Вы находитесь на странице: 1из 53

DESKRIPSI SINGKAT Mata Kuliah Kewarganegaraan 1.

Visi Perguruan Tinggi merupakan sumber niilai dan pedoman dalam pengembangan serta penyelenggaraan program studi guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya. 2. Misi Perguruan Tinggi membantu mahasiswa memantapkan kpribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar kebangsaan dan cinta Tanah Air sepanjang hayat dalam menguasai dan menerapkan serta mengembangkan Ioptek yang dimiliki dengan rasa tanggung jawab. 3. Kompetensi Menjadi ilmuan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta Tanah Air, demokratis serta berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki daya saing, berdisiplin dalam membangun kehidupan yang damai berdasar sistem nilai Pancasila. A. Latar Belakang Dan Kompetensi Pendidikan Kewarganegaraan 1. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia yang dimulai sejak era sebelum dan selama penjajahan, kemudian dilanjutkan dengan era perebutan dan mempertahankan kemerdekaan sampai era mengisi kemerdekaan menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda sesuai dengan zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda tersebut ditanggapi oleh bangsa Indonesia berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa ynag senantiasa tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilai-nilai ini dilandasi oleh jiwa, tekad, dan semangat kebangsaan. Kesamaannya itu tumbuh menjadi kekuatan yang mampu mendorong proses terwujudnya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam wadah Nusantara. Semangat perjuangan bangsa telah mengalami penurunan pada titik yang kritis. Hal ini disebabkan antara lain oleh pengaruh globalisasi. Globalisasi ditandai oleh kuatnya pengaruh lembaga-lembaga kemasyarakatan internasional, negara-negara maju yang ikut mengatur percaturan perpolitikan, perekonomian, sosial budaya serta pertahanan, dan keamanan global. Kondisi ini akan mempengaruhi struktur dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia. Pada akhirnya, kondisi tersebut akan mempengaruhi kondisi mental spiritual bangsa Indonesia. institusi ini berdiri atas dasar kemajemukan bangsa Indonesia berwawasan nation and caracter building dalam kerangka berbangsa dan bernegara serta bertekad mewujudkan lembaga pendidikan kristen yang memperhatikan pluralitas bahkan kebhinekaan bangsa Indonesia.

Untuk merealisasikan hal tersebut dibutuhkan ketekunan untuk menyelenggarakan kurikulum Pendidikan antara lain melalui Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan, yang mampu memiliki signifikansi hakiki di era transisi berdemokrasi saat ini sebagai bagian integral bersama konsep kebangsaan bahkan hak asasi manusia pada seluruh civitas akademika khusus mahasiswa. Universitas Kristen Krida Wacana, sebagai salah satu institusi kristen menjadi patut diperhitungkan dengan menjadi Garam dan Terang atau bahkan Berbuah adalah merupakan karakteristik Pendidikan Kristen yang sejak berdirinya sampai sekarang belum memiliki ciri atau karakter yang mampu menjadi kebanggaan civitas akademik bahkan almamater. Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan, merupakan realisasi konkret sifat multikultural yang mampu dimiliki civitas akademik Universitas Kristen Krida Wacana. Hal tersebut di atas mendorong keberadaan nilai persatuan dan kesatuan bangsa dapat terus ditumbuhkembangkan dalam suasana kampus yang penuh Kasih. Bahwa untuk menjadi makna yang mendalam, Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan, mampu diteropong dalam tiga perspektif ; Pertama bahwa pendidikan Kewarganegaraan, harus mampu memberikan gambaran integratif, holistik, dan komprehensif mengenai kebangsaan dengan tetap memperhatikan kontek history sejarah perjuangan bangsa yang telah dirintis oleh para pendiri negara. Kedua, perspektif kewacanaan Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan, setidaknya harus dapat menampilkan solusi alternatif di tengah merosotnya nilainilai persatuan dan kesatuan bangsa yang kian memprihatinkan sebagai akibat pengaruh dinamika sosial budaya yang cepat bahkan dampak globalisasi di segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketiga, perspektif perubahan, yaitu Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan, harus dapat membawa perubahan perilaku masyarakat, terutama masyarakat kampus dalam memahami kembali nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga mendorong penataan ulang tatanan masyarakat multikultural dalam konteks nation state. Dalam wujud yang nyata menurut hemat penulis Matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan, harus mengambil peran perilaku sosial yang mencakup domain antara lain ; Pertama, Domain pengetahuan diharapkan mahasiswa dapat memiliki konsep dasar hakikat kebangsaan, hak dan kewajiban warga negara, demokrasi sekaligus pembelajaran etika politik serta hak asasi manusia secara ilmiah dan objektif berdasar filosofi Negara Pancasila. Kedua domain sikap, bahwa setelah memiliki pengetahuan yang cukup menjadikan mahasiswa mampu bersikap kritis konstruktif terhadap implementasi kebangsaan, hak dan kewajiban warganegara, demokrasi bahkan hak asasi manusia, sehingga mampu berperan selaku agent of change dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketiga, domain tindakan, artinya mahasiswa mampu menerapkan sistem nilai kebangsaan berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Selanjutnya dalam tataran realitas politik, Indonesia menuju arah terwujudnya demokrasi yang mengedepankan civil society, jelas merupakan proses yang sangat kompleks dan panjang apalagi dengan belum pulihnya krisis ekonomi bahkan maraknya konflik horizontal di beberapa wilayah di Tanah Air.

2.

Kompetensi yang diharapkan dari Pendidikan Kewarganegaraan

a. Hakikat Pendidikan Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan agar kita memiliki wawasan kesadaran bernegara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku sebagai pola tindak yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila. Semua itu diperlukan demi tetap utuh dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. b. Kemampuan Warga Negara Untuk hidup bergunan dan bermakna serta mampu mengantisipasi perkembangan, perubahan masa depannya, suatu negara sangat memerlukan pembekalan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai keagamaan, dan nilai-nilai perjuangan bangsa. Tujuan utama Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa. Kualitas warga negara akan ditentukan terutama oleh keyakinan dan sikap hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di samping derajat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dipelajarinya. c. Menumbuhkan Wawasan Warga Negara Kewarganegaraan untuk menumbuhkan wawasan warga negara dalam hal persahabatan, pengertian antar bangsa, perdamaian dunia, kesadaran bela negara, dan sikap serta perilaku yang bersendikan nilai-nilai budaya bangsa Kualitas warga negara tergantung terutama pada keyakinan dan pegangan hidup pada tingkat serta mutu penguasaannya atas ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Pendidikan Kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab. Sikap ini disertai dengan perilaku yang : 1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilainilai falsafah bangsa. 2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 3. Rasional, dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. 4. Bersifat professional, yang dijiwai oleh kesadaran Bela Negara. 5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan negara Melalui Pendidikan Kewarganegaraan, warga negara Negara Kesatuan Republik Indonesia diharapkan mampu :Memahami, menganalisis, dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa, dan negaranya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945

RINGKASAN MATERI FILSAFAT PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA Rujukan : Kansil, 2003, p 6 butir 6, 20 butir 4, 30 butir 11,12, p 9-13, Syarbaini Syahrial, 2002, p 17-185, Darmodihardjo Dardji, 1996, p 41-87, www.jawaplace.org tentang wahyu Pancasila 1. Pengertian Filsafat Pancasila Makna filsafat dapat ditinjau dari dua segi ; segi etimologi yang terdiri atas kata philos artinya sahabat dan sofia artinya kebijaksanaan. Filsafat artinya ajaran atau orang yang mencapai taraf persahabatan dan mencintai kebijaksanaan. Makna ke-dua adalah suatu aktifitas pikir yang menghasilkan kebenaran atau kebijaksanaan yang kemudian menjadi keyakinan atau pandangan hidup orang itu atau suatu bangsa. Pada tanggak 18 Agustus 1945 ditetapkan Undang-undang Dasar yang diberi nama Undang-Undang Dasar 1945. Sekaligus dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945, sila-sila Pancasila ditetapkan. Jadi, Pancasila sebagai filsafat bangsa Indonesia ditetapkan bersama dengan ditetapkannya Undang-Undang Dasar menjadi ideologi negara Indonesia. Filsafat Pancasila harus mampu memberikan dan mencari kebenaran yang substansi tentang hakikat negara, ide negara dan tujuan negara. Dasar negara kita adalah lima dasar dimana setiap silanya berkaitan satu sama lainnya. Kelima sila itu merupakan kesatuan yang utuh dan tidak terbagi bahkan tidak terpisahkan. Saling memberikan dasar dan arah bagi sila yang lainnya, oleh karenanya Pancasila sebagai dasar negara. Misalnya kita lihat sila pertama ; Ketuhanan Yang Maha Esa, memberikan sinar dan pedoman pada sila ke-empat di bawahnya. Begitu seterusnya kalau kita membahas fungsi Pancasila sebagai pemberi dasar yang memberi hakikat negara. 2. Filsafat dan Ideologi Seperti disebutkan di atas, ideologi itu erat kaitannya dengan filsafat. Filsafat merupakan dasar dari gagasan yang berupa ideologi Filsafat memberikan dasar renungan atas ideologi itu sehingga dapat dijelmakan menjadi suatu gagasan untuk pedoman bertindak. Dipahami dari suku katanya, filsafat yang berasal dari bahasa Yunani terdiri dari dua buah kata, yaitu Filos dan Sophia. Filos berarti cinta sedangkan Sophia berarti kebenaran, kebijaksanan. Jadi Filsafat artinyacinta akan kebenaran, kebijaksanaan yang kemudian diartikan menjadi suatu makna bahwa filsafat adalah suatu renungan atau pemikiran yang sedalamdalamnya untuk mencari kebenaran. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa setiap pemikiran yang sedalam-dalamnya adalah filsafat. Setiap orang dapat berfilsafat karena memikirkan sesuatu yang sedalam-dalamnya untuk mencari sesuatu yang dianggap benar menurut pendapatnya. Setiap orang dapat berfilsafat walau tidak setiap orang merupakan filosof. Seorang filsuf biasanya merumuskan ajaran filsafat. Sering terjadi bahwa pemikiran seorang filsuf kemudian disempurnakan oleh filsuf berikutnya sehingga

ajaran atau filsafatnya mengalami perkembangan. Seperti disebutkan di atas, filsafat secara harfiah adalah cinta kebenaran, yang kemudian diartikan pula bahwa filsafat adalah suatu ilmu untuk mencari kebenaran asasi. Filsafat ingin melihat suatu objek yang menjadi perhatian tersusun dalam suatu kerangka menyeluruh. Filsafat tersusun dalam suatu kerangka yang sistematis dan berisi hal-hal yang diselidiki secara menyeluruh. Suatu filsafat beertolak dari suatu dasar pemikiran tertentu. Seorang yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tidak mungkin akan menhasilkan suatu filsafat yang bertentangan dengan keyakinan itu. Demikian juga dengan orang yang memikirkan filsafat individu. Dasar berpikir akan bertolak dari kepentingan individu yang akan selalu menjiwai keseluruhan dari ajaran fiklsafatnya. Tidaklah mungkin dalam filsafat itu akan kita jumpai ajaran yang memetingkan peranan masyarakat sebab hal itu akan bertentangan dengan dasar pokoknya akan tetap ada dalam filsafat itu. Mencari hakikat adalah suatu bentuk kebenaran artinya mancari hakikat. Seperti disebutkan di atas, mencari hakikat memerlukan sesuatu renungan atau pemikiran yang dalam. Merenung tidaklah berarti berhayal tanpa tujuan. Merenung adalah berpikir secara mendalam termasuk juga berkhayal dalam satu tujuan untuk menemukan hakikat sesuatu. Hasil itu kemudian disusun secara logis-sistimatis dalam suatu kerangka yang menyeluruh dan bulat. Hasilnya kemudian disampaikan pada dunia ilmu pengetahuan atau masyarakat. Kadang terjadi juga bahwa filsafat filsafat itu akan dipengaruhi oleh ahli filsafat yang lain. Demikian filsafat itu tidak bersifat statis, melainkan juga berkembang menurut perkembangan dunia. Walau demikian inti pokok filsafat itu tetap kalau tidak filsafat itu akan hilang maknanya. Pangkal tolak itu merupakan ciri khusus dari sistem filsafat. Seperti ditegaskan di atas, apabila filsafat itu kemudian disusun sebagai suatu pedoman untuk suatu aksi, pedoman itu merupakan ideologi, berdasar suatu filsafat karena itu diantara ideologi dan filsafat ada jalinan yang erat sekali. Suatu ideologi kemunisme berdasar filsafat materialisme, dan keduanya terjalin dengan eratnya. Berdasar hal di atas jelaslah tentang hubungan ideology dengan filsafat sulit terpisahkan. Tidaklah mungkin suatu filsafat tertentu akan menghasilkan ideologi yang sangat bertentangan dengan filsafatnya. Contohnya, tidaklah mungkin menghasilkan ideology yang ber-Ketuhanan atas dasar filsafat yang materialistis. Ideologi harus serasi dengan filsafat yang mendasarinya. Seperti dijelaskan di atas, dalam dunia modern banyak sekali filsafat dan ideologi yang berkembang. Khususnya dalam filsafat politik yang menghasilkan ideologi politik. Masing-masing ideologi pernah dilaksanakan dalam jamannya. Ada yang bertehan dan ada pula yang sudah merupakan kenangan sejarah. Namun ada baiknya kita mengenal macam-macam ideology itu sehingga pada akirnya akan menumbuhkan keyakinan akan kebenaran ideologi bangsa sendiri. Masalah idelogi adalah masalah pilihan. Ketepatannya tergantung pada jiwa bangsa itu sendiri. Ideologi yang duianggap benar dan sesuai dengan jiwa bangsa , apalagi yang telah terbukti tetap bertahan dari segala godaan dan cobaan dari ideology yang lain melalui gerakan atau pemberontakan memperkuat keyakinan akan perlunya mempertahankan ideologi. Kemudian timbullah masalah implementasinya. Dalam kerangka ini, ideologi itu tidak saja sesuai dengan filsafat yang mendasarinya, tapi sesuai dengan kepribadianya. Orang akan selalu

mengukur sesuatu dari kepribadiannya sebab eksistensi dirinya adalah eksistensi pribadinya 3. Pancasila Sebagai Ideologi Negara a.Pengertian Ideologi Dipahami dari sudut etimologi, istilah ideologi terdiri dari dua suku kata, yaitu idea dan logos ; Idea berarti pikiran dan logos berarti ilmu. Ideologi dalam hal ini berarti suatu gagasan yang berdasar ide tertentu, yang artinya suatu pedoman aksi yang biasanya disebut ideologi. Orang yang dapat menyusun suatu ideologi yang menetengahkan gagasan menjadi suatu kenyataan. Suatu kelompok yang telah terikat pada ideologi berjuang demi ideloginya yang dipandang sebagai sesuatu yang mulia. Penyimpangan perjuangan dari idelogi yang didukung dapat mengakibatkan dipecatnya seorang sebagai anggota kelompok ideologi itu. Hal ini menjelaskan pentingnya peran ideologi, sehingga tampak pula bagaimana manusia merupakan alat dari ide-ide atau ideologi. Ideologi berada pada wilayah pikir yang paling banyak ditelaah oleh sosiologi dan politik serta logis secara khusus berada pada wilayah kemasyarakatan dan hidup kenegaraan. Bahkan Karl Manheim membedakan antara ideologi dan utopia adalah suatu cita-cita yamh belum tentu dapat dilaksanakan serta idelogi adalah suatu cita-cita yang mungkin dapat dilaksanakan. Ideologi menjadi semakin populer pada pasca Perang Dunia ke-2 yang begitu mengerikan, bahkan peperangan dilukiskan sebagai pertentangan antar ideologi, walau ada juga yang mengartikan sebagai perang ekonomi. Keadaan di atas telah turut mendorong Daniel Bell, dengan tulisannya yang berjudul The End of Ideology pada sekitar tahun lima puluhan yang pada intinya menjelaskan, bahwa kemajuan teknologi setelah perang dunia ke-dua berakhir dengan banyak penemuan-penemuan, maka idelogi tidak lagi sebagai alat penentu dalam kehidupan masyarakat sekaligus membuktikan berkembangnya fenomena baru berupa suatu tecnology society yaitu perkembangan masyarakat akan mempunyai hukumnya sendiri ; teknologi memegang peranan yang sangat menentukan. Selanjutnya Eduard Shils melakukan bantahan sebagaimana apa yang disebut di atas sebagai berakirnya idelogi yang terdapat pada uraian dalam Encyclopaedia of Social Sciences. Ada kemungkinan kalau ideologi tidak ditafsirkan atau tidak disesuaikan dengan keadaan yang baru, sehingga akan tetap steril yang akibatnya tidak memuaskan banyak pihak sehingga diganti oleh ideologi lain. Dengan adanya inerpretasi itu, dapat terjadi bahwa kemudian timbul perpecahan dfiantara pengikut ideologi itu secara tajam dan bahkan dengan adanya interpretasi itu bahkan dapat menimbulkan perang saudara yang kejam. Dalam rangka itu selalu ada usaha bahwa di satu pihak ada yang mengatakan dirinya adalah seasuai dengan ideliogi semula dan yang lain adalah reformatif b. Perpecahan Ideologi Komunisme dengan watak ideologinya yang keras dirasakan kurang menghargai hakikat manusia yang sama derajatnya. Komunisme dianggap mengabaikan kemanusiaan. Atas dasar dan cara pencapaian tujuan itu dilakukan dengan kekerasan, tumbuhlah aliran didalam Marxisme yang sangat memetingkan perikemanusiaan dan cara pencapaian tujuan melalui jalan parlementer. Komunisme dalam pencapaian tujuan sama sekali tidak melihat gunanya cara parlementer. Hanya dengan kekerasan, kekuasaan negara dapat direbut.

Perbedaan pendapat ini kemudian menumbuhkan apa yang disebut aliran Sosialisme. Bernstein adalah tokoh yang pertama membawakan ideologi sosialisme itu dan Lenin adalah tokoh yang mempertahankan komunisme. Perikemanusiaan dan parlementarisme lebih ditekankan di dalam sosialisme. Sebagai suatu aliran yang menekankan akan perikemanusiaan, keagamaan adalah masalah perseorangan. Memeluk agama adalah hak individu dan tidak dapat dipaksakan, baik dengan paksaan untuk meninggalkannya maupun paksaan dengan pilihan tertentu. Dengan kata lain, di dalam perkembangan sosialisme terjadi perpaduan diantara komunisme dan liberalisme. Perpaduan itu melahirkan suatu aliran di satu pihak sifatnya Marxistis dan dipihak lain liberalistis. Aliran komunisme dilaksanakan di negara-negara Eropa Timur, sosialisme di negara-negara Skandinavia dan Inggris. Aliran sosialisme di Eropa Barat dibawakan oleh Partai Buruh atau Partai Sosialis Demokrat, dan di negara-negara komunis oleh partai-partai komunis. c.Pancasila Sebagai Ideologi Pancasila dijadikan ideologi negara Republik Indonesia sejak tanggal 17 Agustus 1945, walaupun secara yuridis hal itu baru disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan tidak menyinggung tentang Pancasila, tapi semata-mata menjelaskan tentang bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya ke seluruh dunia. Proklamasi kemerdekaan sebenarnya pada tanggal 18 Agustus 1945 mendapatkan penjelasan lebih lanjut dalam Pembukaan UUD 1945 lebih rinci tentang Indonesia telah merdeka dari penjajahan yang sejak itu merdeka sebagai bangsa. Pembukaan UUD 1945 berisi penjelasan tentang apa yang dikehendaki oleh Proklamasi itu sebenarnya, yaitu negara merdeka yang diberi nama Republik Indonesia, berdasarkan Pancasila. Negara berdasar Pancasila itu ingin mencapai tujuan yaitu negara adil dan makmur dan ikut membangun perdamaian dunia. Negara Indonesia yang berdiri tidak semata-mata untuk kepentingan dirinya sendiri, tetapi secara realistis memberikan pengertian bahwa bangsa Indonesia hidup ditengah-tengah bangsa lain. Dengan perkataan lain, negara yang berdasar Pancasila ingin menciptakan masyarakat yang ber-Pancasila. Dengan demikian Pancasila tidak saja secara statis sebagai dasar negara, tetapi juga sebagai ideologi bangsa yang diperjuangkan dengan sekuat tenaga. Sebagai ideologi yang merupakan tuntutan dalam perjuangan Pancasila yang memang digali dari budaya bahkan pandangan hidup bangsa. Dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa karena secara historis sudah lahir, tumbuh dan berkembang sepanjang sejarahnya. Pada suatu saat tertentu terjadi yaitu sila yang satu lebih menonjol dengan sila yang lain. Namun keseluruhan dari sila-sila Pancasila merupakan suatu pandangan hidup suatu bentuk kebulatan. Berdasar pemahaman di atas, dapatlah ditegaskan lebih lanjut, bahwa Pancasila adalah kumpulan nilai/ norma yang meliputi sila-sila Pancasila sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, pada Alinea IV yang telah ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 d.Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan ideologi lain. Artinya, ideologi Pancasila dapat mengikuti perkembangan yang terjadi pada

negara lain yang memiliki ideologi yang berbeda dengan Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan Masyarakat. Hal ini disebabkan karena ideologi Pancasila memiliki nilai yang meliputi : 1) Nilai dasar Nilai dasar adalah nilai yang ada dalam ideologi Pancasila yang merupakan representasi dari nilai yang ada dalam masyarakat, bangsa dan negara Idonesia. Nilai dasar merupakan nilai yang tidak bisa berubah sepanjang bangsa Indonesia berpedoman pada nilai tersebut. Contohnya, nilai yang dicantumkan pada alinea ke IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahkan sudah ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. 2) Nilai Instrumental Nilai instrumental adalah nilai yang merupakan pendukung utama dari nilai dasar (Pancasila). Nilai ini dapat mengikuti setiap perkembangan jaman, baik dalam negri maupun di luar negri. Nilai ini dapat berupa baik Undang-undang, Peraturan Pemerintah dan peraturan perundangan lain yang ada untuk menjadi tatanan dalam pelaksanaan ideologi Pancasila sebagai pegangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 3) Nilai Praktis Nialai ini adalah sistem nilai harus ada dalam setiap penyelenggaraan negara dengan sifat yang abstrak. Artinya berupa semangat para penyelenggara negara dari pusat sampai ke tingkat yang paling bawah dalam struktur sistem pemerintahan negara Indonesia. e. Wawasan Filsafat meliputi bidang kesemestaan : 1. Ontologi ; Ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu yaitu sama dengan metafisika tokohnya adalah Aristoteles.. 2. Epistimologi ; bidang, cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode ilmu pengetahuan, tokohnya adalah Runs. 3. Aksiologi ; Nilai, manfaat, pikiran, ilmu yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis nilai, tingkatan nilai, hakikat nilai, estetika, etika, Ketuhanan, agama, tokohnya adalah Runs. f. Implementasi Pancasila Dalam Kehidupan Masyarakat Memahami implementasi Pancasila dalam kehidupan masyarakat sangat penting agar setiap warga negara dalam berpikir dan bertindak berdasar etika yang bersumber dari Pancasila. Pancasila bagi bangsa Indonesia merupakan pandangan hidup dan dasar negara. Pancasila sebagai pandangan hidup mempunyai arti setiap warga negara dalam kehidupan sehari-hari menggunakan Pancasila sebagai petunjuk hidup dalam rangka mencapai daya saing bangsa, kesejahteraan dan keadilan baik lahir maupun batin. Pemahaman implementasi Pancasila diharapkan akan adanya tata kehidupan yang serasi atau harmonis dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pilihan ideologi ini ternyata tepat, hal ini dibuktikan dari sejarah. Makin lama makin panjang hidupnya bangsa berdasar Pancasila itu, makin dirasakan betapa tepatnya Pancasila sebagai ideologi bangsa.

Seorang warga negara dapat dikatakan menjadi Pancasilais, menurut Syahrial Syarbaini dalam buku Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi, harus memenuhi beberapa kriteria antara lain : 1. Keinsyafan batin tentang benarnya Pancasila sebagai falsafah 2. Pengakuan bahwa yang bersangkutan menerima dan mempertahankan Pancasila 3. Mempersonifikasikan seluruh sila-sila dalam perbuatan dengan membiasakan mempraktekan melalui sikap perilaku budaya dan politik

RINGKASAN MATERI IDENTITAS NASIONAL Rujukan : Magnis Franz S, 1988,p 170-179., Budiardjo Miriam, 1989, p 3145, .Prayitno H.A,Trubus cs,2003, p 11-75, Srijanti, Rahman. A. cs, p 1-10, p 39-44.

A. Karakteristik Identitas Nasional 1. Pengertian Identitas Nasional Konsep nasional mengandung pengertian sebagai karakteristik suatu masyarakat tertentu yang mendiami suatu wilayah, dengan ciri-ciri yang melekat pada masyarakat tersebut dan merefleksikan sebuah identitas tunggal dan senantiasa berkembang mengikuti dinamika masyarakat yang bersangkutan. Nasionalisme adalah semangat yang dimiliki oleh suatu masyarakat dalam rangka mempertahankan identitasnya dari pengaruh perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan, dan biasanya di dalam masyarakat tersebut terdapat rasa kasadaran kolektif sebagai akibat dari sifat resistensinya. Konsep nasionalitas diartikan sebagai pengakuan mendalam anggota masyarakat, terutama yang menyangkut hak dan kewajibannya yang harus dipenuhi dalam rangka solidaritas sosial. Sedangkan Nationhood merupakan kualitas yang dimiliki oleh suatu masyarakat dalam konteks membangun kesadaran kolektif, terutama dalam hubungannya dengan masyarakat lainnya Pengertian identitas nasional pada hakikatnya adalah manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas, dan dengan ciri-ciri khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam kehidupannya.(Wibisono Koento;2005).

Identitas berasal dari kata identity yang berarti ciri-ciri, tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain. Dalam terminologi antropologi, identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan keasadaran diri pribadi sendiri, golongan, kelompok, komunitas atau negara sendiri. Kata nasional dalam identitas nasional merupakan identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan baik fisik seperti budaya, agama dan bahasa maupun non fisik seperti, keinginan, cita-cita dan tujuan. Istilah identitas nasional atau identitas bangsa melahirkan tindakan kelompok, yang diberi atribut nasional. Nilai-nilai budaya yang berada dalam sebagian besar masyarakat dalam suatu negara dan tercermin dalam identitas nasional bukanlah barang jadi yang sudah selesai dalam kebekuan normatif dan dogmatis, melainkan sesuatu yang terbuka dan terus-menerus berkembang karena hasrat yang dimiliki oleh kemajuan yang dimiliki masyarakat pendukungnya. Implikasinya adalah bahwa identitas nasional merupakan sesuatu yang terbuka untuk diberi makna baru agar tetap relevan dan fungsional dalam kondisi aktual yang berkembang dalam masyarakat.

2. Negara Kesatuan Republik Indonesia Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia tanggal 18 Agustus 1945. Pembentuknya adalah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang beranggotakan 27 orang. Pada sidang tanggal 18 Agustus 1945 Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia mengeluarkan empat keputusan penting yang merupakan bukti pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu : a. Undang-undang Dasar disahkan setelah mengalami beberapa perubahan, yaitu sila pertama Pancasila kembali ke rumusan ; Ketuhanan Yang Maha Esa, dan tujuh kata dalam konsep Piagam Jakarta dihilangkan, dan perubahan juga dilakukan pada Batang Tubuh Undang-undang Dasar45 yaitu pasal 6 dan 29. b. Soekarno-Hatta terpilih secara aklamasi sebagai Presiden dan Wakil Presiden. c. Akan segera dibentuk KNIP dengan tugas membantu Presiden-Wakil memimpin penyelenggara pemerintah negara d. Menetapkan batas wilayah negara yaitu seluruh bekas jajahan Hindia Belanda 3. Parameter Identitas Nasional Parameter identitas nasional adalah suatu ukuran atau patokan yang dapat digunakan untuk menyatakan sesuatu adalah menjadi ciri khas suatu bangsa. Sesuatu yang diukur adalah unsur suatu identitas seperti kebudayaan yang menyangkut norma, bahasa, adat istiadat dan teknologi atau ciri yang sudah terbentuk secara geografi. Ciri atau identitas lazimnya memiliki indikator sebagai berikut : a. Identitas nasional menggambarkan pola perilaku yang terwujud melalui aktifitas masyarakat sehari-hari seperti ; adat istiadat, tata kelakuan dan kebiasaan. Ramah, hormat kepada orang tua bahkan gotong royong merupakan salah satu identitas nasional yang bersumber dari adat istiadat dan tata kelakuan.

10

b. Lambang-lambang yang merupakan ciri dari bangsa yang secara simbolis menggambarkan tujuan dan fungsi bangsa seperti : Garuda Pancasila, bendera, bahasa, lagu kebangsaan. c. Alat perlengkapan yang digunakan untuk mencapai tujuan seperti bangunan,teknologi dan peralatan manusia yang sekaligus merupakan identitas perlengkapan seperti : Borobudur, Prambanan dll. d. Tujuan yang ingin dicapai suatu bangsa dengan identitas yang bersumber dari tujuan yang bersifat dinamis atau budaya unggul seprti Indonesia terkenal dengan bulu tangkisnya. Bagi bangsa Indoensia, pengertian parameter identitas nasional tidak merujuk pada individu(adat istiadat dan tata laku) tetapi berlaku pada kelompok Indonesia sebagai bangsa yang majemuk dan kemajemukan itu merupakan unsur atau parameter pembentuk identitas yang melekat dan mengikat oleh kesamaankesamaan pada segenap warganya.

4. Karakteristik Manusia Indonesia Dewasa Ini Mochtar Lubis, seorang jurnalis senior, pernah membuat gebrakan yang menggemparkan dalam ceramahnya di Taman Ismail Marzuki Jakarta, mengenai profil manusia Indonesia. Pada saat itu muncul anggapan, bahwa paling sedikit terdapat tujuh ciri manusia Indonesia yaitu : 1. Hipokrit, senang berpura-pura, lain di muka lain di belakang, serta suka menyembunyikan yang dikehendakinya karena takut mendapat ganjaran yang merugikan dirinya. 2. Segan dan enggan bertanggung jawab atas perbuatan, putusan dan pikirannya, atau sering mengalihkantanggung jawab tentang suatu kesalahan dan kegagalan kepada orang lain. 3. Berjiwa feodalis, senang memperhamba orang yang lemah, senang dipuji, serta takut dan tidak suka dikritik. 4. Percaya pada tahyul dan senang mengkeramatkan sesuatu 5. Berjiwa artistik dan sangat dekat dengan alam 6. Mempunyai watak yang lemah serta kurang kuat mempertahankan keyakinannya sekalipun keyakinannya benar. Cenderung untuk meniru. 7. Kurang sabar, cepat cemburu dan dengki. Pendapat tersebut cenderung menginventarisasikannya sebagai watak bangsa Indonesia secara keseluruhan. Satu-satunya asumsi dasar yang secara resmi digunakan, justru tidak membolehkan kita berhenti pada strereotipe dangkal tentang manusia Indonesia dan moralitasnya. Asumsi dasar itu tidak lain adalah Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 yang dicerminkan oleh kebhinekatunggal-ika bangsa Indonesia dengan segala tingkah lakunya. Apabila asumsi dasar ini bisa diterima sebagai pegangan yang benar, maka salah satu jalan yang

11

terbaik untuk membentuk identitas sosial budaya Indonesia adalah membina penyerasian hubungan tingkah laku manusia Indonesia sesuai nilai-nilai kehidupan nasional. Sebagaimana disebutkan oleh Alvin Toffler, revolusi industri pada akir abad ini telah menciptakan sistem sosial dengan teknologi yang menakjubkan, namun akses industrialisasi telah merobohkan sampai batas tertentu sistem nilai yang biasanya dipakai/biasa berlaku dalam masyarakat. Masa transisi tersebut menyebabkan keluarga dimana orang tua sering kurang berhasil memerankan fungsinya dalam memelihara, memberikan kasih sayang dan penamaan nilai-nilai moral kepada putra-putrinya. Inkonsistensi pembinaan menjadi sebab dari berbagai akibat yang mengecewakan bagi kehidupan di dalam masyarakat. Salah satu akibat destruktif dari kondisi ini adalah tumbuh suburnya perilaku menyimpang yang sering disebut kenakalan remaja. Dalam tiga tahun terakir ini perilaku negatif dikalangan pelajar memang meningkat. Dampak lain dari pembangunan yang terlalu berorientasi ekonomi adalah terdesak harkat dan martabatmanusia oleh alat-lat ekonomi dan materi. Masyarakat menjadi materialistis, kurang percaya diri, lemah mentalitas, dan semakin mendangkal nilai etis dan spiritualnya. Banyak orang merasa puas dengan formalisme, legalisme dan cenderung mengambil jalan pintas. Suasana demikian mendorng pulaperbuatan-perbuatan yang manipulatif serta menimbulkan sikap keserakahan individualistis lebih mengarah pada egoisme kebendaan. Dengan demikian terjadi disintegrasi sosial yang lebih ditentukan oleh materi dan akirnya menghambat tumbuhnya solidaritas sosial. Hal Ini sangat menggejala di masyarakat Indonesia saat ini adalah bahwa dalam asyarakat sering tampak rasa malu sosial lebih berperan dari rasa bersalah dalam pencerminan kesadaran etis. Seseorang malu kalau kesalahannya diketahui orang banyak, tetapi rasa bersalah tidak akan mengganggu dirinya selama hal ini tidak diketahui orang. Apalagi jika kesalahan itu dilakukan oleh orang banyak, maka kesalahan itu tidak dianggap sebagai suatu kesalahan. Hal ini dapat kita saksikan pada beberapa peristiwa pelanggaran lalu lintas, korupsi, komersialisasi jabatn, manipulasi, penyelundupan dan lain-lain. Masyarakat Indonesia biasa menyebut sifat-sifat tertentu sebagai atribut yang menjadi ciri kepribadiannya.Seperti ramah, sopan, berbudi luhur, kekeluargaan, adaptif, toleran, religius dan lain sebagainya. Itu semua tercermin dalam Pancasila yang menjadi dasar maupun pedoman kehidupan bangsa. Bila kita memperhatikan keadaan yang berkembang belakangan ini, walau pahit tapi harus diakui telah terjadi krisis sosial budaya yang bersumberdari krisis orientasi masyarakat kini. Krisis sosial yang menyangkut nilai-nilai moral dalam kehidupan bangsa, meliputi fenomena-fenomena antara lain ; 1. Krisis nilai-nilai ; Krisis nilai berkaitan dengan sikap menilai suatu perbuatan, tentang baik dan buruk, pantas dan tidak pantas, benar dan salah, yang menyangkut perilaku etis individual dan sosial. Sikap penilaian yang dulu dikatyakan benar, baik, sopan dan lainnyamengalami perubahan drastis menjadi sebaliknya, ditolerir atau sekurangnya tak diacuhkan orang. 2. Krisis konsep tentang kesepakatan arti hidup yang baik ; Masyarakat mualai merubahan pandangan tentang cara hidup bermasyarakat yang baik dalam bidang ekonomi, politik, kemasrakatandan implikasinya terhadap kehidupan individualnya

12

3. Adanya kesenjangan kredibilitas/keteladanan ; Dalam masyarakat dewasa ini dirasakan adanya erosi kepercayaan pada kalangan pemerintah dan penanggung jawab sosial. Orang tua, guru, pengkhotbah agama, penegak hukum, pejabat dan sebaganya, mengalami kegoncangan wibawa, mulai diremehkan orang. 4. Beban lembaga pendidikan terlalu besar melebihi kemampuannya ; Sekolah dituntut untuk memikul beban tanggung jawab moral dan sosio kultural yang tidak termasuk program instruksional yang dirancang, oleh karena itu sekolah tidak siap memikul tangung jawab itu. Disisi lain terlalu banyak guru yang tidak konpeten untuk menjadi tenaga profisional dan banyak pula yang memandang jabatan guru merupakan alternatif terakirtanpa dedikasi yang yang kuat selaku duru yang berkualitas baik dan mengemban tugas pembinaan pembentuk watak dan moral bangsa. 5. Kurangnya sikap idealisme dan citra generasi mudatentang peranannya bagi masa depan bangsa ; Tampak mengejala lemahnya idealisme dan self image generasi muda untuk berwawasan masa depan yang realistis, sehingga membuat kurang sensitif terhadap kelangsungan hidup bangsa kedepan serta enggan berperan dalam pembanguinan bangsanya sesuai keahliannya, ketrampilan dan ilmu pengetahuan serta teknologi yang sangat diperlukan oleh negara. 6. Makin bergeser sikap manusia kearah pragmatisme yang pada gilirannya ke arah materialisme dan individualisme ; Kecenderungan yang terjadi dewasa ini mulai tampak sikap yang melengahkan nilai-nilai agama, dimana prinsip-prinsip hidup yang bernilai escetik dan etis serta berorientasi mengendor bahkan mengikis jiwa pribadi dan masyarakat B. Proses Berbangsa Dan Negara 1. Kebangsaan Kebangsaan merupakan suatu konsep yang memiliki pengertian yang sangat luas, yang di dalamnya mencakupkonsep nation, nationalism, nationality dan nationhood. Konsep nasional mengandung pengertian sebagai karakteristik suatu masyarakat tertentu yang mendiami suatu wilayah, dengan ciri-ciri yang melekat pada masyarakat tersebut dan merefleksikan sebuah identitas tunggal dan senantiasa berkembang mengikuti dinamika masyarakat yang bersangkutan. Nasionalisme adalah semangat yang dimiliki oleh suatu masyarakat dalam rangka mempertahankan identitasnya dari pengaruh perubahan yang terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan, dan biasanya di dalam masyarakat tersebut terdapat rasa kasadaran kolektef sebagai akibat dari sifat resistensinya. Konsep nasionalitas diartikan sebagai pengakuan mendalam anggota masyarakat, terutama yang menyangkut hak dan kewajibannya yang harus dipenuhi dalam rangka solidaritas sosial. Sedangkan Nationhood merupakan kualitas yang dimiliki oleh suatu masyarakat dalam konteks membangun kesadaran kolektif, terutama dalam hubungannya dengan masyarakat lainnya. Dengan demikian pengertian kebangsaan di sini adalah upaya-upaya yang dilakukan masyarakat suatu negara dalam membangun dan mempertahankan identitasnya dari pengaruh perubahan yang menyertainya dan dalam hubungannya dengan masyarakat negara liannya.

13

Oleh karena itu dalam praktiknya pembangunan kesadaran kebangsaan suatu masyarakat atau negara selalu terdapat paham-paham yang saling interdependen sebagai akibat cara pandang anggota masyarakatnya dalam memaknai perubahan dan dinamika sosial masyarakat, misalnyaliberalisme, kapitalisme, komunisme pluralisme dan etnonasionalisme. Faham liberalisme merupakan faham yang lahir sebagai akibat keinginan anggota masyarakat untuk senantiasa bebas mengekspresikan segala kemampuannya, guna memperoleh kehidupan bersama yang lebih baik. Faham kapitalisme merupakan faham yang berkembang dalam sebuah masyarakat, di mana kemajuan yang dicapainya ditentukan oleh modal dan kemampuan anggota masyarakat dalam mengelola sumberdaya yang dimilikinya. Komunisme adalah faham yang menekankan pada pentingnya hidup bersama, dimana antar anggota masyarakat memiliki kedudukan yang sama, baik dalam kontek pemilikan modal ekonomi, social, politik dan budaya. Faham pluralisme adalah faham yang memandang pentingnya akomodasi dan interaksi multietnik, karena disadari bahwa sebuah masyarakat senantiasa bersifat heterogen, yang setiap anggota masyarakat memiliki aspirasi yang berbeda-beda sehingga sangat rentan konflik dengan kekerasan, sebagai akibat perbedaan-perbedaan latarbelakang sosial budayanya. Sedangkan etnonasionalisme merupakan faham yang menekankan pada pentingnya factor kesamaan etnisitas (kesukubangsaan) dalam pembangunan suatu masyarakat, dengan asumsi dan tujuan untuk meminimalkan konflik dengan kekerasan yang selalu muncul dalam masyarakat multietnik. Faham kebangsaan di Indonesia lahir sebagai akibat munculnya kesadaran masyarakat Indonesia dalam menghadapi penjajahan Belanda, yang secara histories baru mengkristal pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Nasinalisme yang didengungkan oleh para pemuda, yang kemudian direalisasikan dalam kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan titik tolak adanya kesadaran kolektif masyarakat Indonesia untuk membangun sebagai bangsa/ Negara. Hal ini mengingat bahwa masyrakat Indonesia yang multietnik memerlukan suatu wahana untuk berkompetisi dengan suatu bangsa/ negara lain yang sudah lebih dulu maju. Namun sebagaimana yang telah disampaikan oleh Presiden Soekarno yang menyitir ungkapan Ernst Renan, bahwa kebangsaan/ nasoinalisme harus selalu diperjuangkan untuk membentuk sebuah negara yang demokratis. Kebangsaan/ nasionalisme adalah perjuangan bukan sui generis (yang diwariskan secara turun temurun), sehingga dalam implementasi memerlukan interpretasi dinamis agar sesuai dengan perkembangan jaman. Dengan demikian pembahasan wahana kebangsaan Indonesia harus dikaitkan dengan kondisi global yang mencakup ekonomi, politik, social dan budaya. Pembahasan ini diharpakan membawa nuansa baru dalam pemahaman kebangsaan Indonesia, dalam rangka membangun identitas dan jati dirinya menuju Indonesia yang lebih baik. Watak dan moral bangsa yang diwarnai nilai-nilai luhur Pancasila mampu terjelma dengan memiliki sifat gotong royong dan musyawarah untuk mufakat terjelma sepenuhnya, bahkan tidak akan kehilangan dimensi terpenting yaitu meningkatkan kualitas dan martabat bangsa. 2. Negara & Teori Terbentuknya Negara:

14

a. Teori Hukum Alam. Pemikiran pada masa Plato dan Aristoteles: Kondisi Alam - Tumbuhnya Manusia Berkembangnya Negara b. Teori Ketuhanan, (Islam + Kristen) Segala sesuatu adalah ciptaan Tuhan. (negara dibentuk oleh Tuhan dan pemimpim-pemimpin negara ditunjuk oleh Tuhan. Raja dan pemimpin negara hanya bertanggung jawab pada Tuhan dan tidak pada siapapun. Segala sesuatu tidak akan terjadi apabila Tuhan tidak menghendakinya) c. Teori Perjanjian (Thomas Hobbes). Manusia menghadapi kondisi adan timbulah kekerasan. Manusia pun bersatu dalam mengatasi tatntangan dan menggunakan persatuan dalam gerak tunggal untuk kebutuhan bersama 3. Proses Terbentuknya Negara di Jaman Modern Proses tersebut dapat berupa penaklukan, peleburan (fusi), pemisahan diri, dan pendudukan atas negara atau wilayah yang belum ada pemerintahan sebelumnya. Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik adalah organisasi pokok dari kekuasaan poltik atau alat(agency) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk megatur manusia antar masyarakat serta menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Dalam rangka ini dikatakan bahwa negara mempunyai dua tugas : a. Mengendalikan dan mengatur gejala kekuasaan yang asosial. b. Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongangolongan ke arah tercapainya tujuan masyarakat seluruhnya. 4. Definisi Tentang Negara Di bawah ini disajikan beberapa perumusan mengenai negara. a.Roger H.Soltau: Negara adalah alat (agency) atau wewenang (authority) yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan bersama, atas nama masyarakat (The state is an agency or authority managing or controlling these (common) affairs on behalf of and in the name of the community) b.Harold J. laski: Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama. Masyarakat merupakan negara kalau cara hidup yang harus di taati baik oleh individu maupun oleh asosiasi ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat (The state is a society which is integrated by possessing a coercive authority legally supreme over any individual or group which is part of the society. A society is a group of human beings living together and working together for the satisfaction of their mutual wants. Such a society is a state when the way of life to which both individuals and associations must conform is defined by a coercive authority binding upon them all) c.Max Weber: Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam sesuatu wilayah (The state is a human society that (success fully) claims the monopoly of the legitimate use of physical foece within a given territory)

15

d.Robert M. Mac lver : Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan pemerintahan di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan sistim hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa (The state is an association which, acting through law as promulgated by a government endowed to this end with coercive power, maintains within a community territorially demarcated the external conditions of order). Jadi, sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa negara adalah suatu daerah territorial yang rakyatnya diperintah (governed) oleh sejumlah pejabat dan yang berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundangundangannya melalui penguasaan (kontrol) monopolistis dari kekuasaan yang sah. 5. Sifat- sifat Negara Negara mempunyai sifat-sifat khusus yang merupakan manifestasi dari kedaulatan yang dimilikinya dan yang hanya terdapat pada negara saja dan tidak terdapat pada asosiasi atau organisasi lainnya. Umumnya dianggap bahwa setiap negara mempunyai sifat memaksa, sifat monopoli dan sifat mencakup semua. a. Sifat Memaksa. Agar peraturan perundang-undangan ditaati dan dengan demikian penertiban dalam masyarakat tercapai serta timbulnya anarki dicegah, maka negara memiliki sifat memaksa dalam arti mempunyai kekuasaan untuk memakai kekerasan fisik secara legal. Sarana untuk itu adalah polisi. Tentara, dan sebagainya. Organisasi dan asosiasi yang lain dari negara juga mempunyai aturan; akan tetapi aturan-aturan yang dikeluarkan oleh negara lebih mengikat. Di dalam masyarakat yang bersifat homogeen dan ada konsensus nasional yang kuat mengenai tujuan-tujuan bersama, biasanya sifat paksaan ini tidak perlu begitu menonjol; akan tetapi di negara-negara baru yang kebanyakan belum homogeen dan konsensus nasionalnya kurang kuat, seringkali sifat paksaan ini akan lebih banyak. Dalam hal demikian di negara demokratis tetap disadari bahwa paksaan hendaknya dipakai seminimal mungkin dan sedapat-dapatnya dipakai persuasi (meyakinkan). Lagipula pemakaian paksaan secara ketat selain memerlukan organisasi yang ketat juga memerlukan biaya yang tinggi. Unsur paksa dapat dilihat misalnya pada ketentuan tentang pajak. Setiap warganegara harus membayar pajak dan orang yang menghindari kewajiban ini dapat dikenakan denda, atau disita miliknya atau di beberapa negara malahan dapat dikenakan hukuman kurungan. b. Sifat monopoli. Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dari masyarakat. Dalam rangka ini negara dapat menyatakan bahwa suatu aliran kepercayaan atau aliran politik tertentu dilarang hidup dan disebar luaskan, oleh karena dianggap bertentangan dengan tujuan masyarakat. c. Sifat Mencakup semua (all-encompassing, all embracing). Semua peraturan perundang-undangan (misalnya keharusan membayar pajak) berlaku untuk semua orang tanpa kecuali. Keadaan demikian memang perlu, sebab kalau seseorang dibiarkan berada di luar ruang-lingkup aktivitas negara, maka usaha negara ke arah tercapainya masyarakat yang dicita-citakan akan gagal. Lagipula, menjadi warganegara tidak berdasarkan kemauan sendiri (involuntary

16

membership) dan hal ini berbeda dengan asosiasi lain di mana keanggotaan bersifat sukarela. 6. Unsur-unsur Negara Negara terdiri dari beberapa unsur yang dapat diperinci sebagai berikut : a. Wilayah. Setiap negara menduduki tempat tertentu di muka bumi dan mempunyai perbatasan tertentu. Kekuasaan negara mencakup seluruh wilayah, tidak hanya tanah, tetapi laut di sekelilingnya dan angkasa di atasnya. Karena kemajuan teknologi dewasa ini masalah wilayah lebih rumit daripada di masa lampau. Sebagai contoh, jika pada masa lampau laut sejauh 3 Mil dari pantai (sesuai dengan jarak tembak meriam) dianggap sebagai perairan territorial yang dikuasai sepenuhnya oleh negara itu, maka peluru-peluru missile sekarang membuat jarak 3 Mil tidak ada artinya. Oleh karena itu kemajuan teknologi yang memungkinkan penambangan minyak serta mineral lain di lepas pantai, atau yang dinamakan landas benua (continental shelf) telah mendorong sejumlah besar negara untuk menuntut penguasaan atas wilayah yang jauh lebih luas. Wilayah ini diusulkan selebar 200 Mil sebagai economic zone agar juga mencakup hak menangkap ikan dan kegiatan ekonomis lainnya. Dalam mempelajari wilayah sesuatu negara perlu diperhatikan beberapa variable, antara lain besar kecilnya suatu negara. Menurut hukum internasional maka berdasarkan prinsip the sovereign equality of nations, semua negara sama martabatnya. Tetapi dalam kenyataan negara kecil sering mengalami kesukaran untuk mempertahankan kedaulatannya, apalagi kalau tetangganya adalah negara besar. Sebagai contoh adalah beberapa negara Amerika Latin yang berdekatan dengan Amerika Serikat, dan beberapa negara Eropa Timur yang berdekatan dengan Uni Soviet. Jadi, negara-negara kecil selalu berkepentingan untuk memelihara hubungan baik dengan tetangganya, agar kemerdekaannya tetap diharmati. Contoh-contoh : Swiss tetap merdeka selama dua Perang Dunia. Negara kecil lain: Monako, Singapore. Di lain fihak, negara yang luas wilayahnya menghadapi bermacam-macam masalah, apalagi kalau mencakup berbagai-bagai suku bangsa, ras dan agama. Juga faktor geografis, seperti iklim dan sumber alam merupakan permasalahan; misalnya apakah perbatasannya merupakan perbatasan alamiah (laut, sungai, gunung), apakah ia tidak mempunyai hubungan dengan laut sama sekali (landlocked), atau apakah negara itu merupakan benua atau nusantara. Indonesia dewasa ini mempelopori gagasan Wawasan Nusantara, bahwa semua perairan antara pulau-pulau beserta selat dan muara sungai dianggap perairan pedalaman (internal waters), di mana kedaulatan Indonesia berlaku sepenuhnya. Gagasan ini sedang diperjuangkan dalam forum internasional. b. Penduduk. Setiap negara mempunyai penduduk, dan kekuasaan negara menjangkau semua penduduk di dalam wilayahnya. Dalam mempelajari soal penduduk ini, maka perlu diperhatikan faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, tingkat pembangunan, tingkat kecerdasan, homogenitas, dan masalah nasionalisme. Dalam hubungan antara dua negara yang kira-kira sama tingkat industrinya, negara yang sedikit penduduknya sering lebih lemah kedudukkannya daripada negara yang banyak penduduknya. (Perancis terhadap Jerman dalam Perang

17

Dunia II). Sebaliknya, negara yang padat penduduknya (India, Cina) menghadapi persoalan bagaimana menyediakan fasilitas yang cukup sehingga rakyatnya dapat hidup secara layak. Dimasa lampau ada negara yang mempunyai kecenderungan untuk memperluas wilayahnya melalui expansi. Pada dewasa ini cara yang dianggap lebih layak adalah peningkatan produksi atau menyelenggarakan program-program keluarga berencana untuk membatasi pertambahan penduduk. Dalam memecahkan persoalan semacam ini faktor-faktor seperti tinggi atau rendahnya tingkat pendidikan, kebudayaan dan teknologi dengan sendirinya memainkan peranan yang penting. Penduduk dalam suatu negara biasanya menunjukkan beberapa ciri khas yang membedakannya dari bangsa lain. Perbedaan ini nampak misalnya dalam kebudayaannya, dalam nilai-nilai politiknya atau identitas nasionalnya. Kesamaan dalam sejarah perkembangannya (misalnya selama lebih dari tiga ratus tahun menjadi tanah jajahan), kesamaan bahasa, kesamaan kebudayaan, kesamaan suku-bangsa dan kesamaan agama merupakan faktor-faktor yang mendorong ke arah terbentuknya persatuan nasional dan identitas nasional yang kuat. Akan tetapi perlu dicatat bahwa setiap faktor tersebut di atas pada dirinya tidak cukup untuk menjamin persatuan bangsa, sedangkan di fihak lain perbedaan-perbedaan dalam faktor-faktor tersebut di atas juga tidak menutup kemungkinan untuk berkembangnya persatuan yang kokoh. Misalnya saja, Swiss mempunyai empat bahasa, India malahan mempunyai enam belas bahasa resmi, akan tetapi kedua negara sampai sekarang masih tetap beratu. Belgia memiliki dua bahasa dan dua agama, akan tetapi sampai sekarang berhasil mempertahankan persatuannya. Sebailiknya Inggris dan Amerika Serikat mempunyai bahasa yang sama, akan tetapi merupakan dua bangsa dan negara yang terpisah, Begitu pula Pakistan, yang didirikan dengan alasan untuk mempersatukan semua daerah India yang mempunyai mayoritas penduduk yang beragama Islam, akhirnya dalam tahun 1971 terpecah menjadi dua. Hal ini menunjukan bahwa kesamaan agama pada dirinya tidak menjamin terpeliharanya persatuan bangsa. Indonesia merupakan contoh dimana bermacam-macam suku-bangsa dengan adat-istiadat dan agama yang berbeda-beda, dapat tetap bersatu. Dari uraian di atas nyatalah bahwa faktor-faktor tadi pada dirinya tidak menjamin persatuan bangsa, akan tetapi dapat menunjang pemeliharaan persatuan itu. Dalam kenyataannya dasar dari suatu negara terutama bersifat psykhologis, yang dinamakan nasionalisme. Nasionalisme merupakan suatu perasaan subyektif pada sekelompok manusia bahwa mereka merupakan satu bangsa dan bahwa cita-cita serta aspirasi mereka bersama hanya dapat tercapai jika mereka tergabung dalam satu negara atau nasion. Dalam hubungan ini patut disebut ucapan seorang filsuf Perancis Ernest Renan: Pemersatu bangsa bukanlah kesamaan bahasa atau kesamaan suku-bangsa, akan tetapi tercapainya hasil gemilang di masa lampau dan keinginan untuk mencapainya lagi di masa depan. c. Pemerintah. Setiap negara mempunyai suatu organisasi yang berwenang untuk merumuskan dan melaksanakan keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh penduduk di dalam wilayahnya. Keputusan-keputusan ini antara lain. Dalam hal ini pemerintah bertindak atas nama negara dan menyelenggarakan kekuasaan dari negara. Bermacam-macam kebijaksanaan ke arah tercapainya tujuan-tujuan masyarakat dilaksanakannya sambil menerbitkan hubunganhubungan manusia dalam masyarakat. Negara mencakup semua penduduk,

18

sedangkan pemerintah mancakup hanya sebagian kecil daripadanya. Ia sering berubah, sedangkan negara terus bertahan (kecuali kalau dicaplok oleh negara lain). Kekuasaan pemerintah biasanya dibagi atas kekuasaan legislatif, eksekutif da yudikatif. d. Kedaulatan. Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi untuk membuat undang-undang dan melaksanakannya dengan semua cara (termasuk paksaan) yang tersedia. Negara mempunyai kekuasaan yang tertinggi ini untuk memaksa semua penduduknya agar mentaati undang-undang serta peraturan-peraturannya (kedaulatan kedalam internal sovereignty). Di samping itu negara mempertahankan kemerdekaannya terhadap serangan-serangan dari negara lain dan mempertahankan kedaulatan ke luar (external sovereignty). Untuk itu negara menuntut loyalitas yang mutlak dari warga-negaranya. Kedaulatan nerupakan suatu konsep yuridis, dan konsep kedaulatan ini tidak selalu sama dengan komposisi dan letak dari kekuasaan politik. Kedaulatan yang bersifat mutlak sebenarnya tidak ada, sebab pipinan kenegaraan (raja, atau dektator) selalu terpengaruh oleh tekanan-tekanan dan faktor-faktor yang membatasi penyelenggaraan kekuasaan secara mutlak. Apalagi kalau menghadapi masalah dalam hubungan internasional; perjanjian-perjanjian internasional pada dasarnya membatasi kedaulatan sesuatu negara. Kedaulatan umumnya dianggap tidak dapat dibagi-bagi, tetapi di dalam negara federal sebenarnya kekuasaan dibagi antara negara dan negara-negara bagian. 7. Unsur Lain Negara a. Bersifat Konstitutif. Ini berarti bahwa dalam negara tersebut terdapat wilayah yang meliputi udara, darat, dan perairan (dalam hal ini unsure perairan tidak mutlak), rakyat atau masyarakat, dan pemerintahan yang berdaulat. b. Bersifat Deklaratif. Sifat ini ditunjukan oleh adanya tujuan negara, undang-undang dasar, pengakuan dari negara lain baik secara de jure maupun de facto, dan masuknya nega-ra dalam perhimpunan bangsa-bangsa, misalnya PBB. 8. Tujuan Dan Fungsi Negara Negara dapat dipandang sebagai asosiasi manusia yang hidup dan bekerjasama untuk mengejar beberapa tujuan bersama. Dapat dikatakan bahwa tujuan terakhir setiap negara ialah menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya ( bonum publicum, common good, common weal) Menurut Roger H. Soltau tujuan negara ialah memungkinkan rakyatnya berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin (the freest possible development and creative self-expression of its members) Dan menurut Harold J. Laski menciptakan keadaan di mana rakyatnya dapat mencapai terkabulnya keinginan-keinginan secara maksimal (creation of those conditions under which the members of state may attain the maximum satisfaction of their desires). Tujuan negara R.I. sebagai tercantum di dalam Undang-Undang Dasar 1945 ialah : Untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk

19

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Mahaesa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (Pancasila). Negara yang berhaluan Marxisme-Leninisme bertujuan untuk membangun masyarakat Komunis, sehingga bonum publicum selalu ditafsirkan dalam rangka tercapainya masyarakat komunis. Tafsiran itu mempengaruhi fungsi-fungsi negara di bidang kesejahteraan dan keadilan. Negara dianggap sebagai alat untuk mencapai komunisme dalam arti bahwa segala alat kekuasaannya harus dikerahkan untuk mencapai tujuan itu. Begitu pula fungsi negara di bidang kesejahteraan dan keadilan ( termasuk hak-hak azasi warga negara) terutama ditekankan pada aspek kolektifnya, dan sering mengorbankan aspek perseorangannya. Akan tetapi setiap negara, terlepas dari ideologinya, menyelenggarakan beberapa minimum fungsi yang mutlak perlu yaitu: b. Melaksanakan penertiban (law and order); untuk mencapai tujuan bersama dan mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat, maka negara harus melaksanakan penertiban. Dapat dikatakan bahwa negara bertindak sebagai stabilisator c. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Dewasa ini fungsi ini dianggap sangat penting, terutama bagi negara-negara baru. Pandangan ini di Indonesia tercermin dalam usaha pemerintah untuk membangun melalui suatu rentetan Repelita. d. Pertahanan; hal ini diperlukan untuk menjaga kemungkinan serangan dari luar. Untuk ini negara dilengkapi dengan alat-alat pertahanan . 9. Bentuk Negara Sebuah negara dapat berbentuk negara kesatuan ( unitary state) dan negara serikat (federation)

RINGKASAN KULIAH POLITIK DAN STRATEGI Rujukan 64, : Srijanti, Rahman A, 2007, p 91-97, Syarbaini Syahrial, 2004, p 58Cipto Hestu B, 2003, p 46-82 1. Konstitusi a. Pengertian dan Definisi

20

Istilah konstitusi berasal dari bahasa Perancis (constituer) yang berarti membentuk. Pembentukan dimaksud adalah pembentukan suatu negara atau pernyataan, menusun dan menyatakan aturan suatu negara. Sedangkan istilah Undang-Undang Dasar (UUD) merupakan terjemahan istilah dari bahasa Belanda (gronwet). Perkataan wet diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia adalah Undang-undang Dasar, sedangkan gron berarti tanah atau dasar. Di negaranegara Persemakmuran atau yang menggunakan bahasa Inggris digunakan istilah constitution yang dalam istilah Indonesia menjadi konstitusi. Pengertian konstitusi berperan lebih luas dari undang-undang dasar. Artinya konstitusi merupakan aturan dasar baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, sedangkan undangundang dasar adalah hanya aturan dasar tertulis b. Pendapat Ahli Beberapa ahli ada yang membedakan istilah konstitusi dengan undang-undang dasar : 1. L.J van Apeldorn : konstitusi adalah meuat undang-undang tertulis dan tidak tertulis,sedangkan undang-undang dasar merupakan bagian dari konstitusi. 2. Sri Soemantri : konstitusi dan undang-undang dasar adalah sama serta sesuai dengan praktik ketatanegaran termasuk Indonesia 3. C.F Strong: konstitusi merupakan kumpulan asas-asas yang menyelenggarakan kekuasaan pemerintah dalam arti luas, hak-hak dari pemerintah dan hubungan pemerintah dengan yang diperintah. Dari pendapat ahli dapatlah ddiberi kesimpulan sementara antara lain adalah merupakan kumpulan kaidah-kaidah dasar yang mengatur serta memberi pembatasan atau pembagian keuasaan penguasa. c. Hakikat dan Fungsi Konstitusi Pada hakikatnya konstitusi (UUD) mengandung tiga hal penting ; adanya jaminan terhadap hak asasi manusia dan warga negara, penetapan susunan ketatanegaraan yang bersifat fundamental, pembagian dan pembatasan tugas ketatanegaraan bersifat fundamental. Konstitusi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara memiliki arti dan makna yang penting yaitu sebagai perekat/ tali pengikat hubungan penguasa dan warga negara dalam kehidupan negara, sehingga merupakan sumber hukum dasar yang sekaligus juga menjadi tata aturan (banding, konstitusi dalam negara demokrasi dan komunis). d. Dinamika Pelaksanaan Konstitusi (UUD 1945) Dalam gerak pelaksanaannya, Undang-Undang Dasar 1945 banyak sekali mengalami perubahan seiring sistem politik negara Indonesia, yang berlangsung pasang-surut dalam beberapa periode waktu, yaitu ; pertama, pada era Orde lama, era Orde Baru, era Reformasi, bahkan telah mengalami 4(empat) kali diamandemen. 2. Sistem Politik dan Ketatanegaraan Indonesia a. Sistem Politik Sebagai suatu sistem, sistem politik memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

21

1) Ciri identifikasi, unsur dasar yang berwujud tindakan politik yang membentuk peranan politik. Suatu sistem poltik adalah semua tindakan yang berkaitan dengan perbuatan keputusan yang mengikat masyarakat. 2) Input dan output, Sistem politik memiliki konsekuensi yang penting bagi masyarakat yaitu keputusan yang sah (otoritatif). Konsekuensi dimaksud disebut output. Untuk menjamin suatu sistem diperlukan input dan output, artinya upaya merubah input menjadi output melalui proses transformasi. 3) Diferensial dalam suatu sistem, bahwa lingkungan memberikan energi untuk mengaktifkan suatu sistem serta informasi tentang arah penggunaan energi, sehingga dengan cara pula sistem dapat melakukan pekerjaannya. 4) Integrasi dalam suatu sistem, fakta tentang diferensiasi mengatur kekuatan yang selalu berubah yang dapat merusak integrasi sistem. Sistem harus memiliki mekanisme yang dapat mengintegrasi atau memaksa anggotanya untuk bekerja sama walau dalam kadar minimal, sehingga mereka dapat membuat keputusan yang sah (otoritatif). b. Input Politik Terdapat dua jenis pokok input, yaitu tuntutan dan dukungan. Input inilah yang memberikan bahan mentah atau informasi yang harus diproses dalam sistem dan energi yang dibutuhkan guna kelangsungan sistem. Bagaimana tuntutan itu timbul sebagai ciri dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Sistem ekonomi, ekologi, kebidayaan, kpribadian, struktur sosial dan demografi adalah kumpulan yang mempengaruhi pembentukan jenis tuntutan yang masuk ke dalam sistem politik. Input-input berupa tuntutan saja tidak mampu guna melangsungkan kerja sistem politik. Input tuntutan adalah bahan dasar yang digunakan untuk membuat produk akir, yang disebut keputusan. Sistem memerlukan energi yang disebut tindakan atau pandangan yang memajukan suatu sistem. Untutan timbul di dalamnya sedangkan keputusan yang dihasilkannya. Input ini disebut dukungan (support). Tanpa dukungan, tuntutan tidak akan bisa dipenuhi atau konflik mengenai tujuan tidak akan bisa terselesaikan. Apabila tuntutan ingin ditanggapi, anggota sistem harus mampu memperoleh dukungan dari pihak-pihak lain dalam sistem itu. c. Sistem dan Lingkungan Kesatuan dan keutuhan sistem politik didukung oleh konsep, yaitu ; sistem, struktur dan fungsi. Sistem sebagai konsep eokologis yang adanya suatu oraganisasi yang berintegrasi denga suatu lingkungan yang mempengaruhinya maupun yang dipengaruhinya. Sistem politik adalah suatu organisasi melalui mana masyarakat merumuskan dan berusaha mencapai tujuan-tujuan bersama mereka. Untuk melakukan berbagai kegiatan, sistem politik mempunyai lembaga-lembaga atau struktur-struktur seperti parlemen, birokrasi, badan peradilan dan partai politik yang menjalankan kegiatan-kegiatan atau fungsi-fungsi tertentu, yang selanjutnya sistem tiu merumuskan dan melaksanakan kebijakannya. Konsep-konsep itu merupakan komponan konseptual dari suuatu pendekatan ekologis terhadap politik. Secara sederhana menunjukan bahwa suatu sistem politik dikelilingi oleh lingkungan domestik maupun lingkungan internasional, bisa mempengaruhi maupun dipengaruhi oleh kedua lingkungan itu.(lihat gambar : 1)

22

d. Struktur dan fungsi Politik Struktur yang umum dimiliki oleh sistem politik, meliputi kelompok-kelompok kepentingan, partai politik, badan legislatif,eksekutif, birokrasi dan badan peradilan. (lihat gambar : 2). e. Tipe-tipe Sistem Politik Macam-macam sistem politik yang terpenting menurut Almond dan Coleman khususnya banyak berlaku di negara-negara berkembang : 1) Demokrasi Politik, suatu sistem politik dimana ada kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif yang berfungsi.Kekuasaan legislaif dipilih secara periodik dalam pemilu yang bebas. Badan tersebut mengontrol eksekutif. Terdapat macam-acam kelompok dengan kepentingan yang sama yang otonom, partai-partai politik, dan sarana-sarana yang bebas untuk pembentukan pendapat. 2) Demokrasi Terpimpin, struktur formal sistem ini hampir sama dengan demokrasi politik. Disini, kekuasaan lebih terkonsentrasi pada eksekutif dan ikatan kekuasaan eksekutif lebih erat dengan parta pemerintah dengan ruang gerak terbatas kepada oposisi. Pendapat umum didominasi oleh pemerintah. 3) Oligarki Pembangunan, kensentrasi kekuasaan di tangan pemerintah yang dianggap syarat pembangunan dan persatuan. Sistem pengawasan ada di tangan militer atau rezim sipil yang didukung oleh elit yang besar jumlahnya. Parlemen tidak punya kekuasaan lagi, dan hanya sebagai persetujuan serta pemberi nasihat atas rencana peraturan. Tidak ada tempat untuk oposisi. Sebagai pelaksana kekuasan tergantung pada birokrasi yang ada. Kekuasaan yudikatif tidak bebas lagi. Militer dan politik bekerja menumpas gerakan bawah tanah. Kampanye dari pemerintah pusat untuk memobolisasi penduduk untuk persatuan nasional dan melancarkan proyek-proyek pembngunan. 4) Oligarki Totaliter, ada kekhususan kepada rezim totaliter tradisional seperti rezim fasis di Jerman dan Italia dahulu serta rezim nasionalis Jepang sebelum Perang Dunia ke II. Rezim ini tidak mentolerir ada kekuasaan lain disampingnya. Elit politik mempunyai ideologi yang konsisten dan terperinci dalam menjabarkan sistem pemerintahan. 5) Oligarki Tardisional, adalah peninggalan pramodern. Elit dinasti dapat bertahan lama karena menghindari dari penjajahan, seperti Etiopia. Kekuasaan raja mendapat pengesahan karena tradisi, aparat negara terbatas kewajibannya, desa-desa tidak mendapat perhatian dan tidak banyak mendapat pengaruh. Pengangkatan jabatan atas pertimbangan pribadi.

Lingkungan Fisik, sosial ekonomi domestic A 23 Sistem Politik

D Gambar : 1 Sistem Politik & Lingkungannya

Masyarakat

Badan Peradilan Kepentingan

Kelompok

Birokrasi

Sistem Politik

Partai Politik

Eksekutif Legislatif

Gambar : 2 Sistem Politik & Strukturnya

24

f. Ketatanegaraan Indonesia Ketatanegaraan Indonesia terdiri dari beberapa periodesasi waktu dan bentuk setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 sebagai berikut : 1) Pasca pemberlakuan Undang-Undang Dasar 1945 sejak 18 Agustus 1945 termasuk di dalamnya adalah diterbitkannya Maklumat X oleh Wakil Presiden tanggal 16 Oktober 1945. 2) Ketatanegaraan di bawah Konstitusi Republik Indonesia Serikat, tanggal 17 Nopember 1946 sampai gagalnya perundingan antara Indonesia dengan Belanda, selanjutnya tanggal 25 Maret 1947 terjadi perundingan Linggarjati yang mengakibatkan Agresi MiliterBelanda. 3) Ketatanegaraan di bawah Undang-undang Dasar Sementara 1950 (banding pasal 1 Undang-undang Federal nomor 7/1950 tentang penggantian nama bahwa Konstitusi Sementara Indonesia Serikat menjadi Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia 4) Ketatanegaraan di bawah Undang-Undang Dasar 1945 (Dekrit Presiden 5 Juli 1959) Era Orde Lama yang otoriter. 5) Ketatanegaraan Indonesia di bawah Undang-Undang Dasar 1945 Masa Orde Baru yang totaliter. 6) Ketatanegaraan Indonesia pada Era Reformasi 1997 sampai sekarang. Setelah Amandemen ke IV Undang-Undang Dasar 1945 dikukuhkan pada sidang Tahunan MPR tahun 2002, maka ketatanegaran Indonesia secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut ; 1) Bentuk (bangunan) NegaraKesatuan tetap menjadi landasan utama 2) Sistem pemerintahan adalah Presidensiil murni. Presiden dan Wakil Presiden dipilih langsung oleh rakyat 3) Sistem Parlemen mempergunakan bikameral system yaitu terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyar (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) 4) Majelis Permusyawarata Rakyat tidak lagi menjadi lembaga tertinggi negara melainkan hanya merupakan sarana bergabungnya DPR danDPD 5) Sistimatika Undang-Undang Daar terdiri dari Pembukaan dan Pasal demi pasal 6) Hubungan organisasi pada garis vertikal mempergunakan asas desentralisasi dengan otonomi luas. 7) Adanya Mahkamah Konstitusi yang diberi wewenang untuk melakukan legislative review terhadap ndang-undang serta bertindak sebagai mediator jika ada konflik diantara lembaga negara 8) Komisi Konstitusi dibentuk sebagai partner dari MPR dalam melakukan Amandemen terhadap Undang undang Dasar. Skenario : Gelora Politik Revolusioner Fase pertama pemerintahan Presiden Soekarno ( 1945-1959) diwarnai semangat revolusioner, serta dipenuhi kemelut politik dan keamanan. Belum genap setahun menggunakan sistem presidensial sebagaimana yang diamanatkan UUD45, Pemerintahan bung Karno tergelincir ke sistem parlementer. Pemerintahan parlementer pertama dan kedua dipimpin Perdana Mentri Sutan Syahrir dilanjutkan Mohammad Hatta yang sekaligus merangkap Wakil Presiden.

25

Kepemimpinan bung Karno terus berada di bawah tekanan militer Belanda, yang ingin mengembalikan penjajahannya, pemberontakan bersenjata dan persaingan partai-partai politik. Sementara pemerintahan parlementer jatuh-bangun perekonomian semakin tidak menentu lantaran berlerutnya kemelut politik. Ironisnya setelah menerima sistem parlementer bung Karno membiarkan pemerintahan berjalan tanpa parlemen hasil pemilu. Semua anggota DPR dan MPR diangkat oleh presiden yang dibentuk berdasar Maklumat Wakil Presiden tahun 1945. Demi kebutuhan untuk mengangkat konstituante untuk menusun konstitusi baru pengganti UUD45 bung Karno menyetujui pemilu pertama tahun 1955. Usai pemilu konstituante gagal membuat Undang-undang Dasar baru namun menghasilkan empat partai besar yaitu ; PNI,Masyumi NU dan PKI. Menyadari bahwa negara berada diambang perpecahan, bung didukung angkatan darat mengumumkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Pemerintahan parlementer yang berpegang pada Undang-undang Dasar Sementara juga jatuh bangun oleh mosi tidak percaya, sementara para pimpinan Masyumi dan PSI terlibat pemberontakan PRRI Permesta kemudian bung membubarkan kedua partai tersebut. Pada fase kedua 1959-1976, bung Karno menerapkan demokrasi terpimpin, anggota DPR danMPR diangkat dan didukung program pemerintahnya yang lebih fokus pada bidang politik sekaligus menggiring paratai politik ke dalam Nasakom (nasionalisme, agama dan komunis). Pada tahun 1964-1965 setelah program Nasakom menggalang partai-partai bung Karno kembali menggelorakan semangat revolusioner, sampai bung sakit, sehingga ada beberapa rencana pembangunan yang belum diselesaikan, dilanjutkan oleh Soeharto....(tokoh Indonesia volume 24) 1. Bagaimana hakikat dan fungsi konstitusi era Bung Karno ? Pertanyaan : 2. Bagaimana dinamika pelaksanaan UUD45 3. Apakah bung Karno benar konsisten menggunakan sistem politik ? 4. Apakah bung Karno sudah melaksanakan input politik ? 5. Bagaimana hubungan sistem dan lingkungan ? 6. Apa saja tipe politik serta bentuk situasi yang pernah digunakan bung Karno ? 7. Apa bentuk sistem ketatanegaraan baik fase pertama maupun fase ke dua era bung Karno ? 8. Apa pendapat saudara tentang skenario dimaksud ! 9. Apa tipe politik yang digunakan bung Karno ? 10. Apa tipe politik yang digunakan Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati dan Soesilo Bambang Yudhoyono ? Tugas Mandiri : 1. Bacalah buku sesuai rujukan dengan memperhatikan contoh-contoh yang ada dalam buku, selanjutnya membuat tugas yang berorientasi pada dunia kedokteran dan/ atau kesehatan. 2. Selain membaca buku rujukan, saudara wajib melaksanakan tinjau lapangan, artinya baik mencari buku-buku sesuai daftar pustaka atau login internet dan melakukan Tanya-

26

3. 4. 5.

6. 7.

jawab seputar skenario pada lingkungan terkecil dari kehidupan mahasiswa. Dalam membahas gunakan pendekatan sistem politik dan ketatanegaraan Indonesia Hasil tugas bukan hanya dikumpulkan, tapi juga dipresentasikan pada pertemuan kelompok dengan memilih contoh yang paling baik. Melaksanakan simulasi dan pembagian tugas anggota kelompok guna kemudahan pelaksanaan diskusi (yang tugas mengumpulkan data, melaksanakan pengetikan makalah awal dan akir, presentasi, dan menjawab pertanyaan kelompok ). Waktu pelaksanaan diskusi kelompok disepakati bersama oleh anggota kelompok. Setelah selesai melaksanakan diskusi , kelompok diwajibkan membuat makalah akhir kelompok dengan mencantumkan pertanyaan dan jawaban yang berkembang pada pelaksanaan diskusi kelompok.

RINGKASAN MATERI DEMOKRASI & HAK ASASI MANUSIA Rujukan : Srijanti, Rahman A, 2007 p 51-65, p 119-132, Lumintang Jhoni, 2003, p7-9, A. Demokrasi 1. Pengertian Demokrasi adalah sistem politik yang kekuasaannya adalah di tangan rakyat (rule by the people). Demokrasi dibedakan dalam dua golongan yaitu demokrasi liberal dan non liberal. Demokrasi leberal menekankan pada kebebasan, hak-hak dan kepentingan individu sedangkan non liberal menekankan pada kepentingan umum. Pengertian umum, bahwa demokrasi diartikan sebagai perbandingan separuh + satu, jadi golongan mana yang memperoleh suara paling sedikit separuh + satu suara maka menanglah golongan itu atas golongan lain. Cara demikian sudah dianggap berdasarkan demokrasi. Menurut Hans Kelsen, pada dasarnya demokrasi adalah pemerintahan oleh dan untuk rakyat. Dengan diterimanya uraian Kelsen tentang dermokrasi antara lain :

27

a. Yang melaksanakan kekuasaan negara demokrasi adalah wakil-wakil rakyat yang terpilih, diterima rakyat yakin, bahwa segala kehendak dan kepentingannya akan diperhatikan dalam melaksanakan kekuasaan negara b. Cara melaksanakan kekuasaan negara demokrasi adalah senantiasa mengingat kehendak dan keinginan rakyat, jadi tiap tindakan dalam pelaksanaan kekuasaan negara tidak bertentangan dengan kehendak dan keinginan rakyat. c. Banyaknya kekuasaan negara demokrasi yang boleh dilaksanakan tidak ditentukan dengan angka-angka, tetapi sebanyak mungkin untuk memperoleh hasil yang dinginkan oleh rakyat asal saja tidak menyimpang dari dasar-dasar demokrasi. Mengapa demokrasi dipilih, karena terdapat pembenaran intrinsic terhadap demokrasi adalah karena sangat baik dalam memberikan realisasai diri, penentu diri, keadilan kolektif, kemampuan rakyat dan persaman. Disamping itu demokrasi dipandang salah satu cara yang mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu untuk melayani, : kebebasan, keadilan, hak-hak, penghargaan bagi individu, tanggung jawab pribadi, perubahan secara damai, mengatur konflik, stabilitas dan legitimasi. Nilai-nilai dan tujuan yang dapat dilayani dengan baik oleh demokrasi adalah proteksi terhadap kehidupan, integritas territorial, keadilan dan kebaikan bersama. Kondisi yang mendalami demokrasi ditentukan oleh : a. Kekuatan yang membentuk sistem politik seperti sejarah, lingkungan alam budaya b. Kondisi sosial seperti masyrakat individu kebanyakan dan perkumpulan sosial serta karakteristis pimpinan politik. Sedangkan ciri lembaga yang dapat membentuk demokrasi adalah: karakteristik institusi pemerintah, sistem hukum, ekonomi negara, standar hidup, dan sistem pendidikan. Demokrasi dapat bekerja memilih lembaga-lembaga pemerintahan agar supaya dapat berfungsi. Dan fakta yang memberikan kontribusi agar demokrasi berkembang adalah: 1) Kinerja ekonomi. Waktu luang, saling ketergantungan, kepemilikan. 2) Sistem hukum. 3) Supremasi sipil 4) dan Sistem pendidikan. Terdapat beberapa indikator kearah kemajuan demokrasi antara lain meliputi: a. Kebebasan pribadi, Politik. Ilmu. c. Mempertahankan dan menyalurkan prinsip demokrasi. d. Penghargaan terhadap sarana demokrasi, memungkinkan praktekpraktek / konstitusional. e. Pengkritikan terhadap partai-partai koalisi secara tetap memenangkan pemilihan. f. Pendidikan Kewarganegaraan.

28

Adapun kondisi yang mengancam sistem demokrasi, yaitu pemerintah yang tidak efaktif, ketegangan sosial dan kaagamaan, kegagalan ekonomi, erosi sosial, kurang percaya diri di masyarakat. Hak dan kewajiban serta peran warganegara di dalam demokrasi ialah membedakan mereka untuk berpartisipasi di dalam proses kebebasan memilih agama. 2. Ciri Demokrasi Tiap-tiap keputusan selalu bersandar atas dasar kelebihan suara. Disini selalu timbul perjuangan untuk mendapat suara terbanyak pada tiap persoalan diantara golongan-golongan. Golongan besar memperoleh suara terbanyak, sedangkan golongan kecil menderita kekalahan. Walau demikian perjuangan demokrasi dalam memiliki suara banyak bukanlah suatu hal anatara hidup mati, sebab golongan kecilpun berhak untuk duduk dalam dalam pemerintahan. Jadi lain dengan perjuangan dalam pemerintahan autokrasi dan diktator, dimana golongan yang kalah, yaitu golongan yang tidak termasuk golongan atau partai diktator tidak berarti sama sekali. 3. Prinsip Demokrasi Setidaknya, ada 11 (sebelas prinsip dasar demokrasi yang telah dikenali bahkan diyakini sebagai kunci untuk memahami bagaimana demokrasi tumbuhberkembang serta pelaksanaannya di Amerika Serikat yaitu : a. Prinsip pemerintahan berdasarkan konstitusi b. Pemilihan umum yang demokratis c. Federalisme, pemerintahan negara bagian dan lokal d. Legalitas pembuatan Undang-undang e. Sistem peradilan yang independen f. Kekuasaan lembaga kepresidenan g. Peran media yang bebas h. Peran kelompom-kelompok kepentingan i. Hak masyarakat untuk tahu j. Melindungi hak-hak minoritas k. Kontrol sipil atas militer Warga negara adalah tiap orang yang memenuhi lima kualifikasi ; a. Tahu dan pandai menjaga hak-haknya b. Tahu hak-hak orang lain dan pandai menunaikan kewajibannya atas hak-hak itu c. Bertumpu pada diri sendiri, bukan menyandarkan diri pada orang lain termasuk pimpinannya sekalipun d. Aktif dan menjemput bukan menunggu e. Melawan secara dewasa dan beradab bukan pencedaraan hak-haknya. 4. Macam-macam Demokrasi a. Menurut Prof Logemann, demokrasi antara lain ; demokrasi sederhana, seperti yang dipraktekan di desa-desa berdasar gotong royong dan musyawarah, demokrasi barat adalah demokrasi yang dianut oleh negara-negara Eropa barat dan Amerika serta demokrasi kapitalis b. Lain hal misal yang terjadi di kanton Swiss atau Mir (desa) di Rusia, dimana suara rakyat didengar dengan sistem referendum, pemungutan suara dilakukan

29

secara lanmgsung dengan mengumpulkan rakyat bersama di suatu tempat tertentu. Inilah yang dimaksud dengan demokrasi rakyat secara langsung, akan tetapi referendum ini hanya dapat dijalankan untuk wilayah yang kecil dengan penduduk yang tidak banyak dan seluruh rakyat dari wilayah itu dapat dikumpulkan secara bersama di suatu tempat. c. Demokrasi Timur atau demokrasi rakyat adalah demokrasi yang dianut oleh kebanyakan negara komunis seperti Rusia, RRC. Di Rusia misalnya manusia dipandang sebagai alat atau mesin yang secara otomatis dapat diubah, dididik, dan dibentuk untuk menjadi manusia yang sempurna. Demokrasi ini menurut ajaran Karl Marx.Demokrasi Timur berpandangan bahwa demokrasi mereka yang paling murni. 5. Demokrasi Sebagai Cara Mengatur Tata Tertib Masyarakat Demokrasi itu juga suatu metode atau cara untuk mengatur tata-tertib masyarakat atau untuk mengadakan perubahan masyarakat menentukan corak kehidupan sendiri, menentukan kebebasan bergerak, menyatakan pendapat lisan dan tulisan, menentukan kebebasan pers, berkumpul, menganut agama dan kepercayan, keyakinan masing-masing. Dalam negara demokrasi terdapat persamaan kemerdekaan bagi tiap orang. Di negara diktator terdapat persamaan tidak merdeka bagi tiap-tiap orang. Jadi kemerdekaan atau kebebasan tiap orang adalah jiwa dari demokrasi. Oleh karena itu demokrasi rakyat hanya bisa dicapai jika rakyat dengan perantaraan wakilwakilnya yang dipercaya mengatur atai ikut mengatur ketentuan pemerintahnya. 6. Demokrasi Pancasila Paham demokrasi masing-masing negara bila diselidiki, prinsipnya dapat dilihat dari 2 (dua) segi yaitu material dan formal. Demokrasi dalam arti material adalah demokrasi yang diwarnai oleh falsafah atau ideologi (sistem gagasan) yang dianut oleh suatu negara. Sedangkan demokrasi dalam arti formal, demokrasi yang ditinjau dari pelaksanaannya, yakni langsung maupun tidak langsung. Selanjutnya demokrasi dalam arti material sangat melekat banyak istilah atau adanya berbagai macam predikat demokrasi yang dianut banyak negara. Salah satu predikat demokrasi yang dapat disebutkan disini adalah Demokrasi Pancasila. Suatu paham demokrasi yang dikembangkan di Indonesia. Persoalannya, apakah demokrasi Pancasila itu ? Untuk itu kita perlu memahami dasar Pancasila sebagai dasar falsafah dan ideologi yang dianut Negara Kesatuan Republik Indonesia. Menurut Nurcholis Majid, kata Pancasila tidak dikenali dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila sebenarnya merupakan nama populer yang dikembangkan oleh Ir. Soekarno. Selanjutnya, bahwa Pambukaan Undang-Undang Dasar 1945 tidak secara tegas menyebutkan nilai-nilai yang terkandung di dalam Alinea IV sebagai Pancasila. Sri Soemantri dalam kerangka dimaksud mengemukakan ; Pancasila dapat kita temukan adanya dua mutiara yaitu kesatuan dalam perbedaan dan perbedaan dalam kesatuan. Kalau hal itu kita hubungkan, maka manusia memiliki sifat kodrati yaitu sebagai umat ciptaan Tuhan dan sebagai makluk sosial. Dengan demikian bahwa Pancasila memandang bahwa kebahagiaan manusia akan tercapai jika

30

dapat dikembangkan hubungan yang selaras, seimbang dan serasi antara manusia dengan masyrakat. Rumusan Demokrasi Pancasila sebagai berikut : a. Demokrasi Pancasila mendasarkan diri atas kemerdekaan dan persamaan serta emajuan dibidang sosial ekonomi b. Demokrasi Pancasila mengandung makna bahwa keuasaan tertinggi berada di tanganrakyat, yang dalam kurun waktu antara pemilihan umum yang satu dengan lainnya dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Dalam perjalanan sejarah bangsa, sejak kemerdekaan sampai sekarang, banyak pelajaran dan pengalaman yang dimiliki, terutama pelaksanan demokrasi dibidang politik. Ada empat macam demokrasi yang pernah diterapkan dalam kehidupan ketatanegaraan kita, yaitu Demokrasi Liberal, Demokrasi Terpimpin, Demokrasi Pancasila dan Demokrasi Langsung pada era Reformasi. Keempat demokrasi tersebut dalam realisasinya mengalami kegagalan Orde Reformasi ini merupakan konsensus untuk mengadakan demokratisasi dalam segala bidang kehidupan. Diantara bidang kehidupan yang perlu menjadi sorotan utama untuk direformasi adalah bidang politik, ekonomi dan hukum. Perubahan yang terjadi pada orde Reformasi ini terjadi secara bertahap, karena memang reformasi berbeda dengan revolusi yang berkonotasi perubahan mendasar pada semua komponen dalam suatu sistem politik yang cenderung menggunakan kekerasan. Menurut Huntington reformasi mengandung arti, perubahan yang mengarah pada persamaan politik negara dan ekonomi yang merata, termasuk perluasan basis partisipasi politik rakyat. Pada reformasi di negara kita saat ini, upaya meningkatkan partisipasi rakyat dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara merupakan salah satu sasaran agenda reformasi. Demokrasi yang digunakan pada era Reformasi ini adalah Demokrasi Pancasila. Perbedaannya terletak pada aturan pelaksanaan dan praktek penyelenggaraan. Berdasar peraturan perundang-undangan dan praktik pelaksanaan demokrasi, terdapar beberapa perubahan pelaksanaan demokrasi pada Orde Reformasi sekarang ini yaitu ; a. Pemilihan umum lebih demokratis b. Partai politik lebih mandiri c. Pengaturan hak asasi manusia d. Lembaga demokrasi lebih berfungsi e. Konsep Trias Politika masing-masing bersifat otonom penuh. 7. Anarkisme Anarkisme adalah suatu aliran yang menolak tuntutanagar negara melegitimasi tindakannya secara radikal, bahkan menuntut penghapusan negara. Anarkisme tidak hanya menentang penyalahgunaan kekuasaan melainkan menolaj penggunaan kekuasaan seluruhnya, sehingga menolak segala bentuk kekuasaan.

31

Penolakan menyeluruh membawa konsekuensi yang aneh, bahwa negara tidak lagi dapat dikritik. Kalau negara seluruhnya ditolak, maka apa saja yang dilakukan negara adalah tidak sah. Dengan demikian seorang anarkis tidak dapat mengajukan kritik terhadap kebijaksanaan negara tertentu, karena apa saja yang dilakukan negara dianggap dengan sendirinya buruk dan tidak sah, tindakan negara yang sungguh-sungguh buruk tidak dibedakannya dengan tindakan lainnya. Hal itu menunjuk bahwa seorang anarkis tidak dapat bertindak secara politis. Bertindak secara politis berarti terjun langsung ke dalam arena perjuangan politik untuk menentang kebijaksanaan-kebijaksanaan penguasa yang dinilai tidak tepat dan memperjuangkan alternatif-alternatif yang dinilai tepat. Lazimnya, semua peserta dalam suatu perjuangan politik baik moderat maupun radikal, bersepakat dan mengakui bentuk hak negara guna menata masyarakat. Dengan demikian, bahwa yang selalu dipertentangkan semata-mata adalah penataan yang mana yang ingin dilaksanakan. Dan pihak yang selalu berpikir dan bertindak dengan menolak hak negara adalah tidak termasuk diantara peserta perjuangan politik lagi, tetapi menjadi outsider secara total. Seorang anarkis dapat menentang negara secara total misalnya dengan senjata dan/atau teror yang membabi-buta, tetapi tidak dapat merubah sesuatu dalam pola kebijaksanaan politik. Suatu kritik spesifik tidak terbuka baginya. Dan selama negara masih cukup kuat untuk mempertahankan diri, orang/kelompok tersebut tidak menyumbangkan gagasangagasan ke arah perbaikan kehidupan masyarakat. Itulah sebabnya mengapa dalam spektrum perjuangan politik anarkisme, baik yang teoritis maupun praktis termasukk yang teroristik, dalampraktek harus ditempatkan ke dalam sudut konserfatif, dan bukan pada sudut progresif. Karena mereka hanya mengenal alternatif antara penolakan negara sama sekali atau tidak berbuat sesuatu hal dan dalam kondisi yang berlawanan dimana negara masih bertahan, mereka termasuk pihak yang tidak melakukan sesuatu apapun sehingga dinamakan konserfatif. Dalam kenyataan politik kegiatan-kegiatan teroristik memang sering mengakibatkan suatu pergeseran ke kanan dan ke kiri terhadap keberadaan negara. Dengan demikian kita berhadapan dengan suatu paradoks, bahwa pihak yang menentang negara dengan paling radikal dan fanatik, justru memperkuat struktur kekuasaan dan mendukung mereka yang menentang segala upaya perbaikan. Extrema se tangunt, pihak-pihak ekstrim saling berdekatan .

B. Hak Asasi Manusia 1. Pengertian Hak asasi manusia (HAM) merupakan hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia melekat pada diri manusia bersifat universal, misalnya hak hidup, kebebasan dan lain-lain. Karena itu masalah HAM adalah isu krusial yang tidak saja berdimensi nasional melainkan juga internasional. Hal ini berarti bahwa suatu negara tidak dapat lagi mengklaim bahwa persoalan HAM< menjadi privilese urusan domestik semata akan tetapi masyarakat internasional berhak pula untuk ikut campur dalam

32

persoalan HAM mengingat eksistensi HAM telah diakui masyarakat internasional sebagai suatu yang bersifat universal. Sejalan dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, maka pelanggaran HAM dapat dengan mudah diketahui, sehingga suatu negara dapat dengan mudah menutupi pelanggaran HAM yang telah dilakukannya. Untuk mecegah agar persoalan HAM tidak melebar menjadi persoalan politik, maka perlu dilakukan upaya-upaya konkret untuk menjamin HAM secara nasional terutama sekali dalam lingkup nasional. Sudah menjadi suatu kenyataan bahwa HAM semakin tinggi oleh karena itu, tuntutan masyarakat tentang HAM semakin tinggi. Mengantisipasi keadaan yang maka aparat hukum seperti polisi, jaksa, hakim dan pengacara perlu dibekali dengan pemahaman HAM yang memadai dan didukung dengan aturan hukum yang jelas. Hal tersebut dirasa sangat pentng terutama bagi aparat kepolisian yang merupakan barisan terdepan dalam melaksanakan penegakan hukum di lapangan, terutama intensitas dan mobilitas tugas sering kali sangat rawan berbenturan atau bersinggungan secara langsung dengan individu yang dapat menimbulkan persoalan HAM. Sejarah menunjuk bahwa HAM bersifat dinamis, hal ini antara lain tercermin dari adanya pentahapan bahkan perkembangan HAM menjadi beberapa generasi yaitu HAM generasi I, HAM generasi II dan HAM generasi III. Masing-masing generasi HAM memiliki cirri dan karakteristik yang secara substansial berbeda yang satu dengan yang lain. Hak sipil dan politik merupakan repesentasi HAM generasi I, hak ekonomi, social dan budaya mewakili HAM generasi II dan hak solidaritas mewakili HAM generasi III. Sudah barang tentu pemahaman HAM sangat dipengaruhi oleh alam pikiran yang berkuasa pada jamannya. Pandangan bahwa HAM merupakan produk barat masih sangat melekat pada banyak orang, padahal bila kita kaji dari perspektif sejarah HAM lahir sebagai reaksi atas penindasan manusia terhadap manusia jadi bukan persoalan barat atau timur, Jelas stigma bahwa HAM identik dengan barat adalah kurang tepat. Sampai saat ini belum ada perumusan yang baku tentang HAM. Pengertian HAM yang popular adalah merupakan dari mazhab Hukum Kodrat yang merupakan bahwa HAM adalah karunia dari Tuhan dan melekat pada diri setiap orang. Perkembangan lanjut menunjuk bahwa pandangan tersebut masih tetap dianut, sebagaimana terlihat dalam bagian mukadimah Deklarasi Unversal HAM. Kemudian sifat melekat dari HAM dapat kita temukan dari definisi bahwa Human rights could be generally Pengertian hak asasi manusia menurut Tilaar (2001) adalah hak yang melekat pada diri manusia, dan tanpa hak itu manusia tidak dapat dikatakan hidup layak sebagai manusia. Hak tersebut diperoleh bersama dengan kelahiran atau kehadirannya dalam kehidupan masyarakat. Hak asasi manusia pada dasarnya bersifat umum dan universal, karena diyakini beberapa hak yang dimiliki manusia tidak memandang bangsa, ras ataupun jenis kelamin. Dasar dari hak asasi adalah bahwa manusia harus memperoleh kesempatan berkembang sesuai dengan bakat dan cita-cita. Secara definitif, hak

33

merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman berperilaku, melindungi kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya. Hak asasi juga bersifat supralegal, artinya tidak tergantung pada negara atau Unda-Undang Dasar dan kekuasaan pemerintah, bahkan HAM memiliki kewenangan lebih tinggi karena berasal dari sumber yang lebih tinggi, yaitu Tuhan. Di Indonesia, hal ini ditegaskan dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia yang mendefinisikan hak asasi sebagai perangkat hak yang melekat pada hakikat keberadaan manusia sebagai makluk Tuhan Yang Maha Esa 2. Tujuan Hak Asasi Manusia Tujuan pelaksanaan hak asasi manusia adalah untuk mempertahankan hak-hak warga negara dari tindakan sewenang-wenang aparat negara, dan mendorong tumbuh serta berkembangnya pribadi manusia yang multidimensional 3. Pelembagaan HAM di Indonesia Hak asasi adalah seperangkat hak yang melekat dan merupakan anugerah Tuhan sehingga wajib dihormati, dijunjung tinggi bahkan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Seperti sudah dijelaskan di atas bahwa permasalahan HAM di Indonesia diatur oleh Undang-undang No. 39/1999, selanjutnya diatur pula:

a. Komnas HAM Komisi Nasional Hak Asasi Manusia adalah lembaga yang mandiri yang kedudukannya setingkat dengan lembaga negara lain yang berfungsi melaksanakan pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan dan mediasi hak asasi manusia. Tujuannya untuk mengembangkan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan HAM sesuai Pancasila dan UUD45 serta Piagam HAM PBB, bahkan pula meningkatkan perlindungan dan penegakan HAM. b. Pengadilan HAM Dalam rangka penegakan HAM, maka Komnas HAM melakukan pemanggilan saksi, dan pihak Kejasaan yang melakukan penuntutan di pengadilan HAM. Menurut pasal 104 Undang-undang Hak Asasi Manusia, untuk mengadili hak asasi manusia yang berat dibentuk pengadilan HAM di lingkungan peradilan umum, yaitu pengadilan negri dan pengadilan tingi. Proses pengadilan berjalan seusai dengan fungsi badan peradilan C. Rule of Law 1. Pengertian dan Latar Belakang Dasar pemikiran tentang diperlukannya penegakan hukum atau rule of law saat ini di Indonesia menunjuk pada banyaknya kenyataan dalam kehidupan bernegara dengan banyak masalah dalam hal Pemda DKI telah menetapkan Peraturan Daerah tentang larangan merokok di tempat umum termasuk seperti

34

sekolah/kampus dan gedung-gedung ibadah, halte atau terminal tapi masyarakat mengabaikannya. Bahkan banyak sekolah atau kampus dan areal perkantoran belum secara optimal menyediakan areal khusus merokok, atau seperti peristiwa 2 Februari 2009 di areal gedung rakyat, yaitu DPRD Sumatera Utara, dimana masa pendemo yang begitu beringas masuk dalam ruang sidang melakukan pengrusakan dan perbuatan anarkhis yang sehingga mengakibatkan ketua DPRD Sumatera Utara meninggal dunia. Bahkan dapat kita akses berita kerusuhan masal di Yunani pada akhir tahun 2008 yang lalu. Yunani yang dalam sejarah tercatat sebagai asal usul demonrasi telah terjadi perbuatan pengrusakan dan perbuatan lain yang dapat dikategorikan telah melakukan kegiatan anarkhis. Rule of Law adalah suatu doktrin hukum yang muncul pada abad 19, bersamaan dengan lahirnya Negara konstitusi dan demokrasi. Terlahir sejalan dengan tumbur suburnya demokrasi dan meningkatnya peran parlemen dalam penyelenggara negara dan sebagai reaksi terhadap rezim absolut yang berkembang sebelumnya.Rule of Law merupakan konsep tentang cammon law) dan bukan rule by the man. Terlahir mengambil alih diminasi kaum gereja, ningrat dan kerajaan menggeser negara kerajaan dan memunculkan negara konstitusi yang pada gilirannya melahirkan rule of law. Paham rule of law di Inggris diletakanm pada hubungan antara hukum dan keadilan, di Amerika diletakan pada hak-hak asasi manuisa dan di Belanda, paham rule of law lahir dari paham kedaulatan negara, yang melalui paham kedaulatan negara hukum untuk mengawasi pelaksanaan tugas kekuasaan pemerintah.. Di Indonesia, inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi masyarakat khusus keadilan sosial. Pembukaan UndangUndang Dasar 1945 memuat prinsip-prinsip rule of law yang pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap rasa keadilan bagi rakyat Indonesia. Dengan kata lain Pembukaan Undang-Undang Dasar memberi jaminan adanya rule of law dan sekaligus adanya rule of justice yang bersifat tetap dan instruktif, bagi penyelenggaraan negara karena merupakan pokok kaedah fundamental Negara Kesatuan Rewpublik Indonesia. 2. Fungsi Rule of Law Fungsi rule of law pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal terhadap rasa keadilan bagi rakyat Indonesia dan juga keadilan social, sehingga diatur pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang bersifat instruktif bagi penyelenggaraanm Negara. Dengan demikian inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan sosial. Prinsip-prinsip di atas merupakan dasar hukum pengambilan kebijakan bagi penyelenggara negara/pemerintah, bail di tingkat pusat maupun pada tingkat daerah, yang berkaitan dengan jaminan rasa keadilan sosial. Skenario A. Petaka Kekerasan Politik Kehidupan demokrasi Indonesia masih dalam transisi, tetapi mengapa terjadi unjuk rasa sampai meminta korban jiwa seperti dalam kasus kematian ketua DPRD Sumatera Utara, Selasa 3 Februari 2009 di Medan. Secara umum unjuk rasa cenderung marak di beberapa wilayah di tanah air dengan aneka latar belakang dan tujuan. Dalam kasus di Medan, unjuk rasa terkait tuntutan pembentukan Provinsi Tapanuli. Setelah memperhatikan demo

35

yang begitu brutal, apalagi ada korban jiwa, makin mendesak pertanyaan, sejauh mana unjuk rasa masih dalam koridor demokrasi ataukah sudah kebablasan. Dalam sejumlah kejadian, demo justru menimbulkan kekerasan, perusakan, penyanderaan dan pengeroyokan yang mengakibatkan kematian seperti dalam kasus di Medan. Kejadian ini merupakan pukuilan keras yang merugikan proses demokrasi atau demokratisasi. Prinsip demokrasi menjamin kebebasan mmenyampaikan pendapat dan kritik termasuk unjuk rasa. Namun dalam koridor demokrasi segala perpolitikan harus dapat dilakukan tanpa kekerasan, penuh elegan, damai dan menjunjung tinggi perbedaan. Seluruh prinsip demikian runtuh dalam kasus Medan yang terkesan demo yang memaksakan kehendak. Kekerasan politik itu dapat membuat kandas aspirasi bahkan bisa tersumbat oleh komplikasi tindakan anarkhi dan khaotis.Hiruk-pikuk masa demonstran dan luapan emosi sering tak terkendalidan lepas kontrol yang bisa berujung pada tindakan kerusuhan, bentrokan dan kekerasan. Sumber : Kompas 5 Februari 2009 Pertanyaan 1. Jelaskan definisi dari : demokrasi dalam transisi, unjuk rasa, kekerasan, perusakan, penyanderaan, pengeroyokan, demokratisasi, menunjung perbedaan, anarkhi, khaotis. 2. Apa pendapat saudara tentang demo tanggal 3 Februari 2009 di kantor DPRD Sumut ? 3. Apa saja syrat awal untuk pembentukan suatu provinsi baru atau pemekaran ? 4. Apakah unjuk rasa sudah melalui prosedur pelaksanaan demo ? Jelaskan secara rinci ! 5. Apa pendapat saudara tentang pelaksanaan demo harus mendapat ijin Kepolisian setempat ? (padahal demo adalah penyampaian aspirasi ) 6. Apakah benar, Indonesia sudah memiliki aturan hukum tentang harus ada ijin pelaksanaan demo ? 7. Apa latar belakang yang telah mengakibatkan demo yang berakibat kerusuhan di DPRD Sumut ? 8. Apa pendapat saudara tentang pelaksanaan demo yang sesuai aturan hukum di Indonesia ? 9. Apa bentrokan diperlukan dalam suatu aksi demo agar tuntutannya dapat dikabulkan ? 10. Coba saudara buat contoh rancangan tentang suatu demo yang sesuai dengan aturan yang mengatur tentang unjuk rasa dengan topik bebas ! Tugas Mandiri : 1. Bacalah buku sesuai rujukan dengan memperhatikan contoh-contoh yang ada dalam buku, selanjutnya membuat tugas yang berorientasi pada dunia kedokteran dan/ atau kesehatan. 1. Selain membaca buku rujukan, saudara wajib melaksanakan tinjau lapangan, artinya baik mencari buku-buku sesuai daftar pustaka atau login internet dan melakukan Tanya-jawab seputar skenario pada lingkungan terkecil dari kehidupan mahasiswa.

36

2. Dalam membahas gunakan pendekatan kewarganegaraan atau hak dan kewajiban warga Negara. 3. Hasil tugas bukan hanya dikumpulkan, tapi juga dipresentasikan pada pertemuan kelompok dengan memilih contoh yang paling baik. 4. Melaksanakan simulasi dan pembagian tugas anggota kelompok guna kemudahan pelaksanaan diskusi (yang tugas mengumpulkan data, melaksanakan pengetikan makalah awal dan akir, presentasi, dan menjawab pertanyaan kelompok ). 5. Waktu pelaksanaan diskusi kelompok disepakati bersama oleh anggota kelompok. 6. Setelah selesai melaksanakan diskusi , kelompok diwajibkan membuat makalah akhir kelompok dengan mencantumkan pertanyaan dan jawaban yang berkembang pada pelaksanaan diskusi kelompok B. Mantan Jenderal Akan Dipanggil Paksa Komisi Nasional Hak Asasi Manusia akan mengajukan permohonan ke pengadilan untuk memanggil paksa mantan pejabat Tentara Nasional Indonesia yang terlibat pelanggaran hak asasi manusia melalui pengadilan Negri Jakarta Pusat. Pemanggilan paksa berkenan dugaan pelanggaran hak asasi manusia di alangsari Lampung Sumatera Selatan tahun 1998 sesuai pasal 95 Undangundang Nomor 39 Tahun 1999 yang intinya menegaskan, bahwa komisi memiliki kewenangan untuk memanggil paksa. Prosedur resmi telah ditempuh. Komisi segera akan melayangkan panggilan yang ke tiga. Panglima TNI, Jenderal Djoko Santoso mempersilahkan komisi melakukan langkah tersebut. Panglima tidak peduli, apakah mereka bekas petinggi TNI. Jaksa Agung, Hendarman Supandji juga menegaskan pemanggilan paksa adalah wilayah kerja Komnas HAM. Akibat penyerbuan dimaksud diperkirakan 27 orang tewas, sementara Komisi Solidaritas Mahasiswa Lampung serta tim Advokasi dan Investigasi kasus Talangsari Lampung menyatakan korban tewas sebanyak 246 orang. Hambatan penyelidikan yang ditemui Komisi sudah dilaporkan kepada Universal Periodic Review di Jenewa. Termasuk dalam hambatan ini adalah pernyataan Mentri Pertahanan Juwono Sudarsono yang menganjurkan para Jenderal tak memenuhi panggilan. Sumber : Koran Kompas, Rabu 16 April 2008 Pertanyaan

37

Rujukan

RINGKASAN MATERI HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA : Lumintang Jhony, Sumarsosno, 2004, p 13-19, Cipto Hestu B, 2003 p 235-242, Srijanti, Rahman A, 2007, p 73-84.

1. Kewarganegaraan a. Pengertian dan Batasan Dalam teori kedaulatan rakyat seperti dikemukakan JJ. Rousseau terbentuknya negara tidak lain adalah disebabkan oleh adanya kontrak sosial atau perjajian masyarakat. Bahkan menurut Bierens de Haan dikatakan ; Negara adalah lembaga manusia , manusialah yang membentuk negara, merupakan makluk perorangan dan makluk sosial. Masyarakat dalam dirinya secara alamiah mengandung keinginan untuk berorganisasi yang timbul karena dorongan dari dalam. Dan negara adalah bentuk berorganisasinya suatu masyarakat yaitu masyarakat bangsa.Meskipun masyarakat bangsa terbagi dalam bentuk kelompok-kelompok, negara membentuk suatu kesatuan yang bulatdan mewakili sebuah cita. Terkait denga persoalan berorganisasinya suatu masayarakat, CF.Birch mengemukakan bahwa untuk oraganisasi negara secara teoritis terdapat dua tahapan yang perlu diperhatikan. Pertama, tahap integrasi nasional yaitu proses menyatukan kelompok-kelompok masyarakatdalam bidang politik-history, sosio-kultural, interaksi dan ekonomi, sehingga menjadi kelompok yang besar dari pada aderah tetapi bukan kelompok internasional, yang mempunyai identitas berbeda dengan kelompok lainnya. Hasil integrasi nasional sering disebut sebagai bangsa. Kedua, tahap integrasi negara, yaitu porses munculnya kelompok penguasa yang menguasai wilayah bangsa itu secara bertahap yakni ; (a) menundukan saingan-saingannya, (b) menentukan batas wilayah, (c) menciptakan polisi dan pengadilan untuk mendukung ketertiban, (d) tahap penetrasi adminstrasi, yaitu pembentukan birokrasi, untuk melaksanakan Undang-undang serta mengumpulkan pajak. Pendapat tersebut di atas menunjuk bahwa antara negara dan warga negaramerupakan dua hal yang saling berkaitan, bahkan tidak mungkin dapat dipisahkan. Dengan demikian memberikan pertanda bahwa masalah kewarganegaraan termasuk dalamnya menyangkut hak asasi manusia menjadi pokok bahasan yang tidak akan ditinggalkan. Artinya unsur pertama yang harus dipenuhi oleh negara sebagai organisasi adalah yaitu adanya rakyat sebagai anggota sekaligus sebagai unsur pembentuk organisasi negara. Dalam pengertian yang sama terjemahan istilah Inggris adalah citoyen. Soetandjo Wignjosoebroto menggambarkan hal ini sebagai pengaruh konsep polis pada Yunani Purba karena terjemahan harafiah ke dalam bahasa Indonesiajuga dikenal istilah kaulanegara yang berasal dari bahasa Jawa Dalam keseharian (bahasa awam) pengertian mengenai kewarganegara atau warganegara/rakyatsering disamakan denga penduduk, padahal tidaklah demikian. Menurut RG. Kartasaputra mengemukakan penjelasan sebagai berikut :

38

a. Yang dimaksud dengan rakyat suatu negara haruslah mempunyai ketegasan bahwa mereka benar tunduk pada UUD negara yang berlaku, mengakui kekuasaan negara tersebut bahkan mengakui wilayah negara tadi sebagai wilayah tanah airnya. b. Penduduka adaklah semua orang yang ada atau bertempat tinggal dalam wilayah negara dan memenuhi persyaratan tertentu yang ditetapkan oleh peraturan negara sehingga mereka dapat melakukan kegaiatan-kegiatan kehidupan yang sewajarnya di wilayah negara yang bersangkutan. Oleh sebab itu pengertian penduduk dapat dibagi menjadi dua, yakni : 1. Penduduk warga negara, mereka yang memiliki hubungan yang tidak terputus dengan tanah air dengan UUD negaranya dan mengakui kekuasaan negara, walaupun yang bersangkutan berada di luar negri, selama tidak memutuskan hubungan atau terikat oleh ketentuan hukum internasional. 2. Penduduk bukan warga negara(orang asing)yakni mereka yang hanya mempunyai hubungan hukum dengan negara selama yang bersangkutan bertempat tinggal dalam wilayah suatu negara. Banding amandemen pasal 27 dan 29 UUD45. Menurut pasal 1 Konvensi Den Haag tahun 1930 menyatakan bahwa penentuan kewarganegaraan merupakan hak mutlak dari negarayang bersangkutan dengan hak mutlak yang dibatasi oleh apa yang disebut sebagai general priciples, yakni : 1. Tidak boleh bertentangan dengan konvensi internasional 2. Tidak boleh bertentangan dengan kebiasaan internasional 3. Tidak boleh bertentangan denga prinsip hukum umum yang secara internasional diterapkan dalam hal penentuan kewarganegaraan. b. Konsekuensi Yuridis Status Kewarganegaraan Status kewarganegaraan seseorang akan memberi konsekuensi yuridis bagi keberadaannya dalam suatu organisasi kekuasaan yang disebut negara. Konsekuensi yuridis tersebut meliputi bidang hukum Perdata Internasional, Hukum Kekeluargaan dan hukum Publik, sebagai berikut : 1. Bidang Hukum Perdata Internasional dikenal adanya asas nationaliteit principle yang intinya menyatakan bahwa status hukum seseorang warga negara dalam hal hak dan kewajiban dimanapun dia berada. Hal ini berarti ditinjau sdari aspek hukum perdata nasional, keberadaan Hukum Nasional dari sesuatu negara akan mempengaruhi sikap dan tindak seseorang warga negara, walau dia berada diluar yudiksi nmegara yang bersangkutan. 2. Bidang hujkum Kekeluargaan status kewarganegaraan seseorang akan membawa implikasi adanya kepentingan hukum mengenai hak dan kewajiban yang terkait dengan hak anak dan orang tua, pewarisan, perwalian ataupun pengampual. 3. Bidang Hukum Publik menunjuk bahwa suatu status kewarganegaraan seseorang merupakan bukti keanggotaan mereka

39

dalam suatu negara Oleh sebab itu negara berkewajiban untuk melindungi. Perlindungan yang dimaksud disini berdimensi Hak Asasi Manusia Jadi masalah status kewarganegaraan orang akan muncul apabila asas kewarganegaraan tersebut diterapkan secara tegas dalam sebuah negara, sehingga mengakibatkan beberapa kemungkinan berikut : 1) Apatride, seseorang yang tidak memiliki status kewarganegaraan, karena orang tersebut lahir di negara yang menganut asas ius sanguinis. 2) Bipatride, seseorang yang memiliki dua kewarganegaraan, apabila orang tersebut berasal dari dua orang tua yang negaranya menganut sanguinis sedangkan tempat kelahirannya menganut ius soli. 3) Multipatride, seseorang yang memiliki lebih dari dua status kewarganegaraan, seperti seseorang yang tinggal di perbatasan dua negara. c. Hukum Kewarganegaraan di Indonesia Sebelum amandemen Undang-Undang Dasar 1945, masalah kewarganegaraan diatur dalam pasal 26 ayat 1 yang menyatakan bahwa Yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-undang. Selanjutnya dalam ayat 2 menegaskan bahwa syarat-syarat mengenai kewargaan negara ditetapkan dengan Undangundang. Ketentuan semacam ini memberikan penegasan bahwa untuk orangorang bangsa Indonesia asli secara otomatis merupakan warga negara, sedangkan bagi orang-orang bangsa alain untuk menjadi warga negara Indonesia, harus disahkan terlebih dahulu dengan Undang-undang. Persoalannya adalah apa yang menjadi ukuran seseorang dikatakan sebagai orang-orang bangsa Indonesia asli ? Ketentuan yang terangkum dalam pasal 26 Undang-Undang Dasar 1945 sebelum amademen- tersebut disamping menimbulkan keragu-raguan mengenai kriteria orang-orang bangsa Indonesia asli juga mengandung nuansa diskriminasi perlakuan yang menyangkut perlakuan status kewarganegaraan. Dalam sejarah perjalanannya, pasal 26 Undang-Undang Dasar 1945 telah menimbulkan dua persoalan sosiologis yuridis di bidang hukum kewarganegaraan, yaitu : 1. Orang-orang berikut keturunannya yang ada di Indonesia sejak Indonesia menyatakan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945 2. Orang-orang sejak jaman peradaban Indonesia terbentuksudah ada di bumi Nusantara . 3. Orang-orang yang pada prinsipnya dianggap cikal bakal atau nenek moyang pembentuk bangsa Indonesia, artinya ditinjau dari aspek Rasnya 4. Orang-orang-yang dalam sejarah bangsa Indonesia-berasal dari Yuna utara di daratan Cina serta pedagang dari Gujarat Konsep Pasal 26 UUD 1945 (sebelum amandemen)menyiratkan adanya dua kelompok warganegara Indonesia, ayaitu warganegara kelompok Pribumi dan Non

40

Pribumi yang pada akirnya berakibat pada perbedaan perlakuan bagi warga negara. Bertitik tolak dari persoalan inilah, maka usulan untuk melakukan mandemen pasal 26 UUD 1945 patut direspon secara positif sehingga Samuel P Nitisapoetro mengemukakan ;Amandemen ini merupakan langka untuk meluruskan makna dalam pikiran yang tertuang pada pasal 26 UUD 1945 tentang kata orang Indonesia asli. Pelurusan saat ini menjadi penting karena penafsiran pasal ini telah bergeser ke arah diskriminasi rasial, dengan menempatkan yang disebut orang-orang bangsa lain sebagai bangsa asing yang layak ditempatkan pada kelas dua. Amandemen ini lebih diarahkan untuk menyempurnakan bahasa yang digunakan dalam penulisan pemikiran tentang warganegara. Jadi yang diusulkan dalam amndemen untuk dipakai kalimat dengan perspektif hukum, yaitu original born citizen. Dalam amandemen pasal 26 masih diskriminatif guna penetuan status kewarganegaran Indonesia masih nampak jelas. Untuk mengatasi masalah kewarganegaraan, maka Indonesia mempunyai perangkat aturan yang mengatur tentang tata cara memperoleh kewaganegaraan Indonesia selain yang ditegaskan pada pasal 26 UUD45 dan dalam UU No.62/1958 dan diperbaharui dalam Undang-undang Nomor 12/2006 tentang Kewarganegaraan

2. Hak Dan Kewajiban Warga Negara Indonesia a. Siapakah Warga Negara Pasal 26 ayat (1) mengatur siapa saja yang termasuk warga negara Republik Indonesia. Pasal ini dengan tegas menyatakan bahwa yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain, misalnya peranakan Belanda, peranakan Tionghoa, peranakan Arab yang bertempat tinggal di Indonesia mengakui Indonesia sebagai tanah airnya, bersikap setia kepada Negara Kesatuan Republik Inndonesia, dan disahkan oleh undangundang sebagai warga negara. Syarat-syarat menjadi warga negara juga ditetapkan oleh undang-undang (pasal 26 ayat 2) b. Negara Dan Warga Negara Dalam Sistem Kenegaraan Indonesia Negara Kesatuan Republik Indonesia mempunyai kedudukan dan kewajiban yang sama dengan negara-negara di dunia yaitu ikut memelihara dan menjaga perdamaian dunia karena kehidupan di Negara Kesatuan Republik Indonesia didirikan berdasar Undang-undang Dasar 1945yang mengatur tentang kewajiban negaraterhadap warganya dan hak serta kewajiban warga negara terhadap negaranya dalam suatu sistem kenegaraan. Kewajiban negara terhadap warganya pada dasarnya adalah memberikan kesejahteraan hidup dan keamanan lahir batin sesuai sistem demokrasi (banding pemahaman hak dan kewajiban warga negara dalam pasal-pasal Undang-undang Dasar 1945).

41

c. Kesamaan Kedudukan Dalam Hukum Dan Pemerintahan Negara kesatuan Republik Indonesia menganut asas bahwa setiap warga negara mempunyai kedudukan yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan ini adalah konsekuensi dari prinsip kedaulatan rakyat yang bersifat kerakyatan. Pasal 27 ayat (1) menyatakan tentang kesamaan kedudukan warga negara di dalam hukum dan pemerintahan dan kewajiban warga negara dalam menjunjung hukum dan pemerintahan tanpa perkecualian. Hal ini menjukkan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban dan tidak adanya diskriminasi di antara warga negara mengenai kedua hal ini. Pasal ini seperti telah dijelaskan sebelumnya, menunjukkan kepedulian kita terhadap hak asasi. d. Hak Atas Pekerjaan Dan Kehidupan Yang Layak Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pasal ini memancarkan asas keadilan social dan kerakyatan. Berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur hal ini sepertinya yang terdapat dalam Undang-Undang Agraria, Perkoperasian, Penanaman Modal, Sistem Pendidikan Nasional, Tenaga Kerja, Usaha Perasuransian, Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Perbankan, dan sebagainya bertujuan menciptakan lapangan kerja agar warga negara memperoleh penghidupan yang layak.

e. Kemerdekaan Berserikat Dan Berkumpul Pasal 28 UUD 1945 menetapkan hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan berkumpul, menyalurkan pikiran secara lisan maupun tertulis, dan sebagainya. Syarat-syaratnya akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokratis. Pelaksanaan Pasal 28 telah diatur dalam undang-undang antara lain : 7. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1985 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan Umum Anggota-anggota Badan Permusyawaratan/Perwakilan Rakyat sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1975 dan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1980. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1985 tentang Perubahan atas UndangUndang No 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No 5 Tahun 1975.

8.

f. Kemerdekaan Memeluk Agama Pasal 29 ayat (1) UUD 1945 menyatakan Negara Berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa Selanjutnya Penjelasan UUD 1945 menyebutkan bahwa ayat ini

42

menyatakan kepercayaan bangsa Indonesia menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya itu Kebebasan memeluk agama merupakan salah satu hak yang paling asasi di antara hak-hak asasi manusia karena kebebasan beragama itu langsung bersumber pada martabat manusia sebagai makluk ciptaan Tuhan. Hak atas kebebasan beragama bukan pemberian negara atau pemberian golongan. Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah berdasarkan keyakinan sehingga tidak dapat dipaksakan. Agana dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa itu sendiri tidak memaksa setiap manusia untuk memeluk dan menganutnya. g. Hak Dan Kewajiban Bela Negara Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 Menyatakan hak dan kewajiban setiap warga negara untuk ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan ayat (2) menyatakan bahwa pengaturannya lebih lanjut dilakukan dengan Undang-undang. Undang-undang yang dimaksud adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1982 tentang Pokokpokok Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta. h. Hak Mendapat Pengajaran Pasal 31 ayat (1) UUD 1945, Menetapkan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran. Untuk iru, UUD 1945 mewajibkan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang (pasal 31 ayat (2). Skenario : Kabar gembira bagi anak hasil kawin campur dan keturunan Tionghoa Semuanya bermula di Washington. Marcellina Tanuhandaru bertemu seorang lakilaki Ohio saat pelaksanaan konferensi Internasional di ibu kota Amerika Serikat. Keduanya jatuh cinta, lalu menikah di Ohio, Juni 2001. Keluarga baru ini bertabur mesra, dirahmati buah hati yaitu Sonia dan Julian adalah nama kedua anak dimaksud. Tapi bahagia itu berumur pendek. Suami mulai berlaku kasar secara rutin bahkan hampir tiap hari. Tak kuat menanggung lara, Marcellina memilih kabur. Tengah malam diujung April 2003, diantar tetangga dia meluncur ke penampungan anak dan perempuan korban kekerasan. Sonia yang berumur satu setengah tahun dan Julian yang berumur lima bulan di bawah kabur. Dua bulan disitu, dia merasa nyaman. Tapi lama-kelamaan dia bosan juga. Risikonya juga tinggi. Setiap saat suaminya bisa datang mengambil anak-anaknya. Marcellina lalu mengatur siasat agar bisa kabur jauh pulang ke kampung halamannya di Jakarta. Tekadnya sudah bulat, Sonia dan Julian pasti juga di bawah pulang ke Jakarta. Ini bukan pekerjaan mudah.

43

Bila ketahuan, dia bisa dituduh menyelundupkan anak ke luar negri. Dan kamar penjara sudah menunggu. Pada Desember 2003, ibu muda ini benar-benar berjudi dengan nasib, kabur ke Indonesia dengan membawa kedua anaknya. Ia memilih pesawat Korean Airlines, maskapai penerbangan dari Korea Selatan. Kalau memakai pesawat Eropa, saya masih bisa ditangkap. Mujur, keluarga ini selamat sampai di Jakarta. Hanya kecemasan lain sudah menunggu di tanah air. Kedua anaknya tidak diakui sebagai warga negara Indonesia. Undang-undang No. 52/1958, anak hasil kawin campur mengikuti kewarganegaraan sang ayah. Sang ibu jadi puyeng, Bila datang mengurus paspor ke kedutaan, maka akan ketahuan dia membawa kabur dua bocah Amerika secara tidak sah. Di Amerika itu tindakan kriminal. Sejumlah teman dan keluarga memberi usul, agar menempuh risiko ketimbang nantinya diekstradisi. Marcellina memilih jalannya sendiri yaitu membeli sebuah hunian aman di bilangan Cibubur yang dijaga ketat petugas keamanan 24 jam, yaitu setiap tamu akan diperiksa ketat. Untuk sementara Marcellina akan merasa aman. Artinya Marcellina hanya menunda masalah tanpa merasa perlu untuk menyelesaikan masalah...(Tempo 23 Juli 2006 hal. 26) Pertanyaan : 1. Apakah negara Indonesia sudah memiliki aturan hukum yang mengatur tentang kewarganegaraan ? 2. Apakah kasus Marcellina tidak dapat teratasi setelah Dewan Perwakilan 3. Rakyat mensahkan perangkat aturan tentang kewarganegaraan ? 4. Apakah kedua anak Marcellina bisa memiliki kewarganegaraan ? 5. Bagaimana cara Sonia dan Julian memiliki kewarganegaraan ? 6. Kapan kedua anak Marcellina memiliki kewarganegaran ? 7. Apakah Sonia dan Julian saat dewasa, juga memiliki hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia ? 8. Apakah kedua anaknya bisa sekolah negri kelak setelah usia sekolah ? 9. Apakah yang dimaksud dengan SBKRI ? 10. Apakah Sonia dan Julian dapat memiliki Kartu Tanda Penduduk, kelak setelah dewasa ? 11. Jelaskan salah satu contoh permasalahan saudara terkait Undangundang No.12/2006 tentang Kewarganegaraan, termasuk solusi penyelesaian masalah dimaksud ! Tugas Mandiri : 1. Bacalah buku sesuai rujukan dengan memperhatikan contoh-contoh yang ada dalam buku, selanjutnya membuat tugas yang berorientasi pada dunia kedokteran dan/ atau kesehatan. 9. Selain membaca buku rujukan, saudara wajib melaksanakan tinjau lapangan, artinya baik mencari buku-buku sesuai daftar pustaka atau login internet dan melakukan Tanya-jawab seputar skenario pada lingkungan terkecil dari kehidupan mahasiswa. 10. Dalam membahas gunakan pendekatan kewarganegaraan atau hak dan kewajiban warga Negara.

44

11. Hasil tugas bukan hanya dikumpulkan, tapi juga dipresentasikan pada pertemuan kelompok dengan memilih contoh yang paling baik. 12. Melaksanakan simulasi dan pembagian tugas anggota kelompok guna kemudahan pelaksanaan diskusi (yang tugas mengumpulkan data, melaksanakan pengetikan makalah awal dan akir, presentasi, dan menjawab pertanyaan kelompok ). 13. Waktu pelaksanaan diskusi kelompok disepakati bersama oleh anggota kelompok. 14. Setelah selesai melaksanakan diskusi , kelompok diwajibkan membuat makalah akhir kelompok dengan mencantumkan pertanyaan dan jawaban yang berkembang pada pelaksanaan diskusi kelompok

RINGKASAN MATERI GEOPOLITIK & GEOSTRATEGI Rujukan : Prayitna H.A, Trubus cs, 2003, p 177-217.Lumintang Johny, Sumarsono cs, 2004, p 11-75, Srijanti, Rahman A,2007, p 141-176, www.google.co.id

A. Geopolitik Sebagai negara dengan wilayah yang luas dan sekaligus jumlah wilayah yang besar, Indonesia dalam sepanjang sejarah mengalami berbagaii permasalahan yang kompleks dan bahkan seringkali delimatis. Permasalahan yang bersumber pada kekurangmampuan kita di dalam menjaga integritas wilayah negara kita, pada hakikatnya disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat kita dalam memahami eksistensi negara Indonesia. Dalam menerapkan Wawasan Nusantara, kita seharusnya terlebih dahulu menegerti dan memahami pengertian, ajaran dasar, hakikat, asas, kedudukan, fungsi serta tujuan dari Wawasan Nusantara. Wawasan Nusantara dalam kehidupan nasional yang mencakup kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya,

45

dan pertahanan keamanan harus tercermin dalam pola pikir, sikap, dan perilaku yang senantiasa mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Dengan demikian Wawasan Nusantara menjadi nilai yang menjiwai segenap peraturan perundang-undangan yang berlaku pada setiap lapisan masyarakat di seluruh wilayah negara, sehingga menggambarkan sikap dan perilaku, faham serta semangat kebangsaan atau nasionalisme yang tinggi yang merupakan identitas atau diri bangsa Indonesia. Oleh karena itu warga negara Indonesia perlu memiliki kesasdaran sebagai berikut : Pertama, mengerti, memahami dan menghayati hak dan kewajiban warga negara serta hubungan warga negara dengan negara serta sadar sebagai bangsa Indonesia yang cinta tanah air berdasar Pancasila dan Undang undang Dasar 1945 aerta Wawasan Nusantara. Kedua, mengerti, memahami dan menghayati bahwa dalam menyelenggarakan kehidupannya, negara memerlukan konsepsi Wawasan Nusantara guna mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Untuk mengetuk setiap hati nurani warga agar sadar bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, diperlukan pendekatan dengan program yang teratur terjadwal dan terarah. Hak ini akan mewujudkan keberhasilan dari implementasi Wawasan Nusanatara. Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi. Ketahanan nasional berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dal;am menghadapi segalam tantangan dan hambatan serta ancaman bahkan gangguan baik yang datang dari dalam maupun dari luar dan untuk menjamin kelangsungan bangsa dan negara untuk tujuan nasional. Proses berkelanjutan untuk melanjutkan kondisi tersebut dilakukan berdasar pemikiran geostrategi berupa konsepsi yang dirancang dan dengan memperhatikan kondisi bangsa serta konstelasi geografi Indonesia dalam bentuk Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia yang mempunyai kaitan erat dengan politik nasional. Politik nasional diartikan sebagai kebijakan umum dan pengambiklan kebijakan untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Dengan demikian definisi politik nasional adalah asas, haluan, usaha serta kebijaksanaan negara tentang pembinaan serta penggunaan kekuatan nasional guna mencapai tujuan nasional. Strategi nasional dibuat untuk mencapai tujuan nasional. Jadi strategi nasional adalah cara melaksanakan politik nasional dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh politik nasional. Oleh karena itu, setiap warga negara Indonesia perlu memiliki kesadaran untuk sebagai berikut. Pertama, mengerti, memahami, dan menghayati hak dan kewajiban warga negara serta hubungan warga negara dengan negara, sehingga sadar sebagai bangsa Indonesia yang cinta tanah air berdasarkan Pancasila, UUD 1945 dan Wawasan Nusantara.

46

Kedua,

Mengerti, memahami, dan menghayati bahwa di dalam menyelenggarakan kehidupannya, negara memerlukan konsepsi Wawasan Nusantara, sehingga sadar sebagai warga negara yang memiliki Wawasan Nusantara guna mencapai cita-cita dan tujuan nasional.

Untuk mengetuk hati nurani setiap warga negara Indonesia agar sadar bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, diperlukan pendekatan dengan program yang teratur, terjadwal dan terarah. Hal ini akan mewujudkan keberhasilan dari implementasi Wawasan Nusantara. Dengan demikian Wawasan Nusantara terimplementasi dalam kehidupan nasional guna mewujudkan ketahanan nasional. Dalam pengertian tersebut, Ketahan Nasional adalah kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan. Kondisi kehidupan tersebut dibina sejak dini secara terus menerus dan sinergis mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, daerah dan nasional. Proses berkelanjutan untuk melanjudkan kondisi tersebut dilakukan berdasarkan pemikiran geostrategi berupa konsepsi yang dirancang dan dirumuskan dengan memperhatikan kondisi bangsa dan konstelasi geografi Indonesia. Konsepsi tersebut dinamakan Konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia yang mempunyai kaitan erat dengan politik nasioanl. Politik nasioanal diartikan sebagai kebijakan umum dan pengambilan kebijakan untuk mencapi cita-cita dan tujuan nasioanl. Dengan demikian definisi politik nasional adalah asas, haluan, usaha serta kebijaksanaan negara tentang pembinaan (perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, dan pengendalian) serta penggunaan kekuatan nasional untuk pelaksanaan politik nasional, misalnya strategi jangka pendek, jangka menengah dan jangka. Jadi strategi nasional adalah cara melaksanakan politik nasional dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh politik nasional dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan oleh politik nasional. Ingat strategi kontinental dan bahari dibahas 00000000000000000000 H. Otonomi Daerah 1. Pengertian dan Latar Belakang Otonomi daerah diatur pada undang-undang No. 32/2004 selanjutnya Peraturan Pemerintah No.6/2005 tentang Pemilihan Kepala Daerah. Keduanya telah dibatalkan oleh Komisi Konstitusi. Mengingat DPR pada waktu pembatalan Reses, maka pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti undangundang No. 3/2005 tanggal 19 Oktober 2005 tentang perubahan atas undangungang No. 32/2004 dan Peraturan Pemerintah No. 17/2005 mengganti PP No. 6/2005 tentang Pilkada. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak tahun 1997 telah memporakporandakan hampir seluruh sendi-sendi ekonomi dan politik negri ini yang telah dibangun cukup lama. Lebih jauh lagi, krisis ekonomi dan politik yang berlanjut

47

menjadi multikrisis, telah mengakibatkan rendahnya tingkat kemampuan dan kapasitas negara dalam menjamin kesinambungan pembangunan. Salah satu akibat krisis tersebut adalah sistem manajemen pemerintahan negara yang sentralistik dimana kewenangan dan pengelolaan segala sektor pembangunan berada di pemerintah pusat, sementara daerah tidak memiliki kewenangan untuk mengelola dan mengatur daerahnya. Sebagai respon dari krisis tersebut, pada masa reformasi dicanangkan suatu bentuk kebijakan restrukturisasi sistem pemerintahan yang cukup penting, yaitu melaksanakan ototnomi daerah dan pengaturan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah. Otonomi daerah dipandang mampu menjawab tuntutan pemerataan pembangunan sosial ekonomi, penyelengaraan pemerintah dan pembangunan kehidupan berpolitik yang efektif. 2. Tujuan Tujuan dilaksanakan otonomi daerah menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut : a. Dilihat dari segi politik, penyelenggara otonomi dimaksudkan untuk mencegah penumpukan kekuasaan di pusat dan membangun masyarakat yang demokratis, untuk menarik rakyat ikut serta ke dalam pemerintahan, dan melatih diri dalam menggunakan hak-hak demokrasi b. c. d. 3. Dilihat dari segi pemerintahan, penyelenggara otonomi daerah adalah untuk mencapai pemerintahan yang efisien Dilihat dari segi sosial budaya, penyelenggararaan otonomi daerah diperlukan agar perhatian lebih fokus pada daerah. Dilihat dari segi ekonomi, otonomi perlu diadakan agar masayarakat dapat turut berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi di daerah masing-masing. Otonomi Daerah dan Demokratisasi Otonomi daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem demokrasi yang berintikan kebbebasan kepada individu, kelompok, daerah untuk mengatur, menyelenggarakan, mengendalikan pemerintahan sendiri. Yang dimaksud dengan pemerintahan sendiri adalah pemerintahan yang diatur dan dikendalikan leh masyarakatnya sendiri di aderah atas dasar otonomi yang diberikan oleh pemerintah pusat. Kebijakan pemberian otonomi daerah tidak boleh dipandang sebagai tujuan akir, melainkan lebih sebagai mekanisme dalam menciptakan demokratisasi pemerintahan. Implementasi otonomi Daerah Implementasi otonomi daerah bagi daerah tingkat 1 dan tingkat 2, seiring dengan pelimpahan wewenang pemerintah pusat dapat dikelompokan dalam lima bidang yaitu ; implementasi dalam pembinaan wilayah, pembinaan sumber daya manusia, penanggulangan dan percepatan penurunan kemiskinan, penataan hubungan fungsional antara DPRD dan Pemerintahan Daerah serta peningkatan koordinasi atau kerja sama Tim (team work)

4.

48

B. Geostrategi Strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam keadaan perang dan damai. Geostrategi adalah suatu strategi dalam memanfaatkan kondisi geografis negara dalam menentukan kebijakan, tujuan dan sarana untuk mewujudkan cita-cita proklamasi dan tujuan nasional. Geostrategi memberi arahan tentang bagaimana merancang strategi pembangunan guna mewujudkan cita-cita nasional untuk masa depan yang lebih baik. Geostrategi/ Ketahanan Nasional Indonesia adalah strategi dalam memanfaatkan konstelasi geografi negara Indonewsia sebagaimana tujuan tersebut di atas. Geostrategi/ Ketahanan Nasional adalah kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan. Kondisi kehidupan tersebut sejak dini harus dibina secara terusmenerus dan sinergis mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, daerah dan nasional. Proses berkelanjutan dilakukan berdasar pemikiran geostrategi berupa konsepsi yang ditancang dan dirumuskan dengan memperhatikan kondisi negara dan geografi Indonesia. Konsepsi tersebut dinamakan konsepsi Ketahanan Nasional. 1. Latar Belakang Kemerdekaan Indonesia membawa bangsa dab negara pada proses pertumbuhan yang tidak luput dari gejolak bahkan ancaman baik dari dalam negri, begitu juga dari luar yang dapat mengancam eksistensi bangsa dan negara. Indonesia dengan posisi geografis dan potensi sumber kekayaan alam dan dengan jumlah penduduk yang sangat banyak dengan kemampuan yang berfariasi, dapat pula mempengaruhi persaingan kepentingan bahkan menjadi objek perebutan negaranegara besar. Akibatnya sangat berpotensi negatif dalam segala aspek kehidupan warganya. Untuk lebih dapat menjaga kelangsungan hidup serta keberadaan bangsa da negara baik pada masa kini maupun yang akan datang, bangsa Indonesia harus mampu memiliki keuletan dan ketangguhan yang terbina secara konsisten dan berkelanjutan 2. Tujuan Geostrategi Geostrategi/Ketahanan Nasional diperlukan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok pemerintah antara lain untuk tegaknya hukum dan ketertiban, terwujudnya kesejahteraan dan kemakmuran, terselenggaranya pertahanan dan keamanan, terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial serta [eluang bagi rakyat untuk dapat mengaktualkan diri. 3. Konsepsi Dasar Geostrategi/Ketahanan Nasional Konsepsi dasar teori atau model yang merupakan pedoman dalam menciptakan ketahanan nasional melalui pembangunan seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara yang adalah meliputi aspek Trigatra dan Pancagatra dan keduanya dikenal dengan Astagatra sebagai berikut : a. Trigatra Adalah komponen yang bersifat alamiah (tetap) yang meliputi 3 unsur yaitu ; 1) Aspek Geografi

49

Aspek geografi adalah yang berkaitan dengan letak kondisi bumi dimana negara berada. Pengaruh letak geografi terhadap politik melahirkan geopolitik (Wawasan Nusantara) dan geostrategi (Ketahanan Nasional). Beberapa wawasan nasional yang tumbuh karena pengaruh geografi seperti ; Wawasan benua, Wawasan bahari, Wawasan dirgantara, Wawasan kombinasi 2) Sumber Daya Alam Kekayaan alam yang terkandung dalam sumber daya alan Indonesia dapat dibagi 3 golongan seperti ; Hewani, Nabati dan Mineral. Pada dasarnya pengelolaan sumber daya alam di atas berdasar pada asas ; Maksimal, Lestari dan Daya saing 3) Keadaan dan Kemampuan Penduduk Penduduk adalah orang yang mendiami suatu tempat dalam wilayah tertentu dengan tanpa melihat latar belakang status kewarnegaraan yang dimiliki orang tersebut. Masalah yang dihadapi dalam kependudukan adalah ; Jumlah penduduk, Komposisi penduduk dan Distribusi penduduk. b. Pancagatra Komponen Pancagatra adalah komponen yang meliputi lima aspek Ketahanan Nasional dalam kehidupan sosial : 1) Ketahanan Bidang Ideologi Ketahanan yang pemahaman sdan pengamalan nilai ideologi Pancasila yang dapat menjadi landasan sikap dan perilaku untuk mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan yang datang dari luar maupun dari dalam serta berpotensi mengancam kelangsungan kehidupan Pancasila sebagai dasar falsafah dan ideologi bangsa dan negara Indonesia. 2) Ketahanan Nasional Bidang Politik Ketahanan yang berintikan kehidupan politik yang damai untuk mengatasi segala ancaman, tantangan gangguan, hambatan yang dapat meancam kelangsungan bangsa dan negara Indonesia. 3) Ketahanan Nasional Bidang Ekonomi Peoses kehidupan ekonomi mempunyai pengaruh yang positif dalam meningkatkan kesejahteraan dan keseimbangan antara pengadaan, permintaan dan distribusi barang dan jasa. Karenanya ekonomi memiliki hubungan yanglangsung terhadap Ketahanan Nasional 4) Ketahanan Nasional Bidang Sosial Budaya Ketahanan Nasional yang berintikan tersedianya pendidikan murah dan berkualitas, hormat menghormati, sopan santun, beretikan dan bangga menjadi anak Indonesia. Melalui ketahanan dimaksud diharapakan dapat menjadi saringan untuk mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar yang mengancam kehidupan sosial budaya bangsa dan negara Indonesia. 5) Ketahanan Nasional Bidang Hankam Ketahanan asional yang berintikan adanya rasa aman, damai, tidak sengketa dengan bangsa dan negara lain, percaya pada kemampuan sendiri, sehingga diharapkan mampu mengatasi ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik dari dalam maupun dari luar yang berakibat membahayakan kelangsunga kehidupan pertahanan dan keamanan bangsa dan negara Indonesia. c. Implementasi Ketahanan Nasional

50

Implementasi Ketahanan Nasional diartikan melaksanakan atau menggunakan kemampuan berupa pengetahuan, ketrampilan yang dilandasi sikap ulet dan tangguh untuk mengembangkan daya saing bangsa sehingga menjadi bangsa yang kompetitif dan dihomati di dunia. Untuk menjadikan bangsa yang berdaya saing, maka bangsa Indonesia harus mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan efisien, transparan dan bertanggung jawab. Beberapa permasalahan besar adalah yang terkait dengan politik dengan kesiapan menghadapi Globalisasi politik luar negri yang bebas dan aktif, masalah disintegrasi dan otonomi, sistem partai politik dan birokrasi. Permasalahan dalam bidang ekonomi adalah permasalahan ekonomi biaya tinggi dengan adanya pungutan liar, kebijakan ekonomi yang tidak berorientasi pada produk domestik, ekspor kebutuhan pangan dan masih kecilnya investasi. Masalah sosial budaya dengan dicerminkan rendahnya angka HDI (Human Development Index) pada tahun 2004 nomor 117 dari 175 negara, pendidikan 60 % masih SD, kesadaran akan lingkungan masih rendah.

51

GLOBALISASI DITENGAH GOOD GOVERMANCE & MASYARAKAT MADANI 1. Pengertian dan Latar Belakang Globalisasi adalah masuknya atau meluasnya pengaruh dari suatu wilayah/negara lain atau proses masuknya suatu negara dalam pergaulan dunia. Proses globalisasi mengandung implikasi bahwa suatu aktifitas yang sebelumnya terbatas jangkauan secara nasional secara bertahap berkembang menjadi tidak terbatas pada suatu negara itu sendiri. Aktifitas dimaksud sebagai globalisasi adapat terjadi dalam budaya melalui media elektronik antara lain TV atau Internet atau cara berpakaian para turis khusus barat, termasuk globalisasi ekonomi dimana modal asing masuk ke Indonesia antara lain Freeport, Indosat, Citibank ataupun globalisasi politik yaitu dalam pelaksanaan demokrasi dan pelaksanaan good governance. Dalam upaya menghadapi tantangan tersebut salah satu prasyarat yang perlu dikembangkan adalah komitmen yang tinggi untuk menerapkan nilai luhur dan prinsip tata kelola (good governance) dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan negara sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Bahkan, United Nation Development Program (UNDP) dalam dokumen kebijakannya mendefinisikan kepemerintahan seperti ; Kepemimpinan adalah pelaksanaan kewenangan/ kekuasaan dalam bidang ekonomi, politik dan administratif untuk mengelola berbagai urusan negara pada setiap tingkatannya serta merupakan instrumen kebijakan negara untuk menciptakan kondisi kesejahteraan integritas dalam masyarakat. Sementara itu, untuk masuk dalam pergaulan di luar batas nasional, dibutuhkan kesiapan warganya dalam bentuk masyrakat yang lebih konkret disebut Masyarakat Madani. Masyarakat Madani berasal dari bahasa Inggris, civil sociaty. Kata civil sociaty berasal dari bahasa latin yaitu civitas dei yang artinya kota Illahi dan sociaty yang berarti masyarakat. Dari kata civil akhirnya membentuk kata civilization. Yang berarti peradaban, sehingga dapat pula diartikan sebagai komunitas masyarakat kota yakni masyarakat yang telah berperadaban maju. Menurut Gellner, bahwa masyarakat madani akan terwujud ketika terjadi tatanan masyarakat yang harmonis yang bebas dari eksploitasi dan penindasan.

52

Penyusun Salmon J Siahaya. S.H. M.Hum

53

Вам также может понравиться