misalnya dengan pemasangan pipa naso bilier atau pipa T pada duktus koledokus atau kolesistostomi. Cara kedua yaitu drainase interna (pintasan bilio-digestif). Drainase interna dapat dilakukan dengan membuat pintasan bilio-digestif antara lain hepatiko-jejunostomi, koledoko-duodenostomi atau kolesisto-jejunostomi.

37

Penatalaksanaan simptomtik pada kasus ini deberikan ranitidin 2 x 50 mg intravena untuk mengatasi keluhan nyeri ulu hati yang disebabkan oleh ulkus pada lambung. Antibiotik digunakan untuk mengatasi infeksi yang dapat dilihat dari hasil laboratorium terjadi leukositosis. Antibiotik yang digunakan yaitu golongan cephalosporin spektrum luas yaitu ceftriaxon 2 x 1 g. Untuk meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki fungsi hati diberikan curcuma 3 x 1 tablet dan methioson 3 x 1 tablet. Keluhan gatal (pruritus) diberikan kolestiramin 4-16 g/hari PO dalam dosis terbagi dua yang akan mengikat garam empedu di usus. Karena adenocarcinoma pada pankreas biasanya menyebar ke bagian yang lain pada tubuh sebelum ditemukan, prognosisinya sangat rendah. Kurang dari 2 % orang yang menderita adenocarcinoma pada pankreas bertahan hidup untuk 5 tahun setelah diagnosa. Harapan satu-satunya kesembuhan adalah operasi. Setelah beberapa operasi, hanya 15 sampai 20 % orang hidup sampai 5 tahun

Вам также может понравиться