Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Makalah
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas semester dua mata kuliah
filsafat ilmu
Disusun Oleh
NPM : 170110070078
PENDAHULUAN
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini ditemukan pembahasan yang terdiri dari teori tentang
kebenaran, asal dan gagasan positivisme logis, serta positivisme di dalam
ilmu pengetahuan.
Bab IV Penutup
Daftar Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
Kebenaran (Truth)
3. Tanya-jawab.
Apakah kamu orang Banjar?; Benar, Saya orang Banjar; Benar bahwa
Saya orang Banjar.
Bahwa Saya orang Banjar adalah benar.
Contoh:
Pernyataan “Saya orang Banjar” adalah benar jika Saya memang orang
Banjar.
Pernyataan “Buku di atas meja” adalah benar jika buku memang di atas
meja.
Contoh:
1. Kebenaran matematika
2. Logika deduktif
Contoh lain: Semua manusia akan mati. Dian adalah manusia. Jadi,
Dian akan mati. (Ada tiga pernyataan: dua pertama adalah premis,
satu terkahir adalah kesimpulan)
A.Teori Korespondensi :
B. Teori Konsistensi :
C. Teori Pragmatis :
3.1.1. AGAMA
3.2.1. KRITIK
Yang juga dikritik oleh Mikhael Dua adalah suatu aliran filsafat yang
disebut sebagai positivisme logis, atau juga disebut sebagai positivisme
modern, yakni suatu aliran pemikiran yang berpendapat bahwa “tugas
utama filsafat adalah berpikir secara positivistis dan memandang tugasnya
untuk membangun suatu analisis logis atas pernyataan-pernyataan ilmu
pengetahuan empiris” (hal. 31).
Di dalam seluruh pemaparannya, Mikhael Dua tampak selalu
‘bertegangan’ dengan paradigma positivisme ini, baik secara jelas maupun
secara implisit. Dengan menggunakan berbagai teori di dalam filsafat ilmu
pengetahuan yang telah dikembangkan para pemikir, seperti Karl Popper
dengan teori falsifikasinya (hal. 51-80), Hempel (hal. 83-105), Thomas
Kuhn (hal. 109-137), dan beberapa pemikir lainnya, Mikhael Dua tampak
menabuh genderang perang terhadap positivisme!
Lalu, apa implikasi dari refleksi ini bagi kehidupan manusia secara
keseluruhan? Setidaknya, ada dua. Yang pertama, kritik terhadap
positivisme logis maupun positivisme klasik hendak menyelamatkan
manusia dari reduksi pengetahuan tentang dunianya ke dalam data-data
empiris dan analisis-analisis logis semata, sekaligus memberi ruang untuk
pengetahuan yang secara dialektis mampu mencakup keseluruhan (hal.
226).
Yang kedua, refleksi yang dilakukan Mikhael Dua ini juga dapat
membantu kita untuk menempatkan kembali ilmu pengetahuan di dalam
totalitas kehidupan manusia yang pada hakekatnya bersifat dialektis.
“Tidak ada sebuah teori”, demikian tulisnya, “yang berdiri sendiri tanpa
dilihat dalam kerangka dialektis tersebut… dengan teori-teori yang lain.”
(hal. 240)
Bagaimanapun, ilmu pengetahuan adalah bagian dari totalitas
kehidupan manusia, dan oleh karenanya juga tidak luput dari cacat-cacat
yang pada akhirnya bisa menghancurkan manusia itu sendiri. Refleksi
metodologis terhadap ilmu pengetahuan sangatlah perlu, sehingga kita
bisa secara kritis menanggapi berbagai isu –isu yang tentang ilmu
pengetahuan yang ada di dalam kehidupan bermasyarakat, mulai dari
validitas suatu teori ilmiah, sampai dampak ilmu pengetahuan bagi
totalitas kehidupan manusia
BAB IV
KESIMPULAN
http//www.wikipedia.com 2008
http//www.google.co.id 2008