Вы находитесь на странице: 1из 16

PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN SENI

Oleh : Asidigisianti Surya Patria *)

Abstrak
Penilaian Berbasis Kelas merupakan penilaian yang dilaksanakan terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas. Salah satu penilaian berbasis kelas adalah pengumpulan kerja peserta didik atau portofolio. Kemampauan penilaian portofolio sebagai media komunikasi merupakan cerminan kemampuan peserta didik selama pembelajaran. Penilaian portofolio mampu mengungkapkan perkembangan belajaranya, tidak hanya diukur dari sekali tes tulis saja tetapi terlihat dari buktibukti yang disertakan dalam portofolio tersebut. Selain pengajar, orang tua dapat pula melihat perkembangan melalui bukti-bukti nyata bukan hanya melihat deretan angka-angka. Di bidang seni, portfolio digunakan sebagai bentuk penilaian dalam proses pembelajaran, khususnya pada mata kuliah studio di perguruan tinggi seni rupa.

Abstract
Classroom based assessment is an assessment intergerated with learning and teaching in the classroom. One of assessment based on classroom is by gathering student works or called portfolio. The ability of portfolio assessment is as communication media refleceting student capability during learning process. Portfolio assessment is able to reveal learning development, not only measured by paper test but showed from evidences in the portfolio. Beside teacher, parents can also see the devolement of their children through evidences.In art, portfolio is used as assessment in learing process specially in studio classes in Art College.

___________________ Penulis adalah dosen tetap di Jurusan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya.

Penilaian Portofolio A. Pendahuluan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 57 menyatakan bahwa (1) evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihakpihak yang berkepentingan, (2) evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan. Sementara dalam pasal 58 ayat (1) menyatakan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Isi undang-undang tersebut, pada dasarnya mengisyaratkan bahwa fungsi penilaian di dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan penilaian itu sendiri. Sebagaimana dilihat dari hakikat penilaian adalah suatu upaya untuk mengetahui ketercapaian tujuantujuan pendidikan. Suatu proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam suatu satuan pendidikan tidak akan dapat diketahui hasilnya apabila pengajar tidak mampu melakukan pengukuran hasil belajarnya. Dengan dilakukannya pengukuran hasil belajar, pengajar akan mengetahui keberhasilan belajar peserta didiknya dan menjadi umpan balik bagi pengajar dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran selanjutnya. Dalam hakikat penilaian tersebut tersirat bahwa tujuan penilaian ialah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler. Di samping itu, juga dapat digunakan oleh pengajar-pengajar dan para pengawas pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai di mana keefektifan pengalaman-pengalaman belajar, kegiatankegiatan belajar, dan metode-metode pembelajaran yang digunakan. Dalam arti luas, penilaian atau evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi tentang kualitas dan kuantitas perubahan peserta didik, kelompok, kelas sekolah, pengajar atau bahkan administrator. yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (Johnson dan Johnson, 2002: 2). Sesuai dengan pengertian tersebut, maka setiap kegiatan penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data. Berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan. Dalam hubungannya dengan kegiatan pembelajaran, penilaian adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran telah dicapai oleh peserta didik. (Halimah dkk, 2007:2)

Penilaian Portofolio Penilaian sebagai implikasi dari PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyebutkan secara implistit adanya penilaian kelas yang dilakukan oleh pengajar dengan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain: 1. Dilakukan oleh pengajar untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang ditetapkan, bersifat internal, bagian dari pembelajaran, dan sebagai bahan untuk peningkatan mutu hasil belajar 2. Berorientasi pada kompetensi, mengacu pada patokan, ketuntasan belajar, dilakukan melalui berbagai cara. 3. Dilakukan antara lain melalui Portfolios (kumpulan kerja siswa), Products (Hasil karya), Projects (Penugasan), Performances (Unjuk kerja), dan Paper & Pen (tes tulis)

Dalam Depdiknas (2001 dalam Jihad & Haris, 2008:54) menjelaskan definisi dari penilaian yaitu kegiatan yang dilakukan pengajar untuk memperoleh informasi secara obyektif, berkelanjutan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang dicapai peserta didik, yang hasilnya digunakan sebagai dasar untuk menentukan perlakuan selanjutnya. Hal ini berarti penilaian tidak hanya untuk mencapai target sesaat atau satu aspek saja melainkan menyeluruh yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Dengan demikian inti dari penilaian adalah suatu proses penentuan hasil belajar yang dilakukan oleh pengajar dalam rangka pencapaian tujuan pembelajarn yang harus dipenuhi oleh peserta didik. Caranya dengan mengumpulkan dan menganalisa data berupa: diagnostik, formatif dan sumatif. Hasil belajar tersebut kemudian dicatat dan dikomunikasikan kepada peserta didik. Proses penilaian diawali dengan menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik, kemudian memutuskan prosedur penilaian dan mencatat mengkomunikasikan hasil. Prosedur dan hasil belajar tersebut ditempuh dengan cara mengumpulkan dan menganalisa data yang berupa diagnostik, formatif dan sumati dari peserta didik tersebut. Untuk lebih jelasnya proses penilaian secara sistematis dapat dilihat dalam diagram proses penilaian berikut ini:

Penilaian Portofolio Diagram Proses Penilaian Menentukan tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta dididk Mencatat dan mengkomunikasikan hasil Mengumpulkan dan menganalisa data: Diagnostik, Formatif dan Sumatif (Johnson dan Johnson, 2002: 2-3). Memutuskan prosedur

Secara rinci, fungsi penilaian dalam pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi empat fungsi (Halimah, 2007: 3), yaitu: 1. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan peserta didik setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangka waktu tertentu. Hasil penilaian ini selanjutnya dapat digunakan untuk memperbaiki cara belajar peserta didik (fungsi formati), dan untuk menentukan kenaikan kelas atau untuk menentukan lulus-tidaknya seorang peserta didik dari suatu lembaga pendidikan tertentu (fungsi sumatif) 2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pembelajaran. Pembelajaran sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen-komponen yang dimaksud antara lain ialah tujuan, materi atau bahan pembelajaran, metode dan kegiatan belajar-mengajar, alat dan sumber belajar, dan prosedur serta alat penilaian 3. Untuk keperluan bimbingan dan konseling, terutama untuk mengetahui hal-hal apa seorang peserta didik atau sekelompok peserta didik memerlukan pelayanan remedial, sebagai dasar dalam menangani kasus-kasus tertentu di antara peserta didik; dan sebagai acuan dalam melayani kebutuhan-kebutuhan peserta didik dalam rangka bimbingan karir; 4. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah. Hal ini berkaitan dengan kegiatan pengajar dalam melaksanakan kegiatan evaluasi dalam rangka menilai keberhasilan belajar peserta didik dan menilai program pembelajaran, yang berarti pula menilai ketercapaian kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Penilaian Portofolio Begitu pula penilaian dalam pembelajaran seni penilaian berfungsi sebagai alat atau sarana untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan peserta didik setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar. Melalui penilaian pendidik dapat mengetahui perkembangan atau hasil belajar perserta didik. Dengan demikian pendidik dapat menarik kesimpulan tingkat keberhasilan perserta didik dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran seni, penilain tidak hanya melihat karya akhir peserta didik saja atau hanya melihat pemahaman materi dengan tes tulis saja. Sehingga untuk melihat lebih jauh dan dalam proses kemajuan dan hasil belajaranya, penilain portofolio bisa menjadi alternatif dalam penilain hasil belajar karena penilaian portofolio merupakan penilaian berbasis kelas yang menilai baik proses maupun hasil pembelajaran.

B. Penilaian Berbasis Kelas Puskur 2002 (dalam Martadi dan Mutmainah, 2006:8) menjelaskan bahwa penilaian berbasis kelas menggunakan suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaaan informasi tentang hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilain, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti autentik, akurat dan konsisten sebagai

akuntabilitas publik. Dengan tujuan untuk memberikan penghargaan terhadap pencapaian belajar siswa dan memperbaiki program dan kegiatan pembelajaran Fungsinya adalah untuk meningkatkan kualitas peserta didik dan pengajar terhadap pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Prinsip penilaiannya adalah harus bersifat valid, mendidik, berorientasi pada kompetensi, adil dan obyektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh, dan bermakna. Sedangkan Arifin (2009:180) mendefiniskan Penilaian Berbasis Kelas adalah proses pengumpulan, pelaporam dan penggunaan data dan informasi tentang hasil belajar peserta didik untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan pendidikan yang dimaksud adalah standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indicator pencapaian hasil belajar yang terdapat dalam kurikulum. Sebagai salah satu komponen kurikulum Penilaian Berbasis Kelas (PBK) yang

memuat prinsip, sasaran dan pelaksanaan penilaian berkelanjutan yang lebih akurat dan konsisten sebagai akuntabilitas publik melalui identifikasi kompetensi/hasil belajar yang telah dicapai, pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai serta peta kemajuan belajar siswa dan pelaporan. PBK dilakukan untuk memberikan keseimbangan pada ketiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor dengan menggunakan 4

Penilaian Portofolio berbagai bentuk dan model penilaian secara resmi maupun tidak resmi dengan berkesinambungan. (Halimah, 2007:7) Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas (2002) (dalam Arifin, 2009: 190) mengemukakan bahwa hasil Penilaian Berbasisi Kelas yang dilakukan pengajar secara terpadu dengan kegiatan pembelajaran berguna untuk : 1. Sebagai umpan balik bagi peserta didik dalam mengetahui kemampuan dan kekurangannya sehingga menimbulkan motivasi untuk memperbaiki hasil belajarnya 2. Memantau kemajuan dan mendiagnosis kemampuan belajar peserta didik sehingga memungkinkan dilakukannya pengayaan dan remediasi untuk memenuhi kebutuhan peserta didik sesuai dengan kemajuan dan kemampuannya 3. Memberikan masukan bagi pengajar untuk memperbaiki program Memungkinkan peserta didik mencapai kompetensi yang telah ditentukan walaupun dengan kecepatan belajar yang berbeda-beda 4. Memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektivitas pendidikan sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang pendidikan.

PBK menggunakan arti penilaian sebagai assessment yaitu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh dan mengefektifkan informasi tentang hasil belajar peserta didik pada tingkat kelas selama dan setelah kegiatan belajar mengajar. Data atau informasi dari penilaian ini merupakan salah satu bukti yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program pendidikan. Dengan demikian, maka PBK merupakan penilaian yang dilaksanakan terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas (berbasis kelas) melalui pengumpulan kerja peserta didik (portfolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performance), dan tertulis (paper and pen). (Halimah dkk, 2007:7) Menurut Arifin (2009:180) dalam penilaian berbasis kelas (PBK) menyangkut beberapa unsur sebagai berikut: 1. Penilaian prestasi belajar (achievement assessment), yaitu suatu teknik penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian prestasi belajar peserta didik dalam pelajaran tertentu sesuai dengan kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. 2. Penilaian kerja (performance assessment), yaitu suatu teknik penilian yang digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan ketrampilan peserta didik melalui tes penampilan atau demontrasi atau praktek kerja nyata.

Penilaian Portofolio 3. Penilaian alternatif (alternative assessment), yaitu suatu teknik penilaian yang digunakan sebagai alternative di samping teknik penilaian yang lain. 4. Penilaian autentik (authentic assessment), yaitu suatu teknik penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi peserta didik berupa kemampuan nyata, bukan sesuatu yang dibuat-buat atau yang diperoleh di dalam kelas. Kenyataan tersebut dapat pula dilihat dalam kehidupan sehari-hari. 5. Penilaian pototfolio (portfolio assessment) yaitu suatu teknik penilaian yang digunakan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi dan perkembangan peserta didik berdasarkan kumpulan hasil kerja dari waktu ke waktu.

C. Penilaian Portofolio 1. Pengertian Penilaian Portofolio Penilaian Portofolio merupakan penilaian berbasis kelas terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, digunakan oleh pendidik dan peserta didik untuk memantau perkembangan pengetahuan, ketrampilan dan sikap peserta didik dalam mata pelajaran atau 2007:21) Dalam Pedoman Pengembangan Portofolio Untuk Penilaian Depdiknas menyatakan bahwa (2004:3) dalam dunia pendidikan, portofolio adalah kumpulan hasil karya seorang siswa, sebagai hasil pelaksanaan tugas kinerja, yang ditentukan oleh guru atau oleh siswa bersama guru, sebagai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi yang ditentukan dalam kurikulum. Jadi, tidak setiap kumpulan karya seorang siswa disebut portofolio. Portofolio dalam arti ini, dapat digunakan sebagai instrumen penilaian atau salah satu komponen dari instrumen penilaian, untuk menilai kompetensi siswa, atau menilai hasil belajar siswa. Portofolio demikian disebut juga portofolio untuk penilaian atau portofolio penilaian. Johnson dan Johnson (2002:103) memberikan pengertian mengenai portofolio sebagai koleksi bukti-bukti yang terorganisasi dikumpulkan selama waktu tertentu oleh peserta didik atau sekelompok peserta didik selama proses akademik berlangsung dapat berupa: pengahargaan, ketrampilan dan kelakuan. Terdiri dari contoh karya dan tulisan rasional yang menghubungkan beberpa item pembelajaran kedalam suatu pemikiran holistik. Portofolio dapat dilakukan selama satu semester atau satu tahun 6 kuliah tertentu. (Surapranata & Hatta,

Penilaian Portofolio akademis dapat pula menampilkan karya peserta didik dalam satu pelajaran atau beberapa pelajaran yang terangkai. Agar bisa disebut sebagai portofolio, setiap karya atau hasil kerja harus dibuat dan ditata sedemikian rupa sehingga menunjukkan kemajuan dan mengarah pada suatu tujuan. Protofolio dapat mencakup banyak tipe karya, seperti: contoh tulisan, entri jurnal, rekaman video, karya seni, komentar guru, poster, hasil wawancara, puisi, hasil ujian, solusi permasalahan, penilain diri dan prestasi lainnya. Portofolio dapat pula dikumpulkan dalam bentuk kertas, foto, rekaman, video, atau softcopy. (Santrock, 2004:664) Sebagai instrumen penilaian, portofolio difokuskan pada dokumen tentang kerja peserta didik yang produktif, yaitu bukti tentang apa yang dapat dilakukannya, bukan apa yang tidak dapat dikerjakan (dijawab atau dipecahkan). Bagi pengajar , portofolio menyajikan wawasan tentang banyak segi perkembangan peserta didik dalam belajarnya: cara berpikirnya, pemahamannya atas pelajaran yang bersangkutan, kemampuannya mengungkapkan gagasan-gagasannya, sikapnya terhadap pelajaran yang bersangkutan, dan sebagainya. Belanof dan Dickson (1991, dalam Hadi, 2009) menjabarkan konteks pendidikan, portofolio didefinisikan oleh Ford dan Larkin sebagai

sampel dari karya-karya jadi yang dipilih oleh siswa bagi keperluan penilaian hasil belajar Selanjutnya Enid Zimmerman (1992, dalam Hadi, 2009) mendefinisikan portofolio secara lebih komprehensif dan terinci sebagai koleksi

tertentu dari karya-karya siswa baik dalam bentuk karya proses maupun karya jadi, dalam berbagai bidang, di mana peserta didik terlibat dalam melaksanakan penilaian terhadap dirinya sendiri yakni dalam memilih isi portofolionya dan dalam mengembangkan kriteria untuk menilai perkembangan dan hasil belajarnya. Kumpulan karya peserta didik yang tersusun pada porotfolio biasanya dihasilkan selama waktu satu semester, satu tahun, atau bahkan tiga tahun (misalnya selama belajar di sekolah). Pengetian portofolio yang hampir sama juga dijelaskan Jihad dan Haris (2008:112), portofolio merupakan kumpulan informasi yang menunjukkan

perkembangan kemampuan peserta didik dalam periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, hasil tes (bukan nilai( atau bentuk informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu pelajaran. 7

Penilaian Portofolio Jadi Portofolio peserta didik bukan hanya kumpulan hasil kerja saja melainkan bukti-bukti yang telah diperbuat atau dilakukan peserta didik sebagai unjuk kompetensi, pemahaman dan capaian. Selain itu portofolio juga merupakan kumpulan informasi yang dapat diketahui pengajar sebagai bahan pertimbangan dalam melangkah untuk memberbaiki pembelajaran serta meningkatkan kerja peserta didik. Karya-karya yang dapat disertakan dalam portofolio antara lain: karangan, piusi, surat, komposisi musik, gambar, foto, lukisan, rsesensi buku/literature, laporan penelitian, synopsis dan lain sebagainya. Untuk memperoleh hasil penilaiaan portofolio yang akurat perlu kiranya pengajar dan peserta didik mengumpulkan hasil atau bukti belajar disebut evidence. Melalui evidence ini peserta didik dapat menedemostrasikan kemampuannya kepada orang lain (termasuk pendidik dan orang tua) sebagai wujud yang dimiliki tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikapnya sesuai dengan kompetensi pembelajaran. Evidence yang dikumpulkan dapat berupa authentic assessment yang dikumpulkan pada tenggat waktu tertentu, satu semester misalnya. Jadi dapat dikatakan bahwa portofolio adalah kumpulan evidence atau hasil belajar atau karya peserta didik yang menunjukkan usaha, perkembangan, prestasi belajar dati waktu ke waktu. (Surapranata dan Hatta, 2007:46) Bukti atau evidendce yang dapat diletakan dalam penilaian portofolio dapat digolongkan menjadi empat kelompok menurut Barton & Collins (1997 dalam Santrock, 2002:665), yaitu: a. b. Artefak merupakan dokumen atau produk sepeti makalah, pekerjaan rumah atau. Reproduksi merupakan dokumentasi kerja peserta didik di luar kelas seperti proyek spesial atau wawancara. c. Kesaksian atau pengesahan karya (atestasi) mempresentasikan dokumentasi kemujuan peserta didik yang dibuat oleh pengajar atau pihak yang berwenang lainnya. Misalnya: catatan evaluasi ketika peserta didik presentasi. d. Produksi merupakan dokumen yang dibuat peserta didik terutama untuk portofolio.

Penilain portofolio membutuhkan waktu. Pengajar harus mengevaluasi bukan hanya setiap item karya tetapi juga portofolio secara keseluruhan tergantung tujuan dari penilaian tersebut. Bila bertujuan untuk mendiagnosisi, perbaikan, tentang peserta didik untuk tingkat selajutnya maka portofolio tidak perlu dinilai atau diringkas. 8

Penilaian Portofolio Tetapi bila tujuannya untuk mendiagnosis, perbaikan, memotivasi, atau memberi nilai (grade) kepada peserta didik maka diperlukan penskalaan rating atau daftar periksa (check list) Sama dengan penilaian lainnya pengajar juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengevaluasi dan mengkritik karya mereka. (Santrock, 2004:667)

2. Kelebihan Penilaian Portofolio Dalam Pedoman Pengembangan Portofolio Untuk Penilaian Depdiknas menyatakan bahwa (2004:3) dijabarkan pula kelebihan penggunaan portofolio untuk penilaian bila ditinjau dari peserta didik, disebabakan hal-hal berikut: a. Portofolio menyajikan atau memberikan: bukti yang lebih jelas atau lebih lengkap tentang kinerja daripada hasil tes. b. Portofolio merupakan catatan penilaian sesuai dengan program pembelajaran c. Portofolio merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan peserta didik. d. Portofolio memberikan gambaran tentang kemampuan peserta didik. e. Penggunaan portofolio penilaian memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan keunggulan dirinya, bukan kekurangan atau kesalahannya dalam mengerjakan soal atau tugas. f. Penggunaan portofolio mencerminkan pengakuan atas bervariasinya gaya belajar. g. Portofolio memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif dalam penilaian hasil belajar. h. Portofolio membantu pengajar dalam menilai kemajuan peserta didik. i. Portofolio membantu pengajar dalam mengambil keputusan tentang pembelajaran atau perbaikan pembelajaran j. Portofolio merupakan bahan yang relatif lengkap untuk berdiskusi dengan orang tua, tentang perkembangan peserta didik. k. Portofolio membantu pihak luar menilai program pembelajaran yang bersangkutan Secara ringkas Surapranata dan Hatta (2007:72) menjelaskan keuntungan penilain portofolio, yaitu: a. Mampu merefleksikan perubahan penting dalam proses kemampuan intelektual peserta didik dari waktu ke waktu. b. Menunjukkan prestasi akademik dan memotret kompetensi peserta didik.

Penilaian Portofolio c. Mampu memfokuskan pada kepentingan dan proses kemampuan belajr mengajar serta menginformasikan pengajaran praktis tentang keleihan dan kekurangan peserta didik. Paulson dan Meyer secara terinci menunjukkan keunggulan metode portfolio (Zimmerman, 1992 dalam Hadi, 2009) adalah sebagai berikut: a. Mengembangkan refleksi-diri siswa. b. Mendorong siswa untuk menilai dirinya sendiri. c. Mengkomunikasikan tujuan, isi, standar, dan penilaian belajar. d. Memberi peluang terjadinya perubahan isi pelajaran selama kegiatan berlangsung. e. Memungkinkan penilaian yang komprehensif. Kemampauan penilaian portofolio sebagai media komunikasi cerminan kemampuan peserta didik selama pembelajaran mampu mengungkapkan

perkembangan belajaranya bukan hanya diukur dari sekali tes tulis saja tetapi terlihat dari bukti-bukti yang disertakan dalam portofolio tersebut. Selain pengajar, orang tua dapat pula melihat perkembangan tersebut dengan melihat bukti-bukti nyata bukan hanya melihat deretan angka-angka.

3. Kekurangan Penilaian Porotofolio Selain kelebihan yang telah dijabarkan diatas dalam Pedoman Pengembangan Portofolio Untuk Penilaian Depdiknas (2004:6) juga dijelaskan kekurangan dari yang berupa kendala-kendala yang mungkin akan dihadapi dalam penggunaan penilain portofolio, yaitu: a. Penggunaan portofolio tergantung pada kemampuan peserta didik dalam menyampaikan uraian secara tertulis. b. Penggunaan portofolio untuk penilaian memerlukan banyak waktu dari pengajar untuk melakukan penskoran

Secara ringkas Surapranata dan Hatta (2007:90) juga menjelaskan kelemahankelemahan penilaian portofolio, antara lain: a. Diperlukan ekstra waktu bagi pengajar untuk memberikan penilaian. Penilaian yang dilakukan juga harus hati-hati dan sesegera mungkin agar peserta didik dapat memperbaiki karyanya. b. Realiabilitas yang kurang dibandingkan dengan tes yang lainnya.

10

Penilaian Portofolio c. Kadang kala pengajar hanya berorientasi pada hasil akhir tanpa

mempertimbangkan proses yang sedang berlangsung. d. Adanya kebiasaan penilain top down dari pengajar ke peserta didik yang dapat mengurangi kreativitas peserta didik dalam mengolah portofolionya. e. Adanya skeptisme yang disebabkan kebiasaan masa lalu yang mengukur pembelajaran dengan angka, terutama orang tua.

Kelemahan penilain portofolio dapat menjadi pertimbangan tersendiri bagi pengajar dalam memilih penilaian portofolio sebagai salah satu metode penilainnya. Tetapi bila dilihat dilebih jauh lagi kelemahan yang ada pada penilaian portofolio tidaklah sebanding dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya.

4. Tahapan Penilaian Portofolio Evidence yang dimasukan kedalam portofolio harus dinilai. Agar penilaian asil, transparan, obyektif, dan mudah dimengerti oleh semua pihak, pengajar harus memastikan dengan benar criteria yang akan digunakan dalam penilaian tersebut. Dalam pengembangan penilaian, pengajar melakukan pemantauan kemajuan peserta didik dibandingkan dengan pemahaman dan pengetahuannya yang terdapat dalam kurikulum. Proses penilaian portofolio terdiri dari bebarapa tahapan utama yang harus dilalui baik oleh pengajar maupun peserta didik. Tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut: (Surapranata dan Hatta, 2007:99-100). a. Menentukan tujuan berupa fokus dan maksud portofolio Tujuan yang ditetapkan harus jelas, sasaran penilain tersebut dan kesesuaiannya dengan kurikulum. Dijelaskan pula alasan pengajar menggunakan porotofolio. Fokus portofolio pada karya terbaik atau perkembangan peserta didik atau bahkan keduanya. Ditetapkan pula siapa yang menentukan isi portofolio apakah pengajar, siswa atau pihak-pihak lain. b. Menentukan isi portofolio Dalam isi portofolio ditetapkan pula bentuk bentuk, susunan, atau organisasi portofolio yang meliputi : jenis karya apa yang harus ada. c. Menentukan kriteria penilaian Beberapa hal yang perlu menjadi pertimbangan dalam menyusun criteria portofolio antara lain: 1) Apa yang akan digunakan untuk mencapai tujuan portofolio? 11

Penilaian Portofolio 2) Strategi apa yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut? 3) Evidence apa yang akan dikumpulkan yang memenuhi kriteria tersebut? Kriteria penilaian bergantung pada karakteristik kompetensi dasar yang telah ditentukan. Kriteria juga dapat menggunakan angka 0 100, atau bentuk subyektif kurang sedang bagus. d. Menentukan format penilaian Kriteria yang telah ditetapkan dituangkan dalam format penilaian. Format disesuaikan juga dengan standar komptensi, komptensi dasar, dan indikator pencapaian yang telah ditetapkan dalam kurikulum. e. Menentukan koleksi dan penyeleksian evidence Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan isi portofolio, misalnya: siapa yang memilih, bagaimana memilih, bagaimana melibatkan peserta didik, bagaimana peranan pengajar, bagaimana kriteria eksternal, kapan harus dipilih, apa yang perlu dilakukan oleh pengajar terhadap setiap isi. f. Refleksi, sering diwujudkan dalam bentuk tulisan, tetapi lisan juga bias dilakukan. Kepada peserta didik ditanyakan alasan memilih evidence yang akan dinilai. g. Hubungan, diwujudkan dengan pertemuan pengajar dengan peserta didik berupa diskusi untuk menentukan hal-hal yang menjadi obyek penilain, kriteria, dan penilainnya sendiri.

D. Penilaian Porotfolio Pembelajaran Seni dan Desain Telah dijabarkan diatas, mulai dari pengertian penilaian portofolio hingga kelebihan serta kekurangannya bagi baik bagi pengajar maupun peserta didik. Dalam pelajaranpelajaran non seni dan desain, penilain portofolio ini masih terasa asing dan penuh beban, baik bagi pengajar yang akan melakukan penilaian maupun peserta didik yang harus mengerjakan tugas dan tugas sebagai isi dari portofilio tersebut. Tetapi dalam tradisi desain, portofolio adalah sebuah koleksi yang berisi karya-karya yang didesain untuk dikomunikasikan dalam berbagai macam cara untuk mengikhtisarkan kemampuan diri penciptanya. Sebenarnya, para profesional di bidang seni dan desain telah lama menggunakan portofolio sebelum model ini digunakan di bidang pendidikan, Para pelukis dan desainer menggunakan portofolio untuk menunjukkan karya-karya terbaik mereka bagi berbagai macam tujuan: untuk mempromosikan karya-karya mereka pada perusahaan-perusahaan yang potensial ketika akan mengajukan permohonan mengenai 12

Penilaian Portofolio bantuan keuangan, mengajukan lamaran pekerjaan, atau untuk mendapatkan persetujuan dari galeri-galeri yang akan menampilkan karya-karya mereka (Pranata, 2004:64) Pada awalnya tradisi penggunaan portofolio di kalangan seniman perupa kemudian ditransfer dalam kegiatan pembelajaran di kelas, khususnya oleh kalangan perupa yang kebetulan menjadi dosen pada akademi seni rupa. Oleh kalangan perupa-dosen ini portfolio digunakan sebagai bentuk penilaian dalam proses pembelajaran,

khususnya pada mata kuliah studio di perguruan tinggi seni rupa. Kegiatan penilaian berkisar pada (Hadi, 2009) : 1. Pemberian umpan-balik kepada peserta didik dalam rangka pengembangan portofolionya. 2. Penilaian yang bersifat membandingkan kualitas portofolio antara seorang peserta didik dengan lainnya. 3. Penilaian yang dimaksudkan, untuk menentukan tingkat prestasi peserta didik dengan membandingkan antara portfolio yang dihasilkannya dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. 4. penilaian atas kemajuan peserta didik dengan membandingkan antara keadaan masa sebelum dansesudah kegiatan pembelajaran berlangsung.

Portofolio-portofolio hasil studi biasanya dikemas dalam suatu media yang konvensional dan umum seperti dalam bentuk buku dan map-map yang berisi karya-karya peserta didik serta catatan-catatan ringkas mengenai konsep, jurnal, atau komentar peserta didik mengenai karya-karya buatannya tersebut. (Pranata, 2004:67). Pengumpulan evidence karya peserta didik untuk poortofolio dalam pembelajaran seni rupa dapat berupa lukisan, gambar-gambar atau wujud karya visual lainnya sepesrti patung, relief (ukiran) atau lainnya yang disimpan dalam suatu tempat. Untuk karya-karya yang besar (sukar untuk disimpan) bisa didokumentasikan dengan foto-foto kemudian ditata rapi dalam suatu album. Bersama pendidik (guru atau dosen), peserta didik (mahasiswa atau siswa) memilih karya-karya tersebut yang terbaik untuk diletakkan dalam map (album) portofolio apabila dimungkinkan dipamerkan di kelas pada akhir semester dengan mengundang orang tua. Sedangkan untuk dalam pembelajaran seni tari dan musik, evidence portfolio bila memungkinkan berupa rekaman ketika peserta didik mendemonstrasikan kemampuan mereka ketika manari atau bermain musik.

13

Penilaian Portofolio Lembar penilaian unjuk kerja peserta didik ketika proses pembelajaran berlangsung bisa juga dimasukkan kedalam portofolio. Begitu pula lembaran-lembaran kerja lainnya yang dikerjakan di kelas.

E. Penutup Sebuah portofolio adalah koleksi buktu-bukti (berupa contoh karya) yang terorganisir dan dikumpulkan pada waktu tertentu bias semester ataupun satu tahun bahkan beberapa tahun dari peserta didik atau kelompok yang mencakup kemajuan akademis, penghargaan, ketrampilan dan kelakuan. Contoh-contoh karya dapat diseleksi oleh peserta didik maupun pengajar. Portofolio dapat berupa kumpulan laporan, karyakarya ataupun rangkaian penjelasan rasional terhadap sesuatu obyek. Metode portfolio menawarkan berbagai keunggulan dalam menilai proses dan hasil pembelajaran. kekomprehensifan Keunggulan penilaian tersebut yang tercermin pada untuk kedalaman dilakukan. dan Dibalik

memungkinkan

keunggulannya, metode penilaian portfolio memiliki kelemahan yang bila tidak diatasi akan menjadi penghambat tercapainya tujuan yang diharapkan. Untuk itu, upaya menghilangkan kelemahan ini merupakan prasyarat suksesnya metode

penilaian portfolio. Metode penilaian portfolio dalam pembelajaran seni hanya dapat terlaksana dengan baik apabila hal-hal berikut ini dapat dipenuhi: 1. Pengajar mempunyai pemahaman yang baik mengenai filosofi penilaiann portfolio dan memiliki kepekaan terhadap kualitas artistik karya seni. 2. Peserta dididk memiliki kebiasaan dan kemampuan untuk menyatakan dirinya dalam bentuk komentar lisan dan catatan jurnal. 3. Tersedianya waktu yang cukup. 4. Fasilitas pendukung khususnya dalam memperlancar presentasi peserta didik serta dalam mengamankan karya portfolio.

Daftar Pustaka Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran; Prinsip, Teknik, Prosedur. Bandung: Remaja Rosdakarya. Jihad, Asep dan Haris, Haris, Abdul. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Multi Presindo. Johnson, David W; Johnson, Roger T. 2002. Meaningful Assesment. Boston: Alllyn & Bacon. 14

Penilaian Portofolio Martadi dan Mutmainah, Siti. 2006. Evaluasi Pembelajaran Seni Rupa. Surabaya: Unesa University Press Santrock, John W. 2004. Psikologi Pendidikan. London: Mc-Graw Hill Company. Surapranata, Sumarna, dan Hatta, Muhammad, 2007, Penilaian Portofolio, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum. 2004. Pedoman Pengembangan Portofolio untuk Penilaian. Jakarta: Depdiknas http://www.dikmenum.go.id/dataapp/kurikulum/PORTOFOLIO/, diunduh pada tanggal 9 Juli 2010. Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Depdiknas. http://www.puskur.net/ diunduh pada tanggal 9 Juli 2010. Halimah, Lely; Setiamiharja, Realin; Ernalis. 2007. Artikel Penelitian: Pengembangan Model Sistem Penilaian Berbasis Kelas Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar. Jakarta: UPI. www.lppm.upi.edu/penelitian/abstract/Lely Halimah (FIP) Hiber.doc, diunduh pada tanggal 9 Juli 2010. Pranata, Moeljadi, 2004, Porofolio: Model Penilaian Berbasiskan Konstruktivistik, Journal Nirmana Vol. 6 No. 1, Januari 2004: 63-68, Surabaya: Puslit Universitas Petra http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php, diunduh pada tanggal 9 Juli 2010.

15

Вам также может понравиться