Вы находитесь на странице: 1из 2

REFLEKSI - DAMARSANTRI EDISI 7 / 10 MARET 2009 | Organisasi Santri Wahid Hasyim

Kepuasan Manusia
Oleh : Kang Basith Ab

‘Kepuasan manusia adalah sebuah tujuan yang tak dapat digapai’ (Ridla an-Naas Ghayat la
Tudraku). Begitulah ucapan Aktsam ibn Shaifi, seorang bijak pada masa Jahiliyah yang sempat hidup
kala Rasulullah saw. diangkat menjadi rasul meski usianya telah menginjak 190 tahun.

Mungkin kita pernah mendengar cerita seorang ayah yang menuntun seekor keledai bersama
anaknya menuju ke sebuah desa. Sang ayah dan anak berjalan menuntun keledai itu. Ketika mereka
sampai di desa pertama, para penduduk berkomentar :” Alangkah tidak bijaknya orang ini, anaknya
yang masih kecil ia suruh berjalan, sementara keledainya ia biarkan begitu saja tanpa penumpang.”
Mendengar komentar ini, sang ayah lalu menaikkan anaknya ke punggung keledai tersebut. Ketika
sampai pada sebuah desa yang lain, orang-orang berkomentar. “Betapa anak ini tidak punya
tatakrama pada orangtuanya. Bagaimana tidak, ayahnya ia suruh berjalan, sementara ia enak-
enakan naik di atas keledai.” Mendengar komentar ini, sang ayah meminta anaknya turun dan ganti
ia yang naik ke punggung keledainya.

Ketika sampai di desa berikutnya, penduduk setempat berkomentar.” Benar-benar ayah yang tidak
punya belas kasihan, ia enak-enakan naik keledai, sementara anaknya ia suruh berjalan.”
Mendengar komentar tadi, sang ayah meminta anaknya untuk ikut naik serta di atas punggung
keledai. Sampai di desa berikutnya, orang-orang setempat berkomentar;” Betapa orang ini tidak
punya perikehewanan, keledai satu dinaiki dua orang sekaligus.” Mendengar komentar ini, sang ayah
jengkel. Ia meminta anaknya turun dan ia pun menggendong atau memanggul keledainya itu.
Sesampainya di desa tujuan, ia ditertawakan banyak orang, bagaimana tidak, keledai yang masih
sehat ia panggul bukan ia naiki atau tuntun.

Begitulah kira-kira yang dihadapi oleh sebagian orang-orang yang kebetulan saat ini di beri amanah
untuk memimpin berbagai lembaga yang ada di pondok kita ini. Penulis yakin pada benak setiap
mereka ada sebuah impian besar yang ingin ia torehkan dalam sejarah Wahid Hasyim. “

Setiap prestasi besar berawal dari angan-angan atau utopia” Begitu kata Arkoun dalam sebuah
bukunya. Tapi mewujudkan sebuah impian besar itu bukanlah hal yang mudah, berbagai komentar,
penentangan (meski tak sempat terucap), cibiran, ketidakpuasan-sebagaimana penonton sepakbola
yang geram karena team andalannya belum juga mencetak gol di gawang lawan padahal
kesempatan datang tidak hanya sekali-adalah hal biasa yang mesti dihadapi dengan senyuman
(kecuali bagi yang sariawan, sakit gigi atau patah hati ..:-) disamping dukungan yang juga tidak bisa
dikatakan kecil.

Untuk memulai langkah pertama, orang-orang itu ingin menjalankan atau ‘menegakkan’ sesuatu yang
disebut sebagai sebuah ‘sistem’.

Ada sistem di Oswah, Madin, LPM, MI, MTs, MA dan sebagainya dan mau tidak mau langkah
semacam ini menimbulkan ketidakpuasan dari berbagai pihak, memakan beberapa ‘korban’ dan
menimbulkan kesan ‘galak’, ‘sangar’, membatasi kebebasan, melanggar HAM dan sebagainya.
Ambillah contoh agenda imtihan sebagaimana tercantum dalam kalender akademik baik dari segi
waktu, persyaratan dan tetek bengek yang mungkin dirasa merepotkan.
Ada juga program Qira’atul Kutub Asrama-yang akan diaktifkan pasca imtihan- sebagai program
Oswah yang diback-up penuh oleh Madin dan Ma’had ‘Aly juga secara otomatis mengurangi istirahat
dan waktu luang setiap individu yang ada di sini. Di sini, penulis atas nama pribadi ingin mengatakan
“ Tidak !”.

Sebuah sistem dibuat dan dijalankan dibuat bukan untuk membatasi gerak dan kreatifitas semuanya,
tapi untuk menuju satu muara yaitu Wahid Hasyim yang lebih baik. Juga sebagai bentuk
tanggungjawab atas amanah yang dibebankan kepada mereka. Ya, amanah; sebuah hal yang langit
dan bumi pun menolak untuk memikulnya. (QS Al Ahzab: 72).

Akhirnya, marilah, pada awal tahun baru ini kita mentajdid an-niyyat sambil berintrospeksi diri untuk
membuat skenario kehidupan menuju kondisi yang lebih baik. Orang-orang terdahulu
(mutaqaddimun) pernah bermimpi bertemu Rasulullah saw. Kemudian dia bertanya :” Wahai
Rasulullah, berilah kami wasiat !”. Rasul menjawab: “ Siapa yang hari ini sama dengan kemarin-tidak
ada perubahan ke arah yang lebih baik- maka ia adalah orang yang tertipu. Dan siapa yang hari ini
lebih buruk dari hari kemarin maka ia adalah orang yang terlaknat”. (Latha’if al-Ma’arif: I/300).

Jadi, nikmatilah apa yang ada di hadapan kita dan berusahalah untuk berbuat yang terbaik. Life is not
problem must be solved but it is reality to be enjoyed. Nuwun.

Buletin Damar Santri diterbitkan oleh Organisasi Santri Wahid Hasyim (OSWAH)Yayasan Pondok Pesantren
Wahid Hasyim.

Sekretariat : Jl. KH. Wahid Hasyim Gaten Condongcatur Depok Sleman Yogyakarta 55283 Tlp. (0274) 484284.
Email Redaksi Damarsantri: damarsantri@yahoo.com, oswah@journalist.com

ORGANISASI SANTRI WAHID HASYIM (OSWAH)

Organisasi Santri Wahid Hasyim (OSWAH) merupakan lembaga yang bergerak secara praktis dalam bidang
pelayanan, pembinaan dan pengembangan potensi santri. Program utama OSWAH antara lain: pengembangan
intelektual, keterampilan dan kreativitas santri, pembudayaan 9K (Kebersihan, Keindahan, Ketertiban, Kesehatan,
Keamanan, Kedisiplinan, Kekeluargaan dan Kemandirian), olahraga, bakti sosial dan penyelenggaraan UKSH
(Unit Kesehatan Santri Husada) atau poliklinik pesantren.

Вам также может понравиться