Вы находитесь на странице: 1из 15

PRESENTASI ETIKA KEDOKTERAN

Dokter dan Rahasia Jabatan

Narasumber : dr. Didit Ferigno

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA JANUARI 2011 2011

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sejak permulaan sejarah manusia, kita telah mengetahui adanya hubungan kepercayaan di antara sesama manusia. Dunia medik, khususnya bidang kedokteran, juga mengenal adanya hubungan kepercayaan yang berwujud transaksi terapi antara dokter dan pasien, yang berjalan dalam suasana yang senantiasa diliputi oleh penuh harapan dan kekhawatiran. Pasien sebagai pihak yang memerlukan pertolongan percaya bahwa dokter dapat menyembuhkan penyakitnya. Sementara itu, dokter juga percaya bahwa pasien telah memberikan keterangan yang benar mengenai penyakitnya dan ia akan mematuhi segala petunjuk dokter. Oleh karena itu hubungan dokter dengan pasien saat ini bukan hanya sekedar hubungan antara seseorang yang menyembuhkan dan yang ingin disembuhkan, namun lebih dari itu dokter adalah sebuah profesi yang dalam kesehariannya memegang teguh prinsip-prinsip kepercayaan. Taraf kesehatan yang ideal dalam masyarakat dapat terwujud apabila masyarakat yang sedang sakit dapat segera ke dokter dan dengan ikhlas mengemukakan segala keluhan yang dialaminya sehingga dokter dapat memberi terapi yang tepat dan layak. Oleh karena itu, informasi dari diri pasien mempunyai peranan yang signifikan dalam membuat diagnosis ataupun terapi. Untuk mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya dari diri pasien maka dokter harus mempunyai hubungan kepercayaan yang baik dengan pasien. Seorang dokter harus terampil melakukan komunikasi dua arah yang baik sehingga hubungan kepercayaan dapat terbina. Dengan itu, pasien tidak merasa takut apabila dokter akan menceritakan penyakit yang dideritanya kepada orang lain. Jika kepercayaan tu tidak ada, tidak mustahil banyak orang sakit yang enggan pergi ke dokter karena perasaan khawatir, antara lain kalau penyakit yang dideritanya kelak diketahui oleh orang lain.

Dokter wajib merahasiakan apa yang diketahui dari pasiennya. Karena itu merupakan hak pasien atas sifat kerahasiaan data-data mediknya. Kewajiban untuk menyimpan rahasia pasien telah berlangsung lama, dimulai sejak lahirnya profesi kedokteran. Sekarang ini kewajiban dan hak untuk menyimpan rahasia kedokteran telah diatur dalam perundangundangan sehingga bagi yang melanggarnya akan terkena sanksi. 1.2. Perumusan Masalah Masalah-masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah: 1. Bagaimana sejarah simpan rahasia jabatan dokter? 2. Apa definisi rahasia kedokteran? 3. Apa saja peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan simpan rahasia jabatan dokter? 4. Apa saja aspek hukum rahasia kedokteran? 5. Dalam keadaan apa saja dapat dilakukan pengungkapan rahasia kedokteran dan apa peraturan yang mengaturnya?

1.3.

Tujuan

Tujuan penulis adalah untuk memberitahukan hal-hal tentang rahasia kedokteran, peraturan-peraturan yang mengaturnya, aspek hukum dari rahasia kedokteran dan pengungkapan rahasia kedokteran.

BAB II
3

PEMBAHASAN
2.1. Sejarah Simpan Rahasia Jabatan Sudah sejak jaman kuno, norma-norma kesusilaan yang menjadi pegangan para dokter ialah sumpah yang diciptakan oleh Bapak Ilmu Kedokteran Hippocrates (469-377 S.M). Sumpah Hippocrates yang umurnya telah berabad-abad itu, maknanya tersimpul dalam segala sesuatu yang kulihat dan kudengar dalam melakukan praktekku, akan kusimpan sebagai rahasia. Di dalam Sumpah Hippocrates salah satu pasal tentang rahasia jabatan Dokter bunyinya sebagai berikut: Saya tidak akan menyebarkan segala sesuatu yang mungkin saya dengar atau yang mungkin saya lihat dalam kehidupan pasien-pasien saya, baik waktu menjalankan tugas jabatan saya maupun di luar waktu menjalankan tugas jabatan itu. Semua itu akan saya pelihara sebagai rahasia. Norma-norma kesusilaan yang bersumber pada Sumpah Hippocrates tersebut dianggap tidak cukup karena banyak yang tergantung pada sifat dan kelakuan seseorang yang berbeda-beda dan tidak selalu baik. Oleh karena itu, di berbagai negeri ditegakkan normanorma hukum. Norma-norma hukum itu pada umumnya disusun untuk memperkokoh kedudukan rahasia jabatan sehingga dapat menjamin kepentingan masyarakat. Norma-norma susila dan hukum tadi dicantumkan dalam berbagai peraturan dan undangundang yang merupakan pedoman seorang dokter dalam melaksanakan tugas dan profesinya, di antaranya sumpah atau janji dokter dan Kode Etik Kedokteran Indonesia. 2.2. Definisi Rahasia Kedokteran Trilogi rahasia medis: 1. Persetujuan medis (informed consent) 2. Rekam medis 3. Rahasia medis Rahasia medis adalah semua informasi objektif yang diberikan oleh pasien baik lisan maupun tertulis yang didokumentasikan dalam suatu rekam medis yang kemudian digunakan dokter untuk menetapkan diagnosis dan terapi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa isi dari rahasia medis ini adalah milik pasien, sedangkan berkas dari rekam medis adalah
4

milik rumah sakit. Sehingga pasien mempunyai hak akses untuk dapat mengetahui isi dari rekam medis. Berkas dari rekam medis disimpan rapi oleh rumah sakit. Rekam medis tidak boleh dibawa keluar dari rumah sakit oleh dokter bahkan oleh pasiennya sendiri. Rahasia medis ini hanya diketahui oleh dokter dan pasien. Rahasia ini harus dipegang teguh oleh dokter, kecuali pasien sudah memberikan persetujuan medis kepada dokter untuk memberitahukan rahasia medisnya kepada orang lain. Jadi, dokter tidak berhak untuk menyimpan atau mengungkap isi dari rekam medis. Peraturan mengenai menyimpan atau pun mengungkap rekam medis diatur dalam Permenkes No.749a: Pasal 11 Rekam medis merupakan berkas yang wajib dijaga kerahasiaannya. Pasal 12 Pemaparan isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter yang merawat dengan ijin tertulis pasien. Pasal 13 Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang seorang penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.

Pasien mempunyai 2 hak terhadap rahasia medis: hak akses dan hak privacy. Hak akses adalah hak pasien atas wewenangnya untuk melihat atau mengkopi data-data rekam medisnya sendiri. Pasien yang melihat isi dari rekam medis harus didampingi oleh dokter sehinggatidak terjadi kesalahpahaman dalam membaca isi rekam medis. Hak privacy adalah hak pasien untuk tidak boleh diganggu dan dicampuri urusan pribadinya oleh orang lain tanpa persetujuannya. Dokter harus menghargai hak pasien tersebut. Walaupun di beberapa keadaan tertentu dapat terlanggar. Dokter berhak tidak memberitahukan seluruh isi dari rekam medis kepada pasien dengan alasan akan membuat pasien semakain tertekan keadaan mentalnya seperti pada pasien penyakit jiwa. Tetapi jika ia sudah sembuh/memaksa untuk
5

melihatnya dapat kita memperlihatkan rekam medis dengan resiko yang ditanggung sendiri. Begitu juga dengan hak privacy, bukan merupakan pelanggaran apabila kepentingan publik menuntut diberikannya publikasi tersebut.

2.3. Peraturan Perundang-Perundangan Mengenai Rahasia Kedokteran Sudah diketahui bahwa rahasia kedokteran merupakan salah satu kewajiban dari seorang dokter. Hal-hal mengenai rahasia kedokteran tersebut telah dituangkan dalam sumpah dokter, Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Peraturan Pemerintah yang dikutip sebagai berikut: Berdasarkan Sumpah dokter berdasarkan PP 1983 Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter. Berdasarkan Kode Etik Kedokteran Indonesia pasal 13 Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal. Berdasarkan Peraturan pemerintah no. 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia kedokteran: Pasal 1 Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam lapangan kedokteran. Pasal 2 Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut dalam pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi daripada Peraturan Pemerintah ini menentukan lain. Pasal 3 Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah:
6

a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang-undang tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara tahun 1963 No. 79). b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Selain kewajiban dokter untuk menjaga kerahasiaan kedokteran, terdapat pula hak pasien untuk mendapatkan perlindungan rahasia seperti yang terdapat pada: Hospital Committee of The Europen Economic Community Mei 1979 yang menjelaskan hak-hak pasien salah satunya setiap orang harus dijamin kerahasiannya. Deklarasi Lisabon 1981 menjelaskan hak-hak pasien diantaranya pasien berhak atas privacy yang harus dilindungi, ia pun berhak atas sifat kerahasiaan data-data mediknya.

2.4. Aspek Hukum Rahasia Jabatan Pelaksanaan rahasia jabatan tidak cukup hanya diatur oleh etik, tetapi memerlukan pula pengaturan dalam undang-undang. Pelanggaran norma susila hanya diancam oleh sanksi sosial dari masyarakat, sedangkan pelanggaran undang-undang akan mendapat ancaman hukuman. Oleh karena itu, apabila rahasia jabatan juga diatur dalam undang-undang, dokter yang melanggar peraturan itu juga dapat diancam hukuman. Pasal 322 KUHP a. Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpan karena jabatan atau pencariannya, baik sekarang maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak enam ratus rupiah. b. Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya dapat dituntut di atas pengaduan orang itu. Undang-undang ini sudah selayaknya berlaku untuk setiap orang, yang atas pekerjaannya wajib menyimpan rahasia, bukan hanya untuk dokter pemerintah, dokter praktek swasta maupun dokter yang telah pensiun dan atau tidak praktek lagi. Seorang dokter yang dikenal sebagai pembuka rahasia mungkin sekali prakteknya makin lama makin merosot sebagai akibat hukuman masyarakat.
7

Ayat b pasal 322 KUHP ini penting terutama berkenaan dengan rahasia jabatan dokter. Menurut ayat ini, seorang dokter yang membuka rahasia tentang rahasia pasien tidak dengan sendirinya akan dituntut di muka pengadilan, melainkan hanya sesudah terhadapnya diadakan pengaduan oleh pasien yang bersangkutan.

Pasal 1365 KUH Perdata Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seorang lain mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian, mengganti kerugian tersebut. Seorang dokter berbuat salah kalau tanpa disadari membuka rahasia tentang penderitaannya yang kebetulan terdengar oleh majikan pasien itu, selanjutnya majikan itu melepaskan pegawai tersebut karena takut penyakitnya akan menulari pegawai-pegawai lainnya. Dengan demikian dokter dapat diajukan ke pengadilan karena pengaduan pasien itu. Selain hukum karena tindak pidana menurut pasal 322 KUH pidana dokter itu dapat pula dihukum perdata dengan diwajibkan mengganti rugi. Pada hakekatnya adanya ancaman hukuman perdata ini menimbulkan berbagai soal yang sulit yang dapat terjadi dalam pekerjaan dokter sehari-hari. Tentang hal ini kelak akan diuraikan lebih lanjut. Peraturan pemerintah no. 10 tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia kedokteran Pasal 4 Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai: wajib simpan rahasia kedokteran yang tidak atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Menteri Kesehatan dapat melakukan tindakan administratif berdasarkan pasal 11 Undang-undang tentang Tenaga Kesehatan. Pasal 5 Apabila pelanggaran yang dimaksud dalam pasal 4 dilakukan oleh mereka yang disebut dalam pasal 3 huruf b, maka Menteri Kesehatan dapat mengambil tindakan-tindakan berdasarkan wewenang dan kebijaksanaannya. Pasal 6
8

Dalam pelaksanaan peraturan ini Menteri Kesehatan dapat mendengar Dewan Pelindung Susila Kedokteran dan/atau badan-badan lain bilamana perlu.

2.5. Pengungkapan Rahasia Kedokteran Dokter wajib menjaga kerahasiaan pasiennya baik yang dikemukakan oleh pasiennya maupun isi dari rekam medis. Walaupun telah diatur oleh undang-undang atas wajib simpan rahasia kedokteran tetapi ada pengecualian dimana rahasia kedokteran dapat diungkapkan. Pengungkapan rahasia kedokteran dapat dilakukan pada keadaan: 1. Atas ijin/otorisasi pasien Pengungkapan rahasia kedokteran dapat diberikan atas dasar ijin dari pasien. Pasien diberikan penjelasan tentang alasan pengungkapan rahasia. Dalam hal ini pasien harus dalam keadaan yang kompeten. Demi keamanan, oleh rumah sakit biasanya dimintakan Surat Izin Tertulis dari pasien/keluarganya secara khusus. 2. Keperluan asuransi Untuk dapat mengungkapan rahasia kedokteran terhadap pihak asuransi, terlebih dahulu sudah terdapat kesepakatan antara asuransi dengan pasien pada saat mengikuti asuransi. Pihak asuransi harus menunjukkan kepada dokter lembar persetujuan pasien atas pengungkapan rahasia medisnya. Dalam hal ini, dokter tidak perlu menjelaskan tentang keadaan pasien secara menyeluruh, data terbatas dan hanya yang relevan. 3. Dokter perusahaan Adanya kontrak antara dokter dengan perusahaan melalui sebuah perjanjian. Dengan itu maka hubungan dokter dengan perusahaan menjadi nomor satu sedangkan hubungan dokter dengan pasien menjadi nomor dua. Hal ini sudah menjadi kewajinan dokter untuk melaporkan hal-hal yang wajib lapor kepada perusahaan walaupun data yang diberikan hanya terbatas dan yang relevan berkaitan dengan public health & duty to warn. 4. Dokter penguji kesehatan
9

Adanya kontrak antara dokter dengan peminta uji kesehatan (biasanya tidak selalu pasien sendiri). Jawaban dari hasil pemeriksaan adalah untuk peminta kesehatan. Terlebih dahulu pasien diberitahukan tentang hal ini. 5. Kepada penguasa hukum Adanya permintaan resmi terhadap pengungkapan rahasia kedokteran. Pengungkapan rahasia sebaiknya diberikan dalam bentuk surat keterangan riwayat penyakit yang ditulis dengna lengkap, jelas dan jujur serta menggunakan bahasa awam. Rekam medis tidak boleh diberikan karena rekam medis hanya boleh keluar dari Rumah Sakit atas perintah peradilan. Seperti yang tercantum dalam: Pasal 51 KUHP i. siapapun tak terpidana jika melakukan peristiwa untuk menjalankan sesuatu perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa yang berwenang untuk itu. ii. Perintah jabatan yang diberikan oleh penguasa yang berwenang tidak membebaskan dari keadaan terpidana, kecuali dengan itikad baik pegawai yang di bawahnya itu menyangka bahwa penguasa itu berwenang untuk memberi perintah itu dan perintah menjalankan terletak dalam lingkungan kewajiban pegawai yang diperintah itu. 6. Menjalankan undang-undang Pengungkapan diperlukan atas dasar kepentingan peradilan dan kepentingan masyarakat. Seperti contoh: melaporkan kelahiran, kematian, UU wabah, UU karantina, Peraturan pelaporan KLB, UU kesehatan kerja. Seperti yang tercantum dalam Pasal 50 KUHP: Siapapun tak terpidana, jika peristiwa itu dilakukan untuk menjalankan ketentuan perundang-undangan. 7. Di peradilan Dipakai sebagai alat bukti yang sah. Menurut hukum, setiap warga negara dapat dipanggil untuk didengar sebagai saksi. Selain itu, seorang yang mempunyai keahlian dapat juga dipanggil sebagai saksi ahli. Maka dapat terjadi bahwa seorang yang mempunyai keahlian seperti contoh seorang
10

dokter dipanggil sebagai saksi, sebagai ahli sekaligus sebagai saksi (expert witness). Sebagai saksi atau saksi ahli, ia diharuskan memberi keterangan tentang seseorang yang sebelum itu telah menjadi pasien yang ditanganinya. Termuat dalam KUHP pasal 224: Barang siapa yang secara sah dipanggil sebagai saksi, saksi ahli, atau sebagai penterjemah tidak memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi dihukum: 1. Dalam perkara Pidana dengan hukuman penjara paling lama 9 bulan; 2. Di dalam perkara lainnya dengan hukuman penjara paling lama 6 bulan.

Sebuah dilema untuk seorang dokter jika menghadapi hal seperti ini. Di satu sisi jika dokter tidak memnuhi panggilan disa dipersalahkan. Tetapi jika memenuhi panggilan juga dapat dipersalahkan kaena membocorkan rahasia yang dipercayakan kepadanya. Dalam keadaan ini seolah-olah melanggar rahasia jabatannya. Maka sikap yang harus diambil dokter: a. Dokter tersebut dipanggil sebagai saksi ahli dan hanya diminta pendapatnya di bidang keahliannya. Dokter dalam posisi ini tidak ada kaitannya dengan pihakpihak yang berperkara. Ia bebas untuk menyatakan pendapatnya mengenai perihal medis yang ditanyakan kepadanya. Dalam situasi ini tidak ada persoalan rahasia medis sepanjang ia tidak mengungkapkan hal-hal pribadi pasien. b. Dokter digugat di Pengadilan oleh pasiennya atas dasar dugaan kelalaian (dokter sebagai tergugat). Dengan adanya gugatan dari pasiennya, dianggap pasien itu sudah membebaskan dokternya dari kewajiban untuk menyimpan rahasianya. Ia oleh mengungkapkan rahasia medis pasien demi pembelaan diri. c. Jika pihak pasien yang berperkara dengan pihak lain. Oleh pasien, dokter dimintakan untuk memberikan keterangannya di bidang medis. Dalam situasi ini dokter boleh mengungkap rahasia medis pasien tersebut atas permintaan pasien. Dalam hal ini pasien dianggap sudah melepaskan haknya dan membebaskan dokter dari kewajiban menyimpan rahasianya
11

Namun, dokter juga boleh menolak mengungkap rahasia medis jika dokter tersebut beranggapan hal itu demi kebaikan pasien (Hak Tolak-Ungkap). Hak ini diatur dalam KUHP Perdata pasal 1909. Namun, jika hakim berpendapat bahwa dokter itu harus mengungkapkan, maka dokter harus mengungkapkannya. Dokter mempunyai hak mengundurkan diri. Dalam hal perlindungan hukumnya didapatkan berdasarkan: 1. Pasal 277 RID a. Barang siapa yang karena martabatnya, pekerjaannya, atau jabatannya yang sah diwajibkan menyimpan rahasia boleh minta pengunduran diri dari memberi kesaksian akan tetapi hanya dan terutama mengenai hal yang diketahuinya dan dipercayakan kepadanya karena martabatnya, pekerjaannya, atau jabatannya itu. Tetapi hak undur itu tidak timbul begitu saja karena adalah hak hakim untuk menentukan apakah alasan pengunduran diri itu dapat diterima atau tidak. b. Pertimbangan apakah permintaan untuk mengundurkan diri itu beralasan atau tidak diserahkan kepada pengadilan Negara atau jika yang dipanggil untuk memberikan kesaksian itu orang asing maka pertimbangan itu diserahkan kepada ketua pengadilan Negara. 2. Pasal 170 KUHP 8. Daya paksa Pengungkapan rahasia kedokteran terjadi pada keadaan Overmatch (lawan berat) dan Noodtoestand (darurat) seperti contoh: child abuse dan Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Seperti yang tercantum dalam Pasal 48 KUHP Siapapun tak terpidana, jika melakukan peristiwa karena terdorong oleh keadaan terpaksa. 9. Konsultasi profesional 10. Pendidikan dan pelatihan Seperti yang tercantum dalam Permenkes No.749a/1089 pasal 14c: Rekam medis dapat dipakai sebagai bahan untuk keperluan penelitian dan pendidikan.
12

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1. Kesimpulan 1. Rahasia medis adalah semua informasi objektif yang diberikan oleh pasien baik lisan maupun tertulis yang didokumentasikan dalam suatu rekam medis yang kemudian digunakan dokter untuk menetapkan diagnosis dan terapi. 2. Rahasia medis ini hanya diketahui oleh dokter dan pasien. Rahasia ini harus dipegang teguh oleh dokter, kecuali pasien sudah memberikan persetujuan
13

medis kepada dokter untuk memberitahukan rahasia medisnya kepada orang lain. 3. Rahasia kedokteran diatur oleh etik dan hukum yang terdapat dalam undangundang. Bagi siapa saja yang melanggarnya dapat dikenakan sanksi hukum. 4. Ada keadaan-keadaan tertentu dimana rahasia kedokteran dapat diungkapkan 3.2. Saran 1. Setiap dokter harus mempunyai komunikasi dua arah yang baik sehingga dapat menciptakan hubungan kepercayaan dengan pasien. Dengan itu akan membantu pasien dalam penyembuhan penyakitnya. 2. Setiap dokter wajib menjaga kerahasiaan pasien. 3. Setiap dokter wajib mengetahui dan memahami aspek hukum dari rahasia jabatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hanafiah MJ, Amir A. Etika kedokteran dan hukum kesehatan. Jakarta: EGC; 1999. 2. Guwandi, J. Rahasia Medis. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2005. 3. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia. Kode etik kedokteran dan pedoman pelaksanaan kode etik kedokteran Indonesia. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2002.

14

4. Samil RS. Etika kedokteran Indonesia. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2001.

15

Вам также может понравиться