Вы находитесь на странице: 1из 8

Fisiologi Siklus Menstruasi Siklus menstruasi merupakan siklus perubahan yang terjadi pada wanita mature dan tidak

hamil serta memuncak pada mens. Biasanya siklus menstruasi terjadi selama 28 hari, meskipun ia dapat berlangsung singkat selama 18 hari dan memanjang sampai 40 hari pada beberapa wanita. Siklus menstruasi sebenarnya merupakan siklus perubahan yang terjadi di uterus, dan beberapa siklus perubahan lain juga menyertainya, sehingga sering diartikan sebagai siklus perubahan yang terjadi di sistem reproduksi wanita. Ovulasi biasanya terjadi pada hari ke 14 dari siklus menstruasi yang berlangsung selama 28 hari, namun waktu terjadinya ovulasi ini bervariasi dan tidak sama pada setiap orang dan tergantung dari masa siklus menstruasinya. Terdapat 3 sistem hormon yang berpengaruh sepanjang daur seksual bulanan wanita: Hormon yang dikeluarkan hipotalamus, yaitu GnRH (hormon pelepas gonadotropin) yang terdiri dari FSHRH (follicle-stimulating hormone-releasing hormine) dan LHRH (luteinizing hormone-releasing hormone). Hormon hipofisis anterior, yaitu FSH (hormon perangsang folikel) dan LH (hormon lutein). Kedua hormon ini disekresi sebagai respon terhadap pelepasan hormon GnRH dari hipotalamus. o FSH : merangsang pertumbuhan folikel dalam ovarium. o LH : merangsang ovulasi dari oosit yang matang. Hormon-hormon ovarium, yaitu estrogen dan progesteron, yang disekresikan oleh ovarium sebagai respon terhadap sekresi FSH dan LH.

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang memproduksi estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen

terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan. Terdapat tiga fase pada siklus menstruasi, yaitu: 1. Fase Menstruasi: Hari pertama mens merupakan hari pertama dari siklus mensruasi. Mens ini biasanya terjadi selama 4-5 hari. Fase ini merupakan periode perdarahan ringan, yang terjadi sekitar satu kali dalam setiap bulan, saat epitelium uterus meluruh dan dikeluarkan dari uterus. Menstruasi merupakan discharge darah dan elemen-elemen dari membran mukosa uterus. Deskuamasi endometrium terjadi karena menurunnya kadar Estrogen dan Progesteron, dimana hormon-hormon ini berfungsi dalam proliferasi dan mempertahankan lapisan Endometrium. Penurunan kadar hormon-hormon ini disebabakan karena Korpus Luteum yang berfungsi mensekresikan kedua hormone ini tereduksi menjadi korpus albikans dan kehilangan fungsi sekretorik hormonnya. Penurunan kadar estrogen dan progesterone ini mencetuskan umpan balik pada hipotalamus untuk mensekresikan GnRH yang akan merangsang hipofisis anterior untuk mensekresikan FSH dan LH. 2. Fase Follicular/Proliferatif: Fase Proliferatif pada Endometrium homolog dengan Fase Folikuler yang terjadi pada Ovarium. Kedua fase ini berlangsung terjadi pada waktu antara akhir siklus menstruasi dan ovulasi. Biasanya terjadi 5-14 hari dari siklus haid. Fase ini ditandai perubahan pada Endometrium dimana lapisan fungsional endometrium mulai mengalami proliferasi (berkembang dari sel basal Endometrium) yang cepat dan dinding endometrium terlihat menebal 2-3 cm. Perubahan pada Endometrium ini dipengaruhi perubahan yang juga terjadi pada Ovarium. Pada ovarium, fase folikuler ditandai dengan proliferasi dan pematangan Folikel. Pematangan folikel ini sebenarnya dimulai sejak masa Menstruasi dimana pada fase menstruasi kadar FSH dan LH mulai meningkat (terutama FSH). FSH bekerja pada folikel ovarium dan menginduksi terjadinya proliferasi dan pematangan ovarium. Perkembangan folikel yang terjadi pada masa menstruasi dimana Sel Benih Primodial berproliferasi menjadi Folikel Primer dan dilanjutnya pada fase Folikuler

dimana sel Folikel Primer berkembang menjadi Sel Folikel Sekunder lalu sel Folikel de Graaf (folikel matang). Perkembangan folikel dari folikel primordial sampai dengan folikel De Graaf: Folikel Primodial adalah Oosit primer yang dikelilingi sel-sel folikuler squamous simpleks. Sejak masa pubertas, dibawah pengaruh FSH, folikel ini akan mulai proses pematangannya. Folikel Primer adalah perkembangan pertama dari folikel primodial. Pada tahap awal, sel-sel folikuler mulai berdifereniasi menjadi lebih kuboid membentu Folikel Primer Unilayers dan dilanjutkan dengan perbanyakan sel-sel folikuler ini disebut Folikel Primer Multilayers. Selsel folikuler yang melapisi oosit primer ini disebut sel granulosum. Bagian luar sel-sel granulosum ini berdiferensiasi membentuk lapisan teka. Folikel Sekunder ditandai dengan terbentuknya lakuna-lakuna kecil pada sel-sel sel-sel granulosum yang berisi cairan yang disebut Liquor Folikuli yang merupakan hasil sekresi sel-sel granulosum. Folikel de Graaf ditandai dengan semakin meluasnya ruang antrum dan mendesak oosit primer kesalah satu kutub folikel. Sel-sel granulosum yang ikut terdesak kekutub oosit disebut sel-sel kumulus ooforus. Pada folikel matang ini, oosit primer melanjutkan tahap meiosis I dan meiosis II (hingga tahap metafase). Bagian teka pada folikel yang mengalami pematangan bersifat sekretorik dimana sel-sel ini berfungsi menghasilkan Hormon Estrogen. Karena itu pada masa folikuler ini terjadi peningkatan kadar estrogen yang menginduksi proliferasi endometrium. Pada akhir masa fase Folikuler, dapat terjadi ovulasi. Ovulasi adalah pengeluaran ovum (oosit primer) dari dalam folikel ovarium menuju Oviduct (Tuba Fallopii). Ovulasi diinduksi pelonjakan kadar LH yang cukup tinggi untuk menginduksi ovulasi. Pelonjakan kadar LH yang drastic ini diduga karena meningkatnya kadar estrogen yang cukup tinggi sementara kadar progesterone tetap rendah memberikan umpan positif dalam sekresi GnRH yang memacu LH. LH bekerja dengan menginduksi sekresi Hormon Steroid Folikuler (diantaranya progesteron) yang kemudian bekerja pada folikel dengan dua mekanisme utama dalam menginduksi ovulasi, yaitu: Sekresi Enzim Proteolitik yang menyebabkan melemahnya dinding Folikel. Sekresi prostaglandine kedalam folikel menyebabkan plasma dalam pembuluh darah masuk sebagai transudat kedalam folikel menyebabkan pembengkakan pada folikel. Melemahnya dinding folikel ditambah folikel mengalami swelling menyebabkan dnding folikel rupture dan oosit didalamnya keluar. 3. Fase Luteal/Sekretorik: Fase sekretorik pada endometrium homolog dengan Fase Lueal ovarium. Fase ini terjadi pada waktu setelah (akhir) terjadinya ovulasi dan fase menstruasi berikutnya. Kira-kira fase ini berlangsung 14-28 hari dari siklus menstruasi. Endometrium pada fase sekretorik mengalami proliferasi dengan kecepatan yang semakin meningkat menyebabkan bertambahnya tebal endometrium. Seperti dijelaskan sebelumnya, penebalan dinding

endometrium dipengaruhi oleh kadar estrogen, ditambah lagi pengaruh kadar progesterone dimana pada fase sekretorik kadar kedua hormone ini meningkat pesat. Penebalan dinding endometrium ini merupakan persiapan untuk nidasi bila nantinya terjadi fertilisasi (tidak terjadi pada siklus menstruasi penuh). Selain penebalan dinding endometrium, perubahan lainnya yang terjadi adalah meningkatnya sekresi dari kelenjar uterus menyebabkan dinding-dinding endometrium tertutup banyak secret (juga berperan dalam nidasi). Pada Ovarium, setelah ovulasi terjadi, folikel yang ditinggalkan oleh oosit akan segera berubah adi korpus rubrus karena perdarahan dari vari pembuluh yang menyuplai nutrisi folikel. Karena pengarung LTH dan LH korpus rubrum segera berdiferensiasi mejadi korpus luteum yang bersifat sekretorik. Disebut korpus luteum karena mengandung banyak lutein. Korpus luteum ini berfungsi mensekresikan estrogen dan progesterone yang nantinya akan merangsang proliferasi endometrium. Meningkatnya kadar progesteron dan estrogen memberi umpan balik pada thalamus sehingga menurunkan sekresi FSH dan LH yang menyebabkan terhentinya proliferasi dan pematangan dari folikel. Bila tidak terjadi fertilisasi, korpus luteum akan terdegradasi setelah kira-kira 9 hari pasca ovulasi dan menjadi korpus albikan yang memulai terjadinya fase menstruasi. Pada fase ini folikel yang sudah mengeluarkan oosit saat ovulasi akan menjadi corpus luteum dan terjadi maturasi dan sekresi mukus dari kelenjar uterus. Berikut adalah penjabaran spesifik dari masing-masing fase yang terjadi pada siklus menstruasi. Siklus Menstruasi Fase Menstruasi Proliferatif Ovulasi Sekretorik Hormon Kadar LH Kadar LH dan Peningkatan Karad LH dan Hipofisis rendah dan FSH mulai kadar LH FSH manurun tetap rendah; meningkat mencetuskan setelah FSH mulai dengan cepat terjadinya ovulasi dan meningkat. karena ovulasi. tetap rendah peningkatan Umumnya selama fase estrogen di ovulasi terjadi sekretorik. akhir fase setelah LH proliferatif. mencapai kadar puncaknya. FSH mencapai puncak pada saat sekitar terjadinya ovulasi dan menginisiasi perkembanga n folikel yang dapat memenuhi

Perkembanga n Folikel

FSH yang disekresi saat mens menyebabkan beberapa folikel untuk mulai membesar.

Folikel ovarium mensekresika n estrogen dalam kadar yang rendah.

Estrogen

Progesteron

Folikel ovarium mensekresika n progesteron dalam kadar yang rendah.

Beberapa folikel mulai membesar dan mensekresika n estrogen, namun banyak yang berdegenerasi . Hanya satu folikel yang menjadi matang dan berovulasi di akhir fase proliferatif. Diakhir fase proliferatif, folikel yang membesar meningkatkan sekresi estrogen. Estrogen yang meningkat menyebabkan peningkatan sekresi LH, dan sedikit FSH. Peningkatan LH yang cepat menyebabkan terjadinya ovulasi. Kadar progesteron rendah.

maturasi pada siklus berikutnya. Normalnya, hanya satu folikel yang menjadi matang dan berovulasi dalam responnya terhadap LH. Oosit dan beberapa sel kumulus dilepaskan saat ovulasi.

Mengikuti ovulasi, sel-sel granulosa dari sel yang berovulasi berubah menjadi sel luteal dan mulai mensekresika n banyak progesteron dan sedikit estrogen.

Estrogen mencapai kadar puncak.

Mengikuti ovulasi, kadar estrogen menurun, sedikit estrogen disekresikan oleh corpus luteum.

Kadar progesteron rendah.

Kadar progesteron meningkat karena sekresinya oleh corpus luteum dan tetap tinggi selama fase

Endometrium mengalami nekrosis dan tereliminasi. Hal ini terjadi karena penurunan konsentrasi progesteron menjelang akhir fase sekretorik.

Dalam responnya terhadap estrogen, sel endometrium berproliferasi dengan cepat dan terbentuk beberapa reseptor progesteron pada sel-sel tersebut.

Ovulasi terjadi dalam waktu yang singkat, menandakan berakhirnya fase proliferatif, dan memulai fase sekretorik.

Endometrium Uterus

sekretorik kemudian menurun dengan cepat sesaat sebelum menstruasi, kecuali terjadi fertilisasi. Progesteron menyebabkan sel endometrium membesar dan mensekresika n sejumlah kecil cairan. Endometrium mulai menebal. Pada akhir fase sekretorik, kadar progesteron menurun dengan cepat dan menyebabkan konstriksi pada arteri endometrium yang menyebabkan iskemia sehingga terjadi nekrosis pada endometrium, kecuali terjadi fertilisasi.

Bagan siklus menstruasi:

Bila terjadi fertilisasi saat ovulasi, siklus menstruasi akan tetap berlanjut pada fase sekretorik dimana endometriom semakin menebal dan mempersiapkan tempat untuk implantasi blastocyst. Namun pada akhir fase sekretorik kadar progesteron tidak menurun karena corpus luteum yang mensekresikan progesteron tidak hilang (berdegenerasi) karena dipertahankan oleh hormon human chorionic gonadotropin (HCG) yang dihasilkan oleh massa embrio yang sudah diimplantasi pada endometrium. Karena hal ini, tidak terjadi menstruasi setelah adanya fertilisasi. Daftar Pustaka:

Cunningham, FG. et. al. 2007, Williams Obstetrics, Twenty Second Edition , McGraw Hill, New York. DeCherney, AH. et al. 2007, Current Diagnosis and Treatment Obstetrics & Gynecology, Tenth Edition, McGraw Hill, New York. Gibbs, Ronald S., Karlan, Beth Y., Haney, Arthur F., Nygaard, Ingrid E. 2008, Danforth's Obstetrics and Gynecology, 10th Edition , Lippincott Williams & Wilkins Publishers, New York. Jones, Derek Llewellyn 2002, Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi, Edisi 6, Hipokrates, Jakarta. Saifuddin, Abdul Bari., Rachimhadhi, Trijatmo., Wiknjosastro, Gulardi Hanifa. 2008, Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, Edisi 4. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. Seeley, Stephens,Tate, 2004, Anatomy and Physiology, Sixth Edition, McGraw Hill, New York.

Вам также может понравиться