Вы находитесь на странице: 1из 10

KONFLIK PSSI VS PSSI KPSI

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN PENYEBAB KONFLIK.. AKIBAT DARI KONFLIK SOLUSI KONFLIK . 1-2 3 4 5-7

PENDAHULUAN

PSSI adalah Organisasi Sepakbola yang diakui FIFA dan AFC. Atas dasar pengakuan tersebut maka kompetisi-kompetisi yang dibuat oleh FIFA dan AFC hanya berhak diikuti oleh Timnas yang dibentuk PSSI dan Klub-klub yang bernaung di bawah PSSI. Sudah jelas dan tak dapat digugat lagi. Pada tahun 2011 FIFA dan AFC melakukan pembenahan kompetisi profesional Indonesia. FIFA, AFC dan PSSI kemudian melakukan verifikasi klub-klub peserta yang akan melakukan kompetisi profesional Indonesia. Kemudian setelah dilakukan verivikasi akhirnya PSSI memutuskan 24 klub yang berhak mengikuti kompetisi profesional tertinggi yang diberi nama IPL. Keputusan PSSI kemudian ditolak oleh 12 klub dan empat orang anggota komite eksekutif PSSI yang kemudian membentuk kompetisi baru ISL dan KPSI. Alasan penolakan antara lain karena 1) PSSI menunjuk konsorsium baru pelaksana kompetisi yaitu PT Liga Prima Sportindo, padahal pada era Nurdin Halid kompetisi dikelola oleh PT Liga Indonesia, 2) Jumlah peserta klub kompetisi yang sangat besar yaitu 24 klub yang dinilai akan memberatkan klub saat kompetisi berlangsung nanti apalagi tidak diizinkan lagi menggunakan dana APBD, dan 3) Adanya 6 klub yang langsung masuk Liga tertinggi tanpa pernah mengikuti kompetisi PSSI tahun sebelumnya (Era Nurdin Halid) Setahun berlalu dengan adanya dualisme kompetisi dan organisasi sepakbola Nasional ini iklim persepakbolaan Nasional menjadi tidak menentu. Pembentukan Timnas untuk mengikuti agenda FIFA dan AFC tidak bisa diikuti oleh seluruh pemain terbaik Indonesia karena mendapat halangan dari Klub ISL dan KPSI, akibatnya prestasi Timnas tidak mengalami perbaikan. Namun walau begitu, talenta-talenta muda muncul dan menjadi idola baru sepakbola nasional begitu juga dengan pengembangan bibit muda dan usia dini persebakbolaan nasional dinilai mengalami kenaikan signifikan.FIFA dan AFC menaruh perhatian besar terhadap kisruh sepakbola Indonesia tersebut. AFC kemudian melakukan mediasi agar terjadi rekonsiliasi antara PSSI, ISL dan KPSI yang kemudian disepakati suatu Memorandum of Understanding (MoU) yang salah satu isinya ialah perintah membentuk Panitia Bersama (Joint Committee). JC ini beranggotakan dari kedua belah pihak yaitu PSSI dan ISL/ KPSI untuk merancang konsep penyelesaian kekisruhan dan penyatuan sepakbola nasional Indonesia.Sembari proses penyelesaian berlangsung masing-masing baik PSSI dan ISL/KPSI dilarang untuk mengulirkan kompetisi baru. Mengenai Timnas dan klub yang akan mengikuti agenda FIFA dan AFC masih menjadi hak PSSI yang diakui FIFA dan AFC. Namun yang terjadi dilapangan KPSI juga membuat Timnas dengan menunjuk Opa Riedl sebagai pelatih yang diberi

2
nama The Real Garuda, kemudian mereka juga berencana akan segera mengulir kompetisi ISL baru pada november 2012 dengan alasan PSSI tidak serius menyelesaikan kisruh. KPSI malah semakin menjadi-jadi dengan mempengaruhi PON Riau dicabang sepakbola. Ketika PSSI menarik perangkat pertandingannya di PON karena panitia PON mengikutsertakan Peserta yang tak diakui PSSI, Tim KPSI langsung menggantikan perangkat pertandingan tersebut. Bahkan, Menteri Olahraga dan KONI pun latah mengakui KPSI dengan alasan AFC telah mengakui KPSI karena diikutkan dalam penandatanganan MoU penyelesaian kisruh Sepakbola Nasional. Padahal sudah jelas yang diakui oleh FIFA dan AFC hanya PSSI sedang ISL/KPSI dalam kasus tersebut sebagai pihak yang diundang dan disertakan oleh Tim AFC untuk penyelesaian kisruh Sepakbola Indonesia. Apakah FIFA dan AFC akan menghukum Indonesia seperti harapan ISL dan KPSI setelah melakukan supervisi nanti? Entahlah. Kalau sampai itu terjadi maka kita rakyat Indonesia sudah tahu bahwa penyebab sangsi tersebut adalah ISL dan KPSI yang tidak punya itikad baik untuk menyelesaikan konflik dengan cerdas dan mulia. PSSI dalam hal ini sudah melakukan tindakan benar bahkan beritikad baik menyambut saudaranya ISL/KPSI dalam perundingan dan menandatangani MoU.

PEMICU/PENYEBAB KONFLIK

Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) mengaku sama sekali tidak menginginkan terjadinya konflik di tubuh PSSI. Konflik saat ini mereka sebut sebagai dampak dari sikap arogan PSSI dalam memutar roda organisasi. Ketua KPSI, Tonny Aprilani mengatakan, sejak awal pihaknya sudah mengingatkan Ketua PSSI, Djohar Arifin Husin, agar mengutamaka dialog dengan semua insan sepak bola. Kalaupun ingin mengganti sistem dan aturan kompetisi, Djohar diminta untuk mempertimbangkan aspirasi insan sepak bola, bukan justru kepentingan perorangan. "Sejak awal saya mengatakan, polemik seperti ini sebenarnya tidak perlu terjadi. PSSI bisa lancar, hanya cukup jalan sesai aturan, maka sepak bola Indonesia pasti akan normal-normal saja," kata Tonny saat berbincang dengan Republika di kantor KPSI kemarin. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Kepengurusan Djohar dianggap menabrak aturan yang dibuat dalam Kongres PSSI dengan semena-mena. Toni merujuk aksi Djohar cs mengubah keputusan yang pernah dibuat Komite Eksekutif (Exco) PSSI soal penetapan Liga Super Indonesia (LSI) dan PT Liga Indonesia sebagai kompetisi serta pengelola kompetisi yang sah. Keputusan ini diperparah dengan penunjukan PT Liga Prima Indonesia Sportindo untuk mengelola kompetisi kasta tertinggi dengan nama Liga Prima Indonesia (LPI). Semua paham jika keputusan ini untuk mengakomodasi pengelola dan klub-klub peserta Liga Primer Indonesia yang hanya berjalan setengah musim. PSSI mengeluarkan keputusan ini sepekan setelah penetapan awal tentang LSI dibuat. "Harusnya kalau memang mau seperti itu Djohar menggelar Kongres tahunan. Bukan justru lewat forum exco," kata Tonny. Situasi soal pergantian LSI dan PT Liga, berbanding terbalik dengan kasus Persija. Jika saat membahas kompetisi, Djohar cs sampai perlu menggelar dua kali rapat demi "menggolkan" LPI, maka untuk kasus dualisme Persija, PSSI ngotot hanya butuh satu pertemuan yang akhirnya memenangkan kubu Persija Bambang Sucipto. Walhasil skuat Persija yang diakui PSSI kini dihuni oleh mayoritas tim dan manajemen Jakarta FC, salah satu klub yang sebelumnya mentas di Liga Primer Indonesia. "Dari keganjilan-keganjilan itu wajar jika kemudian para anggota PSSI protes," ujar Toni. Namun karena protes itu tidak mendapat respons dari PSSI, akhirnya mosi tidak percaya dilayangkan pada PSSI. "Anggota pun membentuk lembaga adhoc yaitu KPSI yang bertugas untuk melaksanakan tugas dan fungsi PSSI sebelum digelarnya KLB." tandasnya. Dalam sejumlah kesempatan, pengurus PSSI berkilah pergantian format liga dikarenakan kegagalan PT Liga dalam membuat laporan pertanggungjawaban keuangan pada PSSI. Menurut PSSI, hingga batas waktu yang ditetapkan pada September 2011, tidak ada itikad baik dari PT Liga untuk berkoordinasi langsung dengan PSSI.

AKIBAT KONFLIK PSSI VS KPSI

Konflik yang berkepanjangan akhir akhir ini di kubu PSSI versi djohar arifin dan PSSI KPSI hasil KLB ancol VERSI la nyala mataliti menimbulkan dampak yang amat merugikan bagi persepak bolaan nasional yang lebih parah adalah kekalahan terbesar selama sepak bola Indonesia ada yaitu kalah oleh BAHRAIN 10-0 yang level sepak bolanya di bawah Negara Negara asia yang menjadi unggulan seperti jepang dan korsel itu adalah hal yang sangat memalukan menjatuhkan harga diri persepak bolaan Indonesia hal itu tak lepas dari dampak dualisme pssi karna timnas yang dikirim untuk melawan Bahrain adalah timnas yang jam terbangnnya masih rendah, hal itu adalah salah satu contoh dampak negative konflik ini dan berikut dampak dampak lainya: Peringkat sepak bola di fifa terjun bebas ke peringkat 168 di bawah Malaysia Pemain pemain dari liga super Indonesia tidak bias memperkuat timnas pssi versi kpsi Turunnya mental juara pemain pemain sepak bola Indonesia dikarnakan konflik Kesulitan pesepak bola lsi untuk memperkuat timnas lpi

Dan masih banyak dampak dampak lainya yang tidak dapat disebutkan

SOLUSI MEMECAHKAN KONFLIK 5


Menurut pendapat saya, pada prinsipnya ada 4 hal yang dapat menyelesaikan konflik PSSI 2012 dan menjadi solusi bagi bangsa Indonesia dengan mewujudkan prestasi sepakbola Indonesia dalam waktu singkat. 1. Djohar harus mengundurkan diri atau diberhentikan. Beliau sebagai pemimpin PSSI Legal harus bertanggung-jawab atas kekacauan yang terjadi dan sabotase atas sepakbola Indonesia di kancah Internasional yang merusak nama baik bangsa. Mengapa Djohar harus turun? Salam 10-0 http://olahraga.kompasiana.com/bola/2012/03/30/mengapa-djohar-harus-turun/ Hal ini sejalan dengan ajaran para pendahulu PSSI yang amanah dan kita hormati: Ali Sadikin, Azwar Anas, Badarsono, Syarnoebi Said. Sebagai Ketua Umum PSSI saya tidak bisa mempertanggungjawabkan perbuatan mereka kepada publik, baik di Indonesia maupun di luar Indonesia. Tapi juga saya tidak ingin melemparkan tanggung jawab kepada pihak lain. Jalan terakhir hanya mundur secara kesatria dan itulah yang saya lakukan, kata Azwar Anas di ruang tunggu Bandara Soekarno-Hatta, 1998. Sayalah yang bertanggung jawab atas semua kegagalan itu, bukan orang lain. Pernyataan Ali Sadikin di Kongres Ke-27 PSSI, Desember 1981 Saya yakin seyakin-yakinnya, masih ada tokoh-tokoh sepak bola Indonesia yang lebih baik yang mampu membawa sepak bola ke arah lebih baik, tulis Syarnoebi dalam surat pengunduran dirinya (Kompas, 11/6/1983). 2. Ada 2 alternatif kerangka kerja rekonsiliasi PSSI: - PSSI Legal mengadakan KLB, mengangkat Ketua PSSI baru dengan mandat penuh melakukan rekonsiliasi PSSI. Ketua PSSI berwenang membuat kebijakan apapun, yang akan di-sahkan pada suatu KLB Rekonsiliasi. - Pemerintah melakukan intervensi membubarkan PSSI, dan membentuk Tim Normalisasi PSSI, dengan mandat penuh melakukan rekonsiliasi, dan membuat kebijakan apapun, yang akan disahkan pada suatu KLB Rekonsiliasi. Indonesia dapat dikenai sangsi FIFA, dan tidak aktif dalam persepakbolaan internasional sementara waktu. Pemulihan ditargetkan dapat dilakukan dalam 6 bulan. 3. Menggunakan kerangka kerja manapun, perlu dilaksanakan prinsip-prinsip berikut:

6
- Baik Ketua PSSI Legal (pengganti Djohar) maupun Ketua PSSI Tandingan (LNM), harus minta maaf kepada bangsa Indonesia karena sudah terlibat dalam pertikaian yang mengakibatkan kehancuran prestasi sepak bola nasional. - Melaksanakan suatu KLB Rekonsiliasi yang didahului oleh Proses Rekonsiliasi dimana seluruh keputusan KLB sudah disepakati oleh para stakeholder PSSI. - Membatalkan semua pemecatan dan semua sanksi kepada perorangan maupun klub. Kecuali sanksi FIFA untuk Nurdin Halid agar tidak terlibat dalam PSSI, dan sanksi penurunan Djohar jika beliau menolak mengundurkan diri. - Mengakui, menghargai, dan mengakomodasi kepentingan stakeholder PSSI: semua klub sepakbola dan keluarga besarnya, penyelenggara kompetisi dan keluarga besarnya (LPI dan LSI), serta pihak yang berkontribusi besar. Yang dimaksud terakhir: NB, AP, serta Mr X dan Mr Y yang lebih jarang disebut tetapi juga memiliki kontribusi dan kepentingan besar pula. Mengakhiri dendam antara kelompok. - Memberi kesempatan kepada semua untuk menjadi pengurus PSSI, namun dengan himbauan agar person yang sebelumnya berkonflik tidak perlu menjabat kepengurusan PSSI. Tokoh partai perlu dihimbau untuk tidak menjadi pengurus PSSI. - Keanggotaan exco dibagi antara pihak PSSI lama dan PSSI KPSI. Djohar jika mengundurkan diri diminta menjabat sebagai anggota exco. Demi kepentingan nasional, LNM perlu legowo untuk tidak maju sebagai Ketua PSSI, tetapi kembali menjadi Exco. Nurdin Halid tidak boleh kembali dalam jajaran PSSI. - Roadmap penyatuan LPI dan LSI pada periode selanjutnya dengan kompetisi tingkat tertinggi antara 18 tim disusun bersama antara LPI dan LSI dengan mempertimbangkan kepentingan pemain dan klub, juga investor dan sponsor. Keamanan investasi pada PSSI termasuk komitmen sebelumnya dari PSSI NH, PSSI Legal, maupun PSSI Tandingan harus dijamin. - Dibentuk peraturan peralihan untuk penyelesaian masalah perpecahan klub, dengan prioritas penyatuan klub bila memungkinkan, jika tidak dilakukan pemisahan permanen. Misalnya dengan mengizinkan 2 klub dengan 1 stadion home. Diberi opsi merger antar klub, dan akuisisi klub. - Klub sepakbola yang mengikuti kompetisi tingkat tertinggi wajib bebas dari APBN / APBD. Dengan memungkinkan masa peralihan bagi Klub daerah yang merasa kesulitan. Aturan larangan penggunaan APBN / APBD ini perlu disesuaikan dengan kemampuan masing-masing daerah. Klub yang meminta dispensasi wajib membuat road-map menuju klub profesional. PSSI wajib membantu klub-klub untuk menjadi profesional, dengan memberikan bantuan teknis, SDM, prosedur, lobby sponsor, dsb.

4. Untuk mengharumkan nama bangsa, perlu diangkat pelatih Timnas PSSI yang memiliki track record mengagumkan.Pelatih baru Timnas PSSI harus diberikan kebebasan profesional membentuk timnas, dengan target prestasi. Selama target prestasi tercapai, pelatih Timnas PSSI tidak boleh diganggu, dan harus di fasilitasi. Paling sesuai untuk ini adalah Alfred Riedl dan Rahmad Dharmawan (jika mereka masih bekenan). Timo Schunemann sesuai dan perlu diperkuat untuk membentuk generasi baru sepakbola Indonesia yang unggul, juga satu saat perlu diberi kepercayaan melatih Timnas. Pengurus PSSI harus tunduk pada 3 orang ini selama target prestasi yang diberikan tercapai, maka PSSI akan maju. Jika target prestasi yang diberikan tidak tercapai, pelatih dapat dievaluasi.

Lalu siapa yang pantas menggantikan Djohar untuk melaksanakan agenda rekonsiliasi dan reformasi PSSI ? Siapa yang dapat menjadi juru selamat sepak bola Indonesia atas ancaman kehancuran total jangka panjang ?

Siapapun nanti orangnya yang harus kita lakukan sebagai rakyat Indonesia adalah terus mendukung,berdoa, untuk kemajuan sepak bola nasional bukan malah

MENCACI MAKI, dan

mendukung bila mana timnas kita bisa mengalahkan Negara Negara di piala AFF dengan skor skor besar tapi disaat timnas kita dalam kegagalan seperti sekarang malah di caci maki dan lebih suka untuk mendukung dan mengeluarkan uang banyak untuk sepak bola luar negri kita harus lebih mencintai sepak bola nasional untuk kemajuan sepak bola Indonesia di kancah internasional , aminnnnnnnn..

BRAVO SEPAK BOLA NASIONAL

Вам также может понравиться