Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Newsletter
OSN
Laporan Utama
Laporan Utama
OSN
Generasi Emas yang Inovatif, Berbudaya, dan Berdaya Saing. Kata berbudaya pada tema tersebut, menurut Direktur Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Totok Suprayitno, Ph.D., merupakan sikap dari peserta OSN yang mencerminkan sistem nilai. Budaya itu kan merupakan sebuah sistem nilai yang harus kita junjung tinggi. Misalkan di dalam berkompetisi itu harus jujur, jelas Totok Suprayitno. Nilai budaya seperti kejujuran memang penting bagi masa depan ilmuwan. Bila seorang ilmuwan tidak menjadikan kejujuran sebagai dasar kehidupannya, dapat dipastikan masa depannya menjadi suram. Sebab, hampir tidak ada ilmuwan pembohong yang mendapat hati di dunia ilmiah. Penjelasan Totok Suprayitno tersebut selaras dengan pendapat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Nuh, DEA., yang berharap kejujuran tertanam di jiwa setiap peserta OSN. Apabila kita ingin membangun bangsa yang berbasis ilmu pengetahuan, maka prinsip kejujuran harus ditanamkan, tegas Mohammad Nuh, pada pembukaan OSN di Padepokan Pencak Silat, Jl Taman Mini 1, Jakarta Timur, Senin (3/9) kemarin. Ketika kejujuran telah tertanam dan menjadi karakter setiap peserta OSN, harapan terhadap lahirnya generasi emas yang memiliki tradisi mengukir prestasi di setiap kompetisi bukan lagi sekedar mimpi. OSN merupakan wahana terciptanya proses yang mengasah budaya jujur, sekaligus mengukir tradisi berprestasi. (M. Adib Minanurokhim)
Foto: Alvein Pengarah: Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Penasihat: Sekretaris Ditjen Pendidikan Dasar Penanggung Jawab: Nono Adya S. Pemimpin Redaksi: Yudistira Wakil Pemred : M. Akbar, Engkus Kusnandar Redaktur Pelaksana : Satriyo Wibowo, Syamsul Arifin Redaktur: Billy Antoro, M. Adib Minanurrokhim Reporter : M. Rizal, Benny Susanto, Sulaiman, Robert, Dwi Riyanto, Eky, Farhan, Ghofur, Senoaji, Hery S, Freddy, Baydhowi, Mauludy, Adinanto, Syafrizal, Rasis, Fanar Fuadi, Denny, Vico, Sugeng, Ronny Fotografer : Alvein, Yudi S, Qiqi, Sawy Tata Letak: Ihyak Ulumuddin Laman: Dadang Latif
Foto: Billy
Alamat Redaksi: Bagian Perencanaan dan Penganggaran Setditjen Pendidikan Dasar, Kemdikbud Jl. Jenderal Sudirman, Gedung E Lantai 5, Senayan, Jakarta. Telp. 021 5725613 Laman: http://dikdas.kemdikbud.go.id
OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) adalah proses tiada henti. Siswa-siswi dan segenap stakeholder pendidikan yang terlibat di dalamnya, secara bergantian melakukan kerja produktif. Mulai dari memilah calon peserta OSN, menanamkan ilmu pengetahuan, merawat dan mengembangkan penguasaan ilmu pengetahuan, hingga menuai hasilnya sebagai ilmuwan muda. Pola seleksi OSN yang berjenjang, yang dimulai dari tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten, hingga provinsi, dan kemudian berkompetisi di tingkat nasional adalah proses pemilahan bibit-bibit unggul dalam bidang sains, sekaligus penamaman ilmu pengetahuan. Sementara penghargaan dan pembinaan berkelanjutan terhadap para juara OSN adalah bagian dari
proses merawat sekaligus menuai hasil berupa lahirnya para ilmuwan muda. Hal ini, menjadi semacam siklus, yang akan kembali berulang secara teratur dengan generasi yang berbeda-beda. Yang awalnya dibina, pada 5 atau 10 tahun kemudian akan menjadi pembina, mendidik dan mengantarkan generasi selanjutnya pada proses keilmuan. Ketika OSN menjadi proses yang produktif, di dalamnya harus ditanamkan nilai-nilai budaya agar peserta didik menjadi manusia yang berbudaya. Hal ini seperti yang tertuang dalam tema OSN tahun ini, yaitu Membentuk
Foto: Adib
Foto: Sawi
OSN
Jenjang SD
Jenjang SD
OSN
Foto: Denny
Tes tertulis bagi peserta Olimpiade Sains Nasional (OSN) jenjang Sekolah Dasar (SD) diselenggarakan mulai Selasa, 4 September 2012. Bertempat di ruang Utari Hotel Bidakara, Jakarta, seluruh peserta OSN jenjang SD yang berjumlah hampir 200 orang mengikuti ujian tersebut dengan serius. Tes tertuis ini dilakukan dalam dua tahapan. Panitia memberikan jeda waktu istirahat selama 30 menit kepada peserta di antara dua tahapan ujian tertulis tersebut. Meskipun telah mengikuti seleksi dari tingkat kecamatan, kabupaten, hingga provinsi, beberapa peserta mengaku terkejut dengan soal yang disajikan pada tingkat nasional ini. Soalnya berbeda sekali dengan tingkat kota maupun provinsi. Ini lebih susah, ungkap Gabriela Valerie Katanto, peserta OSN SD bidang IPA dari provinsi Banten. Perempuan yang akrab disapa Gaby ini menambahkan, adanya soal uraian pada soal OSN yang membuatnya lebih sulit. Di tingkat kota dan provinsi tidak ada soal uraian. Begitu di OSN soalnya ada uraian, itu yang bikin keliatan susah, papar siswi kelas VI SDK Penabur Kota Modern, Tangerang, ini. Ternyata soal seperti ini disengaja. Tujuannya agar peserta lebih siap dengan kompetisi di tingkat internasional semisal International Mathematics and Science Olympiad (IMSO). Desain soal yang disajikan pada tingkat nasional memang sengaja dibuat dengan tingkat kesulitan yang tak jauh berbeda di tingkat internasional, ungkap Dr. Saladin Uttunggadewa, Ketua Dewan Juri OSN SD. Namun, Saladin mengaku dewan juri memiliki prinsip dasar bahwa soal yang dibuat harus sesuai dengan kurikulum SD. Peserta olimpiade, ucapnya, seharusnya dilatih sesuai dengan kurikulum yang sepadan dengan pelajaran di sekolah. Soal yang kami buat akan lebih sulit bila dikerjakan dengan menggunakan cara yang lazim dilakukan pada level lebih tinggi seperti SMP maupun SMA, tandas pengajar di Jurusan Matematika Institut Teknologi Bandung ini. (Denny Mahardy)
Foto: Eky
Saat lomba berlangsung, orang tua dan pembina menunggu di luar tempat ujian. Layar besar tersedia sehingga mereka dapat menyaksikan siswa didiknya menjalani ujian. Soal ujian sudah dibuat sesuai silabus. Untuk soal sudah standar olimpiade internasional. Akan tetapi kurikulum atau KTSP sudah kita naikkan kualitasnya agar bisa mencari yang terbaik dan siap untuk ajang internasional, ujar Taufik Rahman dan Abdul Waris selaku juri dari Institut Teknologi Bandung. Ketatnya peraturan tidak membuat beban dan tegang peserta. Karena mereka masih kelihatan bercanda dan bermain dengan teman-temannya. Takut sih ada sedikit, tapi ya senang karena bisa bertemu dengan teman banyak, ujar Erlangga Putra dari SD 002 Bukit Besar, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Dalam lomba ini, di sesi pertama juri dan panitia sengaja membuat soal yang sedikit ringan agar siswa bisa melakukan pemanasan dan pikiran siswa tidak kaget. Untuk sesi kedua siswa diberikan soal yang lebih banyak uraiannya. Ini semua dilakukan untuk mencari siswa yang terbaik dan patut memperoleh penghargaan dan medali. (Mauludy)
Fotografer:
OSN
Jenjang SMP
Jenjang SMP
OSN
MUHAMMAD IKHSAN
SMP Negeri 1 Padang, Sumatera Barat Peserta Bidang Biologi
Ditimbang-timbang
Dari 110 soal (60 pilihan ganda, 40 soal analisis, 10 isian singkat), saya tak bisa mengerjakan semuanya. Soalnya ada sistem minus untuk pilihan ganda dan isian. Jadi harus ditimbang diisi atau tidak. Tema yang sulit menyebar. Ada yang susah, ada yang mudah. Untuk persiapan, saya tidak menjalani karantina. Saya hanya mengikuti pelatihan praktikum di Universitas Negeri Padang (UNP). Pembinanya dosen UNP. Materi soal, ada yang sesuai dengan materi yang diberikan saat karantina. Sebenarnya soal praktikum lebih kepada apakah kita mengerti dengan soal yang dipraktikkan.
Foto: Billy
Foto: Billy
BAYU SATRIA TAKARIPUTRA SMP Negeri 1 Surabaya, Jawa Timur Peserta Bidang Matematika
Hanya Sebagian
Tadi hanya bisa mengerjakan soal sebagian. Dari lima soal, hanya tiga yang yakin bisa dikerjakan. Dua soal tidak yakin. Tiga soal itu tentang perbandingan, geometri, dan aljabar. Soal sulit diselesaikan karena banyak soal modifikasi. Saya menjalani karantina selama dua hari. Yang bimbing guru dari SMP Petra. Di hotel. Insya Allah saya optimis dapat medali.
RAHMATIA SMP Negeri 1 Kodeoha, Sulawesi Tenggara Peserta Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial
Soalnya 40 pilihan ganda, 3 esai, dan 10 isian. Saya kerjakan semuanya walau ada soal yang belum pernah dipelajari. Rasanya banyak soal yang merupakan pelajaran SMA. Materi yang menurut saya sulit adalah tentang sejarah karena harus mengingat masa lalu. Tak ada karantina. Saya belajar di rumah dibimbing guru IPS. Persiapan hanya satu bulan. Optimis ya optimis, tapi kalau tidak menang ya mau apalagi.
Foto: Billy
Fotografer:
Alvein
Foto: Billy
Foto: Billy
OSN
OSN
Foto: Billy
di sekolah. Namun bukan berarti semua siswa memahami kondisinya. Materi pelajarannya pun disesuaikan dengan kondisi siswa. Pelajaran yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan siswa. Yang diprioritaskan adalah pelajaran
yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, ucapnya. Melihat kondisi Noverian, Juni Padimanto tampak ceria. Ia optimis anak didiknya meraih medali. (Billy Antoro)
Fotografer:
Alvein
OSN
Jenjang SMA
Jenjang SMA
OSN
Foto: Qiqi
Fotografer:
10
Foto: Qiqi
11
OSN
Jenjang SMA
Jenjang SMA
OSN
Foto: Sulaiman
Fotografer:
Yudi S., Qiqi
12
13
OSN
Jenjang SMA
Jenjang SMA
OSN
Fotografer:
Selain itu, menurut Alamsyah, perkenalan ini memiliki nilai istimewa karena ia bisa bertukar pikiran dengan para jawara tingkat provinsi yang berkumpul dan berkompetisi di bidang sains di Jakarta. Lebih-lebih tambahnya. bisa saling bertukar pikiran,
Sementara itu, mengenai soal ujian OSN bidang Matematika yang baru saja dia kerjakan, Alamsyah mengaku kesulitan. Padahal materimaterinya sudah dipelajari semua sebelumnya. Ia pun merasa gentar karena sadar bahwa OSN merupakan kegiatan berskala nasional. Namun demikian, ia masih berharap untuk bisa memetik juara meski bukan juara pertama. Target medali hanya perak, karena saya masih kelas I SMA. Terlalu tinggi bila saya bicara target medali emas, ujarnya kalem. Sebelum tiba di Jakarta, Alamsyah sudah melakukan persiapan selama tiga bulan, dan juga mengikuti masa karantina di kota Padang selama satu minggu. Pada masa karantina dia dibimbing oleh Tim Pembina Olimpiade dari Bandung. Materi yang didapat selama masa karantina adalah Aljabar, Teori Bilangan, Geometri dan Kombinatorik. (Fanar Fuadi)
14
15
OSN
OSN
Matematika dari SLB. Sri Soedewi Masjchun Sofwan, SH., Jambi. Menurut M. Jumadi sebagian besar siswa berkebutuhan khusus yang rata-rata dari kalangan kurang mampu banyak mengalami kesulitan mendapat ijin dari orang tuanya. Tentu hal ini menjadi kendala dalam pemerataan pendidikan dan pertumbuhan kualitas siswa PKLK di Jambi, ujarnya di Twin Plaza Hotel Jakarta, Selasa (4/9). Persoalan tersebut, tambah M. Jumadi, karena pemahaman para orangtua yang pesimis terhadap kondisi fisik anaknya. Sikap pesimis ini menjadi persoalan utama Pemrpov Jambi. Orang tua lebih menganjurkan anaknya tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang tinggi, asalkan sudah bisa baca tulis cukup SD saja, tambah Jumadi.
Soal OSN Harus Sesuai Kondisi ABK Menurut M. Jumadi, soal-soal OSN di tahun mendatang harus lebih disesuaikan dengan kondisi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Soal Matematika yang diberikan kepada siswa tuna netra misalnya, yang mengacu pada hitungan Algoritma, Cosinus, Garis Bidang yang rumit, atau soal lainnya yang sangat tidak memungkinkan siswa berkebutuhan khusus melanjutkan pada jenjang profesi diharap tidak lagi diujikan. Karena siswa tuna netra tidak mungkin menjadi profesional di bidang sipil, arsitek atau yang berperan besar menggunakan indra penglihatan, jelas M. Jumadi. Sebaiknya, tambah M. Jumadi, Matematika untuk siswa tuna netra hanya bertujuan untuk mengasah kemampuan siswa berpikir logis dan sistematis. (Ronny)
Foto: Ronny
Fotografer:
EDISI 3 / 6 SEPTEMBER 2012
16
17
OSN
Jenjang Guru
Jenjang Guru
OSN
Sementara itu Maria Paristiowati, salah satu tim juri bidang studi Kimia mengatakan, belum terlihat jelas siapa yang akan keluar sebagai juara sebab tim juri belum melakukan penilaian. Namun, dari segi kuantitas, peserta ini didominasi oleh guru yang berasal dari pulau Jawa. Ada kemungkinan salah satu dari mereka bisa menang, tetapi belum tentu juga karena setiap peserta ini memiliki potensi yang bagus, tegasnya. Maria menambahkan, semua peserta sudah melewati berbagai seleksi di tingkat kabupaten dan provinsinya masingmasing. Ia percaya mereka yang hadir saat ini sudah yang terbaik walaupun ia masih menyayangkan masih ada daerah yang belum memiliki wakil. Menurutnya ini dikarenakan kurang maksimalnya sosialisasi di tingkat daerah. Sangat disayangkan memang, saya harap tahun depan akan lebih banyak daerah yang mengirim perwakilannya. Sosialisasi OSN Guru harus tepat sasaran dengan kerja sama antara penyelenggara dan dinas pendidikan daerah setempat, tutupnya. (Vicharius Dian Jiwa)
Foto: Vico
Walaupun sulit, I Putu Mahardika yang datang ke Jakarta bersama-sama guru dari Bali lainnya mengakui amat menikmati suasana di dalam kompetisi ini. Sebagai seorang guru, ini merupakan pengalaman pertamanya mengikuti ajang di tingkat nasional. Biasanya saya hanya menjadi pembimbing buat murid-murid saya yang mau ikut olimpiade, sekarang giliran saya ikut juga, ujarnya. Putu merasa siap menghadapi semua ujian yang disajikan walaupun ia belum memiliki bayangan mengenai bentuk ujian praktiknya. Pihak panitia tidak menjelaskan dengan detail, kata Putu sembari bersiap-siap mengikuti ujian sesi kedua. (Vicharius Dian Jiwa)
Foto: Vico
Fotografer:
Denny, Vico, Sawy
18
19
O S N SIAPA DIA
OSN ini juga sebagai ajang untuk mengembangkan semangat berkompetisi dan tradisi berprestasi baik di tingkat nasional maupun internasional. OSN yang diselenggarakan di Jakarta tahun ini, merupakan OSN yang ke-11 setelah diadakan di Yogyakarta tahun 2002. OSN merupakan agenda tahunan Kemdikbud yang diselenggarakan bagi peserta didik dan guru untuk mengembangkan kreativitas dan mengaktualisasikan diri untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari tahun ke tahun, penyelenggaran OSN telah berkembang menjadi sarana terbaik dalam mencari tunas-tunas bangsa berprestasi dan membanggakan di berbagai komptesi di level internasional. (Hamid Muhammad, Ph.D., Direktur Jenderal Pendidikan Menengah, Kemdikbud)
Foto: Ronny
strategis untuk membentuk generasi yang selalu berusaha mengembangkan kemampuan yang dimilikinya seoptimal mungkin sesuai dengan karakteristiknya. Dalam jangka panjang, mereka menjadi generasi yang berkepribadian, kokoh, kompetitif, dan mandiri. (Prof. Suyanto, Ph.D., Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Dasar, Kemdikbud)
S O N
Foto: Sawy
Foto: Adib
Bagi PKLK Dikmen, OSN yang diikuti oleh SMA LB dan Inklusi ini bertujuan: 1) Dengan adanya OSN ini maka anak-anak harus berpacu untuk belajar, kemudian bersaing di provinsi dan di event nasional. Mereka diharapkan bisa menunjukkan kreativitas, inovasi, dan kecerdasannya sehingga mereka bisa dinobatkan sebagai juara. 2) OSN ini juga melahirkan pemerataan kecerdasan anak, karena OSN membuka peluang bagi seluruh anak Indonesia untuk berkompetisi dalam bidang sains. Sehingga, anak-anak yang ada di daerahdaerah, baik di pulau-pulau besar dan kecil, sudah merata kecerdasannya dan siap untuk bersaing di tingkat lokal, nasional, regional dan internasional. Kemudian, para juaranya nanti akan ditindaklanjuti dengan even-even yang diselenggarakan secara internasional. Karena ada lomba bidang sains untuk anak-anak berkebutuhan khusus di tingkat Asia Pasifik, khususnya untuk Tuna Rungu dan Tuna Netra. (Dr. Sutji Haryanto, Kasubdit Kelembagaan dan Peserta Didik, Dit. Pembinaan PKLK Dikmen)