Вы находитесь на странице: 1из 33

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern, menuntut manusia untuk lebih cerdas dalam menanggapi setiap masalah, situas dan kondisi. Seperti halnya pada masalah yang sering dialami oleh masyarakat yang mayoritas merupakan pribadi yang sibuk, sehingga lupa akan kesehatannya, seperti rasa nyeri dan demam, baik ringan maupun sedang. Nyeri merupakan pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat adanya potensi kerusakan jaringan atau kondisi yang menggambarkan kerusakan tersebut. Rasa nyeri terjadi hampir disetiap bagian tubuh, baik pada daerah tulang, persendian, daerah gigi, maupun rasa nyeri yang diakibatkan oleh adanya proses inflamasi dalam tubuh. Rasa nyeri dapat dialami oleh siapa saja, baik anak-anak, remaja, dewasa, bahkan usia lanjut. Keadaan inilah yang menyebabkan masyarakat berusaha semaksimal mungkin untuk menghilang menghilangkan rasa nyeri tersebut. Namun bagi orang tua tidak perlu khawatir, jika anaknya mengalami nyeri, karena diera globalisasi ini, perkembangan industri farmasi di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya macam sediaan farmasi yang telah beredar dipasaran, seperti sediaan tablet analgesik antipiretik. Tablet termasuk salah satu sediaan farmasi, tablet merupakan sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet cetak dan tablet kempa . Tablet analgesic yang mengandung suatu zat bermanfaat dengan kadar tertentu yang boleh digunakan dalam sedian obat dengan mengandung berbagai macam zat tambahan yang dibutuhkan. Bahan aktif yang sering digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri mulai dari yang ringan hingga sedang yaitu antalgin. Antalgin adalah salah satu obat penghilang rasa nyeri (Analgetik) turunan NSAID, (NonSteroidal Anti Inflammatory Drugs). Umumnya, obat-obatan analgetik adalah golongan obat antiinflamasi (anti pembengkakan), dan beberapa jenis obat

golongan ini memiliki pula sifat antipiretik (penurun panas), sehingga dikategorikan sebagai analgetik-antipiretik Berdasarkan hal tersebut, dapat dibuat suatu formulasi untuk mengatasi rasa nyeri dengan bahan aktif antalgin. Sediaan tersebut akan dibuat dalam bentuk sediaan tablet yang memiliki pewarna dan pengaroma yang berbeda dari biasanya karena tablet ini ditujukkan untuk anak-anak, yang memiliki manfaat untuk meringankan dan menghilangkan rasa nyeri dan demam dengan sedikit efek samping yang ditimbulkan. 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana mutu fisik sediaan antalgin yang diberikan untuk anakanak dengan inovasi penambahan perasa dan pewarna? 1.3. Tujuan Dapat membuat formulasi tablet antalgin Untuk mengetahui evaluasi granul antalgin Untuk mengetahui evaluasi mutu fisik tablet antalgin Untuk mengetahui masalah yang ada pada proses pembuatan tablet antalgin 1.4. Manfaat Memberikan inovasi baru dari tablet antalgin yang ditujukkan untuk anak-anak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Tablet Tablet adalah bentuk sediaan solid yang mengandung satu atau lebih zat aktif dengan atau tanpa berbagai eksipien (yang meningkatkan mutu sediaan tablet, kelancaran sifat aliran bebas, sifat kohesifitas, kecepatan disintegrasi dan sifat anti lekat) dan dibuat dengan mengempa campuran serbuk dalam mesin tablet. (Teknologi Farmasi Sediaan Tablet:1) Sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis bobot atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. (FI edisi III : 6) Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. (FI edisi IV) Tablet adalah sediaan padat yang kompak, dibuat secara kempa cetak, berbentuk pipih dengan kedua permukaan rata atau cembung, dan mengandung satu atau beberapa bahan obat, dengan atau tanpa zat tambahan. (Anonim:1) Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa cetak, berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan. (IMO;210) Bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan yang baik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran, serta variabilitas kandungan yang paling rendah. (Lachman:645) Sediaan obat padat takaran tunggal, dicetak dari serbuk kering, kristal atau granulat, umumnya dengan penambahan bahan pembantu dengan mesin yang sesuai dengan menggunakan tekanan tinggi. (R. Voight:166) Dari beberapa pengertian tablet diatas yang diperoleh literatur berbeda, dapat disimpulkan bahwa tablet merupakan sediaan padat yang terdiri dari satu atau lebih bahan aktif dan atau tanpa bahan tambahan yang dibuat secara kempa cetak menggunakan tekanan tinggi.

2.2 2.2.1

Penggolongan Tablet Tablet oral yang dimasukan ke dalam saluran cerna 1. Tablet kunyah Adalah tablet yang hancur ketika dikunyah atau dibiarkan larut dalam mulut, menghasilkan dasar seperti cream dari manitol yang berasa dan berwarna khusus. (Ansel, 249) Tablet kunyah : Adalah tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah sebelum ditelan. (Anonim,5) Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah, memberikan rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi multivitamin, antasida dan antibiotika tertentu. Tablet kunyah dibuat dengan cara dikempa, umumnya menggunakan manitol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi, mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa. Tablet kunyah lembut segera hancur ketika dikunyah atau dibiarkan melarut dalam mulut. Tujuan dari tablet kunyah adalah untuk memberikan bentuk pengobatan yang dapat diberikan dengan mudah kepada anak-anak atau orangtua yang sukar menelan obat utuh. 2. Tablet salut gula Adalah tablet kompresi yang diberi lapisan gula berwarna dan mungkin juga tidak, lapisan ini larut dalam air dan cepat terurai begitu ditelan. Gunamya melindungi obat dari udara dan kelembapan serta member rasa atau untuk menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau bau bahan obat dan memberikan penampilan yang menarik. (Ansel, 248) Tujuan dari pembuatan tablet salut gula yaitu untuk melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab), menutup rasa dan bau tidak enak, memperbaiki penampilan tablet 3. Tablet salut enterik Tablet salut enterik adalah yang disalut dengan lapisan yang tidak melarut atau hancur di lambung tapi di usus. Gunanya untuk menghindari

obat rusak akibat asam lambung, obat dapat mengiritasi mukosa lambung atau bila melintasi lambung menambah absorbsi obat di usus halus sampai jumlah yang berarti. (ANSEL, 248-249) 2.2.2 Tablet yang dihantarkan ke rongga mulut 1. Tablet bukal Adalah tablet yang disisipkan di antara pipi dan gusi di rongga mulut, biasanya berisi hormone steroid, absorbsi terjadi melalui mukosa mulut masuk peredaran darah. (IMO, hal 210) Tujuan penggunaan tablek bukal agar diperoleh absorpsi obat secara cepat karena langsung masuk pembuluh darah sehingga efek terapi lebih cepat dicapai, misalnya pada penyakit jantung yang memerlukan efek terapi cepat dari obat yang diberikan. 2. Tablet Sublingual Adalah tablet yang digunakan dengan jalan dimasukkan di bawah lidah , biasanya berisi hormone steroid. (IMO, 210). Penggunaan tablet sublingual sama halnya dengan tablet bukal yaitu agar absorpsi obat terjadi melalui mukosa mulut sehingga diperoleh efek terapi yang cepat. 3. Tablet hisap Adalah bentuk lain dari tablet yang digunakan dalam rongga mulut. Digunakan untuk memberikan efek lokal pada mulut dan tenggorokan. 2.2.3 Tablet yang dilarutkan lebih dulu dalam air lalu diminum 1. Tablet Effervescent Adalah tablet berbuih dibuat dengan cara kompresi granul yang mengandung garam effervescent atau bahan-bahan lain yang mampu melepaskan gas ketika bercampur dengan air. (ANSEL, 249)

2.2.4

Tablet untuk dihantarkan ke rongga tubuh lainnya 1. Tablet vaginal Adalah tablet yang berbentuk seperti amandel, oval, digunakan sebagai anti infeksi, anti fungi, penggunaan hormon secara local. (IMO, 210) 2. Tablet rektal Adalah tablet yang penggunaannya ditujukan untuk dimasukkan melalui dubur, dan dapat memberikan efek lokal maupun sistemik.

2.2.5

Tablet yang ditanam 1. Tablet implantasi Adalah tablet yang berupa pellet, bulat atau oval pipih, steril dimasukkan secara implantasi dalam kulit badan. (IMO, 210)

2.2.6

Tablet untuk menegakkan diagnosis 1. Tablet diagnostic Adalah tablet yang dimaksudkan untuk mendiagnosis penyakit tertentu. Pengujian biasanya dilakukan oleh pasien sendiri atau dalam klinik.

2.3

Kriteria Tablet yang Baik Adapun kriteria utuk memperoleh tablet yang baik adalah sebagai berikut a. b. c. d. e. f. g. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan Bebas dari kerusakan fisik

h. i. j. 2.4 2.4.1

Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.

Keuntungan dan Kerugian Keuntungan Karena penggunaanya yang sangat luas sebagai sediaan obat, tablet terbukti menunjukkan bentuk yang efisien, praktis dan ideal untuk terapi secara oral. Berikut beberapa keuntungannya : a. Rasa obat yang pahit atau tidak enak dapat tertutupi oleh suatu penyalut. Salut ini dibuat untuk melindungi. b. Bentuk sediaan paling ringan dan praktis daripada semua bentuk sediaan oral. c. Harga pada umumnya relatif lebih murah dibandingkan dengan sediaan lainnya. d. Memudahkan pemberian dosis yang tepat. Dosis dapat didistribusiskan secara merata dalam keseluruhan tablet untuk memberi kemudahan dalam pembagian dosis yang tepat bila tablet di potong jadi dua bagian atau lebih untuk pemberian pada anak-anak. e. Kandungan tablet dapat disesuaikan dengan berbagai dosis zat aktif. f. Praktis dan mudah dibawah kemana-mana

2.4.2

Kerugian Tablet selain memeliki keuntungan besar, terdapat juga kerugian sediaan tablet diantaranya : a. Obat yang rasanya pahit dan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen/kelembapan udara b. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.

c. Obat yang sukar dibasahkan, lambat melarut, digunakan tinggi atau cukupan.

dan dosis yang

Diantara keuntungan tablet yang banyak ternyata masih ada kerugian tetapi jauh lebih sedikit dibanding keuntungannya.

2.5 2.5.1

Metode Pembuatan Tablet Metode granulasi basah Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk menggunakan suatu

perekat sebagai pengganti pengompakan. Tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan campuran serbuk, namun demikian bahan pengikat itu dapat dimasukkan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dapat ditambahkan tersendiri. 2.5.2 Metode granulasi kering Granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk menggunakan suatu perekat sebagai pengganti pengompakan. Tehnik ini membutuhkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan campuran serbuk, namun demikian bahan pengikat itu dapat dimasukkan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dapat ditambahkan tersendiri. Granulasi kering dilakukan apabila zat aktif tidak mungkin digranulasi basah karena tidak stabil atau peka terhadap pemanasan atau tidak mungkin dikempa langsung menjadi tablet karena zat aktif tidak dapat mengalir bebas. Granulasi kering dialkukan pada campuran seluruh ingredien dalam suatu formulasi tablet tanpa menggunakan cairan penggranulasi. Granulasi kering dibuat dengan mengempa langsung seluruh campuran ingredien formulasi dengan tekanan tinggimenggunakan suatu mesin pembuat bongkah atau mesin pompaktor. 2.5.3 Metode kempa langsung Pada proses kempa langsung komponen-komponen tablet dikempakan dengan mesin cetak tablet atau mesin khusus. Bila campuran serbuk pertama ditekan kedalam die, yang besar dan dikompakkan dengan punch berpermukaan

datar, masa yang diperoleh disebut slug dan prosesnya disebut sluging. Slug kemudian diayak dan diaduk untuk mendapatkan bentuk granul yang daya mengalirnya lebih seragam dari campuran awal. 2.6 2.6.1 Macam-macam Zat Tambahan pada Tablet Zat Pengisi Adalah suatu zat inert secara farmakologi yang ditambahkan kedalam suatu formulasi sediaan tablet bertujuan untuk penyesuaian bobot, ukuran tablet sesuai yang dipersyaratkan, untuk membantu kemudahan dalam pembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet. Selain untuk penyesuaian bobot, zat pengisi juga dibutuhkan untuk memperbaiki kompresibilitas dan sifat alir bahan aktif yang sulit di kempa serta untuk memperbaiki daya kohesi sehingga dapat dikempa langsung. Jumlah bahan pengisi yang di butuhkan bervariasi, berkisar 5 80% dari bobot tablet tergantung jumlah zat aktif dan bobot tablet yang di inginkan. Dalam hal ini penyesuain bobot dilakukan untuk menambahkan bobot sediaan tablet jika dosis zat aktif tidak cukup untuk memenuhi ruah tablet. Walaupun zat pengisi biasanya dianggap sebagai komponen tablet inert, zat ini secara signifikan dapat mempengaruhi sifat-sifat biofarmasetik, kimia dan fisik tablet jadi.Secara umum zat pengisi diklasifikasikan menjdi (1) garam kalsium mengganggu absorbsi tettrasiklin dari saluran cerna, (2), interaksi a min atau garamnya dengan laktosa dalam lubrikan basa, misalnya magnesium stearat, terjadi perubahan warna. Berbagai zat pengisi merupakan hidrat (dibasik kalsium fosfat atau kalsium sulfat). Pada pemilihan pengisi akan dijumpai zat pengisi yang mengandunng dua jenis lembab, yaitu terikat dan tidak terikat. Cara pengisi mengikat lembab lebih penting dari pada daya tarik zat pada lembab atau jumlah lembab yag ada, misalnya kalsium sulfat hidrat mengandung lembab 12% sebagai lembab terikat. Zat pengisi ada dua jenis yaitu larut dan tidak larut dalam air Tidak larut Kalsium fosfat dihidrat (tetra alba) Larut Laktosa

Kalsium fosfat, dibasik dihidrat Sukrosa Kalsium fosfat, tribasik Dekstrosa Amylum sorbitol Manitol Amylum yang dimodifikasi Sorbitol Mikrokristalin selulosa Tabel 2.6.1 Macam-macam zat pengisi yang larut dan tidak larut 1. Laktosa Kelebihan : berbentuk serbuk kasar, sehingga memiliki sifat aliran yang bagus. Kekurangan : laktosa dalam bentuk murni tidak ada dalam perdangangan. 2. Gula lain (Sukrosa, dekstrosa) Kelebihan : dapat menghasilkan tablet yang lunak(soft). Kekurangan : sifat alir yang dimiliki baik, tetapi sifat kempanya buruk. 3. Amylum Kelebihan : dapat berfungsi sebagai bahan pengisi, pengikat dan penghancur, tergantung pada tipenya. Kekurangan : pada formulasi cetak lansung, sifat aliran buruk, daya 4. sulfat) Kelebihan : dapat digunakan sebagai bahan pengisi dan pengikat dalam tablet kempa lansung dan sebagai pengisi dalam granulasi basah. Kekurangan :kecenderungannya melengket pada punch dan dies, dapat mengganggu dalam disolusi obat. 2.6.2 Zat Pengikat Zat pengikat ditambahkan dalam formulasi tablet untuk memberi daya adhesi pada massa serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi sehingga memberikan ikat menurun. Garam anorganik ( kalsium fosfat, kalsium fosfat tribase, kalsium

ikatan yang penting untuk membentuk granul yang membentuk suatu massa yang kohesif atau kompak yang disebut tablet. Banyaknya larutan pengikat yang dibutuhkan dalam proses granulasi bervariasi tergantung pada: jumlah bahan, ukuran partikel, kompresibilitas, luas permukaan, porositas, hidrofobisitas, kelarutan dalam larutan pengikat, dan cara/metode penggranulan. Ada dua golongan bahan pengikat yaitu bahan gula atau zat polimerik. Bahan polomerik terdiri atas dua kelas, yaitu : a. polimer alam seperti pati atau gom mencakup akasia, tragacanth dan gelatin, b. polimer sintetis seperti metilselulosa, etilselulosa, hidroksipropilselulosa dan polivinilpirolidon. Kriteria utama dalam pemilihan suatu pengikat adalah kompatibilitasannya dengan komponen tablet lainnya. Kedua, pengikat harus memberi kohesi yang cukup pada serbuk untuk memungkinkan melakukan proses normal, tetapi tablet masih mungkin terdisintegrasi dan sediaan terlarut setelah dicerna dan melepaskan zat aktif untuk absorbsi. Jenis pengikat yang digunakan : Zat pengikat Avicel PH MCC Povidon (USC) Kopolovidon Gelatin NF Gom alam (gom arab, tragakant, gom guar, pektin) Amylum Amylum pregelatinasi Sukrosa Na-aglinat Konsentrasi 2%- 5% 2%-5% 1%-5% 1%-3% 1%-5%

2%-5% 10%-20% 50%-70% (pengikat basah) 0,5%-3% Tabel 2.6.2 Jenis-jenis pengikat

2.6.3

Disintegran (penghancur)

Keefektifan suatu tablet tergantung pada absorpsi obatnya. Absorpsi obat tergantung pada kelarutan obat dalam cairan gastrointestinal dan permeabilitas obat melintasi membran. Kecepatan kelarutan suatu obat dalam tablet tergantung pada sifat fisika-kimia obat, dan juga kecepatan disintegrasi dan disolusi dari tablet. Untuk mempercepat disintegrasi tablet, maka ditambahkan disintegran/bahan penghancur. Bahan penghancur akan membantu hancurnya tablet menjadi granul, selanjutnya menjadi partikel partikel penyusun sehingga akan meningkatkan kecepatan disolusi tablet. Untuk tablet yang ditelan secara keseluruhan dan kemudian terdisintegrasi sewaktu tablet masuk lambung atau bahkan tablet yang didispersikan dalam air sebelum diberikan, gaya kohesif yang dimasukkan dalam massa oleh pengempaan dan pengikat harus ditangani. Ada dua metode yang digunakan untuk memasukkan zat disintegran dalam tablet metode ini disebut penambahan eksternal dan penambahan internal. Dalam metode penambahan eksternal, disintegran ditambah sebagai fase luar pada granul yang telah dihaluskan dengan pengadukan tepat pada saat dikempa. Dalam metode penambahan internal, disintegran dicampur dengan serbuk lain sebelum campuran serbuk dibasahi dengan larutan penggranulasi. Jadi disintegran dimasukkan kedalam granul. Penambahan internal adalah penambahan pada fase dalam sedangkan penambahan eksternal adalah penambahan fase luar. Mekanisme kerja zat disintegran sebagai zat penghancur tablet pada umumnya terdiri atas tiga teori klasifikasi, antara lain : a. Disintegran membentuk lorong-lorong kecil diseluruh matriks yang memungkinkan air tertarik kedalam struktur dengan kerja kapiler sehingga menyebabkan tablet menjadi pecah b. Konsep yang populer berkaitan dengan pengembangan butir-butir pati pada pemaparan dengan air, sebuah fenomena yang secara fisik memutuskan ikatan partikel-partikel dalam matriks tablet. c. Reaksi kimia pelepasan gas yang menghancurkan struktur tablet. Dalam hal ini, disintegran berfungsi menarik air kedalam tablet, kemudian mengembang dan menyebabkan tablet pecah secara terpisahpisah. Keefektifan banyak disintegran dipengaruhi oleh posisinya dalam

tabet. Zat yang paling sering digunakan dalam disintegrator dan mempunyai mekanisme pengembangan untuk membantu tablet menjadi hancur. Jenis penghancur yang digunakan: Zat Konsentrasi Crospovidon NF 2%-5% Amilum 5%-20% Starce 1500 5%-15% Croscarmelose Na 2%-4% Asam alginat 5%-10% CMC 5%-10% Tabel 2.6.3 Jenis-jenis penghancur 1. Crospovidon NF Kelebihan : bersifat hidrofilik Kekurangan : BM yang tinggi dan sambung silang membuat bahan tidak larut. 2. Starce 1500 Kelebihan : sifat hidrofilik tinggi Kekurangan : tidak dapat melarut sempurna dalam air. 3. Croscarmelose Na Kelebihan : dapat mengabsorbsi air dengan jumlah beberapa kali bobotnya. Kekurangan : adanya sambung silang, mengurangi kelarutan dalam air. 4. CMC

Kelebihan : mempermudah tablet pecah menjadi partikel halus dalam saluran cerna.

2.6.4

Lubrikan (pelincir) Adalah suatu eksipien tablet yang digunakan dalam formulasi sediaan

tablet untuk mempermudah pengeluaran sediaan tablet dari dalam lubang kempa, dan untuk mencegah pelekatan pada pons dan dinding lubang kempa. Lubrikan berfungsi dengan menunjukkan suatu film dengan kekuatan geser rendah pada

antar permukaan antara tablet dinding lubang kempa dan permukaan pons. Fungsi utama lubrikan adalah untuk mengurangi gesekan yang timbul pada antar permukaan tablet dan dinding lubang kempa selama pengempaan dan pengeluaran tablet dari lubang kempa. Mekanisme lubrikan adalah membantu suatu film pada antar permukaan tablet dan dinding lubang kempa dan permukaan pons. Jika lubrikan ditambahkan pada suatu granulasi, zat ini membentuk salut disekeliling tiap partikel yang kurang lebih tetap utuh selama pengempaan. Salut ini juga dapat meluas pada permukaan tablet. Karena lubrikan yang terbaik bersifat hidrofobik, keberadaan salut lubrikan dapat menyebabkan peningkatan waktu disintegrasi dan berkurangnya laju disolusi. Karena kekuatan tablet bergantung pada daerah kontak antar partikel, adanya lubrikan juga dapat mempengaruhi ikatan partikel ke partikel dan menyebabkan kurang kohesiv dan secara mekanik memperlemah tablet. Beberapa lubrikan yang sering diunakan : Lubrikan larut air Lubrikan tidak larut air Polietilenglikol 4000 Magnesium stearat Polietilenglikol 6000 Zink stearat Polietilenglikol 8000 Kalsium stearat Natrium laurel ssulfat Asam stearat Magnesium laurel stearat Talk Natrium benzoate Minyak tumbuh-tumbuhan yang dihidrogenasi Polietilen monostearat Minyak mineral ringan Gliserin triasetat Gliserin behanat Sukrosa monolaurat Malam Tabel 2.6.4 Jenis-jenis lubrikan

2.6.5

Glidan Glidan adalah zat yang memperbaiki karakteristik aliran granulasi dengan

mengurangi gesekan antar partikulat. Zat ini meningkatkan aliran zat dari lubang corong yang lebih besar ke lubang yang lebih kecil dan akhirnya kedalam lubang kempa mesin tablet. Glidan berfungsi menempatkan partikel-partikelnya diantara partikel-partikel komponen lainnya. Glidan cenderung mengurangi adesif sehingga menurunkan gesekan antar partikulat dari sisem secara menyeluruh.

Glidan yang umum digunakan dan rentang kosentrasi lazim Glidan Persen penggunaan Talk 1-5 Amylum 1-10 Seng stearat 0,2-1 Kalsium stearat 0,5-2 Magnesium stearat 0,2-2 Magnesium oksida berat 1-3 Tabel 2.6.5 Jneis-jenis gildan a. Mekanisme kerja glidan yaitu pengurangan gesekan antar partikel dan kekerasan permukaan dengan lekatnya glidan pada pengikat granulasi b. Keefektifan glidan c. Glidan yang efektif jika keragaman bobot menunjukkan simpangan baku relative kurang dari atau sama dengan 6 % 2.6.6 Anthiaderen Beberapa zat memiliki adesiv yang kuat terhadap logam pons dan lubang kempa, walaupun tidak berefek terhadap penggesekan. Hal ini mengakibatkan zat lebih condong melekat pada permukaan dan menimbulkan permukaan kasar pada tablet. Pengaruh ini disebut terkupil, yang dapat timbul dalam formulasi yang mengandung lembab secara berlebihan. Zat Rentang penggunaan lazim (%) Talk 1-5 Amilum maydis 3-10 Cab o sil 0,1-0,5 Syloid 0,1-0,5 DL leusin 3-10 Natrium laurel sulfat <1 Logam stearat <1 Tabel 2.6.6 Jenis-jenis Antiaderen

2.6.7

Zat Pengaroma

Biasanya digunakan untuk memperbaiki rasa tablet kunyah. Pengaroma dimasukkan dalam bentuk semprot-semprot kering dan sebagai minyak, biasanya pada tahap lubrilkasi karena kepekaan zat-zat ini terhadap lembab dan cenderungannya menguap jika dipanaskan. Pengaroma berair atau larut air kurang dapat diterima karena stabilitasnya berkurang seirig bertambahnya waktu. Pemanis ditambahkan pada tablet kunyah jika tablet pembawa yang biasa digunakan seperti manitol, sukrosa, dan dekstrosa tidak cukup menutupi rasa komponen.

2.6.8

Zat Pewarna Bahan pewarna tidak mempunyai aktifitas terapetik, dan tidak dapat

meningkatkan bioavailabilitas atau stabilitas produk, tetapi pewarna ditambahkan kedalam sediaan tablet untuk fungsi menutupi warna obat yg kurang baik, identifikasi produk, dan untuk membuat suatu produk lebih menarik Pewarna dimasukkan dalam tablet pada umumnya untuk satu atau lebih dari tiga tujuan, pertama, pewarna dapat digunakan untuk memberi identitas pada produk yang kelihatannya sama dalam suatu jalur produk dalam satu industry farmasi atau dalam hal tersebut yang penampilannya sama dengan produksi farmasi yang berbeda. Hal ini tertama penting ketika mengidentifikasi produk (karena over dosis atau keracunan dan penyalahgunaan obat) merupakan suatu masalah. Kedua warna dapat membantu meminimalkan kemungkinan kesimpangsiuran selama pembuatan. Ketiga, kemungkinan kurang penting adalah penambahan pewarna pada tablet untuk nilai estetik atau nilai pemasarannya. Jadi sesuai hal tersebut peranan utama pewarna adalah memudahkan identifikasi dan meningkatkan penampilan estetika produk. Jenis zat pewarna Zat pewarna terdiri atas tiga bentuk, yaitu : a. b. Pewarna yang larut air, memberikan warna yang jernih Pigmen yang tidak larut yang harus didispersikan dalam produk.

c.

Pewarna dalam bentuk kusus atau laks.

Stabilitas pewarna Kepekaan pewarna terhadap cahaya akan dipengaruhi zat aktif,

eksipien, dan metode pembuatan dan metode penyimpanan dalam produk. Bahan kimia pengabsorbsi ultra violet ditambahkan dalam tablet untuk meminimalkan kepekaannya terhadap cahaya. 2.7 Uji Granulasi Sebelum dicetak menjadi tablet, massa granul perlu diperiksa apakah memenuhi syarat untuk dapat dicetak. Preformulasi ini menggambarkan sifat massa sewaktu pencetakan tablet, meliputi waktu alir, sudut diam dan indeks tablet. 2.7.1 Waktu Alir Pengujian waktu alir dilakukan dengan mengalirkan massa granul melalui corong. Waktu yang diperlukan tidak lebih dari 10 detik, jika tidak maka akan dijumpai kesulitan dalam hal keseragaman bobot tablet. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan bahan pelicin (Cartensen, 1977).

2.7.2

Sudut Diam Pengukuran sudut diam digunakan metode corong tegak, granul dibiarkan

mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan membentuk kerucut, kemudian sudut kemiringannya diukur. Semakin datar kerucut yang dihasilkan, semakin kecil sudut diam, semakin baik aliran granul tersebut (Voigt, 1995). Granul yang mempunyai sifat yang baik mempunyai sudut diam lebih kecil dari 35o (Cartensen, 1977).

2.7.3

Indeks Tablet

Indeks tap adalah uji yang mengamati penurunan volume sejumlah serbuk atau granul akibat adanya gaya hentakan. Indeks tap dilakukan dengan alat volumenometer yang terdiri dari gelas ukur yang dapat bergerak secara teratur ke atas dan ke bawah. Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang dari 20% (Cartensen, 1977). 2.8 2.8.1 Uji praformulasi Uji organoleptik Uji praformulasi harus dimulai dari pemerian zat aktif. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus di uji pada zat aktif, antara lain: a. Warna Warna pada umumnya merupakan fungsi dari struktur kimia inheren yang lazimnya terkait dengan tingkat ketidakjenuhan molekul. Warna sediaan tablet bets harus dicatat dengan menggunakan metode terminology deskriptif agar bias dimanfaatkan pada saat produksi selanJutnya. b. Bau Bahan aktif obat perlu di uji dengan cara membaui dengan berhati hati udara yang terdapat pada bagian atas bahan aktif dari kontener obat sebelumnya tertutup sehingga memungkinkan senyawa yang bersifat atsiri memekat. Selanjutnya deskripsi bau harus dicatat agar menjadi data untuk produksi. c. Rasa Pada umumnya zat aktif memiliki rasa yang berkarakter. Ketika mencoba rasa zat aktif, hendaknya harus berhati hati. Jika rasa dianggap enak, hendaknya dipertimbangkan untuk menggunakan bahan kimia yang kurang larut.

d.

Bentuk

Bentuk dari zat aktif harus benar benar dicatat agar data tersebut bisadigunakan dalam produksi tablet selanjutnya. 2.8.2 Uji titik lebur Titik lebur suatu zat adalah suhu dimana suatu zat dapat berubah bentuk dari keadaan padat menjadi bentuk cair Untuk zat murni harga titik leburnya selalu tetap dan satu. Karena ketidakmurnian maka harganya tidak merupakan satu angka melainkan dua angka sebagai jarak suhu yang dikenal dengan istilah jarak lebur. Suatu zat bisa melebur / mempunyai titik lebur karena adanya panas yang merupakan salah satu bentuk energi sehingga bisa mengakibatkan ikatan antar molekul dalam suatu zat memisah / merenggang, kemudian zat tersebut mengalami perubahan wujud. Suatu zat dikatakan murni apabila titik lebur yang diperoleh dari percobaan sama dengan yang ada dalam literatur. Tetapi bila suatu zat itu tidak murni ( terdapat campuran / campuran eutentik ) maka ikatan antar molekulnya semakin kecil dan ikatannya mudah lepas sehingga titik leburnya akan lebih kecil dari pada zat murni. 2.9 2.9.1 Evaluasi Sediaan Tablet Uji waktu hancur Uji waktu hancur dilakukan pada 6 tablet dan menggunakan disintegratin tester (disentegrator). Uji waktu hancur sesuai dengan persyaratan FI adalah kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus tidak lebih dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk tablet salut gula/salut selaput. Apabila, tablet/2 tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 yang diuji harus hancur sempurna (Indonesia, 1995, 1087)

2.9.2

Uji keseragaman bobot

Uji keseragaman bobot dilakukan dengan menimbang 20 tablet satu persatu dan dihitung bobot rata-ratanya. Hasilnya, tidak lebih dari dua tablet yang mempunyai penyiampangan lebih besar dari kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari kolom B. (Indonesia, 1979:6)

2.9.3

Uji keseragaman ukuran Ketebalan berhubungan dengan kekerasan tablet. Selama percetakan,

perubahan ketebalan merupakn indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada pengisian granul ke dalam die. Alat yang digunakan pada uji keseragaman ukuran adalah jangka sorong.

2.9.4

Uji ukuran kerapuhan Uji kerapuhan merupakan uji ketahanan permukaan tablet terhadap

gesekan yang dialami oleh tablet sewaktu pengemasan, pengiriman, dan penyimpanan. Prinsip pengukurannya adalah penetapan presentase bobot tablet yang hilang dari 20 atau 40 tablet selama diputar dalam waktu tertentu. Alat yang digunakan pada uji kerapuhan adalah friablator test (Lachman, 1994:654)

2.9.5

Uji kekerasan Kekerasan menggambarkan kekuatan tablet untuk menahan tekanan pada

saat proses produksi, pengemasan, dan pengangkutan. Prinsip pengukurannya adalah memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak atau pecah, kekuatan minimum untuk tablet adalah sebesar 4 kg/cm3. Alat yang digunakan pada uji kekerasan adalah hardness tester. (Ansel, 1989:255)

2.10

Sejarah Antalgin

2.10.1 Sifat fisika dan kimia

Nama Sinonim Rumus molekul BM Kadar bahan aktif

: Antalgin : Methampiron : C13H16N3NaO4S . H2O : 351,37 : mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 101,0%

Titik Lebur

: 1720C.

2.10.2 Mekanisme Kerja Pada fase ini, antalgin mengalami proses absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi yang berjalan secara simultan langsung atau tidak langsung melintasi sel membrane. (Anif, 1991)

2.10.3 Farmakologis Antalgin termasuk derivase metasulfonat dari amidopirin yang mudah larut dalam air dan cepat diserap kedaalm tubuh. bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangakan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatic. Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh (Lukmanto, 1986) Kontraindikasi : Alergi dipiron, granulasi topenia, porfiria intermiten, defisiensi GGPD payah jantung, wanita hamil 3 bulan pertama dan 6 minggu terkir, bayi. Efek samping : Infeksi lambung hiperdrosis, retensi cairan dan garam, reaksi alergi sukup sering reaksi kulit edema angioneuretik, agranulositosis, panistopenia, dan netrosis. Interaksi obat

Efek ototoksik meningkat bila diberikan bersama aminoglikosida. Tidak boleh diberikan bersama etakrinat Toksisitas salisilat meningkat bila diberikan secara bersamaan Mengantagonis tubokurarin dan meningkatkan efek suksinolkolin dan obat antihipertensi

2.11

Rancangan Formulasi Zat aktif Pengikat Pengisi Lubrikan Glidan Penghancur luar Pewarna Pengaroma : Antalgin (100mg) : Avicel pH 102 (5-20%) : Laktosa (2-20%) : Magnesium Stearat (0,2-2%) : Talkum (1-10%) : Amylum manihot (5-25%) : Ungu : Grape

Alasan Pemilihan Bahan a. Avicel pH 102 sebagai pengikat Karakter Avicel Pemerian : jernih, kadang berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa, kadang terlihat seperti bubuk kristal. Titik lebur : 260 - 270 0 C

Kelarutan : sedikit larut dalam 5% b/v larutan sodium hidroksida, praktis tidak larut dalam air, asam encer dan sebagian pelarut organik. Pada proses granulasi, dengan adanya bahan pengikat dalam bentuk cair maka bahan pengikat akan membasahi permukaan partikel, selanjutnya terbentuk jembatan cair (liquid bridges) antar partikel. Selanjutnya partikel yang berikatan akan semakin banyak sehingga terjadi pertumbuhan/pembesaran granul. Setelah proses pengayakan dilakukan proses pengeringan yang mengakibatkan terbentuknya jembatan padat antara partikel yang saling mengikat membentuk granul. Pemilihan Avicel pH 102 sebagai pengikat dikarenakan Avicel pH 102 merupakan pengikat yang kuat pada konsentrsi 5 20%. Pengikat yang baik akan mengasilkan daya tarik-menarik antara partikel dengan baik. Selain itu alasan pemilihan amylum sebagai pengikat adalah karena Avicel pH 102 mudah didapatkan. Avicel sebagai Binders atau bahan pengikat berfungsi memberi daya adhesi pada massa serbuk pada granulasi dan kempa langsung serta untuk menambah daya kohesi yang telah ada pada bahan pengisi.

b. Amylum

manihot

kering

sebagai

penghancur

dalam

dan

penghancur luar Rumus Molekul : (C6H10O5)n Sinonim : Potato Starch Pemerian bahan : amilum tidak berbau dan tidak berasa, halus, putih, putih kecoklatan. Amilum terdiri dari bola yang sangat kecil atau butiran butiran , yang ukuran dan bentuk tergantung karakteristik tanamannya.

Kelarutan : Praktis tidak larut pada etanol 96 % dingin dan pada air dingin. Pati langsung mengembang dalam air panas pada temperatur diatas suhu gelatinisasi. Pati serbagian larut dalam dimetilsulfoksida dan dimetilformamida. Ukuran partikel : 2 32 m pH : 4.0 8.0 Suhu pengembangan: 64oC Inkompabitilitas : senyawa pengoksidasi kuat Penyimpanan : wadah kedap udara di tempat kering yang sejuk Pemilihan amylum manihot kering sebagai penghancur dalam karena amylum merupakan penghancur luar yang umum digunakan. Biasa digunakan dengan dengan konsentrasi 5-25 %. Penggunaan amylum sebagai penghancur harus dikombinasikan dengan bahan lain apabila akan digunakan dalam konsentrasi yang tinggi karena dapat menyebabkan hasil kompresi tidak baik dan tablet yang dihasilkan memiki friabilitas dan capping yang tinggi. Alasan pemilihan amilum karena amilum manihot terdiri dari ikatan rantai karbon, sehingga saat rantai karbon tersebut terputus karena air panas maka pati akan menyerap air sehingga pati tersebut akan mengembang. Selain itu, karena ukuran partikel amilum yang sangat kecil sehingga akan lebih rentan hancur bila terkena air.

c. Laktosa sebagai pengisi Pemilihan laktosa sebagai pengisi agar tablet yang dihasikan berasa manis karena bahan aktif (Furosemid) yang hampir tidak berasa dengan demikian akan lebih mudah untuk diterima oleh pasien. Konsentrasi laktosa sebagai pengisi adalah 220 %. Selain itu, dapat mengalami deformasi yang plastis didalam pencetakan sehingga penggunaannya sebagai bahan pengisi tablet

sangat menguntungkan, dan juga laktosa memiliki sifat alir yang baik.

d. Magnesium Stearat sebagai lubrikan Rumus Molekul : C36H70MgO4 Sinonim : Dibasic magnesium stearat Pemerian bahan : serbuk sangat halur, berwarna putih terang, sedikit berminyak jika disentuh, lengket di kulit Kelarutan : praktis tidak larut dalam etanol, eter dan air, sedikit larut dalam benzen hangat dan etanol (95%) hangat Titik leleh/ lebur : 117-150C Inkompabitilitas : asam kuat, alkalis gdan garam Fe Penyimpanan : wadah tertutup baik, tempat kering Magnesium Stearat digunakan sebagai lubrikan karena zat ini stabil dan tahan pada tempat kering dan dingin. Pemilihan Mg starat sebagai lubrikan harus dikombinasikan dengan bahan lain karena Mg Stearat bersifat baik sebagai lubrikan dan antiadheren tapi kurang baik sebagai glidant. Mg stearat sebagai lubrikan konsentrasinya 0,5-5 % tapi apabila dikombinasikan maka kombinasinya tidak boleh lebih dari 5 % karena sifatnya yang hidrofob. Lubrikan hidrofobik seperti magnesium stearat akan membentuk film hidrofobik yang tipis di sekeliling eksipien tablet sehingga mencegah penetrasi air melewati pori tablet dan menunda disintegrasi tablet, dan biasanya hal ini dapat berpengaruh pada kecepatan disolusi zat aktifnya. Karena itu pemakaian lubrikan harus dalam jumlah yang tepat dan waktu pencampurannya dengan seluruh eksipien (serta zat aktif) harus dalam waktu yang tepat pula

agar tidak berpengaruh secara signifikan terhadap waktu hancur dan disolusi zat aktifnya.

e. Talkum sebagai glidant Rumus Molekul : Mg3Si4O10(OH)2 Sinonim : altalc Pemerian bahan : serbuk kristal sangat halus, berwarna putih hingga putih keabu-abuan, tidak berbau dan tidak berasa Kelarutan : praktis tidak larut dalam asam encer Ukuran partikel : 74 m atau 44 m pH : 7-10 untuk untuk 20 % w/v dispersi aqueos Inkompabitilitas : Senyawa yang mengandung amonium kuarterner Pemilihan talkum sebagai glidan adalah karena talkum merupakan glidan yang baik. Konsentrasi talkum sebagai glidan adalah 1-4 %. Talkum merupakan glidan yang baik tapi kurang baik sebagai anti adheren. Talkum digunakan karna talkum tidak OTT (Obat Tidak Tercampur) dengan komponen lain, akan menutupi partikel yang tidak berraturan, tablet mudah di cetak dan tidak lengket. Komponen pemilihan talkukm sebagai glidan karena talkum adalah glidan yang baik dan dapat dikombinasikan dengan Mg stearat untuk memeperbaiki sifat aliran dari granul. sifat fisika kimia talkum sangat halus, tidak berbau, mudah digunakan, berbentuk bubuk sehingga talkum mudah melekat, dapat melapisi granul, lembut jika disentuh dan bebas dari bongkahan kecil. Talek ginakan sebagai pelicir dalam tablet dengan konsentrasi 5% (Lachman, 1994 : 703)

BAB III METODOLOGI KERJA

3.1 Alat dan Bahan : Alat Bahan Antalgin(Metampiron) Amylum manihot Sukrosa Avicel 102 Timbangan kasar dan halus Anak timbangan (g & mg) Mortir dan stamper Gelas ukur Beaker glass Mesh 12 dan 14 Corong Jangka sorong Hardness tester Friabilator Disintegrator Batang pengaduk Alat pencetak tablet

Mg Stearat Aquadest Talk

3.2 Perhitungan Bahan Nama Bahan Antalgin Avicel 102 MgS Talkum Konsentrasi : 25% : 20% : 0,5% : 5% Jumlah per tablet Total

(250 tab) 100 mg 25 g (20% x 150) + 10% = 33 mg 8,25 g (0,5% x 150) + 10% = 1,225 0,30 g mg (5% x 150) + 10% = 8,25 2,125 g mg (5% x 150) + 10% = 8,25 2,125 g 24,82 g Qs Qs 62,62 g

Amylum manihot : 5%

mg Sukrosa : Ad 250 mg 250 150,7 = 99,3 mg Pewarna ungu : Qs Qs Pengaroma grape : Qs Qs Total

3.3

Prosedur uji praformulasi bahan aktif a. Titik lebur 1. Disiapkan alat dan bahan yang sudah di cuci 2. Dimasukkan termometer dalam melting point aparatus 3. Dipanaskan salah satu ujung pipa kapiler hingga ujungnya itu tertutup.

4. Diisi pipa kapiler dengan zat uji hingga tinggi zat ujinya mencapai 2,53,5 mm semampat mungkin dengan cara mengetukkan secukupnya pada permukaan padat. 5. Dipanaskan melting point aparatus. 6. Dimasukkan pipa kapiler yang sudah berisi zat uji dalam lubang tengah yang ada pada melting point aparatus. 7. Diamati hasilnya. Dilihat pada suhu berapa zat pertama kali melebur dan pada suhu berapa zat melebur seluruhnya.

3.4

Prosedur pembuatan granul 1. Bahan aktif (antalgin) dan bahan tambahan (amylum manihot, sukrosa, talk, mg stearat, avicel ) ditimbang sesuai dengan perhitungan bahan 2. Membuat pasta untuk amylum manihot dengan cara: amylum manihot ditambah aquadest ( 10ml), kemudian dipanaskan dan diaduk-aduk sampai membentuk massa yang bening 3. Antalgin,avicel 102 dan sukrosa dimasukkan dalam mortar, kemudian digerus ad halus dan homogeny 4. Pasta dari amylum manihot ditambahkan ke dalam bahan no.3 kemudian gerus sampai terbentuk massa yang lembab dan homogeny 5. Massa yang lembab diayak dengan ayakan 12 mesh dan dikeringkan di oven dengan suhu 500-600 C selama 30 menit 6. Setelah granul kering, kemudian di ayak dengan ayakan 14 mesh 7. Ditambahkan pewarna dan pengaroma pada no 6 8. Tambahkan Talk, Mg stearat dan campur sampai homogen

3.5

Prosedur pengujian granul a. Uji waktu alir 1. Massa granul dialirkan melalui corong 2. Dilihat dan dicatat berapa waktu yang dibutuhkan granul untuk mengalir 3. Granul yang baik akan mengalir dalam waktu kurang dari 10detik

b. Uji sudut diam 1. Granul dibiarkan mengalir bebas dari corong ke atas dasar. Serbuk akan membentuk kerucut 2. Diukur sudut kemiringannya 3. Granul yang mempunyai sifat yang baik mempunyai sudut diam lebih kecil dari 35o

c. Uji Indeks tablet 1. Serbuk atau granul dimasukkan ke alat volumenometer. 2. Diamati dan dicatat penurunan volume sejumlah serbuk atau granul. 3. Serbuk atau granul yang baik mempunyai indeks tap kurang dari 20%

3.6

Prosedur pembuatan tablet 1. Dimasukkan granul yang lolos dari uji granul ke cetakan. 2. Cetak granul agar menjadi tablet.

3.7

Prosedur pengujian tablet

3.7.1

Uji waktu hancur 1. Dimasukkan 6 tablet ke dalam mesin disintegratin tester (disentegrator). 2. Uji waktu hancur untuk tablet tidak bersalut tidak lebih dari 15 menit dan untuk tablet salut gula/salut selaput tidak lebih dari 60 menit. 3. Apabila, tablet tidak hancur sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya, tidak kurang 16 dari 18 yang diuji harus hancur sempurna.

3.7.2

Uji keseragaman bobot 1. Ditimbang 20 tablet satu persatu. 2. Dihitung bobot rata-ratanya. 3. Dihitung persen penyimpangannya. 4. Hasilnya, tidak lebih dari dua tablet yang mempunyai penyiampangan lebih besar dari kolom A dan tidak boleh ada satu tablet pun yang mempunyai penyimpangan bobot lebih besar dari kolom B.

3.7.3

Uji keseragaman ukuran 1. Diambil 20 tablet. 2. Ukur tiap tablet dengan jangka sorong. 3. Catat ketebalan tiap tabletnya. 4. Hitung penyimpangan tablet.

3.7.4

Uji ukuran kerapuhan 1. 20 tablet dibersihkan dnegan sikat halus dan ditimbang. 2. tablet dimasukkan dalam friabilator dan diputar sebanyak 100 putaran. 3. Tablet dibersihkan dan ditimbang lagi. 4. Dihitung friabilitas tablet

3.7.5

Uji kekerasan

1. 20 tablet dinilai kekerasannya engan alat hardness tester. 2. Diukur luas permukaan tablet dengan menggunakan beban (kg). 3. Dihitung kekerasan rata-rata dena standar deviasinya.

Вам также может понравиться