Вы находитесь на странице: 1из 9

zacoeb_a@yahoo.

com

BAHAN BAJA
SIFAT BAHAN Pengetahuan mengenai sifat baja yang penting jika akan digunakan untuk suatu bagian struktur adalah sifat mekanis yang didapatkan dari uji tarik. Uji tarik ini melibatkan pembebanan tarik specimen baja dan bersamaan dengan itu dilakukan pengukuran beban dan perpanjangan sehingga akan diperoleh tegangan dan regangan yang dapat dihitung dengan rumus :
P A L 0 regangan = = L0 tegangan = f t =

(1)

dengan : ft P A L0 L0 = tegangan tarik yang dihitung (N/mm2) = beban tarik yang diberikan (N) = luas penampang melintang specimen tarik (mm2) (harga ini diasumsikan konstan selama uji dilakukan, pengurangan luas penampang diabaikan) = regangan (mm/mm) = perubahan panjang antara dua titik acuan (mm) = panjang awal di antara dua titik acuan (mm)

1 L0

L0 Potongan 1-1 (luas penampang) P

Gambar 1. Uji tarik baja

Department of Civil Engineering Brawijaya University

13

zacoeb_a@yahoo.com

HUBUNGAN TEGANGAN REGANGAN Suatu batang terbuat dari baja lunak ditarik oleh gaya aksial tertentu pada kondisi temperatur ruang, akan dapat digambarkan suatu diagram yang menyatakan hubungan antara tegangan dengan regangan yang terjadi pada contoh bahan tersebut. Umumnya, regangan (strain) menyatakan besarnya perubahan panjang yang dilambangkan dengan , dan tegangan (stress) dilambangkan dengan menyatakan gaya per luas satuan yang bekerja pada penampang tersebut.

yu y

A A B

Gambar 2. Hubungan tegangan regangan untuk baja lunak Dari sebagian besar percobaan atas baja lunak akan menghasilkan hubungan tegangan regangan yang sejenis, seperti pada Gambar 2. Daerah pertama, OA merupakan garis lurus dan menyatakan daerah linier elastis. Kemiringan garis ini menyatakan besarnya modulus elastis atau disebut juga modulus Young, E.

Department of Civil Engineering Brawijaya University

14

zacoeb_a@yahoo.com

Diagram tegangan regangan untuk baja lunak umumnya memiliki titik leleh atas (upper yield point), yu dan daerah leleh datar, AB. Secara praktis, letak titik leleh atas, A sering diabaikan pengaruhnya. Selanjutnya tegangan pada titik A disebut sebagi tegangan leleh, dimana regangan pada kondisi ini berkisar 0,0012. Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa jika regangannya terus bertambah hingga melampaui harga ini, ternyata tegangannya tidak bertambah atau dapat dikatakan tetap. Sifat dalam daerah AB inilah yang disebut dengan daerah plastis. Lokasi titik B, yaitu titik akhir sebelum tegangan mengalami sedikit kenaikan adalah tidak tertentu, tetapi sebagai perkiraan terletak pada regangan 0,014 atau secara praktis dapat ditetapkan sebesar 10 kali besarnya regangan leleh. Daerah BC, merupakan daerah strain hardening, dimana pertambahan regangan akan diikuti dengan sedikit pertambahan tegangan dan hubungan tegangan regangan bersifat non linier. Kemiringan garis setelah titik B didefinisikan sebagai Es. Titik M, yaitu pada regangan berkisar 20% dari panjang bahan, tegangan mencapai nilai maksimum yang disebut tegangan tarik ultimit (ultimate tensile strength) kemudian pada titik C material putus. Daktilitas merupakan perbandingan antara s dengan y, dimana s adalah regangan strain hardening. Untuk baja struktur, besarnya s kira-kira 10 x y, dan Es besarnya 0,04 E. Dengan demikian, hubungan tegangan regangan setelah daerah ini adalah sangat datar. Hal ini berbeda dengan material getas (brittle material) yang hanya mengalami deformasi plastis sangat kecil sebelum material tersebut mencapai titik hancur. Selanjutnya, jika suatu material logam mengalami keadaan tekan dan tarik secara berulang, diagram tegangan regangannya dapat terbentuk lintasan tarik dan tekan yang sama seperti pada Gambar 3. Hal ini menunjukkan suatu keadaan yang disebut sebagai efek Bauschinger, yang pertama kali dipublikasikan pada tahun 1886 oleh J. Bauschinger.
Department of Civil Engineering Brawijaya University

15

zacoeb_a@yahoo.com

Gambar 3. Efek Bauschinger Hubungan tegangan regangan untuk keperluan analisis ini diidealisasikan dengan mengabaikan pengaruh tegangan leleh atas, strain hardening dan efek Bauschinger, sehingga hubungan tersebut menjadi seperti Gambar 4. Keadaan semacam ini sering disebut sebagai hubungan plastis ideal (ideal plastic relation).

- y

Gambar 4. Hubungan plastis ideal

Department of Civil Engineering Brawijaya University

16

zacoeb_a@yahoo.com

DISTRIBUSI TEGANGAN REGANGAN Sebuah balok di atas dua tumpuan sendi dan menahan beban terpusat P, seperti Gambar 5.a. Dari persamaan keseimbangan diperoleh reaksi tumpuan sebesar P/2 dengan diagram lentur seperti Gambar 5.b, dengan momen maksimum terletak di tengah bentang sebesar PL/4.
P A C P/2 L/2 (a) L/2 P/2 B

PL/4 (b)

Gambar 5. Balok di atas dua tumpuan dengan beban terpusat Jika besarnya tegangan maksimum belum mencapai leleh, distribusi tegangan dan regangan dari semua penampang akan berupa garis lurus sesuai dengan Hukum Bernoulli dan Navier, yaitu bersifat linier dan nol pada garis netral. Sehingga tegangan dan regangan di serat yang ditinjau adalah berbanding lurus terhadap jarak dari garis netral penampang. Tegangan tarik maksimum pada serat bawah dan tegangan tekan maksimum pada serat atas, adalah :

maks =

M S

(2)

dengan : M = momen lentur S = modulus penampang (section modulus)

Department of Civil Engineering Brawijaya University

17

zacoeb_a@yahoo.com

Pada Gambar 6 ditunjukkan keadaan jika beban terpusat semakin besar, tegangan di setiap serat penampang turut bertambah pula. Gambar 6.b, menunjukkan tegangan dan regangan pada serat terluar yang telah mencapai kondisi leleh dan besarnya momen pada titik ini disebut sebagai momen leleh (yield moment), My. Apabila beban P diperbesar lagi, tegangan lelehnya mulai menjalar ke serat sebelah dalam seperti Gambar 6.c-d. Terlihat bahwa tidak ada tegangan yang lebih besar daripada tegangan lelehnya, tetapi momen dalam dapat terus bertambah karena resultan gaya dalamnya bertambah besar. Dengan penambahan beban sedikit lagi, akan tercapai suatu keadaan di mana seluruh serat penampang mengalami tegangan leleh seperti ditunjukkan Gambar 6.e. Momen dalam menjadi maksimum dan merupakan momen plastis dari penampang. Pada kondisi ini, penampang akan berotasi cukup besar tanpa terjadi perubahan momen dan telah terjadi sendi plastis di titik tersebut. Titik C pada Gambar 5 memiliki harga nomen yang terbesar, sehingga titik ini akan lebih cepat untuk berubah menjadi sendi plastis dibandingkan dengan titik-titik lainnya. Perlu diperhatikan juga untuk beberapa penampang yang tidak simetris, letak garis netral kondisi plastis tidak sama atau tidak berhimpit dengan garis netral kondisi elastis. Hal ini dapat dilihat pada profil
T sebagai contohnya. Horne menggunakan istilah untuk garis netral kondisi

plastis sebagai sumbu luas sama (equal area axis).

Department of Civil Engineering Brawijaya University

18

zacoeb_a@yahoo.com

< y

tegangan (a) (b) y (c) 2y (d) (e) 10y

regangan -2y -10y

Gambar 6. Distribusi tegangan regangan HUBUNGAN MOMEN KELENGKUNGAN

A1 (a) O

B1

A y a a1 A1 (b)

B b b1 B1

Gambar 7. Kelengkungan balok

Department of Civil Engineering Brawijaya University

19

zacoeb_a@yahoo.com

Sebelum gaya luar bekerja, balok masih dalam keadaan lurus. Jika diambil sebagian potongannya dan digambarkan kembali pada Gambar 7.a. Setelah gaya luar bekerja, balok tersebut akan melentur. Untuk analisa, biasanya diasumsikan material bersifat homogen dan balok hanya mengalami lentur murni, yaitu dengan mengabaikan pengaruh gaya lintang dan gaya aksial yang bekerja padanya. Perubahan kelengkungan akibat lentur murni ditunjukkan oleh Gambar 7.b. Titik A B akan tertekan, sedangkan titik A1 B1 akan tertarik. Perpanjangan garis A1 A dan B1 B akan bertemu di titik O. Sudut yang terbentuk akibat terjadinya kelengkungan ini dinyatakan dengan . Dalam hal ini asumsi bahwa bidang rata akan tetap rata dan selalu tegak lurus serat memanjang tetap berlaku. Jika cukup kecil, maka : ab = ( - y) dan a1b1 = dengan adalah jari-jari kelengkungan (radius of curvature) (3)

Dengan demikian, regangan memanjang di suatu serat sejauh y dari sumbu netral dapat dinyatakan sebagai :
= ab a1b1 a1b1 y =

(4)

dengan 1/ menunjukkan kelengkungan, tanda negatif menunjukkan bahwa bagian di atas garis netral berada pada kondisi tekan, sedangkan bagian bawah pada kondisi tarik.

Department of Civil Engineering Brawijaya University

20

zacoeb_a@yahoo.com

Terus hang, lanjutannya kapan-kapan di L. Wahyudi hal. 8-10

< y

(a)

(b)

(c)

Department of Civil Engineering Brawijaya University

21

Вам также может понравиться