Вы находитесь на странице: 1из 13

PENDAHULUAN Dalam hubungan internasional atau hubungan antar Negara terdapat banyak ideologi untuk menganalisis fenomena internasional.

Ideologi digunakan sebagai pemersatu rakyat suatu negara yang berusaha mengubah negara itu sendiri1. Ideologi juga merupakan suatu pedoman untuk memilih kebijakan dan prilaku politik. Salah satu diantaranya adalah dengan ideologi liberalisme. Liberalisme dapat dikatakan kebalikan dari Realisme. Dalam liberalisme, terdapat beberapa konsep utama, yaitu keamanan bersama, international anarchy, Liga Bangsa-Bangsa, dan bahwa perang sama sekali tidak menguntungkan bagi manusia. Memandang hubungan internasional dalam konteks konflik atau bahkan perang, menurut kaum liberalis hal ini hanyalah memandang sebagian kecil dari realitas yang ada. Kaum liberal mengharapkan agar hubungan internasional dipahami secara menyeluruh dan tidak melupakan bahwa kerjasama antar negara merupakan salah satu hal yang utama. Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan tentang Ideologi liberalisme dalam tatanan hubungan internasional. Penulis membuat beberapa rumusan masalah yang akan dibahas, yaitu: 1. Pengertian liberalisme 2. Pokok-pokok liberalisme 3. Ciri-ciri liberalisme 4. Liberalisme dalam hubungan internasional 5. Liberalisme dan Neoliberalisme 6. Kaitan Globalisasi dengan Liberalisme 7. Liberalisme Ekonomi Politik Dalam Hubungan Internasional

Carlton Clymer Rodee dkk, Pengantar Ilmu Politik, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm 105

Dari berbagai rumusan masalah yang telah dirumuskan, penulis mencoba mengkaji lebih dalam tentang ideologi liberalisme dalam hubungan internasional karena sampai saat ini ideologi liberalisme masih relevan dikaji untuk menjelaskan fenomena internasional yang saat ini terjadi.

PENGERTIAN LIBERALISME Liberalisme adalah ideologi politik yang dominan di dunia barat. Liberalisme memandang bahwa keberadaan individu mendahului masyarakat, karena itu individu diberikan kebebasan dalam mengejar tujuan-tujuan pribadinya. Perkembangan perdagangan bebas dan pembatasan peran Negara sebagai penyelenggara pertahanan, hukum dan ketertiban serta berbagai jasa umum lain yang penting adalah kegiatan-kegiatan yang diasosiasikan secara ekskusif dengan liberalisme.2 System politik liberal ini sangat kuat mempengaruhi bentuk Negara di Eropa Barat pada awalnya, kemudian berkembang pascakolonialisasi dunia barat terhadap dunia ketiga yakni kawasan Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Pengaruh semakin meluas dan mendunia, terutama setelah penghujung abad ke-20 dengan runtuhnya komunisme maka Negara-negara di juga Eropa Timur setelah runtuhnya komunisme, kawasan Asia dan Amerika Latin yang dulunya berpaham sosialisme perlahan kini telah mengorbit dalam system demokrasi liberal.3 Dalam liberalisme, individu merupakan aktor yang terpenting dalam hubungan internasional. Negara bukan aktor terpenting, karena negara ada yang mengatur, yaitu sekelompok individu. Tanpa individu-individu yang bergerak di sektor pemerintahan, negara tidak akan hidup. Setiap individu mempunyai kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan-kemampuan khususnya dan keadaan kelahirannya tidaklah harus merupakan kenyataan yang bisa dianggap sebagai faktor yang mempersempit kesempatannya untuk membuktikan mereka mempunyai kemampuan tersebut, setiap orang harus mendapat kesempatan yang sama untuk menunjukkan bagaimana ketidaksamaannya4. Namun, dalam

2 3

Pitutur, Melacak Meracik Wacana Indonesia, Hlm. 29 Syam Fidaus. 2007. Pemikiran Politik Barat (Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya Terhadap Dunia ke 3). Hlm. 249 4 Carlton Clymer Rodee dkk, Pengantar Ilmu Politik, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm 133

liberalisme, bukan hanya aktor yang berkecimpung dalam pemerintahan saja yang berperan, aktor non-state juga turut memegang peranan penting dalam hubungan internasional. Selain daripada individunya, liberalisme klasik terutama memandang fungsi negara juga sebagai sesuatu yang menyeimbangkan masyarakat. Dalam masyarakat yang baik terletak fungsi utama negara, intinya : menjadi polisi dipojok jalan yang kehadirannya mengingatkan warga negara untuk menjaga naluri agresifnyam kalaupun tidak, membatasi naluri keserakahannya 5. Selain itu negara pun juga menjamin hak setiap individunya ini untuk memelihara kekayaan pribadinya. Terdapat karakteristik dasar dalam liberalisme. Yang pertama, manusia selalu dipandang positif, pada dasarnya manusia itu baik dan suka mencari teman (kerja sama) daripada mencari lawan. Yang kedua, percaya tentang kemungkinan akan adanya kemajuan dalam hubungan internasional. Kemudian karakteristik yang selanjutnya yaitu, bahwa negara dikontrol oleh individu. Di sini berarti, jika perilaku negara dalam lingkup domestik baik, maka perilakunya dalam lingkup internasional pun juga baik. Yang berikutnya yaitu meningkatkan interdependensi (kerja sama), maka konflik dapat diminimalisir. Dan karakteristik yang terakhir yaitu manusia pada dasarnya baik dan mampu berpikir positif. Hal ini mirip dengan karakteistik yang pertama. Main agenda dari liberalism adalah perdamaian, dan kerja sama. Seperti apa yang dikemukakan oleh David Mitrany, bahwa negara-negara di dunia bisa bekerja sama untuk menciptakan perdamaian dunia (Mitrany, 1993). Perdamaian merupakan poin utama dalam liberalisme, seperti yang telah dijelaskan di atas. Atas dasar inilah para liberalis mencari cara untuk mengatur negara-negara di dunia agar tetap menjaga perdamaian. Namun, pada awalnya hal ini dirasa sulit, mengingat adanya sistem anarki pada hampir setiap negara. Seperti yang kita ketahui, anarki berarti tidak adanya kekuatan supranasional di atas kekuatan negara. Hingga pada akhirnya sistem anarki ini bisa diatasi dengan kerjasama, bahwa suatu negara tidak dapat hidup tanpa bantuan negara lain. Oleh karena itu, dibentuklah suatu organisasi yang diharapkan mampu menjaga perdamaian di dunia, yaitu Liga Bangsa-Bangsa atau League of Nations. Hal ini mirip dengan apa yang pernah diidamkan oleh Immanuel Kant dan tertera dalam bukunya, A Working Peace System. Kant menginginkan
5

Ibid

adanya adanya World Givernment atau negara dunia dan perlunya diciptakan collective security untuk menjaga perdamaian dunia. Namun saying, baru beberapa tahun, berjalan, LBB kemudian dibubarkan karena dianggap tidak mampu menjalankan fungsinya, terbukti dengan meletusnya Perang Dunia ke II. POKOK-POKOK LIBERALISME Ada tiga hal yang mendasar dari Ideologi Liberalisme yakni Kehidupan, Kebebasan dan Hak Milik (Life, Liberty and Property) Dibawah ini, adalah nilai-nilai pokok yang bersumber dari tiga nilai dasar Liberalisme tadi:

Kesempatan yang sama. (Hold the Basic Equality of All Human Being) . Bahwa manusia mempunyai kesempatan yang sama, di dalam segala bidang kehidupan baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan.Namun karena kualitas manusia yang berbeda-beda, sehingga dalam menggunakan persamaan kesempatan itu akan berlainan tergantung kepada kemampuannya masing-masing. Terlepas dari itu semua, hal ini (persamaan kesempatan) adalah suatu nilai yang mutlak dari demokrasi

Dengan adanya pengakuan terhadap persamaan manusia, dimana setiap orang mempunyai hak yang sama untuk mengemukakan pendapatnya, maka dalam setiap penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi baik dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi, kebudayaan dan kenegaraan dilakukan secara diskusi dan dilaksanakan dengan persetujuan dimana hal ini sangat penting untuk menghilangkan egoisme individu. ( Treat the Others Reason Equally.)

Pemerintah harus mendapat persetujuan dari yang diperintah. Pemerintah tidak boleh bertindak menurut kehendaknya sendiri, tetapi harus bertindak menurut kehendak rakyat. (Government by the Consent of The People or The Governed)

Berjalannya hukum (The Rule of Law). Fungsi Negara adalah untuk membela dan mengabdi pada rakyat. Terhadap hal asasi manusia yang merupakan hukum abadi dimana seluruh peraturan atau hukum dibuat oleh pemerintah adalah untuk melindungi dan

mempertahankannya. Maka untuk menciptakan rule of law, harus ada patokan terhadap hukum tertinggi (Undang-undang), persamaan dimuka umum, dan persamaan sosial.

Yang menjadi pemusatan kepentingan adalah individu.(The Emphasis of Individual) Negara hanyalah alat (The State is Instrument). Negara itu sebagai suatu mekanisme yang digunakan untuk tujuan-tujuan yang lebih besar dibandingkan negara itu sendiri. Di dalam ajaran Liberal Klasik, ditekankan bahwa masyarakat pada dasarnya dianggap, dapat memenuhi dirinya sendiri, dan negara hanyalah merupakan suatu langkah saja ketika usaha yang secara sukarela masyarakat telah mengalami kegagalan.

Dalam liberalisme tidak dapat menerima ajaran dogmatisme (Refuse Dogatism). Hal ini disebabkan karena pandangan filsafat dari John Locke (1632 1704) yang menyatakan bahwa semua pengetahuan itu didasarkan pada pengalaman. Dalam pandangan ini, kebenaran itu adalah berubah.6

CIRI-CIRI LIBERALISME Berdasarkan pengertian liberalisme di atas, kita dapat membuat kesimpulan bahwa negara yang menganut politik liberalisme memiliki ciri-ciri: 1.Menjamin kemerdekaan dan kebebasan berekspresi setiap individu. 2. Persaingan ekonomi dijalankan oleh golongan swasta. 3. Setiap orang berhak menganut maupun tidak menganut agama. 4. Kekuasaan politik berdasarkan suara dominan. 5. Negara tidak mencampuri urusan pribadi warga negaranya. 6. Solidaritas sosial tidak berkembang karena tumbuhnya persaingan bebas.

Sukarna. Ideologi : Suatu Studi Ilmu Politik. (Bandung: Penerbit Alumni, 1981)

LIBERALISME DALAM ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL Dalam ilmu Hubungan Internasional, liberalisme ada beberapa macam, yaitu Liberal Institutionalism, Liberal Internationalism, dan Idealism. Dalam Liberal Institutionalism, dikemukakan beberapa konsep, yang pertama bahwa aktor bersifat plural. Jadi, negara bukanlah satu-satunya aktor, masih banyak aktor lain selain negara. Kemudian, integrasi dan kerja sama antarnegara dapat mengurangi konflik dan dapat menyelesaikan masalah bersama. Selanjutnya, apabila terdapat suatu kerja sama dalam satu sektor, maka akan bermunculan bentuk kerja sama lain di lain sektor. Liberalisme ini disebut juga sebagai liberalisme interdependensi. Kemudian, dalam Liberal Internasionalism memiliki konsep yang salah satunya adalah, bahwa interdependensi atau kerja sama dua pihak dalam bidang ekonomi dapat memperkuat perdamaian. Di Amerika, liberalisme seirng juga disebut dengan idealism, namun ternyata dia mempunyai konsep sendiri, meski konsep dasarnya sama. Dalam idealism, disebutkan bahwa perdamaian tidak terjadi begitu saja, namun harus diciptakan oleh collective security atau keamanan umum yang sifatnya berlaku untuk selamanya. Kemudian, apa yang terjadi dalam tatanan nasional suatu negara juga terjadi atau ada dalam tatanan internasional. Liberalisme mempunyai asumsi-asumsi dasar yaitu adanya sikap optimisme dan pandangan yang positive terhadap manusia, hubungan internasional lebih bersifat kooperatif daripada konfliktual yaitu adanya keinginan tiap-tiap aktornya untuk bekerjasama karena adanya tingkat interdependensi yang cukup tinggi antar setiap orang, percaya terhadap kemajuan, meyakini International Law sebagai salah satu kebijakan luar negeri sebuah negara konstitusional (Jeremy Betham, Roseblum 1978:101). Selain itu paham ini berasumsi bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang tidak suka konflik, mau bekerja sama dan rasional 7). Berdasarkan hal itu, pemikir-pemikir liberal
7

Robert Gilpin. The Political Economy of Internasional Relations. (1978). Hlm. 27

berpendapat bahwa kepentingan-kepentingan manusia rasional akan menimbulkan interaksi yang harmonis dimana kebutuhan manusia akan terpenuhi secara efektif dan efisien.

LIBERALISME DAN NEOLIBERALISME Liberalisme Teori hubungan internasional liberal muncul setelah Perang Dunia I sebagai respon atas ketidakmampuan negara-negara untuk mengendalikan dan membatasi perang dalam hubungan internasional mereka. Para penganut pertamanya meliputi Woodrow Wilson dan Norman Angell, yang berpendapat keras bahwa negara dapat makmur melalui kerja sama dan bahwa perang bersifat sangat destruktif serta sia-sia. Liberalisme belum diakui sebagai sebuah teori yang koheren sampai akhirnya secara kolektif dan mengejek disebut idealisme oleh E. H. Carr. Sebuah versi baru "idealisme" yang berfokus padahak asasi manusia sebagai dasar legitimasi hukum internasional dikemukakan oleh Hans Kchler.

Neoliberalisme Neoliberalisme mencoba memperbarui liberalisme dengan menerima anggapan neorealis bahwa negara adalah aktor utama dalam hubungan internasional, namun masih mengakui pentingnya aktor non-negara dan organisasi antar pemerintah (IGO). Pendukung seperti Maria Chattha berpendapat bahwa negara-negara akan saling bekerja sama tanpa memandang hasil relatifnya, dan lebih melihat hasil absolutnya. Ini juga berarti bahwa bangsa-bangsa, pada dasarnya, bebas membuat pilihan mereka sendiri tentang bagaimana mereka menjalankan kebijakan tanpa adanya organisasi internasional yang menghalang-halangi hak sebuah bangsa untuk berdaulat. Neoliberalisme juga memiliki teori ekonomi yang didasarkan pada pemanfaatan pasar terbuka dan bebas dengan sedikit intervensi pemerintah, jika ada, untuk mencegah munculnya monopoli dan konglomerat lain. Saling ketergantungan yang muncul sepanjang dan setelah Perang Dingin melalui institusi internasional mendorong penetapan neo-liberalisme
7

sebagai institusionalisme; bagian baru dari teori ini didukung oleh Robert Keohane dan Joseph Nye.

KAITAN GLOBALISASI DENGAN LIBERALISME Fenomena globalisasi tidak menyebabkan pemikiran liberal ketinggalan jaman. Liberal meresponnya dalam tiga hal. Pertama, globalisasi merupakan arena yang memperkuat dan memperluas ketergantungan, dan ketergantungan ini menjadi ladang untuk menjalin pengertian yang membangun perdamaian; fenomena globalisasi seakan mendorong negara untuk memainkan peran yang sangat luas, namun beberapa peran yang mustahil dilakukan oleh negara diambil alih oleh keberadaan aktor subordinate yakni perusahaan multinasiona, organisasi internasional, rezim internasional maupun institusi internasional. Kedua, globalisasi menjadi perangkat paling penting untuk menyebarkan nilai-nilai demokrasi yakni kebebasan individu, pengakuan hak asasi manusia, dan perdamaian. Ketiga, globalisasi mengkibatkan negara sulit sekali untuk menghindari kerjasama, kerjasama akan selalu terjadi pada level minimal meskipun sistem internsional bersifat anarki dan konfliktual.

LIBERALISME EKONOMI POLITIK DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL Para kaum liberal ini menganggap pasar sebagai mekanisme paling tepat dalam pemenuhan kebutuhan manusia, karena disana manusia dapat bebas berinteraksi atas inisiatif mereka sendiri. Mekanisme pasar akan membuat roda pemenuhan kebutuhan manusia akan terus berputar karena harga menunjukkan nilai kebutuhan sebuah barang8. Ada dua pendapat yang muncul dari para teoritisi liberalisme yaitu Adam Smith yang menjelaskan tentang negara yang seharusnya tidak perlu mencampuri urusan pasar, biasa disebut Invisible Hand dan Keynes berpendapat bahwa negara terkadang perlu masuk kedalam pasar untuk menjaga keseimbangan harga pasar.

Robert Gilpin. The Political Economy of Internasional Relations. (1978). Hlm. 28

Teori ini memandang sistem pasar dunia sebagai suatu mekanisme untuk mengeksploitasi ekonomi atau setidaknya untuk mengembangkan negara dengan jalan memajukan ekonomi kapitalis. Lebih lanjut, apa yang disebut dengan dunia modern disini dipahami sebagai suatu sistem dimana semua bagian yang terdapat di dalamnya saling berkorelasi satu sama lain, dan sistem bekerja berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi (economic laws) yang disepakati bersama. Kekuatan dominan menciptakan suatu perekonomian dunia yang terbuka berdasarkan pada perdagangan bebas yang bermanfaat bagi semua negara yang berpartisipasi dan bukan hanya negara hegemoni. Globalisasi dan Liberalisasi Ekonomi Dunia Sejak 1970-an berbagi upaya dilakukan untuk mendorong terwujudnya liberalisasi dan globalisasi ekonomi dunia. Melalui badan-badan internasional yang kini semakin berkuasa seperti WTO, Bank Dunia, dan IMF mereka mendesakkan agenda reformasi ekonomi di segala bidang. Tujuan mereka mereka jelas, yaitu membuka pasar nasional seluas-luasnya melalui pengurangan hambatan tariff dan kuota, sehingga barang, jasa, dan modal dapat mengalir tanpa hambatan. Tindakan ini dilakukan karena dalam pandangan mereka perdagangan bebas akan menggerakan persaingan yang dapat mendorong pemanfaatan sumber-sumber, tenaga kerja, dan modal secara efisien. Persaingan Antar Pasar dan Negara Sampai saat ini, persaingan antara Negara dan pasar masih kental mewarnai ekonomi politik global. Pada prinsipnya, persaingan tersebut dapat dipahami sebagai akibat perbedaan nilai-nilai, prinsip, dan fungsi antar Negara dan pasar. Fungsi utama pasar adalah mengatur harga dalam mengakomodasi fluktuasi penawaran dan permintaan, sedangkan upaya untuk memenuhi kebutuhan keamanan, perlindungan dan keadilan melalui otoritas yang lebih tinggi adalah logis jika diharapkan muncul dari Negara. Pertarungan antara Negara dan pasar semakin mendalam dalam konteks hubungan ekonomi politik global sebenarnya adalah perdebatan ideologis. Francis Fukuyama menyatakan

bahwa dunia saat ini telah sampai pada titik akhir pencarian ideologi dengan kaum liberal sebagai pemenangnya9. Gagasan dasar kaum liberal adalah kebebasan berdasarkan hukum. Individu dianggap sebagai actor yang penuh damai dan kooperatif sedangkan Negara besifat buruk (antinegara).Dalam hubungan antar Negara semua pemain dianggap dapat menerima keuntungan (positive sum-game). Hal ini sangat berbeda dengan pemikiran kaum merkantilis yang menganggap bahwa permainan yang terjadi dalam kerjasama adalah zero sum game dimana satu pemain diuntungkan dan pemain lain dirugikan. Ketegangan antara Negara dan pasar dianggap sebagai konflik antar penindasan dan kebebasan, kekuasaan dan hak individu, dogma otokratik dan logika rasional.10 Adam Smith memulai pembahasan tentang pemikiran ini dalam buku The Wealth of Nations (1776). Menurut Smith, pasar adalah tangan tak tampak (impossible hand) yang memanfaatkan capital atau modal, sedangkan Negara, dalam pandangannya adalah berbahaya dan tidak bisa dipercaya. Untuk itu, alternative paling baik bagi kekuasaan Negara yang besar adalah kebebasan pasar. Dengan semboyan, Laissez- Faire, Laissez-Passer, Smith percaya bahwa dalam mekanisme pasar ketika setiap individu mengejar keuntungan pribadi akan berakibat pada masyarakat yang mendapat keuntungan pula. Awalnya, memang, setiap individu mengejar kepentingan pribadi, tetapi individu-individu tersebut tentu memilih kebaikan bagi kemakmurannya, sementara kegiatan untuk kemakmuran itulah yang berguna bagi masyarakat. Otoritas pemerintah dilihat sebagai membebani diri sendiri dengan perhatian yang tidak perlu. Bukan hanya itu, pemerintah juga mengambil alih wewenang yang bukan miliknya. David Ricardo juga memiliki pemikiran yang sama dengan Smith. Ia merupakan tokoh penganjur free trade. Efisiensi dianggap sebagai kebebasan Negara dalam pasar sehingga terjadi ikatan ekonomi yang saling menguntungkan. Contohnya bisa kita ambil dari Amerika yang menganut paham demokrasi sejak awal. Hal ini dibuktikan dari budaya politik Amerika yang menjunjung tinggi dimensi egaliter dan mayoritasm. Doktrin ini menyatakan bahwa kekuatan politik yang sah berasal dari persetujuan9

Francis Fukuyama, 2001. Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal , Yogyakarta: Penerbit Qalam
10

Budi Winarno, 2010. Melawan Gurita Neoliberalisme, Jakarta: Penerbit Erlangga. Hlm 10

10

persetujuan individu yang secara alamiah tidak hanya bebas namun juga setara. Dari sini kita mendapat gambaran bahwa system politik Amerika didasari prinsip liberal. Pada teorinya pendekatan liberal dalam memahami ekonomi politik internasional Amerik aakan membawa kita pada pemahaman bahwa hubungan ekonomi dan politik akan bersifat otonom. Dimana eknomi bersifat bebas terbuka bagi individu-individu yang mau menukarkan barang atau jasa. Keuntungan pasa yang dijanjikan memang terbukti dengan positive sum game nya. Namun terkadang ada pasar yang tidak berjalan sesuai harapan dan hal ini dinilai adalah sebuah kegagalan pasar dan harus dibantudengan peraturan politik Negara tersebut. Inilah kemudian dilakukan oleh Amerika Serikat.

11

Kesimpulan Liberalisme adalah teori dasar dalam Hubungan Internasional. Liberalisme ini adalah paham yang sangat berkembang saat ini karena sekarang hampir disetiap negara menggunakan paham ini. Liberalisme ini merupakan kebalikan dari teori sebelumnya realisme, karena liberalisme ini memandang manusia dari segi positif bukan seperti realisme yang memandang manusia secara pesimis terhadap interaksi internasional. Dalam liberalisme memiliki konsep utama, yaitu keamanan bersama dan menyatakan bahwa perang sama sekali tidak menguntungkan bagi manusia. Atas dasar inilah para liberalis mencari cara untuk mengatur negara-negara di dunia agar tetap menjaga perdamaian. Liberalisme ini sendiri merupakan paham yang dibanggakan oleh para individualis yang mempunyai wewenang akan kepemilikan hartanya sendiri. Karena pada paham ini individu memiliki kebebasan yang cukup besar, namun bukan berarti pemerintah tidak dapat ikut campur dalam urusan ini apabila kegiatan yang dilakukan oleh para kaum liberal mengikutsertakan dengan urusan negara. Namun, pada awalnya hal ini dirasa sulit, karena adanya sistem diktator di setiap negara. Seperti yang kita ketahui, berarti tidak adanya kekuatan supranasional di atas kekuatan negara. Hingga pada akhirnya sistem diktator ini bisa diatasi dengan kerjasama antarnegara dalam berbagai sektor. Oleh karena itu, dibentuklah suatu organisasi yang diharapkan mampu menjaga perdamaian di dunia, yaitu Liga Bangsa-Bangsa atau League of Nations agar negara tidak perlu berperang dengan negara lain untuk kepentingannya sendiri. Dalam liberalisme politik ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan paham demokrasi dan nasionalisme nantinya. Karena pada liberalisme politik ini setiap individu
12

memiliki hak yang sama untuk dapat memberikan aspirasinya untuk kepentingan masyarakat, sehingga dibentuklah parlemen sebagai lembaga pemerintah rakyat. Dalam liberalisme ekonomi, pasar merupakan hal terpenting dalam pemenuhan segala kebutuhan manusia, karena disana manusia dapat bebas berinteraksi atas inisiatif mereka sendiri dan menentukan harga pasar itu sendiri. Mekanisme pasar akan membuat roda pemenuhan kebutuhan manusia akan terus berputar karena harga menunjukkan nilai kebutuhan sebuah barang.Dari Liberalisme ekonomi inilah yang akan menuju sistem kapitalisme. SUMBER : Fukuyama Francis, 2001. Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal , Yogyakarta: Penerbit Qalam Pitutur, Melacak Meracik Wacana Indonesia Sukarna. 1981. Ideologi : Suatu Studi Ilmu Politik. Bandung: Penerbit Alumni Syam Fidaus. 2007. Pemikiran Politik Barat (Sejarah, Filsafat, Ideologi dan Pengaruhnya Terhadap Dunia ke 3). Jakarta: PT. Bumi Aksara Gilpin Robert.1978. The Political Economy of Internasional Relations. Princeton University Press Rodee Carlon Clymer dkk. 2009. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Winarno Budi. 2010. Melawan Gurita Neoliberalisme, Jakarta: Penerbit Erlangga

13

Вам также может понравиться