Вы находитесь на странице: 1из 28

http://mahmuddin.wordpress.

com/2008/03/19/kompetensi-pedagogik-guru-indonesia/ artikel padegogik dan profesionalitas guru dan modelmodel pembelajaran


I. PENDAHULUAN Proses pembelajaran adalah inti dari kegiatan pendidikan. Sebagai inti dari dari kegiatan pendidikan, proses pembelajaran adalah suatu upaya untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran yaitu Tujuan Pendidikan Nasional yang memuat standar Nasional Pendidikan yaitu standar isi (Kepmendiknas no. 22 tahun tahun 2006 tanggal 23 Maret 2006) dan standar kompetensi kelulusan (Kepmendiknas no. 23 tahun tahun 2006 tanggal 23 Maret 2006) yang merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan. Acuannya adalah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005. Untuk mencapai tujuan pendidikan maka proses pembelajaran harus berlangsung secara kontinu dan maksimal. Dalam proses pembelajaran yang terlibat langsung adalah guru dan siswa. Oleh karena itu peranan guru diperlukan bagaimana menciptakan pembelajaran yang kondusif. Untuk itu guru perlu memahami ciri-ciri pembelajaran dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Pemahaman seorang guru terhadap pembelajaran belumlah cukup tanpa adanya kemampuan untuk mengaplikasikan ke dalam proses pembelajaran tersebut. Di sini diperlukan kompetensi guru dalam mempersiapkan tahapan-tahapan kegiatan. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah tahap persiapan/perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap penilaian. Tahapan-tahapan ini harus dibuat sedemikian rupa agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien dalam mencapai ketuntasan belajar, sebagai tolak ukur harus sesuai dengan kompetensi dasar pada setiap mata pelajaran. Dalam penyusunan strategi pembelajaran erat kaitannya dengan kompetensi guru. Paling tidak guru memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendesain program dan keterampilan mengkomunikasikan program itu kepada siswa. Masalah kompetensi guru bukanlah masalah yang berdiri sendiri, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yakni latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar. Karena kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, maka kualitas kompetensi guru mempunyai peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Kehadiran kompetensi guru dalam proses pembelajaran tidak lebih dari sebagai alat motivasi ekstrinsik guna memberikan dorongan dari luar diri setiap siswa. Dalam pengelolaan proses pembelajaran,guru harus menyadari bahwa pendidikan tidak hanya dirumuskan dari sudut normatif. Pelaksanaan proses pembelajaran adalah untuk menanamkan suatu nilai kedalam diri siswa sehingga tercapai tujuan yang diinginkan yaitu tercapainya kreteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sesuai dengan kompetensi dasar. Untuk

memahami perubahan- perubahan yang terjadi pada siswa dapat dilihat dari jangkauan kemampuan pemahaman konsep(kognitif), terjadinya perubahan sikap (afektif) dan kemampuan pengoperasian/praktik (psikomotor). Penanaman nilai-nilai inilah yang menjadi tujuan sentral proses pembelajaran. Sebaimana teruraikan di atas dalam mecapai tujuan kompetensi dasar pengajarn tidaklah hanya bergantung kepada kompetensi guru semata melainkan juga tergantung kepada minat, bakat dan kemampuan siswa itu sendiri, karma proses pembelajaran terjadi apabila terlaksananya intraksi antara guru dengan siswa. Oleh sebab itu seorang guru juga harus mengenal karakteristik/hakekat siswa dan bergantung kepada kondisi lingkungan tempat tingkat satuan pendidikan itu berada dalam arti lingkungan pendidikan baik dalam lingkup sekolah maupun masyarakat. Dalam hal inilah sehingga seorang guru dalam proses pembelajaran harus memiliki strategi pembelajaran (strategi belajar mengajar) yang mapan dalam arti juga menguasai metodemetode atau model model pembelajaran disamping kemampuan dalam pengelolaan proses pembelajaran tersebut. Apalagi seorang guru yang memegang mata pelajaran matematika yang pada prinsipnya adalah ilmu pasti. Karena sifat kepastian ini seorang guru matematika harus memahami beberapa hal dalam proses pembelajaran mata pelajaran matematika yaitu, fakta, konsep, prinsif dan keterampilan/skill. II. PEMAHAMAN KOPETENSI GURU, TUGAS DAN PERANNYA A. Pemahaman Kompetensi Guru a. Pengertian Dalam proses pembelajaran guru adalah orang yang memberikan dan mengarahkan pelajaran dan siswa adalah yang menerima pelajaran. Dalam mentransfer pengetahuan kepada siswa diperlukan pengetahuan kecakapan dan keyerampilan, tanpa semua ini tidak mungkin proses pembelajaran dapat berjalan secara kondusif. Disinilah kompetensi dalam arti kemampuan mutlak diperlukan oleh seorang guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Beranjak dari pengertian inilah kompetensi merupakan hal yang tidak bias dipisahkan dari kegiatan pendidikan dan pengajaran. Agar memiliki pengertian yang jelas maka perlu kita pahami makna kompetensi. Kompetensi berasal dari bahasa inggris competency yang artinya kemampuan atau kecakapan. Menurut kamus besar Indonesia (WJS. Purwadarmita) kompetensi berarti kewenangan(kekuasaan). Sehingga pengertian kompetensi dikemukakan oleh beberapa pakar antara lain. (i). competenceordinarily is defined as adequacy for a task or as possession of require knowledge, skill and abilities. (W.Robert Houston) seperti dikutip oleh Drs. Abdul Kadir Munsyi Dip.Ad.Ed disini dapat diartikan bahwa kompetensi sebagai suatu tugas yang memadai atau pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang. (ii). Descriftive of qualitative nature or teacher behavior appears to be entirely meaningful(Broke and stone). Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku

guru yang tampak sangat berarti. (iii).Competency as a rational ferformance wich satisfactorily meets the objective for a desired condition.(Charles E. Johnson). Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipesyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. (iv).The state of legally competent or qualified.(Mc. Leod). Keadaan berwenang atau memenuhi syarat menurut ketentuan hokum. Adapun kompetensi guru (teacher competency) the ability of a teacher to responsibility perform has or duties appropriately. Kompetensi guru merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggungjawab dan layak. Oleh sebab itu guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggungjawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individu ataupun klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah, (N.A. Ametembun). Ini berarti seorang guru minimal memiliki dasar-dasar kompetensi sebagai wewenang dan kemampuan dalam menjalankan tugasnya. Untuk itu seorang guru harus memiliki keperibadian, menguasai bahan pelajaran dan menguasai cara-cara mengajar sebagai dasar kompetensi,dalam arti seorang guru harus professional. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan kemampuan dan wewenang guru dalam melaksanakan profesi keguruannya. Disini jelas bahwa setiap guru bersifat professional dalam arti memiliki beberapa bidang ilmu yang secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Sehingga dapat dikatakan bahwa, pekerjaan yang bersifat professional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk pekerjaan tersebut dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh orang yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Dr. Nana Sudjana). b. Persyaratan Profesi Menginat tugas dan tanggungjawab guru yang begitu kompleks maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara lain sebagai berikut. 1. Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam 2. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya 3. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai. 4. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakan. 5. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. (Drs. Moh Ali) Selai diatas juga ada hal penting menurut hemat Drs. Moh. Uzer Usman antara lain : a. Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya b. Memiliki klien/objek layanan tetap, seperti dokter dengan fasien, guru dengan muridnya c. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya. c. Jenis-Jenis Kompetensi 1. Kompetensi Pribadi

1.1. Mengembangkan kepribadian 1.1.1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 1.1.2. Berperan dalam masyarakat sebagai warga Negara yang berjiwa Pancasilais 1.1.3. Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi jabatan guru. 1.2. Berintraksi dan berkomunikasi 1.2.1. Berintraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan professional. 1.2.2. Berintraksi dengan masyarakat untuk penunaian misi pendidikan. 1.3. Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan 1.3.1. Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar. 1.3.2. Membimbing murid yang berkelainan dan berbakat khusus. 1.4. Melaksanakan administrasi sekolah 1.4.1. Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah. 1.4.2. Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah 1.5. Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. 1.5.1. Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah 1.5.2. Melaksanakan penelitian sederhana. 2. Kompetensi professional (kemampuan profisional) meliputi hal-hal sebagai berikut. 2.1. Menguasai landasan-landasan kependidikan 2.1.1. Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional 2.1.2. Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat. 2.1.3. Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar-mengajar 2.2. Menguasai bahan pengajaran 2.2.1. Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah. 2.2.2. Munguasai bahan pengayaan. 2.3. Menyusun program pengajaran. 2.3.1. Mendapat tujuan pembelajaran 2.3.2. Memiliki dan mengembangkan bahan pembelalajaran. 2.3.3. Memiliki dan mengembangkan strategi belajar mengejar. 2.3.4. Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai. 2.3.5. Memilih dan memanfaatkan sumber belajar. 2.4. Melaksanakan program pengajaran. 2.4.1. Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat. 2.4.2. Mengatur ruangan belajar. 2.4.3. Mengelola intraksi belajar mengajar. 2.5. Memiliki hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. 2.5.1. Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran. 2.5.2. Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

B. Tugas Guru Tugas guru adalah pengabdian baik yang terikat oleh tugas dinas atau di luar dinasnya, dan apabila kita kita kelompokan ada tiga jenis, yakni tugas dalam profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Jenis pekerjaan ini tidak bias dikerjakan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan walaupun kenyataannya masih dilakukan orang di luar kependidikan. Itulah sebabnya jenis profesi ini paling mudah terkena pencemaran. Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup (afektif/sikap). Mengajar bearti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Kognitif). Sedangkan melatih bearti mengembang-kan keterampilan-keterampilan pada siswa (ps ikomotor). Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan pancasila. Keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu bangsa yang sedang membangun, terlebih-lebih bagi keberlangsungan hidup bangsa ditengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang kian canggih dan segala perubahan serta pergeseran nilai yang cendrung memberi nuansa kepada kehidupan yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamika untuk dapat mengadaptasikan diri. Oleh sebab itu semakin akurat para guru melaksanakan fungsinya semakin terjamin terciptanya dan terbinanya kesiapan dan keandalan seseorang sebagai manusia pembangunan. Dengan kata lain potret dan wajah diri bangsa di masa depan tercermin dari potret diri para guru masa kini, dan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru di tengah-tengah masyarakat. Sehingga seorang guru memberi suri teladan ditengah tengah membangun, dan dibelakang memberi dorongan dan motivasi. Dengan demikian penghargaan ini sekaligus membawa tantangan bagi guru yang menuntut prestasi yang senantia terpuji dan teruji dari setiap guru, bukan saja di kelas, di batas pagar sekolah tetapi juga di tengah-tengah masyarakat. Bagan Tugas Guru C. Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran Sebagai perkembangan terhadap proses pembelajaran membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena proses pembelajaran dan hasil belajar

siswa ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Peranan dan kompetensi guru dalam proses pembelajaran meliputi beberapa hal sebagai mana dikemukakan oleh Adam & Decey dalam basic principles of student teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motiva-tor, konselor, mediator dan pasilitator. Adapun yang akan kita bahas adalah yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Guru Sebagai Demonstrator Sebagai demonstrator, lecturer atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan dan senantiasa mengembangkan dalam arti meningkatkan ke-mampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Sebagai guru harus terus belajar untuk memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan demonstrator se-hingga mampu memperagakan apa yang diajarkan secara didaktis dengan harapan apa yang disampai-kan betul-betul dimiliki oleh siswa. Di samping di atas guru juga mampu dan trampil dalam memahami kurikulum, mengembangkan silabus, menelaah materi pembelajaran, merancang kegiatan pembelajaran, merumuskan indikator, menentukan bentuk penilaian (jenis tagihan dan bentuk instrument), dan menentukan sumber belajar. Guru sebagai sumber belajar trampil dalam memberikan informasi kepada kelas, dan sebagai pengajar ia pun harus membantu perkembangan siswa untuk dapat menerima, memahami dan menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbegai kesempatan. 2. Guru Sebagai Pengelola Kelas Sebagai pengelola kelas (learning manager), guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi, sehingga lingkungan belajar tersebut menjadi baik. Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang besifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan dalam mencapai tujuan. Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas bergantung pada benyak faktor, antara lain ialah guru, hubungan pribadi antar siswa di dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas. Adapun tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fassilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Dan tujuan khususnya ialah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyedia-kan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk mem-peroleh hasil yang diharapkan. Sebagai manajer guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan

siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif di kalangan siswa itu sendiri. Tanggung jawab yang lain dari seorang guru sebagai manajer ialah membimbing pengalaman siswa sehari-hari kearah self directed behavior. Salah satu menejemen kelas yang baik ialah menyediakan kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit mengurangi kebergantungannya pada guru sehingga mereka mampu membimbing kegiatannya sendiri, dalam arti siswa harus belajar melakukan self control dan self activity melalui proses bertahap. Sebagai manajer guru hendaknya mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif serta epesien dengan hasil optimul. Sebagai manajer lingkungn belajar guru hendkanya mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar-mengajar dan teori perkembangan sehingga kemungkinan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang menimbulkan kegiatan belajar pada siswa akan mudah dilaksanakan dan sekaligus memudahkan pencapaian tujuan yang diharapkan. 3. Guru Sebagai Mediator Dan Fasilitator. Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses pembelajaran. dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Disamping guru memiliki pengetahuan tentang pengetahuan tentang media pendidikan tetapi harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media itu dengan baik, sehingga guru perlu latihan-latihan praktik secara kontinu dan sistimatis, baik melalui pre-service maupun melalui inservice training. Dalam pemilihan dan penggunaan media pendidikan harys sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan kemapuan siswa. Sebagai mediator guru harus mampu menjadi perantara untuk itu guru harus trampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Tujuannya agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang intraktif. Dalam hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru yaitu, mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik, mengembangkan gaya intraksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan yang positif dengan para siswa. Sebagai pasilitator guru harus mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, surat kabar atau media lainnya sesuai dengan perkembangan alat pembelajaran. dan guru sebagai pasilitator adalah merupakan ciri pengajaran kurikulum tingkat satuan pendidikan sebagai mana bagan paradigma pendidikan di bawah ini. PARADIGMA PENDIDIKAN

Siswa Obyek Subyek Fasilitator Desentralisasi Peran Guru Menejemen Indoktrinator Sentralistik Teks book oriented Realitas oriented PBM 4. Guru Sebagai Evaluator Sebagai seorang evaluator maka guru hendaknya mengadakan evaluasi terhadap perkembangan hasil pengajaran yang telah dicapainya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan pengajaran yang telah direncanakan telah tercapai, apakah materi yang diajarkan sudah mampu dikuasai oleh siswa, apakah metode/pendekatan yang digunakan sudah tepat, dan berbagai kegiatan guru dalam proses pembelajaran yang lakukan sudah cukup efektif dalam mencapai hasil yang baik, memuaskan atau sebalaiknya baik dia sebaqgai pendidik atau pengajar, semua pertanyaan ini akan terjawab apabila guru telah mampu dan trampil mengadakan evaluasi atau penilaian. Disamping itu tujuan lain dari evaluasi adalah untuk mengetahuai prestasi yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran, sehingga guru mengetahui kedudukan siswa di dalam kelasnya atau kelompoknya, dengan maksud guru dapat mengelompokkan siswa-siswanya dalam kelompok pencapaian yang sangat baik, baik, cukup, dan kurang. Sehingga seorang guru hendaknya secara terus menerus mengikuti hasil belajar siswa dari setiap saat, karena informasi dari hasil evaluasi ini merupakan umpan balik(feedback) terhadap proses pembelajaran sehingga dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran berikutnya. Dengan demikian proses pembelajaran akan terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal. D. Peran Guru Dalam Pengadministrasian Dalam hubungan dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan sebagai berikut. a. Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan-kegiatan pendidikan, dalam arti guru turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan serta nilainya. b. Wakil masyarakat yang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi anggota suatu masyarakat. Guru harus mencerminkan suasana dan kemauan masyarakat dalam arti yang positif. c. Orang ahli dalam mata pelajaran. Guru bertanggung jawab untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda berupa ilmu pengetahuan.

d. Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai sustu disiplin. e. Pelaksana administrasi pendidikan, disamping menjadi pengajar gurupun bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan dan ia harus mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi. f. Pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda terletak di tangan guru. Guru berperan sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan diri untuk anggota masyarakat yang dewasa. g. Penerjemah kepada masyarakat, artunya guru berperan untuk menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khususnya masalah-masalah pendidikan. E. Peran Guru Secara Pribadi Dilihat dari segi dirinya sendiri (self oriented), seorang guru harus berperan sebagai berikut. a. Petugas social, yaitu seorang yang membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi di dlamnya. b. Pelajar dan ilmuawan, yaitu senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap saat guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan. c. Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan sesudah keluarga, sehingga dalam arti luas sekolah merupakan keluarga, guru berperan sebagai orang tua bagi murid-muridnya. d. Pencari teladan, yaitu yang senantiasa mencari teladan yang baik bagi siswa bukan untuk seluruh masyarakat. Guru menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah laku. e. Pencari keamanan, yaitu yang senantiasa mencari rasa aman bagi siswa. Guru menjadi tempat perlindungan bagi siswa-siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya. F. Peran Guru Secara Psikologis Peran guru secara psikologis, guru dipandang sebagai berikut. a. Ahli psikologi pendidikan, yaitu petugas psikologi dalam pendidikan, yang melaksanakan tuganya atas dasar prinsip-prinsip psikologi. b. Seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relation), yaitu orang yang mampu membuat hubungan antar manusia untuk tujuan tertentu, dengan mengguanakan teknik tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan. c. Pembentuk kolompok sebagai jalan atau alat dalam pendidikan. d. atalytic agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembeharuan. Sering pula peranan ini disebut sebagai innovator (pembaharu). e. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker), yaitu yang bertanggung jawab terhadaap pembinaan kesehatan mental siswa (Dr. Moh. Surya, Dr. Rochman Natawidjaja, 1994: 6-7)

III. TEORI BELAJAR DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA Dalam pembahasan pada bab sebelumnya seorang guru adalah sebagai demonstrator, lecturer atau pengajar, sebagai pengelola kelas (learning manager), sebagai mediator, sebagai pasilitator, dan sebagai seorang evaluator, maka untuk menunjang hal tersebut perlu kiranya kita membahas beberapa teori belajar dalam proses pembelajaran, khususnya bagi mahasiswa program studi matematika akan mempelajari teori belajar dalam proses pembelajaran matematika. Adapun teori belajar yang dibahas antara lain teori belajar menurut Bruner, Thorndike, Brownell, Dienes, Skinner, dan Van Hiele. A. Teri Belajar Menurut Bruner Jarome Bruner dalam teorinya menyatakan bahwa belajar matematika akan lebih berhasil jika proses pengajaran diarahkan kepada konsep-konsep dan struktur-struktur yang termuat dalam materi pokok atau materi pembelajaran disamping hubungan yang terkait antara konsepkonsep dan struktur-struktur. Bruner dalam teorinya mengungkapkan bahwa dalam proses pembelajaran siswa sebaiknya diberi kesempatan untuk memanipulasi benda-benda (alat peraga). Dengan alat peraga tersebut, siswa dapat melihat langsung bagaimana keteraturan serta pola yang terdapat ddalam benda yang sedang diperhatikannya. Keteratruan tersebut kemudian oleh siswa dihubungkan keteraturan intuitif yang telah melekat pada dirinya. Disini nampaklah, bahwa Bruner sangat menyarankan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran secara penuh. Lebih-lebih tempatnya agak khusus yang dilengkapi oleh benda-benda/objek-objek untuk dimanipulasi. Ada 3 tahapan dalam proses pembelajaran menurut Bruner antara lain : a. Tahap enaktif, yaitu siswa secara langsung terlibat dalam memanipulasi objek b. Tahap ikonik, yaitu kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan dengan mental, yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya. Siswa tidak langsung memanipulasi objek seperti pada tahap enaktif. c. Tahap simbolik, yaitu siswa memanipulasi symbol-simbol atau lambing-lambang objek tertentu. Siswa tidak lagi terikat dengan objek-objek pada tahap sebelumnya, dalam arti siswa sudah mampu menggunakan notasi atau lambing tanpa ketergantungan terhadap objek real. Dari pengamatan Bruner dilapangan diperoleh beberapa kesimpulan yang melahirkan dalili-dalil. Daiantaranya dalil penyusunan (construction theorem), dalil notasi (notation theorem), dalil kekontrasan dan dalil keanekaragaman (contras and variation theorem) dan dalil pengaitan (connectivity theorem). Jelasnya sebagai berikut. 1. Dalil Penyusunan Dalil ini menyatakan bahwa, siswa selalu ingin mempunyai kemampuan dalam hal menguasai konsep, teorema, definisi dan semacamnya, untuk itu siswa harus dilatih melakukan penyusunan representasinya. Untuk melekatkan ide dan definisi tertentu dalam pikiran siswa, harus menguasai konsep dengan mencobanya dan melakukan sendiri. Dengan demikian konsep yang dilakukan dengan jalan memperlihatkan representasi konsep tersebut, maka siswa akan

lebih memahaminya. Apabila dalam proses perumusan dan penyusunan ide-ide tersebut disertai bantuan bendabenda kongkret, maka siswa akan lebih mudah mengingat ide-ide yang dipelajari. Dalam tahap ini siswa akan memperoleh penguatan yang diakibatkan interaksinya dengan benda-benda kongkret yang dimanipulasi. Dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya dalam tahap awal pemahaman konsep diperlukan aktivitas-aktivitas kongkret yang mengantar siswa kepada pengertian konsep. Sebagai contoh pelaksanaannya misalnya dalam pengalian 3 x 5 dengan menggunakan garis bilangan yaitu dengan meloncat sebanyak 3 kali dan setiap loncatan nilainya 5 satuan. 2. Dalil Notasi Dalil ini mengungkapkan bahwa dalam penyajian konsep notasi memegang peranan penting. Notasi yang digunakan dalam menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuikan dengan tahap perkembangan mental siswa. Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini sifatnya berurutan dari yang paling sederhana sampai yng paling sulit. Penyajian ini dalam matematika merupakan pendekatan spiral. Dalam pendekatan spiral setiap ide matematika disajikan secara sistematis dengan menggunakan notasi-notasi yang bertingkat. Pada tahap awal diberikan notasi sederhana, diikuti dengan notasi yang lebih kompleks. Notasi yang terakhir, yang mungkin belum dikenal sebelumnya oleh siswa, umumnya merupakan notasi yang akan banyak digunakan dlam pengembangan konsep matematika untuk tingka-tingkat selanjutnya. 3. Dalil Pengkontrasan dan Keanekaragaman Dalam dalil ini dinyatakan bahwa pengontrasan dan keanekaragaman sangat penting dalam melakukan pengubahan konsep matematika dari konsep kongkret ke konsep yang lebih abstrak. Diperlukan contoh contoh yang banyak, sehingga siswa mampu mengetahui karakteristik konsep tersebut. Contoh yang diberikan harus sesuai dengan rumusan atau teorema yang diberikan. Tetapi tidak tertutup kemungkinan jika kita memberikan juga contoh-contoh yang tidak memenuhi rumusan, sifat atau teorema dengan harapan agar siswa tidak mengalami salah pengertian terhadap konsep yang sedang dipelajarinya. Adapun maksud memberikan konsep yang diterangkan sesuaai dengan contoh yang sesuai dengan rumusan dan bukan adalah salah satu cara pengkontrasan. Melalui cara ini siswa akan mudah memahami arti dan karakteristik konsep yang diberikan tersebut. Missal untuk menjelaskan persegi panjang diberikan juga jajar genjang dan segi empat lainnya. Dengan demikian siswa dapat membedakan apakah segi empat yang diberikan paadanya termasuk persegi panjang atau tidak. 4. Dalil Pengaitan Dalam dalil ini dinyatakan bahwa dalam matematika antara satu konsep dengan konsep lainnya terdapat hubungan yang erat, bukan saja dari segi isi, namun juga dari segi rumus-rumus yang digunakan. Materi yang satu mungkin merupakan prasyarat bagi yang lainnya, atau suatu konsep tertentu diperlukan untuk menjelaskan konsep lainnya. Misalnya konsep dalil Pythagoras diperlukan untuk menentukan tripel Pythagoras atau pembuktian rumus kuadratis dalam

trigonometri. Guru harus menjelaskan bagaimana hubungan antara sesuatu yang sedang dijelaskan dengan objek atau rumus lain. Apakah hubungan itu dalam kesamaan rumus yang digunakan, dama-dama dapat digunakan dalam bidang aplikasi atau dalam hal-hal lainnya. Melalui cara ini siswa akan mengetahui pentingnya konsep yang sedang dipelajari dan mengetahui bagaimana kedudukan rumus atau ide yang sedang dipelajarinya dalam matematika. Siswa perlu menyadari bagaimana hubungan tersebut, karena antara sebuah bahasan dengan bahasan lainnya saling berkaitan. B. Teori Belajar Menurut Thorndike Edward L. Thorndike (1874-1949) mengemukakan beberapa hokum belajar yang dikenal dengan sebutan Law Of Effect. Menurut hokum ini belajar akan lebih berhasil bila respon siswa terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau kepuasan. Rasa senang dan kepuasan ini bias timbul akibat siswa mendapat pujian atau ganjaran lainnya. Stimulus ini termasuk reinforcement. Setelah siswa berhasil melaksanakan tugasnya dengan tepat dan cepat pada siswa muncul kepuasan diri sebagai akibat sukses yang diraihnya. Siswa yang mendapat suatu kesuksesan yang pada giliranya akan mengantarkan dirinya ke jenjang kesuksesan berikut. Teori belajar stimulus-respon yang dikemukakan oleh Thorndike disebut teori koneksionisme. Teori ini menyatakan bahwa pada hakikatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Terdapat beberapa dalil atau hukum yang dikemukakan Thorndike, yang mengakibatkan munculnya stimulus-respon ini, yaitu hukum kesiapan (law of readiness), hukum latihan (law of exercise), dan hukum akibat (law of effect). 1. Hukum Kesiapan (law of readiness) Hukum kesiapan menerangkan bagaimana kesiapan seorang siswa dalam melakuakan suatu kegiatan. Seorang siswa yang mempunyai kecendrungan untuk bertindak atau melakukan kegiatan tertentu dan kemudian dia benar melakukan tersebut, maka tindakannya akan melahirkan kepuasan bagi dirinya. Tindakan-tindakan lain yang dia lakukan tidak menimbulkan kepuasan bagi dirinya. Seorang siswa yang tidak mempunyai kecenderungan untuk bertindak atau melakukan kegiatan tertentu, sedangkan orang tersebut ternyata melakukan tindakan, maka apa yang dilakukan itu akan menimbulkan rasa tidak puas bagi dirinya. Dia akan melakukan tindakan lain untuk menghilangkan ketidakpuasan tersebut. Dari ciri tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa seorang siswa akan lebih berhasil belajarnya, jika ia telah siap untuk melakukan kegiatan belajar. 2. Hukum Latihan (law of exercise) Hukum latihan pada dasarnya mengungkapkan bahwa stimulus dan respon akan memiliki hubungan satu sama lain secara kuat, jika proses pengulangan sering terjadi. Makin banyak kegiatan ini dilakukan maka hubungan yang terjadi akan bersifat otomatis. Siswa yang dihadapkan pada suatu persoalan yang sering ditemuinya akan segera melakukan tanggapan

secara cepat sesuai dengan pengalaman pada waktu sebelumnya. Namun pada kenyataan menunjukan bahwa pengulangan yang akan memberikan dampak positif adalah pengulangan yang frekuensinya teratur, bentuknya tidak membosankan dan disajikan dengan cara menarik. Sebagai contoh untuk mengajarkan konsep pemetaan, guru menjelaskan pengertian pemetaan yang diikuti dengan contoh-contoh relasi. Guru menguji apakah siswa sudah benar-benar menguasai kosep pemetaan. Untuk itu guru menayakan apakah semua relasi yang diperlihatkan itu termasuk pemetaan atau tidak, sertai mintai mereka alasan atau sebab-sebab kreteria pemetaan. Penguatan konsep seperti ini dilakukan dengan pengulangan. Namun perlu dicatat pengulangan yang dilakukan harus pariatif dalam arti sudah dimodifikasi agar siswa tidak jenuh. 3. Hukum Akibat (law of effect) Thorndike mengemukakan bahwa suatu tindakan akan menimbulkan pengaruh bagi tindakan yang serupa. Ini memberikan gambaran bahwa jika tindakan yang dilakukan siswa menimbulkan hal-hal yang mengakibatkan kebaikan bagi dirinya cendrung akan diulangi, sedangkan tindakan yang mengecewakan dirinya cendrung dihindari. Dilihat dari cirri-cirinya hukum akibat lebih mendekati ganjaran dan hukuman. Dari hukum akibat ini dapat disimpulkan bahwa kepuasan yang terlahir dengan adanya ganjaran dari guru sperti mengatakan kata-kata bagus, hebat, dan lain-lainya yang menyenangkan siswa akan memberikan kepuasan bagi siswa, dan cenderung untuk berusaha melakukan atau meningkatkan apa yang telah dicapainya. Dengan demikian guru harus tanggap terhadap respon siswa yang salah, karena jika kesalahan dibiarkan kemungkinan siswa menganggab benar. Sehingga setiap tugas, pekerjaan rumah, dan ulangan harus dikoreksi dan dikomentari oleh guru agar tidak terjadi kesalahan yang berulang bagi siswa. Dari hukum akibat ini dapat disimpulkan bahwa jika terdapat asosiasi yang kuat antara pertanyaan dan jawaban, maka bahan yang disajikan akan tertanam lebih lama dalam ingatan siswa. Selain itu banyak pengulangan akan sangat menentukan lebih bertahannya konsep tersebut adalam ingatan siswa. C. Teori Belajar Menurut W. Brownell W. Brownell mengemukakan bahwa belajar matematika harus merupakan belajar bermakna dan pengertian. Bila kita perhatikan teori yang dikemukakan oleh W. Brownell ini sesuai dengan teori belajar-mengajar gestalt, yang muncul dipertengahan tahun 1930. Menurut teori gestalt, latihan hafal atau yang dikenal dengan sebutan drill adalah sangat penting dalam kegiatan pengajaran, cara ini diterapkan setelah tertanamnya pengertian. Misal dalam pengajaran aritmatika atau berhitung pada siswa SD masa lalu dititikberatkan kepada hapalan dan mengasah otak, sedangkan aplikasi dari bahan diajarkan dan kaitannya dengan materi atau pelajaran lain sedikit sekali dibahas. Menurut W. Brownell siswa yang belajar cara ini memiliki kamampuan berhitung yang jauh melebihi siswa yang sistem belajarnya seperti saat ini. Banyak latihan yang diterapkan pada siswa dan latihan mengasah otak dengan soal-soal yang panjang

dan sangat rumit merupakan pengaruh doktrin disiplin formal. Terdapat perkembangan yang menunjukan bahwa doktrin disiplin formal memiliki kekliruan yang sangat besar. Hasil penelitian yang dilakuakn pada abad ke- 19 menunjukan bahwa belajar tidak melalui latihan hafalan dan mengasah otak, namun cara belajar siswa melalui perbuatan, berpikir memperoleh persepsi dan sejenisnya lebih baik. Ini menandakan bahwa setiap yang diberikan, dipelajari siswa harus berfungsi dan jelas kegunaanya bagi siswa. Jadi dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa materi-materi yang diajarkan perlu ditinjau kembali. Materimateri yang dipilih harus berdasarkan prinsip bahwa materi tersebut benarbenar jelas kegunaanya. D. Teori Belajar Menurut Dienes Zoltan P. Dienes memiliki dasar teori dari pada teori Piaget, yang pengembangannya diorientasikan pada siswa-siswa, sedemikian rupa sehingga sistem yang dikembangkannya menarik bagi siswa yang mempelajarinya. Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matemaika dapat dianggap sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan hubungan diantara struktur-struktur dan mengkatagorikan hubungan-hubungan diantara struktur-struktur. Dienes mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip dalam matematika yang disajikan dalam bentuk konkret akan dapat dipahami dengan baik. Ini berarti bahwa jika benda-benda atau objek-objek dalam bentuk permainan akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran matematika, dan Dienes mengatakan konsep-konsep matematika akan berhasil bila dipelajari dalam tahap-tahap tertentu antara lain, permainan bebas (free play), permainan yang disertai aturan (games), permainan kesamaan sifat (searching for communities), representasi (representation), simbolisasi (symbolization), dan formalisasi (formalization) . untuk lebih jelasnya sebagai berikut : 1. Permainan bebas (free play) yaitu, merupakan tahap belajar konsep yang aktifitasnya tidak bersetruktur dan tidak diarahkan. Hal ini memungkinkan siswa mengadakan percobaan dan mengutak-atik (memanipulasi) benda-benda kongkret dan abstrak dari unsure-unsur yang sedang dipelajari. Dalam tahap ini siswa berhadapan dengan unsur-unsur dalam intraksinya dengan lingkungan belajarnya danatau alam sekitar. Sehingga dalam proses ini tidak saja belajar untuk membentuk struktur mental namun juga belajar membentuk struktur sikap dalam pemahaman konsep 2. Permainan yang disertai aturan (games) yaitu, siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat dalam konsep tertentu. Jadi siswa sudah memahami aturan-aturan siswa diajak untuk mulai mengnal dan memikirkan bagaimana struktur matematika itu. Semakin banyak bentuk-bentuk berlainan yang diberikan dalam konsep tertentu, akan semakin jelas konsep yang dipahami siswa, karena akan memperoleh hak-hak yang bersifat logis dan matematis dalam konsep yang dipelajari itu. 3. Permainan kesamaan sifat (searching for communities) yaitu, siswa mulai diarahkan dalam

kegiatan menemukan sifat-sifat kesamaan dalam permainan yang sedang diikuti. Untuk melatih dan mencari kesamaan sifat-sifat, guru perlu mengarahkan mereka dengan menstran slasikan kesamaan struktur dari bentuk permainan lain dengan tidak merubah sifat-sifat abstrak yang ada dalam permainan semula. 4. Representasi (representation) yaitu, tahap pengambilan kesamaan sifat dari beberapa stimulus yang sejenis. Para siswa menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu. Setelah mereka berhasil menyimpulkan kesamaan kesamaan sifat yang terdapat dalam situasisituasi yang dihadapinya, tentu representasi yang diperoleh ini bersifat absterak. Dengan demikian telah mengarah pada pengertian struktur matematika yang sifatnya abstrak yang terdapat dalam konsep yang sedang dipelajari. 5. Simbolisasi (symbolization) yaitu, tahap belajar konsep yang membutuhkan kemampuan merumuskan kemampuan merumuskan representasi dari setiap konsep-konsep dengan menggunakann simbul matematika atau melalui perumusan verbal. 6. Formalisasi (formalization) yaitu, tahap belajar siswa dituntut untuk mengurutkan sifat-sifat konsep dan kemudian merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut, sebagai contoh siswa yang telah mengenal dasar-dasar dalam struktur matematika seperti aksioma, harus mampu merumuskan teorema dalam arti membuktikan teorema tersebut. E. Teori Belajar Menurut Skinner Burrhus Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau pengatan mempunyai peranan yang amat penting dalam proses pembelajaran. dalam arti ganjaran dan penguatan tersebut memiliki perbedaan. Ganjaran merupakan respon yang bersifat menggembirakan dan merupakan tingkah laku yang sifatnya subyektif, sedangkan penguatan merupakan sesuatu yang mengakibatkan meningkatnya kemungkinan suatu respon dan lebih mengarah kepada hal-hal yang sifatnya dapat diamati dan diukur. Dalam teori Skinner mengatakan bahwa penguatan tersebut ada yang positif dan ada yang negatif. Penguatan dapat dianggap sebagai stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring dengan meningkatnya prilaku siswa dalam melakukan pengulangan perilakunya, yaitu penguatan yang diberikan kepada siswa memperkuat tindakan siswa, sehingga siswa semakin sering melakukannya. Sebagai contoh pujian yang diberikan guru, dan sikap guru bergembira pada saat siswa menjawab pertanyaan. Satu hal yang sangat penting dilakukan oleh seorang guru adalah merubah tingkah laku siswa yang negatif ke arah tingkah laku yang positif, karena guru di dalam kelas mempunyai tugas untuk mengarahkan siswa dalam aktivitas belajar di karnakan pada saat tersebut control berada pada guru dalam arti guru berwenang memberi instruksi ataupun larangan pada siswanya. Ada hal penguatan yang dilakukan oleh guru kepada siswanya ialah, jika siswa mendapat pujian setelah berhasil menyelesaikan tugas atau menjawab prtanyaan biasanya akan berusaha memenuhi tugas berikutnya dengan penuh semangat. Disebabkan penguatan yang berbentuk hadiah atau pujian akan memotivasi siswa untuk lebih rajin belajar dan mempertahan kan

prestasi yang diraihnya. Penguatan diberikan tentu kepada respon siswa yang benar, janganlah memberikan penguatan jika respon itu sebenarnya tidak diperlukan. F. Teori Belajar Menurut Van Hiele Van Hiele adalah seorang guru bangsa belanda yang mengadakan penelitian dalam pengajaran geometri, jadi teori belajar yang dikemukan oleh Van Hiele adalah teori belajar khusus pada bidang geometri. Menurut Van Hiele ada tiga unsur utama dalam pengajaran geometri yaitu waktu, materi pengajara, dan metode pengajaran. disamping unsur tadi Van Hiele juga menyatakan ada 5 tahapan dalam belajar siswa dalam mempelajari geometri , yaitu : 1. Tahap pengenalan yaitu, siswa mulai belajar mengenal bentuk geometri secara keseluruhan, namun belum mampu mengetahui sifat-sifat dan keteraturan dari bentuk geometri yang dilihatnya, misalnya jika dia melihat sebuah kubus, maka dia belum mampu mengetahui kubus sisinya berbentuk persegi sebanyak 6 buah, rusuknya ada 12 dan lain sebagainya. 2. Tahap analisis yaitu, siswa sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki benda geometri yang diamati. Dalam arti ia sudah mampu menyebut keteraturan yang terdapat pada benda geometri yang diamati. Namun belum mampu mengetahui hubungan yang terkait antara suatu benda geometri dengan benda geometri lainnya, misalnya siswa belum mengetahui bahwa persegi itu adalah persegi panjang, bahwa persegi itu adalah belah ketupat. 3. Tahap pengurutan yaitu, siswa sudah mulai mampu melakukan penarikan kesimpulan, yang kita kenal dengan sebutan berfikir deduktif. Namun belum berkembang secara penuh tapi siswa sudah mulai mampu mengurutkan, misalnya ia sudah mengenal bahwa persegi itu adalah persegi panjang yang memiliki kekhususan, atau kubus adalah balok juga yang memiliki keistimewaan yaitu sisinya berbentuk persegi, namun siswa belum mampu menerangkan mengapa diagonal persegi panjang sama panjang, atau belum mampu memahami bahwa belah ketupat dapat dibentuk dari dua segitiga yang kongruen dan contoh lain sebagainya. 4. Tahap deduksi yaitu, siswa sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif (penarikan kesimpulan dari sifat yang umum ke sifat yang khusus). Demikian pula ia telah mengerti betapa pentingnya peranan unsure-unsur yang tidak didefinisikan di samping unsure-unsur yang didefinisikan. Dalam hal ini siswa sudah mulai memahami perlunya aksioma, asumsi, definisi, teorema, bukti dan dalil. Selain itu siswa sudah mulai mampu menggunakan aksioma atau postulat yang digunakan dalam pembuktian. Misalnya postulat dalam pembuktian segitiga yang sama dan sebangun, seperti sudut-sudut, sisi-sisi atau sudut-sisi-sudut dapat dipahami, namun belum mengerti mengapa postulat tersebut benar dan mengapa dapat dijadikan sebagai postulat dalam cara-cara pembuktian dua segitiga sebagai postulat dalam cara-cara pembuktian dua segitiga yang sama dan sebangun (kongruen). 5. Tahap akurasi yaitu, siswa sudah menyadari betapa pentingnya ketepatan dari prinsip-prinsip dasar yang melandasi suatu pembuktian. Dlam hal ini ia mengetahui betapa pentingnya aksioma-aksioma atau postulat-postulat dari geometri Euclid. Tahap akurasi adalah tahap berpikir tinggi, rumit dan kompleks. Oleh karena itu tidak mengherankan jika jika tidak semua

siswa yang duduk dibangku sekolah lanjutan atas masih belum sampai pada tahap berpikir akurasi ini. IV. BEBERAPA KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR Keterampilan mangajar (teaching skills) sangat penting bagi seorang guru, karena itu perlu pelatihan mengajar berupa micro-teaching sebelum terjun langsung ke sekolah-sekolah untuk melaksanakan PPL (Praktik Pengalaman Belajar). Adapun keterampilan mengajar yang perlu dikuasai antara lain 1. Keterampilan bertanya (questioning skills) yaitu suatu teknik dalam mengajar yang bertujuan untuk memberi dampak positif bagi siswa, antara lain a. Meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. b. Membangkitkan minat/rasa ingin tahu siswa terhadap masalah yang sedang dibicarakan. c. Mengembang pola dan cara belajar aktifdari siswa d. Menuntun proses berfikir siswa. e. Memusatkan perhatian siswa terhadap masalah yang sedang dibahas. Keterampilan dan kelancaran bertanya dari calon guru atau guru itu perlu dilatih dan ditingkatkan baik isi maupun tekniknya. Untuk mencapai hal tersebut perlu diperhatikan antara lain a. Dasar-dasar pertanyaan yang baik Adapun dasar-dasar pertanyaan yang baik antara lain 1. Jelas dan mudah dimengerti oleh siswa 2. Berikan informasi yang cukup untuk menjawab pertanyaan. 3. Difokuskan kepada satu masalah atau tugas tertentu 4. Berikan waktu yang cuku kepada siswa untuk berfikir sebelum menjawab pertanyaan. 5. Bagikanlah semua pertanyaan kepada siswa secara merata 6. Berikan respons yang ramah sehingga timbul keberanian siswa untuk menjawab atau bertanya 7. Tuntunlah jawaban siswa sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban yang benar. b. Jenis-jenis pertanyaan yang baik 1. Jenis pertanyaan menurut maksudnya a. Pertanyaan permintaan (compliance question), yaitu pertanyaan yang mengharapkan siswa mematuhi perintah yang diucapakan dalam bentuk pertanyaan. b. Pertanyaan retoris (rhetorical question), yaitu pertanyaan yang tidak menghendaki jawaban, tetapi dijawab sendiri oleh guru. c. Pertanyaan mengarah atau menuntun (prompting question), yaitu pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada murid dalam proses berfikirnya. d. Pertanyaan menggali (probing question), yaitu pertanyaan lanjutan yang akan mendorong

siswa untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan pertama. 2. Pertanyaan Menurut Taksonomi Bloom a. Pertanyaan pengetahuan (recoll question atau knowledge question),atau ingatan dengan menggunakan kata-kata apa, dimana, kapan, dan sebutkan. b. Pertanyaan pemahaman (comprehensionquestion), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban yang bersifat pemahaman dengan kata-kata sendiri, biasa menggunakan kata jelaskan, uraikan atau bandingkan. c. Pertanyaan penerapan (application question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban untuk menerapkan pengetahuan atau informasi yang diterima. Biasanya tentang kesimpulan. d. Pertanyaan sintesis (synthesis question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban yang benar, tetapi lebih dari satu jawaban, dan menuntuk siswa untuk membuat prediksi, memcahkan masalah, mencari komunikasi. Misalnya Apa yang anda lakukan jika siswa anda tidak mau memperhatian pelajaran. e. Pertanyaan evaluasi (evaluation question), yaitu pertanyaan yang menghendaki jawaban dengan cara memberikan penilaian atau pendapat terhadap suatu isyu yang ditampilkan. Misalnya Bagaimana pendapat anda tentang transmigrasi c. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Memberikan Pertayaan 1. Kehangatan dan Keantusiasan Untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran, guru perlu menunjukan sikap yang baik pada saat mengajukan pertanyaan maupun ketika menerima jawaban siswa. Sikap dan cara guru termasuk suara, ekspresi wajah, gerakan, dan posisi badan menampakkan ada-tidaknya kehangatan dan keantusiasannya. 2. Kebiasaan yang perlu dihindari a. Jangan mengulang-ulang pertanyaan jika siswa tidak mampu menjawabnya, sebab dapat menurunya perhatian dan partisipasi siswa b. Jangan mengulang-ulang jawaban siswa, sebab akan membuang waktu, siswa tidak memperhatikan jawaban temannya karena menunggu komenter dari guru c. Jangan menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan sebelum siswa memperoleh kesempatan untuk menjawabnya, sebab membuat siswa prustrasi dan mungkin ia tidak mengikuti pelajaran dengan baik. d. Usahakan agar siswa tidak menjawab pertanyaan secara serempak karena guru tidak dapat mengetahui dengan pasti siapa yang jawabannya benar atau salah serta menutup kemungkinan berintraksi selanjutnya. e. Jangan menentukan siswa yang menjawab pertanyaan sebelum mengajukan pertanyaan sebab siswa yang tidak ditunjuk untuk menjawab tidak memikirkan jawaban pertanyaan. f. Jangan menyampaikan pertanyaan yang bersifat ganda, misalnya apa yang menyebabkan turun huja dan bagaimana akibatnya jika turun hujan? d. Komponen-Komponen Keterampilan bertanya dasar

1. Penggunaan pertanyaan secara jelas dan singkat Pertanyaan guru harus diungkapkan secara jelas dan singkat dengan menggunakan kata-kata yang dapat dipahami oleh siswa sesuai dengan taraf perkembangannya. 2. Pemberian acuan Guru dalam memberikan pertanyaan seyogyanyalah memberikan acuan yang berisi informasi yang relevan dengan jawaban yang diharapkan dari siswa. 3. Pemindahan giliran Jika jawaban siswa belum memadai pada satu pertanyaan, maka perlu dijawab oleh lebih dari seorang siswa. 4. Penyebaran Untuk melibatkan siswa sebanyak-banyaknya di dalam pembelajaran, guru perlu menyebarkan giliran menjawab pertanyaan secara acak. Hal ini berbeda dengan pemindahan giliran, karena pemindahan giliran adalah beberapa siswa secara bergiliran diminta menjawab pertanyaan yang sama, sedangkan pada penyebaran, beberapa pertanyaan berbeda, disebarkan giliran menjawabnya kepada siswa yang berbeda pula. 5. Pemberian waktu berfikir Sebaiknya guru memberikan beberapa waktu untuk berfikir siswa setelah guru memberikan pertanyaan (jika mungkin menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan) 6. Pemberian tuntunan Jika siswa menjawab keliru/salah atau tidak bias menjawab, guru hendaknya mengarahkan atau menuntun siswa agar ia menemukan sendiri jawaban yang benar, tidak diberikan jawaban oleh guru. e. Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya Lanjutan 1. Pengubahan tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan Pertanyaan yang dikemukakan guru dapat mengandung proses mental yang rendah sampai proses mental yang tinggi. Oleh karena itu, guru dalam mengajukan pertanyaan hendaknya berusaha mengubah tuntutan tingkat kognitif dalam menjawab dalam menjawab pertanyaan dari tingkat mengikat kembali ke fakta-fakta ke berbagai tingkat kognitif lainya yang lebih tinggi seperti pemahaman,penerapan,analisis, sintesis, dan evaluasi. Guru dapat juga mengajukan pertanyaan pelacak (probing). 2. Pengaturan urutan pertanyaan Guru hendaknya mengatur urutan pertanyaan kepada siswa dari tingkat ingatan, ke tingkat pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi, dan dibolak balik. 3. Penggunaan pertanyaan pelacak Jika jawaban yang diberikan siswa dinilai benar, dan masih bias ditingkatkan menjadi lebih sempurna, guru dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan pelacak. Berikut ini beberapa teknik pertanyaan pelacak yang dapat digunakan: a. Klasifikasi: Jika jawaban kurang tepat guru dapat memberikan pertanyaan yang meminta

siswa tersebut untuk menjelaskan dengan kata-kata yang lain sehingga jawabannya menjadi lebih baik. b. Argumen: siswa diminta memberikan alas an yang menunjang kebenaran jawabannya. c. Meminta kesempatan pandangan: guru memberikan kesempatan kepada siswa lainnya untuk menyatakan persetujuannya atau penolakannya beserta alasannnya terhadap jawaban temannya, agar diperoleh pandangan yang dapat diterima oleh semua pihak. d. Meminta kesempatan jawaban: guru dapat meminta siswa untuk meninjau kembali jawaban yang diberikannya bila dianggap kurang tepat. e. Meminta jawaban yang lebih relevan: jawaban siswa diarahkan ke yang benar atau lebih relevan jika jawaban belum relevan. f. Meminta contoh: Jika jawaban siswa masih samara-samar maka siswa dituntut untuk memberikan contoh kongkrit/ilustrasi. g. Meminta jawaban yang lebih kompleks: Guru meminta siswa memberi penjelasan atau ideide penting lainnya sehingga jawaban yang diberikannya menjadi lebih kompleks. 4. Peningkatan terjadinya interaksi Guru hendaknya mengurangi peran sebagai penanya, hendaknya tidak menjawab langsung pertanyaan siswa, tapi dilontarkan kepada siswa lainnya, agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab atas kemajuan dan hasil diskusi. 2. Keterampilan memberi penguatan (reinforcement skills) Adalah segala bentuk respons (tanggapan), apakah besifat verbal ataupun nonverbal yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima (siswa) atau perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Penguatan adalah respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut. Tindakan tersebut bermaksud untuk mengajar atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih giat berpartisipasi dalam interaksi pembelajaran. a. Tujuan Pemberian Pengatan Penguatan mempunyai pengaruh yang berupa sikap positif terhadap proses pembelajaran siswa dan bertujuan sebagai berikut: 1. Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran 2. Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar 3. Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa yang produktif. b. Jenis-Jenis Penguatan 1. Penguatan verbal Biasanya diungkapkan dengan menggunakan kata-kata pujian, penghargaan, persetujuan, dan sebagainya, misalnya bagus,bagus sekali,betul,pintar,ya, dan seratus untuk kamu. 2. Penguatan nonverbal a. Penguatan gerak isyarat, misalnya gerakan kepala(anggukan/gelengan),acungan jempol,

wajah (cerah/mendung/seyuman/kerut kening), dan sorotan mata (sejuk/tajam) b. Penguatan pendekatan: Guru mendekati siswa untuk menyatakan perhatian dan kesenangan-nya terhadap pelajaran, tingkah laku, atau penampilan siswa. Misalnya guru berdiri disamping siswa, menuju siswa, berjalan di samping siswa duduk dekat siswa atau sekelompok siswa. Penguatan ini berfungsi menambah penguatan verbal. c. Penguatan dengan sentuhan (contact): Guru dapat menyatakan persetujuan dan penghargaan terhadap usaha dan penampilansiswa dengan cara menepuk-nepuk pundak siswa, berjabat tangan, mengangkat siswa yang menang dan pertandingan. Penggunaan harus dipertimbangkan dengan saksama agar sesuai dengan usia, jenis kelamin, dan latar belakang kebudayaan setempat. d. Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan: Guru dapat menggunakan kegiatankegiatan atau tugas-tugas yang disenangi oleh siswa sebagai penguatan. Misalnya siswa yang menunjukan kemajuan dalam pelajaran matematika diminta untuk memimpin kelompoknya dalam pembahasan soal-soal olimpiade. e. Penguatan berupa simbol atau benda: Penguatan ini dilakukan dengan cara menggunakan berbagai simbol berupa benda seperti kartu bergambar, atau komentar tertulis pada buku siswa. Hal ini jangan terlalu sering digunakan agar tidak sampai terjadi kebiasaan siswa mengharap sesuatu sebagai imbalan. f. Jika siswa memberikan jawaban sebagian saja benar, guru hendaknya jangan langsung menyalahkan siswa. Dalam keadaan seperti ini guru sebaiknya menggunakan atau memberikan penguatan tak penuh (partikel). Umpan yang guru berikan ya jawabanmu sudah baik tetapi perlu disempurnakan. Sehingga siswa tahu kalau jawabannya tidak semuanya salah, dan ia mendapat motivasi untuk menyempurnakan jawabannya. c. Prinsip Penggunaan-Penguatan 1. Kehangatan dan keantusiasan. Sikap dan gaya guru, termasuk suara, mimik, dan gerak badan akan menunjukan adanya kehangatan dan keantusiasan dalam memberikan penguatan. Dengan demikian tidak terjadi kesan bahwa guru tidak ikhlas dalam memberi penguatan karena tidak disertai keha gatan dan keantusiasan. 2. Kebermaknaan Penguatan hendaknya diberikan sesuai dengan tingkah laku dan penampilan siswa sehingga ia mengerti dan yakin bahwa ia patut diberi penguatan. Dengan demikian penguatan itu bermakna baginya. Yang jelas jangan sampai terjadi sebaliknya. 3. Menghindari penguatan respons yang negatif Walaupun teguran dan hukuman masih bisa digunakan, respons negatif yang diberikan guru berupa komentar, bercanda hinaan, ejekanyang kasar perlu dihindari karena akan mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan diri. Misalnya siswa memberikan jawaban yang salah jangan guru langsung menyalahkannya, tetapi bisa dilontarkan kepata siswa lain pertayaaan

tersebut. d. Cara Menggunakan Penguatan 1. Penggunaan kepada pribadi tertentu Penguatan harus jelas kepada siapa ditujukan sebab bila tidak akan kurang efektif. Oleh sebab itu sebelum memberi penguatan guru terlebih dahulu menyebut nama siswa yang bersangkutan sambil menatap kepadanya. 2. Penguatan kepada kelompok Pengatan dapat pula diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya apabila satu kelompok sudah menyelesaikan tugas maka guru memberikan ia permainan yang menarik. 3. Pemberian penguatan dengan segera Penguatan seharusnya diberikan segera setelah muncul tingkah laku atau respons siswa yang diharapkan. Penguatan yang ditunda pemberiannya cendrung kurang efektif. 4. Variasi dalam penggunaan Hendaknya penguatan diberikan bervariasi, agar tidak terjadi kebosanan pada siswa. 3. Keterampilan mengadakan variasi (variation skills) a. Pengertian variasi stimulus adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses intraksi belajar-mengajar yang ditunjukan untuk mengatasi kebosanan murid sehingga, murid senantiasa menunjukan ketekunan, dalam situasi belajar-mengajar, murid senantiasa menunjukan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi. Untuk itu anda sebagai calon guru perlu melatih diri agar menguasai keterampilan tersebut. b. Tujuan dan Manfaat 1. Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada aspek-aspek belajarmengajar yang relevan. 2. Untuk memberikan kesempatan bagi perkembangan bakat ingin mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru. 3. Untuk memupuk tingkah laku yang positif terhadap guru dan sekolah dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan belajar yang lebih baik. 4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara menerima pelajaran yang disenangi c. Prinsip Penggunaan 1. Variasai hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai 2. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu pelajaran. 3. direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicsntumksn dalam rencana pelajaran atau satuan pelajaran. d. Komponen-Komponen Keterampilan Mengadakan Variasi

1. Variasi dalam cara mengajar guru a. Penggunaan variasi suara (teacher voice): adalah perubahan suara dari keras menjadi lembut, dari tinggi menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat atau pada suatu saat memberi tekanan pada kata-kata tertentu. b. Pemusatan perhatian siswa (focusing): adalah memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting. c. Kesenyapan/kebisuan guru (teacher silence) adalah selingan diam yang tiba-tiba atau disengaja selagi guru menerangkan sesuatu, hal ini alat untuk menarik perhatian siswa. d. Mengadakan kontak pandang dan gerak (eye contact and movement): bila guru sedang menyampaikan materi atau berintraksi sebaiknya pandangan menjelajahi kelas dan melihat ke mata murid untuk menunjukkan adanya hubungan yang intim dengan mereka. e. Gerakan badan mimik: Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala dan gerakan badan adalah aspek penting dalam berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatian dan untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan. f. Pergantian posisi/gerak guru dalam kelas (teacher movement): dalam melakukan pergantian posisi/gerak untuk mempertahankan perhatian siswa. Untuk hal ini ada hal yang perlu diperhatikan : - Biasakan bergerak bebas di dalam kelas dengan tujuan menanamkan rasa dekat kepada siswa sambil mengontrol prilaku siswa - Jangan biasakan menerangkan sambil menulis ke papan tulis dan membelakangi siswa. - Jangan biasakan menerangkan tidak memperhatikan siswa (menghadap lain-lain) - Bila diinginkan untuk mengobservasi seluruh kelas, bergeraklah perlahan lahan dari belakang kearah depan untuk mengetahui prilaku siswa. 2. Variasi dalam penggunaan media dan alat pengajaran. Setiap siswa memiliki perbedaan kemampuan dalam penggunaan alat indra, sehingga setiap siswa harus menyesuaikan alat indranya agar dapat mempertinggi perhatiannya. Penggunaan alat multimedia dan relepan dengan tujuan pengajaran dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih bermakna dan tahan lama. Adapun variasi penggunaan alat antara lain: a. Variasi alat/bahan yang dapat dilihat (visual aids) adalah alat/bahan yang dapat dilaihat misalnya, grafik, bagan, poster, diorama, gambar, film, dan slide dan lainnya. b. Variasi alat yang dapat didengar (auditif aids) adalah alat yang dapat didengar misalnya, suara guru, rekaman suara, radio, musik, deklamasi puisi, sosiodrama dan lainnya. c. Variasi alat yang dapat diraba, dimanipulasi, dan digerakkan (motorik) adalah alat yang dapat digunakan secara individu atau kelompok misalnya, peragaan yang dilakukan oleh guru atau siswa, patung, spesimen, patung dan lainnya. d. Variasi alat yang dapat didengar, diliahat, dan diraba (audiovisual aids) adalah penggunaan alat yang paling tinggi karena melibatkan semua indra, hal ini sangat dianjurkan dalam proses

belajar-mengajar.misalya film, televisi, slide projector yang diiringi penjelasan guru. 3. Variasi pola intraksi dan kegiatan Variasi pola intraksi dalam kegiatan belajar-mengajar beraneka ragamnya antara lain: a. pola guru murid: komunikasi sebagai aksi satu arah (dari guru ke siswa) b. pola guru murid guru: ada balikan bagi guru, tidak ada intraksi antarsiswa c. pola guru murid murid: ada balikan dari guru, siswa saling belajar satu sama lain. d. Pola guru murid, murid guru, murid murid: intraksi optimal antara guru dengan murid dan antara murid dengan murid (komunikasi sebagai transaksi, multiarah) e. Pola melingkar: setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan jawaban tidak diperkenankan bicara dua kali apabila setiap sisiwa belum mendapat giliran. Sketsa variasi pola intraksi dan kegiatan belajar-mengajar a) G MMM b) G M M M c) G MMM d) G MM MM d) G MM MM M 4. Keterampilan menjelaskan (explaning skills) Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk menunjukan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh, atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok merupakan ciri utama yang amat penting dari kegiatan guru dalam intraksinya dengan siswa di dalam kelas. Misalnya, fakta, ide, ataupun pendapat. a. Tujuan Memberikan Penjelasan 1. Membimbing murid untuk mendapat dan memeahami hukum, dalil, fakta, definisi, dan prinsip secara objektif dan bernalar. 2. Melibatkan murid untuk berfikir dengan memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan 3. Untuk mendapat balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk mengatasi

kesalah pahaman mereka. 4. Membimbing siswa untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah. b. Alasan Perlunya Keterampilan Menjelaskan dikuasai oleh Guru 1. Meningkatkan keefektifan pembicaraan agar ben

Kompetensi Pedagogik Guru Indonesia


Posted by Mahmuddin pada Maret 19, 2008

Kompetensi Guru merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang Guru, dinyatakan bahwasanya kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi Guru tersebut bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mendukung.Kompetensi pedagogik yang dimaksud dalam tulisan ini yakni antara lain kemampuan pemahaman tentang peserta didik secara mendalam dan penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik. Pemahaman tentang peserta didik meliputi pemahaman tentang psikologi perkembangan anak. Sedangkan Pembelajaran yang mendidik meliputi kemampuan merancang pembelajaran, mengimplementasikan pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran, dan melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Menurut Peraturan Pemerintah tentang Guru, bahwasanya kompetensi pedagogik Guru merupakan kemampuan Guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi: 1. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan. Guru memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual. Merujuk pada sistem pengelolaan pembelajaran yang berbasis subjek (mata pelajaran), guru seharusnya memiliki kesesuaian antara latar belakang keilmuan dengan subjek yang dibina. Selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan dengan ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar (akta mengajar) dari lembaga pendidikan yang diakreditasi pemerintah. 2. Pemahaman terhadap peserta didik Guru memiliki pemahaman akan psikologi perkembangan anak, sehingga mengetahui dengan benar pendekatan yang tepat yang dilakukan pada anak didiknya. Guru dapat membimbing anak melewati masa-masa sulit dalam usia yang dialami anak. Selain itu, Guru memiliki pengetahuan dan

pemahaman terhadap latar belakang pribadi anak, sehingga dapat mengidentifikasi problem-problem yang dihadapi anak serta menentukan solusi dan pendekatan yang tepat. 3. pengembangan kurikulum/silabus Guru memiliki kemampuan mengembangkan kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan sekolah. 4. Perancangan pembelajaran Guru memiliki merencanakan sistem pembelajaran yang memamfaatkan sumber daya yang ada. Semua aktivitas pembelajaran dari awal sampai akhir telah dapat direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari skenario yang direncanakan. 5. pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis Guru menciptakan situasi belajar bagi anak yang kreatif, aktif dan menyenangkan. Memberikan ruang yang luas bagi anak untuk dapat mengeksplor potensi dan kemampuannya sehingga dapat dilatih dan dikembangkan. 6. Pemanfaatan teknologi pembelajaran. Dalam menyelenggarakan pembelajaran, guru menggunakan teknologi sebagai media. Menyediakan bahan belajar dan mengadministrasikan dengan menggunakan teknologi informasi. Membiasakan anak berinteraksi dengan menggunakan teknologi. 7. Evaluasi hasil belajar Guru memiliki kemampuan untuk mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan meliputi perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi, guru harus dapat merencanakan penilaian yang tepat, melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat. 8. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya

Guru memiliki kemampuan untuk membimbing anak, menciptakan wadah bagi anak untuk mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan ini adalah dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas, berbasis pada perencanaan dan solusi atas masalah yang dihadapi anak dalam belajar. Sehingga hasil belajar anak dapat meningkat dan target perencanaan guru dapat tercapai. Pada prinsipnya, Kesemua aspek kompetensi paedagogik di atas senantiasa dapat ditingkatkan melalui pengembangan kajian masalah dan alternatife solusi.

Вам также может понравиться