Вы находитесь на странице: 1из 22

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KOMBINASI ALLICIN DAN KALSIUM SEBAGAI TERAPI ALTERNATIF TERBARU TUBERCULOSIS

BIDANG KEGIATAN: PKM-GT

Diusulkan oleh: Bumi Zulheri Herman (C11108282) Angkatan 2008 Ibnu Hidayat (C11110111) Angkatan 2010

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan

: Kombinasi Allicin dan Kalsium Sebagai Terapi Alternatif Terbaru Tuberculosis. : ( ) PKM-AI ( X ) PKM-GT

2. Bidang Kegiatan

3. Ketua Pelaksana Kegiatan : a. Nama Lengkap : Bumi Zulheri Herman b. NIM : C11108282 c. Jurusan : Pendidikan Dokter Umum d. Universitas : Hasanuddin e. Alamat Rumah dan No HP : Bumi Tamalanrea Permai Blok F 215 Makassar / 081252627584 f. Alamat email : bumizulheriherman@gmail.com 4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 1 orang 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar : dr. Syahrijuita Sp.THT-KL M.Kes b. NIP : 196812301998032001 c. Alamat Rumah dan No.HP : Jl. Batua Raya IV Lr II No 1 Makassar 08124180227

Makassar, 28 Februari 2010 Menyetujui Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan

Ketua Pelaksana Kegiatan

dr. Anis Irawan Anwar, Sp.KK (K) NIP. 196206271989031001 Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan

Bumi Zulheri Herman C11108282 Dosen Pendamping

Ir. Nasaruddin Salam MT NIP. 19640419198903001

dr. Syahrijuita M.Kes Sp.THT NIP 196812301998032001

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas kuasa dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis berjudul, Kombinasi Allicin Dalam Ekstrak Allium Sativum (Bawang Putih) dan Kalsium Sebagai Terapi Terbaru Tuberculosis Melalui Inhibisi Biosintesis Mycothiol dan Asam Lemak dengan sebaik-baiknya. Tidak lupa penulis memberikan apresiasi yang setinggi tingginya kepada: 1. dr. Anis Irawan Anwar, Sp.KK (K) selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 2. dr. Syahrijuita, Sp.THT, M.Kes selaku dosen pembimbing penulisan. 3. Executive Director dan segenap pengurus Medical Youth Research Club Fakultas Kedoteran Universitas Hasanuddin sebagai Lembaga Penelitian Mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universita Hasanuddin. 4. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya tulis ini. Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis (PKM-GT) yang diselenggarakan oleh DIKTI. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini sangat jauh masih jauh dari kesempurnaan dilihat dari berbagai aspek baik isi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan karya tulis ini . Semoga karya tulis ini berguna bagi penulis, pembaca, serta pihak pihak yang diharapkan dapat membantu mengimplementasikan gagasan dalam karya tulis ini.

Makassar, 28 Februari 2011

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................................i Halaman Pengesahan ........................................................................................ii Kata Pengantar ..................................................................................................iii Daftar Isi ..........................................................................................................iv Daftar Gambar .................................................................................................v Daftar Tabel.......................................................................................................vi Ringkasan .........................................................................................................vii PENDAHULUAN Latar Belakang ...................................................................................................1 Tujuan Penelitian ..............................................................................................2 Manfaat Penelitian ............................................................................................2 GAGASAN Mekanisme Infeksi Mycobacterium tuberculosis ................................................2 Aspek Epidemiologi Tuberculosis ......................................................................2 Penanganan Tuberculosis Saat Ini ......................................................................3 Analisis Potensi Target Terapi Tuberculosis.......................................................4 Potensi Kerja Ekstrak Allicin Dalam Alium Sativum (Bawang Putih) dan Kalsium Sebagai Terapi Tuberculosis ..........................................................7 Pihak-Pihak yang Terkait dengan Implementasi Gagasan ..................................9 Metode Ekstraksi Bawang Putih dan Kombinasi dengan Kalsium ......................9 KESIMPULAN Gagasan yang diajukan ......................................................................................11 Teknik Implementasi Gagasan ...........................................................................11 Prediksi Dampak dan Implementasi Gagasan .....................................................12 Daftar Pustaka ...................................................................................................12 Daftar Riwayat Hidup .......................................................................................15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Data Jumlah Kasus Tuberculosis yang terdeteksi ..............................3 Gambar 2. Struktur Kimia Mycothiol .................................................................5 Gambar 3. Jalur Sintesis Asam Lemak, Biosintesis dan Metabolisme Mycothiol 6 Gambar 4. Allicin dan struktur kimianya ............................................................7 Gambar 5. Mekanisme kerja allicin (X) dan Kalsium (o) dalam menghambat jalur sintesis asam lemak dan mycothiol.. 8

DAFTAR TABEL

Tabel 1.Nilai absorban substansi dalam ekstrak bawang putih ............................10

RINGKASAN

Tuberculosis merupakan masalah kesehatan utama dunia saat ini. WHO (2010) melaporkan bahwa telah terjadi 9,4 juta kasus infeksi tuberculosis didunia. Dan angka kematian akibat tuberculosis mencapai 1,7 juta jiwa.Di Indonesia, sekitar 200.000-500.000 kasus baru tuberculosis terdeteksi dengan metode apusan tahan asam sehingga Indonesia digolongkan dalam negara dengan resiko tinggi tuberculosis (WHO, 2009) Manajemen penanganan tuberculosis di Indonesia mengikuti manajemen DOTS yang telah dicanangkan oleh WHO salah satunya adalah pengobatan sesuai dengan regimen standar yang telah ditetapkan oleh WHO. Akan tetapi pengobatan ini dilakukan dalam jangka waktu yang lama dengan efek samping yang besar (Yee, 2003) sehingga mendorong dilakukanya studi mengenai target terapi terbaru tuberculosis dan akhirnya ditemukan 12 target terapi tuberculosis (Mdluli, 2006). Salah satunya adalah penghambatan atau inhibisi biosintesis mycothiol dan asam lemak. Asam lemak digunakan oleh bakteri untuk mensintesis dinding sel dan mycothiol digunakan untuk melindungi bakteri dari proses oksidasi oleh sel pertahanan tubuh dan juga faktor pertumbuhan bagi bakteri serta agen resistensi antibiotik. Kalsium merupakan logam alkali tanah yang berpotensi menghambat sintesis mycothiol dari Mycobacterium tuberculosis melalui inaktivasi enzim MshB (Maynes et al, 2003). Allicin yang dapat diperoleh dari bawang putih adalah salah satu senyawa disulfida yang memiliki efek antibakteri (Ankri, 1999). Allicin memiliki efek inhibisi pada biosintesis mycothiol melalui penghambatan pembentukan cystein (Waag et al, 2010), serta acetyl CoA (Focke et al 1990), substansi yang penting bagi enzim Msh D untuk menyusun mycothiol (Koledin 2002). Hambatan pembentukan acetyl CoA ini juga menyebabkan terhambatnya pembentukan pyruvate yang penting untuk pertumbuhan melalui enzim maleylpyruvate isomerase (Newton et al 2008) Hambatan sintesis acetyl CoA oleh allicin juga dapat menghambat pembentukan asam lemak yang penting untuk pembentukan dinding sel misalnya asam mikolik dan cord factor. (Takayama et al 2005. Raman et al 2005). Hambatan pembentukan dinding sel ini menyebabkan bakteri menjadi lebih sensitif terhadap proses destruksi oleh sistem fagositosis makrofag. Dengan demikian, kombinasi allicin dalam ekstrak bawang putih dengan kalsium dapat dijadikan terapi alternatid terbaru bagi penanganan tuberculosis. Namun perlu juga dilakukan penelitian lebih jauh mengenai efektiftas terapi ini sehingga penemuan ini akan memberikan perkembangan yang baik bagi pengobatan berdasarkan fitofarmakologi dan juga sebagai upaya terbaik dan low cost effort untuk memberantas tuberculosis di Indonesia.

PENDAHULUAN Latar Belakang Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yang tergolong kedalam bangsa actinobacteria dan diidentifikasi pertama kali tahun 1882 oleh Robert Koch. Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri yang berbentuk batang yang bersifat non motil dengan panjang 2-4 micrometer dan lebar 0.2-0.5 m dan mempunyai waktu reproduksi yang lambat yakni sekitar 15-20 jam. (Todar, 2011). Laporan WHO tahun 2010 menyatakan bahwa 9,4 juta kasus infeksi tuberkulosis terjadi didunia Kematian akibat tuberkulosis mencapai 1.7 juta jiwa meliputi 1,3 juta penderita tanpa sindrom defisiensi sistem imun dan 400.000 penderita dengan sindrom defisiensi imun (AIDS). Indonesia merupakan negara ketiga tertinggi didunia untuk jumlah penderita tuberkulosis (WHO, 2010) sehingga pemberantasan tuberkulosis perlu menjadi perhatian utama. Salah satu hal yang menyebabkan pemberantasan tuberkulosis cenderung terhambat yakni dari pengobatan tuberkulosis itu sendiri. Aturan pengobatan tuberkulosis selama enam bulan dan jenis obat yang banyak yakni rifampicin, isoniazid, pyrazinamid dan ethambutol membuat pasien merasa jenuh dan kondisi putus obat sering terjadi ketika pasien merasa sudah sembuh sehingga menimbulkan suatu fenomena resistensi Mycobacterium tuberculosis pada dua obat lini pertama yakni isoniazid dan rifampicin yang disebut Multi Drug Resistant Tuberkulosis bahkan ditemukan pula suatu resistensi antibiotik lini kedua yang disebut Extensive Drug Resistent Tuberkulosis yang tentunya akan membuat pengobatan jauh lebih kompleks. (WHO, 2010b) Keadaan ini memicu masyarakat untuk mencari pengobatan alternatif. Saat ini telah digalakkan penemuan target terapi tuberkulosis dan akhirnya telah di identifikasi 12 target terapi tuberkulosis (Mdluli, 2006). Tanaman herbal telah menjadi suatu fokus utama dalam pengobatan tuberkulosis. Tanaman herbal yang bermanfaat sebagai antibakteri tentunya menjadi pilihan utama. Salah satunya adalah bawang putih dengan kandungan allicinnya yang dikenal memiliki efek antibakterial dengan mekanisme yang kompleks (Ankri, 1999). Kalsium merupakan suatu unsur inorganik yang memiliki efek inhibisi pada kinerja enzim bakteri terutama yang bekerja pada biosintesis mycothiol suatu substansi protektif penting pada Mycobacterium tuberculosis (Maynes et al, 2003), sehingga kombinasi antara allicin dan kalsium ini diharapkan mampu menjadi obat yang mungkin akan menggantikan pengobatan tuberkulosis konvensional saat ini melalui target terapi yang telah didentifikasi sebelumnya. Tujuan Penulisan Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ini adalah : 1. Untuk mengetahui potensi allicin dan kalsium sebagai terapi alternatif tuberkulosis

2. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan potensi allicin dan kalsium sebagai terapi alternatif tuberkulosis. Manfaat Penulisan Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ini antara lain : 1. Dapat menghasilkan analisa mengenai potensi allicin dan kalsium sebagai terapi terbaru tuberkulosis 2. Dapat menghasilkan analisa mengenai teknik implementasi gagasan 3. Sebagai media referensi terutama dalam pengembangan allium sativum sebagai obat terbaru tuberkulosis

GAGASAN Mekanisme Infeksi Mycobacterium Tuberculosis Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global saat ini. Orang dengan Tuberkulosis Paru aktif mudah menularkan Mycobacterium tuberculosis dalam bentuk droplet aerosol yang dapat dikeluarkan saaberculosis akan keluar dalam bentuk droplet nukleus dan mencapai mencapai alevoli paru dan difagosit oleh sel makrofag alveolar. Pada tahap berikutnya, limfosit mulai infiltrasi ke jaringan paru dan memulai proses pengenalan antigen dari Mycobacterium tuberculosis yang dipresentasikan oleh makrofag untuk membentuk antibodi. Hal ini juga merangsang sel makrofag untuk menghancurkan Mycobacterium tuberculosis dengan menggunakan enzim destruktif dan oksidan radikal. Hal ini akan menimbulkan fokus infeksi primer yang disebut fokus Ghon (Todar, 2011). Proses selanjutnya sel limfosist memperkenalkan antigen tuberkulosis ke sel dendritik dan dibawa ke sistem limfe terdekat untuk dibentuk imunitas melawan bakteri. Dengan adanya metastase atau penyebaran bakteri ini melalu jalur limfe dan jalur hematogen (darah) maka bakteri ini dapat menyebar hampir keseluruh organ tubuh sehingga banyak manifestasi dari infeksi tuberkulosis misalnya ke tulang (spondylitis) ginjal, kulit, bahkan otak. (Herrmann et al, 2005) Namun jarang menyerang hati, otot rangka, pankreas, dan kelenjar tiroid. (Agarwal et al, 2005) Aspek Epidemiologi Tuberkulosis Melihat cara infeksi Dengan demikian orang yang sering melakukan kontak dengan suspek tuberkulosis akan memiliki kemungkinan 22% terinfeksi. (WHO, 2009). Proses penularan tuberkulosis makin diperparah dengan sanitasi lingkungan yang buruk terutama dengan kawasan yang dihuni oleh masyarakat dengan pendapatan rendah. Tindakan medis yang tidak sesuai standar misalnya penggunaan alat-alat kesehatan yang tidak steril bisa menjadi faktor utama dalam penularan tuberkulosis. Penderita dengan defisiensi sistem imunitas misalnya pada penderita AIDS juga menjadi golongan yang rentan terhadap tuberkulosis (Griffith, 1996).

Banyaknya jalur penularan ini menyebabkan penyakit tuberkulosis mudah menyebar. Dan yang mengkhawatirkan 90% orang yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis tidak memberikan gejala yang signifikan. Ketika pada kondisi yang memungkinkan untuk berkembang misalnya pada penurunan imunitas tubuh seperti pada penderita AIDS, Mycobacterium tuberculosis akan dapat menimbulkan infeksi tuberkulosis (Kumar et al, 2007). Orang yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis akan memberikan gejala sesuai dengan organ yang terinfeksi. Pada infeksi di paru-paru gejala yang dapat diamati yakni batuk yang tidak kunjung sembuh lebih dari 2 minggu.(WHO, 2010) Analisis mengenai mudahnya transmisi tuberkulosis di Indonesia ini terbukti dengan tingginya angka kasus baru tuberkulosis yang dideteksi dengan menggunakan teknik pewarnaan bakteri tahan asam dengan prediksi jumlah kasus baru antara 200.000-500.000 kasus baru setiap tahunnya dan memasukkan Indonesia sebagai salah satu dari 22 negara yang beresiko tinggi atau high burden country (WHO, 2009)

Gambar 1. Jumlah kasus baru tuberkulosis per tahun (WHO, 2009) Salah satu faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kasus infeksi bakteri tuberkulosis adalah penyebaran dari penderita tuberkulosis aktif. Hal yang perlu diperhatikan sebenarnya adalah bagaimana pengobatan tuberkulosis yang dijalani oleh seorang individu apakah sudah sesuai dengan aturan yang berlaku sebab dengan tidak diobati maka angka kematiannya dapat mencapai 50 %. Selain itu seseorang dengan penyakit tuberkulosis yang tidak terobati akan dapat menulari 10-15 orang sehat setiap tahun (WHO, 2009) Penanganan Tuberkulosis Saat Ini Penatalaksanan Tuberkulosis saat ini mengacu pada sistem DOTS (directly observed treatment, short-course) yang dikembangkan oleh dr Karel Styblo dan diadopsi WHO (1999) yang terdiri dari lima komponen meliputi : Komitmen Pemerintah terutama dalam prioritas pengawasan TB, perekaman kasus dan pelatihan tenaga medis Deteksi kasus melalui teknik apusan tahan asam

Penanganan sesuai standar regimen dan pengawasan minum obat dalam dua

bulan pertama.
Suplai dan distribusi obat Standarisasi pencatatan hasil pengobatan

Kesadaran akan pengobatan tuberkulosis saat ini sudah cukup tinggi terutama usaha pemerintah dalam mengkampanyekan pengobatan tuberkulosis sudah maksimal, akan tetapi penderita juga merasa jenuh karena dalam standar pengobatan tuberkulosis terdapat empat obat yang harus dikonsumsi pasien meliputi Rifampicin, Isoniazid,Ethambutol, dan Pyrazinamide Efek samping obat-obatan ini sangat beragam mulai dari kerusakan hati, malaise, sakit kepala, dan efek-efek yang spesifik gangguan pengelihatan warna hijau dan peradangan saraf optik (neuritis optik) oleh ethambutol (Yee, 2003. Lim, 2006) Selain itu pemberian obat adjuvant (obat yang dapat memaksimalkan terapi utama) misalnya obat yang menstimulasi sistem imun tergolong mahal dari sisi harga. Berdasarkan observasi penulis terhadap obat-obatan yang rata-rata merupakan ekstrak herbal yang berfungsi merangsang sistem imun, harga obat tersebut dimulai dari 5000 rupiah hingga 10000 rupiah perbiji. Hal ini yang menyebabkan timbulnya gagasan mengenai pencarian obat baru yang murah dan memiliki efek yang poten dalam mengatasi tuberkulosis. Analisis Potensi Target Terapi Tuberkulosis Menurut K. Mdluli (2006) Ada beberapa mekanisme biologis yang penting dalam pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis yang saat ini menjadi target terapi tuberkulosis. Antara lain, biosintesis dinding sel, peptidoglycan, arabinogalacatan, asam lemak, asam amino, Cofactor, Mycothiol, Terpenoid, Sintesis DNA dan ATP, Glyoxylate Shunt, Protein Regulator dan Menoquinone. Salah satu hal yang menjadi aspek utama yang akan dibahas dalam karya tulis ini yakni aspek biosintesis asam lemak dan mycothiol. Struktur dinding sel Mycobacterium tuberculosis terdiri dari peptidoglycan dan lemak kompleks yang menutupi hampir 60 % dinding selnya. Fraksi lipid yang telah diidentifikasi sebagai komponen utama pembentukan dinding selnya anta lain asam mikolik, cord factor dan Wax D. (Todar, 2011) Asam mikolik berfungsi untuk meningkatkan resistensi organisme terhadap bahan kimia dan dehidrasi serta mencegah efektifitas antibiotik yang bersifat hidrofobik dan menghindari reaksi dari dalam granula sel fagosit yang bersifat destruktif antara lain protein kationik, lysozym dan oksigen radikal. (Todar, 2011) Pembentukan asam mikolik ini membutuhkan acetyl CoA yang menjadi bakal prekursor dari asam mikolik (Takayama et Al, 2005). Selain itu cord factor atau trehalose dimycolate yang terdapat dipermukaan dinding sel Mycobacterium tuberculosis dan merupakan senyawa yang toxic bagi sel fagosit dan menjadi salah satu faktor virulen Mycobacterium tuberculosis. (Katti et al, 2003. Todar, 2011) juga membutuhkan mycolic acid yang juga disintesis dari acetyl CoA sebagai bahan baku. (Kilburn et al, 1982) Oleh karena itu suatu inhibitor sintesis acetyl CoA juga merupakan salah satu target terapi yang penting dalam pengobatan tuberkulosis. Mycothiol (1-D-myoinosityl-2- (n-acetyl-L-cysteinyl) -amido-2-deoxy-aD-glucopyranoside) atau MSH merupakan jenis senyawa thiol yang paling banyak

ditemukan pada Mycobacterium tuberculosis. Mycothiol (MSH) mempunyai bagian cystein yang fungsional, selain itu pada struktur mycothiol terdapat glucosamine dan myoinositol yang temasuk golongan gula. (Newton et al, 1995)

Gambar 2. Struktur Kimia Mycothiol (Newton et al, 2008) Mycothiol disintesis dalam empat tahap. Dengan bantuan enzim MshA, MshB, MshC, dan Msh D. M (Buchmeier, et al 2003) Tahap pertama adalah sintesis inositol phospat dari glucose-6-phosphate (Glc-6-P) dengan bantuan enzim inositol phosphate synthase (Ino1) Kemudian enzim glycosyltransferase (MshA) mengkatalis reaksi antara acetyl glucosamine dan inositol phospat menghasilkan acetylglucosamilinositol phospat (Newton et al, 2006). Acetylglucosamilinositolphospat selanjutnya difosforilasi dan dideasetilasi oleh enzim metalloprotein MshB membentuk Glucosaminilinositol (GlcNIns), (Bucheiemer et al, 2003. Rawat et al, 2003. Newton et al, 2007.).Selanjutnya Glucosaminilinositol digabung dengan cysteion oleh enzim MshC membentuk Cystein-Glucosaminilinositol (Cys-GlcN-Ins). Proses ini membutuhkan ATP. Tahapan terakhir adalah asetilasi grup amin dari cystein dengan bantuan GCN5 acetyltransferase (MshD) dan dengan bantuan acetyl-Coa menghasilkan mycothiol (Koledin et al, 2002. Sareen et Al 2002) Secara umum mycothiol pada bakteri merupakan suatu senyawa yang memiliki fungsi yang ekuivalen dengan gluthatione yakni untuk melindungi bakteri dari oksidan toksik dan antibiotik. (Newton, 2002). Mycothiol menjadi substansi yang dibutuhkan dalam proses intraseluler meliputi detoksifikasi komponen elektrofilik. Reduksi dan isomerasi. Mycothiol juga bereaksi dengan Nitrit Oxida membentuk MSNO. Dengan bantuan enzim MSNO reductase maka dibentuk suatu senyawa sulfinamide MSNOH2 yang tidak lagi toksik bagi bakteri. (Miller et al, 2007) Proses-proses ini merupakan proses yang penting bagi mycobacteria sebagai upaya untuk melindung diri dari proses digesti oleh sel-sel pertahanan pada host misalnya makrofag. (Norin et al, 1997) Fungsi mycothiol yang kedua yakni sebagai substansi pertumbuhan. Mycothiol (MSH) merupakan coenzym bagi enzym maleylpyurvate isomerase yang akan mengkatalis maleypyruvate menjadi fumarylpyruvate, selanjutnya akan dihidrolisis menjadi fumarat dan pyruvate yang penting dalam proses pembentukan energi dan pertumbuhan bakteri. Hal ini telah diujikan secara laboratorium dengan menggunakan mycobacterium mutan MshA dan MshC dan C. glutamicum yang telah di mutasi delesi gen mshC dan mshD didapatkan gambaran hambatan pertumbuhan (Feng et al, 2006). Mycobacterium juga memiliki jalur lain yang berperan dalam mensintesis fumarylpiruvate yakni dengan bantuan enzim thiol dependent maleylpyruvate isomerase (Newton et al,

2008). Enzim yang bergantung pada thiol ini juga dapat digunakan sebagai target terapi terbaru. Mycothiol juga menyebabkan penurunan sentifitas terhadap beberapa antibiotik. Pada bakteri yang telah dimutasi gen MshA didapatkan sensitivitas terhadap rifampin 10 kali lebih tinggi dan 20 kali lebih sensitif terhadap erithromycin. Artinya dengan adanya mycothiol dalam jumlah normal pada bakteri maka bakteri akan 10 kali lebih resisten terhadap rifampin dan 20 kali lebih resisten terhadap erythromicin (Rawat et al, 2007) Namun hal yang sebaliknya terjadi pada percobaan dengan menggunakan isoniazid dan ethionamide. Terdapat peningkatan resistensi terhadap isoniazid sebesar 25 kali pada bakteri yang telah dimutasi gen Msh nya. (Newton et al, 1999) dan pada Mycobacterium tuberculosis yang sudah dimutasi gen MshB terdapat peningkatan resistensi terhadap ethionamide sebesar 6 kali lipat. (Rawat et al, 2003) Isoniazid dan ethionamide merupakan obat yang diaktifkan intra seluler (Baulard et al, 2000) dan dapat disimpulkan bahwa Mycothiol diduga berperan dalam pengaktifan obat ini secara intraseluler (Newton et al, 2008). Artinya dengan penambahan inhibitor sintesis mycothiol maka akan berdampak kepada peningkatan sensitifitas beberapa antibiotik walaupun ada beberapa antibiotik yang malah semakin resisten

Gambar 3. Jalur Sintesis Asam Lemak, Biosintesis dan Metabolisme Mycothiol

Potensi Kerja Ekstrak Allicin dan Kalsium Sebagai Terapi Tuberkulosis. Allicin banyak ditemukan dalam Allium sativum atau bawang putih (Eren et al, 1985) yang merupakan salah satu rempah rempah yang sering digunakan dalam kehidupan sehari hari. Bawang putih tumbuh baik pada berbagai variasi ketinggian mulai 200-1200 meter diatas permukaan laut dengan curah hujan 100 mm-1200mm/tahun. Kondisi ini sangat cocok dengan iklim di Indonesia. Allium sativum merupakan tanaman umbi berlapis dengan ketinggian tanaman mencapa 30-75 cm dengan akar serabut dan daun menyerupai helai pita. Allicin Menghambat Sintesis Acetyl Coa Mycobacterium Allicin bekerja dengan menghambat enzim acetyl-CoA synthetase bahkan dapat menghambat acetate kinase dan phospotransacetylase yang merupakan enzim yang sangat berperan dalam pembentukan acetyl-coA pada bakteri. (Focke et al, 1990)

Gambar 4. Allicin dan struktur kimianya. Dengan adanya efek inhibisi pada sintesis acetyl CoA terutama pada enzim acetyl CoA synthetase maka akan berpengaruh kepada banyak aspek metabolisme yang penting bagi Mycobacterium tuberculosis yakni terganggunya sintesis asam mikolik. Asam mikolik dibentuk dari acetyl CoA yang selanjutnya akan dimetabolisme oleh sistem Fatty acid synthetase I. (Takayama et al 2005. Raman et al. 2005) Dengan adanya penurunan jumlah acetyl CoA maka hal ini juga akan berpengaruh terhadap pembentukan asam mikolik sebagai lipid utama pembentuk dinding sel Mycobacterium tuberculosis. Selain itu proses yang akan terganggu berikutnya adalah sintesis cord factor atau trehalose dimycolate yang bahan utamanya adalah acetyl CoA. (Kilburn, 1982 Katti et al, 2003. Todar, 2011) Didalam sel, hambatan pembentukan acetyl coA juga akan memberikan dampak terhadap kinerja enzim MshD dimana menurut Koledin (2002) acetyl CoA merupakan cofactor enzim tersebut. Enzim Msh D merupakan enzim yang berfungsi untuk mengasetilasi grup cystein pada prekursor mycothiol (Sareen et al, 2002), tanpa kinerja maksimal dari enzim MshD maka tidak terbentuk asetilasi grup cystein secara sempurna sehingga mycothiol tidak akan terbentuk dengan sempurna. Allicin Menghambat Enzim yang Bersifat Thiol-Dependent Allicin merupakan suatu disulfida yang dapat bereaksi dengan residu sulfhydril pada berbagai macam protein sehingga allicin merupakan substansi yang mampu mempengaruhi kinerja enzim yang bergantung kepada thiol. (Koch et al, 1996, Ankri, 1999) Dengan sifat seperti ini maka allicin dapat bereaksi dengan enzim yang sifatnya thiol dependent. Pada metabolisme mycothiol, enzim

thiol dependent maleylpyruvate isomerase yang berfungsi untuk mengisomerasi maleylpyruvate menjadi fumarylpyruvate pada saat kadar Mycothiol bakteri tidak optimal (Newton et al, 2008) akan di inhibisi oleh Allicin sehingga isomerasi maleylpyruvate menjadi fumarylpyruvate terganggu. Hal ini menyebabkan berkurangnya substansi pyruvate yang esential yang bisa diperoleh dari hidrolisis fumarylpyruvate Sehingga akan sangat berdampak pada pertumbuhan bakteri karena pyurvate merupakan substansi utama untuk masuk ke siklus kreb dalam proses pembentukan energi bakteri. (Newton et al, 2008).. Bukan hanya enzim maleylpyurvate isomerase yang bisa dihambat oleh allicin, Enzim MTR atau mycothione reductase yang berfungsi untuk mengembalikan mychotione menjadi mycothiol dengan bantuan NADH (Newton et al, 2008) juga mampu diinhibisi oleh allicin sebagai senyawa disulfida. Newton (2008) membuktikan bahwa enzim ini dapat di inhibisi secara kompetitif oleh senyawa dengan ikatan disulfida. Dengan adanya inhibisi pada enzim Mycothione reductase maka reaksi kesetimbangan antara mycothione dengan mycothiol tidak tercapai dan akhirnya dapat mengurangi kadar mycothiol intraseluler bakteri.

Gambar 5. Mekanisme kerja allicin (X) dan Kalsium (o) dalam menghambat jalur sintesis asam lemak dan mycothiol.

Allicin Menghambat Produksi Cystein Allicin juga terbukti dapat menghambat kinerja enzim golongan cystein protease yakni enzim yang menyebabkan terjadinya penguraian cystein dari rantai polipeptida (Waag et al, 2010) Inhibisi ini mengakibatkan penguraian cystein dari rantai polipeptida akan terhambat. Berkurangnya suplai cystein sendiri akan menghambat proses pembentukan mycothiol karena cystein merupakan bagian penting dari mycothiol. Supplementasi Kalsium Mampu Menghambat Enzim MshB MshB merupakan enzim yang membutuhkan logam sebagai kofaktornya. Bentuk asli dari enzim ini berinti zinc dan telah dikonfirmasi dengan scanning XRay Flouresens dan koordinasi geometrinya ditentukan dengan crystallography. Enzim ini dapat diaktifkan dengan Zn2, Ni2, Mn2, dan Co2 tapi tidak dapat diaktifkan dengan Ca2 atau Mg2 (Maynes et al, 2003).Penambahan kalsium pada ekstrak allicin juga akan menghambat kinerja enzim MshB sehingga pembentukan mycothiol akan semakin terhambat. Pihak-Pihak yang Terkait dengan Implementasi Gagasan Dengan adanya gagasan ini diharapkan kalangan dokter dan farmasis dapat memiliki gambaran mengenai bagaimana implementasi terapi kedepannya. Dokter dan farmasis diharapkan dapat melakukan studi lebih lanjut mengenai efektifitas terapi dengan menggunakan allium sativum dan kalsium ini, Para farmasis diharapkan mampu untuk menyempurnakan gagasan ini terutama dalam hal-hal yang menyangkut farmakologi dari sediaan ini misalnya bioavailabilitas, bentuk pemberian yang efektif serta dosis aman daripada terapi terbaru ini sebab hasil penelitian saat ini rata-rata bersifat in vitro atau berdasarkan pada hasil eksperimen laboratorium semata.Bagi pihak-pihak yang bekerja di bidang industri farmasi, pemanfaatan bawang putih dan kombinasi dengan mineral seperti kalsium sebagai terapi tuberkulosis terbaru tentunya akan menggerakkan perekonomian petani terutama petani bawang putih dan para pengekstrak mineral kalsium misalnya pengolah batu kapur (CaCO3). Selain itu diharapkan juga dengan adanya penemuan terapi berdasarkan tanaman herbal maka pihak industri farmasi mampu menggerakkan industri farmasi yang bersifat fitofarmakologi yang saat ini menjadi salah satu terapi pilihan dalam menangani penyakit.Diluar aspek kesehatan hal ini akan mendorong pertumbuhan pertanian bawang putih terlebih lagi bahwa setiap kandungan aktif dari bawang putih tergolong berbeda bergantung pada negara produsennya (Hannan et al, 2011) sehingga bila nantinya bawang putih yang ditanam di Indonesia telah terbukti memiliki potensi terapoetik yang besar, keberhasilan ekonomi tentunya akan menjadi hasil yang dapat diprediksikan. Metode Ekstraksi Bawang Putih dan Kombinasi dengan Kalsium . Metode ekstraksi lain yang dapat diimplementasikan adalah metode dari Lagnado (2001) yang diaplikasikan oleh Yuniastuti pada tahun 2006

Teknik Persiapan Substansi : 1. Bawang Putih sebanyak 100 gram dicuci dan dan dikupas 2. Bawang Putih dihancurkan dengan menggunakan lumpang porselein 3. Bawang Putih yang sudah dihancurkan kemudian direndam dalam 200 mL etanol, diaduk dan diendapkan selama 24 jam 4. Kemudian campuran bawang putih dan etanol tersebut didekantasi hingga dihasilkan ekstrak dan residu. Hasil analisis spektrofotometeri hasil ekstraksi metode Lagnado yang dilakukan oleh Yuniastuti (2006) menunjukkan bahwa didalam ekstrak ini terdapat senyawa diallyl disulfida (C6H10S2) atau allicin dan allyl sulfida (C6H10S). Kadar yang ada didalamnya dapat dihitung dengan menggunakan hasil absorban gugus-gugus fungsi yang ada didalamnya. Allicin mempunyai gugus disulfida (S-S) pada struktur kimianya yang membedakannya dengan senyawa lainnya, maka untuk mengidentifikasi allicin yang perlu kita perhatikan adalah hasil absorban dari gugus disulfida pada tabel berikut. Analisis spektrofotometri menggunakan 10 ml ekstrak dari total 200 ml campuran (5% dari campuran total). Tabel 1. Nilai Absorban Subtansi dalam Ekstrak Bawang Putih (Yuniastuti,2006) No Bilangan gelombang (1/cm) 1 408.9 2 879.5 3 948.9 4 1049.2 1087.8 5 1130.2 1161.1 6 1307.6 7 1380.9 1458.1 8 1647.1 9 2129.3 10 2665.4 11 2900.7 12 2935.5 2974.0 13 3421.5 Intensitas % 0,328 40,356 37,363 36,213 43,668 42,164 44,746 46,535 41,377 46,864 31,816 63,613 64,634 41,493 39,806 29,180 10,765 Jenis gugus Fungsi S-S (disulfida) C-S Alkena tekuk C=C C-C S-H sulfonamida S-H -CH3 Tekuk C=C S-H Aldehid C-H C-H alkana ulur Ikatan Hidrogen

Artinya dalam setiap 100 gram bawang putih menurut metode ekstraksi ini terdapat 0.328% allicin atau sekitar 0.328 gram atau 328 mg allicin. (Yuniastuti, 2006). Metode ekstraksi lainnya dapat menggunakan metode yang dilakukan oleh Abdul Hanan dari University Of Health Science Lahore Pakistan. Bawang putih dicincang dan diproses hingga menjadi bubuk dan selanjutnya direndam dengan menggunakan ethanol 70% selama satu minggu. Selanjutnya diiltrasi dengan menggunakan kertas filter Whatman nomor satu dengan diameter filtrasi 0.45 m dan selanjutnya dievaporasi sehingga dihasilkan suatu senyawa berwarna coklat dengan bau yang tajam. Kadar yang efektif adalah 3 mg/ml untuk mencapai efek

inhibisi pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis minimum (Hannan et al, 2011) Metode ini hanya berbeda pada lama perendaman bawang putih dengan etanol. Bila kadar efektifitas ekstrak bawang putih sebagai dosis terapi adalah 3 mg (Hannan et al 2011), maka hanya dibutuhkan sekitar 1 gram bawang putih sebagai bahan pengobatan tuberkulosis. Akan tetapi efek inhibisi pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis ini merupakan hasil yang diperoleh secara in vitro (Hannan et al, 2011) sehingga perlu studi lebih lanjut mengenai efek ekstrak bawang putih ini untuk mengobati tuberkulosis secara in vivo. Kalsium merupakan substansi tambahan yang dibutuhkan dalam ekstrak bawang putih untuk memberikan efek sinergis dalam menghambat sintesis mycothiol melalui inaktivasi enzim MshB (Maynes et al, 2003) Kalsium dapat dperoleh dari batu kapur (CaCO3). Proses ekstraksi dapat dilakukan secara sederhana dengan mereaksikan batu kapur dengan asam klorida (HCl) sehingga dibentuk kalsium klorida melalui reaksi CaCO3 + 2HCl CaCl2 + H2O + CO2. Kalsium Klorida yang terbentuk dapat di elektrolisis sehingga menghasilkan kalsium. Rekasi yang terjadi pada Katoda adalah Ca2+ + 2 elektron Kalsium dan pada Anoda 2Cl- Cl2 + 2 elektron. (Melani, 2009). Belum ada referensi yang jelas mengenai berapa kadar yang dibutuhkan agar kalsium dapat menyebabkan efek inaktivasi enzim MshB. Mengenai sediaan, kalsium dan ekstrak bawang putih perlu dikemas dalam satu bentuk kapsul karena ekstrak bawang putih memiliki rasa dan bau yang tajam. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai efektifitas pemberian ekstrak bawang putih dan kalsium terutama mengenai bentuk pemberian, aspek farmakologi, dan dari aspek non medis lainnya misalnya aspek ekonomi meliputi analisis nilai ekonomis dan implikasinya pada pertumbuhan ekonomi masyarakat Indonesia.

KESIMPULAN Gagasan yang Diajukan Allicin yang diekstrak dari Allium sativum dikombinasikan dengan kalsium dapat menjadi terapi terbaru dalam penanganan tuberkulosis dengan jalan menghambat sintesis asam lemak yang penting untuk pembentukan asam mikolik dan trehalose dimycolate, salah satu unsur dinding sel Mycobacterium tuberculosis, serta menghambat sintesis mycothiol, salah satu zat intraseluler yang sangat penting bagi Mycobacterium tuberculosis terutama dalam hal detoksifikasi radikal bebas, agen pertumbuhan dan resistensi bakteri terhadap antibiotik Teknik Implementasi Gagasan Allicin dapat diperoleh dari bawang putih dengan cara merendam hasil penggilasan bawang putih dengan etanol dan dimurnikan kembali dengan menggunakan evaporator. Sedangkan kalsium dapat diperoleh dari sumber alam seperti batu kapur dan diekstrak dengan bantuan asam klorida dan dielektrolis. Hasil ekstrak dapat dikombinasikan dengan kalsium dan dikemas dalam bentuk kapsul karena bau ekstrak bawang putih yang tergolong tajam.

Prediksi, Dampak dan Implementasi Gagasan Dengan adanya pemaparan gagasan ini, diharapkan akan tercetus model penelitian terbaru yang meneliti tentang efektifitas penggunaan allicin dan kalsium sebagai terapi terbaru tuberkulosis yang murah dan ampuh. Pengembangan industri fitofarmakologi juga diharapkan akan terus digalakkan seiring dengan berkembangnya terapi pengobatan herbal untuk penyakit yang secara epidemiologi sangat perlu untuk diberantas.

DAFTAR PUSTAKA

Agarwal R, Malhotra P, Awasthi A, Kakkar N, Gupta D. 2005. Tuberculous dilated cardiomyopathy: an under-recognized entity?. BMC Infect Dis 5 (1): 29 Ankri S, Mirelman D. 1999. Antimicrobial properties of allicin from garlic. Microbes Infect. 1999 Feb;1(2):125-9. Baulard, A. R., J. C. Betts, J. Engohang-Ndong, S. Quan, R. A. McAdam,P. J. Brennan, C. Locht, and G. S. Besra. 2000. Activation of the pro-drug ethionamide is regulated in mycobacteria. J. Biol. Chem. 275:2832628331. Buchemeier, N. A., G. L. Newton, T. Koledin, and R. C. Fahey. 2003. Association of mycothiol with protection of Mycobacterium tuberculosis from toxic Oxidants and antibiotics. Mol. Microbiol. 47:17231732. Cole E, Cook C 1998. Characterization of infectious aerosols in health care facilities: an aid to effective engineering controls and preventive strategies. Am J Infect Control 26 (4): 45364. Eric B. 1985. The chemistry of garlic and onions. Scientific American 252 (March): 1149. Feng, J., Y. Che, J. Milse, Y. J. Yin, L. Liu, C. Ruckert, X. H. Shen, S. W. Qi, J. Kalinowski, and S. J. Liu. 2006. The gene ncgl2918 encodes a novel maleylpyruvate isomerase that needs mycothiol as cofactor and links mycothiol biosynthesis and gentisate assimilation in Corynebacterium glutamicum. J. Biol. Chem. 281:1077810785. Focke M. Feld A, Lichtenthaler K. 1990 Allicin, a naturally occurring antibiotic from garlic, specifically inhibits acetyl-CoA synthetase.261(1):106-8. Griffith D, Kerr C. 1996. "Tuberkulosis: disease of the past, disease of the present". J Perianesth Nurs 11 (4): 2405. Hannan A, Ikramullah M, Usman M, Hussain S, Absar M, Javed K. 2011. AntiMycobacterial Activity Of Garlic (Allium Sativum) Against Multi-Drug Resistant And Non-Multi-Drug Resistant Mycobacterium tuberculosis. Pak. J. Pharm. Sci., Vol.24, No.1, January 2011, pp.81-85 Katti MK, Hunter RL, Jagannath C 2003. Trehalose Dimycolate (Cord Factor) from Mycobacterium tuberculosis Modulates Macrophage Function through Activation of Focal Adhesion Kinase.Abstr Intersci Conf Antimicrob Agents Sep 14-17; 43. Kilburn, James O., Takayama, Kuni., Amstrong, Emma Lee. 1982. Synthesis of trehalose dimycolate (cord factor) by a cell-free system of M smegmatis

Biochemical and Biophysical Research Communications Volume 108, Issue 1, 16 September 1982, Pages 132-139 Koch HP, Lawson LD 1996. Garlic: The Science and Therapeutic Application of Allium sativum L. Vol. 1. Williams and Wilkins; Baltimore p. 233. Koledin, T., G. L. Newton, and R. C. Fahey. 2002. Identification of the mycothiol synthase gene (mshD) encoding the acetyltransferase producing mycothiol in actinomycetes. Arch. Microbiol. 178:331337. Lim SA. 2006. Ethambutol-associated optic neuropathy. Ann. Acad. Med. Singap. 35 (4): 2748. Maynes, J. T., C. Garen, M. M. Cherney, G. L. Newton, D. Arad, Y. Av-Gay, R. C. Fahey, and M. N. James. 2003. The crystal tructure of 1-D-myoinosityl 2acetamido-2-deoxy-alpha-D-glucopyranoside deacetylase (MshB) from Mycobacterium tuberculosis reveals a zinc hydrolase with a lactate dehydrogenase fold. J. Biol. Chem. 278:4716647170. Mdluli K, Spigelman M. 2006. Novel targets for tuberkulosis drug discovery. Curr Opin Pharmacol. 2006 Oct;6(5):459-67. Miller, C. C., M. Rawat, T. Johnson, and Y. Av-Gay. 2007. Innate protection of Mycobacterium smegmatis against the antimicrobial activity of nitric oxide is provided by mycothiol. Antimicrob. Agents Chemother. 51:33643366. Newton, G. L., and R. C. Fahey. 2002. Mycothiol biochemistry. Arch. Microbiol.178:388394. Newton, G. L., K. Arnold, M. S. Price, C. Sherrill, S. B. del Cardayre, Y. Aharonowitz, G. Cohen, J. Davies, R. C. Fahey, and C. Davis. 1996. Distribution of thiols in microorganisms: mycothiol is a major thiol in most actinomycetes. J. Bacteriol. 178:19901995. Newton, G. L., M. D. Unson, S. J. Anderberg, J. A. Aguilera, N. N. Oh, S. B.delCardayre, J. Davies, Y. Av-Gay, and R. C. Fahey. 1999. Characterization of a Mycobacterium smegmatis mutant defective in 1-D-myo-inosityl-2-amino-2deoxy-alpha-D-glucopyranoside and mycothiol biosynthesis. Biochem.Biophys. Res. Commun. 255:239244. Newton, G. L., M. D. Unson, S. J. Anderberg, J. A. Aguilera, N. N. Oh, S. B. delCardayre, J. Davies, Y. Av-Gay, and R. C. Fahey. 1999. Characterization of a Mycobacterium smegmatis mutant defective in 1-D-myo-inosityl-2-amino- 2deoxy-alpha-D-glucopyranoside and mycothiol biosynthesis. Biochem. Biophys. Res. Commun. 255:239244. Newton, G. L., P. Ta, and R. C. Fahey. 2007. Tuberkulosis: from lab research to field trials, abstr. 347. Abstr. Keystone Symp Newton, G. L., P. Ta, K. P. Bzymek, and R. C. Fahey. 2006. Biochemistry of the initial steps of mycothiol biosynthesis. J. Biol. Chem. 281:3391033920. Newton, Gerald L., Buchmeier, Nancy., Fahey. Robert. 2008. Biosynthesis and Functions of Mycothiol, the Unique Protective Thiol of Actinobacteria. Microbiology And Molecular Biology Reviews, Sept. 2008, p. 471 494 Vol. 72, No. 3 Norin, A., P. W. Van Ophem, S. R. Piersma, B. Persson, J. A. Duine, and H. Jornvall. 1997. Mycothiol-dependent formaldehyde dehydrogenase, a prokaryotic medium-chain dehydrogenase/reductase, phylogenetically links different eukaroytic alcohol dehydrogenasesprimary structure, conformational modelling and functional correlations. Eur. J. Biochem. 248:282289.

Nur Indri, Melani. 2009. Proses Ekstraksi Logam Alkali Tanah. Raman K, Rajagopalan P, Chandra N 2005 Flux Balance Analysis of Mycolic Acid Pathway: Targets for Anti-Tubercular Drugs. PLoS Computational Biology 1(5): 349:358 Rawat, M., C. Johnson, V. Cadiz, and Y. Av-Gay. 2007. Comparative analysis of mutants in the mycothiol biosynthesis pathway in Mycobacterium smegmatis. Biochem. Biophys. Res. Commun. 363:7176 Rawat, M., G. L. Newton, M. Ko, G. J. Martinez, R. C. Fahey, and Y.Av-Gay. 2002. Mycothiol-deficient Mycobacterium smegmatis mutants are hypersensitive to alkylating agents, free radicals and antibiotics. Antimicrob Agents Chemother. 46:33483355. Rawat, M., S. Kovacevic, H. Billman-Jacobe, and Y. Av-Gay. 2003. Inactivation of mshB, a key gene in the mycothiol biosynthesis pathway in Mycobacterium smegmatis. Microbiology 149:13411349. Sareen, D., M. Steffek, G. L. Newton, and R. C. Fahey. 2002. ATP-dependent Lcysteine:1D-myo-inosityl2-amino-2-deoxy-D-glucopyranoside ligase,mycothiol biosynthesis enzyme MshC, is related to class I cysteinyltRNAsynthetases. Biochemistry 41:68856890 Takayama,K., Wang, Cindy., Gurdyal S. Besra 2005. Pathway to Synthesis and Processing of Mycolic Acids in Mycobacterium tuberculosis. Clinical Microbiology Reviews, January 2005, p. 81-101, Todar, Kenneth. 2011. Textbook of bacteriology. Diakses dari halaman website http://www.textbookofbacteriology.net/tuberkulosis_2.html tanggal 21 Februari 2011 pukul 23.17 WITA. Waag T, Gelhaus C, Rath J, Stich A, Leippe M, Schirmeister T. Allicin and derivates are cysteine protease inhibitors with antiparasitic activity. Bioorg Med Chem Lett. 2010 Sep 15;20(18):5541-3. World Health Organization. 2009. World Report Tuberkulosis 2009-Indonesia Report. Geneva World Health Organization.2010. World Report Tuberkulosis 2010. Geneva World Health Organization.2010b. Multidrug and Extensive Drug Resisten Tuberkulosis, Global Plan Surveillance. Geneva. Yee D, Valiquette C, Pelletier M, Parisien I, Rocher I, Menzies D. 2003. Incidence Of Serious Side Effects From First Line Anti Tuberkulosis Drugs Among Patients Treated For Active Tuberkulosis. Am J Respir Crit Care Med 2003:167:1472-1477. Yuniastuti, Katrina. 2006 Ekstraksi Dan Identifikasi Komponen Sulfida Pada Bawang Putih ( Allium Sativum ). Universitas Negeri Semarang. Semarang

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Tempat Tanggal Lahir Angkatan Karya-karya Ilmiah yang pernah dibuat

: Bumi Zulheri Herman : Ujung Pandang, 6 Juli 1991 ; 2008 :

Perbandingan Efektifitas Ekstrak Aloe Vera, Ekstrak Morinda citrifolia dengan Metformin dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah (2009) Potensi Niacinamida dalam Mereduksi Hiperpigmentasi Kulit (2008) Analisis Fungsi Potensi Hutan Lindung Sungai Wain sebagai Hutan Lindung Primer dan Ruang Terbuka Hijau di Kota Balikpapan (2006) :

Penghargaan yang pernah diperoleh

Juara Tiga Lomba Karya Tulis Ilmiah Lingkungan Kota Balikpapan 2006.

Nama Tempat Tanggal Lahir Angkatan Karya-karya Ilmiah yang pernah dibuat Penghargaan yang pernah diperoleh

: Ibnu Hidayat : Ujung Pandang, 7 Agustus 1991 : 2010 : :

Вам также может понравиться