Вы находитесь на странице: 1из 11

ARTIKEL

ANALISIS MARGIN PEMASARAN HASIL PERTANIAN CENGKIH DI DESA LALUMPE KECAMATAN KOMBI

Oleh : JERMIA POLAK 04 300 399

UNIVERSITAS NEGERI MANADO FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MANAJEMEN 2013


1

PENDAHULUAN Pembangunan dalam bidang ekonomi sasaran utamanya untuk mencapai keseimbangan antara pertanian dan industri, serta terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat dan usaha pembangunan tersebut dilaksanakan seirama dan serasi dengan kemajuan yang dicapai dalam bidang pembangunan lainnya. Melalui pengembangan disektor pertanian peningkatan penghasilan petani menuntut akan kemampuan mengelola terutama mengenai memasarkan hasil pertanian secara efektif dan efisien. Pemasaran hasil pertanian erat kaitannya dengan bagaimana menyalurkan hasil produksi pertanian sampai pada konsumen. Saluran distribusi yang terlalu panjang dalam produk pertanian seringkali membawa banyak kerugian, antara lain: (1) produk tersebut telah rusak ketika sampai ke tangan konsumen; (2) nilai jual produk sudah tidak sesuai degan yang seharusnya; (3) kesegaran dan rasa dari produk sudah berkurang sehingga tidak menarik lagi untuk dikonsumsi; (4) produk tersebut dapat saja berubah bentuk karena berbagai sebab di atas (Sudiono, 2004; 8). Salah satu produk pertanian adalah cengkih. Cengkih merupakan tanaman perkebunan yang dapat dipanen setiap tahun. Didesa Lalumpe Kecamatan Kombi sebagian besar penduduknya memiliki perkebunan cengkih. Tanaman ini terbukti cukup memberikan dsampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat Desa ini. Namun kontribusi komoditi pertanian ini belum memberikan dampak yang optimal pada perolehan pendapatan petani yang disebabkan oleh beberapa masalah, antara lain ; masih rendahnya akses petani terhadap pasar. Persoalan ini dapat terjadi karena rendahnya pengetahuan petani terhadap masalah pemasaran khususnya pada saluran pemasaran komoditi cengkih tersebut. Masalah saluran distribusi menyangkut panjang pendeknya saluran pemasaran yang digunakan oleh para petani dalam memasarkan cengkih hasil panen karena setiap saluran memiliki gejala yang berbeda. Pada saluran langsung petani dapat menghemat biaya distribusi namun kapasitas yang terjual kurang. Sementara pada saluran tidak langsung ada yang pendek dan panjang. Para petani mengalami masalah pada biaya penyaluran dan penetapan harga. Semakin panjang jalur distribusi maka biaya yang dikeluarkan sampai pada pasar sasaran cukup tinggi. Selanjutnya masalah harga dapat dilihat pada gejala dimana para petani melewati tengkulak dimana harga yang ditetapkan para tengkulak lebih rendah dari harga pasar sehingga pendapatan yang diterima para petani juga menjadi berkurang. Sementara sistem ijon yang umumnya digunakan di desa ini membuat petani kurang merasakan manfaat yang semestinya mereka terima pada saat musim panen. Sistem ijon, yaitu pembayaran sebelum masa panen tiba telah membuat sebagian petani sangat bergantung pada tengkulak. Gejala ini semakin memperbesar margin pemasaran yang tercipta sehingga harga untuk para petani menjadi rendah. Peran pemerintah semestinya dituntut untuk mampu memberikan perlindungan kepada petani dan akses yang lebih luas ke pasar. Sebab sistem ijonyangditerapkan menyebabkan ketidakseimbangan/gap antara harga di petani dan harga di pasar sebenarnya. Masalah lain yang dihadapi oleh petani cengkih adalah mereka tinggal agak jauh dari pusat kota,sehingga untuk memasarkan secara langsung diperlukan biaya transportasi yang cukup besar. Sedangkan yang menentukan harga adalah pembeli baik pedagang dari Manado maupun di sekitarnya. Sehingga petani selalu terkecoh dengan harga yang ditawarkan oleh para pembeli.
2

Berdasarkan uraian-uraian dari permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul : Analisis Margin Pemasaran Hasil Pertanian Cengkih Di Desa Lalumpe Kecamatan Kombi. Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan berbagai permasalahan yang dapat teridentifikasi dalam penelitian ini, sebagai berikut : 1. Lemahnnya posisi tawar petani karena besarnya margin Pemasaran antar jalur pemasaran 2. Sistem distribusi yang digunakan masih kurang efisien dan efektif 3. Lemahnya akses para petani ke pasar 4. Kurangnya pemahaman petani tentang pemasaran terutama yang berkaitan dengan saluran pemasaran produk pertanian. 5. Sistem pemasaran ijon yang merugikan petani Karena begitu luasnya permasalahan yang ada, maka masalah dalam penelitian ini hanya akan dibatasi pada: Analisis Saluran Pemasaran Hasil Pertanian Cengkih Di Desa Lalumpe Kecamatan Kombi. Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Berapa Besar Margin Pemasaran Hasil Pertanian Cengkih Di Desa Lalumpe Kecamatan Kombi? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Berapa Besar Margin Pemasaran Hasil Pertanian Cengkih Di Desa Lalumpe Kecamatan Kombi Peneitian ini pada dasarnya memiliki dua manfaat utama, yaitu: 1. Manfaat Teoritis. Sebagai bahan masukan yang berharga bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan terutama dalam bidang pemasaran produk-produk pertanian. 2. Manfaat praktis. Sebagai bahan masukan yang berharga bagi petani, di desa Lalumpe, pemerintah dan dunia usaha serta pihak-pihak terkait dalam rangka pengembangan pemasaran produk pertanian sehingga diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup petani melalui efektivitas dan efisiensi pada jalur distribusi produk pertanian cengkih. Pemasaran di dalam perusahaan merupakan suatu sistem yang tidak saja mengintegrasikan fungsi-fungsi pemasaran tetapi merupakan sentral kegiatan perusahaan yang berpusat pada upaya pemuasan stakeholders perusahaan. Pemasaran dalam konteks ini merupakan suatu proses yang harus mengintegrasikan semua fungsi dan departemen di dalam perusahaan.

Walters (Lubis, 2001; 2) mengemukakan bahwa saluran pemasaran adalah sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tersebut. Nitisemito dalam Lubis (2001; 2) mengemukakan bahwa saluran distribusai adalah lembaga-lembaga distributor atau lembagalembaga penyalur yang mempunyai kegiatan untuk menyalurkan barangbarang atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen. Assauri (2004, 212) yang dimaksud dengan saluran distribusi pemasaran adalah lembaga-lembaga yang memasarkan produk, yang berupa barang atau jasa dari produsen sampai ke konsumen. Selanjutnya ditambahkan bahwa lembaga saluran distribusi ini mulai berfungsi sejak produk dihasilkan sampai dikonsumsi oleh konsumen. kotler dan keller (2007:2) mengemukkakan bahwa pemasaran tidak hanya sampai dimana konsumen menghabiskan nilai guna suatu barang tetapi jauh sebelum proses produksi itu dimulai. Kotler dan Amstrong (2003; 5) mendefinisikan saluran pemasaran sebagai suatu perangkat organisasi yang saling tergantung dalam menyediakan satu produk atau jasa untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen atau pengguna bisnis. Kamus Lengkap Ekonomi Karangan Muda (2003; 230) bahwa pemasaran (marketing) adalah proses memindahkan barang dan jasa dari pemasok ke konsumen. Termasuk didalamnya perancangan dan proses pembuatan produk, pengembangan, pendistribusian dan promosi, serta analisa pasar yang sesuai. Chandra (2002; 1) menyatakan bahwa pemasaran dapat diartikan sebagai "proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan distribusi gagasan, barang dan jasa dalam rangka memuaskan tujuan individu dan organisasi". Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen akhir untuk suatu produk dengan harga yang diterima produsen untuk produk yang sama. Margin, biaya dan keuntungan pemasaran dihitung dengan rumus sebagai berikut: MPi = HJi HBi dimana: MPi = margin pemasaran pada tingkat pemasaran i (Rp/kg) HJi = harga jual pada tingkat pemasaran i (Rp/kg) HBi = harga beli pada tingkat pemasaran i (RP/kg) i = tingkat pemasaran (Sumber:http://ecokacrut.blogspot.com/2007/10/studipemasran.html). Produk pertanian merupakan suatu produk yang cukup luas yang meliputi berbagai lapangan usaha antara lain pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, kelautan, kehutanan. Permasalahan yang dihadapi dalam pemasaran produk pertanian yang banyak ditemukan di negara-negara berkembang seperti Indonesia, Soekartawi (2002; 8-10) antara lain: a. Tidak tersedianya komoditi pertanian dalam jumlah yang cukup dan kontinu. b. Harga komoditi yang sering berfluktuasi secara tajam, yang bukan saja berpengaruh terhadap keticlakstabilan pendapatan produsen dan tingkat konsumsi masyarakat, tetapi juga keadaan seperti ini akan memperbesar risiko pemasaran.
4

c. Tidak efisiennya para pelaku pasar dalam melakukan kegiatan. d. Tidak memadainya fasilitas, misalnya sistem transportasi, gudang, tempat komoditi pertanian dipasarkan, dan lain-lain. e. Lokasi produsen dan konsumen yang terpencar, sehingga menyulitkan dalam penyampaian barang dari produsen ke konsumen. f. Kurang lengkapnya informasi pasar, kalau pun ada belum dapat dimanfaatkan dengan balk karena pelaku pasar bertindak secara subsistem (rutin) sehingga apa pun yang terjadi di luar kebiasaan yang mereka lakukan dianggap kurang penting. g. Kurangnya pengetahuan terhadap pemasaran disebabkan karena lemahnya penguasaan aspek-aspek manajemen, sehingga pelaku pasar tidak bekerja secara profesional. h. Kurangnya modal, sehingga investasi dalam kegiatan pemasaran menjadi lemah. i. Kurangnya respon dari produsen terhadap permintaan pasar. j. Tidak memadainya peraturan-peraturan yang ada, sehingga mekanisme pasar menjadi tidak efisien. Fungsi distribusi di dalam pemasaran hampir ditemukan pada semua area produk maupun jasa, tidak terkecuali produk pertanian. Produk pertanian pads dasarnya memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan produk-produk lain pada umumnya. Oleh sebab itu, dalam penanganannya pun membutuhkan perlakuan yang khusus pula. Salah satu area penting dimana produk pertanian mendapat perhatian yang agak khusus dan semestinya berbeda adalah pada aspek saluran distribusinya. Saluran distribusi produk pertanian memang memiliki sedikit perbedaan dibandingkan dengan produk manufaktur lainnya. Hal ini karena karakteristik produsennya yang tersebar, kemudian ditempatkan pada satu atau beberapa saja pedagang pengumpul, dan selanjutnya dibeli oleh pengecer dan kemudian kepada konsumen yang juga tersebar. Analisis terhadap saluran distribusi produk pertanian tidak cukup dengan memasuki produsen saja, penelusuran di pasar juga merupakan aspek terpenting lainnya. Agak sulit memang jika harus menelusuri setiap seluk-beluk saluran pemasaran produk pertanian ini, tetapi penelusuran yang baik dan terarah akan sangat menentukan dalam memperoleh informasi pasar yang tentu saja berguna bagi petani produsen dan pelaku pasar lainnya. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Maksudnya penelitian yang berusaha untuk menetukan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data yang menyajikan, menganalisa, dan menginterpretasinya. Tujuannya untuk pemecahan masalah secara sistematis dan faktual mencari fakta-fakta. (Marbuko, dkk, 2001). Penelitian ini memiliki satu variabel (monovariabel) yakni Saluran Dsitribusi yang merupakan seperangkat lembaga yang melakukan semua kegiatan (fungsi) yang digunakan untuk menyalurkan produk dan status pemilikannya dari produksi ke konsumsi. Indikatonya sebagai berikut : Jumlah produk yang disalurkan. Karakteristik produk yang dijual Jenis-jenis anggota saluran

Jumlah lembaga saluran Tingkatan saluran

Populasi. Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2003; 103). Berdasarkan definisi di atas, maka yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian ini adalah semua petani cengkih di Desa Kec. Kombi, yaitu sebanyak 270 orang petani Sampel Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti untuk pengambilan data penelitian. Penarikan sampel dalam penelitian dengan menggunakan teknik Taro Yamano yang dikutip Rakhamat (1998 : 82) dengan rumus : Dimana : N = Jumlah Populasi n = Jumlah sampel d = Presisi yang ditetapkan yaitu 0,1

dibulatkan menjadi 73 orang petani. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Wawancara, yaitu metode pengumpulan data primer melalui komunikasi secara langsung antara pewawancara dan reponden dalam hal ini antara peneliti dan para petani cengkih yang ada di Desa Lalumpe Kec. Kombi b. Angket, Yaitu Suatu metode pengumpulan data dengan memberikan respon atas daftar Pertanyaan kepada seluruh petani cengkih yang ada di Desa Lalumpe Kec. Kombi yang terpilih sebagai sampel. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah margin pemasaran. Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen akhir untuk suatu produk dengan harga yang diterima produsen untuk produk yang sama. Secara matematis sebagai berikut:

Keterangan: = marjin lembaga pemasaran tingkat ke-i = harga penjualan lembaga pemasaran tingkat ke-i = harga pembelian lembaga pemasaran tingkat ke-i (Yuliyanti, 2000). Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di desa Lalulmpe Kecamatan Kombi Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan yaitu dari bulan Februari April 2012 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian Desa Lalumpe merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Kombi Kabupaten Minahasa. Luas perkebunan di desa ini adalah 1225 ha, dimana dari lahan tersebut masyarakat desa Lalumpe menanaminya tanaman-tanaman produktif seperti Cengkih, Pala, kelapa dan tanaman-tanaman pertanian lain seperti jagung dan sebagainya. Secara geografis desa Lalumpe berbatasan dengan : Bagian Utara : Ranowangko Bagian Selatan : Tulap Bagian Barat : Tulap Kayubesi Bagian Timur : Laut Maluku Jumlah penduduk desa Lalumpe adalah 939 jiwa dari 288 Kepala Keluarga. Studi pemasaran hasil pertanian cengkih yang dilakukan di desa Lalumpe menunjukkan bahwa lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran Cengkih yang dihasilkan oleh para petani di desa Lalumpe adalah Para petani, Pedagang Pengumpul Desa, Pedagang Pengumpul Kota dan Perusahaan Rokok. Jalur pemasaran cengkih petani desa lalumpe kecamatan kombi terdiri dari tiga jalur sebagai berikut: Jalur pasar 1, Petani menjual cengkih hasil pertaniannya langsung ke konsumen akhir yaitu perusahaan Rokok yang tersebar di Kota Manado, Airmadidi dan Bitung. Petani Menjual cengkih hasil panennya ke pedagang pengumpul di desa Lalumpe, selanjutnya pedagang pengumpul menjual cengkih yang dibelinya dari para petani langsung ke Konsumen akhir dalam hal ini Perusahaan Rokok. petani menjual cengkih hasil panen ke pedagang pengumpul di desa, selanjutnya pedagang pengumpul desa menjualnya ke pedagang pengumpul besar yang berada Kota Tondano atau Manado dan setelah itu pedagang besar tersebut menjual cengkih yang dibelinya langsung ke Konsumen akhir dalam hal ini perusahaan rokok.

Jalur pasar 2,

Jalur pasar 3,

Margin pemasaran komoditi cengkih merupakan perbedaan harga yang diterima petani sebagai produsen terhadap harga yang diterima konsumen (Perusahaan Rokok). Berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti Margin pemasaran cengkih di desa Lalumpe menggunakan jalur pemasaran yang berlaku seperti skema dibawah ini:

Petani

Perusahaan Rokok

Petani

Pedagang Pengumpul Kota

Perusahaan Rokok

Petani

Pedagang Pengumpul Desa

Pedagang Pengumpul Kota

Perusahaan Rokok

Jalur 1 Lembaga Pemasaran Harga/Kg (Rp)

Jalur 2 Harga/Kg (Rp)

Jalur 3 Harga/Kg (Rp)

Petani Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Pengumpul Kota Perusahaan Rokok 52.000 49.000 52.000 47.000

49.000 52.000

Dari data diatas maka dapat dilakukan perhitungan margin pemasaran cengkih hasil pertanian di Desa Lalumpe Kec. Kombi sebagai berikut: a. Margin pemasaran tingkat 1 Pada pemasaran tingkat 1 ini tidak terbentuk margin. Hal ini disebabkan karena harga cengkih ditentukan oleh pihak pembeli dalam hal ini lembaga-lembaga pemasaran yang menjadi tujuan penjualan hasil produksi cengkih petani. Disamping itu petani langsung menjual hasil produksi komoditi cengkihnya ke konsumen akhir yaitu perusahaan rokok. b. Margin pemasaran tingkat 2 Berdasarkan tingkat harga diterima petani pada setiap lembaga pemasaran maka margin pemasaran pada tingkat 2 dapat dihitung sebagai berikut:

Jadi keuntungan dari pedagang pengumpul kota adalah sebesar Rp 3.000,c. Margin pemasaran tingkat 3 Untuk margin pemasaran pada saluran distribusi tingkat 3 adalah

Jadi keuntungan pedagang pengumpul kota adalah Rp 2000.Selanjutnya akan dihitung margin pemasaran pada jalur tiga lembaga pemasaran ke ketiga sebgai berikut:

Dengan demikian keuntungan lembaga pemasaran ketiga dalam hal ini pedagang pengumpul kota adalah RP 5.000,Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen akhir untuk suatu produk dengan harga yang diterima produsen untuk produk yang sama. Pasar hasil pertanian komoditi cengkih di desa Lalumpe khususnya dan di Sulawesi Utara secara umum bersifat oligopsoni dimana harga ditentukan oleh pihak pembeli. Sehingga pihak pembeli memiliki posisi tawar lebih baik dari penjual dalam hal ini petani. Dari hasil analisa data ditemukan bahwa pada pemasaran tingkat 1 margin yang tercipta adalah 0 sementara untuk pemasaran tingkat 2 margin pemasarannya adalah Rp 2000,- sementara pada pemasaran tingkat 3 margin pemasaran yang terbentuk adalah Rp 3000,-. Dari hasil ini dapat dlihat bahwa posisi tawar pedagang pengumpul kota lebih baik dari pedagang pengumpul desa. Hal ini disebabkan karena margin yang tercipta pada pemasaran tingkat 3 lebih tinggi bila dibandingkan dengan margin yang tercipta pada pemasaran tingkat 2.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa margin yang terbentuk menentukan posisi tawar setiap lembaga pemasaran. Semakin besar perbedaan keuntungan lembaga pemasaran maka semakin besar pula posisi tawarnya begitupun sebaliknya. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan uraian-uraian dan analisa data pada bab-bab sebelumnya maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemasaran cengkih di desa Lalumpe menggunakan jalur pemasaran 3 jalur yaitu jalur pertama, petani perusahaan rokok, kedua, petani pedagang pengumpul desa perusahaan rokok, ketiga, petani pedagang pengumpul desa pedagang pengumpul kota perusahaan rokok. 2. Pemasaran tingkat 1 margin yang tercipta adalah 0 sementara untuk pemasaran tingkat 2 margin pemasarannya adalah Rp 2000,- sementara pada pemasaran tingkat 3 margin pemasaran yang terbentuk adalah Rp 5000,-. 3. Margin yang terbentuk menentukan posisi tawar setiap lembaga pemasaran. Semakin besar perbedaan keuntungan lembaga pemasaran maka semakin besar pula posisi tawarnya begitupun sebaliknya. 4. Diharapkan kepada para petani cengkih untuk lebih memanfaatkan jalur pemasaran yang lebih pendek sehingga keuntungan yang diperoleh semakin besar, namun dengan pertimbangan hasil produksi karena apabila hasil produksi memadai maka sebaiknya petani menggunakan jalur pemasaran tingkat 1 karena hasil keuntungan akan mampu menutupi biaya pemasarannya. Sebaliknya bila kapasitas produksi kurang memadai diharapakan kepada para petani untuk menggunakan jalur pemasaran tingkat 2 sehingga biaya pemasaran akan ditanggung oleh lembaga pemasaran tingkat 2 dalam hal ini pedagang pengumpul desa, namun dengan mencari pedagang pengumpul desa yang menawarkan harga yang masih menguntungkan. 5. Diharapkan pihak pemerintah untuk melakukan pengawasan terhadap pemasaran hasil pertanian agar para petani tidak menjadi objek yang sangat menguntungkan dari para pedagang pengumpul.

10

DAFTAR PUSTAKA Chandra, Gregorius. (2002). Strategi dan Program Pemasaran. Andi. Jakarta. Hariyatno D. dan Ali Saiban. 1994. Kajian Efisiensi Pengusahaan Damar Mata Kucing. Laporan Proyek Tahun 1993/1994. P3HH&SEK, Badan Litbang Kehutanan. Kotler, Philip dan G. Amstrong, (1998). Dasar-Dasar Pemasaran. Prenhellindo .Jakarta Kotler, Philip (2005). Manajemen Pemasaran. Pearson Education Asia. Singapore Kuncoro, Mudrajad, (2002). Metode Riset Untuk Bisnis Dan Ekonomi, Erlangga, Jakarta Marbuko, Cholid, (2001), Metode Penelitian. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta Muda, Ahmad, A. K. (2003). Kamus Lengkap Ekonomi. Gramedia. Jakarta Niken Murdiana Hapsari (2004) Analisis Pemasaran biji Mete http://digilib.gunadarma.ac.id/go.php?id=jiptumm-gdl-s1-2004-nikenmurdi2255 diakses pada 15 Juli 2009 Nurbiyati & Machfoedz. (2005). Manajemen Pemasaran Kontemporer. Kayon. Yogyakarta. Rostya, 2007 Efektivitas Distribusi Fisik http://www.wikipedia.org;Logistik - Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.htm; diakses pada tanggal 27 Mei 2009 Soekartawi. (2002). Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian. RadjaGrafindo Persada. Jakarta. Sudiono, Armand. (2004). Pemasaran Pertanian. Universitas Muhamadiyah Malang. Malang. Syahyunan. (2004). Efektivitas Saluran Distribusi Dalam Meningkatkan Pencapaian Target Penjualan. e-USU Respository 2004. Universitas Sumatera Utara. Medan. Tjiptono, Fandy. (1997). Strategi Pemasaran. Andi. Yogyakarta. Yuliyanti. (2000). Analisis Pemasaran Kayu di Propinsi Lampung. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yuliana Astuti (2005) Studi Pemasaran Mawar Potong http://ecokacrut.blogspot.com/2007/10/studipemasran.html diakses pada 15 Juli 2009

11

Вам также может понравиться