Вы находитесь на странице: 1из 4

Kasus-1 Topik: Kejang Demam Tanggal (Kasus) : Presenter : dr.

Intan Meilita Tanggal Presentasi : 17 Januari 2013 Pendamping : dr. Dedi Sumantri Tempat Presentasi : PKM Pampangan Objektif Presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi : Anak perempuan, 1 tahun 2 bulan, Kejang Demam Kompleks, Hyperpyreksia, TDBD I. Tujuan : mengobati kejang demam kompleks, mencegah kekambuhan kejang demam kompleks Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit Cara membahas Diskusi Presentasi dan diskusi Email Pos Data Pasien : Nama : An. F No. Reg : Nama RS: RSUD Kayu Agung Telp : Terdaftar sejak : Data utama untuk bahan diskusi: 1. Diagnosis / Gambaran Klinis: Kejang Demam Kompleks, Hyperpyrexia, TDBD Grade 1, Tonsilofaringitis akut, Keadaan Umum Sakit sedang. 2. Riwayat Pengobatan : Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu lama. 3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien pernah mengalami kejang sebelumnya, dua kali dalam 24 jam, kejadian dua bulan yang lalu, kejang terjadi selama lima menit, kejang fokal berupa mata mendelik ke atas, dan setelah serangan pasien sadar. 4. Riwayat Keluarga : Anak perempuan terakhir dari empat bersaudara, dimana kakak laki-laki pasien juga mempunyai riwayat kejang yang sama dengan pasien. 5. Riwayat Pekerjaan : Pasien belum bekerja 6. Lain-lain : Mengatasi demam dan mencegah untuk terjadinya kejang berulang Daftar Pustaka: a. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam, IDAI 2006 b. Ilmu Kesehatan Anak, Nelson c. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak, Bagian IKA FKUI 1985 Hasil Pembelajaran 1. Diagnosa Kejang Demam Kompleks 2. Waspadai kejang berulang 3. Mekanisme terjadinya kejang demam 4. Edukasi pada orang tua mengenai kejang demam 5. Langkah-Langkah Penatalaksanaan Kejang Demam 6. Motivasi kepatuhan untuk kontrol teratur dan menggunakan obat rumatan secara teratur

1. Subjektif : Ibu Pasien mengeluh bahwa pasien yang berusia 1 tahun 2 bulan mengalami kejang disertai demam, dimana harus dipikirkan suatu proses ekstrakranial yang menyebabkan bangkitan kejang, baik kejang demam sederhana maupun kejang demam kompleks. Demam juga dirasakan naik-turun, tidak terus menerus. 2. Objektif : Dari hasil pemeriksaan fisik dan darah rutin dapat ditegakkan diagnosis kejang demam kompleks et causa TDBD 1 DD/TFA Gejala Klinis : o bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal >380C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. o Kejang bersifat fokal, riwayat berulang (Lebih dari 1 kali dalam 24 jam) o Demam pertama dicurigai berasal dari infeksi virus dengue dengan alasan dari anamnesis didapatkan gejala-gejala seperti pusing, dan rasa tidak enak di perut. petechiae (-). Demam dicurigai berasal dari TFA dikarenakan pada pemeriksaan fisik didapatkan tonsil T2-T2, faring hiperemis, detritus (+) 3. Assessment : Kasus: An.S, Usia 1 tahun 2 bulan, Suhu 400C, Kejang selama 3 menit dengan mata mendelik (fokal),post ictal sadar, riwayat kejang dahulu ada (2x dalam 24jam, fokal, post ictal sadar). o Bangkitan kejang dicurigai diakibatkan oleh kenaikan suhu tubuh (suhu rectal >380C) yang diakibatkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan 5 tahun. Di luar rentang umur tersebut pikirkan dahulu infeksi SSP, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam. Kejang demam diklasifikasikan menjadi dua yaitu kejang demam sederhana (Simple febrile seizure) dan kejang demam kompleks (Complex febrile seizure). Kejang demam kompleks mempunyai salah satu ciri berikut kejang lama > 15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum disertai kejang parsial, dan berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam. Kasus: Demam et causa TDBD Grade 1 DD/ Tonsilofaringitis akut o Demam pertama dicurigai berasal dari infeksi virus dengue dengan alasan dari anamnesis didapatkan gejala-gejala seperti pusing, dan rasa tidak enak di perut. petechiae (-). Demam dicurigai berasal dari TFA dikarenakan pada pemeriksaan fisik didapatkan tonsil T2-T2, faring hiperemis, detritus (+) 4. Plan : Diagnosis : Kejang Demam Kompleks et causa TonsiloFaringitis Akut (TFA) Pengobatan : 1. Diazepam 5 mg iv. (Jika kejang) Obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena (Dosis 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit dengan dosis maksimal 20 mg). Obat yang paling praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau di rumah adalah diazepam rektal ( 5 mg untuk anak dibawah 10 kg atau 10 mg untuk anak di atas 10 kg) Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan

cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang masih belum berhenti diberikan fenitoin secara intravena dengan dosis awal 10-20 mg/kg/kali dengan kecepatan 1mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/hari dimulai 12 jam setelah dosis awal. Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang intensif. 2. Paracetamol syr 3 x 120 mg Antipiretik yang sering digunakan adalah paracetamol dengan dosis 10-15mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali. 3. Ceftriaxone 1 x 1 gram (Drip dalam D5 100cc habis dalam jam) Ceftriaxone merupakan antibiotic broad spectrum golongan cephalosporin generasi ketiga yang dipakai untuk mengobati pasien dengan TFA. 4. Depakene (Asam Valproat) 2 x 82,5 mg Pemberian obat rumatan: Indikasi pemberian obat rumatan, apabila kejang demam menunjukkan cirri sebagai berikut (salah satu): 1) Kejang lama > 15 menit 2) Adanya kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang, misalnya hemiparesis, paresis Todd, Cerebral Palsy, retardasi mental, hidrosefalus 3) Kejang fokal Pengobatan rumat dipertimbangkan bila: a. Kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam b. Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan c. Kejang demam 4 kali pertahun Obat rumatan yang dipilih adalah fenobarbital (dosis 3-4mg/kg/hari dalam 1-2 dosis) atau asam valproat (dosis 15-40 mg/kg/ hari dibagi dalam 2-3 dosis) selam 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. Edukasi pada orang tua: Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua. Kecemasan ini harus dikurangi dengan cara: 1. Tetap tenang dan tidak panik 2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama di sekitar leher 3. Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut. 4. Ukur suhu, observasi, dan catat lama, dan bentuk kejang 5. Berikan diazepam rektal. Dan jarang diberikan bila kejang telah berhenti 6. Bawa kedokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih. Konsultasi : Apabila dengan pemberian diazepam intravena 2x, dilanjutkan dengan fenitoin,

kejang tidak berhenti. Lebih baik merujuk pasien ke Dokter Spesialis Anak. Kegiatan Kepatuhan makan obat dan pemantauan efek samping obat Laboratorium Nasihat Periode Pada saat bulan pertama, dan setiap 3 bulan berikutnya Pada saat bulan pertama, dan setiap 3 bulan berikutnya Setiap kali kunjungan Hasil yang diharapkan Segera diketahui efek samping obat atau kesalahan cara minum obat Pemantauan Fungsi Hati Kepatuhan minum obat dan pemahaman akan penyakitnya meningkat

Вам также может понравиться