Вы находитесь на странице: 1из 21

1

MICROBIAL FUEL CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF MENGGUNAKAN BAKTERI Escherichia coli

ARTIKEL

Oleh :

FITRINALDI 0921207021

PROGRAM STUDI KIMIA PASCASARJANA UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011

MICROBIAL FUEL CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF MENGGUNAKAN BAKTERI Escherichia coli

Oleh FITRINALDI (0921207021) Dibimbing oleh Prof. Dr. H. EMRIADI, MS dan Prof. Drh.Hj. ENDANG PURWATI, MS.Ph.D

ABSTRACT

The utilization of bacteria to produce electrical energy into efforts made and carried out by researchers in recent years. The system used is a technology Microbial Fuel Cells (MFCs) that converts chemical energy storage in the form of an organic mixture into electrical energy that continues through the catalytic reaction by the microorganisms and produce electrical energy. MFCs system will utilize the results of the metabolic processes of bacteria. The bacteria will break down glucose metabolism with a hydrogen (H2) and oxygen (O2). Hydrogen is the raw material used for the reduction reaction with oxygen, thereby releasing electrons at the anode as a source of electrical current. The results stated that the bacterium Escherichia coli isolated from cattle feces and rumen can be used to generate electricity using microbial fuel cell systems. Comparison of each MFC system that uses graphite as the anode and the cathode showed that E.coli strains isolated from rumen juice is better than E. coli isolated rumen buffalo and goat fecal E. coli isolated in a yield stress (VoC) of 512 mV, maximum current density 1148 mA/m2 and power density of maximum 373.4 mW/m2. Comparison of each MFC system that uses zinc as the anode and the braided copper wire as the cathode showed that E. coli isolated from cattle feces is better than E. coli isolated from

chicken feces and fecal E. coli strains isolated from ducks in generating voltage (VoC) of 889 mV, maximum current density 220 mA/m2 and power density of maximum 83.1 mW/m2. Keywords: Microbial Fuel Cells, E. coli, hydrogen, juice of the rumen, cow feces. PENDAHULUAN Listrik menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan manusia pada saat ini. Di negara berkembang seperti Indonesia, listrik diperoleh dengan cara pengolahan berbagai macam sumber daya fosil yang dimiliki. Dilakukanlah ekplorasi hasil fosil seperti minyak bumi, gas, batubara secara besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah cadangan bahan bakar khususnya minyak dan gas. Hal inilah yang memicu terjadinya kenaikan harga dan terjadinya krisis energi, khususnya listrik di negeri ini. Pemanfaatan bakteri untuk menghasilkan energi listrik menjadi upaya yang ditempuh dan dilakukan oleh para peneliti dalam beberapa tahun ini. Sistem yang digunakan adalah teknologi Microbial Fuel Cells (MFCs) yang merubah penyimpanan energi kimia dalam bentuk campuran organik menjadi energi listrik yang terus menembus reaksi katalis oleh mikroorganisme telah menghasilkan energi listrik. Bakteri bisa digunakan dalam sistem MFCs untuk menghasilkan energi listrik sambil menyelesaikan proses penghancuran dari material organik (Du et al., 2007). Berbagai macam cara telah diupayakan sebagai solusi mengatasi ketergantungan manusia atas energi yang berasal dari fosil. Energi baru terbarukan dipandang sebagai salah satu cara untuk mengatasi krisis energi global. Metode pengembangan energi listrik dari sumber yang dapat terbarukan tanpa menghasilkan emisi karbondioksida (CO2) dan ramah lingkungan telah ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti (Du, Zhuwei, Li dan Gu, 2007).

Sistem MFCs ini akan memanfaatkan hasil dari proses metabolisme bakteri. Bakteri akan melakukan metabolisme dengan mengurai glukosa menjadi hidrogen (H 2) dan oksigen (O2). Hidrogen merupakan bahan baku yang digunakan untuk reaksi reduksi dengan oksigen, sehingga melepaskan elektron pada anoda sebagai sumber arus listrik. Apabila dibandingkan dengan baterai yang hanya mampu mengandung material bahan bakar yang terbatas, MFCs dapat secara kontiniu diisi molasses atau glukosa untuk diuraikan oleh bakteri menjadi bahan bakar (hidrogen). Bakteri yang telah digunakan para peneliti dalam sistem MFCs adalah Shewanella putrefaciens, Geobacteraceae sulferreducens, Geobacter metallireducens dan Rhodoferax ferrireducens (Du, et al., 2007). Selain itu salah satu bakteri yang juga dapat menghasilkan hidrogen adalah Escherichia coli atau E. coli.Pada penelitian ini bakteri yang digunakan adalah E. coli yang telah diisolasi dari feses sapi, feses ayam, feses itik, feses kambing, rumen kerbau, air perasan rumen dari peternakan yang terdapat di Kota Padang Sumatera Barat. Proses isolasi bakteri E. coli dilakukan dengan metode konvensional, kemudian dilakukan pengujian dengan menggunakan media spesifik CHROMagarTM E. coli 0157. Bakteri yang telah diisolasi dimasukkan ke dalam sistem MFC untuk melihat energi listrik yang dihasilkan. Setelah listrik yang diperoleh dari MFC berhasil dihasilkan, upaya untuk menjaga kultur bakteri perlu dilakukan. Setelah itu pengujian bakteri E. coli molekular dengan menggunakan PCR (Polymerase Chain Reaction). secara

MATERI DAN METODE Bahan Bahan-bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah CHROMagarTM E. coli 0157, Mac conkey agar (Merck), Pepton water (Merck), Agarose Ultrapure (Invitrogen), 1 kb

DNA ladder (invitrogen), Aquadest, NaCl, EDTA, Etanol, Etidium bromida, , Tris base, Buffer TBE (Tris Boric acid EDTA), Primer 16E1 (5GGGAGTAAAGTTAATACC TTTGCTC-3) (1st BASE), dan 16E2 (5TTC CCG AAG GCA CAT TCT -3) (1st BASE), ddH2O, Deoksi Nucletide Triposphate (dNTPs), taq Polymerase, 1 x buffer. Peralatan Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan yaitu : Microbial fuel cell, Multimeter digital (Sanwa), Nafion NRE-212 (American Du Pont Company), inkubator (Gallenkamp), autoklav (All American), pipet mikro (Eppendorf), petridish, hoki stik, jarum ose, laminar air flow (ESCO), mesin PCR (Eppendorf Mastercyclergradient), mikrosentrifuge (Eppendorf Minispin), eppendorf, alat elektrophoresis, Kamera merek nikon, freezer, vortex (Mixer VM-1000), dan alat-alat gelas laboratorium.

Cara Kerja Sampel kotoran ternak dan rumen dikoleksi dari berbagai daerah di kota Padang. Untuk kotoran ayam, kambing dan sapi diambil dari kandang Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Sedangkan untuk kotoran itik diambil dari daerah Bariang Andalas, Padang. Rumen sapi, rumen kerbau diambil dari RPH Badar Buat Kota Padang. Sampel sebanyak 6 buah dimasukkan ke dalam kantong plastik bersih. Sampel diambil sebanyak 1 gram kemudian ditambahkan 9 ml medium pepton water. Inkubasi selama 6 jam. Lakukan serial pengenceran hingga 10 -4, tanam pada media onto MacConkey Agar. Inkubasi selama 24 jam dalam inkubator 37oC. Nanti akan ditemukan E. coli yang berwarna merah muda. Koloni E. coli tunggal yang tumbuh dipindahkan kembali ke dalam media MacConkey Agar, secara streak. Inkubasi pada suhu 37C selama 24 jam untuk pemurnian (Purwati, dkk) E. coli yang telah berhasil diisolasi dengan metode konvensional dibiakkan kembali dalam medium pepton water. Kemudian diinkubasi selama 6 jam. Setelah itu ditanam pada

media CHROMagarTM E. coli 0157. Inkubasi selama 24 jam dalam inkubator suhu 37 oC. E. coli yang berwarna ungu adalah E. coli O157 yang patogen. Apabila E. coli yang ditemukan berwarna biru adalah E. coli yang non patogen. Setelah didapatkan bakteri E.coli kemudian dilakukan pengujian dengan unit MFC yang telah disiapkan sebelumnya. Berikut ini tahapan-tahapan yang dilakukan (Modifikasi Ming dan Ping, 2008) : 1. Disiapkan sistem MFC dengan prinsip dua kamar dengan ukuran 10 cm x 20 cm x 10 cm, sebagian sekat antara kedua kamarnya merupakan nafion dengan ukuran 2 cm x 2 cm, pada masing-masing kamar ditempatkan batangan grafit dan Seng serta jalinan kawat tembaga sebagai anoda dan katoda. 2. Pada bagian anoda dimasukkan E. coli dan metilen blue, sedangkan pada katoda

dimasukkan ferisianida yang berfungsi sebagai akseptor. 3. Anoda dan katoda di hubungkan dengan amperemeter 4. Amperemeter dipasang seri dengan sumber sedangkan voltmeter dipasang paralel. 5. Pengukuran dilakukan hingga tegangan stabil sehingga didapatkan kurva arus dan tegangan dari hasil percobaan. 6. Pembebanan dilakukan dengan variatif beban 10- 10000 . Pengukuran dilakukan dengan memasang amperemeter seri dengan beban, sedangkan voltmeter paralel dengan beban. Pada Gambar 1 terlihat saklar yang berfungsi untuk

menghubungkan alat ukur ke beban. Hasil pengukuran dicatat per jam selama beberapa jam. Hal ini dilakukan sampai sistem steady state, supaya didapatkan waktu yang diperlukan setiap sistem sampai mendapat keadaan stabil dan untuk melihat tegangan open circuit maksimal (Voc).

Gambar 1. Proses pengukuran Microbial fuel cell (Sumber Foto : Fitrinaldi) Ekstraksi Genom DNA (Modifikasi Radji, 2010) Ekstraksi Genom DNA dilakukan dengan metode Boil Cell Extraction (BCE). Kultur media yang terdapat dalam tabung eppendorf sebanyak 1 ml disentrifus pada 12.000 rpm selama 3 menit, supernatan dibuang, endapan disuspensikan dalam 1 ml aquadest steril lalu divortex. Kemudian dipanaskan dalam waterbath selama 10 menit suhu 99 0C,. Selanjutnya diamkan 10 menit dalam lemari pendingin suhu -200C, setelah itu disentrifus pada 12.000 rpm selama 3 menit, supernatan dipindahkan ke dalam tabung eppendorf baru dan siap untuk deteksi gen menggunakan mesin PCR. Genomik DNA yang diisolasi dari koloni bakteri murni diamplifikasi dengan PCR. Reaksi amplifikasi DNA dilakukan dalam thermocycler Mupid-Exu dengan menggunakan primer 16E1 (5GGGAGTAAAGTTAATACC TTTGCTC-3) dan 16E2 (5TTC CCG AAG GCA CAT TCT -3). Komponen dan campuran yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 1(Modifikasi Radji, 2010). Tiap-tiap komponen dimasukkan kedalam tabung eppendorf yang berisi genom DNA, homogenkan dan masukkan ke mesin PCR yang telah dibuat program kerjanya sesuai dengan Tabel 2 (Modifikasi Radji, 2010) :

Tabel 1. Komponen PCR (Modifikasi Radji, 2010). Pereaksi Aquades steril 5x colorless Go tag Primer 1 Primer 2 2.5 mM dNTPs Tag DNA Polymerase DNA Template (Genom DNA) Volume Total Jumlah Pereaksi 11.9 5 2.0 2.0 2.0 0.1 2.0

25 l Keterangan : Primer 1 : 16E1 (5GGGAGTAAAGTTAATACC TTTGCTC-3) Primer 2 : 16E2 (5TTC CCG AAG GCA CAT TCT -3) Tabel 2. Tahapan Kerja Mesin PCR (Radji, 2010) : Temperatur/ Waktu Untuk deteksi gen (35 Siklus) 950C (5 menit) 940C (20 detik) 560C (20 detik) 720C (30 detik) 720C (10 menit)

Tahapan Dalam Siklus Pradenaturasi Denaturasi Annealing (Pengikatan) Extension (Pemanjangan) Elongation (Pemanjangan Akhir) Elektroforesa untuk Escherichia coli

Elektroforesa dilakukan dengan menggunakan gel agarose 1 %. Gel diwarnai dengan ethidium bromida selama 5-10 menit. Elektroforesa menggunakan TBE 1 x pada tegangan 50 volt selama 30 menit. Selanjutnya dilihat gambarannya dibawah alat pengamat DNA (lampu UV). Gel tersebut difoto dengan menggunakan film polaroid dan kamera polaroid MP-4 ldan. Pada foto dapat dilihat pola pemisahan pita-pita DNA yang ukurannya diketahui melalui perbdaningan dengan ukuran pita-pita stdanar 1 kb DNA ladder. Ukuran pita-pita DNA untuk Escherichia coli adalah 584 bp (Sambrook 2001; Jamsari 2007).

HASIL DAN PEMBAHASAN Proses isolasi bakteri E. coli dilakukan secara konvensional dengan cara yang dilakukan Endang, dkk (2005). Sampel dimasukkan ke dalam kantong plastik bersih. Sampel di ambil sebanyak 1 gr, tambahkan 9 ml medium pepton water. Inkubasi selama 6 jam. Serial pengenceran dilakukan hingga 10 -8 dan di tanam pada media Onto Mc Conkey Agar. Inkubasi dilakukan selama 24 jam dalam inkubator dengan suhu 37 oC. E. coli yang berwarna merah muda akan ditemukan seperti tampak pada Gambar 2. Koloni E. coli tunggal yang tumbuh dipindahkan kembali ke dalam media MacConkey Agar, secara streak kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam untuk pemurnian. Bakteri E. coli akan berwarna merah muda jika MacConkey Agar digunakan dalam proses mengisolasinya. Hal ini terjadi karena bakteri E. coli mampu untuk memfermentasi laktosa yang terdapat dalam media agar. Acumedia (2011) menyatakan penggunaan laktosa selama proses fermentasi, mengakibatkan pH di sekitar koloni mengalami penurunan dan menyebabkan perubahan warna pada pH indikator. Penurunan pH disebabkan selama proses pemanfaatan laktosa yang terdapat dalam medium oleh bakteri E. coli dihasilkan asam, dimana pH agar menjadi dibawah 6.8 dan menghasilkan koloni yang tampak berwarna merah/merah muda. Bile salts dan kristal violet yang terdapat dalam media MacConkey agar menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan membiarkan bakteri gram negatif untuk tumbuh.

Gambar 2. Isolasi Bakteri E. coli dengan menggunakan media MacConkey Agar.

Uji Gram yang dilakukan menunjukkan bahwa bakteri yang didapatkan merupakan bakteri Gram negatif karena hasil pengecatan berwarna merah. Hal ini disebabkan oleh bakteri ini tidak mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram dan bentuk selnya adalah batang (basil).

Gambar 3. Pewarnaan Gram bakteri E.coli memperlihatkan warna merah muda. Isolasi Bakteri Dengan Menggunakan Media Spesifik CHROMagarTM E. coli O157 Isolasi dengan menggunakan CHROMagarTM E. coli 0157 bertujuan agar bakteri yang digunakan dalam proses menghasilkan energi listrik adalah bakteri yang tidak bersifat patogen, sehingga memberikan keamanan dalam proses penelitian ini. Penggunaan media CHROMagarTM E. coli 0157 akan memberikan informasi genus dan spesies dari bakteri E.coli yang diteliti. Penelitian Bettelheim (1998) menunjukkan bahwa CHROMagarTM E. coli 0157 mampu memberikan keakuratan hasil sebesar 98 %. Tim CHROMagarTM dalam www.chromagar.com menyatakan bahwa E. coli 0157 akan dideteksi dengan karakteristik warna ungu setelah inkubasi 24 jam, ketika E. coli yang lain masih berwarna biru. Media konvensional untuk mendeteksi E. coli 0157 Sorbitol MacConkey (SMAC) agar, dengan spesifikasi yang sangat sedikit, sehingga sulit untuk membaca hasilnya diakibatkan perubahan warna ketika inkubasi yang lama. CHROMagarTM E. coli 0157, memiliki kemampuan spesifik untuk mendeteksi bakteri E. coli 0157 yang akan mengakibatkan penyakit diare berdarah, kram perut, gagal ginjal. E. coli 0157 terdeteksi dengan warna koloni menjadi ungu seperti pada Gambar 5, sedangkan E. coli yang tidak patogen akan tetap berwarna biru seperti pada Gambar 4.

Gambar 4. Isolasi bakteri E.coli Non Patogen Menggunakan Media spesifik CHROMagarTM E. coli 0157

Gambar 5. Isolasi Bakteri E. coli O157 (ungu) Menggunakan Media Spesifik CHROMagarTM E coli 0157

Pengujian Bakteri Escherichia coli pada sistem Microbial Fuel Cell Pada sistem MFC diperoleh data berupa tegangan dan arus. Proses pengukuran nilai tegangan dilakukan sesaat setelah pemasangan atau disebut pengukuran open circuits voltage (Voc). Pengukuran faktor yang mempengaruhi sebuah MFC dalam memproduksi energi. Pengukuran tegangan open circuits dilakukan sampai sistem mengalami kondisi steady state (kondisi tetap). Proses pengukuran tegangan dan arus berbeban dilakukan setelah tegangan mencapai kondisi tetap. Hal ini dilakukan dengan memasang voltmeter paralel dan amperemeter seri dengan beban. Tujuannya adalah untuk mengukur rapat arus serta daya keluaran sistem. Sesuai dengan hukum ohm yaitu untuk muatan- muatan yang tersebar dalam cairan atau gas,

atau bila terdapat pembawa-pembawa muatan positif dan negatif dengan karakteristik yang berbeda, maka yang diperhatikan adalah rapat arus (J). Sistem Microbial Fuel Cell menggunakan E. coli yang diisolasi dari Rumen Kerbau Pada sistem ini, E.coli yang digunakan diisolasi dari rumen kerbau yang diambil dari Rumah Potong Hewan (RPH) Bandar Buat Padang. Proses isolasi bakteri E.coli dilakukan dengan menggunakan media MacConkey Agar. Koloni bakteri E.coli yang tampak akan berwarna merah muda. CFU yang didapatkan adalah 2,1 x 108 CFU/g. Hal ini berarti 1 ml larutan bakteri E.coli terdapat 2,1 x 108 CFU/g. Untuk mendapatkan proses pengukuran arus dan tegangan dilakukan selama 14 jam. Pengambilan data dilakukan secara acak, sehingga didapatkan data yang menunjukkan hubungan antara kurva tegangan terhadap waktu Sistem Microbial Fuel Cell menggunakan E. coli yang diisolasi dari Air Perasan Rumen Kerbau Pada sistem microbial fuel cell yang menggunakan E. coli dari air perasan rumen kerbau, Proses isolasi bakteri E.coli dilakukan dengan menggunakan media MacConkey Agar. koloni bakteri E.coli yang tampak akan berwarna merah muda. CFU yang didapatkan adalah 2,1 x 108 CFU/g. Hal ini berarti 1 ml larutan bakteri E.coli terdapat 2,1 x 108 CFU/g. Sistem Microbial Fuel Cell menggunakan E. coli yang diisolasi dari Feses Kambing Pada sistem microbial fuel cell yang menggunakan E. coli yang diisolasi dari feses kambing. Proses isolasi bakteri E.coli dilakukan dengan menggunakan media MacConkey Agar. Koloni bakteri E.coli yang tampak akan berwarna merah muda. CFU yang didapatkan adalah 1,1 x 108 CFU/g. Hal ini berarti 1 ml larutan bakteri E.coli terdapat 1,1 x 108 CFU/g. Sistem Microbial Fuel Cell E.coli yang diisolasi dari Feses Sapi Pada sistem microbial fuel cell yang menggunakan E. coli yang diisolasi dari feses sapi. Proses isolasi bakteri E.coli dilakukan dengan menggunakan media MacConkey Agar.

Koloni bakteri E.coli yang tampak akan berwarna merah muda. CFU yang didapatkan adalah 100 x 108 CFU/g. Hal ini berarti 1 ml larutan bakteri E.coli terdapat 100 x 108 CFU/g. Menggunakan tembaga dan seng sebagai anoda dan katoda. Luas permukaan elektroda yang digunakan adalah 47,65 cm2. Sistem Microbial Fuel Cell E.coli yang diisolasi dari Feses Itik Pada sistem microbial fuel cell yang menggunakan E. coli yang diisolasi dari feses itik. Proses isolasi bakteri E.coli dilakukan dengan menggunakan media MacConkey Agar. Koloni bakteri E.coli yang tampak akan berwarna merah muda. CFU yang didapatkan adalah 130 x 108 CFU/g. Hal ini berarti 1 ml larutan bakteri E.coli terdapat 130 x 108 CFU/g. Elektroda yang digunakan adalah seng pada katoda dan tembaga pada anoda. Sistem Microbial Fuel Cell E.coli yang diisolasi dari Feses Ayam Sistem microbial fuel cell yang menggunakan E. coli yang diisolasi dari feses ayam. Proses isolasi bakteri E.coli dilakukan dengan menggunakan media MacConkey Agar. Koloni bakteri E.coli yang tampak akan berwarna merah muda. CFU yang didapatkan adalah 14 x 108 CFU/g. Hal ini berarti 1 ml larutan bakteri E.coli terdapat 14 x 108 CFU/g. Elektroda yang digunakan adalah seng pada katoda dan tembaga pada anoda. Perbandingan Waktu dan Tegangan (Open circuits Voltage) untuk mencapai kondisi tetap (Steady state) yang dihasilkan MFC Dengan Menggunakan Bakteri E.coli yang Diisolasi dari Sampel Feses kambing, Sapi, Itik, Ayam, Rumen Kerbau dan air perasan rumen. Kondisi steady state merupakan kondisi dimana tidak terjadi perubahan tegangan yang dihasilkan oleh sistem MFC. Setelah tercapai tegangan dalam kondisi steady state (kondisi tetap), proses pengukuran tegangan dan arus berbeban dilakukan. Pada masing-masing sistem MFC yang dilakukan, dihasilkan kondisi tetap yang berbeda-beda.

Pada Gambar 5 menunjukkan bahwa tiap sistem pada MFC memiliki kondisi tetap yang berbeda. Pada sistem MFC E. coli rumen kerbau kondisi tetap terjadi pada waktu pengukuran memasuki waktu 14, 33 jam. Sistem E. coli feses kambing kondisi tetap pada waktu 20 jam. Sistem E. coli feses air perasan rumen kondisi tetap pada waktu 51,59 jam. Sistem E. coli feses sapi kondisi tetap pada waktu 17,58 jam. Sedangkan Sistem E. coli feses ayam dan itik kondisi tetap pada waktu 32 jam dan 23,17 jam.
1000 900 800

Tegangan (mv)

700 600 500 400 300 200 100 0 0 20 40 60 waktu (jam)

E. coli Feses Kambing E. coli Rumen Kerbau E. coli air perasan rumen E. coli Feses Sapi E. coli Feses Ayam E. coli Feses Itik

Gambar 5. Perbandingan Waktu dan Tegangan yang dihasilkan MFC Dengan Menggunakan Bakteri E.coli yang Diisolasi dari Sampel Feses kambing, Sapi, Itik, Ayam, Rumen kerbau dan air perasan rumen. Pada Gambar 5 terlihat adanya kenaikan tegangan pada keenam sampel, yang disebabkan oleh koloni bakteri E.coli terus mengalami reproduksi, sehingga dalam proses respirasinya terjadi akumulasi hidrogen. Hal ini sesuai dengan uji spektrofotometer yang menunjukkan bahwa pada 0-4 jam, terjadi peningkatan dan pelipatgandaan jumlah koloni bakteri. Pada 2 jam pertama dengan Optical Density (OD=600) absorban hanya 0.021 kemudian absorban naik drastis pada jam ke 4 menjadi 0,924. Garbutt (1997) menyatakan kondisi pelipatgandaan jumlah bakteri ini disebut dengan fase log atau fase eksponensial. Kondisi ini dipengaruhi oleh faktor inkubasi, pH dari medium.

Ketika sistem mencapai keadaan stabil, berarti sistem dalam penelitian ini telah mencapai titik jenuh atau bakteri tidak lagi bereproduksi maksimal. Sehingga menyebabkan kurva mengalami kecendrungan untuk menghasilkan garis datar, hal ini dikarenakan bakteri sudah mengalami masa stationer, dimana peningkatan jumlah bakteri tidak signifikan. Selain itu berkurangnya substrat untuk pertumbuhan bakteri akibat telah digunakan oleh bakteri, memiliki pengaruh terhadap hidrogen yang dihasilkan. Menurut Garbutt (1997) pada kondisi ini peningkatan jumlah sel hidup pada kultur tidak lagi signifikan. Populasi akan berhenti tumbuh ketika nutrien yang dibutuhkan untuk tumbuh telah digunakan sehingga tidak ada lagi tersedia pada kultur bakteri. Pada Gambar 5 menunjukkan tegangan (open circuits voltage) dari ke 6 jenis sampel yang digunakan. Setelah larutan E. coli dimasukkan ke dalam larutan anoda, kestabilan tegangan (kondisi tetap) membutuhkan waktu yang berbeda-beda. Dimana kondisi tetap yang paling cepat adalah pada sampel yang menggunakan sistem MFC E. coli rumen kerbau yaitu 14.33 jam. Sedangkan kondisi tetap yang paling lama adalah sistem E. coli feses air perasan rumen yaitu 51,59 jam. Pada penelitian Ming dan Ping (2008) kondisi tetap yang dibutuhkan lebih cepat yaitu 65 menit. Diduga perbedaan komposisi larutan pada bagian anoda memberikan efek yang signifikan bagi pertumbuhan bakteri. Ming dan Ping (2008) menambahkan larutan buffer NaHCO3 dan NaH2PO4, selain itu juga dilakukan penambahan vitamin C dan olefin. Sedangkan pada penelitian ini tidak ditambahkan larutan buffer dan vitamin C serta olefin, sehingga waktu untuk kondisi tetapnya lebih lama, tapi berpengaruh terhadap pencapaian tegangan. Pada penelitian ini lebih lambat dalam pencapaian kondisi tetap yaitu 14.33 jam dengan tegangan 364 mV. Untuk penelitian ini tegangan yang tertinggi dihasilkan oleh sistem E. coli feses ayam sebesar 670 mV dengan waktu 32 jam. Jika dibandingkan tegangan yang

dihasilkan, tegangan pada penelitian ini masih lebih rendah, dimana Ming dan Ping (2008) menghasilkan 0.598 V pada waktu 65 menit. Perbandingan Rapat Daya Maksimum dan Tahanan Pada MFC Dengan Menggunakan Bakteri E.coli yang Diisolasi dari Sampel Feses kambing, Sapi, Itik, Ayam, Rumen kerbau dan air perasan rumen. Pengukuran arus dan tegangan pada sistem ini menggunakan variasi beban dari 10 ~10000 . Berdasarkan Gambar 15 dapat dilihat rapat daya maksimum MFC dengan menggunakan E.coli yang diisolasi dari feses sapi adalah 83.1 mW/m2 pada saat beban 293 . E.coli yang diisolasi dari feses itik, rapat daya keluaran maksimumnya adalah 44.3 mW/m2 pada saat beban 503 . E.coli yang diisolasi dari feses ayam, rapat daya keluaran maksimum pada sistem adalah 70.8 mw/m2 pada saat beban 152 . Rapat daya maksimum MFC E.coli yang diisolasi dari air perasan rumen sebesar 1148 mW/m2, pada saat beban 100 sedangkan E.coli yang diisolasi dari feses kambing sebesar 34,3 mW/m2 pada saat beban 666 . Pada E.coli yang diisolasi dari rumen kerbau sebesar 20,8 mW/m2. pada saat beban 3000 .
400 300 200 100 0 -100 0 5000 10000 15000 Tahanan ( feses kambing rumen kerbau feses sapi feses itik feses ayam apr

Gambar 6.

Rapat Daya maksimum (mW/m)

Perbandingan Rapat Daya Maksimum dan Tahanan Pada MFC Dengan Menggunakan Bakteri E.coli yang Diisolasi dari Sampel Feses kambing, Sapi, Itik, Ayam, Rumen kerbau dan air perasan rumen.

Sesuai dengan Hukum Ohm, bahwa tahanan luar sama dengan tahanan dalam sistem saat daya maksimum. Artinya kita dapat mengetahui bahwa tahanan dalam sistem. MFC

dengan E.coli yang diisolasi dari feses sapi, E.coli yang diisolasi dari feses itik, E.coli yang diisolasi dari feses ayam, tahanan dalamnya adalah 293 ,. 503 , 152 . Sedangkan MFC E.coli yang diisolasi dari air perasan rumen, E.coli yang diisolasi dari feses kambing, E.coli yang diisolasi dari rumen kerbau, tahanan dalamnya adalah 100 , 666 dan 3000 . Hal ini menunjukkan apabila sistem dipasang tahanan yang lebih kecil dari tahanan dalam, maka semakin mendekati nilai tahanan dalam, nilai rapat dayanya akan semakin naik. Sebaliknya apabila tahanan luar bertambah besar daripada tahanan dalam sistem maka rapat daya akan semakin turun. Isolasi DNA Bakteri E. coli dan Amplifikasi Menggunakan PCR Identifikasi bakteri E. coli secara molekular dilakukan berdasarkan sekuens 16S Ribosomal RNA. Dimulai dari kultur bakteri dalam medium cair, isolasi DNA, amplifikasi gen 16S rRNA dengan PCR. Radji (2010) menyatakan salah satu pasangan rRNA telah didesain berdasarkan sekuens daerah V3 dan V6 dari gen 16S rRNA telah digunakan untuk mendeteksi E. coli. Pasangan primer 16E1 pada daerah V3 dan 16E2 atau 16E3 pada daerah V6 merupakan sepasang primer yang telah terbukti dapat mengidentifikasi E. coli dan bersifat spesifik spesies terhadap galur E. coli dan non-E. coli. Template DNA sampel dipersiapkan dengan cara Boiling cell extraction (BCE). Dimana proses ekstraksi DNA dilakukan dengan menggunakan pemanasan suhu 1000 C selama 10 menit dan kemudian didinginkan dengan suhu ekstrim yaitu -270 C selama 10 menit. setelah itu template digunakan untuk diamplifikasi dengan PCR. Radji (2010) menyatakan penggunaan metode ini cukup efisien dan ekonomis dimana E. coli termasuk bakteri Gram negatif yang memiliki dinding sel yang tidak terlalu tebal sehingga mudah dilisiskan dengan pemanasan. Pada dasarnya, metode boiling dengan pemanasan 1000 C ini mempercepat lisis dinding sel bakteri sehingga DNA dapat diekstraksi sekaligus mempermudah proses denaturasi rantai DNA ketika dilakukan amplifikasi dengan cara PCR.

Hasil dari proses amplifikasi PCR dicek dengan elektroforesis menggunakan gel agarose 1.5 % dengan waktu running selama 40 menit dengan arus 50 volt. Setelah itu gel difoto dengan Gel Doc Analyse. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 7 Pita DNA hasil amplifikasi dengan PCR. Keterangan : M : Marker 1 kb ladder 1 : Tidak ada sampel (kontrol negatif) 2 : Tidak ada sampel (kontrol negatif) 3 : E. coli dari feses ayam 4 : E. coli dari feses sapi 5 : E. coli dari rumen kambing 6 : E. coli dari feses itik 7 : E. coli dari feses kambing 8 : E. coli dari air perasan rumen Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa pita DNA hasil amplifikasi PCR tampak pada sampel no 5, 6, 7, dan 8. Sampel yang menghasilkan fragmen DNA dengan ukuran sekitar 584 pasang basa menandakan bahwa sampel tersebut positif mengandung E. coli. Sampel yang tidak memberikan pita DNA pada ukuran 584 pasang basa kemungkinan tidak mengandung E. coli atau tidak teramplifikasi dengan menggunakan primer 16E1 dan 16E2. Primer PCR yang digunakan dalam penelitian ini didesain oleh Tsen, et al. Radji (2010)

menyatakan Primer PCR didesain dari sekuens daerah V3 dan V6 gen penyandi 16S rRNA. Spesifitas amplifikasinya diuji terhadap galur E. coli dan non-E/ coli. 16E1 pada daerah V3 dan 16E2 atau 16E3 pada daerah V6 didesain sebagai primer PCR untuk deteksi spesifik E. coli. 16E1 merupakan nukleotida ke 452-476 dari daerah V3, sedangkan 16E2 merupakan nukleotida ke 1018-1035 dari daerah V6. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Bakteri Escherichia coli yang di isolasi dari feses ternak dan rumen dapat digunakan untuk menghasilkan listrik dengan menggunakan sistem microbial fuel cell. 2. Perbandingan dari masing-masing sistem MFC yang menggunakan grafit sebagai anoda dan katodanya menunjukkan bahwa E.coli yang diisolasi dari air perasan rumen lebih baik daripada E.coli yang diisolasi rumen kerbau dan E.coli yang diisolasi feses kambing dalam menghasilkan tegangan (VoC) sebesar 512 mV, rapat Arus maksimal 1148 mA/m2 dan Rapat daya Maksimal 373,4 mW/m2. 3. Perbandingan dari masing-masing sistem MFC yang menggunakan seng sebagai anoda dan jalinan kawat tembaga sebagai katodanya menunjukkan bahwa E.coli yang diisolasi dari feses sapi lebih baik daripada E.coli yang diisolasi dari feses ayam dan E.coli yang diisolasi Feses itik dalam menghasilkan tegangan (VoC) sebesar 889 mV, rapat Arus maksimal 220 mA/m2 dan Rapat daya Maksimal 83,1 mW/m2. Saran 1. Perlu penelitian lanjutan untuk analisa sekuensing ke 6 macam bakteri tersebut di atas untuk mengetahui identitas spesiesnya. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga didapatkan metode penyimpanan energi listrik yang dihasilkan.

3. Untuk penelitian selanjutnya, perlu pemakaian larutan buffer, vitamin C dan olefin untuk menunjang kehidupan bakteri E.coli. Ucapan terima kasih : 1. Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor :

135/UN16/PL/2011. 2. Pelaksana Program Penelitian Hibah Pascasarjana Tahun Anggaran 2011, Nomor : 394/SP2H/PL/Dit.litabmas/IV/2011 yaitu Prof. Drh. Hj. Endang Purwati, MS, Ph.D. 3. Bapak Prof.Dr.H. Emriadi, MS selaku pembimbing I dan ibu Prof.Drh.Hj.Endang Purwati RN, MS, Ph.D pembimbing II.

DAFTAR PUSTAKA Acumedia. 2011. MacConkey Agar. www.neogen.com. United State. Borole, Abhijeet, C. Y. Hamilton, T. A. Vishnivetskaya, D. Leak, C. Andras, J. M. Falvey, M. Keller, and B Davison. 2007. Integrating Engineering Design Improvements With Exoelectrogen Enrichmentprocess To Increase Power Output From Microbial Fuel Cells. Journal of Power Source. Chiao, Mu. K. B. Lam; and L. Lin.2003. Micromachined Microbial Fuel Cells. IEEE. CHROMagarTM. 2010. CHROMagarTM E. coli 0157, For the selective isolation and differentiation of E.coli O157. Paris, France. Deng, Qian, X. Li, J. Zuo, A.Ling , B.E. Logan. 2009. Power Generation Using An Activated Carbon Fiber Felt Cathode In An Upflow Microbial Fuel Cell . Journal of Power Sources Du, Zhuwei, H. Li, and T. Gu.2007. A State Of The Art Review on Microbial Fuel Cell; A Promising Technology for Wastewater Treatment and Bioenergy. Journal Biotechnology Advances 25. 464-482. Fitrinaldi dan Dean C. 2008. Limbah Peternakan Sumber Bahan Baku Microbial Fuel Cell Penghasil Energi. Paper dipresentasikan pada Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM), Bidang IPA wilayah A. Kerjasama Unand dan DIKTI. Padang. Garbutt, John. 1997. Essentials Of Food Microbiology. Arnold. London. Grzebyka, Micha, and G. Pozniak. 2005. Microbial fuel cells (MFCs) with Interpolymer Cation Exchange Membranes. Separation and Purification Technology 41. 321328.

Ieropoulos, J. Greenman, C. Melhuish, and J Hart, (2005). Comparative Study of Three Types of Microbial Fuel Cell. Journal Enzyme and Microbial Technology 37 238245. Jamsari, 2007. Bioteknologi Pemula. Prinsip Dasar dan Aplikasi Analisis Molekuler. UNRI Press. Pekanbaru. Hal: 74-76. Kim, Byung Hong, I. S. Chang, M. Gadd. 2007. Challenges in microbial fuel cell development and operation. Application Microbiology Biotechnology 76:485494 Logan, Bruce. B, Hamelers, R, Rozendal, U, Schrodel, J Keller, S freguia, P, Aelterman, W, Verstraete and K, Rabaey.2006. Microbial Fuel cells : Methodology and Technology. Journal Environmental Science and Tecchnology. 40, 17. American Chemical Society, Ming-Yue and S.Y.Ping. 2008. Preliminary study on Escherichia coli Microbial Fuel Cell and On-electrode Taming of the Biocatalyst. Taiyuan Univercity of Technology. The Chinese Journal of Process Engineering. Peter Clauwaert, and P John., 2009.Litre-scale microbial fuel cells operated in a complete loop. Ghent University. Belgia Purwati, E. 2003. Characterization of Listeria monocytogenes isolated from chicken meat: evidence of conyugal transfer of plasmid Mediated resistance antibiotic. Journal of Animal and Veterinary Advances 2 (4):237-246, Purwati, E., S. Syukur, Z. Hidayat. 2005. Lactobacillus sp. Isolasi dari Biovicophitomega sebagai Probiotik. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. 24 -25 Januari 2005. Radji, M., A. Puspaningrum., dan A, Sumiati. 2010. Deteksi cepat Bakteri Escherichia coli dalam sampel air dengan metode Polymerase Chain Reaction menggunakan Primer 16E1 dan 16E2. Makara, Sains 14, 1 ; 39-43. Sambrook J. & Russel D.W. 2001. Molecular Cloning A Laboratory Manual. Volume 1. Third Edition. CSHL Press. New York Siu, Chin-Pang-Billy, and M, Chiao. 2008. A Microfabricated PDMS Microbial Fuel Cell. Journal of Microelectromechanical Systems. Yi, Hana. 2009.Selection of a Variant of Geobacter Sulfurreducens With Enhanced Capacity for Current Production in Microbial Fuel Cells . University of Massachusetts. United States.

Вам также может понравиться