Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Misi :
“Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan
kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk
pembangunan jangka panjang yang berkesinambungan”
Daftar Isi
Lampiran
1. Peraturan Perbankan........................................................................................................................................ 91
Tabel
1.1 Indikator Utama Perbankan 3.1. Perkembangan Program Linkage
3.2 Perkembangan Data SID Tahun 2006 – 2008
2.1 Modal Inti Bank Umum
2.2 Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank 4.1. Perkembangan Profil Risiko Bank
2.3 Pangsa Aset Berdasarkan Kepemilikan Bank 4.2. Risk Control System Bank
Umum 4.3. Hasil Pemeriksaaan Pelaksanaan GCG
2.4 Pangsa Bank Milik Asing di Indonesia Berdasarkan 4.4. Hasil Pemeriksaan Pelaksanaan KYC
Total Aset 4.5. Status Pengawasan Bank Umum
2.5 Jumlah Bank Akuisisi Asing Berdasarkan Total 4.6. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Aset 4.7 Hasil penilaian Profil Risiko Bank Umum Syariah
2.6 Perkembangan Jumlah Kantor Bank Syariah 4.8 Perkembangan Penilaian Implementasi KYC Bank
2.7 Perkembangan Jumlah dan Jaringan Kantor BPR Umum Syariah
Konvensional 4.9 Tingkat Kesehatan BUS
2.8 Penyebaran BPR Konvensional 4.10 Hasil Pemeriksaan Faktor Manajemen BPR
2.9 Perkembangan Jumlah BPR Berdasarkan Total Konvensional
Aset 4.11 Penilaian Penerapan KYC BPR Konvensional
2.10 Perkembangan Kredit per sektoral 4.12 Rekapitulasi Pemeriksaan BPR
2.11 Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (BUS 4.13 Peringkat Kesehatan BPR Konvensional
dan UUS) 4.14 Fit and Proper Test Bank Umum
2.12 Perkembangan Indikator BPR Syariah 4.15 Fit and Proper Test Bank Umum Syariah
2.13 Perkembangan Kredit 4.16 Rekapitulasi Fit and Proper Test Pemegang Saham
2.14 Perkembangan Indikator BPR Pengendali dan Pengurus BPR Konvensional
2.15 Perkembangan Kinerja BPR Terhadap Bank 4.17 Progress Pengawasan BDL
Umum 4.18 Statistik Perkembangan Hasil Investigasi
2.16 Perkembangan Kredit MKM 4.19 Koordinasi Tingkat Pusat dan Daerah
4.20 Mediasi Perbankan
Grafik
2.1 Pertumbuhan Kredit dan DPK (yoy) 3.1 Quantitative Impact Study
2.2 Perkembangan NPL
2.3 Struktur DPK Desember 2008 4.1 Perkembangan Penanganan Kasus Tipibank
2.4 Perkembangan DPK 4.2 Data Baki Debet (KLBI/TSL) Posisi 31 Desember
2.5 Struktur Kredit Desember 2008 2008
2.6 Perkembangan Kredit 4.3 Data Baki Debet KLB dan TSL Posisi 31 Desember
2.7 Perkembangan Aktiva Produktif 2008
2.8 Pendapatan Operasional Bank 4.4 Hasil Pemeriksaan KLBI dan TSL 2008
2.9 CAR, BOPO dan ROA
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayahNya, buku Laporan Pengawasan Perbankan (LPP) tahun 2008 yang merupakan bagian dari transparansi
dan akuntabilitas Bank Indonesia kepada publik dapat diterbitkan. Melalui laporan ini diharapkan para pemangku
kepentingan dapat memperoleh gambaran yang cukup jelas upaya yang di tempuh beserta pencapaiannya terkait
dengan pelaksanaan tugas Bank Indonesia sesuai yang di amanatkan oleh Undang Undang khususnya dalam mengatur
dan mengawasi Bank di Indonesia
Secara umum, kinerja perbankan sepanjang 2008 relatif stabil, meskipun harus diakui bahwa krisis keuangan
global memberikan dampak negatif kepada perekonomian Indonesia sebagaimana pengaruhnya yang telah meluas
ke seluruh dunia. Namun demikian apabila dilihat dari indikator-indikator utama perbankan, ternyata masih cukup
menggembirakan. Total asset perbankan masih tumbuh 16,3%, jumlah kredit meningkat 29,5% dan dana pihak ketiga
bertambah 16,1%. Demikian pula dengan kondisi profitabilitas dan permodalan perbankan yang masih terjaga pada
tingkat yang relatif tinggi, yakni 2,3% (Return on Asset) dan 16,2% (Capital Adequacy Ratio). Di sisi lain, NPL gross
perbankan justru mengalami penurunan menjadi 3,8%, meski harus tetap diperhatikan potensi memburuknya kinerja
perbankan di masa yang akan datang. Untuk itu, Bank Indonesia terus mewaspadai perkembangan krisis keuangan
global ke depan dengan melakukan langkah-langkah antisipatif untuk dapat mengatasinya.
Untuk menjamin tetap terjaganya ketahanan perbankan, kebijakan dan langkah-langkah strategis untuk
melaksanakan fungsi pengawasan yang efektif harus tetap ditingkatkan. Koordinasi antara Pemerintah dan Bank
Indonesia menjadi suatu keniscayaan agar stabilitas sistem keuangan di Indonesia tetap kokoh dalam menghadap
dampak lanjutan krisis. Kerjasama yang telah terjalin dalam kerangka membentengi pertahanan sistem perbankan
selama tahun 2008 ini, telah memberikan pembelajaran kepada kita agar dapat mengambil suatu keputusan yang tepat
dan bijak sehingga bisa memberikan manfaat yang terbaik bagi masyarakat di tengah suasana ketidakpastian.
Keberadaan sistem perbankan yang stabil merupakan penyangga utama terpeliharanya sistem keuangan nasional.
Untuk itu pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan akan melambat, hendaknya dapat didukung oleh perbankan yang
stabil sehingga mampu berperan sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi melalui kegiatan pembiayaan sektor riil.
Hal ini dapat mengejawantahkan harapan “back to basics” bahwa sektor keuangan tidaklah dapat dilepaskan dari
akarnya, yakni kegiatan ekonomi riil. Selain itu, upaya melanjutkan upaya konsolidasi perbankan akan tetap diupayakan
untuk membangun struktur perbankan Indonesia yang lebih kuat.
Di masa yang akan datang, sudah tergambar tantangan dan ketidakpastian yang akan kita hadapi bersama.
Namun keyakinan dan optimisme kita untuk berbuat yang lebih baik diharapkan akan mampu memperkuat ketahanan
sektor keuangan, melalui berbagai upaya yang salah satunya adalah membangun regulasi dan pengawasan kepada
perbankan yang lebih efektif, sehingga pada gilirannya sektor keuangan akan makin kuat dan sehat serta dapat
mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Jakarta, Mei 2007
DEPUTI GUBERNUR BANK INDONESIA
INDONES
IA
Muliaman D. Hadad
Bab 1
Gambaran Umum
Secara keseluruhan, kinerja perbankan sepanjang 2008 masih relatif stabil, meski menghadapi
tekanan akibat krisis keuangan global yang dampaknya semakin meluas. Meningkatnya fungsi
pengawasan dan kerjasama dengan otoritas terkait yang disertai penerbitan beberapa peraturan
oleh Bank Indonesia dan Pemerintah cukup efektif menjaga ketahanan perbankan dari dampak
negatif gejolak pasar keuangan tersebut. Perbankan berhasil meningkatkan fungsi intermediasinya
dan melaksanakan proses konsolidasi perbankan dengan hasil yang positif.
Permodalan semakin kuat dan jumlah jaringan Kinerja perbankan stabil tercermin dari
kantor terus meningkat. Selama tahun 2008 secara indikator utama perbankan yang tetap tumbuh.
keseluruhan, modal inti minimum bank umum sebesar Meski mendapat tekanan dampak krisis global, peran
Rp80 miliar telah terpenuhi dan Bank Indonesia terus perbankan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi
mengupayakan pencapaian pemenuhan modal inti masih positif. Dengan profitabilias dan permodalan
minimum sebesar Rp100 milyar. Jumlah jaringan kantor perbankan yang tetap terjaga di level yang cukup tinggi
perbankan terus meningkat dari 9.626 kantor menjadi meski sedikit menurun, yakni masing-masing 2,3%
10.752 kantor, meskipun jumlah bank berkurang dari Return on Asset (ROA) dan 16,2% Capital Adequacy
128 bank menjadi 124 bank. Hal ini antara lain karena Ratio (CAR), industri perbankan cenderung melakukan
sebanyak 7 bank telah melakukan merger terkait dengan penyaluran kredit yang lebih tinggi dari penghimpunan
implementasi kebijakan kepemilikan tunggal diperbankan Dana Pihak Ketiga (DPK). Bank umum mencatat
Indonesia. Sementara perbankan syariah mengalami pertumbuhan kredit sebesar Rp308,0 triliun (29,5%)
pertambahan sebanyak 3 unit usaha syariah (UUS), dan sementara DPK tumbuh sebesar Rp242,6 triliun (16,1%),
melalui konversi 2 UUS menambah jumlah bank umum sehingga total aset meningkat sebesar Rp324.1 triliun
syariah (BUS) dari 3 menjadi 5 BUS. Selain itu, jumlah (16,3%). Sementara itu, perbankan syariah mencatat
bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) meningkat dari pertumbuhan total aset, pembiayaan dan DPK yang
114 BPRS menjadi 131 BPRS. relatif pesat, yakni masing-masing sebesar Rp13,0 triliun
Peta kepemilikan bank umum berubah seiring (35,6%) triliun, Rp11,3 triliun (42,1%) dan Rp8,8 triliun
implementasi kebijakan kepemilikan tunggal. (31,6%). Demikian pula industri BPR, tetap mampu
Terkait dengan implementasi kebijakan kepemilikan mendukung pembiayaan kegiatan ekonomi, khususnya
tunggal diperbankan Indonesia, jumlah bank yang dalam skala Mikro Kecil dan Menengah (MKM). Dengan
dimiliki Pemerintah dan nasional sebanyak 75 bank profitabilitas dan permodalan industri BPR selama tahun
masih lebih banyak dari jumlah bank yang dimiliki pihak 2008 yang cukup baik, yakni 2,6% (ROA) dan 23,3%
asing, yakni 49 bank, meskipun berdasarkan total aset (CAR), jumlah Kredit yang meningkat sebesar Rp4,9
pangsa bank yang dimiliki pihak asing meningkat dari triliun (24,0%), sementara DPK meningkat Rp2,6 triliun
42% menjadi 48%. (14,0%).
Kredit MKM pada posisi Desember 2008 kedua tahun 2008. Hal ini berpotensi membahayakan
tumbuh lebih tinggi dari tahun lalu. Sejalan dengan stabilitas sistem keuangan dan perekonomian nasional.
langkah kebijakan mengoptimalkan fungsi intermediasi Untuk meningkatkan peran Bank Indonesia sebagai
khususnya peningkatan penyaluran kredit kepada lender of the last resort , maka dilakukan langkah-langkah
UMKM, jumlah kredit MKM tumbuh sebesar Rp136.6 penyempurnaan ketentuan yang terkait dengan pemberian
triliun, atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di fasilitas likuiditas bagi bank umum, yaitu Fasilitas Likuiditas
tahun 2007 sebesar Rp96.2 triliun. Dilihat pangsanya, Intrahari Bagi bank umum (FLI), Fasilitas Pendanaan Jangka
pada tahun 2008 pangsa kredit MKM mencapai 49,5% Pendek Bagi bank umum (FPJP), dan Fasilitas Pembiayaan
dari total kredit perbankan lebih kecil dibandingkan Darurat Bagi bank umum (FPD). Terbitnya peraturan
pangsa kredit MKM pada tahun 2007 sebesar 51,2%. tersebut juga melengkapi mekanisme Jaring Pengaman
Di sisi lain NPL gross kredit MKM menurun dari 3,7% Sistem Keuangan (JPSK) sebagaimana diamanatkan
pada 2007 menjadi 3.2%, NPL gross kredit MKM tahun dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
2008 ini lebih rendah apabila dibandingkan NPL gross (Perppu) No.4 Tahun 2008 tentang JPSK. Penerbitan
total kredit perbankan yang sebesar 3,8%. beberapa peraturan tersebut merupakan bagian dari
Perkembangan kinerja industri perbankan yang jaring pengaman keuangan (financial safety net) yang
positif selama tahun 2008 merupakan daya dukung diperlukan dalam rangka memelihara stabilitas sistem
pencapaian langkah kebijakan Bank Indonesia keuangan. Sementara itu Pemerintah juga mendukung
selanjutnya. Masih positifnya kinerja perbankan penanganan antisipasi krisis melalui langkah-langkah:
mencerminkan langkah kebijakan Bank Indonesia di (1) menunda pelaksanaan mark to market, (2) meninjau
bidang perbankan tahun 2008 yang tetap difokuskan pada aturan pembelian kembali (buy back) saham perusahaan
langkah untuk lebih mengoptimalkan fungsi intermediasi publik, (3) membeli kembali saham-saham BUMN, (4)
dalam rangka meningkatkan peran perbankan dalam meningkatkan likuiditas APBN melalui pencairan anggaran
perekonomian, sembari terus memantapkan proses kementerian dan lembaga, serta (5) mengupayakan
konsolidasi perbankan berjalan cukup baik. Dengan penegakan hukum pasar modal.
pencapaian kinerja perbankan tersebut, langkah kebijakan Secara umum implementasi Arsitektur
dalam periode waktu 5 tahun yang telah ditetapkan Perbankan Indonesia (API) pada tahun 2008 telah
Bank Indonesia pada tahun 2008 dengan fokus pada berjalan sesuai dengan arah yang ditetapkan. Dengan
3 hal, yaitu: (1) melanjutkan proses konsolidasi dan penekanan pada upaya penguatan struktur perbankan
penataan kembali struktur industri perbankan nasional, nasional, peningkatan akses kredit, dan pemberdayaan
(2) menetapkan arah pengembangan industri BPR ke nasabah melalui edukasi masyarakat di bidang perbankan
depan, dan (3) menetapkan langkah-langkah dalam pencapaian program API menggembirakan.
upaya mempercepat pertumbuhan perbankan syariah, Sistem pengawasan perbankan menjadi
diharapkan dapat dicapai dengan baik. lebih baik. Dalam era globalisasi, Bank Indonesia telah
Berbagai langkah kebijakan antisipatif menerapkan sistem pengawasan yang berlaku secara
menghadapi krisis global cukup efektif. Berbagai internasional dengan mengacu kepada Basel Core
langkah antisipasi kondisi perekonomian global yang sedang Principles, yakni sistem pengawasan berbasis risiko (Risk
dilanda krisis telah dilakukan. Likuiditas yang semakin ketat Based Supervison) dan sistem pengawasan terkonsolidasi
dan semakin tertekannya nilai tukar rupiah menunjukkan (Consolidated Supervison). Dengan demikian industri
dampak krisis global yang semakin meluas sejak paruh perbankan di Indonesia dapat disejajarkan dengan
sistem yang berlaku di negara-negara lain, sehingga Berdasarkan hasil pengawasan menunjukkan
dapat meningkatkan ketahanan dan daya saing industri kondisi perbankan relatif lebih baik. Dibandingkan
perbankan nasional. dengan posisi sebelumnya, maka persentase jumlah bank
Secara umum perbankan mampu menangani umum dengan status pengawasan Normal meningkat dari
risiko dengan baik. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh 77,2% menjadi 82,4%. Demikian pula tingkat kesehatan
hasil penilaian terhadap profil risiko bank umum yang bank umum relatif menjadi lebih baik dibandingkan
cenderung tergolong Moderat yakni 86,6%, atau lebih tahun lalu. Persentase jumlah bank mayoritas tergolong
baik dibandingkan tahun lalu sebesar 79,5%. Sementara Baik (58,8%), dengan persentase jumlah bank umum
untuk profil bank umum syariah menunjukkan sebanyak yang tergolong Cukup Baik meningkat dari 32,3%
66,7% yang tergolong Moderat dan sisanya sebesar menjadi 38,7%, dan yang tergolong Kurang Baik
33,3% yang tergolong Tinggi. Hal ini terkait adanya turun dari 6,3% menjadi 0,8%. Sedangkan tingkat
penambahan dua bank umum syariah baru. Selanjutnya, kesehatan bank umum syariah, kondisinya sama dengan
hasil penilaian risiko BPR berdasarkan indikator kualitas tahun sebelumnya yakni 66,7% tergolong Baik dan
aktiva produktif menunjukkan BPR relatif dapat mengelola 33,3% Cukup Baik. Sementara Industri BPR mengalami
risiko dengan baik yang tercermin dari persentase kualitas peningkatan kualitas tingkat kesehatan. Jumlah BPR yang
aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap total tergolong Sehat meningkat dari sebesar 73,8% menjadi
aktiva produktif yang cukup rendah yakni sebesar 6,4%, 78,5% yang disertai penurunan pada BPR yang tergolong
atau jauh di bawah ambang batas kategori BPR dengan Kurang Sehat dan Tidak Sehat.
Penerapan Good Corporate Governance (GCG) pengawasan terus dilakukan. Dalam rangka
perbankan semakin membaik. Dibandingkan tahun meningkatkan efektifitas fungsi pengawasan, upaya
lalu hasil penilaian penerapan GCG lebih baik, antara penyempurnaan pengawasan dilakukan secara
lain ditunjukkan dengan meningkarnya jumlah bank komprehensif dengan cara bertahap, disertai dengan
yang tergolong Baik, yaitu dari 38,8% menjadi 44,6%, penyempurnaan organisasi, peningkatan kompetensi SDM
sedangkan yang tergolong Tidak Baik turun dari 4,3% dan penyempurnaan peraturan yang dilengkapi petunjuk
menunjukkan seluruhnya Cukup Baik 100%. Selanjutnya ditingkatkan seiring kondisi krisis global. Bank
secara umum penerapan prinsip KYC/AML BPR Cukup Indonesia melakukan beberapa langkah antisipatif yang
Baik, antara lain ditunjukkan oleh persentase jumlah difokuskan pada aspek pemantauan likuiditas baik
BPR yang tergolong Cukup Baik meningkat dari 55,9% secara harian, mingguan, maupun bulanan. Pemantauan
Tabel 1.1
Indikator Utama Perbankan
(+/-) (%)
Indikator Utama Des - 06 Des - 07 Des - 08
Des’07 - Des’08
Total Aset (T Rp) 1.693,5 1.986,5 2.310,6 324,1 16,3
DPK (T Rp) 1.287,0 1.510,7 1.753,3 242,6 16,1
- Giro (T Rp) 338,0 405,5 430,0 24,5 6,0
- Tabungan (T Rp) 333,9 438,5 498,6 60,0 13,7
- Deposito (T Rp) 615,1 666,7 824,7 158,0 23,7
Aktiva Produktif (T Rp) 1.556,2 1.792,0 2.170,9 379,0 21,1
- Kredit * (T Rp) 832,9 1.045,7 1.353,6 308,0 29,5
- S B I (T Rp) 179,0 203,9 166,5 (37,3) (18,3)
- FASBI (T Rp) 38,6 46,8 71,9 25,0 53,5
- SSB + Tagihan Lainnya (T Rp) 342,9 350,2 358,5 8,3 2,4
- Antar Bank Aktiva (T Rp) 156,8 139,8 213,8 74,0 53,0
- Penyertaan (T Rp) 5,9 5,6 6,6 1,0 17,9
NII bulanan (T Rp) 7,7 8,9 10,8 1,9 22,0
PPAP (T Rp) 39,2 41,3 47,5 6,2 14,9
CAR (%) 20,5 19,3 16,2 (3,1)
Kredit/AP (%) 53,5 58,4 62,4 4,0
NPLs Gross (%) 7,0 4,6 3,8 (0,9)
NPLs net (%) 3,6 1,9 1,5 (0,5)
ROA (%) 2,6 2,8 2,3 (0,4)
NIM (NII/AP) (%) 0,5 0,5 0,5 0,0
BOPO (%) 86,4 78,8 84,1 5,3
LDR (%) 64,7 69,2 77,2 8,0
*) Termasuk chanelling
Bab 2
Struktur dan Kinerja Perbankan 2008
Proses konsolidasi dan penataan kembali struktur industri perbankan nasional yang terus
dilaksanakan menghasilkan pencapaian yang cukup baik. Perkembangan kinerja industri perbankan
relatif stabil dengan ketahanan yang terjaga meski menghadapi tekanan akibat gejolak krisis
keuangan global yang dampaknya semakin meluas sejak paruh kedua tahun 2008. Meski jumlah
bank berkurang akibat merger dalam rangka pemenuhan kebijakan kepemilikan tunggal, jumlah
jaringan kantor bank terus meningkat. Seiring dengan itu, industri perbankan masih mampu
meningkatkan penyaluran kreditnya dengan tingkat profitabilitas dan permodalan yang terjaga,
sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi perekonomian.
Tabel 2.1
Modal Inti Bank Umum
Tabel 2.3
Pangsa Aset Berdasarkan Kepemilikan Bank Umum
Tabel 2.4
Pangsa Bank Milik Asing di Indonesia Berdasarkan Total Aset
Kepemilikan pihak domestik dalam peta yang dimiliki pihak asing sebesar 68,2%, relatif tetap
kepemilikan perbankan di Indonesia masih lebih dibandingkan pangsanya pada akhir tahun 2007. Apabila
besar dibandingkan kepemilikan pihak asing. Jumlah dilihat dari jumlah bank akuisisi asing berdasarkan total
bank milik Pemerintah dan pihak nasional masih lebih aset selama 3 tahun terakhir, kelompok bank dengan
banyak daripada bank yang dimiliki pihak asing yaitu total aset diatas Rp50 triliun, kelompok bank dengan total
masing-masing 75 dan 49 bank. Namun jika dilihat dari aset antara Rp1 triliun sampai dengan Rp10 triliun dan
presentase nilai aset terhadap total aset perbankan pihak kelompok bank dengan total asset dibawah Rp1 Triliun
domestik dan pihak asing memiliki presentase yang menunjukkan peningkatan yang signifikan, sebaliknya
hampir sama yaitu masing-masing 52% dan 48%. kelompok bank dengan total aset antara Rp10 triliun
Diantara bank yang dimiliki oleh pihak asing, sampai dengan Rp50 triliun mengalami penurunan.
Tabel 2.5
Jumlah Bank Akuisisi Asing Berdasarkan Total Aset
Total Bank 13 17 23
Jumlah Kantor BUS dan UUS 636 711 953 Jumlah Kantor 3.250 3.367
masih terkonsentrasi di wilayah Jawa dan Bali sedikit demi PERKEMBANGAN KINERJA PERBANKAN
sedikit mengalami pergeseran, yakni semula 1.374 BPR Bank Umum
(75,6%) menjadi 1.322 (74,6%). Pergeseran tersebut Kinerja perbankan sepanjang 2008 masih
disebabkan karena selama tahun 2008, sejumlah 25 relatif stabil. Terjaganya stabilitas perbankan di
dari 36 izin usaha pendirian BPR baru (69,4%) berlokasi tengah kondisi pasar keuangan global yang bergejolak,
di luar Jawa Bali, adanya merger/konsolidasi 64 BPR di tercermin pada beberapa indikator utama perbankan
Jawa Bali menjadi 8 BPR dan pencabutan izin usaha 4 yang tetap tumbuh positif. Total aset perbankan tumbuh
BPR di Jawa Bali. Rp324,1triliun (16,3%) menjadi Rp2.310,6 triliun, DPK
tumbuh Rp242,6 triliun (16,1%) menjadi Rp1.753,3
Jawa Bali 1.374 75,6 1.322 74,6 DPK khususnya di paruh pertama 2008, menyebabkan
Luar Jawa Bali 443 24,4 450 25,4 perbankan menggunakan secondary reserve untuk
Total 1.817 100,0 1.772 100,0 membiayai sebagian kreditnya. Kondisi ini tercermin
pada kepemilikan SBI sampai dengan Agustus 2008 yang
terus turun. Namun demikian seiring dengan kenaikan
Jumlah aset BPR di atas Rp10 miliar meningkat. suku bunga simpanan sejak paruh kedua 2008, DPK
Selama tahun 2008, jumlah BPR yang memiliki total aset kembali mengalami pertumbuhan yang signifikan pada
di atas Rp10 miliar meningkat sebanyak 115 BPR menjadi akhir tahun.
669 BPR atau 37,8% dari total BPR pada akhir 2008.
Sementara hanya sebagian kecil BPR atau tidak sampai ������
���
5% BPR yang beroperasi dengan total aset di bawah Rp1 ��� ������
���
miliar. Fakta tersebut menjadi bukti atas kemampuan BPR ���
���
dengan instrumen produk dan pelayanan yang relatif ���
��
������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������ ������
Tabel 2.9
Perkembangan Jumlah BPR Berdasarkan Total Aset Grafik 2.1
Pertumbuhan Kredit dan DPK (yoy)
2007 2008
Keterangan
Jml % Jml % Kualitas kredit relatif terjaga. Rasio NPL gross dan
s.d Rp1miliar 85 4,7 56 3,2 net mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,9%
>Rp1m - Rp5m 651 35,8 536 30,2 dan 0,5% menjadi 3,8% dan 1,5% dibandingkan 2007.
>Rp5m - Rp10m 527 29,0 511 28,8
Namun demikian, kondisi ekonomi global dan domestik
>Rp10 miliar 554 30,5 669 37,8
yang kurang menguntungkan menyebabkan kenaikan
Total 1.817 100,0 1.772 100,0
nominal NPL, terutama sejak triwulan IV-2008.
Tabel 2.10
Perkembangan Kredit per sektoral
Perdagangan 163,4 216,9 259,6 20,3 32,7 19,7 20,6 21,6 19,9
Lain-lain 227,7 284,0 369,6 9,3 24,7 30,2 28,7 28,3 28,3
Industri 184,0 205,6 271,2 7,4 11,7 31,9 23,2 20,5 20,7
Pengangkutan 27,1 36,8 62,6 36,4 36,0 70,0 3,4 3,7 4,8
Konstruksi 33,1 44,1 58,8 22,6 33,3 33,3 4,2 4,4 4,5
Pertanian 45,2 56,9 67,2 21,5 26,0 18,1 5,7 5,7 5,1
Jasa Dunia Usaha 78,4 109,7 152,3 8,0 39,9 38,8 9,9 11,0 11,6
Jasa Sosial 12,0 13,9 15,7 20,2 15,3 13,4 1,5 1,4 1,2
Pertambangan 14,1 26,2 32,2 73,4 86,2 22,9 1,8 2,6 2,5
Listrik 7,2 7,9 18,5 34,5 9,7 133,3 0,9 0,8 1,4
20%
10%
0%
Des 06 Des 07 Mar 08 Jun 08 Sep 08 Dec 08
Kredit SBI+Fasbi SSB Antar Bank Aktiva Penyertaan
Grafik 2.7
Perkembangan Aktiva Produktif
Tabel 2.11
Perkembangan Indikator Perbankan Syariah (BUS dan UUS)
( +/– ) (%)
Pos-Pos tertentu Neraca Des 2007 Des 2008
Des 2007 - Des 2008
pada tahun 2007 menjadi sebesar 38,4%. Namun sebagian dilengkapi dari dana yang disalurkan oleh bank
pada tahun 2008 pembiayaan BPRS kembali meningkat umum kepada BPRS melalui program linkage.
menjadi sebesar 42,8% (yoy). Kualitas pembiayaan BPRS relatif terjaga. NPF
BPRS mengalami pertumbuhan pembiayaan BPRS secara gross mengalami peningkatan dibandingkan
yang lebih cepat dari pertumbuhan DPK. Pertumbuhan posisi 2007 menjadi 8,3% namun secara net mengalami
pembiayaan lebih besar dibandingkan pertumbuhan penurunan dari 6,6% menjadi 6.2% sebagai dampak dari
DPK sebesar 35,9% dengan sumber dana pembiayaan peningkatan pembiayaan yang cukup signifikan.
Tabel 2.12
Perkembangan Indikator BPR Syariah
( +/– ) (%)
Indikator Utama Des 2006 Des 2007 Des 2008
Des 2007 - Des 2008
Bank Perkreditan Rakyat DPK, tetapi juga menyertakan modal dan pinjaman.
Industri BPR terus tumbuh dengan ketahanan Pertumbuhan DPK yang positif membuktikan bahwa
dan kinerja yang relatif baik. Hal ini terlihat dari terus kepercayaan masyarakat terhadap BPR masih terjaga
meningkatnya fungsi intermediasi BPR, sehingga tetap di tengah fenomena pengalihan dana masyarakat ke
mampu mendukung kebutuhan pembiayaan kegiatan lembaga yang dipandang lebih aman (flight to quality)
ekonomi, khususnya dalam skala MKM. Indikator kinerja seperti bank umum milik Pemerintah, serta “perang
BPR konvensional relatif tetap terjaga dengan rasio bunga” antar bank untuk menarik dana publik pada
permodalan (CAR) BPR relatif masih tinggi sebesar 23,3% masa-masa awal terjadinya krisis.
dan profitabilitas yang membaik dengan ROA sebesar Penetapan suku bunga menjadi salah satu
2,6% meningkat dibandingkan tahun lalu sebesar 2,4%. strategi BPR dalam menarik DPK. Komposisi DPK
NPL sedikit meningkat menjadi 9,9% terutama kredit BPR konvensional tidak banyak mengalami perubahan
kepada skala usaha menengah dan besar. dengan pangsa deposito sebesar Rp14,2 triliun (66,6%)
Kegiatan penghimpunan dana pihak ketiga dan tabungan Rp7,1 triliun (33,4%). Saat ini rata-rata
(DPK) dan penyaluran kredit BPR tumbuh positif. tertimbang suku bunga simpanan BPR sebesar 7,2%
Selaras dengan perkembangan bank umum, penyaluran untuk tabungan dan 12,4% untuk deposito.
kredit BPR konvensional tumbuh lebih tinggi dari BPR konvensional masih mampu menjaga
penghimpunan DPK. Kredit meningkat sebesar Rp4,9 tingkat efisiensinya. Dengan tingkat suku bunga
triliun (24,0%), sementara DPK meningkat Rp2,6 triliun kredit yang secara rata-rata mencapai 31,9%, rasio biaya
(14,0%) sehingga loan to deposit ratio (LDR) meningkat operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)
menjadi 119,4%. Pencapaian LDR tersebut tergolong mengalami perbaikan dari 84,3% pada akhir tahun 2007
tinggi, namun masih aman bagi kesehatan BPR karena menjadi 82,8% pada akhir tahun 2008.
penyaluran kredit tersebut tidak semata dibiayai dari
Tabel 2.13
Perkembangan Kredit
Penyaluran kredit BPR konvensional terutama akhir triwulan III-2008 menjadi sebesar 6,9%. Namun
kepada jenis kredit konsumsi (KK). Porsi kredit krisis global yang memberikan tekanan pada sektor riil
konsumsi mencapai Rp10,6 triliun atau 41,7% dari melalui penurunan permintaan komoditas domestik
total kredit BPR konvensional. Penyaluran kredit yang berdampak pada penurunan kualitas kredit BPR pada
bersifat produktif didominasi oleh kredit modal kerja triwulan akhir 2008, yaitu menjadi 9,9% pada bulan
(KMK) sebesar Rp13,0 triliun (51,1%), sementara kredit Desember 2008.
investasi (KI) sebesar Rp1,8 triliun (7,2%). Di tengah kondisi peningkatan NPL tersebut,
Kredit BPR konvensional terutama disalurkan kecukupan modal BPR konvensional masih terjaga.
kepada sektor lain-lain dan sektor perdagangan. Hal ini disebabkan adanya realisasi pemenuhan kewajiban
Pangsa kredit berdasarkan sektor ekonomi tertinggi adalah modal disetor BPR sesuai dengan pemenuhan pentahapan
sektor lain-lain dan perdagangan masing-masing sebesar yang harus dipenuhi pada akhir tahun 2008. Penurunan
44,3% dan 36,6%. Sementara penyaluran kredit kepada kualitas kredit tersebut tidak berdampak banyak terhadap
sektor pertanian yang identik dengan mata pencaharian rasio kecukupan modal (CAR) BPR konvensional yang
penduduk di pedesaan hanya sebesar 6,9%. mencapai 23,3%. Level CAR tersebut masih tergolong
Kualitas kredit sektor perdagangan serta tinggi sebagai penyangga risiko sekaligus faktor
skala usaha menengah dan besar menurun. pendukung pertumbuhan kredit yang lebih tinggi.
Dibandingkan akhir tahun 2007 rasio NPL kredit BPR Profitabilitas industri BPR lebih baik dibanding
konvensional terus menunjukkan perbaikan hingga tahun sebelumnya. Hal ini terutama didukung oleh
Tabel 2.14
Perkembangan Indikator BPR
( +/– ) (%)
Indikator Utama Des 2006 Des 2007 Des 2008
2007 - 2008
Total Aset (M Rp) 23.045 27.741 32.533 4.792 17,3
DPK (M Rp) 15.771 18.719 21.339 2.620 14,0
Rekening DPK *) 6.555 6.782 7.258 476 7,0
- Tabungan 4.581 6.018 7.135 1.117 18,6
- Rekening Tabungan *) 6.190 6.403 6.867 464 7,2
- Deposito 11.190 12.701 14.204 1.503 11,8
- Rekening Deposito *) 365 379 391 12 3,2
Aktiva Produksi (M Rp) 21.996 26.594 31.358 4.764 17,9
- Kredit (M) Rp) 16.948 20.540 25.472 4.932 24,0
- Rekening Kredit *) 2,471 2,544 2,693 149 5,9
- S B I (M Rp) 92 45 45 - -
- Antar Bank Aktiva 4.956 6.009 5.841 (168) (2,8)
CAR (%) 10,5 23,4 23,3 (0,0)
Kredit/AP (%) 77,1 77,2 81,2 4,0
NPLs (M Rp) 1.649 1.639 2.516 877 53,5
PPAP (M Rp) 492 686 884 198 28,9
NPLs Gross (%) 9,7 8,0 9,9 1,9
NPLs net (%) 6,8 4,6 6,4 1,8
ROA (%) 2,2 2,4 2,6 0,2
BOPO (%) 85,6 84,3 82,8 (1,4)
LDR (%) **) 107,5 109,7 119,4 9,6
LDR (%) ***) 87,4 80,0 82,6 2,5
*) Rekening dalam ribuan
**) Perhitungan LDR : Kredit/DPK
***) Perhitungan LDR menyertakan modal dan pinjaman dalam komponen dana
Tabel 2.15
Perkembangan Kinerja BPR Terhadap Bank Umum
2007 2008
% BPR % BPR
Keterangan Bank Perban thd Bank Perban thd
BPR BPRS BPR BPRS
Umum*) kan Perban Umum*) kan Perban
kan kan
Total Asset 27.741 1.203 1.986.501 2.015.445 1,4 32.533 1.693 2.310.557 2.344.783 1,4
Dana Pihak Ketiga (DPK) **) 18.719 708 975.462 994.889 1,9 21.339 570 1.152.700 1.174.609 1,8
Dana Pihak Ketiga (DPK) 1.510.834 1.511.542 1,2 1.753.292 1.753.862 1,2
Total Kredit **) 20.540 791.605 813.022 2,5 25.472 1.054.289 1.081.018 2,4
Total Kredit 877 1.002.012 1.002.889 2,0 1.257 1.307.688 1.308.945 1,9
Total Kredit UMKM 20.493 502.796 524.166 3,9 25.262 633.945 660.464 3,8
*) Data Bank Umum telah mencakup Bank Umum dan Unit Usaha Syariah dari Bank Umum Konvesional
**) Kredit dan DPK Bank Umum (tidak termasuk Giro) dalam bentuk Rupiah
peningkatan kredit yang lebih cepat dari peningkatan kecil dibandingkan pangsa kredit MKM pada tahun
DPK. Peningkatan profitabilitas tersebut dicerminkan oleh 2007, yaitu sebesar 51,2%. Dari pangsa kredit MKM
Return on Asset (ROA) yang mencapai 2,6% lebih tinggi yang masih berkisar kurang lebih 50% dari total kredit
dari tahun lalu sebesar 2,4% dan laba tahun berjalan perbankan, tercermin bahwa perbankan memandang
mencapai Rp849 miliar, tumbuh sebesar 28,1% (yoy). UMKM sebagai unit usaha yang layak dibiayai dan
BPR tumbuh sejalan dengan pertumbuhan menguntungkan secara komersial. Pertumbuhan dan
kinerja bank umum. Sekalipun dengan kontribusi yang penyaluran kredit MKM tahun 2008 sebagian disalurkan
masih relatif kecil, BPR senantiasa mampu mengimbangi kepada kredit produktif dengan pangsa sebesar 48% dari
laju pertumbuhan kinerja bank umum. Hal ini ditunjukkan total penyaluran kredit MKM. Kredit produktif tersebut
oleh pangsa BPR terhadap industri perbankan secara terdiri dari kredit modal kerja dan kredit investasi dengan
Non Performing Loans (NPL) gross kredit MKM 2008 ini lebih rendah apabila dibandingkan dengan NPL
menurun. NPL gross kredit MKM menurun dari 3,7% gross total kredit perbankan yang sebesar 3,8%.
pada 2007 menjadi 3,2%, NPL gross kredit MKM tahun
Tabel 2.16
Perkembangan Kredit MKM
Bab 3
Kebijakan dan Regulasi Perbankan
Respon kebijakan yang tepat dan fungsi pengawasan yang efektif sangat berperan untuk
menjaga pertumbuhan dan ketahanan industri perbankan sehingga mampu mendukung
pertumbuhan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Untuk itu, langkah kebijakan Bank
Indonesia senantiasa dititik beratkan untuk menguatkan ketahanan kelembagaan perbankan
dan meningkatkan daya saing industri perbankan. Selanjutnya, peningkatan koordinasi dengan
Pemerintah dan otoritas lain terkait yang disertai dengan penyempurnaan peraturan perbankan
terus diupayakan agar dampak negatif akibat krisis keuangan global tidak memperburuk kondisi
perekonomian dan kinerja di sektor keuangan di Indonesia. Hal ini terbukti cukup efektif menjaga
ketahanan dan pertumbuhan industri perbankan selama 2008.
1. Melakukan studi penelitian dan kajian terhadap ditempuh dalam tahun 2008 adalah sebagai berikut :
kekuatan-kekuatan ekonomi lokal yang lebih 1. Dalam rangka lebih optimalnya fungsi intermediasi
relevan untuk dilayani oleh BPR. Bank Indonesia menempuh kebijakan penurunan
2. Menyempurnakan cetak biru arah kebijakan BPR Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) atas
ke depan dengan mengikutsertakan berbagai kredit UMKM yang memenuhi persyaratan pangsa
pihak, termasuk Pemerintah Daerah, untuk penjaminan paling tinggi 70% dan yang dijamin oleh
dalam mendukung penyediaan pembiayaan 2. Agar industri BPR dapat berperan sebagai salah
pembangunan daerah/desa, bersama-sama dengan satu penopang kekuatan ekonomi lokal, langkah
lembaga keuangan mikro lainnya yang telah ada kebijakan yang ditempuh adalah :
saat ini. a. Penyempurnaan cetak biru BPR untuk dapat
3. Merumuskan bentuk pendekatan pengawasan segera diterbitkan pada tahun 2009, yang
dan pengaturan yang paling sesuai untuk mencakup penetapan :
diterapkan bagi industri BPR ke depan, sejalan • Kebijakan penguatan struktur industri dan
dengan perkembangan variasi pola operasional kelembagaan BPR agar siap dan mampu
BPR yang masing-masing dapat berbeda satu bertahan dalam kondisi krisis.
sama lain.
• Arah pengembangan industri BPR yakni
Tersedianya landasan hukum dan penetapan meningkatkan peran dan kontribusi
strategi pengembangan pasar perbankan BPR sebagai community bank terhadap
syariah untuk mendukung upaya percepatan pemberdayaan kekuatan ekonomi
pertumbuhan perbankan syariah. Sebagai industri setempat.
yang tergolong memiliki aturan yang sangat ketat,
• Strategi implementasi yang tepat bagi
keberadaan bank syariah semakin kuat dan dapat
BPR agar mampu meningkatkan dan
berkembang lebih baik dengan tersedianya landasan
memperluas jangkauan pelayanan sesuai
hukum yang lebih jelas. Selain itu, penetapan grand
dengan strata dan kapasitasnya
strategy pengembangan pasar perbankan syariah terus
• Acuan terhadap langkah-langkah
diupayakan sehingga secara industri dapat tumbuh
strategis untuk mewujudkan misi dan visi
secara sehat dan berkesinambungan. Sementara itu,
pengembangan industri BPR selama kurun
hingga beberapa tahun ke depan, Bank Indonesia akan
waktu 5 tahun ke depan.
terus memberi perhatian yang lebih besar pada tiga
Untuk mendukung langkah penyempurnaan
hal utama demi mendukung pertumbuhan perbankan
cetak biru BPR tersebut, telah dilaksanakan :
syariah, yaitu permodalan, kualitas SDM dan cakupan
pelayanan. • Penelitian Pemetaan Profil BPR dalam rangka
penetapan stratifikasi industri BPR sebagai
upaya untuk merumuskan kebijakan, prosesnya telah dirintis sejak tahun 2007
pengaturan dan pola pengawasan yang bersama berbagai pihak terkait, dengan
sesuai dengan kapasitas dan risiko BPR. rencana implementasi secara bertahap di tahun
BPR pada tanggal 6 November 2008 dengan 3. Untuk mendukung akselerasi perkembangan
melibatkan stakeholders BPR, antara lain perbankan syariah, telah diupayakan hal-hal sebagai
mengenai isu strategis terkait dengan berikut.
kebijakan pengembangan dan pengaturan a. Penerbitan payung hukum yang mendukung
BPR dalam kurun waktu 5 tahun ke depan akselerasi pengembangan perbankan
yang disesuaikan dengan perkembangan syariah yakni : Amandemen Undang-Undang
ekonomi terkini, kemajuan teknologi Perpajakan, Undang Undang Perbankan
informasi, dan perubahan kebutuhan Syariah, dan Undang Undang Surat Berharga
masyarakat yang dilayani oleh BPR . Syariah Negara.
b. Pendirian Pusat Kajian Keuangan Mikro atau b. Penyusunan grand strategy pengembangan
Centre For Micro Finance Study (CMFS) yang pasar perbankan syariah.
Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-
Perbankan Syariah telah disahkan oleh Presiden hatian.
Republik Indonesia pada tanggal 16 Juli 2008. 3. Ditegaskannya pengertian ”kegiatan usaha yang
Dengan diberlakukannya Undang-Undang yang berasaskan prinsip syariah”, yaitu kegiatan usaha
terdiri dari 13 Bab dan 70 Pasal ini maka keberadaan yang tidak mengandung unsur riba, maysir,
bank syariah di tanah air semakin memiliki landasan gharar, haram, dan zalim.
hukum yang lebih jelas. Dalam undang-undang ini
4. Ditegaskannya tujuan perbankan syariah
terdapat beberapa ketentuan yang belum diatur
yaitu menunjang pelaksanaan pembangunan
dalam Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang
nasional dalam rangka meningkatkan keadilan,
Perbankan yang wajib dipenuhi oleh bank-bank
kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan
syariah dengan masa transisi paling lama 1 tahun
rakyat dengan tetap berpegang pada prinsip
sejak mulai berlakunya undang-undang ini.
syariah secara menyeluruh (kaffah) dan konsisten
Beberapa ketentuan baru yang diatur dalam (istiqamah).
Undang-Undang ini antara lain:
5. Diperkenankannya bank syariah dan UUS
1. Istilah BPRS yang sebelumnya merupakan menjalankan fungsi sosial sebagai lembaga Baitul
singkatan dari “Bank Perkreditan Rakyat Syariah” Mal yaitu menerima zakat, infaq, sedekah, hibah
menjadi “Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”. atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya
2. Ditegaskannya asas perbankan syariah dalam kepada organisasi pengelola zakat, serta
kegiatan operasionalnya yang mencakup prinsip menghimpun dana sosial dari wakaf uang
dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf pengambilan data/dokumen dari setiap tempat
(nazhir) sesuai kehendak pemberi wakaf yang terkait dengan bank dan dari setiap
(wakif). pihak yang menurut penilaian Bank Indonesia
6. Ditetapkannya ketentuan mengenai spin off memiliki pengaruh terhadap bank, serta dapat
yang mencakup spin off sukarela dan spin memerintahkan bank melakukan pemblokiran
off wajib. Dalam spin off wajib, Bank Umum rekening tertentu, baik rekening simpanan
Konvensional (BUK) yang memiliki UUS dengan maupun rekening pembiayaan.
nilai aset mencapai minimal 50% dari total 11. Ditegaskannya ketentuan mengenai penyelesaian
nilai aset bank induknya atau 15 tahun sejak sengketa Perbankan Syariah yang dapat
berlakunya UU ini, wajib melakukan pemisahan dilakukan melalui tahap sebagai berikut:
UUS tersebut menjadi BUS. • proses musyawarah untuk mencapai
7. Ditetapkannya ketentuan mengenai merger mufakat antara bank syariah dengan
dan konsolidasi yang mengatur bahwa apabila nasabahnya;
terjadi penggabungan atau peleburan bank • apabila penyelesaian secara musyawarah
syariah dengan bank lainnya maka bank hasil dan mufakat tidak tercapai maka dapat
penggabungan atau peleburan tersebut wajib diselesaikan dengan melalui fungsi mediasi
menjadi bank syariah. Bank Indonesia, dan selanjutnya juga dapat
8. D i t e t a p k a n n y a k e t e n t u a n m e n g e n a i melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional
pembentukan Komite Perbankan Syariah oleh (BASYARNAS);
Bank Indonesia dalam rangka penyusunan • apabila penyelesaian melalui BASYARNAS
Peraturan Bank Indonesia (PBI). juga tidak dapat tercapai, maka penyelesaian
9. Ditegaskannya ketentuan mengenai kewajiban dilakukan melalui pengadilan dalam
bank syariah dan BUK yang memiliki UUS untuk lingkungan Peradilan Agama;
membentuk Dewan Pengawas Syariah yang • dalam hal para pihak telah memperjanjikan
diangkat oleh RUPS atas rekomendasi MUI. penyelesaian sengketa selain Peradilan
10. Ditetapkannya ketentuan yang memberikan Agama, penyelesaian sengketa dilakukan
wewenang tambahan kepada Bank Indonesia sesuai dengan isi perjanjian (akad).
untuk dapat melakukan pemeriksaan dan
KEBIJAKAN DALAM KONDISI KRISIS GLOBAL global yang berpotensi membahayakan stabilitas sistem
Untuk mengantisipasi dampak krisis keuangan keuangan dan perekonomian nasional, Bank Indonesia
global telah diupayakan penyempurnaan berbagai menyempurnakan ketentuan fasilitas likuiditas bank
ketentuan sebagai bagian dari Jaring Pengaman umum, yaitu Fasilitas Likuiditas Intrahari Bagi Bank Umum
Sistem Keuangan. Dalam rangka menjalankan fungsi (FLI), Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank Umum
Bank Indonesia sebagai lender of the last resort dan (FPJP), dan Fasilitas Pembiayaan Darurat Bagi Bank Umum
dalam upaya mengantisipasi dampak krisis keuangan (FPD). Terbitnya peraturan tersebut juga melengkapi
mekanisme Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) pada tanggal 5 Desember 2008 telah diterbitkan PBI
sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No.10/35/PBI/2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka
Pengganti Undang-Undang (Perppu) No.4 Tahun 2008 Pendek (FPJP) bagi BPR. Penerbitan PBI tersebut diikuti
tentang JPSK. Penerbitan beberapa peraturan tersebut dengan keluarnya SE Ekstern No.10/45/DKBU tanggal
merupakan bagian dari jaring pengaman keuangan 12 Desember 2008 dan SE Intern sebagai pedoman
(financial safety net) yang diperlukan dalam rangka bagi KP dan KBI dalam rangka pelaksanaan mekanisme
memelihara stabilitas sistem keuangan. Dalam kerangka FPJP bagi BPR.
jaring pengaman keuangan secara komprehensif telah Penyediaan fasilitas ini bagi BPR juga dimaksudkan
dimuat secara jelas peran masing-masing lembaga terkait untuk memberikan kesempatan yang sama (equal
dan mekanisme koordinasi baik dalam pencegahan treatment) kepada BPR untuk memperoleh fasilitas
maupun penyelesaian krisis. pendanaan (lender of the last resort) bila mengalami
Ketentuan Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI) kesulitan likuiditas dalam jangka pendek. Dengan
disempurnakan melalui PBI No.10/29/PBI/2008, demikian semakin lengkaplah mekanisme Jaring
dalam rangka mengatasi kekurangan likuiditas akibat Pengaman Sistem Keuangan (JPSK) yang diamanatkan
kesenjangan antara arus dana masuk dan arus dana dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
keluar. Tujuan utama pemberian fasilitas ini adalah (Perppu) No.4 tahun 2008 tentang JPSK sehingga akan
untuk memperlancar operasi sistem pembayaran dengan memperkuat stabilitas sistem keuangan.
didukung agunan likuid dan bernilai tinggi. Sejalan Bank Indonesia juga memberikan penundaan
dengan itu, ketentuan Fasilitas Pendanaan Jangka atas pemenuhan kewajiban ketentuan pembentukan
Pendek (FPJP) disempurnakan melalui PBI No.10/26/ PPAP, dengan pertimbangan utama agar BPR lebih
PBI/2008 dan PBI No.10/30/PBI/2008 dalam rangka fokus kepada kegiatan operasionalnya terutama dalam
memberikan akses yang lebih luas kepada perbankan penanganan permasalahan likuiditas. Relaksasi tersebut
untuk memperoleh pendanaan dengan jangka waktu berupa pemberian kelonggaran batas waktu pemenuhan
yang lebih panjang dari FLI. Sementara itu, Fasilitas pembentukan PPAP sampai dengan 100% paling lambat
Pembiayaan Darurat (FPD) yang disempurnakan melalui dalam waktu 6 (enam) bulan atas penempatan antar
PBI No.10/31/PBI/2008 diberikan kepada bank yang bank aktiva (ABA) dengan kolektibilitas tergolong Macet,
mengalami kesulitan likuiditas tetapi masih memenuhi karena bank penerima penempatan dana ditetapkan
tingkat solvabilitas tertentu yang ditetapkan Bank dalam status Dalam Pengawasan Khusus.
Indonesia, serta berdampak sistemik. Berbeda dengan
FLI dan FPJP, pemberian FPD harus didasarkan pada
keputusan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK),
yang keanggotaannya terdiri dari Menteri Keuangan
sebagai Ketua merangkap Anggota dan Gubernur Bank
Indonesia sebagai Anggota.
(JPSK). Dalam peraturan ini antara lain berisi 2. Penurunan suku bunga repo dari BI rate plus 300
mengenai tujuan JPSK secara umum yakni bps menjadi BI rate plus 100 bps.
untuk menciptakan dan memelihara stabilitas 3. Perpanjangan tenor Repo dari 7 hari menjadi 90
sistem keuangan melalui pengaturan dan hari.
pengawasan lembaga keuangan dan sistem
4. Penyempurnaan ketentuan tentang pinjaman
pembayaran, penyediaan fasilitas pembiayaan
luar negeri bank.
jangka pendek, program penjaminan simpanan
5. Penyempurnaan ketentuan tentang tindak lanjut
serta program pencegahan dan penanganan
pengawasan dan penetapan status bank.
krisis. Ruang lingkup Perppu hanya meliputi
tindakan pencegahan dan penanganan 6. Penyempurnaan ketentuan yang terkait dengan
likuiditas dan/atau masalah solvabilitas lembaga 7. Penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) rupiah
keuangan bukan bank (LKBB) yang berdampak dari rata-rata sebesar 9.08% menjadi 7.5%.
sistemik. 8. Penurunan GWM valas dari 3 % menjadi 1%.
Sementara itu, krisis keuangan global secara tidak 9. Penundaan sementara bagi pencatatan efek
langsung juga berdampak pada kondisi perbankan di secara mark to market.
Indonesia, yang antara lain ditunjukkan oleh semakin 10. Penyempurnaan ketentuan mengenai Fasilitas
ketatnya kondisi likuiditas perbankan. Untuk itu, Likuiditas Intrahari.
respon kebijakan Bank Indonesia dalam rangka
11. Penyempurnaan ketentuan mengenai Fasilitas
menjaga stabilitas perbankan adalah berupa :
Pendanaan Jangka Pendek (FPJP).
1. Peningkatan suku bunga FASBI dari BI rate minus
12. Penyempurnaan ketentuan mengenai Fasilitas
200 bps menjadi BI rate minus 100 bps.
Pembiayaan Darurat.
manajemen dan operasional perbankan, (v) infrastruktur terwujudnya merger antar bank-bank juga diberikan
pendukung yang mencukupi, dan (vi) perlindungan dan oleh pemerintah melalui Departemen Keuangan yang
pemberdayaan nasabah. menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan No.43/
Arsitektur Perbankan Indonesia selama tahun 2008 Pengalihan Harta dalam rangka Penggabungan, Peleburan
yang dikelompokkan berdasarkan masing-masing pilar atau Pemekaran Usaha, yang memberikan kemudahan
diuraikan dibawah ini. bagi bank yang akan merger dengan memperkenankan
penggunaan nilai buku dalam pengalihan aset kepada
Pilar I – Penguatan Struktur Perbankan bank hasil merger.
Nasional
Konsolidasi Perbankan Peningkatan Akses Kredit dan Pembiayaan
telah dapat memenuhi ketentuan modal inti Bank Indonesia memiliki kepedulian
minimum Rp80 miliar, upaya penguatan struktur dalam pengembangan UMKM melalui kegiatan
perbankan nasional terus dilakukan. Hal ini antara peningkatan akses kredit perbankan kepada
lain dilakukan dengan menyempurnakan strategi UMKM. Pada tahun 2008, berbagai kegiatan telah
konsolidasi perbankan secara menyeluruh. Upaya ini dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka mendorong
masih terus dijalankan dengan upaya-upaya lanjutan upaya percepatan fungsi intermediasi perbankan
untuk menuju pada pemenuhan modal inti minimum kepada UMKM. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat
tahap kedua sebesar Rp100 miliar pada akhir tahun 2010, dikelompokkan dalam bentuk : (i) pemberian bantuan
yang mencakup : (a) pemantauan perkembangan modal teknis, (ii) pengembangan kelembagaan, (iii) penetapan
inti minimum bank-bank yang masih memiliki modal inti kebijakan dan penyempurnaan kebijakan/pengaturan
di bawah Rp100 miliar, (b) penyempurnaan beberapa kredit perbankan, serta (iv) peningkatan kerjasama
ketentuan terkait konsolidasi perbankan termasuk di dengan Pemerintah dan lembaga terkait lainnya.
dalamnya pengaturan modal inti minimum bank umum Selama tahun 2008, kegiatan bantuan teknis berupa
dan pemberian insentif dalam rangka konsolidasi pelatihan dalam rangka pengembangan UMKM diberikan
perbankan, serta (c) kebijakan lain yang bertujuan kepada bank maupun kepada Konsultan Keuangan Mitra
meningkatkan peran perbankan dalam pertumbuhan Bank (KKMB). Jumlah pelatihan kepada bank adalah
ekonomi. Selain itu, dalam beberapa tahun ke depan sebanyak 61 kali dan kepada KKMB sebanyak 67 kali
juga akan ditetapkan strategi konsolidasi lanjutan (pasca dengan peserta pelatihan dari perbankan sebanyak 1.824
2010) untuk mewujudkan sistem perbankan yang sehat, orang dan dari KKMB sebanyak 1.851 orang. Sementara
kuat dan efisien serta mampu mendukung pertumbuhan itu, nilai kredit debitur UMKM yang difasilitasi ke bank
ekonomi nasional dan siap menghadapi Masyarakat oleh KKMB sebesar Rp.580,7 miliar, meningkat 120%
Ekonomi Asean (MEA) 2015. dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar Rp.263,7
Guna mendukung upaya konsolidasi perbankan miliar. Jumlah UMKM yang berhasil dihubungkan ke bank
melalui merger, Bank Indonesia telah menyempurnakan oleh KKMB pada tahun 2008 adalah 21.634 UMKM.
insentif bagi bank-bank yang memilih merger sebagai Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2007 sebanyak
strategi konsolidasinya pada tahun 2007 melalui 10.222 UMKM. Selanjutnya dalam rangka meningkatkan
penerbitan PBI No.9/12/PBI/2007 tentang Insentif Dalam cakupan dan kualitas pelatihan telah dilaksanakan revisi
Rangka Konsolidasi Perbankan. Selain itu, dukungan bagi serta penambahan materi pelatihan yang bekerjasama
dengan berbagai lembaga internasional seperti InWent, kredit. Data ini dapat diakses melalui www.bi.go.
GTZ Profi, dan ILO. id pada Data dan Informasi Bisnis Indonesia.
Usaha Kecil yaitu penelitian mengenai pola-pola usaha dengan dukungan kredit perbankan, Bank
pembiayaan usaha kecil untuk komoditas yang Indonesia menyusun buku dengan judul “Meraih
telah dibiayai oleh bank dan berpotensi untuk Sukses Bisnis dengan Dukungan Pembiayaan
dikembangkan. Pada tahun 2008 telah dilaksanakan Perbankan: Pelajaran dari 15 Pengusaha” dan DVD
penelitian Lending Model untuk 15 komoditas/ “Perbankan dan UMKM: Usaha Bunga Potong dan
Jenis Usaha (KPJU) Unggulan UMKM yang usaha perempuan melalui forum fasilitasi yang
bertujuan untuk memberikan informasi kepada mempertemukan perbankan dan UMKM di Jakarta
stakeholders mengenai produk unggulan suatu City Centre. Klinik ini diikuti oleh 10 bank umum
daerah. Untuk tahun 2008 penelitian KPJU dilakukan serta dihadiri oleh pelaku koperasi dan UMKM dari
di 11 (sebelas) Kantor Bank Indonesia, yaitu berbagai sentra industri kecil di Jakarta.
c. Penyediaan informasi database UMKM. Kegiatan di Jakarta Timur, Bordir di Tasikmalaya serta Rumput
ini ditujukan untuk menjembatani kebutuhan bank Laut di Mataram, Madura, Samarinda, Ambon dan
membantu memasarkan UMKM kepada perbankan. Sebagai tindak lanjut pelaksanaan pilot project
Pada tahun 2008, kegiatan ini mencakup sekitar KKPA Kelapa Sawit di Lampung pada tahun 2007,
2.850 unit UMKM yang tersebar di 28 kabupaten/ dalam rangka penanganan konflik Inti Plasma, Tim
kota dalam 14 propinsi. Nilai lebih dari database Bank Indonesia bekerjasama dengan konsultan (Tim
ini adalah tersedianya aspek keuangan yang dapat Independen) telah berhasil membangun komitmen
dimanfaatkan perbankan dalam proses penilaian penyelesaian permasalahan ini di kalangan petani
plasma, Perusahaan Inti, Pemerintah Provinsi Lampung, pengembangan lembaga keuangan mikro
Pemerintah Kabupaten Way Kanan dan aparat di daerah. dengan mempertimbangkan berbagai model
Beberapa butir tuntutan petani juga telah diakomodir yang berkembang di regional Asia Pasifik maupun
oleh Perusahaan Inti dalam bentuk Surat Perjanjian Kerja dunia.
(SPK) baru. 3. Pentingnya pengembangan SDM bank yang
Sejalan dengan upaya pengembangan keuangan melaksanakan kegiatan pemberian kredit kepada
mikro, Bank Indonesia ikut mendukung penyelenggaraan UMKM.
Asia-Pacific Regional Microcredit Summit (APRMS) 2008 4. Pentingnya pengembangan microfinance yang
yang merupakan konferensi ke-12 dalam rangkaian dari berbasis prinsip syariah, baik yang berbentuk bank
global dan regional microcredit summit yang dimulai (BPRS) maupun Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
sejak tahun 1997. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal non bank yakni Baitul Maal Wat Tamwil (BMT).
28 - 30 Juli 2008 di Nusa Dua, Bali, diikuti oleh 917
5. Pengembangan model microfinance agar
peserta yang berasal dari 50 negara termasuk Indonesia
memperhatikan kondisi sosial budaya setempat.
dan terdiri dari berbagai kalangan, yaitu praktisi/pelaku
Selain itu, Bank Indonesia berperan sebagai
usaha keuangan mikro maupun pengamat/observer dari
counterpart Pemerintah dalam program Kredit Usaha
regulator, lembaga pemerintah, perbankan, lembaga
Rakyat (KUR) yang bertujuan untuk mendorong
donor, dan akademisi.
perbankan agar menyalurkan kredit/pembiayaan kepada
Tema utama dari pelaksanaan Microcredit Summit
UMKM dan koperasi yang layak (feasible) namun belum
ini adalah :
bankable melalui peningkatan kapasitas Perusahaan
1. Menjangkau masyarakat termiskin; Penjamin (Lembaga Penjamin Kredit/LPK). Program KUR
2. Menjangkau dan memberdayakan perempuan; ini ditandai dengan Nota Kesepahaman Bersama antara
3. Membangun kemandirian institusi secara Pemerintah dan 6 (enam) bank pelaksana yang terdiri
finansial; dari PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT. Bank Mandiri,
PT. Bank Negara Indonesia (BNI), PT. Bank Tabungan
4. Memberikan kontribusi positif dan terukur
Negara (BTN), PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank
terhadap peningkatan kesejahteraan nasabah dan
Bukopin. Berdasarkan data Kementerian Koordinator
keluarganya.
Bidang Perekonomian menunjukkan bahwa realisasi
Dari berbagai topik yang berkembang dan
penyaluran KUR posisi Desember 2008 sebesar Rp12,6
didiskusikan baik dalam workshop session maupun
triliun dengan total debitur sebanyak 1.671.668 debitur,
plenary session dapat disarikan beberapa isu yang
dengan rata-rata kredit Rp.7,5 juta dan NPL sebesar
terkait dengan microfinance dan perbankan dalam
0,2%. Porsi penyaluran KUR terbesar disumbangkan
koridor kebijakan Bank Indonesia serta masukan untuk
oleh BRI yaitu sebesar Rp 9,2 triliun atau 72,9% dari
pengembangan dan praktek microfinance di Indonesia,
total penyaluran KUR. Dari nilai tersebut, 68,4%
antara lain :
diantaranya merupakan KUR mikro dengan rata-rata
1. Perlunya transparansi dalam penetapan suku
kredit Rp.3,9 juta. Dilihat dari sektor, penyaluran
bunga (pricing) LKM karena terdapat LKM yang
didominasi oleh sektornya perdagangan, restoran dan
memberlakukan suku bunga dengan sangat tinggi
hotel mencapai 58,5%, dan diikuti oleh sektor pertanian
sehingga berperilaku mirip rentenir.
sebesar 21,9%.
2. Pentingnya pengembangan model-model bagi
Tindak Lanjut Pembentukan Lembaga Apex BPR Program Linkage antara Bank Umum dengan BPR
Bank Indonesia mendukung upaya Program linkage bertujuan untuk membangun
pembentukan lembaga Apex BPR untuk membantu sinergi antara bank umum dengan BPR/S dalam
permasalahan likuiditas. Sebagai kelanjutan dari penyaluran kredit/pembiayaan kepada masyarakat.
penyusunan Prinsip Dasar Pelaksanaan Lembaga Apex Selama tahun 2008, program linkage atas fasilitasi Bank
BPR pada akhir tahun 2007, telah dilakukan pemantauan Indonesia telah menghasilkan penandatanganan Surat
terhadap kegiatan Lembaga Apex yang terbentuk pada Pemberitahuan Persetujuan Pemberian Kredit (SP3K)
beberapa wilayah dan kendala yang menghambat antara 20 bank umum dengan lebih dari 148 BPR/S
kegiatan operasionalnya. Dalam pertemuan monitoring dengan total plafon kredit yang disalurkan sebesar Rp.979
dengan pelaksana Lembaga Apex dan pengurus miliar. Dengan perkembangan tersebut, sejak tahun 2005
asosiasi, diketahui beberapa hal yang menghambat sampai dengan akhir tahun 2008 Bank Indonesia telah
efektivitas peran Lembaga Apex, antara lain: (i) belum memfasilitasi kerjasama penyaluran kredit/pembiayaan
adanya pemisahan pos pencatatan atas penempatan dalam rangka program linkage sebesar Rp5,96 triliun
dana dari BPR anggota ke BPR Koordinator, sehingga yang melibatkan 38 bank umum dengan lebih dari 1.300
mempengaruhi kinerja keuangan BPR Koordinator, dan BPR/S. Pada tahun 2008 ini kantor cabang bank asing
(ii) terhambatnya penempatan dana anggota kepada juga sudah mulai mengikuti program linkage dengan
Lembaga Apex (dalam hal ini bank umum) yang masuk tahap awal bekerjasama dengan 3 BPR.
dalam kategori pihak terkait dalam ketentuan Batas Untuk terus menggerakkan program linkage, Bank
Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) BPR. Indonesia bersama anggota kelompok kerja program
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, linkage yang berasal dari bank umum, BPR/S dan asosiasi
Bank Indonesia mengambil langkah-langkah berupa: (i) perbankan telah melakukan pembahasan intensif
penyempurnaan format Laporan Bulanan BPR, dengan mengenai penyempurnaan implementasi generic model
memisahkan jenis penempatan dana pada pos Antar Bank program linkage dan isu – isu terkini mengenai program
(tabungan, deposito dan kredit) dengan klasifikasi umum linkage, seperti perluasan program linkage sehingga
dan dalam rangka Apex, dan (ii) perumusan konsep mencakup kerjasama antara bank umum dengan
penyempurnaan ketentuan Batas Maksimum Pemberian koperasi sebagai implementasi dari Instruksi Presiden
Kredit, dengan pengecualian terhadap penempatan dana No.5 tahun 2008 tanggal 22 Mei 2008.
antar bank dalam rangka pelaksanaan lembaga Apex Guna mendukung peningkatan implementasi
BPR yang mencakup penyediaan dana BPR anggota program linkage, Bank Indonesia juga telah melakukan
Apex kepada Lembaga Apex (pooling of fund) dan/ fasilitasi peningkatan kompetensi pejabat bank umum
atau penyediaan dana oleh BPR sebagai lembaga Apex dalam melakukan penilaian BPR/S yang akan diajak
kepada BPR anggota Apex yang mengalami kesulitan bekerjasama melalui pelatihan penilaian tingkat
likuiditas. kesehatan BPR/S. Selama tahun 2008 telah dilaksanakan
Selain itu, sebagaimana hasil studi dan mengacu 3 (tiga) kali pelatihan penilaian tingkat kesehatan BPR/S
pada international best practices bahwa lembaga Apex oleh Bank Indonesia yang diikuti oleh lebih dari 20 bank
yang ideal berbentuk bank umum atau unit layanan umum.
bank umum, maka tetap diupayakan penjajagan untuk
mendorong bank umum menjadi lembaga pengayom
bagi BPR.
Tabel 3.1.
Perkembangan Program Linkage
2007 2008
Kelompok Bank Jumlah Dana Jumlah Dana
Jumlah BPR Jumlah BPR
(Rp Juta) (Rp Juta)
Bank Pemerintah 978 1.700.131 577 2.349.202
BUSN 631 3.167.901 665 3.594.343
Bank Campuran 0 0 0 0
Bank Asing 0 0 3 675
BPD 116 109.705 136 172.353
Total 1.725 4.977.737 1.381 6.116.573
Program pembentukan skim penjaminan kredit penjaminan kredit melalui pembentukan Lembaga
daerah Penjaminan Kredit Daerah (LPKD) untuk memperluas
Langkah Bank Indonesia untuk akses kredit kepada masyarakat akan semakin terbuka.
mengembangkan penjaminan kredit daerah Sampai saat ini LPKD telah berdiri di 19 propinsi dan
mendapat dukungan sepenuhnya dari Pemerintah. selama tahun 2008 upaya yang dilakukan Bank Indonesia
Pengembangan skim penjaminan kredit daerah yang mulai difokuskan pada harmonisasi ketentuan-ketentuan yang
diluncurkan oleh Bank Indonesia pada tahun 2004 saat terkait penjaminan kredit dan sosialisasi kepada propinsi-
ini telah memperoleh dukungan penuh dari pemerintah propinsi yang belum memiliki LPKD.
dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden No.2 tahun Sebagai bentuk komitmen Bank Indonesia untuk
2008 tentang Lembaga Penjaminan dan Peraturan terus melanjutkan pengembangan LPKD, Bank Indonesia
Menteri Keuangan No.222/PMK.01/2008 tanggal 16 bersama instansi terkait saat ini sedang melakukan kajian
Desember 2008 tentang Perusahaan Penjaminan Kredit terhadap beberapa usulan pengembangan LPKD yang
dan Perusahaan Ulang Penjaminan Kredit. mencakup optimalisasi peran LPKD dan implementasi
Penerbitan Peraturan Presiden No.2 tahun 2008 skim penjaminan di daerah. Kajian tersebut diharapkan
dan Peraturan Menteri Keuangan No.222/PMK.01/2008 dapat selesai pada tahun 2009 yang hasilnya akan
tanggal 16 Desember 2008 secara prinsip telah dapat dijadikan panduan dalam penyempurnaan peran LPKD
mengatasi kendala-kendala yang semula ditemui dalam untuk meningkatkan akses kredit kepada masyarakat
pengembangan skim penjaminan daerah. Beberapa di daerah.
kendala yang ditemui sebelumnya antara lain adalah
PILAR 2 – Program Peningkatan Kualitas
ketentuan dalam PP No.107/2000 yang melarang daerah
Pengaturan Perbankan
melakukan penjaminan atas pinjaman pihak lain yang
mengakibatkan beban pada keuangan daerah dan tidak Pembentukan Lembaga Riset Perbankan Daerah
tersedianya dana yang cukup pada beberapa daerah Pembentukan LRPD bertujuan meningkatkan
untuk dialokasikan sebagai dana abadi dalam kerangka peran aktif perbankan di daerah dalam
Dampak Kuantitatif (Quantitative Impact Study/ profil risikonya tersebut. Setelah itu, pengawas akan
QIS) terhadap beberapa bank sejak tahun 2005. mereview ICAAP yang dilakukan oleh bank. Proses
Jumlah bank yang turut serta terus meningkat review ini dapat menggunakan hasil penilaian bank
setiap tahunnya sehingga pada tahun 2008 sendiri terhadap profil risiko secara keseluruhan -
QIS telah melibatkan seluruh bank. Pada posisi seperti dikemukakan dalam ICAAP, dan pengawas
September 2008 secara rata-rata, penerapan Basel dapat menggunakan kombinasi pemeriksaan (on-
II berdampak pada penurunan CAR bank pelapor site examinations) dengan uji transaksi yang tepat
sebesar 1,92%, namun penurunan tersebut tidak dan review kebijakan, proses dan pengendalian
sampai menyebabkan CAR bank menjadi turun dan pengawasan (off-site analysis). Pada akhirnya,
dibawah 8%. Sebaran penurunan maupun kenaikan pengawas dan bank harus memastikan bahwa
CAR untuk masing-masing bank dapat dilihat pada “kecukupan modal” tidak lagi hanya mencerminkan
grafik dibawah ini. kemampuan bank untuk memenuhi kebutuhan
modal sesuai ketentuan yang berlaku. Namun,
akan lebih mencerminkan kecukupan modal untuk
mengabsorpsi seluruh risiko bank.
2. Proses Review oleh Pengawas penerapan manajemen risiko Bank Indonesia telah
pula menyelesaikan beberapa kajian mengenai
Bank Indonesia telah menerbitkan Consultative Paper
berbagai jenis risiko lainnya yang dipandang material
(CP) kepada perbankan yang memberikan gambaran
di perbankan Indonesia, misalnya Interest Rate
arah kebijakan Bank Indonesia dalam melaksanakan
Risk in Banking Book, Risiko Likuiditas dan Risiko
4 prinsip yang sejalan dengan pengawasan berbasis
Konsentrasi.
risiko (risk based supervision). Dalam CP ini, antara
lain disampaikan bahwa bank akan diminta untuk 3. Disiplin Pasar
menyusun Internal Capital Adequecy Assesment Agar proses pengawasan oleh publik melalui
Process (ICAAP) yaitu proses untuk mengidentifikasi, mekanisme disiplin pasar dapat juga berjalan
memonitor, mengukur dan mengendalikan seluruh baik, maka bank harus melakukan transparansi
risiko, termasuk risiko-risiko yang dipandang dengan mengungkapkan informasi yang
material bagi bank antara lain risiko likuiditas, risiko konsisten dengan informasi yang diperoleh
konsentrasi dan risiko suku bunga., serta kebutuhan pengurus bank dalam menilai dan mengelola
modal yang diperlukan oleh bank sesuai dengan risiko. Namun demikian, pengungkapan tersebut
seyogyanya tidak bertentangan dengan standar perbankan khususnya dalam menghadapi implementasi
akuntansi yang berlaku. Terkait dengan standar BASEL II serta penerapan PSAK 55 & 50. Sehubungan
akuntansi, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dengan hal tersebut, sejak tahun 2006 BSS telah mendidik
telah mengumumkan bahwa sistem akuntansi dan mencetak tenaga spesialis (validator) baik Market Risk
di Indonesia akan mengadopsi International Specialist, Information Technology Specialist maupun
Financial Reporting Standard (IFRS), yang Accounting Specialist. Selain itu pelatihan di tahun 2008
telah dimulai dengan penerbitan PSAK No. 50 juga diarahkan kepada pencapaian International Certified
(Revisi 2006) dan PSAK No. 50 (Revisi 2007). seperti Certified Information System Auditor (CISA),
Penerapan IFRS juga diyakini akan meningkatkan Certified Financial Risk Management (CFRM) dan CAMS
transparansi di perbankan. (Certified Anti Money Laundering).
Lebih jauh, Bank Indonesia bekerja sama dengan IAI Dalam rangka mencapai sasaran tersebut, BSS telah
dan perbankan telah menyusun Pedoman Akuntansi melaksanakan berbagai pelatihan dan seminar baik yang
Perbankan Indonesia (PAPI) untuk membantu diselenggarakan sendiri (in house training) maupun yang
perbankan menginterpretasikan penerapannya. diselenggarakan oleh lembaga pelatihan domestik dan
Selain itu, dilakukan pula penyempurnaan reporting internasional. Kerja sama dengan lembaga internasional
system (LBU dan LBBU) yang dapat memenuhi dalam rangka mencetak tenaga-tenaga spesialis tersebut
kebutuhan informasi yang sejalan dengan Basel II telah dilakukan antara lain dengan beberapa lembaga
dan IFRS. Pada saatnya, ketentuan transparansi international seperti Bundesbank, Bank of England,
yang berlaku saat ini juga perlu disempurnakan Banque de France, APEC Initiative Training Program,
kembali sejalan dengan penyempurnaan standar Financial Stability Institute (FSI); South East Asian Central
akuntansi dan sistem pelaporan bank. Banks (SEACEN).
dalam bidang manajemen risiko. Kompetensi Standar Minimum Good Corporate Governance (GCG)
dan keahlian dimaksud dirasakan semakin penting, Penetapan standar minimum GCG untuk
terutama untuk meningkatkan ketahanan perbankan meningkatkan tata kelola usaha bank yang lebih
dalam menghadapi risiko dan meningkatkan daya saing baik. Pengaturan mengenai penerapan GCG pada bank
sumber daya manusia di industri perbankan nasional umum telah dimuat dalam PBI No.8/4/PBI/2006 dan
guna menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi PBI No.8/14/PBI/2006. Beberapa aspek penting dalam
ASEAN. Penerapan Peraturan Bank Indonesia No.7/25/ pengaturan GCG bagi bank umum tersebut antara
PBI/2005 tentang Sertifikasi Manajemen Risiko Bagi lain mencakup: penguatan aspek pengawasan dari
Pengurus dan Pejabat Bank Umum yang diamandemen komisaris dengan dibentuknya beberapa komite-komite
dengan PBI No.8/9/PBI/2006 belum sepenuhnya berjalan GCG, transparansi pelaksanaan GCG dengan kewajiban
sesuai dengan yang diharapkan karena adanya kendala- menyampaikan laporan pelaksanaan GCG kepada publik
kendala dari sisi kelangkaan tenaga kerja pada bidang serta kewajiban untuk melakukan self assesment yang
tertentu dan ruang lingkup pejabat bank umum yang merupakan alat bagi bank untuk menilai apakah bank
perlu mengikuti program sertifikasi manajemen risiko. telah menerapkan persyaratan minimal aspek GCG.
Terkait dengan hal tersebut, Bank Indonesia saat ini Laporan pelaksanaan GCG bank umum wajib
sedang melakukan proses amandemen kedua PBI No. dilaporkan setiap tahun dan untuk pertama kalinya
7/25/PBI/2005. laporan tersebut diterbitkan pada awal tahun 2008
Untuk keperluan penyempurnaan PBI diatas, Bank dengan periode pelaporan tahun 2007. Dari hasil survey
Indonesia pada triwulan IV 2008 telah melaksanakan diketahui bahwa semua bank telah membuat laporan
evaluasi dampak, manfaat, dan efektivitas program GCG sehingga masyarakat dapat memperoleh informasi
sertifikasi manajemen risiko. Hasil-hasil yang diperoleh yang cukup mengenai tata kelola bank. Hal penting
dari evaluasi tersebut bersama masukan-masukan lainnya dari implementasi GCG tersebut adalah semakin
yang disampaikan oleh asosiasi-asosiasi perbankan dan banyaknya pihak independen menjadi pengurus bank,
pihak-pihak lain yang berkepentingan akan dijadikan baik sebagai anggota dewan komisaris, presiden direktur
sebagai salah satu pertimbangan penyempurnaan PBI. maupun anggota komite-komite. Dengan semakin
Dengan adanya upaya yang terintegrasi ini, diharapkan besarnya peran dan keberadaan pihak independen
target pelaksanaan sertifikasi manajemen risiko pada tersebut diharapkan akan meningkatkan check and
tahun 2010 dapat terlaksana dengan baik, yaitu seluruh balance dalam bank sehingga governance bank akan
pengurus dan pejabat bank umum sampai dengan level meningkat.
tertentu sudah memiliki sertifikat manajemen risiko
sesuai dengan jenjang jabatan serta skala usaha dan PILAR 5 – Program Pengembangan Infrastruktur
program sertifikasi manajemen risiko pada tahun 2005 Biro Informasi Kredit (BIK)
sampai dengan akhir tahun 2008 tidak kurang dari BIK diharapkan dapat meningkatkan
49.965 orang bankir yang telah mengikuti uji kompetensi penyaluran kredit. Untuk dapat memberikan berbagai
manajemen risiko pada level 1, 2, dan 3 dengan tingkat informasi kepada perbankan dan masyarakat, BIK selaku
kelulusan rata-rata 71%. pengelola Sistem Informasi Debitur (SID) terus melakukan
pembenahan mengingat perannya yang cukup besar
dalam mendukung penyaluran kredit perbankan.
Selama 2 (dua) tahun pasca launching pada tanggal 29 berkala, untuk memantau kualitas kreditnya serta untuk
Juni 2006, terjadi peningkatan yang cukup signifikan memastikan kebenaran pelaporan data kredit yang telah
terhadap jumlah pelapor, debitur yang dilaporkan dilakukan oleh pelapor.
serta penggunaan output SID berupa Informasi Debitur a. Penyempurnaan infrastruktur SID dilakukan
Individual (IDI). melalui penyempurnaan aplikasi SID sisi client untuk
Namun disamping peningkatan tersebut, tidak BPR dan Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB), serta
dapat dipungkiri bahwa masih terdapat beberapa aplikasi Alat Bantu Pengendalian Data (ATULIDA).
kendala yang dihadapi, khususnya terkait dengan Disamping itu telah dilakukan pula penyusunan
kurangnya awareness pelapor yang tercermin dari Kajian Pengembangan BIK yang berisi rencana
pelaporan data yang kurang lengkap, akurat dan tidak optimalisasi SID untuk jangka pendek, menengah
sesuai dengan ketentuan. Selain itu, adanya kendala dan panjang. Penyempurnaan aplikasi dan kajian
berupa rendahnya kesadaran debitur akan pentingnya tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
menjaga reputasi kredit, serta pengetahuan akan haknya data serta performance SID.
untuk memperoleh IDI sebagai sarana cross check b. Peningkatan akurasi dan kelengkapan data SID
pelaporan SID yang telah dilakukan oleh pelapor. melalui pemeriksaan terhadap bank. Akurasi
Selanjutnya guna menjawab permasalahan dan kelengkapan data merupakan fokus utama
tersebut, telah dilakukan beberapa upaya dalam rangka dalam pengembangan BIK. Pada tahun 2008,
peningkatan awareness pelapor dan masyarakat telah dilakukan pemeriksaan terhadap beberapa
umum terhadap keberadaan BIK. Disamping itu guna bank besar, dimana salah satu obyek pemeriksaan
meningkatkan kualitas data, performance SID serta adalah mengenai keakuratan dan kelengkapan data
pelayanan di BIK, telah dilakukan pula penyempurnaan yang disampaikan bank dalam Laporan Debiturnya.
infrastruktur SID, peningkatan akurasi dan kelengkapan Pemeriksaan tersebut telah ditindaklanjuti dengan
data, peningkatan jumlah pelapor, pengembangan pengenaan sanksi terhadap bank yang melanggar
regulasi dan etika, serta peningkatan kualitas SDM. ketentuan.
Peningkatan awareness masyarakat umum Upaya untuk mengurangi data kotor telah pula
terhadap keberadaan BIK dilakukan melalui penerbitan dilakukan melalui implementasi Aplikasi ATULIDA
advertorial mengenai BIK di beberapa media cetak kepada seluruh bank umum, termasuk crash
nasional, serta kegiatan sosialisasi dalam bentuk program bersama beberapa bank yang memiliki
seminar di beberapa Kantor Bank Indonesia. Hal ini duplikasi data SID terbesar. Diharapkan dengan
dilakukan untuk memperkenalkan peran BIK dan SID, kegiatan tersebut, output SID yang dihasilkan akan
serta keterkaitannya dengan masyarakat. Dalam hal ini lebih akurat dan realible.
masyarakat perlu mengetahui bahwa data debiturnya c. Peningkatan jumlah kantor Pelapor SID
tercatat dalam SID dan dapat diakses oleh seluruh pelapor baik untuk pelapor bank umum, BPR dan LKNB.
SID untuk proses persetujuan kredit. Selain itu dilakukan Dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2007,
penyampaian informasi mengenai hak debitur untuk pada tahun 2008 terjadi peningkatan total kantor
dapat memperoleh IDI baik di Gerai Info Bank Indonesia pelapor SID sebesar 5,5%. Khusus untuk bank
maupun di lembaga penyedia dana tempat debitur umum pelapor SID, jumlah bank umum sebagai
menerima fasilitas kredit. Dengan demikian debitur lembaga mengalami penurunan yang disebabkan
dapat melakukan pengecekan status kreditnya secara karena adanya merger terhadap beberapa bank.
Dengan bertambahnya jumlah kantor pelapor SID, e. Peningkatan kualitas SDM dilakukan antara lain
maka jumlah data input di SID juga bertambah, melalui intensifikasi kegiatan pelatihan SID yang
sehingga jumlah fasilitas yang tercatat di SID pun ditujukan kepada petugas di pelapor maupun
semakin lengkap. kepada pegawai di internal BI. Kegiatan pelatihan
d. Pengembangan regulasi dan etika dilakukan ini merupakan upaya peningkatan awareness dari
melalui penerbitan Surat Edaran (SE) Ekstern pelapor dan pengguna akan pentingnya pelaporan
kepada seluruh Bank Umum No.10/47/DPNP tanggal SID secara benar. Selain itu telah dilakukan pula
23 Desember 2008 perihal SID. SE ini merupakan penambahan SDM pengelola SID dengan harapan
ketentuan pelaksanaan dari PBI SID No.9/14/PBI/2007 pengelolaan SID termasuk pelayanan kepada
yang telah diberlakukan sejak tanggal 30 November stakeholder BIK dapat lebih ditingkatkan.
2007. Adapun salah satu materi yang tercakup dalam Sebagai kelanjutan dari kegiatan yang telah
SE dimaksud adalah Pedoman Operasional SID yang dilakukan, pada tahun 2009 ini akan terus dilakukan
dipergunakan sebagai panduan bagi pelapor untuk upaya-upaya peningkatan kualitas data dan performance
melakukan penyusunan Laporan Debitur. Selanjutnya SID, peningkatan awareness baik untuk masyarakat dan
dengan diterbitkannya ketentuan pelaksanaan ini, pelapor, harmonisasi ketentuan yang terkait dengan SID,
diharapkan penyusunan Laporan Debitur dapat serta penjajakan pembentukan payung hukum untuk
dilakukan secara lebih jelas. Dalam proses penyusunan perluasan data SID kepada data pelanggan perusahaan
ketentuan SID, perwakilan pelapor yang terhimpun utilitas publik. Seluruh kegiatan yang akan dilakukan
dalam working group SID telah memberikan peran tersebut merupakan bentuk usaha Bank Indonesia
aktif khususnya untuk materi yang membutuhkan untuk pencapaian visi BIK sebagai credit bureau yang
masukan dari user SID. berstandard internasional.
Tabel 3.2
Perkembangan Data SID Tahun 2006 – 2008
Peningkatan kompetensi pegawai sektor yang diselenggarakan secara kontinyu setiap tahun
perbankan Bank Indonesia melalui program pendidikan dengan sistem berjenjang (grade), wajib diikuti oleh
yang sistematis, teratur dan berkesinambungan oleh seluruh pegawai di sektor perbankan baik di Kantor
para pengajar yang ahli di bidangnya merupakan Pusat maupun di Kantor Bank Indonesia (KBI). Peserta
jawaban terhadap kebutuhan pengawas bank yang yang telah lulus pada setiap grade akan memperoleh
profesional dan berkompetensi tinggi sehingga sertifikat sebagai tanda bukti kompetensi (kualifikasi)
dapat disejajarkan dengan para pengawas pada sesuai dengan tingkatan yang telah dilaluinya.
otoritas pengawas bank di negara-negara maju. Sejak Selanjutnya pada tingkat akhir dari pelatihan ini bagi
tanggal 1 September 2005, kegiatan pendidikan dan peserta yang dinyatakan lulus oleh Komite Sertifikasi
pelatihan SDM sektor perbankan dilaksanakan oleh akan memperoleh gelar sebagai ”Pengawas Bank
Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bersertifikat” (Certified Bank Supervisor).
(DPNP), khususnya di Banking Supervision School, Adapun pelatihan khusus dimaksudkan untuk
yang diharapkan menjadi cikal bakal terbentuknya memenuhi kebutuhan para pengawas bank yang
Learning Centre Bank Indonesia. bersifat temporer dan seketika. Selain itu, memiliki
Bank Indonesia melaksanakan peningkatan tujuan untuk mendidik para pengawas bank menjadi
kompetensi pegawai sektor perbankan melalui seorang ahli di bidang tertentu, serta untuk memenuhi
program pendidikan yang terpadu, baik dalam kebutuhan yang bersifat segera maupun dalam rangka
bentuk pelatihan reguler maupun pelatihan khusus. pengkinian (updating) terhadap suatu pengetahuan
Pelatihan reguler dalam bentuk pelatihan sertifikasi tertentu. Pelatihan khusus dapat diikuti oleh seluruh
dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan dan pegawai di sektor perbankan baik di Kantor Pusat
pengetahuan di bidang pengawasan bank. Pelatihan maupun di Kantor Bank Indonesia (KBI).
Jumlah Peserta
Sebagai bentuk pelatihan SDM sektor perbankan kemampuan para pengajar intern tersebut. Bank
yang berkelanjutan, pada tahun 2008 Bank Indonesia Indonesia sejak tahun 2005 juga telah memberikan
telah mengikutsertakan pengawas dan peneliti bank beberapa pelatihan khusus kepada berbagai instansi
pada berbagai pelatihan dan seminar baik yang di tanah air seperti Badan Pemeriksa Keuangan
diselenggarakan sendiri (in house training) maupun Republik Indonesia (BPK RI), Komisi Pemberantasan
yang diselenggarakan oleh lembaga pelatihan Korupsi (KPK), Badan Intelijen Nasional (BIN),
domestik dan internasional. Kerja sama dengan Kepolisian Republik Indonesia, Direktorat Jendral Pajak
lembaga internasional dalam rangka penyelenggaraan Departemen Keuangan, Hakim Agung Mahkamah
pelatihan bagi pegawai di sektor perbankan telah Agung Republik Indonesia, Departemen Luar
dilakukan antara lain dengan APEC Initiative Training Negeri Republik Indonesia serta beberapa instansi
Program, Financial Stability Institute (FSI); dan South pemerintah lainnya. Selain itu di tahun 2008, Bank
East Asian Central Banks (SEACEN). Indonesia juga telah menerima beberapa kunjungan
Di samping itu sejak tahun 2005, telah dari otoritas negara lain seperti dari Bank Timor Leste,
dilaksanakan kerjasama dengan FDIC-USA untuk Bank of Tanzania serta beberapa negara lainnya guna
mendidik para pengajar intern Bank Indonesia berupa melakukan attachement program pengembangan
Training for Trainers program guna meningkatkan kompetensi dari pegawai otoritas dimaksud.
Jumlah Peserta
SMP dan SMU di berbagai wilayah Indonesia. Selain itu, Pernyataan kesepahaman ini pada tahun 2009 nanti
pelaksanaan edukasi perbankan juga telah dilaksanakan direncanakan akan ditingkatkan menjadi Memorandum
oleh kalangan perbankan kepada para jurnalis dan para of Understanding yang antara lain akan mencakup
pengusaha mikro, kecil, dan menengah di berbagai kerjasama di bidang penelitian dan peningkatan
daerah, yang difasilitasi oleh Kantor Bank Indonesia kompetensi SDM di bidang edukasi keuangan.
setempat. Melengkapi kegiatan-kegiatan diatas, Bank Selanjutnya sebagai rangkaian kegiatan di Tahun
Indonesia bersama-sama dengan beberapa perwakilan Edukasi Perbankan, beberapa waktu yang lalu Bank
bank besar aktif pula dalam kegiatan edukasi kepada Indonesia telah melaksanakan Lomba Poster Edukasi
para Tenaga Kerja Indonesia yang dikoordinir oleh Kantor Masyarakat di Bidang Perbankan untuk lima kategori
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian. peserta, yaitu kategori pelajar SMP, pelajar SMU,
Selain itu, Bank Indonesia juga telah melakukan Mahasiswa, Wartawan, dan kategori Umum. Tujuan
kerjasama dengan the Organisation for Economic lomba ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai
Cooperation and Development (OECD) untuk persepsi masyarakat terhadap kelembagaan dan produk/
menyelenggarakan Seminar Internasional Edukasi jasa perbankan yang pada waktunya nanti akan
Keuangan pada bulan Oktober 2008 yang mencakup: digunakan sebagai salah satu pertimbangan penyusunan
• The 2nd Meeting of The International Network on materi-materi edukasi perbankan kedepan.
Financial Education pada tanggal 20 Oktober 2008 Kondisi keuangan global yang memprihatinkan
dengan peserta beberapa otoritas negara yang saat ini dan cukup besarnya kerugian yang dialami oleh
memiliki kepentingan dan memberikan perhatian masyarakat di berbagai negara karena tidak dipahaminya
pada perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi karakteristik produk keuangan yang dimanfaatkan, juga
edukasi keuangan telah menjadi pokok perhatian Bank Indonesia dan Pokja
• The OECD/Bank Indonesia International Conference Edukasi Perbankan. Terkait dengan hal tersebut, Bank
on Financial Education pada tanggal 21-22 Oktober Indonesia bersama-sama Pokja Edukasi Perbankan telah
2008 yang dihadiri oleh para regulator, akademisi, berinisiatif untuk menyusun materi edukasi berupa leaflet
lembaga swadaya masyarakat, lembaga keuangan, yang diberi judul “Kiat Menghadapi Kondisi Keuangan
• The 5th International Forum on Financial Consumer Pada intinya, leaflet ini memuat himbauan kepada
Protection and Education pada tanggal 23-24 masyarakat untuk mengenal dan memahami terlebih
Oktober 2008. Forum ini dikelola oleh suatu steering dahulu karakteristik produk/jasa keuangan yang akan
committee yang beranggotakan 8 (delapan) negara mereka manfaatkan. Termasuk didalamnya adalah
yang aktif berperan dalam kerjasama internasional gambaran mengenai sistem keuangan global, faktor-
di bidang edukasi keuangan, yaitu Canada, Amerika faktor risiko yang terdapat pada produk/jasa keuangan,
Serikat, Irlandia, Hungary, Korea Selatan, Afrika dan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh masyarakat dalam
dengan akhir tahun 2008 Bank Indonesia bersama-sama bank dalam rangka meningkatkan perlindungan
dengan Pokja Edukasi Perbankan telah menerbitkan tidak kepada nasabah. Hasil evaluasi ini pada waktunya
kurang dari 39 jenis leaflet, 2 buku saku, dan 2 komik akan digunakan sebagai masukan penyempurnaan PBI
edukasi perbankan serta telah diedarkan ke seluruh No.7/6/PBI/2005 diatas.
Indonesia melalui jaringan kantor bank. Selanjutnya sejalan dengan penerapan Undang-
Undang No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transparansi Informasi Produk Bank
Transaksi Elektronis yang memungkinkan adanya
Bank wajib menyampaikan transparansi
tandatangan elektronis sebagai alternatif tandatangan
produk dan jasanya kepada masyarakat. Penerbitan
basah, maka ketentuan-ketentuan yang terkait
PBI No.7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi
dengan penyampaian informasi dari bank kepada
Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah
nasabah maupun persetujuan nasabah kepada bank
ditujukan agar bank memberikan informasi yang
mengenai pemanfaatan produk dan penggunaan data
memadai dan berimbang kepada nasabah mengenai
pribadi nasabah perlu diselaraskan. Namun demikian,
karakteristik suatu produk yang ditawarkannya kepada
penyelarasan ini akan tetap mengutamakan dan berada
nasabah. Informasi tersebut tidak hanya mencakup
dalam koridor perlindungan nasabah sebagaimana
manfaat suatu produk bagi nasabah, namun juga
diamanatkan Pilar VI - API.
meliputi biaya-biaya yang harus dikeluarkan nasabah
untuk dapat memanfaatkan produk tersebut, risiko-risiko Penyelesaian Pengaduan Nasabah
yang terkandung dalam produk, serta hak dan kewajiban Akurasi laporan penyelesaian pengaduan
nasabah dan bank terkait pemanfaatan produk tersebut. nasabah semakin ditingkatkan dengan
Selain itu, bank dituntut pula untuk bersikap transparan diberlakukannya pelaporan secara on-line. Untuk
apabila akan menggunakan data pribadi nasabah untuk meningkatkan kualitas analisa laporan penyelesaian
keperluan komersial pihak lain diluar badan hukum bank pengaduan nasabah serta untuk mendukung proses
dengan meminta izin terlebih dahulu kepada nasabah pengambilan keputusan yang tepat terkait dengan
yang bersangkutan sebelum memberikan data nasabah kebijakan perlindungan dan pemberdayaan nasabah
tersebut kepada pihak lain. pada industri perbankan, Bank Indonesia telah melakukan
Dengan semakin kompleks dan beragamnya amandemen terhadap PBI No.7/7/PBI/2005 tentang
produk bank serta semakin terintegrasinya produk Penyelesaian Pengaduan Nasabah dengan menerbitkan
bank dengan produk lembaga keuangan lain, aspek PBI No.10/10/PBI/2008. Amandemen tersebut mencakup
transparansi produk bank menjadi semakin penting kewajiban bank umum untuk menyampaikan laporan
bagi nasabah. Namun demikian, perkembangan dan triwulanan Penyelesaian Pengaduan Nasabah secara
inovasi produk bank diatas ternyata belum diimbangi on-line melalui sarana Laporan Kantor Pusat Bank Umum
dengan tingkat pengetahuan dan pemahaman nasabah (LKPBU). Dengan perubahan metode penyampaian
yang memadai mengenai produk tersebut sehingga laporan tersebut, penyampaian laporan penyelesaian
pada tahun 2008 terjadi beberapa permasalahan pengaduan nasabah oleh bank umum kepada Bank
pada industri perbankan yang terkait dengan aspek Indonesia dapat dilakukan secara lebih akurat mengingat
transparansi produk. Dengan memperhatikan kondisi penyampaian laporan secara online memungkinkan
tersebut, maka Bank Indonesia pada tahun 2009 untuk dilakukannya pengecekan silang secara otomatis
merencanakan untuk melakukan evaluasi mengenai diantara formulir-formulir yang menjadi bagian dari
implementasi kewajiban transparansi informasi produk laporan tersebut.
Mediasi Perbankan
Mediasi perbankan terutama untuk
menjembatani kepentingan nasabah dan bank.
Pelaksanaan fungsi mediasi perbankan oleh Bank
Indonesia dimulai sejak tahun 2006 melalui penerbitan
PBI No.8/5/PBI/2006 tentang Mediasi Perbankan.
Pelaksanaan fungsi mediasi perbankan oleh Bank
Indonesia ini dilakukan mengingat asosiasi perbankan,
yang sebenarnya lebih tepat menyelenggarakan mediasi
perbankan, belum dapat merealisasikan pendirian
lembaga mediasi perbankan yang independen. Beberapa
kendala yang dihadapi oleh asosiasi perbankan
dalam pendirian lembaga mediasi tersebut antara
lain menyangkut aspek legal, sumber daya manusia,
independensi, dan kredibilitas.
Bab 4
Pengawasan Perbankan
Perkembangan transaksi keuangan yang relatif cepat baik secara internasional maupun
regional, berdampak pada perubahan yang sistematis pada pola transaksi keuangan. Hal ini
tidak hanya terbatas pada Lembaga Perbankan namun sudah mengarah pada terintegrasinya
bank dengan lembaga keuangan lainnya. Pesatnya pertumbuhan industri perbankan baik dari
sisi volume, jenis produk maupun variasi transaksi ini telah menimbulkan kompleksitas antara
transaksi Pasar Uang dan Pasar Modal.
Untuk menjawab tantangan dan tuntutan tersebut, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan
telah melakukan berbagai langkah penyempurnaan pola pengawasan dan pembinaan bank, tidak
hanya dalam bentuk kebijakan dan pengaturan, namun diarahkan pula pada aspek pengawasan
dan pembinaan bank. Risiko yang timbul baik secara internal maupun eksternal telah diidentifikasi
secara lebih dini untuk ditindaklanjuti dalam rangka menjaga kesinambungan industri perbankan.
Perkembangan kinerja dan ketahanan industri perbankan yang menggembirakan di tahun 2008,
menunjukkan fungsi pengawasan perbankan yang semakin efektif.
SISTEM PENGAWASAN BANK memastikan bahwa bank dapat tumbuh secara sehat
Bank Umum dan berkesinambungan sesusai dengan prinsip-prinsip
Sistem Pengawasan Bank menjadi lebih baik. kehati-hatian. Melalui sistem tersebut, Bank Indonesia
Untuk menjaga dan mendorong perbankan dapat tumbuh melakukan penilaian secara berkala terhadap 8 jenis
secara sehat dan berkesinambungan Bank Indonesia risiko, yang digunakan sebagai alat bantu untuk
menerapkan pola pengawasan yang berlaku secara memfokuskan area-area yang mempunyai risiko tinggi
internasional sesuai Basel Core Principles (BCP) yang yang berpotensi menimbulkan permasalahan dikemudian
dikenal dengan Risk Based Supervision (RBS). Dengan hari. Dengan demikian sistem pengawasan yang
penerapan ini, maka industri perbankan di Indonesia telah sebelumnya lebih ditekankan pada pemenuhan dan
dapat disejajarkan dengan industri perbankan di negara- ketaatan terhadap ketentuan yang berlaku (Compliance
negara lain, sehingga dapat meningkatkan daya saing Based Supervision), saat ini lebih ditekankan pada aspek
industri perbankan nasional di dalam era globalisasi. penilaian atas risiko berdasarkan Risiko Inheren dan
Bank Indonesia menetapkan strategi Sistem Pengendalian Risiko. Risiko Inheren merupakan
pengawasan individu bank berdasarkan hasil penilaian terhadap aktivitas fungsional, sedangkan Sistem
penilaian risiko. Pengawasan bank ditujukan untuk Pengendalian Risiko merupakan hasil penilaian terhadap
pilar-pilar pengendalian risiko. Dalam konteks ini hasil khusus menyangkut aspek-aspek yang menurut
akhir pengawasan berupa Individual Bank Supervisory penilaian pengawas memerlukan penelusuran lebih
Strategy (ISS), yaitu strategi pengawasan terhadap bank lanjut.
berdasarkan penilaian risiko suatu bank. Melalui format d. Pelaksanaan Pemeriksaan, dan penyusunan
tersebut, Pengawas telah memiliki pedoman yang jelas Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Pemeriksaan
dan terarah mengenai aktivitas pengawasan yang akan dilakukan sesuai dengan koridor yang dituangkan
dilakukan kemudian. dalam Audit Working Plan (AWP), terhadap temuan
Adapun siklus pengawasan yang dilakukan Bank hasil pemeriksaan dikonfirmasikan kepada bank
Indonesia adalah : untuk diminta tanggapannya, serta dibahas pada
a. Know Your Bank. Pengawas dituntut untuk level strategis pada exit meeting. Laporan hasil
memahami sepenuhnya mengenai proses bisnis, Pemeriksaan disampaikan kepada bank, yang
produk-produk bank baik dari sisi aktiva produktif disertai dengan surat pembinaan, khususnya
maupun sumber dana pihak ketiga, struktur menyangkut area-area yang berisiko tinggi, dan
kepemilikan dan kepengurusan, termasuk pula kepada bank diminta untuk segera melakukan
SWOT Analysis yang dituangkan dalam Data Pokok langkah tindak lanjut, baik melalui action plan,
Bank. Pemahaman terhadap bisnis bank tersebut maupun langkah lainnya yang diperlukan.
penting bagi pengawasan untuk melihat area-area e. Penyusunan ISS. Berdasarkan temuan pemeriksaan
yang rentan terhadap perubahan. maupun data dan informasi lainnya, pengawas
b. Penilaian Profil Risiko. Dalam hal ini penilaian menyusun Strategi Pengawasan Individu, yang
dilakukan terhadap 8 aktifitas fungsional dan 4 merupakan pedoman bagi pengawas untuk
pilar sistem pengendalian risiko, dengan hasil akhir melakukan pembinaan kepada bank maupun untuk
berupa profil risiko bank umum yang mencakup 8 memastikan bank dapat tumbuh secara sehat dan
Likuiditas, Risiko Operasional, Risiko Hukum, Risiko f. Pelaksanaan ISS. Berdasarkan ISS tersebut
Reputasi, Risiko Strategik, dan Risiko Kepatuhan. pengawas melakukan langkah-langkah tindak
Penilaian profil risiko tersebut dilakukan secara lanjut, melakukan pemantauan dan pengambilan
triwulanan,selanjutnya hasil penilaian tersebut keputusan yang diperlukan. ISS dilakukan review
dikomunikasikan kepada bank.Terhadap area-area secara triwulanan, dan akan dilakukan perubahan
yang menurut penilaian Bank Indonesia tergolong dan penyempurnaan apabila ditemukan adanya
berisiko tinggi, manajemen diminta untuk segera permasalahan lain maupun apabila manajemen
melakukan langkah-langkah perbaikan dan telah melakukan perbaikan.
penyempurnaan.
Weak 15,0% 13,4% hasil penilaian Bank Indonesia, pelaksanaan prinsip KYC
Acceptable 80,3% 83,2% dibandingkan tahun lalu relatif cukup baik. Hal antara lain
Strong 4,7% 3,4% ditunjukkan oleh jumlah yang tergolong Baik meningkat
Jumlah 100,0% 100,0% dari 9,8% menjadi 14,3%, sementara yang tergolong
Cukup Baik dan Kurang Baik menurun masing-masing
dari 74,5% menjadi 67,6%, dan dari 15,7% menjadi
Implementasi GCG Bank Umum
15,1%
Penerapan GCG bank umum semakin membaik.
Berdasarkan penilaian penerapan GCG bank umum per
Tabel 4.4.
Desember 2008, maka menghasilkan penilaian yang lebih Hasil Pemeriksaan Pelaksanaan KYC
baik dibandingkan tahun lalu, antara lain ditunjukkan
KYC Des-2007 Des-2008
oleh jumlah yang tergolong Baik meningkat dari 38,8%
menjadi 44,6%, sementara yang tergolong Tidak Baik Sangat Baik 0,0% 0,0%
Baik 9,8% 14,3%
turun dari 4,3% menjadi 0,8%.
Cukup Baik 74,5% 69,7%
Kurang Baik 15,7% 15,1%
Tabel 4.3.
Tidak Baik 0,0% 0,8%
Hasil Pemeriksaaan Pelaksanaan GCG
Jumlah 100,0% 100,0%
GCG Des-2007 Des-2008
Bank Indonesia melakukan pemantauan atas (3) Pengendalian Intern dan Fungsi Audit Intern; (4)
pelaksanaan tata kelola organisasi yang baik terutama Sistem Informasi Manajemen; (5) Sumber Daya Manusia
sejak diberlakukannya ketentuan tahun 2006. Kepada dan Pelatihan. Klasifikasi Implementasi KYC/AML dinilai
seluruh bank umum telah diminta untuk melakukan peringkat komposit 1 sampai 5, yaitu : sangat baik; baik;
penilaian sendiri (self assessment) atas pelaksanaan GCG cukup baik; kurang baik; dan tidak baik.
dengan melakukan penilaian atas 11 faktor penilaian dan Aspek pengendalian intern dan fungsi
menyampaikan laporan penilaian tersebut kepada Bank audit intern serta sistem informasi manajemen
Indonesia untuk dievaluasi. Disisi lain, Bank Indonesia perlu ditingkatkan. Berdasarkan evaluasi terhadap
juga melakukan pemeriksaan untuk menetapkan tingkat penerapan prinsip KYC, diketahui masih terdapat
kecukupan pelaksanaan GCG dan memastikan penilaian 2 aspek yang perlu ditingkatkan, mengingat : (1).
apakah self assessment tersebut telah dilakukan sesuai Pengendalian intern dan fungsi audit intern bank yang
dengan kondisi sebenarnya. belum dilaksanakan dengan baik, (2). Sistem Informasi
Manajemen bank yang belum terintegrasi dengan baik semakin menurun, Pengawas meminta kepada bank
untuk mendeteksi terjadinya transaksi keuangan nasabah untuk segera melakukan langkah-langkah strategis
yang mencurigakan. Disamping itu terhadap 1 bank yang mencegah menurunnya tingkat likuiditas.
mengalami penurunan peringkat menjadi tidak baik, Selain hal tersebut diatas dilakukan juga beberapa
sehubungan dengan tidak adanya kemauan manajemen hal yang menjadi konsentrasi pengawasan dalam
bank dalam memastikan berjalannya pengendalian intern menyikapi krisis tersebut, antara lain :
bank dengan baik.
a. Melakukan simulasi Corporate Liquidity Risk
Bank Indonesia melakukan berbagai pe- berdasarkan rasio Total Reserve terhadap DPK
nyempurnaan untuk memastikan bank mematuhi maupun Sovereign Reserve terhadap DPK. Hal ini
ketentuan prinsip KYC/AML. Bank Indonesia melakukan dimaksudkan untuk mengukur daya tahan likuiditas
evaluasi baik ketentuan, prosedur dan tata kerja, yang suatu bank atas gejolak penarikan Dana Pihak Ketiga
diharapkan dapat digunakan sebagai bahan review oleh terhadap aset-aset likuid yang dimiliki bank yang
Financial Action Task Force (FATF) menyangkut status siap dijual. Simulasi ini penting artinya mengingat
Indonesia yang pernah tercatat dalam Daftar Hitam, sebagian Reserve bank ditempatkan dalam bentuk
atau dikategorikan sebagai negara yang tidak kooperatif Surat Berharga (selain SBI, FASBI, FTK) yang memiliki
dalam memberantas tindak pidana pencucian uang / Non kecenderungan penurunan nilai.
Cooperative Countries and Territories (NCCT).
b. Melakukan pemantauan terhadap perkembangan
pos-pos tertentu neraca secara harian, khususnya
Penanganan Bank Pada Masa Krisis Global
untuk melihat perkembangan Primary Reserve,
Permasalahan sistem keuangan global pada medio
Secondary Reserve, Tertiery Reserve. Hal ini
2008, secara perlahan telah memberikan pengaruh
dimaksudkan agar terhadap bank-bank yang
pada situasi perbankan di Indonesia. Menyikapi hal
menunjukkan adanya kecenderungan mengalami
tersebut Bank Indonesia telah melakukan beberapa
permasalahan likuiditas dapat dilakukan langkah-
langkah antisipatif dengan memfokuskan pada aspek
langkah antisipatif segera mungkin. Hasil akhir
pemantauan likuiditas baik secara harian, mingguan
terhadap aktivitas tersebut kepada bank yang
maupun bulanan khususnya menyangkut perkembangan
mengalami permasalahan likuiditas diminta untuk
pos-pos tertentu neraca, analisa tentang sumber dan
segera membuat action plan.
penggunaan dana, termasuk pula analisa terhadap
transaksi PUAB dan pemantauan Secondary Reserve vs c. Melakukan simulasi pemenuhan GWM, dan
DPK. Selain itu, pengawas juga melakukan pengawasan pemantauan pemenuhan Giro Wajib Minimum
secara langsung dalam bentuk pemeriksaan khusus atas baik Rupiah maupun Valas. Hal ini dimaksudkan
transaksi valuta asing yang dilakukan bank-bank yang untuk melihat potensi bank-bank yang mengalami
Selain analisa terhadap individu bank, untuk d. Pemantauan transaksi PUAB, menyangkut jumlah,
mempermudah identifikasi permasalahan, terhadap jangka waktu, tingkat suku bunga dan counterpart.
seluruh bank dilakukan mapping pada bank besar, bank Hal ini dimaksudkan untuk melihat ketergantungan
menengah, dan bank kecil. Disamping itu dilakukan bank terhadap sumber dana PUAB, dan pengaruhnya
mapping pula pada besaran rasio likuiditas. terhadap likuiditas dan rentabilitas bank.
Dari hasil pemantauan tersebut, apabila dalam e. Pemantauan Transaksi Valas, menyangkut nasabah,
tren perkembangan menunjukkan kecenderungan yang tujuan, jumlah, dan counterpart. Hal ini dimaksudkan
untuk melihat kebutuhan likuiditas mata uang Pemilik/Pengurus bank. Sementara itu terdapat bank
asing, yang sekaligus digunakan untuk memantau yang masih tercatat Dalam Pengawasan Intensif dan
nasabah-nasabah yang melakukan transaksi valas. Dalam Pengawasan Khusus. Hal ini sebabkan antara lain
f. Pemantauan terhadap perkembangan Dana Pihak karena hingga akhir tahun 2008 pengurus dan pemilik
Ketiga, yaitu Giro, Tabungan, Deposito, maupun bank belum mampu menyelesaikan permasalahan dan
Deposit On Call. Hal ini dimaksudkan untuk melihat tidak menepati komitmen-komitmen bank sebagaimana
besarnya data volatile yang dimiliki, dan langkah yang dituangkan dalam action plan penyehatan.
i. Melakukan stress test terhadap ketahanan likuiditas tahun lalu, yang ditunjukkan oleh persentase bank masih
dan permodalan bank dikaitkan dengan portofolio cenderung Baik (58,8%). Sementara itu, persentase bank
aktiva produktif dan kondisi ekonomi terkait yang tergolong Kurang Baik turun dari 6,3% menjadi
dengan mark to market, nilai tukar, suku bunga. 0,8% dan tergolong Cukup Baik meningkat dari 32,3%
Kerjasama BI, KPK & PPATK Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, dan Ketua Dewan
Bank Indonesia meningkatkan kerjasama Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan tentang
dengan instansi lain khususnya KPK maupun Pembentukan Forum Stabilitas Sistem Keuangan (Forum
PPATK. Untuk mencapai stabilitas sistem keuangan SSK). Forum tersebut dibentuk semata-mata sebagai
yang sehat, langkah awal yang harus dicapai adalah wadah koordinasi dan pertukaran informasi antar
menciptakan kondisi perbankan yang handal dan kuat lembaga terkait, dan tidak dimaksudkan sebagai suatu
serta dapat tumbuh secara kondusif. Sementara itu lembaga formal dalam rangka pengambilan keputusan
sebagai Lembaga Jasa Keuangan, perbankan sangat dan atau melakukan duplikasi tugas yang menjadi
rentan dan kerapkali dimanfaatkan secara negatif oleh kewenangan dari lembaga-lembaga yang ada.
pelaku-pelaku kejahatan, baik yang terkait dengan Tugas utama dari Forum SSK adalah memberikan
kejahatan financing terrorism, praktik-praktik pencucian masukan dan informasi kepada Komite Koordinasi
uang, maupun tindak kejahatan korupsi. Menghadapi sebagaimana dimaksud di dalam Undang-Undang
permasalahan tersebut, Bank Indonesia selaku otoritas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang beranggotakan
pengawasan mengambil langkah-langkah strategis untuk Menteri Keuangan, LPP, Bank Indonesia dan LPS. Dengan
memastikan bank dapat tumbuh secara sehat dan kuat demikian Forum SSK memiliki empat fungsi pokok yakni
melalui kerjasama dengan instansi lain khususnya KPK sebagai berikut :
maupun PPATK.
a. Menunjang pelaksanaan tugas Komite Koordinasi
Kerjasama ini cukup kondusif dalam membangun dalam rangka pengambilan keputusan terhadap
hubungan kerja yang kolaboratif antara lain melalui Bank Bermasalah yang ditengarai sistemik;
sosialisasi bersama kepada beberapa Bank BUMN
b. Melakukan koordinasi dan tukar menukar informasi
maupun Bank BUMD pada paruh 2008, tukar menukar
dalam rangka sinkronisasi peraturan perundang-
data dan informasi, serta melakukan pemeriksaan
undangan dan ketentuan di bidang perbankan,
bersama terhadap beberapa bank yang disinyalir terdapat
lembaga keuangan non bank, dan pasar modal;
indikasi tindak kejahatan yang dapat memenuhi unsur-
c. Membahas permasalahan lembaga-lembaga dalam
unsur pencucian uang dan atau korupsi.
sistem keuangan yang berpotensi sistemik (bank
Forum Stabilitas Sistem Keuangan dan lembaga keuangan non bank) berdasarkan
Forum Stabilitas Sistem Keuangan (FSSK) informasi dari otoritas pengawas lembaga yang
dibentuk sebagai wadah koordinasi dan pertukaran bersangkutan (khususnya terkait upaya untuk
tujuh orang yakni tiga orang setingkat Direktur beranggotakan pejabat dari Departemen Keuangan,
Jenderal dari Departemen Keuangan yakni Direktur BI dan LPS yang dibentuk berdasarkan usulan
Jenderal Lembaga Keuangan, Direktur Jenderal dari masing-masing lembaga dan keputusan
Perbendaharaan dan Kepala Badan Pengkajian Forum Pengarah. Disamping itu, dimungkinkan
Ekonomi, Keuangan, dan Kerjasama Internasional; untuk membentuk semacam Gugus Tugas untuk
tiga orang anggota Dewan Gubernur Bank Indonesia menangani proyek-proyek tertentu seperti ASKI dan
yakni Deputi Gubernur Senior, Deputi Gubernur persiapan FSAP.
Bidang Penelitian dan Pengaturan Perbankan dan Dengan adanya Forum SSK tersebut diharapkan
Deputi Gubernur Bidang Pengawasan Perbankan dapat terwujud koordinasi yang lebih efektif antar
serta dan Kepala Eksekutif LPS. lembaga terkait, sehingga dapat mendukung terjaganya
2. Forum Pelaksana bertugas melaksanakan fungsi stabilitas sistem keuangan nasional, termasuk
Forum SSK sesuai arahan Forum Pengarah. Forum diantaranya dalam rangka untuk menciptakan sistem
pelaksana terdiri dari 18 orang anggota yakni perbankan yang sehat. FSSK telah melakukan sharing
6 orang pejabat eselon dua satuan kerja terkait information mengenai stabilitas sistem keuangan
Departemen Keuangan, enam orang Direktur dari terutama sektor perbankan yang biasa dilakukan
satuan kerja terkait BI dan 2 orang Direktur LPS. bulanan oleh Forum Pelaksana dan triwulanan dengan
3. Tim Kerja berfungsi untuk menunjang kelancaran Forum Pengarah, yakni Menteri Keuangan dan Gubernur
Dalam rangka memastikan kegiatan bank mengalami penurunan signifikan dan berpengaruh
dapat berjalan sesuai dengan prinsip kehati-hatian, langsung terhadap likuiditas bank. Dalam kondisi
Bank Indonesia telah melakukan berbagai tindakan pasar uang dalam negeri yang cenderung ketat, BC
pengawasan terkait profil risiko yang dihadapi suatu tidak mampu memperoleh dan meningkatkan sumber
bank. Demikian pula dengan munculnya kasus dana untuk menutup kewajiban jangka pendek yang
BC. Aspek risiko yang tergolong tinggi (high) telah jatuh waktu.
dikomunikasikan dengan pengurus dan pemilik bank, Dari monitoring harian terhadap perkembangan
selanjutnya meminta komitmen pengurus bank untuk pos-pos tertentu neraca, teridentifikasi adanya
menyusun langkah strategis yang dituangkan dalam mismatch likuiditas, selanjutnya Pengurus dan
action plan. Namun demikian dalam perjalanannya Pemegang Saham Pengendali (PSP) diminta untuk
bank tidak mampu merealisasikan action plan segera melakukan langkah penanganan untuk
tersebut. mencegah meluasnya permasalahan. Namun hal
Disisi lain, memburuknya kondisi makro ekonomi inipun tidak dapat direalisasikan dan BC semakin
yang dipicu oleh jatuhnya nilai Surat Berharga di terpuruk oleh permasalahan sehingga diputuskan
negara maju membawa dampak negatif pada BC. sebagai Bank Dalam Pengawasan Khusus. Dengan
Nilai portofolio surat-surat berharga yang dimiliki bank semakin memburuknya kondisi BC maka pemerintah
dan BI melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan Selain itu, untuk memastikan kemungkinan
menyatakan bahwa BC ditetapkan sebagai bank gagal adanya tindak pidana perbankan, Bank Indonesia
berdampak sistemik yang penanganannya dilakukan bekerjasama dengan Instansi terkait lainnya telah
oleh LPS untuk diselamatkan, hal ini dilakukan untuk melakukan ivestigasi dan akan melakukan langkah-
melindungi, menciptakan rasa aman, kepastian dana langkah tindak lanjut yang diperlukan untuk
nasabah serta untuk mengurangi semakin meluasnya memastikan penerapan Good Corporate Governance
permasalahan pada bank lain. (GCG).
Langkah yang diambil oleh Bank Indonesia Bank Indonesia sebagai otoritas pengawasan
pasca pengambilalihan BC oleh LPS antara lain bank telah melakukan berbagai langkah strategis
meliputi pengawasan on-site di setiap cabang BC, untuk mempertahankan industri perbankan, namun
monitoring likuiditas setiap saat dan penelusuran atau demikian hasil akhir penyelesaian tetap berada pada
pemeriksaan rekening-rekening pihak terkait. masing-masing bank.
PERBANKAN SYARIAH
Sistem pengawasan berdasarkan risiko Implementasi prinsip KYC/AML Bank Umum
di perbankan syariah mencakup kepatuhan Syariah Cukup Baik. Hasil penilaian imlementasi prinsip
penerapan prinsip-prinsip syariah. Pola Risk Based KYC/AML Bank Umum Syariah menunjukkan 100%
Supervision (RBS), yakni pola pengawasan yang lebih tergolong Cukup Baik atau sama bila dibandingkan
mengarah pada penerapan manajemen risiko terhadap dengan tahun lalu.
pengukuran profil risiko bank telah diterapkan pada
Tabel 4.8
kerangka kerja pengawasan perbankan syariah. Dalam
Perkembangan Penilaian Implementasi KYC
penerapan RBS ini telah mencakup pula kepatuhan bank Bank Umum Syariah
dalam menerapkan prinsip syariah.
Status Bank Des-2007 Des-2008
Bank Umum Syariah relatif dapat mengelola
Sangat baik 0,0% 0,0%
risiko dengan baik. Berdasarkan Hasil penilaian
Baik 0,0% 0,0%
terhadap risiko komposit BUS pada tahun 2008 Cukup Baik 100,0% 100,0%
menunjukkan 66,7% tergolong Moderat dan 33,3% Kurang Baik 0,0% 0,0%
tergolong Tinggi, atau membaik dibandingkan tahun Tidak Baik 0,0% 0,0%
Tabel 4.7
Hasil penilaian Profil Risiko Bank Umum Syariah
Penanganan BUS pada Masa Krisis
Penilaian Des-2007 Des-2008
Bank Indonesia melakukan monitoring kondisi
Rendah 0,0% 0,0% likuiditas BUS secara lebih intensif. Perbankan syariah
Moderat 100,0% 66,7% sebagai bagian dari industri perbankan nasional pada
Tinggi 0,0% 33,3%
akhir tahun 2008 juga mengalami tekanan likuiditas
Jumlah 100,0% 100,0% sebagai dampak krisis global. Hal ini tercermin dari
bulanan dan publikasi secara on-line kepada Bank di awal pendirian, dan dimungkinkan untuk dapat
Indonesia, sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi dilakukan kembali kepada pengurus dan pemilik BPR
proses pelaporan baik bagi BPR maupun Bank dalam pengelolaan operasional BPR, apabila terdapat
Indonesia, indikasi penyimpangan atas dasar pemeriksaan oleh
b. Sistem pengolahan data BPR di Bank Indonesia Bank Indonesia. Secara rutin, penilaian ini dilakukan
yang ditujukan untuk kepentingan pengawasan melalui komponen penilaian manajemen BPR, dan
maupun statistik sebagai bahan pendukung sepanjang tahun 2008 terlihat bahwa terjadi perbaikan
kebijakan pengembangan industri BPR. Sistem ini kualitas pengelolaan bank dengan meningkatnya porsi
dikembangkan untuk menghilangkan redundansi BPR yang memiliki nilai faktor manajemen Sehat dan
Tabel 4.11 kultur dan budaya antara bank satu dengan lainnya yang
Penilaian Penerapan KYC BPR Konvensional
relatif berbeda. Namun demikian dengan pengawasan
Peringkat 2007 (%) 2008 (%) yang lebih intensif yang dilakukan Bank Indonesia,
hampir seluruh bank dapat dilakukan pengawasan dan
Rating 1 - Sangat baik 0,1 0,0
Rating 2 - Baik 5,8 4,6 pembinaan secara lebih tepat. Dari jumlah BPR sebanyak
Rating 2 - Cukup Baik 55,9 61,4 1.772 bank yang ada di Indonesia memiliki ketahanan
Rating 2 - Kurang Baik 33,4 32,3 keuangan yang cukup memadai.
Rating 2 - Tidak Baik 4,8 1,7
Terlepas dari kinerja BPR yang positif, terdapat
Total 100,0 100,0 1% bank yang tercatat sebagai BPR bermasalah (dalam
pengawasan khusus). Bank Indonesia telah melakukan
Upaya pembinaan untuk meningkatkan
upaya dan langkah konkrit untuk melakukan pengawasan
pelaksanaan prinsip KYC/AML berlanjut. Pengawas
dan pemantauan secara intensif terhadap upaya-upaya
BPR senantiasa melakukan pembinaan dalam upaya
perbaikan (action plan) atas permasalahan BPR-BPR
mendorong BPR untuk terus meningkatkan pelaksanaan
dimaksud beserta target waktu penyelesaiannya.
prinsip KYC/AML pada banknya masing-masing, agar
Terkait dengan masih adanya kecenderungan fraud
dapat diperoleh rating yang lebih baik.
sebagai penyebab BPR berstatus Dalam Perhatian Khusus
Secara umum BPR menunjukkan perkembangan
(DPK), pengawas BPR secara konsisten melaporkan
yang positif. Dengan diimplementasikannya SIMWAS
temuan adanya tindak pidana di bidang perbankan
BPR, merubah pula paradigma pola pengawasan yang
kepada Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan
dilakukan Bank Indonesia. Laporan keuangan yang
untuk ditindaklanjuti dalam rangka penegakan hukum,
sebelumnya secara konvensional dan memerlukan waktu
memberikan rasa aman pada debitur dan menimbulkan
yang cukup lama, dapat dilakukan secara lebih singkat.
efek jera bagi pelaku sekaligus peringatan bagi
Hal ini menjadi nilai tambah tersendiri dalam melakukan
pengurus/pemilik BPR yang lain.
pengawasan dan pembinaan bank, mengingat data
dan informasi dapat dilakukan secara cepat dan Penanganan BPR dalam Masa Krisis
komprehensif. Pengawas yang sebelumnya banyak Selama Krisis Keuangan Global, kondisi BPR
melakukan tugas administratif, selanjutnya dapat lebih tetap terjaga. Aktivitas penghimpunan dana masih
ditingkatkan untuk melakukan analisis dan tindak lanjut terlihat meningkat mengikuti tren pertumbuhannya.
pengawasan lainnya. Sedangkan tren penyaluran kredit sedikit mengalami
Selain itu, pengawasan BPR baik secara off-site fluktuasi dengan rata-rata penurunan berkisar 0,3%.
supervision maupun on-site supervision, dapat dilakukan Pangsa pasar BPR yang umumnya pada usaha
secara berkesinambungan untuk memantau corrective mikro dan kecil, merupakan kekuatan tersendiri. Pelaku
action yang dilakukan bank. Terhadap bank-bank yang usaha mikro dan kecil umumnya tidak secara langsung
memiliki bobot potensi risiko cukup besar dilakukan terkena dampak krisis global. Hal tersebut tercermin
analisa sesuai dengan peer industry, selanjutnya BPR dari kualitas kredit mikro dan kecil pada masa krisis
diminta untuk melakukan langkah-langkah tindak lanjut (September hingga Desember 2008) yang menunjukkan
yang diperlukan. peningkatan, terlihat dari kecenderungan penurunan
Pada umumnya, permasalahan BPR relatif lebih rasio NPL dibandingkan dengan usaha menengah dan
beragam dibandingkan dengan bank umum, mengingat besar.
Sekalipun performa BPR masih berada pada kondisi Kepada BPR yang melakukan praktek perbankan
yang relatif aman, Bank Indonesia tetap melakukan yang tidak sehat telah dilakukan pembinaan, dengan
pemantauan terhadap aspek likuiditas bank, khususnya meminta BPR melakukan tindak lanjut untuk mengatasi
pada BPR-BPR yang memiliki kecenderungan NPL dan permasalahan yang dihadapi dan atau pengenaan
inefisiensi yang relatif tinggi, tingkat ketergantungan sanksi. Sebagian besar BPR yang bermasalah, termasuk
yang tinggi terhadap pinjaman dari bank lain atau faktor yang dikategorikan dalam pengawasan khusus,
lain (keuangan maupun non keuangan) yang diperkirakan permasalahannya dapat diselesaikan dengan akuisisi
berpotensi mengganggu kelangsungan usaha bank. dan atau penambahan modal disetor oleh pemilik untuk
Terhadap bank-bank yang menunjukkan indikasi mencapai CAR minimum 4% dan Cash Ratio minimum
kecenderungan penurunan cadangan keuangan, Bank 3%. Disamping itu Bank Indonesia memerintahkan
Indonesia melakukan pemanggilan kepada manajemen penggantian pengurus dan atau pemilik yang terbukti
bank, selanjutnya diminta untuk segera melakukan menyebabkan BPR yang bersangkutan menjadi
langkah-langkah konkrit yang diperlukan, maupun bermasalah. Penyimpangan yang berindikasi tindak
diminta untuk menyusun action plan. pidana diserahkan kepada DIMP untuk ditindaklanjuti.
Sedangkan BPR yang tidak dapat diselamatkan,
Pemeriksaan BPR telah diserahkan kepada LPS ataupun dicabut izin
Selama tahun 2008, Bank Indonesia telah usahanya.
melakukan pemeriksaan kepada seluruh BPR.
Pemeriksaan tersebut merupakan pemeriksaan umum
Tabel 4.12
yang rutin dilakukan setahun sekali sedangkan Rekapitulasi Pemeriksaan BPR
pemeriksaan khusus tergantung permasalahan yang
Keterangan Jumlah BPR
dihadapi masing-masing BPR. Dari hasil pemeriksaan
masih terdapat praktek-praktek BPR yang tidak sehat, Rencana
- Pemeriksaan Umum 1.761
antara lain:
- Pemeriksaan Khusus 518
a. Rekayasa pemberian kredit bank kepada pihak terkait Total 2.279
maupun pihak tidak terkait untuk menghindari Realisasi
- Pemeriksaan Umum 1.775
pelanggaran BMPK.
- Pemeriksaan Khusus 652
b. Perselisihan intern baik antar pengurus maupun Total 2.427
antara pengurus dan pemilik yang dapat Selisih
- Pemeriksaan Umum 14
mempengaruhi operasional bank.
- Pemeriksaan Khusus 134
c. Pelaporan yang disampaikan kepada Bank Indonesia
belum sepenuhnya akurat.
Tingkat Kesehatan BPR
d. Kasus “bank dalam bank” untuk kepentingan
Pelaksanaan fungsi pengawasan BPR dilakukan
pengurus dan atau pemilik BPR.
dengan pola dedicated team. Hasil pengawasan
e. Fraud yang dilakukan oleh Pengurus antara lain
BPR secara keseluruhan dituangkan dalam penilaian
rekayasa pembukuan untuk menutupi manipulasi
tingkat kesehatan yang meliputi permodalan (capital),
keuangan.
kualitas aset (asset quality), manajemen (management),
f. Mismanagement.
rentabilitas (earning), dan likuiditas (liquidity).
Kinerja BPR tercermin pada predikat tingkat Dalam rangka memperoleh SDM BPR yang
kesehatan. Berdasarkan hasil penilaian per Desember berkualitas, memiliki integritas yang tinggi dan
2008, sebagian besar BPR (90,1%) memiliki predikat mempunyai kompetensi yang memadai, Bank Indonesia
Sehat dan Cukup Sehat. terus memberikan bantuan teknis kepada BPR dan
mengupayakan agar kualitas dan kemampuan SDM
Tabel 4.13 BPR dapat terus ditingkatkan melalui pelaksanaan
Peringkat Kesehatan BPR Konvensional
Program Sertifikasi Profesional (CERTIF) bagi Direktur
Peringkat Kesehatan Des-2007 Des-2008 BPR, pemberian bantuan teknis bagi SDM BPR setingkat
manajer untuk meningkatkan kompetensi teknis, dan
Sehat 73,8% 78,5%
Cukup Sehat 12,6% 11,6% penyelenggaraan Workshop Pembiayaan BPR ke Sektor
Kurang Sehat 9,8% 6,4% Produktif. Terkait dengan pelaksanaan program sertifikasi
Tidak Sehat 3,8% 3,5% direktur BPR, hingga Desember 2008 jumlah direktur
Total 100,0% 100,0% yang telah bersertifikat sebanyak 3.351 direktur BPR.
Namun demikian masih terdapat 790 BPR (44,7%) yang
belum seluruh direkturnya memiliki sertifikat kelulusan
Kendala dalam Pelayanan UMKM
karena BPR tersebut dalam proses merger/akuisisi, tidak
Secara umum, kondisi BPR masih menghadapi
mempunyai direktur atau tidak mempunyai kemampuan
berbagai kendala dalam pelayanan kepada UMKM.
keuangan untuk mengikutsertakan direkturnya pada
Kendala-kendala tersebut antara lain:
program sertifikasi. Terkait dengan hal tersebut, Bank
a. Struktur pendanaan BPR yang belum didukung Indonesia bekerja sama dengan LSP LKM Certif terus
oleh permodalan yang kuat serta keterbatasan mengupayakan pelaksanaan sertifikasi untuk BPR-BPR
kemampuan dalam penghimpunan dana masyarakat tersebut.
karena terbatasnya variasi jenis produk dan pelayanan
Masih dalam kerangka peningkatan kompetensi
yang dapat disediakan sehingga membatasi ekspansi
SDM BPR, Bank Indonesia telah menyelenggarakan
dan operasional untuk mencapai skala ekonomis
workshop pembiayaan sektor produktif pada tanggal
yang diharapkan.
24 Desember 2008 dengan peserta yang terdiri dari
b. Persaingan usaha dengan unit-unit mikro bank Direktur dan/atau Manajer Kredit BPR dan perwakilan
umum, koperasi dan unit usaha simpan pinjam kelompok usaha pertanian, peternakan dan perikanan di
lainnya. Persaingan tersebut tercermin dari pemberian wilayah Kota Bogor. Tujuan penyelenggaraan workshop
suku bunga ke masyarakat (BPR umumnya masih tersebut adalah untuk mempertemukan BPR dengan para
menetapkan suku bunga yang cukup tinggi ke pelaku UMKM, khususnya sektor pertanian, peternakan
masyarakat sebagai imbas biaya dana yang relatif dan perikanan di wilayah Kota Bogor mengingat peran
besar untuk mendapatkan dana pihak ketiga), kredit penting serta peluang pengembangan produk dan pasar
tanpa agunan dan sebagainya. dari sektor ini, memberikan arahan untuk meningkatkan
c. Kualitas SDM BPR yang belum memadai, baik di daya saing melalui inovasi terhadap produk-produknya
tingkat manajerial maupun teknis operasional. dan upaya mencari peluang pasar baik di dalam maupun
d. Terkonsentrasinya lokasi BPR di pulau Jawa dan di luar negeri. Pelaksanaan workshop tersebut sangat
Bali sehingga pelayanan BPR kepada UMKM belum bermanfaat selain dalam rangka persamaan persepsi di
merata di seluruh Indonesia. antara para pelaku UMKM terhadap kebijakan-kebijakan
yang ditempuh oleh Bank Indonesia dalam pengembangan
UMKM, juga membuka hubungan yang lebih baik antara Bank Umum
BPR dan UMKM. Selanjutnya diharapkan kegiatan ini Calon Pengurus dan Pemilik/Pemegang Saham
dapat dilanjutkan dengan kegiatan pelatihan kepada Pengendali (PSP) yang mengikuti tahap wawancara
Manajer dan Account Officer (AO) BPR mengenai tata fit and proper test selama tahun 2008 berjumlah 310
cara pemberian kredit kepada usaha-usaha tertentu di calon, yang terdiri dari 144 anggota Direksi, 33 Direktur
sektor pertanian, peternakan dan perikanan. Kepatuhan, 105 Komisaris/Pengawas dan 28 Pemegang
Saham. Dibandingkan dengan pelaksanaan fit and
proper tahun 2007, jumlah calon pengurus dan PSP tidak
FIT AND PROPER TEST
mengalami kenaikan, namun dari segi jumlah calon yang
Industri perbankan diupayakan agar dimiliki,
lulus mengalami sedikit peningkatan sebesar 8 orang atau
dikelola dan dikendalikan oleh pihak-pihak
2,5%. Secara keseluruhan sejak tahun 1999 peserta yang
yang memiliki integritas dan kompetensi yang
telah lulus fit and proper test mencapai 83,8%.
tinggi. Dalam rangka mendorong terciptanya sistem
perbankan yang sehat dan mendukung terciptanya Meskipun terjadi penurunan dibandingkan dengan
good governance, Bank Indonesia melaksanakan seleksi tahun sebelumnya, fit and proper test terhadap calon PSP
berupa Fit and Proper Test terhadap pihak-pihak yang Bank dinilai masih relatif tinggi, hal ini terkait dengan
dinilai mempunyai pengaruh besar dalam pengendalian kebijakan konsolidasi perbankan yang mewajibkan bank
dan pengelolaan bank. Fit and proper test dilaksanakan umum untuk memenuhi jumlah modal inti minimum
Tabel 4.14
Fit and Proper Test Bank Umum
tahun 2008, dari jumlah 25 peserta wawancara terdiri Wawancara terhadap calon Dewan Pengawas
dari 11 orang direktur dan 14 orang komisaris. Dari jumlah Syariah (DPS). Untuk menilai kompetensi calon DPS dalam
tersebut, yang dinyatakan lulus sebanyak 9 orang direksi bidang perbankan syariah, Bank Indonesia melakukan
(81,9%) dan 12 orang komisaris (85,7%). Pada tahun wawancara terhadap calon DPS. Sepanjang tahun 2008
2008, Direktur kepatuhan yang diwawancara berjumlah telah dilakukan wawancara terhadap 12 orang calon DPS
3 orang dan seluruhnya dinyatakan lulus (100%). dengan tingkat kelulusan sebesar 100%.
Tabel 4.15
Fit and Proper Test Bank Umum Syariah
2007 2008
Jabatan Tidak Tidak
Peserta Lulus Peserta Lulus
Lulus Lulus
Direksi : 5 5 0 11 9 2
a. Direktur 4 4 0 8 6 2
b. Direktur Kepatuhan 1 1 0 3 3 0
Komisaris 0 0 0 14 12 2
Jumlah Direksi dan Komisaris 5 5 0 25 21 4
Dewan Pengawas Syariah 0 0 0 12 12 0
Tabel 4.16
Rekapitulasi Fit and Proper Test Pemegang Saham Pengendali dan Pengurus BPR Konvensional
New Entry
Pemegang Saham Pengendali 103 94 9 149 139 10
Komisaris 388 301 87 604 434 170
Direksi 641 435 206 670 462 208
Jumlah 1.132 830 302 1.423 1.035 388
Existing
Pemegang Saham Pengendali 20 20 - 14 12 2
Komisaris 78 68 10 50 45 5
Direksi 142 125 17 102 88 14
Jumlah 240 213 27 166 145 21
PERKEMBANGAN PENANGANAN BANK DALAM lainnya masih dalam proses penyerahan aset kepada
LIKUIDASI (BDL) Pemerintah. Adapun 1 (satu) BDL lainnya sedang
Pada tahun 2008, terdapat 19 BDL yang berada dalam proses pelunasan seluruh kewajiban kepada
di bawah pengawasan Bank Indonesia terdiri dari 1 BDL Pemerintah.
yang dicabut izin usahanya tahun 1992, 10 BDL yang b) Terdapat 2 BDL yang dicabut izin usahanya atas
dicabut izin usahanya tahun 1997, 1 BDL yang dicabut permintaan sendiri (self liquidation), terdiri dari 1
izin tahun 1999, 5 BDL yang dicabut izin usahanya BDL yang juga telah menyelesaikan proses likuidasi
tahun 2004/2005, dan 2 BDL yang dicabut izinnya atas dengan telah diterimanya pertanggungjawaban
permintaan sendiri (self- liquidation). TL dalam RUPS dan 1 BDL lainnya sedang dalam
Proses penyelesaian likuidasi BDL selama tahun persiapan RUPS.
2008 menunjukkan hasil yang positif, dengan hasil Sedangkan perkembangan proses likuidasi untuk
sebagai berikut: BDL selama tahun 2008 adalah sebagai berikut:
a) Dari 10 (sepuluh) BDL yang dicabut izin usahanya a) Proses penyelesaian likuidasi 1 (satu) BDL yang
pada tahun 1997 yang proses penyelesaiannya dicabut izin usahanya tahun 1992 dan 1 (satu) BDL
dilakukan melalui penyerahan aset BDL kepada yang dicabut izin tahun 1999, belum dapat diakhiri
Pemerintah sebagai faktor pengurang kewajiban karena adanya sisa kewajiban kepada satu kreditur,
masing-masing BDL kepada Pemerintah, 4 (empat) yaitu salah satu bank BUMN, yang penyelesaiannya
BDL telah menyelesaikan seluruh proses likuidasi terkendala oleh pelaksanaan PP No. 33 tahun
dengan telah diterimanya pertanggungjawaban 2006 terkait dengan penghapus tagihan piutang
TL melalui RUPS ataupun penetapan pengadilan. BUMN.
Selanjutnya 4 (empat) BDL masih dalam proses b) Proses penyelesaian likuidasi 5 BDL yang dicabut izin
pertanggungjawaban Tim Likuidasi (TL) melalui usaha pada tahun 2004/2005 masih dalam tahap
RUPS/penetapan pengadilan dan 1 (satu) BDL pencairan aset dan kewajiban.
Tabel 4.17
Progress Pengawasan BDL
2007 2008
BDL
A B C D E F Jumlah A B C D E F Jumlah
TOTAL 5 4 5 5 5 24 5 2 1 4 2 5 19
Keterangan:
a. Dalam proses likuidasi d. Telah BAST/proses pelunasan kepada Depkeu
b. Koordinasi dengan Bank BUMN (PS dan atau kreditur ) e. Proses RUPS /penetapan pengadilan
c. Persiapan BAST f. Proses likuidasi telah selesai
Sampai dengan Desember 2008, jumlah kewajiban pengaturan serta pengembangan perbankan. Dengan
BDL, yang dicabut izin usahanya tahun 1997, yang tersedianya informasi mengenai kondisi bank secara
telah diselesaikan seluruhnya secara tunai (termasuk lengkap, akurat serta tepat waktu diharapkan dapat
dari hasil penjualan sebagian aset yang diserahkan mendukung proses pengambilan keputusan oleh Bank
kepada Pemerintah) berjumlah Rp 3,3 triliun atau 27,6% Indonesia.
dari total kewajiban BLBI BDL sebesar Rp 11,9 triliun. Tujuan dari penerapan SIM-SPBI adalah :
Sedangkan hasil pencairan aset 5 BDL yang dicabut izin
• Meningkatkan efektivitas dan efisiensi sistem
usahanya tahun 2004/2005 adalah sebesar Rp 0,7 triliun
pengawasan bank;
atau 24% dari total aset non tunai berdasarkan nilai buku
• Menciptakan keseragaman (standarisasi) dalam
neraca penutupan audited sebesar Rp 2,9 triliun.
pelaksanaan tugas pengawasan bank;
lengkap baik dari bank umum maupun BPR sengketa antara nasabah dengan bank, upaya
mengenai profil calon dan atau pengurus serta mediasi yang dilakukan dan hasil mediasi yang
pemegang saham pengendali dari suatu bank. berupa kesepakatan diantara kedua belah
SIBADI merupakan sistem informasi yang akurat dan tepat waktu, diharapkan dapat
administrasi dan kemudahan pemantauan oleh Bank Indonesia dan pihak lain, yakni :
dapat dijabarkan lebih lanjut untuk : data dan informasi, SIP akan dilengkapi dengan fasilitas
• Meningkatkan kecepatan, keakuratan, pencarian informasi. Ruang lingkup dari fasilitas pencarian
dan kelengkapan dalam rangka memenuhi tersebut akan terus diperluas secara bertahap.
pelaksanaan tugas - tugas pihak Kesehatan. Sistem informasi perbankan syariah akan
Rencana Pengembangan Sistem Informasi difokuskan kepada kondisi yang dihadapi BPR. Saat ini
pengawas BPR telah dibantu aplikasi dalam melakukan
Perbankan
pengawasan secara off-site dan pada tahun 2009 akan
Arah pengembangan Sistem Informasi
dikembangkan tool yang dapat membantu pengawas
Perbankan adalah agar dapat berfungsi sebagai
BPR dalam melaksanakan pengawasan secara on-site.
sarana untuk melakukan Scenario Analysis. Dalam
Selain itu dipandang perlu dimilikinya suatu tool yang
rangka meningkatkan system pengawasan ke depan,
dapat membantu pengawas dalam mengidentifikasi
telah direncanakan pengembangan Sistem Informasi
permasalahan bank secara dini (Early Warning System)
Perbankan (SIP) yang baru. SIP ini diharapkan dapat
sehingga pengawas dapat melakukan antisipasi atas
berfungsi sebagai penyedia informasi, baik informasi
risiko dan potensi permasalahan di BPR yang diawasi.
yang berasal dari internal BI yang telah didapatkan
Pada tahun 2009 akan dilakukan kajian Early Warning
melalui laporan bank, maupun informasi eksternal
System (EWS) dalam rangka pengawasan BPR dan
seperti Economic Environment, statistik, analisa ekonomi,
diharapkan pada tahun 2010 sistem tersebut dapat
berita ekonomi, kurs dan indeks saham yang diperoleh
dikembangkan dan nantinya akan digunakan dalam
dari berbagai lembaga, institusi atau pun situs penyedia
rangka membantu pengawas BPR dalam melaksanakan
berita. SIP tersebut diharapkan dapat berfungsi pula
pengawasan secara off-site.
sebagai sarana untuk melakukan Scenario Analysis,
yang memungkinkan penggunanya melakukan simulasi
pengaruh perubahan faktor internal dan eksternal
terhadap kondisi bank. Untuk memudahkan pencarian
INVESTIGASI DAN MEDIASI PERBANKAN perbankan sejak tahun 1997 yang dituangkan dalam
Investigasi Perbankan bentuk Surat Keputusan Bersama (SKB) No. KEP-126/
Fungsi investigasi perbankan dilakukan Bank JA/11/1997, KEP/10/XI/1997, 30/6/KEP/GBI tanggal
Indonesia sebagai salah satu upaya untuk mendorong 6 November 1997. Dengan adanya kerjasama ini,
industri perbankan menuju suatu industri yang diharapkan setiap kasus perbankan dapat diselesaikan
sehat dan dipercaya masyarakat melalui upaya law secara lancar, cepat dan optimal. Selanjutnya pada
enforcement atas tindak pidana yang dilakukan oleh tanggal 20 Desember 2004 diterbitkan SKB No. KEP-
anggota Dewan Komisaris, Direksi, pegawai bank, 902/A/J.A/12/2004, No.POL:SKep/924/XII/2004, No.
pemegang saham dan/atau pihak terafiliasi di bidang 6/91/KEP.GBI/2004 tentang Kerjasama Penanganan
perbankan. Selama tahun 2008, kasus yang diterima Tindak Pidana di Bidang Perbankan sebagai pengganti
Bank Indonesia untuk diinvestigasi sebanyak 127 kasus SKB terdahulu.
dan secara kumulatif sejak tahun 1999 sebanyak 915 Berkaitan dengan pelaksanaan SKB tersebut,
kasus. Adapun kasus dugaan Tindak Pidana Perbankan sepanjang tahun 2008 telah dilaksanakan koordinasi
di Bidang Perbankan (Tipibank) yang telah diserahkan sebagai berikut:
kepada penyidik secara kumulatif sejak tahun 1999
sebanyak 330 kasus, sedangkan terhadap kasus yang Tabel 4.19
Koordinasi Tingkat Pusat dan Daerah
terjadi di daerah dan telah direkomendasikan kepada
Kantor Bank Indonesia dalam tahun 2008 sebanyak 78 Keterangan SKB SKB
kasus atau secara kumulatif sejak tahun 1999 sebanyak Pusat Daerah
Kejaksaan Agung RI, Kepolisian Negara RI dan Bank Rapat Tim Pleno 1 kali 8 kali
Indonesia telah sepakat untuk mengadakan kerjasama Rapat Tim Kerja 6 kali 28 kali
Tabel 4.18
Statistik Perkembangan Hasil Investigasi
Dalam Rapat Tim Pengarah pada tanggal 24 Dalam rangka mensosialisasikan SKB, Bank Indonesia
Desember 2008 yang dihadiri oleh Gubernur Bank secara berkesinambungan telah menyelenggarakan
Indonesia, Jaksa Agung RI, dan Kepala Kepolisian RI kegiatan seminar dan lokakarya (semiloka) di Padang,
dinyatakan bahwa: Manado, Palu, dan Batam dengan mengangkat tema
1) Bank Indonesia akan terus berkomitmen memberikan “Penanganan Dugaan Tipibank dan Mediasi Perbankan”.
dukungan dalam pelaksanaan koordinasi Dengan kegiatan semiloka ini diharapkan peserta dapat
penanganan dugaan Tipibank melalui forum SKB memahami modus operandi Tipibank dan unsur-unsur
dan koordinasi untuk penyelesaian permasalahan Tipibank sehingga kasus perbankan dapat ditangani
lainnya yang sedang ditangani oleh Penyidik. secara lebih menyeluruh dan peserta memahami
mediasi perbankan yang difasilitasi oleh Bank Indonesia.
2) Kasus-kasus dugaan Tipibank pada BPR yang
Adapun peserta semiloka berasal dari Kepolisian
skala operasionalnya lebih kecil dibandingkan
Negara RI, Kejaksaan RI dan Pengadilan, dengan materi
Bank Umum perlu menjadi perhatian khusus dan
yang diberikan yakni mengenai kegiatan operasional
penanganan yang cermat mengingat bila tidak
perbankan, rahasia bank, titik rawan penyimpangan
ditangani sejak dini akan berpotensi mengganggu
perbankan, kriteria Tipibank, mekanisme koordinasi
stabilitas perbankan secara keseluruhan.
penanganan dugaan Tipibank, modus operandi Tipibank
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh
terkini dan mediasi perbankan. Selain itu, Bank Indonesia
ketiga instansi dimaksud pada bulan Desember 2008,
beberapa kali memenuhi permintaan sebagai narasumber
prosentase perkembangan penanganan kasus-kasus
dari pihak perbankan, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS),
yang telah dilaporkan sejak tahun 1999 adalah sebagai
Kepolisian Negara RI, Mahkamah Agung RI, dan instansi
berikut:
lainya dalam pemberian materi terkait Tipibank.
Mediasi Perbankan ditangani selama tahun 2008 sebanyak 278 kasus dan
Pembentukan lembaga mediasi perbankan secara kumulatif sejak tahun 2006 sebanyak 477 kasus.
independen yang akan mewadahi penyelenggaraan Adapun kasus yang masih dalam proses sebanyak
mediasi perbankan belum dapat direalisasikan karena 29 kasus. Selama tahun 2008, Bank Indonesia tidak
adanya kendala-kendala antara lain aspek pendanaan menerima permohonan penyelesaian sengketa melalui
dan sumber daya manusia. Berkenaan dengan hal mediasi dari nasabah bank syariah.
tersebut, Bank Indonesia telah menerbitkan Peraturan Dari berbagai kasus yang ditangani, sebagian
Bank Indonesia No.10/1/PBI/2008 tanggal 29 Januari besar merupakan lingkup pengaduan nasabah yang
2008 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia masih memerlukan penyelesaian terlebih dahulu
No.8/5/PBI/2006 yang mengatur bahwa fungsi mediasi oleh bank sehingga belum dapat dilakukan mediasi
perbankan dilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk perbankan di Bank Indonesia mengingat mediasi
sementara waktu sampai dengan pembentukan perbankan merupakan penyelesaian sengketa pada
lembaga mediasi perbankan independen oleh asosiasi layer kedua (apabila nasabah tidak puas terhadap
perbankan. penyelesaian pengaduan oleh bank). Ekspektasi
Sejalan dengan pelaksanaan fungsi mediasi masyarakat atas penyelesaian sengketa melalui mediasi
perbankan tersebut, sejak Januari sampai dengan perbankan juga kian meningkat di tahun 2008 karena
Desember 2008, Bank Indonesia telah menerima 307 permasalahan yang diajukan terkadang diluar ruang
kasus yang disampaikan nasabah. Kasus yang diajukan lingkup sengketa sehingga tidak dapat diselesaikan
kepada Bank Indonesia tersebut sebagian besar melalui mediasi perbankan di Bank Indonesia. Dengan
merupakan sengketa yang terkait dengan produk/ demikian, dapat disimpulkan bahwa masyarakat
jasa di bidang sistem pembayaran, serta penyaluran maupun perbankan masih memerlukan edukasi
dan penghimpunan dana, dengan rincian sebagai mengenai mediasi perbankan.
berikut : Dalam rangka memberi pemahaman dan
memperkenalkan fungsi mediasi perbankan kepada
Tabel 4.20
Mediasi Perbankan masyarakat, Bank Indonesia secara terus menerus
melakukan sosialisasi dan diseminasi di berbagai
Tahun Kumulatif
Jenis Produk kota dalam bentuk lomba penulisan artikel, seminar,
2008 2006 - 2008
workshop, pelatihan, audiensi, Festival Ekonomi
Penghimpunan Dana 58 85 Syariah dan Pekan Raya Jakarta, talkshow, penyebaran
Penyaluran Dana 106 172
leaflet dan sarana lainnya.
Sistem Pembayaran 93 175
Produk Kerjasama 1 3 Selain itu, Bank Indonesia telah melakukan
Produk Lainnya 16 24 koordinasi dengan Working Group Mediasi Perbankan
Diluar Permasalahan produk
(WGMP) yang terdiri dari contact person dari beberapa
perbankan 33 47
bank yang dianggap dapat merepresentasikan
Total 307 506
perbankan. Selama tahun 2008 telah dilakukan 3 (tiga)
kali pertemuan dengan WGMP dengan tujuan yaitu:
Dari data tersebut, selama tahun 2008 sengketa 1. Penyamaan persepsi dan sharing information
yang disampaikan nasabah per triwulan rata-rata mengenai pentingnya penanganan pengaduan
sebanyak 77 kasus. Sengketa yang sudah selesai nasabah dan mediasi Perbankan serta pengalaman
dalam menangani publikasi negatif; 140 orang certified mediator yang tersebar di
2. Peningkatan pemahaman dan wawasan mengenai beberapa satuan kerja di Kantor Pusat dan Kantor
prospek perkembangan mediasi perbankan; Bank Indonesia dengan berbagai bidang keahlian
yang terkait dengan produk dan jasa bank pada
3. Memperoleh masukan dari industri perbankan bagi
Bank Umum, Bank Syariah dan Bank Perkreditan
penyempurnaan peraturan penyelesaian pengaduan
Rakyat;
nasabah dan mediasi perbankan;
2. Melakukan refreshment, penyamaan persepsi dan
4. Penyelarasan persepsi mengenai permasalahan
tukar menukar informasi mengenai penanganan
pemblokiran simpanan nasabah serta penyusunan
pengaduan nasabah dan mediasi perbankan
bye laws “pemblokiran simpanan nasabah”; dan
terhadap certified mediator melalui Forum
5. Memberikan wawasan, wacana dan alternatif solusi
Komunikasi Mediator Bank Indonesia; dan
bagi bank berkaitan dengan pelaksanaan mediasi
3. Melakukan kerjasama dengan Badan Arbitrase
di pengadilan.
Nasional Indonesia dan Singapore Mediation
Fungsi Mediasi Perbankan yang dilaksanakan
Centre dalam bentuk tukar menukar informasi dan
oleh Bank Indonesia didukung oleh tenaga mediator
seminar.
yang profesional di bidang perbankan. Untuk
Dengan memperhatikan bahwa pelaksanaan
mempersiapkan dan melatih tenaga mediator tersebut,
mediasi perbankan bermanfaat bagi perlindungan
Bank Indonesia telah melakukan hal-hal sebagai
nasabah dan terpeliharanya reputasi bank, maka pada
berikut:
tahun 2009, Bank Indonesia akan terus melakukan
1. Melaksanakan program sertifikasi mediator bagi
sosialisasi mediasi perbankan.
pegawai Bank Indonesia yang telah menghasilkan
Dalam rangka memperlancar, mempercepat menemukan adanya indikasi Tipibank pada salah
dan mengoptimalkan penanganan tindak pidana satu bank umum, melalui koordinasi yang erat
di bidang perbankan, Bank Indonesia melakukan antara Bank Indonesia dan anggota Tim Kerja
kerjasama dengan Kejaksaan Republik Indonesia SKB Tingkat Pusat dari Bareskrim Polri, telah
dan Kepolisian RI. Selain itu, Bank Indonesia juga dilakukan upaya yang menggagalkan Direksi
aktif bekerjasama sebagai anggota satuan tugas Bank Umum dimaksud membawa lari uang
yang terkait dengan Penanganan Dugaan Tindakan sebesar lebih kurang Rp16 miliar. Uang tersebut
Melawan Hukum di Bidang Penghimpunan Dana kemudian disita oleh Bareskrim Polri untuk
dan Pengelolaan Investasi. Beberapa hasil koordinasi dilampirkan dalam berkas perkara tersangka
penanganan kasus yang dilakukan selama tahun 2008 Direksi Bank Umum dimaksud dan dititipkan
adalah sebagai berikut: di Bank Indonesia. Dalam perkembangannya,
1. Penyelamatan Barang Bukti Rp16 Miliar pada tahun 2005 Pengadilan Negeri (PN) Jakarta
Pada sekitar tahun 2004, saat Bank Indonesia Selatan memutuskan salah seorang terdakwa
dalam kasus bank umum tersebut bersalah Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
dan menghukum yang bersangkutan dengan UU No. 10 Tahun 1998. Selanjutnya, Bank
pidana penjara, sedangkan terhadap barang Indonesia berkoordinasi dengan Kepolisian untuk
bukti berupa uang dimaksud sebagian besar mendukung upaya penyidikan yang dilakukan,
dikembalikan kepada pihak-pihak tertentu. antara lain dengan memberikan keterangan
Namun menurut Bank Indonesia dan Departemen sebagai Saksi dan Ahli serta membantu upaya
Keuangan, uang tersebut merupakan milik penyitaan terhadap dokumen/berkas yang terkait
negara dan juga aset yang akan digunakan untuk dengan pemberian kredit tersebut. Sebagai
dalam rangka program penjaminan. Selanjutnya mengadakan gelar perkara di Kejaksaan Agung
terhadap permasalahan dimaksud Tim SKB RI dengan mengundang Bank Indonesia. Dalam
kembali melakukan koordinasi yang pada gelar perkara tersebut Kejaksaan Agung RI
akhirnya memutuskan bahwa demi kepastian menyatakan bahwa kasus pada BPR tersebut
hukum, Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan akan telah memiliki indikasi Tipibank dan diharapkan
tetap melaksanakan eksekusi atas putusan dapat segera dilimpahkan ke Kejaksaan Agung
barang bukti berupa uang yang dititipkan di Bank 3. Penanganan Praktek Penghimpunan Dana
Indonesia dalam kasus bank umum tersebut. Serupa Bank Tanpa Izin
Pada saat yang sama, penyidik Bareskrim Polri Dalam keanggotaan Bank Indonesia pada Satuan
akan melakukan penyitaan kembali atas barang Tugas Penanganan Dugaan Tindakan Melawan
bukti berupa uang dimaksud untuk dilampirkan Hukum di Bidang Penghimpunan Dana dan
dalam berkas perkara bank umum tersebut Pengelolaan Investasi (Satgas Waspada Investasi),
dengan tersangka lainnya yang masih dalam Bank Indonesia memperoleh informasi dugaan
proses di Bareskrim Polri. kegiatan penghimpunan dana serupa bank tanpa
2. Penanganan Tindak Pidana Pengambilan Uang izin yang dilakukan sebuah perusahaan konsultan
BPR oleh Grupnya manajemen berbadan hukum perseroan
Dari hasil investigasi yang dilakukan pada salah terbatas. Kasus ini ditindaklanjuti oleh Bank
satu BPR, diketahui bahwa PT BPR dimaksud Indonesia berkoordinasi dengan penyidik melalui
memberikan kredit kepada beberapa debitur mekanisme SKB. Kegiatan penghimpunan dana
yang dilakukan untuk menutupi pengambilan tersebut sedang diproses penyidikannya dengan
uang BPR oleh Grup BPR dan Komisaris Utama sangkaan melanggar Pasal 16 UU No.7 Tahun
BPR dimaksud. Kasus dimaksud dibahas 1992 sebagaimana telah diubah dengan UU
dalam rapat Tim Kerja SKB Tingkat Pusat dan No. 10 tahun 1998 (UU Perbankan), dengan
disepakati kasus telah memenuhi unsur Tipibank ancaman pidana sebagaimana diatur dalam
PEMERIKSAAN KREDIT LIKUIDITAS BANK disalurkan untuk skim selain kedua skim tersebut dengan
INDONESIA (KLBI) DAN TWO STEP LOAN (TSL) pola Executing.
Bank Indonesia melakukan pemeriksaan KLBI dan TSL Pada grafik 4.2, dilihat dari baki debet 10 Bank/
terhadap Bank dan BUMN Koordinator dengan tujuan BUMN Koordinator terbesar, skim yang dikelola Bank/
mengamankan aset Bank Indonesia yang berupa hak BUMN Koordinator terbanyak adalah skim KUT, yang
tagih atas KLBI dan sebagai bentuk tanggung jawab diikuti antara lain oleh Dana Kelolaan, KKPA, KPRS/RSS,
atas pengelolaan TSL. Jenis pemeriksaan yang dilakukan KKPA-PIR Trans dan KPKM.
merupakan pemeriksaan kepatuhan (compliance audit) Selama tahun 2008, Bank Indonesia telah melakukan
untuk meneliti kepatuhan Bank dan BUMN Koordinator pemeriksaan KLBI/TSL terhadap 5 bank dan 2 BUMN
terhadap ketentuan Bank Indonesia, Pemerintah atau Koordinator. Dengan demikian, sejak tahun 2004 sampai
perjanjian KLBI/TSL yang berlaku serta meneliti kebenaran dengan 2008, Bank dan BUMN Koordinator yang telah
data KLBI/TSL yang disampaikan kepada Bank Indonesia. diperiksa sejumlah 17 atau sekitar 31,5% dari jumlah
Bank dan BUMN Koordinator penyalur KLBI dan institusi penyalur KLBI/TSL yang masih memiliki baki debet
TSL yang masih memiliki baki debet sampai dengan hingga akhir tahun 2008.
posisi 31 Desember 2008 sejumlah 54 institusi, yang
terdiri dari 52 bank dan 2 BUMN Koordinator. Masing-
masing bank mengelola beberapa skim termasuk Bank
BTN, sedangkan PT. PNM sebagai salah satu BUMN
Koordinator yang bukan bank menyalurkan KLBI yang
disebut dana kelolaan melalui Bank-Bank Pelaksana.
�����������������������������
���������
���������
Berdasarkan hasil pemeriksaan KLBI dan TSL pada
��������� tahun 2008, sebagian besar temuan merupakan kesalahan
��������� bank dalam pengelolaan skim KPRS/RSS, yang antara lain
��������� diikuti oleh skim KKPA, KUT dan KPKM (walaupun pada
�������
saat pemeriksaan porsi nilai baki debet KLBI dan TSL
�
��� ���� ��� ��� ���� ���� ���� ���� ����
������� ������� �������
��� ����
���������
terbesar adalah skim KUT). Hal tersebut dikarenakan pada
������� ����� �����
��������������������� tahun 2008, DKBU melakukan pemeriksaan terhadap
����������� ��������������
������ ��������
BUMN Koordinator yang mengelola skim KPRS/RSS
���� ����
���������������������������� ������������� dan bank dengan karakteristik sebagian besar KLBI-nya
��� ���
Bab 5
Arah Kebijakan Perbankan 2009
Optimisme terhadap pertumbuhan dan prospek perbankan tahun 2009 masih cukup baik
didukung ketahanan perbankan tahun 2008 yang masih terjaga dalam kondisi tekanan yang
meningkat akibat krisis keuangan global. Tahun 2009, perekonomian nasional diperkirakan masih
tetap tumbuh pada kisaran 4 - 5%. Oleh karena itu, dengan didukung sektor perbankan yang masih
dominan dalam sistem keuangan dan ekonomi di Indonesia maka peran industri perbankan tetap
diharapkan dapat berperan sebagai salah satu motor yang mendorong pertumbuhan ekonomi
dengan tetap memperhatikan berbagai risiko yang berpotensi muncul.
Prospek Industri perbankan masih positif. Tidak lebih berhati - hati dalam menyalurkan kreditnya baik
dipungkiri bahwa terjadinya krisis keuangan global pada untuk sektor korporasi maupun individual. Selain itu,
triwulan terakhir 2008 masih terus bergejolak sampai dalam jangka pendek kondisi likuiditas yang masih cukup
saat ini mempunyai dampak terhadap sistem keuangan ketat perlu tetap diperhatikan sebagai salah satu faktor
Indonesia, termasuk sektor perbankan. Namun demikian, yang berperan dalam membentuk tingkat suku bunga
laju pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan perbankan maupun ketahanan sistem perbankan secara
berlangsung. Proyeksi pertumbuhan perekonomian Adanya tekanan terhadap sektor riil akibat
nasional diperkirakan berada pada kisaran 4 - 5% krisis global. Kondisi tersebut juga berpotensi berimbas
di tahun 2009. Hal ini setidaknya berpengaruh dan terhadap eksposur aset bank, salah satunya adalah adanya
memberikan optimisme terhadap prospek perbankan potensi tekanan yang cukup kuat terhadap kualitas aktiva
Indonesia untuk tetap dapat bergerak pada tahun depan perbankan. Tekanan ini pada akhirnya juga berpotensi
mengingat kredit perbankan masih tetap diperlukan menimbulkan dampak terhadap tren peningkatan NPL.
sebagai salah satu pilar utama pembiayaan dalam Kondisi tersebut pada akhirnya dapat membebani modal
pertumbuhan perekonomian nasional. bank akibat meningkatnya biaya provisioning terhadap
Pertumbuhan kredit pada tahun 2009 kualitas aktiva bank yang memburuk, sehingga rasio
d i p r o y e k s i k a n t ida k a k a n se t inggi t a hun kecukupan modal bank (CAR) secara keseluruhan juga
dari beberapa sisi. Pertama, terjadinya krisis global Industri perbankan syariah diperkirakan
berimbas terhadap kapasitas permintaan maupun masih akan mengalami pertumbuhan. Walaupun
produksi sektor riil dalam negeri karena menurunnya tidak tertutup kemungkinan laju pertumbuhan di tahun
tingkat ekspor maupun investasi. Kondisi ini beserta 2009 akan lebih rendah dari laju pertumbuhan di tahun
2008, perbankan syariah diproyeksikan mengalami risiko bank serta dengan melanjutkan mempertajam
pertumbuhan didasarkan pada beberapa asumsi antara konsolidasi perbankan nasional. Ketiga, secara internal
lain : (1) pertumbuhan aset perbankan syariah yang Bank Indonesia juga melakukan langkah - langkah yang
mencapai Rp50 triliun hingga akhir 2008; dan, (2) adanya terkait dengan penguatan Risk Based Supervision dan
penambahan BUS baru, spin off serta proses akuisisi penyempurnaan fungsi dan organisasi Bank Indonesia
oleh investor bank syariah baru yang akan mendorong
pertumbuhan lebih cepat. Bank Umum
Untuk mendukung arah kebijakan perbankan
Industri BPR diperkirakan juga masih terus
sehingga dapat menjadi stimulus pertumbuhan ekonomi
tumbuh. Didukung upaya penguatan kelembagaan
sekaligus memperkuat ketahanan perbankan, Bank
BPR yang terus dilakukan, dengan melihat potensi pasar
Indonesia menetapkan kebijakan bagi bank umum yang
BPR yang masih cukup tinggi sebagai satu penopang
difokuskan pada:
kekuatan ekonomi lokal, maka industri BPR diperkirakan
masih terus tumbuh. 1. Pemberian Keleluasaan Penyaluran Kredit
Perbankan.
penyempurnaan sistem pengawasan bank dan manajemen ketentuan Bank Indonesia mengenai kualitas
aktiva. Penyesuaian ketentuan tersebut meliputi disederhanakan tanpa melalui proses tutup/
antara lain: (i) plafon kredit dan penyediaan buka kantor; (iv) kepemilikan saham bank
dana lain yang penetapan kualitasnya hanya oleh Pemegang Saham Pengendali dilarang
dinilai berdasarkan ketepatan pembayaran digadaikan atau dijaminkan kepada pihak lain.
pokok dan/atau bunga, ditingkatkan jumlahnya 2. Percepatan Proses Konsolidasi Perbankan
dari yang semula sampai dengan Rp500 juta
Dalam rangka lebih mempertajam arah dan proses
menjadi sampai dengan Rp1 milyar; (ii) suatu
konsolidasi perbankan nasional untuk menjadi
properti yang telah digunakan secara mayoritas
perbankan yang sehat, kokoh, dan mempunyai
untuk kegiatan usaha bank, seluruhnya tidak
daya saing yang tinggi, maka akan dilakukan
diperhitungkan sebagai properti terbengkalai
beberapa penyesuaian ketentuan khususnya yang
sehingga tidak diperlukan pembentukan
terkait dengan Merger, Konsolidasi dan Akuisisi
penyisihan penghapusan aktiva (PPA); (iii)
(MKA). Beberapa hal yang akan diakomodasi dalam
perpanjangan jangka waktu penilaian agunan
ketentuan ini antara lain adalah mempermudah
oleh penilai independen untuk agunan jenis
persyaratan MKA melalui (i) persyaratan administasi
tertentu yang dapat dijadikan pengurang PPA.
yang cukup dilakukan hanya satu kali; (ii) Fit &
c. Meningkatkan peran bank dalam Proper hanya dilakukan terhadap pihak - pihak
memperluas jangkauan pelayanan kepada yang belum melalui F&P (jika di tahap akuisisi telah
nasabah. Mengingat semakin beragamnya dilakukan F&P, maka pada tahap merger tidak perlu
jaringan kantor bank yang dapat meningkatkan lagi F&P); (iii) Jangka waktu proses perizinan akuisisi
peran bank dalam memperluas jangkauan dan merger dipersingkat.
pelayanan kepada nasabah, Bank Indonesia
3. Penguatan Sistem Perbankan
menyesuaikan ketentuan mengenai bank
Untuk lebih memperkuat sistem perbankan
umum antara lain: (i) menambah cakupan
nasional di tengah kondisi krisis global yang
jenis kantor yang semula meliputi Kantor
masih berlangsung, maka beberapa hal yang akan
Cabang, Kantor di Bawah Kantor Cabang
ditempuh :
ditambahkan dengan Kantor Wilayah yaitu
a. Memperkuat ketahanan bank dalam
kantor yang membantu kantor pusat bank
menghadapi risiko operasional dengan
melakukan fungsi administrasi dan koordinasi
memasukkan aspek risiko operasional
terhadap beberapa kantor cabang diwilayah
dalam perhitungan kecukupan modal
tertentu; dan Kantor Fungsional yaitu kantor
dalam rangka Basel II.
bank yang melakukan kegiatan operasional
dan non operasional secara terbatas dalam Dalam rangka mendukung terwujudnya sistem
satu kegiatan fungsional, antara lain loan perbankan yang sehat dan mampu bersaing
centre (ii) menyederhanakan proses pembukaan secara nasional maupun internasional, risiko
kantor dibawah kantor cabang pembantu operasional merupakan salah satu risiko yang
dimana rencana pembukaan kantor kas dan perlu diperhitungkan dalam perhitungan
kegiatan pelayanan kas dicantumkan dalam kecukupan modal. Untuk tahap awal,
Rencana Bisnis Bank (RBB) dan pelaksanaannya perhitungan ATMR untuk risiko operasional
dilaporkan dalam Laporan Realisasi RBB; (iii) dilakukan dengan menggunakan Pendekatan
dengan mengalikan rata-rata dari penjumlahan Penerbitan PAPI dilakukan lebih awal untuk
pendapatan bruto dari Januari sampai dengan memberi waktu bagi bank dalam memahami
Desember selama 3 tahun terakhir yang positif dan mempersiapkan secara matang berbagai
dengan tarif yang berlaku. hal yang diperlukan, antara lain proses bisnis,
Mengingat perlunya masa transisi bagi bank sistem teknologi dan informasi akuntansi, serta
ini, kepada bank diberikan waktu sampai c. Memperkuat manajemen risiko bank.
dengan tahun 2010 dengan perhitungan dari Penguatan manajemen risiko pada bank
rata - rata pendapatan bruto positif selama 3 diantaranya akan dilakukan melalui
(tiga) tahun terakhir yaitu sebesar: (i) 5% sejak penyempurnaan ketentuan manajemen
tanggal 1 Januari 2010 sampai dengan 30 risiko mengenai pemantauan likuiditas bank
Juni 2010; (ii) 10% sejak tanggal 1 Juli 2010 sehingga diharapkan pemantauan risiko
sampai dengan 31 Desember 2010; (iii) 15% likuiditas bank menjadi lebih baik. Selain
sejak tanggal 1 Januari 2011. itu, juga akan dilakukan penyusunan dan
b. Meningkatkan transparansi kondisi penyempurnaan ketentuan manajemen risiko
keuangan bank dan laporan keuangan terkait dengan produk dan aktivitas baru yang
bank. dilakukan oleh bank, termasuk untuk kegiatan
Kebijakan ini dituangkan dalam suatu offshore product dan structured product.
Surat Edaran yang menjadi dasar untuk 4. Penguatan Internal Bank Indonesia
pemberlakuan Pedoman Akuntansi Perbankan Untuk mencapai arah kebijakan Bank Indonesia
Indonesia 2008 sebagai acuan bagi bank tersebut diatas, maka secara internal Bank Indonesia
dalam menyusun dan menyajikan laporan juga akan melakukan langkah - langkah yang terkait
keuangan sesuai PSAK dan ketentuan lain dengan : penguatan implementasi Risk Based
yang berlaku. Dengan ini diharapkan dapat Supervision, peningkatan Surveillance terhadap risiko
terjadi peningkatan transparansi kondisi yang bersifat sistemik, maupun penyempurnaan
keuangan bank dan laporan keuangan bank fungsi dan organisasi Bank Indonesia
menjadi relevan, komprehensif, andal, dan
5. P e n i n g k a t a n P e n e r a p a n A n t i M o n e y
dapat diperbandingkan. Secara teknis, PAPI
Laundering
merupakan petunjuk pelaksanaan yang
Sejalan dengan rekomendasi FATF guna
berisi penjabaran lebih lanjut dari beberapa
penyempurnaan dalam rangka kerangka regulasi
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Anti Money Laundering, Bank Indonesia akan
(PSAK) yang relevan bagi industri perbankan.
melakukan penyempurnaan terhadap PBI No.3/10/
PAPI juga mencakup penjabaran lebih lanjut dari
PBI/2001 tanggal 18 Juni 2001 tentang Penerapan
PSAK No. 50 (Revisi 2006) tentang Instrumen
Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer
Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan, dan
Principles/KYC Principles), termasuk penyempurnaan
PSAK No. 55 (Revisi 2006) tentang Instrumen
ketentuan yang terkait dengan wire transfer, KUPU,
Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran,
dan Pedagang Valuta Asing guna mengadopsi
yang pemberlakuannya ditunda dari sejak 1
ketentuan-ketentuan yang direkomendasikan dalam
Januari 2009 menjadi sejak 1 Januari 2010.
40 + 9 FATF Recommendation.
Penetapan UU No.21 tahun 2008 tentang membantu upaya-upaya penguatan SDM dalam
pengembangan industri perbankan syariah literatur dan pelatihan tenaga pengajar di perguruan
pengaturan dasar industri perbankan syariah awareness kalangan akademisi dan peneliti, di masa
menuju sistem perbankan syariah yang efisien, yang akan datang, Bank Indonesia akan terus aktif
stabil dan tahan terhadap gejolak keuangan. mengajak lembaga-lembaga penelitian untuk ikut
Pokok-pokok pengaturan tersebut akan dielaborasi terlibat dalam program eksplorasi pengetahuan
ke dalam peraturan-peraturan teknis (Peraturan dan pelatihan keahlian perbankan dan keuangan
4. Penguatan Manajemen Risiko terwujudnya industri BPR yang kuat dan sehat
sebagai salah satu penopang kekuatan ekonomi
Langkah antisipasi lainnya untuk memperkuat
lokal. Meski secara umum, industri BPR tidak secara
ketahanan sistem perbankan syariah ialah dengan
langsung terimbas oleh dampak krisis keuangan global,
menyempurnakan penerapan manajemen risiko
namun belajar dari pengalaman krisis dan bercermin
pada perbankan syariah. Untuk itu Bank Indonesia
dari kasus-kasus yang menimpa BPR, maka untuk
akan menyusun peraturan yang terkait dengan
mewujudkan industri BPR yang sehat dan kuat tetap
pelaksanaan manajemen risiko di bank syariah
perlu diupayakan.
yang direncanakan akan terbit pada tahun 2009.
Sebagai pendukung pelaksanaan manajemen Untuk mencapai sasaran kebijakan tersebut di atas,
risiko tersebut, akan ditingkatkan pula transparansi Bank Indonesia menetapkan kebijakan bagi BPR yang
antara lain menyangkut penyampaian informasi a. Pengawasan yang lebih terfokus. Bank Indonesia
kepada investment account holder secara tepat akan lebih fokus pada pengawasan terhadap BPR
waktu dan memadai. strata besar dengan mempertimbangkan variasi
perbankan syariah tetap memiliki financial buffer company/business group BPR. Dalam rangka
yang tinggi. Peningkatan permodalan perbankan peningkatan economic of scale BPR dalam satu
syariah dapat dilakukan baik secara internal melalui grup dan efektivitas pengawasan BPR dalam satu
dividen policy dan penambahan modal baru oleh kelompok kepemilikan, serta penegakan prinsip
pemilik atau investor baru. Bank Indonesia akan governance terhadap pemilik/holding company
secara konsisten mendorong pertumbuhan modal dalam pengelolaan BPR, akan ditetapkan pengaturan
melalui kedua metode tersebut. yang jelas mengenai fungsi dan tanggung jawab
holding company. Selanjutnya, upaya tersebut
Lampiran 1
Peraturan Perbankan 2008
Peraturan Bank Indonesia (PBI) selama tahun perlu menyempurnakan mekanisme penatausahaan
2008 berdasarkan urutan penerbitannya adalah sebagai surat berharga melalui BI-SSSS. Selain itu dengan
berikut: terintegrasinya BI-SSSS dengan sistem settlement
1. PBI No. 10/1/PBI/2008 tanggal 30 Januari pembayaran melalui Sistem Bank Indonesia-Real
2008 tentang Perubahan Atas PBI No. 8/5/ Time Gross Settlement, dipandang perlu keselarasan
PBI/2006 Tentang Mediasi Perbankan. Dengan pengaturan yang terkait dengan status kepesertaan
sengketa di bidang perbankan bermanfaat bagi 3. PBI No.10/3/PBI/2008 tanggal 4 Februari 2008
tujuan perlindungan kepentingan nasabah dan tentang Laporan Kantor Pusat Bank Umum
terpeliharanya reputasi bank, maka pelaksanaan (LKPBU). Sebagai upaya untuk meningkatkan
fungsi mediasi perbankan pasca 2007 akan terus efisiensi dan efektivitas pengelolaan data dan
dilakukan oleh Bank Indonesia sampai dengan informasi di Bank Indonesia, maka dikembangkan
terbentuknya lembaga mediasi perbankan yang sistem informasi pelaporan bank berupa Laporan
independen. Hal ini mengingat bahwa pembentukan Kantor Pusat Bank Umum (LKPBU). Sistem informasi
lembaga mediasi yang independen oleh asosiasi dimaksud didukung oleh infrastruktur sistem
perbankan sampai dengan akhir tahun 2007 belum informasi yang lebih memadai dan bersifat sistematis
dapat dilaksanakan karena berbagai faktor, antara sehingga lebih memudahkan bank menyampaikan
lain faktor sumber daya manusia dan pendanaan. laporan ke Bank Indonesia.
Sementara pelaksanaan fungsi mediasi perbankan 4. PBI Nomor 10/4/PBI/2008 tanggal 4 Februari 2008
oleh Bank Indonesia sesuai PBI diatas hanya dapat tentang Laporan Penyelenggaraan Kegiatan
dilaksanakan sampai dengan akhir 2007. Alat Pembayaran Dengan Menggunakan
2. PBI No. 10/2/PBI/2008 tanggal 4 Februari 2008 Kartu Oleh Bank Perkreditan Rakyat dan
tentang Bank Indonesia Scripless Securities Lembaga Selain Bank. Dalam upaya untuk
Settlement System. meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan
Bank Indonesia Scriptless Securities Settlement data dan informasi yang terkait dengan kegiatan alat
System (BI-SSSS) adalah sarana transaksi dengan pembayaran dengan menggunakan kartu di Bank
Bank Indonesia termasuk penatausahaannya dan Indonesia, maka dikembangkan suatu penyajian
penatausahaan Surat Berharga secara elektronik dan laporan yang disusun dan disampaikan secara
terhubung langsung antara Peserta, Penyelenggara bulanan dan triwulanan dalam suatu sistematika
dan Sistem BI-RTGS. Dalam rangka mengakomodasi yang ditetapkan dan disampaikan melalui suatu
perkembangan transaksi surat berharga dipandang sistem Laporan Selain Bank Umum. Dengan
demikian diharapkan dapat menyempurnakan sistem 8. PBI No. 10/8/PBI/2008 tanggal 20 Februari
pelaporan alat pembayaran dengan menggunakan 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan
kartu yang disampaikan oleh Bank Perkreditan Bank Indonesia Nomor 7/52/PBI/2005
Rakyat dan lembaga selain bank yang selama ini tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat
belum dilakukan secara elektronis. Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu.
2008 tentang Perubahan Atas PBI No. 5/6/ Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu
PBI/2003 tentang Surat Kredit Berdokumen secara online, maka perlu dilakukan penyesuaian
Dalam Negeri. Sejalan dengan diterbitkannya PBI terhadap peraturan Penyelenggaraan Kegiatan Alat
No.10/3/PBI/2008 tentang LKPBU, maka PBI tentang Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu oleh Bank
Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) Perkreditan Rakyat dan Lembaga Selain Bank.
khususnya yang mengatur mengenai penyampaian 9. PBI No.10/9/PBI/2008 tanggal 22 Februari 2008
laporan dan pengenaan sanksi laporan SKBDN perlu tentang Perubahan Izin Usaha Bank Umum
diselaraskan dengan peraturan Laporan Kantor Menjadi BPR Dalam Rangka Konsolidasi.
Pusat Bank Umum. Sebagai salah satu upaya menciptakan struktur
6. PBI Nomor 10/6/PBI/2008 tanggal 18 Februari perbankan yang ideal dalam rangka mempercepat
2008 tentang Sistem Bank Indonesia Real Time proses konsolidasi perbankan, maka permodalan
Gross Settlement. Penyempurnaan yang dilakukan bank ditetapkan agar memiliki kecukupan untuk
dengan mencabut PBI sebelumnya adalah antara lain mendukung operasional bank sesuai dengan
untuk menegaskan fungsi Bank Indonesia sebagai karakteristiknya. Dengan demikian bank umum
pembuat kebijakan, pengatur dan pengawas, yang tidak dapat memenuhi modal inti sebesar
serta penyelenggara Sistem BI-RTGS, termasuk Rp100 milyar pada akhir 2010 diarahkan untuk
menjelaskan mengenai risiko dan pengelolaan risiko menjadi BPR/BPRS. Perubahan izin usaha harus
yang dihadapi dalam sistem BI-RTGS. dicantumkan dalam rencana bisnis bank, dan
persetujuan diberikan dalam 2 (dua) tahap
7. PBI No. 10/7/PBI/2008 tanggal 19 Februari 2008
yaitu persetujuan prinsip dan persetujuan
tentang Pinjaman Luar Negeri Perusahaan
operasional.
Bukan Bank. Pinjaman Luar Negeri (PLN) adalah
salah satu faktor penting yang dapat berpengaruh 10. PBI No. 10/10/PBI/2008 tanggal 28 Februari
positif maupun negatif terhadap neraca pembayaran, 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan
mengurangi dampak negatifnya, maka PLN perlu rangka menetapkan dan melaksanakan kebijakan
dikelola dengan memperhatikan prinsip kehati- pengawasan bank yang berdasarkan risiko, maka
hatian dan kepentingan perekonomian nasional untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi
serta menjaga kepercayaan pasar keuangan mengenai penyelesaian pengaduan nasabah dari
internasional. Peraturan ini merupakan pedoman manual menjadi on-line melalui Sistem Laporan
bagi Perusahaan Bukan Bank dalam melakukan PLN Kantor Pusat Bank Umum (LKPBU), perlu dilakukan
yang mengedepankan aspek kehati-hatian dalam perubahan tatacara pelaporan hal dimaksud oleh
kerangka makro dan mikro prudential. bank umum. Pelaporan untuk BPR dan BPRS
mengenai penyelesaian pengaduan nasabah tetap PBI No.4/9/PBI/2002 tentang Operasi Pasar
dilakukan secara manual. Terbuka.
11. PBI No. 10/11/PBI/2008 tanggal 31 Maret 2008 Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan
tentang Sertifikat Bank Indonesia Syariah. kegiatan operasi pasar terbuka, Bank Indonesia perlu
Dalam rangka meningkatkan efektifitas pelaksanaan mengatur kembali jangka waktu transaksi Fine Tune
pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah Operation. Berdasarkan pertimbangan tersebut,
melalui operasi pasar terbuka, maka Bank Indonesia dipandang perlu untuk melakukan perubahan
melakukan penyempurnaan instrumen SBIS yang keempat atas PBI No. 4/9/PBI/2002 tentang Operasi
merupakan salah satu instrumen berdasarkan Pasar Terbuka.
prinsip syariah. 15. PBI Nomor 10/15/PBI/2008 tanggal 24
12. PBI No. 10/12/PBI/2008 tanggal 19 Agustus 2008 September 2008 tentang Kewajiban Penyediaan
tentang Pencabutan Surat Keputusan Direksi Modal Minimum Bank Umum. Peraturan
Bank Indonesia No.31/71/KEP/DIR tanggal 29 ini diterbitkan dalam rangka mengakomodasi
Juli 1998 tentang Badan Restrukturisasi Utang perkembangan standar internasional seperti Basel
Luar Negeri Perusahaan Swasta Indonesia II dan standar akuntansi yang terkait dengan
(Indonesian Debt Restructuring Agency) dan perhitungan kecukupan modal, serta mengantisipasi
Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. perkembangan pasar keuangan global yang telah
31/109/Kep/Dir tanggal 30 September 1998 meluncurkan berbagai varian instrumen modal
tentang Tugas Pokok, Tanggung Jawab dan (hybrid capital instruments).
Wewenang Ketua Badan Restrukturisasi Utang 16. PBI No.10/16/PBI/2008 tanggal 25 September
Luar Negeri Perusahaan Swasta Indonesia. 2008 tentang Perubahan atas Peraturan
Peraturan ini diterbitkan sehubungan dengan telah Bank Indonesia No.9/19/PBI/2007 tentang
dibubarkannya Badan Restrukturisasi Utang Luar Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan
Negeri Perusahaan Swasta Indonesia (Indonesian Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana
Debt Restructuring Agency) berdasarkan Keputusan Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah. Dalam
Presiden No. 12 Tahun 2008 tanggal 19 Mei 2008 perubahan peraturan tersebut ditetapkan bahwa
tentang Pembubaran Badan Restrukturisasi Utang kegiatan usaha penghimpunan dana, penyaluran
Luar Negeri Perusahaan Indonesia. dana dan pelayanan jasa bank berdasarkan prinsip
13. PBI No. 10/13/PBI/2008 tanggal 21 Agustus syariah yang dilakukan oleh bank merupakan
2008 tentang Lelang dan Penatausahaan Surat jasa perbankan. Sehubungan dengan telah
Berharga Negara. diberlakukannya Undang-Undang No.21 tahun
Dalam rangka membantu Pemerintah untuk 2008 tentang Perbankan Syariah, maka kegiatan
mengelola Surat Berharga Negara, Bank Indonesia usaha bank syariah yang tidak memenuhi prinsip
memiliki tugas dalam memberikan masukan dalam syariah dikenakan sanksi administratif sebagaimana
14. PBI No. 10/14/PBI/2008 tanggal 23 September 2008 tentang Produk Bank Syariah dan Unit
2008 tentang Perubahan Keempat atas Usaha Syariah. Bank Syariah dan Unit Usaha
Syariah memiliki beragam produk dan variasinya mempengaruhi stabilitas sistem perbankan, serta
yang terkait dengan risiko. Oleh karena itu Bank memberikan fleksibilitas pengaturan likuiditas bagi
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah wajib perbankan, Bank Indonesia menurunkan GWM Rupiah
melaporkan rencana pengeluaran produk baru menjadi 7,5% dan GWM Valas menjadi 1%.
dan memberikan penjelasan tentang produk 20. PBI Nomor 10/20/PBI/2008 tanggal 14 Oktober
tersebut kepada Bank Indonesia. Apabila bank 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
tidak memenuhi ketentuan tersebut maka bank Indonesia Nomor 7/1/PBI/2005 tentang Pinjaman
wajib menghentikan kegiatan produk tersebut. Luar Negeri Bank. Agar tetap memberikan suasana
Pelanggaran atas ketentuan tersebut dikenakan kondusif bagi perekonomian nasional sehubungan
sanksi administratif berupa teguran tertulis dan dengan perkembangan kondisi perekonomian
denda uang paling banyak 25 juta rupiah untuk global, maka peraturan tentang Pinjaman Luar
setiap produk. Negeri (PLN) Bank perlu disesuaikan dengan
18. PBI No.10/18/PBI/2008 tanggal 25 September perkembangan perbankan dan pasar keuangan
2008 tentang Restrukturisasi Pembiayaan Bagi domestik dengan tetap memperhatikan prinsip
Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah. Untuk kehati-hatian. Penyempurnaan yang dilakukan
menjaga kelangsungan usaha nasabah, Bank Syariah adalah untuk menjaga stabilitas nilai tukar secara
dapat melakukan restrukturisasi pembiayaan. lebih efisien dengan memberikan kelonggaran bagi
Namun demikian Bank Umum Syariah dan Unit perbankan dalam penerimaan PLN Jangka Pendek
Usaha Syariah dilarang melakukan restrukturisasi yang dimaksudkan untuk kepentingan likuiditas.
pembiayaan dengan tujuan untuk menghindari 21. PBI No. 10/21/PBI/2008 tanggal 15 Oktober
penurunan kolektibilitas, pembentukan PPA yang 2008 tentang Perubahan Kelima atas PBI
lebih besar atau pengakuan pendapatan margin/ No.4/9/PBI/2002 tentang Operasi Pasar
ujrah secara akrual. Restrukturisasi pembiayaan Terbuka. Dalam rangka meningkatkan efektifitas
hanya dapat dilakukan untuk pembiayaan dengan pelaksanaan kegiatan OPT di pasar valuta asing
kualitas Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet; dan mengantisipasi gejolak pasar keuangan global
dan paling banyak 3 (tiga) kali, serta paling cepat yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi stabilitas
6 (enam) bulan setelah restrukturisasi pembiayaan mikroekonomi nasional, maka kegiatan Operasi
sebelumnya untuk itu bank wajib mempunyai Pasar Terbuka (OPT) di pasar valuta asing yang
kebijakan dan prosedur tertulis yang disetujui oleh dilakukan dalam rangka manajemen likuiditas,
Komisaris, serta wajib dikinikan atas persetujuan baik rupiah maupun valuta asing melalui kegiatan
Direksi dan Dewan Pengawas Syariah, serta wajib jual beli valuta asing terhadap rupiah antara lain
diawasi secara aktif oleh komisaris. dalam bentuk spot, forward dan swap diberikan
19. PBI No. 10/19/PBI/2008 tanggal 14 Oktober 2008 perpanjangan jangka waktu transaksi swap dari
tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada sebelumnya 7 hari menjadi 1 bulan , dan dinyatakan
Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing. dalam hari kalender dilakukan.
Mengantisipasi dampak akibat krisis keuangan global 22. PBI No.10/22/PBI/2008 tanggal 15 Oktober
yang berpotensi mengurangi kecukupan likuiditas 2008 tentang Pemenuhan Kebutuhan Valuta
perbankan baik dalam rupiah maupun valuta asing, Asing Korporasi Domestik Melalui Bank. Dalam
maka dalam rangka meminimalkan risiko yang dapat peraturan ini ditetapkan bahwa bank umum dapat
mengajukan permintaan kebutuhan valas terhadap ketentuan tersebut maka bank dapat melakukan
rupiah kepada Bank Indonesia untuk korporasi investasi pada Surat Berharga Syariah. Peraturan
domestik dan / atau untuk instansi pemerintah. tersebut juga menetapkan kualitas surat berharga
Bank dilarang mengajukan permintaan kebutuhan baik yang diakui berdasarkan nilai pasar, harga
valas untuk kepentingan Korporasi Domestik perolehan atau berdasarkan nilai pasar namun
yang merupakan pihak terkait dengan bank tidak aktif diperdagangkan di bursa efek Indonesia,
(pihak terkait mengacu kepada ketentuan BMPK). dan/atau tidak terdapat informasi yang transparan,
Pengajuan permintaan kebutuhan valas di atas wajib serta kualitas surat berharga yang diterbitkan atau
memiliki underlying kegiatan ekonomi di Indonesia diendors bank lain.
yang meliputi : a) pembayaran utang valas; b) 25. PBI No. 10/25/PBI/2008 tanggal 23 Oktober 2008
pembayaran impor; dan/atau c) keperluan lain yang tentang Perubahan PBI No. 10/19/PBI/2008
didukung dengan dokumen, sepanjang tidak untuk tentang Giro Wajib Minimum Bank Pada Bank
diperjualbelikan (trading) dan tidak untuk investasi Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing.
di pasar keuangan. Dalam perubahan ini maka terkait pemenuhan
23. PBI No.10/23/PBI/2008 tanggal 16 Oktober 2008 GWM sekunder, bank diberikan masa transisi
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bank 1 tahun atau paling lambat 24 Oktober 2009.
Indonesia No.6/21/PBI/2004 tentang Giro Wajib Perubahan ini dilakukan untuk memberikan ruang
Minimum (GWM) Dalam Rupiah dan Valuta bagi perbankan dalam melakukan penyesuaian
Asing Bagi Bank Umum yang Melaksanakan terkait perubahan GWM sebagaimana ditetapkan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. dalam PBI No. 10/19/PBI dimaksud.
Upaya pengendalian ketersediaan dana untuk 26. PBI No.10/26/PBI/2008 tanggal 30 Oktober 2008
memenuhi kebutuhan perbankan antara lain tentang Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek
dilakukan dengan melakukan penyesuaian intrumen (FPJP) Bagi Bank Umum. Pengaturan kembali
moneter bank sentral berupa besaran pemeliharaan Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank
GWM yang harus disimpan di Bank Indonesia. Umum adalah dalam rangka menjaga kepercayaan
Perubahan terkait pada GWM dalam valuta asing masyarakat terhadap perbankan, melalui pemberian
ditetapkan menjadi 1% dari dana pihak ketiga akses bagi bank umum yang mengalami kesulitan
dalam valuta asing, yang sebelumnya ditetapkan likuiditas untuk memperoleh Fasilitas Pendanaan
sebesar 3%. Jangka Pendek.
24. PBI No.10/24/PBI/2008 tanggal 16 Oktober 2008 27. PBI No.10/27/PBI/2008 tanggal 30 Oktober
tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bank 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Indonesia No.8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Bank Indonesia Nomor 6/9/PBI/2004 tentang
Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Tindak Lanjut Pengawasan dan Penetapan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Status Bank. Perubahan ini dimaksudkan sebagai
Perubahan ini dilakukan sehubungan dengan salah satu upaya untuk menjaga kepercayaan
penerbitan UU No.19 tanggal 17 Mei 2008 tentang masyarakat terhadap perbankan, akibat terjadinya
Surat Berharga Syariah Negara yang diharapkan krisis ekonomi secara global yang mempengaruhi
akan meningkatkan perkembangan sektor keuangan stabilitas keuangan. Dalam hal ini Bank Indonesia
dan pengembangan perbankan syariah. Dengan dapat tidak mengumumkan bank yang ditempatkan
dalam status pengawasan khusus dalam home 30. PBI No. 10/30/PBI/2008 tanggal 14 November
page Bank Indonesia dengan pertimbangan untuk 2008 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
menghindari timbulnya kepanikan masyarakat Indonesia Nomor: 10/26/PBI/2008 tentang
dalam menyikapi krisis keuangan dan dalam Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek Bagi Bank
upaya menjaga stabilitas sistem keuangan secara Umum. Perubahan ini dimaksudkan untuk menjaga
keseluruhan. dan mempertahankan stabilitas sistem perbankan
28. PBI No. 10/28/PBI/2008 tanggal 12 November dan kelangsungan perekonomian nasional di
2008 tentang Pembelian Valuta Asing Terhadap tengah krisis keuangan global dengan memberikan
Rupiah Kepada Bank. Pengaturan ini tetap perluasan akses bagi bank umum yang mengalami
setiap penduduk bebas memiliki dan menggunakan 31. PBI Nomor 10/31/PBI/2008 tanggal 18 November
devisa, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang 2008 tentang Fasilitas Pembiayaan Darurat
No.24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Bagi Bank Umum. Untuk mengatasi kesulitan
Sistem Nilai Tukar. Ketentuan ini bukan merupakan likuiditas bank umum yang memiliki dampak
kebijakan kontrol devisa atau kontrol kapital yang sistemik, maka dalam melaksanakan fungsi sebagai
membatasi arus modal lintas negara, melainkan lender of the last resort Bank Indonesia dapat
hanya mengatur tata cara perolehan devisa melalui memberikan fasilitas pembiayaan darurat kepada
bank dengan memenuhi persyaratan tertentu, bank umum khususnya dalam rangka pencegahan
tanpa membatasi kebebasan pelaku ekonomi dan penanganan krisis.
atas penggunaan devisa yang dimiliki. Sebagai 32. PBI No.10/32/PBI/2008 tanggal 20 November
lembaga yang memiliki tugas utama mencapai dan 2008 tentang Komite Perbankan Syariah.
memelihara kestabilan nilai rupiah, Bank Indonesia Peraturan ini adalah untuk mengimplementasikan
berupaya meminimalkan transaksi valuta asing fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) ke dalam
terhadap rupiah yang bersifat spekulatif. Langkah Peraturan Bank Indonesia, yang memerlukan
kebijakan tersebut diharapkan dapat membantu adanya penafsiran dan pemaknaan fatwa MUI di
menjaga stabilitas nilai rupiah sehingga memberikan bidang perbankan syariah oleh Komite Perbankan
kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia Syariah. Hal ini mengingat salah satu aspek yang
secara keseluruhan. mendasari berjalannya sistem perbankan syariah
29. PBI No. 10/29/PBI/2008 tanggal 14 November adalah keberadaan prinsip syariah yang dituangkan
2008 tentang Fasilitas Likuiditas Intrahari ke dalam fatwa (MUI).
Bagi Bank Umum. Dengan dikeluarkannya PBI 33. PBI No.10/33/PBI/2008 tanggal 25 November
No. 10/26/PBI/2008 tentang Fasilitas Pendanaan 2008 tentang Pencabutan dan Penarikan
Jangka Pendek Bagi Bank Umum yang tidak dari Peredaran Uang Kertas Pecahan 10.000
memfasilitasi lagi konversi dari Fasilitas Likuiditas (Sepuluh Ribu) Rupiah Tahun Emisi 1998,
Intrahari (FLI) yang tidak lunas, maka FLI yang tidak 20.000 (Dua Puluh Ribu) Rupiah Tahun Emisi
dapat diselesaikan oleh bank hingga batas waktu 1998, 50.000 (Lima Puluh Ribu) Rupiah Tahun
yang ditetapkan secara otomatis akan diberlakukan Emisi 1999, dan 100.000 (Seratus Ribu) Rupiah
menjadi Transaksi Repurchase Agreement dengan Tahun Emisi 1999. Peraturan ini diterbitkan dengan
Bank Indonesia di Pasar Sekunder. pertimbangan bahwa pada saat ini di masyarakat
telah beredar uang kertas pecahan yang memiliki Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
2 tahun emisi. Untuk itu dilakukan pencabutan (Perppu) No.4 tahun 2008 tentang JPSK sehingga
uang kertas pecahan sebagaimana tersebut di atas akan memperkuat stabilitas sistem keuangan.
yang telah beredar cukup lama, sehingga terhitung 36. PBI No. 10/36/PBI/2008 tanggal 10 Desember
sejak tanggal 31 Desember 2008 dinyatakan tidak 2008 tentang Operasi Moneter Syariah.
berlaku lagi sebagai alat pembayaran yang sah (legal Peraturan ini menetapkan ketentuan mengenai
tender). pelaksanaan pengendalian moneter berdasarkan
34. PBI No. 10/34/PBI/2008 tanggal 5 Desember prinsip syariah oleh Bank Indonesia dalam rangka
2008 tentang Transaksi Pembelian Wesel pencapaian target moneter syariah antara lain
Ekspor Berjangka. Krisis keuangan global yang berupa kecukupan likuiditas perbankan syariah.
terjadi saat ini telah memberi tekanan pada 37. PBI No. 10/37/PBI/2008 tanggal 16 Desember
perekonomian Indonesia, khususnya terhadap 2008 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap
nilai tukar rupiah. Tekanan nilai tukar ini juga Rupiah. Dalam rangka meningkatkan peran pasar
berdampak pada keterbatasan likuiditas bank valuta asing domestik untuk pencapaian stabilitas
dalam penyediaan pembiayaan ekspor. Salah nilai rupiah dan mendukung kegiatan perekonomian
satu upaya yang dilakukan Bank Indonesia untuk secara keseluruhan, Bank Indonesia melakukan
mengurangi ketatnya likuiditas pembiayaan ekspor penyempurnaan peraturan yang terkait dengan
tersebut adalah melalui penyediaan likuiditas rupiah aktivitas transaksi valuta asing di pasar domestik
maupun valuta asing bagi eksportir. Dalam kerangka sejalan dengan upaya untuk meminimalkan transaksi
tersebut, Bank Indonesia membuka window valuta asing terhadap rupiah yang bersifat spekulatif
transaksi pembelian Wesel Ekspor Berjangka (WEB) namun tetap mendukung aktivitas di sektor rill.
melalui skema rediskonto. Melalui penyediaan
38. PBI No. 10/38/PBI/2008 tanggal 16 Desember
window transaksi pembelian WEB tersebut oleh
2008 tentang Perubahan Atas Peraturan
Bank Indonesia diharapkan eksportir, melalui bank,
Bank Indonesia Nomor 7/31/PBI/2005 tentang
dapat memiliki outlet likuiditas baik valas maupun
Transaksi Derivatif. Stabilitas nilai tukar rupiah
rupiah sehingga diharapkan akan mengurangi
perlu didukung oleh kegiatan operasional bank
tekanan terhadap nilai tukar rupiah di pasar yang
yang sehat dan berdasarkan prinsip kehati-hatian.
pada gilirannya dapat berdampak positif kepada
Kegiatan operasional bank terutama transaksi
kegiatan ekonomi.
keuangan, yang meliputi transaksi derivatif, memiliki
35. PBI No.10/35/PBI/2008 tanggal 5 Desember risiko sehingga perlu dilakukan penyesuaian
2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka pengaturan. Oleh karena itu pengaturan yang
Pendek (FPJP) Bagi BPR. Penyediaan fasilitas ini terkait dengan upaya stabilisasi nilai tukar seperti
bagi BPR juga dimaksudkan untuk memberikan pelarangan transaksi margin trading valuta asing
kesempatan yang sama (equal treatment) kepada terhadap rupiah, pelarangan pemberian kredit dan/
BPR untuk memperoleh fasilitas pendanaan atau cerukan (overdraft) untuk transaksi derivatif,
(lender of the last resort) bila mengalami kesulitan akan diatur tersendiri dalam ketentuan Bank
likuiditas dalam jangka pendek. Dengan demikian Indonesia.
semakin lengkaplah mekanisme Jaring Pengaman
39. PBI No. 10/39/PBI/2008 tanggal 24 Desember
Sistem Keuangan (JPSK) yang diamanatkan dalam
2008 tentang Peraturan Pelaksanaan
SURAT
NO. TOTAL PENEMPAT TAGIHAN KOMITMEN
NO. NAMA BANK BERHARGA
ID ASET KREDIT AN PENYERTA LAIN KPD KONTIJENSI AKTIVA NON TOTAL EKUITAS
KPD PIHAK TOTAL GIRO TABUNGAN DEPOSITO
BANK AN PHK
KETIGA PD BANK KPD PHK PRODUKTIF
DAN BI LAIN KETIGA KETIGA
BANK PERSERO
1 008 PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk 297.948.327 146.460.848 90.272.716 17.450.945 2.841.609 11.243.612 26.103.942 1.676.887 296.050.559 54.453.088 82.162.417 94.235.862 230.851.367 29.050.541
2 002 PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk. 219.564.059 151.456.514 29.110.307 16.404.575 219.282 1.335.858 8.906.087 26.750 207.459.373 33.835.333 78.260.016 63.298.191 175.393.540 20.573.178
3 009 PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO).Tbk 178.368.800 103.378.172 38.364.601 9.059.099 688.366 4.127.464 14.679.582 656.353 170.953.637 35.139.772 48.212.938 57.411.710 140.764.420 14.954.956
4 200 PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) 42.798.840 30.077.198 8.150.910 736.598 85.853 2.274.428 65.835 41.390.822 3.193.374 7.422.606 17.381.157 27.997.137 3.050.849
5 003 PT BANK EKSPOR INDONESIA (PERSERO) 12.914.825 9.493.088 923.438 2.335.962 26.323 2.149.774 14.928.585 59.472 594.828 654.300 4.256.052
BUSN DEVISA
6 014 PT BANK CENTRAL ASIA Tbk. 227.110.040 105.413.713 73.028.286 7.418.981 973.666 4.666.011 6.687.784 38.863 198.227.304 46.452.628 101.708.474 44.735.953 192.897.055 22.375.266
7 011 PT BANK DANAMON INDONESIA Tbk 100.987.680 64.202.475 17.679.431 4.799.849 1.517.048 1.852.039 3.672.094 116.227 93.839.163 6.382.412 12.207.263 52.173.502 70.087.258 10.984.245
8 019 PT PAN INDONESIA BANK. Tbk 61.442.799 36.421.200 10.645.618 6.547.340 815.788 1.017.818 8.901.112 851.116 65.199.992 7.304.089 7.202.959 28.971.710 43.478.758 8.019.948
9 022 PT BANK NIAGA, Tbk 60.288.815 47.363.267 4.813.486 1.614.107 147.568 1.087.877 2.939.003 113.995 58.079.303 6.743.759 6.914.664 36.837.693 50.496.116 5.644.820
10 016 PT BANK INTERNASIONAL INDONESIA Tbk 54.465.128 33.735.190 10.278.034 3.037.766 321.488 1.000.341 2.682.729 77.302 51.132.850 7.229.459 10.029.447 24.687.353 41.946.259 5.185.842
11 013 PT BANK PERMATA Tbk (d/h PT. BANK BALI ) 47.106.646 33.737.781 4.533.132 1.410.492 134.119 1.645.583 2.233.552 283.843 43.978.502 7.723.701 7.096.684 22.519.979 37.340.364 4.108.922
12 026 PT LIPPO BANK, Tbk 38.567.662 23.938.404 4.938.677 2.998.513 60.005 291.854 1.057.032 1.031.883 34.316.368 9.986.711 10.428.981 9.837.474 30.253.166 3.794.411
13 426 PT BANK MEGA, Tbk 34.554.370 19.235.529 8.900.522 934.501 31 558.091 1.099.358 40.368 30.768.400 6.048.975 5.373.564 17.115.913 28.538.452 2.618.475
14 441 PT BANK BUKOPIN 30.940.361 23.734.040 1.560.665 2.340.678 21.223 536.263 10.551.672 81.970 38.826.511 4.960.842 3.410.132 16.414.199 24.442.206 2.097.174
15 028 PT BANK OCBC NISP, TBK 29.732.701 21.080.441 3.485.545 617.239 70.139 1.138.624 2.939.174 169.776 29.500.938 4.348.341 5.741.301 12.129.556 22.219.198 3.508.335
16 023 PT BANK UOB BUANA, Tbk. 19.470.508 14.904.921 1.408.294 903.124 88 106.993 362.865 93.727 17.780.012 3.727.748 4.254.694 6.756.403 14.738.845 3.691.487
17 087 PT BANK EKONOMI RAHARJA TBK 17.192.946 9.688.263 3.717.697 1.946.243 94.523 828.994 17.102 16.292.822 3.456.215 4.488.234 7.271.313 15.215.762 1.597.746
18 095 PT BANK CENTURY Tbk.(BANK CIC-6.12.2004) 15.231.203 5.219.719 2.023.727 3.698.284 1.804.066 432.578 398.850 13.577.224 1.026.378 638.992 9.279.621 10.944.991 1.213.181
19 037 PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL TBK 12.049.707 8.674.853 1.103.920 165.903 10.172 72.769 1.270.047 265.740 11.563.404 973.191 657.009 8.244.259 9.874.459 629.053
20 485 PT BANK BUMIPUTERA INDONESIA 6.503.433 5.131.981 338.728 250.269 33.262 82.950 227.269 6.064.459 632.397 732.156 4.079.403 5.443.956 520.177
21 153 PT. BANK SINARMAS 5.860.929 3.765.709 1.037.330 382.805 162.435 799 5.349.078 647.308 416.658 3.772.662 4.836.628 419.662
22 151 PT BANK MESTIKA DHARMA 4.875.270 3.759.891 351.565 232.786 120.597 3.443 4.468.282 483.437 2.018.545 1.128.917 3.630.899 1.070.682
23 097 PT BANK MAYAPADA INTERNATIONAL 4.863.449 3.751.196 189.176 120.858 1.942 440.596 232.894 4.736.662 251.536 287.128 2.745.568 3.284.232 944.467
L.2
101
L.2
102
(dalam juta Rp)
AKTIVA PRODUKTIF DANA PIHAK KETIGA
SURAT
NO. TOTAL PENEMPAT TAGIHAN KOMITMEN
NO. NAMA BANK BERHARGA
ID ASET AN PENYERTA LAIN KPD KONTIJENSI AKTIVA NON
KREDIT KPD PIHAK TOTAL GIRO TABUNGAN DEPOSITO TOTAL EKUITAS
BANK AN PHK
KETIGA PD BANK KPD PHK PRODUKTIF
DAN BI LAIN KETIGA KETIGA
24 145 PT. BANK NUSANTARA PARAHYANGAN TBK. 3.300.157 2.076.578 406.002 436.404 468 8.770 74.347 3.002.569 562.553 366.490 1.995.034 2.924.077 322.968
25 494 PT BANK AGRONIAGA Tbk. 2.679.479 2.092.540 276.301 83.539 20 30.311 46.354 50.568 2.579.633 304.492 128.821 1.710.590 2.143.903 237.154
26 076 PT BANK BUMI ARTA 2.028.733 950.982 705.265 56.180 1.485 8.141 374.198 6.415 2.102.666 321.598 329.745 933.607 1.584.950 386.260
27 167 PT BANK KESAWAN. Tbk 2.024.211 1.502.708 151.388 74.994 31.232 68.543 1.828.865 259.404 338.821 1.237.958 1.836.183 136.277
28 054 PT. BANK CAPITAL INDONESIA 1.939.572 1.022.744 564.751 3.830 30.566 1.621.891 118.211 10.283 1.187.892 1.316.386 194.129
29 212 PT BANK HIMPUNAN SAUDARA 1906. Tbk 1.929.618 1.605.277 16.898 107.882 387 21.878 3.308 1.755.630 122.859 167.027 1.206.186 1.496.072 193.103
Lampiran - Indikator Utama Perbankan
30 157 PT BANK MASPION INDONESIA 1.835.948 1.349.705 150.360 26.849 2.002 14.097 3.178 1.546.191 257.117 449.871 920.658 1.627.646 183.286
31 161 PT BANK GANESHA 1.368.452 1.001.247 162.177 43.870 331 47.318 1.700 1.256.643 122.820 87.354 960.651 1.170.825 122.205
SURAT
NO. TOTAL PENEMPAT TAGIHAN KOMITMEN
NO. NAMA BANK BERHARGA
ID ASET AN PENYERTA LAIN KPD KONTIJENSI AKTIVA NON
KREDIT KPD PIHAK TOTAL GIRO TABUNGAN DEPOSITO TOTAL EKUITAS
BANK AN PHK
KETIGA PD BANK KPD PHK PRODUKTIF
DAN BI LAIN KETIGA KETIGA
51 536 PT BANK UIB 657.352 483.320 103.861 2.767 9.000 18.534 617.482 75.754 60.886 412.052 548.692 93.429
52 521 PT BANK SYARIAH BUKOPIN (PERSYARIKATAN) 648.383 172.678 40.321 299.570 208 35.803 548.580 17.114 24.756 181.464 223.334 154.714
53 520 PT PRIMA MASTER BANK 572.563 447.633 35.756 3.033 7.109 10.226 503.757 31.318 40.246 389.991 461.555 96.385
54 559 PT CENTRATAMA NASIONAL BANK 546.863 375.899 76.343 1.912 64.314 9.471 527.939 31.751 95.849 294.489 422.089 93.019
55 498 PT BANK INDOMONEX 531.388 330.844 122.837 6.809 16.353 867 10.064 487.774 19.979 26.395 314.848 361.222 159.614
56 548 PT BANK MULTI ARTA SENTOSA (MAS) 521.901 396.372 81.304 6.432 1.331 3.165 488.604 21.686 22.775 363.207 407.668 105.607
57 553 PT BANK MAYORA 381.604 232.214 99.089 7.270 75.958 414.531 46.208 48.789 187.671 282.668 89.298
58 564 PT BANK SINAR HARAPAN BALI 373.577 209.338 80.115 600 720 290.773 5.467 126.974 86.965 219.406 107.050
59 562 PT BANK FAMA INTERNASIONAL 342.672 244.135 56.400 12.685 415 7.696 321.331 28.850 14.804 204.205 247.859 88.384
60 501 PT BANK ROYAL INDONESIA 337.378 140.944 55.982 114.035 155 311.116 57.682 27.362 76.194 161.238 104.785
61 491 PT BANK MITRANIAGA 326.127 188.479 90.841 1.119 14.891 10.383 305.713 9.930 16.313 214.280 240.523 81.539
62 466 PT BANK SRI PARTHA 302.818 80.064 131.400 1.413 42.762 255.639 4.508 120.149 63.633 188.290 110.241
63 542 PT BANK ARTOS INDONESIA 241.610 178.399 28.454 2.492 3.034 5.398 217.777 25.345 17.172 109.071 151.588 81.842
64 405 PT BANK SWAGUNA 219.295 34.457 120.564 50.823 66 14.884 1.573 222.367 4.012 3.045 40.069 47.126 97.752
65 526 PT LIMAN INTERNATIONAL BANK 214.417 130.602 28.691 20.066 31.764 22.929 234.052 14.923 23.798 77.059 115.780 90.494
66 531 PT ANGLOMAS INTERNASIONAL BANK 209.338 114.391 67.695 1.825 67 13.684 197.662 28.819 31.501 62.680 123.000 81.852
67 517 PT BANK HARFA 208.340 70.804 106.790 249 2.060 179.903 8.576 11.858 85.540 105.974 95.017
68 459 PT BANK BISNIS INTERNASIONAL 192.712 118.863 23.669 1.886 233 144.651 10.134 7.401 62.531 80.066 105.234
69 422 PT BANK SYARIAH BRI (B.DJASA ARTA) 169.082 79.554 43.995 1.970 15 11.322 136.856 15.841 23.880 31.323 71.044 94.462
70 547 PT BANK PURBA DANARTA 145.995 104.786 14.165 21.385 918 141.254 11.642 11.392 37.603 60.637 83.230
71 503 PT BANK NATIONALNOBU (ALFINDO SEJAHTERA) 96.838 1.883 90.849 257 775 93.764 2.532 802 9.124 12.458 83.760
BANK BPD
72 110 PT BPD JAWA BARAT 25.753.915 15.754.035 4.332.301 2.667.552 355 2.520.222 1.948 25.276.413 8.483.050 2.630.050 8.658.235 19.771.335 2.411.328
73 114 PT. BPD JAWA TIMUR 18.511.416 7.187.755 5.011.151 1.587.879 716.045 979 14.503.809 8.796.162 2.762.033 4.571.691 16.129.886 1.691.553
74 124 BPD KALIMANTAN TIMUR 14.746.622 4.254.693 8.468.503 305.347 3.444 23.865 551.849 2.186 13.609.887 8.945.866 1.303.847 3.226.789 13.476.502 922.980
75 113 PT BPD JAWA TENGAH 14.036.192 9.686.104 992.067 1.834.376 1.502 354.137 4.551 12.872.737 3.631.292 2.761.356 4.636.193 11.028.841 1.393.880
76 119 PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH RIAU 13.823.078 4.758.645 4.487.970 3.412.961 1.156 358.311 13.019.043 9.135.173 1.784.149 1.262.628 12.181.950 849.297
77 111 PT. BPD DKI 13.076.254 6.051.816 4.265.915 794.698 927 363.466 361.975 2.302 11.841.099 3.128.462 1.889.916 4.178.594 9.196.972 836.684
L.2
103
L.2
104
(dalam juta Rp)
AKTIVA PRODUKTIF DANA PIHAK KETIGA
SURAT
NO. TOTAL PENEMPAT TAGIHAN KOMITMEN
NO. NAMA BANK BERHARGA
ID ASET AN PENYERTA LAIN KPD KONTIJENSI AKTIVA NON
KREDIT KPD PIHAK TOTAL GIRO TABUNGAN DEPOSITO TOTAL EKUITAS
BANK AN PHK
KETIGA PD BANK KPD PHK PRODUKTIF
DAN BI LAIN KETIGA KETIGA
78 116 PT. BANK BPD ACEH 12.765.169 4.225.377 5.515.312 1.218.553 130 745.917 11.705.289 6.398.440 1.648.750 3.225.181 11.272.371 885.421
79 117 PT. BPD SUMATERA UTARA 9.795.944 6.375.222 2.025.073 101.361 750 80.757 632.928 6.387 9.222.478 4.528.360 2.171.523 1.833.246 8.533.129 871.122
80 132 PT. BPD PAPUA 9.413.583 1.962.657 3.750.000 653.710 153.512 56.051 6.575.930 6.240.600 1.259.677 554.655 8.054.932 785.251
81 120 PT BPD SUMATERA SELATAN 8.582.539 3.369.550 2.327.538 778.791 1.250 1.165 2.042.665 8.520.959 3.820.874 1.646.211 1.876.525 7.343.610 558.912
82 118 BPD SUMATERA BARAT 7.097.997 5.040.436 411.644 1.084.938 562 169.302 6.706.882 2.760.434 1.429.971 1.453.060 5.643.465 672.653
83 129 PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI 6.142.270 4.256.780 1.236.435 164.224 635 131.865 5.789.939 2.132.414 1.926.356 1.134.784 5.193.554 731.230
Lampiran - Indikator Utama Perbankan
84 126 PT BPD SULAWESI SELATAN 4.873.668 3.299.775 433.321 735.893 67 20.927 4.489.983 2.348.593 621.061 665.217 3.634.871 738.176
85 123 PT. BPD KALIMANTAN BARAT 4.316.028 1.871.434 1.076.899 768.110 187 181.584 1.049 3.899.263 2.280.847 1.085.166 475.731 3.841.744 282.790
SURAT
NO. TOTAL PENEMPAT TAGIHAN KOMITMEN
NO. NAMA BANK BERHARGA
ID ASET AN PENYERTA LAIN KPD KONTIJENSI AKTIVA NON
KREDIT KPD PIHAK TOTAL GIRO TABUNGAN DEPOSITO TOTAL EKUITAS
BANK AN PHK
KETIGA PD BANK KPD PHK PRODUKTIF
DAN BI LAIN KETIGA KETIGA
105 047 PT BANK RESONA PERDANIA 6.413.702 5.161.568 522.375 421.564 37.685 136.330 1.034.157 8.830 7.322.509 1.245.406 1.146 2.135.049 3.381.601 1.111.188
106 948 PT BANK OCBC-INDONESIA 4.493.980 3.204.481 741.438 174.831 202.155 1.948.827 2.500 6.274.232 288.102 175 1.857.096 2.145.373 470.576
107 949 PT BANK CHINATRUST INDONESIA 4.371.079 3.327.705 526.809 118.613 147.735 413.724 865 4.535.451 517.319 445.369 1.494.493 2.457.181 1.178.237
108 068 PT BANK WOORI INDONESIA 3.459.307 1.532.664 1.424.868 307.128 78.096 195.881 244 3.538.881 651.309 41.584 1.330.531 2.023.424 894.889
109 059 PT BANK KEB INDONESIA 3.345.318 1.873.422 1.018.455 285.746 67.941 289.642 3.535.206 1.144.177 1.103.566 2.247.743 901.831
110 057 PT BANK BNP INDONESIA 2.729.410 1.954.813 520.177 208.047 25.828 1.625.893 4.334.758 565.380 162.325 727.705 762.700
111 036 PT BANK WINDU KENTJANA INT’L. TBK. 2.025.597 1.473.757 196.368 80.288 296.698 35.144 2.082.255 240.411 164.159 1.220.865 1.625.435 264.102
112 947 PT BANK MAYBANK INDOCORP 1.027.948 468.138 473.217 62.367 2.202 1.005.924 91.003 659 146.556 238.218 740.195
113 945 PT BANK AGRIS (FINCONESIA - 5.9.2008) 792.481 696.469 80.633 37.861 38.806 292.864 54 1.146.687 32.058 181 370.773 403.012 221.439
BANK ASING
114 031 CITIBANK N.A. 44.527.507 24.639.247 6.995.329 9.843.813 643.281 17.580.185 59.701.855 11.705.897 5.604.183 14.231.570 31.541.650 3.268.784
115 050 STANDARD CHARTERED BANK 40.649.532 16.329.382 7.611.181 11.833.855 3.312.546 11.091.082 303 50.178.349 5.484.238 1.279.153 10.937.745 17.701.136 177.435
116 041 THE HONGKONG & SHANGHAI B.C. 38.983.120 20.282.849 6.556.114 8.375.677 1.500 2.517.387 7.332.273 45.065.800 8.560.438 4.629.982 14.472.329 27.662.749 459.388
117 042 THE BANK OF TOKYO-MITSUBISHI LTD. 24.765.241 17.923.153 2.894.178 3.054.941 308.824 3.238.166 27.419.262 5.893.792 6.249.334 12.143.126 4.169.760
118 067 DEUTSCHE BANK AG. 17.765.167 7.244.699 3.319.370 5.466.380 25.946 474.022 2.251.051 18.781.468 3.048.317 7.084.000 10.132.317 1.923.918
119 052 ABN AMRO BANK 15.991.466 9.633.346 2.984.761 1.848.411 300 95.343 4.424.250 18.986.411 3.323.678 673.232 6.409.580 10.406.490 1.241.650
120 032 JP. MORGAN CHASE BANK 6.108.153 1.068.681 2.609.284 1.976.365 236.151 911.714 6.802.195 595.393 857.628 1.453.021 (24.396)
121 040 THE BANGKOK BANK COMP. LTD 4.062.778 3.382.414 435.872 269.174 80.402 361.728 4.529.590 275.680 609.562 885.242 950.021
122 069 BANK OF CHINA 2.339.407 299.761 903.657 1.035.769 14.101.771 16.340.958 918.539 18.865 858.931 1.796.335 29.857
123 033 BANK OF AMERICA. N.A 1.103.907 19.616 181.979 849.310 763 316.864 1.368.532 569.745 21.007 590.752 2.056
105
L.2
106
(dalam juta Rp)
AKTIVA PRODUKTIF DANA PIHAK KETIGA
BANK PERSERO
1 008 PT BANK MANDIRI (PERSERO) Tbk 17,08 4,42 4,15 121,08 2,64 72,87 62,07
2 002 PT BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk, 13,9 2,9 4,28 173,17 4,14 70,97 86,35
3 009 PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO),Tbk 15,13 6,53 4,76 121,86 0,94 91,51 73,2
4 200 PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) 16,86 4,03 1,37 117,17 1,73 86,25 107,43
5 003 PT BANK EKSPOR INDONESIA (PERSERO) 41,28 1,28 1,28 105,95 3,5 58,85 1450,88
BUSN DEVISA
6 014 PT BANK CENTRAL ASIA Tbk, 15,79 0,6 1,26 134,23 3,43 65,11 54,65
7 011 PT BANK DANAMON INDONESIA Tbk 15,42 2,08 1,98 111,72 3,26 76,8 90,73
8 019 PT PAN INDONESIA BANK, Tbk 20,83 3,42 1,91 112,74 2,25 79,35 83,77
9 022 PT BANK NIAGA, Tbk 14,69 2,99 1,77 114,21 1,97 86,76 93,8
10 016 PT BANK INTERNASIONAL INDONESIA Tbk 18,47 2,77 1,64 107,21 1,43 93,39 80,64
11 013 PT BANK PERMATA Tbk (d/h PT, BANK BALI ) 11,5 3,2 3,1 113,1 1,8 88 90,4
12 026 PT LIPPO BANK, Tbk 19,63 0,84 1,56 117,88 1,75 82,68 79,13
13 426 PT BANK MEGA, Tbk 16,24 1,21 0,91 100 2,09 81,53 67,4
14 441 PT BANK BUKOPIN 11,06 3,63 1,18 106,25 1,75 83,32 95,76
15 028 PT BANK OCBC NISP, TBK 17,26 2,27 1,27 100,04 1,53 85,44 94,87
16 023 PT BANK UOB BUANA, Tbk, 25,45 2,51 1,37 100,81 1,92 83,31 101,13
17 087 PT BANK EKONOMI RAHARJA TBK 13,65 0,65 1,14 135,96 1,87 79,76 63,67
18 095 PT BANK CENTURY Tbk,(BANK CIC-6,12,2004) 14,88 2,87 0,66 114,06 0,46 91,85 47,59
19 037 PT BANK ARTHA GRAHA INTERNASIONAL TBK 10,41 3,92 1,74 100,48 0,46 95,54 87,82
20 485 PT BANK BUMIPUTERA INDONESIA 11,07 4,88 2,14 100,78 0,14 98,78 94,27
21 153 PT, BANK SINARMAS 12,38 0,39 1,08 103,34 0,54 95,54 77,86
22 151 PT BANK MESTIKA DHARMA 24,9 1,49 1,58 189,7 5,17 55,2 103,55
23 097 PT BANK MAYAPADA INTERNATIONAL 24,48 2,67 1,71 107,4 1,17 90,98 112,6
24 145 PT, BANK NUSANTARA PARAHYANGAN TBK, 13,87 1,3 1,67 154,71 0,63 95,06 71,02
L.3
107
L.3
108
(Persen)
CAR NPL PPAP thd Pemenuhan
NO NO. ID NAMA BANK ROA BOPO LDR
BANK (Risiko Kredit) (Gross) Aktiva Produktif PPAP
25 494 PT BANK AGRONIAGA Tbk, 13,39 6,3 3,3 100 0,17 98,74 97,6
26 076 PT BANK BUMI ARTA 30,92 1,9 0,87 100 1,95 82,3 60
27 167 PT BANK KESAWAN, Tbk 9,81 6,5 1,38 105,03 0,36 100,09 81,85
28 054 PT, BANK CAPITAL INDONESIA 33,09 0,87 100 1,62 84,7 77,69
29 212 PT BANK HIMPUNAN SAUDARA 1906, Tbk 12,1 1,22 1,61 104,68 3,46 83,05 107,3
30 157 PT BANK MASPION INDONESIA 13,22 1,04 0,91 102,36 0,65 94,62 82,91
31 161 PT BANK GANESHA 20,41 0,91 0,82 112,86 0,16 98,55 82,02
32 146 PT BANK SWADESI, Tbk 33,91 2,29 1,22 146,2 2,47 77,97 87,06
33 164 PT, BANK ICBC INDONESIA 144,63 2,67 0,68 100 0,18 99,75 44,83
34 484 PT BANK HANA 47,05 0,75 1,22 101,46 -0,77 106,31 138,35
35 088 PT BANK ANTAR DAERAH 17,11 1,49 0,97 104,61 0,35 95,61 81,33
37 152 PT BANK METRO EKSPRESS 59,31 2,38 4,01 228,85 2,67 75,89 85,23
38 089 PT BANK HAGA (MERG,RABOBANK 06,2008)
39 159 PT BANK HAGAKITA (MERG RABOBANK 06,2008)
BUSN NON DEVISA
40 213 PT BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL 24,87 0,77 2,85 210,34 5,15 74,31 85,63
41 566 PT BANK VICTORIA INTERNATIONAL 21,5 2,4 1,42 145,85 1,22 88,69 52,36
42 472 PT BANK JASA JAKARTA 23,85 0,76 1,6 139,78 2,45 78,56 90,78
43 490 PT BANK YUDHA BHAKTI 14,8 2,09 0,77 100,04 1,4 88,66 67,24
44 558 PT BANK EKSEKUTIF INTERNASIONAL, Tbk, 9,26 21,01 1,61 100,51 -1,51 103,32 76,57
45 535 PT BANK KESEJAHTERAAN EKONOMI 13,26 1,63 1,78 102,45 3,23 78,7 104,9
46 555 PT BANK INDEX SELINDO 15,64 0,43 1,22 105,92 1,8 85,89 84,85
47 567 PT BANK HARDA INTERNASIONAL 13,88 1,76 0,78 101,97 0,09 101,18 75,37
48 525 PT BANK AKITA 16,85 0,79 0,85 111,35 1,55 89,94 94,7
49 523 PT DIPO INTERNATIONAL BANK 30,04 3,08 0,99 105,72 2,5 80,91 55,84
50 513 PT BANK INA PERDANA 23,24 1,26 1,14 105,35 2,38 82,31 92,62
51 536 PT BANK UIB 18,83 1,62 0,84 111,44 0,43 97,26 88,09
52 521 PT BANK SYARIAH BUKOPIN (PERSYARIKATAN) 32,84 2,17 0,91 101,22 -3,39 158,13 77,32
(Persen)
CAR NPL PPAP thd Pemenuhan
NO NO. ID NAMA BANK ROA BOPO LDR
BANK (Risiko Kredit) (Gross) Aktiva Produktif PPAP
53 520 PT PRIMA MASTER BANK 21,81 1,57 0,99 130,42 0,8 93,19 96,42
54 559 PT CENTRATAMA NASIONAL BANK 24,29 4,24 1,97 174,15 1,52 94,58 88,76
55 498 PT BANK INDOMONEX 44,88 2,9 1,09 104,16 1,28 87,53 91,59
56 548 PT BANK MULTI ARTA SENTOSA (MAS) 31,64 3,4 1,37 107,74 1,71 84,7 97,23
57 553 PT BANK MAYORA 33,96 1,75 22,22 239,61 0,4 96,47 82,15
58 564 PT BANK SINAR HARAPAN BALI 42,27 1,86 1,18 104,9 3,83 76,25 114,14
59 562 PT BANK FAMA INTERNASIONAL 31,51 2,06 1,24 139,34 2,52 80,53 98,5
60 501 PT BANK ROYAL INDONESIA 44,92 0,86 103,75 1,51 79,67 87,41
61 491 PT BANK MITRANIAGA 36,02 0,76 0,83 102,05 0,28 97,63 78,43
62 466 PT BANK SRI PARTHA 94,66 0,41 101,39 -0,16 111,17 42,52
63 542 PT BANK ARTOS INDONESIA 40,33 2,93 1,56 102,34 -0,29 102,57 117,69
64 405 PT BANK SWAGUNA 142,87 8,15 1,57 98,94 3,86 72,81 73,12
65 526 PT LIMAN INTERNATIONAL BANK 54,25 2,02 0,85 107,6 3,87 73,49 112,8
66 531 PT ANGLOMAS INTERNASIONAL BANK 57,49 7,2 0,88 114,76 0,98 91,27 93,06
67 517 PT BANK HARFA 111,33 0,14 0,35 103,08 0,22 96,73 66,81
68 459 PT BANK BISNIS INTERNASIONAL 76,48 0,28 0,86 111 3,07 72,99 148,46
69 422 PT BANK SYARIAH BRI (B,DJASA ARTA) 84,59 32,02 3,04 82,24 -0,18 102,98 111,98
70 547 PT BANK PURBA DANARTA 75,98 1,84 2,3 102,44 4,13 68 172,81
71 503 PT BANK NATIONALNOBU (ALFINDO SEJAHTERA) 1799,68 0,04 100 4,67 44,09 15,11
BANK BPD
72 110 PT BPD JAWA BARAT 15,35 0,69 1,29 104,62 3,42 73,65 79,68
73 114 PT, BPD JAWA TIMUR 25,17 0,8 1,02 112,73 3,99 66,78 44,55
74 124 BPD KALIMANTAN TIMUR 16,97 2,07 0,32 100,52 4,85 50,52 31,57
75 113 PT BPD JAWA TENGAH 16,7 0,45 1,33 102,29 5,4 64,04 87,83
76 119 PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH RIAU 20,46 1,5 1,1 137,72 2,98 69,62 39,06
77 111 PT, BPD DKI 17,82 3,57 2,28 115,35 1,58 87,39 65,8
78 116 PT, BANK BPD ACEH 20,93 2,32 0,86 98,61 3,48 66,74 37,48
79 117 PT, BPD SUMATERA UTARA 16,64 2,13 1,48 114,48 4,4 72,75 74,71
80 132 PT, BPD PAPUA 46,26 2,9 0,97 105,43 3,73 64,43 24,37
L.3
109
L.3
110
(Persen)
NO. ID CAR NPL PPAP thd Pemenuhan
NO NAMA BANK ROA BOPO LDR
BANK (Risiko Kredit) (Gross) Aktiva Produktif PPAP
81 120 PT BPD SUMATERA SELATAN 14,33 2,57 1,84 136,61 2,13 79,25 45,88
82 118 BPD SUMATERA BARAT 17,16 3,87 2,23 100,01 3,22 75,62 89,29
83 129 PT, BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI 15,82 0,96 1,52 106,89 5,24 66,03 81,96
84 126 PT BPD SULAWESI SELATAN 19,63 2,76 2,75 7,66 50,56 90,78
85 123 PT, BPD KALIMANTAN BARAT 19,21 0,21 0,76 96,33 3,94 68,58 48,71
86 122 PD BPD KALIMANTAN SELATAN 17,53 1,49 1,05 107,3 3,81 69,52 43,94
87 125 PT BANK PEMBANGUNAN KALTENG 19,59 2,69 1,86 121,52 4,04 60,68 33,7
88 130 PT, BPD NUSA TENGGARA TIMUR 29,53 1,1 1,75 100,94 5,24 63,79 86,5
89 112 BPD YOGYAKARTA 15,5 1,46 1,58 116,57 3,23 73,32 61,73
90 127 PT, BPD SULAWESI UTARA 11,76 1,44 1,57 106,12 4,07 75,4 78,62
91 128 PT, BPD NUSA TENGGARA BARAT 13,7 3,6 2,97 100 4,38 80,94 109,58
93 121 PT, BANK LAMPUNG 23,06 1,36 2,43 115,5 3,41 78,31 112,13
94 131 PT, BPD MALUKU 19,62 4,67 2,66 113,11 3,25 75,87 54,85
95 115 PD, BPD JAMBI 16,92 0,43 1,18 100,32 4,73 60,6 65,39
96 135 BPD SULAWESI TENGGARA 39,05 2,7 1,97 109,12 8,32 59,9 73,89
97 134 PT, BPD SULAWESI TENGAH 23,15 9,39 4,37 113,55 4,28 69,17 68,46
BANK CAMPURAN
98 046 PT BANK DBS INDONESIA 21,44 0,87 0,93 100,72 0,8 97,57 95,85
99 048 PT BANK MIZUHO INDONESIA 21,08 0,21 1,22 131,35 2,41 62,88 176,99
100 060 PT RABOBANK INTERNATIONAL INDONESIA 13,28 3,98 1,2 100,65 0,4 96,91 149,76
101 058 PT BANK UOB INDONESIA 26,9 1 1,1 102 3,5 63,5 111,8
102 061 PT ANZ PANIN BANK 13,96 3,4 2,08 121,65 3,66 80,05 95,44
103 045 PT BANK SUMITOMO MITSUI INDONESIA 43,23 0,65 1,07 100 2,8 74,5 113,39
104 950 PT BANK COMMONWEALTH 16,54 1,34 1,2 100,75 0,21 98,17 80,47
105 047 PT BANK RESONA PERDANIA 18,94 3,13 4,66 157,63 1,55 83,54 152,64
106 948 PT BANK OCBC-INDONESIA 26,46 1,6 0,96 109,59 1,19 87,48 149,37
107 949 PT BANK CHINATRUST INDONESIA 35,7 2,78 2,39 122,76 4,87 63,01 135,43
108 068 PT BANK WOORI INDONESIA 57,49 0,58 100,23 5,43 38,75 74,89
(Persen)
CAR NPL PPAP thd Pemenuhan
NO NO. ID NAMA BANK ROA BOPO LDR
BANK (Risiko Kredit) (Gross) Aktiva Produktif PPAP
109 059 PT BANK KEB INDONESIA 58,18 0,12 0,75 136,26 6,43 32,67 83,35
110 057 PT BANK BNP INDONESIA 67,41 4,25 1,8 107,67 2,05 85,9 268,63
111 036 PT BANK WINDU KENTJANA INT’L, TBK, 20,78 0,72 1,77 127,19 0,61 92,85 90,84
112 947 PT BANK MAYBANK INDOCORP 158,39 0,53 100 4,22 52,78 196,52
113 945 PT BANK AGRIS (FINCONESIA - 5,9,2008) 49,23 10,21 9,27 197,41 1,31 86,53 164,13
BANK ASING
114 031 CITIBANK N,A, 22,95 1,98 3,84 103,12 4,82 66,98 78,12
115 050 STANDARD CHARTERED BANK 13,23 5,33 2,06 100,9 3,12 76,2 92,25
116 041 THE HONGKONG & SHANGHAI B,C, 15,04 9,98 5,02 103,65 2,86 65,54 73,32
117 042 THE BANK OF TOKYO-MITSUBISHI LTD, 41,49 1 1,32 100,01 2,35 66,94 147,6
118 067 DEUTSCHE BANK AG, 45,22 5,98 2,81 104,26 1,2 83,71 71,5
119 052 ABN AMRO BANK 16,18 1,15 1,25 101,27 1,22 93,88 92,57
120 032 JP, MORGAN CHASE BANK 80 1 100 7 42 74
121 040 THE BANGKOK BANK COMP, LTD 53,01 8,2 5,3 126,18 1,26 63,95 382,09
122 069 BANK OF CHINA 46,66 0,13 100,07 3,82 51,95 16,69
123 033 BANK OF AMERICA, N,A 135 1 100 0,8 87,7 3
BANK UMUM SYARIAH
124 451 PT,BANK SYARIAH MANDIRI, Tbk 11,59 5,01 3,49 113,91 1,91 78,13 *)
125 147 PT BANK MUAMALAT INDONESIA 11,34 4,93 1,96 117,47 2,62 78,73 *)
126 506 PT BANK SYARIAH MEGA INDONESIA 15,51 1,85 1,41 100,11 2,14 75,66 *)
111
halaman ini sengaja dikosongkan
Glosari
Glosari
Glosari
• Aktiva Produktif : Penanaman dana bank baik • Basel Capital Accord : capital measurement
dalam rupiah maupun valas dalam bentuk kredit, system yang diperkenalkan oleh Basel Committee
surat berharga, penempatan dana antar bank, on Banking Supervision (BCBS) pada tahun 1988.
penyertaan, termasuk komitmen dan kontinjensi • Capital Adequacy Ratio (CAR) : Modal dibagi
pada transaksi rekening administratif. dengan ATMR
• Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APYD): Modal, terdiri dari :1. Modal Inti, 2. Modal
Aktiva produktif baik yang sudah maupun yang Pelengkap.
mengandung potensi tidak memberikan penghasilan • Call Money BI : Penempatan dana pada Bank
atau menimbulkan kerugian Indonesia dalam bentuk call money yang merupakan
• Arsitektur Perbankan Indonesia (API) : merupakan intervensi rupiah oleh Bank Indonesia dalam rangka
suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia Operasi Pasar Terbuka (OPT).
yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah, • Deposito : simpanan yang penarikannya hanya
bentuk dan tatanan industri perbankan untuk dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan
rentang waktu 5 sampai 10 tahun ke depan. perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.
• Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR): • Dana Pihak Ketiga (DPK) : Simpanan pihak ketiga
Terdiri dari : 1. aktiva neraca yang diberikan bobot bukan bank yang terdiri dari Giro, Tabungan dan
sesuai kadar risiko kredit yang melekat 2. beberapa Simpanan Berjangka.
pos dalam off balance sheet yang diberikan bobot
• Fasilitas Likuiditas Intrahari (FLI) : adalah fasilitas
sesuai dengan kadar risiko kredit yang melekat
pendanaan dari Bank Indonesia kepada bank
• Bank : Badan usaha yang menghimpun dana untuk mengatasi kesulitan pendanaan yang terjadi
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan selama jam operasional Sistem BI-RTGS karena
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk nilai transaksi keluar (outgoing transaction) melalui
kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka Sistem BI-RTGS pada saat tertentu lebih besar
meningkatkan taraf hidup orang banyak. dibandingkan dengan saldo rekening giro rupiah
• Bank Umum : Bank yang melaksanakan kegiatan bank di Bank Indonesia.
usaha secara konvensional dan atau berdasarkan • Fasilitas Pembiayaan Darurat (FPD) : adalah
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan fasilitas pembiayaan dari Bank Indonesia yang
jasa dalam lalu lintas pembayaran diputuskan oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan
• Bank Perkreditan Rakyat : Bank yang melaksanakan (KSSK), yang dijamin oleh pemerintah kepada bank
kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan yang mengalami kesulitan likuiditas yang memiliki
prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak dampak sistemik dan berpotensi krisis namun masih
memberikan jasa lalu lintas pembayaran. memenuhi tingkat solvabilitas
• Kredit : Penyediaan uang atau tagihan yang Bagi bank dalam Pengawasan Intensif yang tidak
dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan menghasilkan perbaikan kondisi keuangan dan
persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam manajerial dan berdasarkan analisis Bank Indonesia
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan diketahui bahwa bank tersebut dapat diklasifikasikan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah sebagai bank yang memiliki kesulitan yang dapat
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, membahayakan kelangsungan usahanya, maka
termasuk : 1. Pembelian surat berharga nasabah bank tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai bank
yang dilengkapi dengan Note Purchase Agreement dengan status Pengawasan Khusus.
(NPA) 2. Pengambilalihan tagihan dalam rangka • Pengawasan Khusus : Pengawasan terhadap
kegiatan anjak piutang. bank yang dinilai mengalami kesulitan yang
• Mudharabah : Penanaman dana dari pemilik membahayakan kelangsungan usahanya.
dana (shahibul maal) kepada pengelola dana • Prinsip Syariah : Aturan perjanjian berdasarkan
(mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha hukum islam antara bank dan pihak lain untuk
tertentu, dengan pembagian menggunakan penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan
metode bagi untung (profit sharing) atau metode usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai
bagi pendapatan (net revenue sharing) antara dengan syariah.
kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah
• Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) : APYD
disepakati sebelumnya.
dibagi dengan Total Aktiva Produktif
• Musyarakah : Penanaman dana dari pemilik
• Rasio Return on Asset (ROA) : Laba sebelum pajak
dana/modal untuk mencampurkan dana/modal
disetahunkan dibagi dengan rata-rata total asset
mereka dalam suatu usaha tertentu, dengan
• Rasio BOPO : Total Beban Operasional dibagi
pembagian keuntungan berdasarkan nisbah yang
dengan Total Pendapatan Operasional
telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian
Rasio dihitung per posisi (tidak disetahunkan)
ditanggung semua pemilik dana/modal berdasarkan
• Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) : Kredit dibagi
bagian dana/modal masing-masing.
dengan Dana Pihak Ketiga
• Murabahah : Jual beli barang sebesar harga pokok
Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada
barang ditambah dengan margin keuntungan yang
pihak ketiga (tidak termasuk antar bank) Dana Pihak
disepakati
Ketiga mancakup giro, tabungan, dan deposito
• Pengawasan Normal : Pengawasan ini dilakukan
(tidak termasuk antar bank)
terhadap bank yang memenuhi kriteria tidak memiliki
• Rasio Non Performing Loan (NPL) : (Kredit dalam
potensi atau tidak membahayakan kelangsungan
kualitas Kurang lancar, Diragukan dan Macet) dibagi
usahanya. Umumnya, frekuensi pengawasan dan
dengan Total Kredit
pemantauan kondisi bank dilakukan secara normal
• Rasio Net Interest Margin (NIM) : Pendapatan
sedangkan pemeriksaan terhadap jenis bank ini
Bunga Bersih dibagi dengan Rata-Rata Aktiva
dilakukan secara berkala atau sekurang-kurangnya
Produktif
setahun sekali.
Pendapatan Bunga Bersih = Pendapatan Bunga -
• Pengawasan Intensif : Pengawasan ini dilakukan
Beban Bunga
terhadap bank yang memiliki potensi kesulitan yang
perhitungan pendapatan bunga bersih
dapat membahayakan kelangsungan usahanya.
disetahunkan.
• Rekening giro : rekening yang penarikannya sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang
dapat dilakukan cek, bilyet giro, sarana melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip
perintah pembayaran lainnya atau dengan Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari
pemindahbukuan. suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang
• Risiko Kredit : Risiko yang timbul sebagai akibat melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya. yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah
• Risiko Pasar : Risiko yang timbul karena adanya
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
pergerakan variabel pasar (adverse movement)
Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
dari portofolio yang dimiliki oleh bank yang dapat
Syariah.
merugikan bank. Variabel pasar antara lain suku
bunga dan nilai tukar.