Вы находитесь на странице: 1из 9

MODUL TUGAS INDIVIDU

DOKTER KELUARGA PUSKESMAS LAWANG


KESEHATAN OKUPASIONAL : CARPAL TUNNEL SYNDROME

oleh : Agung Adhitya Indra (0810710017) Pembimbing : DrG.Purwani Tirahiningrum, MPd Dr. Alidha Nur Rachma

Department of Public Health Faculty of Medicine Brawijaya University 2013

1. IDENTITAS Nama Umur Jenis Kelamin Berat badan Status kawin Pekerjaan Keluarga Alamat
Sosio/Genogram

: Ny. H : 28 tahun : perempuan : 50 kg : Menikah : buruh cuci pakaian : Suami, 2 anak : Jl Ngamarto No.12 RW005/RT007, Lawang
: Terlampir

DATA ANGGOTA KELUARGA No. Nama Usia Pekerjaan Hub. Keluarga 1. Ny. H 24 th Buruh cuci pakaian 2. 3. 4. Tn.S Sdr. M Sdr. A 28 th 7 th 5 th Karyawan pabrik Pelajar pelajar Suami Anak Anak Kawin Belum Kawin Belum Kawin Pasien Kawin Status Kawin

2. ANAMNESA Keluhan Utama Riw. Keluhan : Pasien mengeluh nyeri pada tangan kanan : Pasien mengeluh kesemutan dan nyeri pada tangan kanannya sejak 2 bulan yang lalu. Kesemutan dirasakan mulai dari pergelangan tangan hingga ke ujung jari. Jari yang kesemutan adalah ibu jari, telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Kesemutan dan nyeri terasa terus-menerus. Memberat ketika digunakan untuk aktivitas atau bekerja, namun tidak mereda saat istirahat. Pada saat bangun pagi, kesemutan dirasakan memberat dan pasien sulit menggerakkan tangannya. Nyeri sering kali dirasakan mengganggu pasien waktu bekerja. Keluhan lain : Pasien tidak mengalami keluhan lain.

Riw.pengobatan I. Motivasi saat ini II. :

: Pasien belum mendapat pengobtan sebelumnya.

Setelah diobati bisa sembuh Takut penyakitnya semakit parah Keluhannya mengganggu aktivitas sehari-hari : diri, pasien dapat mengetahui penyebab

Persepsi saat ini Dengan

memeriksakan

penyakitnya dan dapat segera sembuh

3. PEMERIKSAAN A. Pemeriksaan fisik Keadaan umum : compos mentis, kesan gizi baik. Tanda-tanda vital : TD 110/80 mmHg Kepala/leher : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pembesaran KGB (-). Thoraks : a. Cor : Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V MCL S Perkusi : RHM ~ parasternal line dekstra; LHM ~ ictus Auskultasi : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-) Inspeksi : gerak dada simetris Palpasi : stem fremitus dekstra = sinistra Perkusi : sonor pada semua lapang paru Auskultasi : o Vesikuler /Vesikuler Vesikuler /Vesikuler Vesikuler /Vesikuler o Abdomen : Inspeksi : flat Auskultasi : bising usus (+) normal Rhonki Wheezing Nadi : 84x/menit RR : 20x/menit

b. Pulmo :

Palpasi : soefl, Hepar dan lien tidak teraba besar Perkusi : liver span 8 cm. Edema (-), anemis (-)

Ekstremitas :

Pemeriksaan tambahan : flick sign (+), test wrist extension (+), test torniquet (-)
Kesimpulan klinis : Pada pemeriksaan klinis ditemukan adanya gangguan pada nervus medianus

B. Sosial Pasien tinggal di rumah bersama suami dan 2 orang anaknya. Sehari hari pasien bekerja sebagai buruh cuci. Selain itu Pasien biasanya pergi ke pasar, bersihkan rumah, siapkan anak-anak untuk ke sekolah, mencuci pakaian dan memasak. C. Ekonomi Pasien adalah bekerja sebagai buruh cuci penghasilan Rp 300,000 per bulan. D. Budaya Pasien biasanya bekerja mencuci pakaian dengan cara tradisional. Pasien tidak menggunakan prinsip ergonomi kerja.

E. Psikologi Gangguan psikologi dari pasien adalah, pasien merasa tidak nyaman dengan keluhannya, dan hal ini mengganggu aktivitas sehariannya dirumah maupun saat bekerja. 4. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tidak dilakukan karena pasien menolak. 5. DIAGNOSA HOLISTIK SEMENTARA A. 1. Diagnosa biomedis 1 : sindrom trowongan karpal 2. Diagnosa biomedis 2 : rheumatoid athritis

3. Diagnosa biomedis 3 : fraktrur wrist B. Diagnosa faktor risiko : Faktor risiko fisik : kelelahan Faktor risiko kimia : Faktor risiko biologi : Faktor risiko ergonomi : tidak adanya ergonomi kerja saat mencuci Faktor risiko sosial-ekonomi : walaupun sakit tetap bekerja demi bisa menunjang ekonomi keluarga Faktor risiko budaya : Pasien biasanya mencuci pakaian dengan cara tradisional. Pasien tidak menggunakan prinsip ergonomi kerja. C. Diagnosa upaya : Pasien belum pernah menjalani pengobatan sebelumnya. 6. ANALISIS Sindroma Terowongan Karpal (STK) merupakan neuropati tekanan atau jepitan terhadap nervus medianus di dalam terowongan karpal pada pergelangan tangan, tepatnya di bawah fleksor retinakulum. Setiap perubahan yang mempersempit terowongan ini akan menyebabkan tekanan pada struktur yang paling rentan di dalamnya yaitu nervus medianus. Pada pasien Ny. H ini, terdapat faktor risiko berupa Pasien biasanya bekerja mencuci pakaian dengan cara tradisional. Pasien tidak menggunakan prinsip ergonomi kerja. Dari anamnesa, didapatkan informasi bahwa Pasien mengeluh kesemutan dan nyeri pada tangan kanannya sejak 2 bulan yang lalu. Kesemutan dirasakan mulai dari pergelangan tangan hingga ke ujung jari. Jari yang kesemutan adalah ibu jari, telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Kesemutan dan nyeri terasa terus-menerus. Memberat ketika digunakan untuk aktivitas atau bekerja, namun tidak mereda saat istirahat. Pada saat bangun pagi, kesemutan dirasakan memberat dan pasien sulit menggerakkan tangannya. Nyeri sering kali dirasakan mengganggu pasien waktu bekerja. Pemeriksaan tambahanflick sign (+), test wrist extension (+), test torniquet (-). sehingga hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka kondisi pasien lebih mengarah sindroma terowongan karpal pada tangan kanan.

7. DIAGNOSA KERJA : Biomedis/klinis (prioritas) : sindroma terowongan karpal

8. RENCANA MANAJEMEN STATUS BIOMEDIS Carpal tunnel syndrome FAKTOR RISIKO Medikamentosa, prosedur Tx Asam Mefenamat 3 x 500 mg dan vitamin B complex 3x1 tablet Faktor risiko fisik : kelelahan Faktor risiko kimia : Faktor risiko biologi : Faktor risiko ergonomi : tidak adanya ergonomi kerja saat mencuci Faktor risiko sosial-ekonomi : walaupun sakit tetap bekerja demi bisa menunjang ekonomi keluarga Faktor risiko budaya : Pasien biasanya mencuci pakaian dengan cara tradisional. Pasien STATUS UPAYA Menjelaskan pada pasien mengenai penyakitnya, penyebab, dan pengobatannya. Menjelaskan kepada pasien untuk menggunakan prinsip ergonomic kerja yang benar saat mencuci pakaian Mengingatkan keluarga untuk memotivasi penderita agar pasien mengkonsumsi obat minum sesuai dengan anjuran dokter dan tidak beli obat sendiri tanpa resep tidak menggunakan prinsip ergonomi kerja.

9. EFEK PADA KOMUNITAS Neuropati bisa mengganggu kegiatan pasien dalam melaksanakan pekerjaannya sehari-hari. Diharapkan pasien bisa menyampaikan cara bekerja (mencuci baju atau menghaluskan sambal) yang benar kepada keluarga atau tetangganya supaya jumlah masyarakat yang mengalami neuropati tidak bertambah.

LAMPIRAN SOSIOGRAM/ GENOGRAM

STATUS FUNGSI KELUARGA

LAMPIRAN: DOKUMENTASI

Вам также может понравиться