Вы находитесь на странице: 1из 22

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KEHAMILAN DENGAN KELAINAN LETAK SUNGSANG

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Letak sungsang merupakan keadaan dimana bokong janin atau kaki berada di bagian bawah kavum uteri (rongga rahim). Kelainan letak pada janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk kelainan dalam persalinan (distosia). Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat disebabkan kelainan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir Kejadian letak sungsang berkisar antara 2-3% bervariasi di berbagai tempat. Sekalipun kejadian kecil, tetap mempunyai penyulit yang besar dengan angka kematian sekitar 20-30%( Sarwono Prawirohardjo,2002). Pada letak kepala, kepala yang merupakan bagian terbesar lahir terlebih dahulu, sedangkan pesalinan letak sungsang justru kepala yang merupakan bagian terbesar bayi akan lahir terakhir. Persalinan kepala pada letak sungsang tidak mempunyai mekanisme Maulage (Kemampuan
kepala janin untuk merubah bentuknya dan dengan demikian menyesuaikan diri dengan panggul ibu yang akan dilalui) karena susunan tulang dasar kepala yang rapat dan padat, sehingga hanya

mempunytai waktu 8 menit, setelah badan bayi lahir. Keterbatasan waktu persalinan kepala dan tidak mempunyai mekanisme maulage dapat menimbulkan kematian bayi yang besar B. Rumusan Masalah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Apa yang dimaksud dengan letak sungsang? Faktor- faktor yang menyebabkan sungsang? Apa saja klasifikasi dari sungsang? Apa saja manifestasi klinis dari letak sungsang? Bagaimana pemeriksaan diagnostik yang dilakukan ? Bagaimana komplikasi dari letak sungsang? Bagaimana penatalaksanaan dari letak sungsang?

C. Tujuan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Mengetahui apa yang dimaksud dengan letak sungsang? Mampu menjelaskan faktor- faktor yang menyebabkan sungsang? Mengetahui apa saja klasifikasi dari sungsang? Mengetahui apa saja manifestasi klinis dari letak sungsang? Memahami bagaimana pemeriksaan diagnostik yang dilakukan ? Mengetahui bagaimana komplikasi dari letak sungsang? Mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari letak sungsang?

BAB III KONSEP DASAR

A. Definisi Kehamilan pada bayi dengan presentasi bokong (sungsang) dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada fundus uteri, sedangkan bokong merupakan bagian terbawah di daerah pintu atas panggul atau simfisis (Prof.Dr.Ida Bagus Gede Manuaba,SpOG,1998). Letak sungsang adalah kehamilan dengan janin yang membujur dalam rahim dengan bokong pada bagian bawah (Pedoman Pelayanan Medis SMF Obstetri dan Gineakologi RSK St. Vincentius A Paulo Surabaya, 2010).

B. Etiologi Faktor-faktor presentasi bokong meliputi prematuritas, air ketuban yang berlebihan. Kehamilan ganda, plasenta previa, panggul sempit, fibra, myoma,hydrocepalus dan janin besar. Banyak yang diketahui sebabnya, ada pesentasi bokong membakal. Beberapa ibu melahirkan bayinya semua dengan presentasi bokong menunjukkan bahwa bentuk panggulnya adalah sedemikian rupa sehingga lebih cocok untuk presentasi bokong daripada presentasi kepala.. Implantasi plasenta di fundus atau di tonus uteri cenderung untuk mempermudah terjadinya presentasi bokong ( Harry oxorn,1996 ) 1. Ibu a. Keadaan Rahim 1) Rahim arkuatus ( Rahim lemah ) 2) Septum pada Rahim ( dinding yang membatasi Rahim ) 3) Uterus dupleks ( bagian uterus yang ikut membesar ) 4) Mioma(tumor jinak) bersama kehamilan b. Keadaan Plasenta

1) Plasenta letak rendah

2) Plasenta previa (plasenta yang berimplantasi atau tertanam pada segmen bawah
rahim dan menutupi sebagian atau seluruh ostium utri internum) c. Keadaan Jalan Lahir

1) Kesempitan panggul 2) Deformitas tulang panggul 3) Terdapat tumor menjalani jalan lahir dan perputaran ke posisi kepala
2. Janin Pada janin tedapat berbagai keadaan yang menyebabkan letak sungsang : a. Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat b. Hedrosefalus atau anesefalus ( sebagian tulang tengkorak dan otak tidak terbentuk c. Kehamilan kembar d. Hidroamnion atau aligohidromion e. Prematuritas Dalam keadaan normal, bokong mencapai tempat yang lebih luas sehingga terdapat kedudukan letak kepala. Disamping itu kepala janin merupakan bagian terbesar dan keras serta paling lambat. Melalui hukum gaya berat, kepala janin akan menuju kearah pintu atas panggul. Dengan gerakan kaki janin, ketegangan ligamentum fatundum dan kontraksi braxson hicks (konstraksi palsu ), kepala janin berangsur-angsur masuk ke pintu atas panggul.

C. Klasifikasi Berdasarkan komposisi dari bokong dan kaki dapat ditentukan bentuk letak sungsang sebagai berikut : 1. Letak Bokong Murni (Frank Breech)

a. Teraba bokong b. Kedua kaki menjungkit ke atas sampai kepala bayi c. Kedua kaki bertindak sebagai spalk
2. Letak Bokong Kaki Sempurna / Lipat Kijang (Campliete Breech)

a. Teraba bokong b. Kedua kaki berada di samping bokong

3. Letak Bokong Tak Sempurna (Incomplite Breech)

a. Teraba bokong b. Disamping bokong teraba satu kaki

D. Manifestasi Klinis. 1. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga. 2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri. 3. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar dan lunak. 4. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.

E. Pemeriksaan Diagnostik 1. Palpasi Kepala teraba di fundus, bagian bawah bokong ,dan punggung dikiri atau kanan. 2. Auskultasi DJJ paling jelas terdengar pada tempat yang lebih tinggi dari pusat. 3. Pemeriksaan dalam Dapat diraba os sakrum, tuber ischia (Os Ichium merupakan bagian terendah dari Os Coxae. Yang menonjol di bawah tulang duduk, dan anus), kadang kadang kaki (pada letak kaki) 4. Pemeriksaan foto rontgen : bayangan kepala di fundus

F. Patway
IBU JANIN

K. Rahim

K. Plasenta

K. Jalan Lahir

Lilitan tali pusat, Hydrosefalus, Kehamilan kembar, dan Prematuritis

Rahim Lemah, Septum pada rahim, Uterus Duplek, Mioma

Letak rendah Plasenta, Plasenta Previa

Panggul sempit, Deformitas tulang, Tumor pada jalan lahir

Tidak mempunyai mekanisme Maulage

Krisis Situasi

Tahanan jalan lahir

Presentasi sungsang

Resti terhadap janin

Koping Individu Tidak efektif

Nyeri

Distasia (kesulitan dalam persalinan)

SC (Seksio Cesaria)

Jaringan terputus

Jaringan terbuka

Merangsang area sensorik

Infasi bakteri

Proteksi kurang Nyeri Resti Infeksi Gangguan Rasa Nyaman

G. Komplikasi

1. Ibu
Kemunkinan robekan pada perenium lebih besar, juga karena dilakukan tindakan, selain itu ketuban lebih cepat pecah dan partus lebih lama, jadi mudah terkena infeksi.

2. Anak
Proknosa tidak begitu baik, karena ada gangguan peredaran darah plasenta setelah bokong lahir dan juga setelah perut lahir, tali pusat terjepit antara kepala dan panggul, anak bisa menubrito aspiksio (gagal bernafas). (Prof. Dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB, 1998)

H. Penatalaksanaan 1. Penanganan selama kehamilan. Versi kepala luar dapat dicoba bila presentasi sungsang didiagnosis sebelum permulaan persalinan dan setelah 37 minggu kehamilan. Tujuan dari usaha ini adalah mengangkat sungsang keluar dari pelvis ibu sementara memandu kepala janin ke dalam pelvis, dengan demikian presentasi kepala dicapai (Hacker, 2001 : 255). Sebelum melakukan versi luar, diagnosis letak janin harus pasti, sedangkan denyut janin harus dalam keadaan baik. Selam versi dilakukan dan setelah versi luar berhasil denyut jantung janin harus selalu diawasi. Sesudah janin berada dalam keadaan presentasi kepala, kepala didorong masuk ke dalam rongga panggul. Versi luar hendaknya dilakukan dengan kekuatan ringan tanpa mengadakan paksaan. Versi luar tidak akan berhasil jika versi luar dilakukan apabila air ketuban hanya sedikit. Kontraindikasi lain untuk melakukan versi luar adalah panggul sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa (Wiknjosastro, 2006 : 615). Menurut Mochtar (1998) syarat versi luar yaitu pembukaan kurang dari 5 cm, ketuban masih ada, bokong belum turun atau masuk pintu atas panggul. Teknik versi luar yaitu: a. Lebih dahulu bokong lepaskan dari pintu atas panggul dan ibu dalam posisi trendelenburg.

b. Tangan kiri letakkan di kepala dan tangan kanan pada bokong c. Putar ke arah muka atau perut janin. d. Lalu tukar tangan kiri diletakkan di bokong dan tangan kanan di kepala. e. Setelah berhasil pasang gurita, dan observasi td, djj serta keluhan.

Versi adalah suatu tindakan merubah letak janin dari suatu kutub ke kutub yang lain yang lebih menguntungkan untuk persalinan pervaginam. Ada beberapa pembagian dari versi, yaitu: 1) Berdasarkan Arah Pemutaran a. Versi Sefalik : bagian terendah janin diubah menjadi kepala b. Versi Podalik : bagian terendah janin diubah menjadi bokong 2) Berdasarkan Cara Pemutaran : a. Versi Luar / Eksternal Kedua tangan penolong berada di luar uterus. Versi luar terbagi menjadi: i. Versi Sefalik Dilakukan pada ii. Versi Podalik Dilakukan pada : Merubah bagian terbawah jadi kepala : Presentasi bokong dan letak Litang : Merubah bagian terbawah jadi bokong : Letak lintang, Presentasi kepala dengan tali pusat

terkemuka, dan Presentasi kepala dengan tangan terkemuka.

Kontra indikasi dalam melakukan versi luar adalah: 1. Ketubah pecah 2. Hipertensi dapat menyebabkan terjadinya solusio plasenta 3. Cacat rahim (bekas SC) dapat menyebabkan terjadinya ruptur uteri 4. Plasenta Previa/perdarahan ante partum

5. Kehamilan Ganda (dapat menyebabkan interlocking dan bergesernya janin yang lainnya) 6. Primigravida Tua (Faktor social)

Syarat untuk melakukan versi luar adalah: 1. Ketuban belum pecah 2. Tidak ada DKP/panggul sempit 3. Janin diyakini dapat lahir pervaginam 4. Pembukaan < 4 cm 5. Bagian terendah janin masih dapat dibebaskan dari pintu atas panggul 6. Tersedia Ruang operasi jika diperlukan seksio sesar darurat

Tahap dalam melakukan versi luar: 1. Tahap Mobilisasi: Mengeluarkan bagian terendah janin dari PAP Adalah tahap dimana penolong membebaskan bagian terbawah janin dari pintu atas panggul, Posisi penolong berada di sebelah kiri ibu, menghadap kaki ibu. 2. Tahap Eksentrasi : Meletakkan bagian terendah ke fossa iliaka agar radius rotasi lebih pendek Adalah tahap setelah membebaskan bagian terendah janin, kemudian diletakkan di fossa iliaca. Pada Tahap ini penolong berada di sebelah kanan ibu, menghadap muka ibu. 3. Tahap Rotasi : Memutar bagian terendah janin ke arah yang diinginkan Pada tahap ini penolong merotasi janin dengan kedua tangan. Arah putaran dilakukan ke arah yang lebih dekat ke pintu atas panggul, atau ke arah yang tidak ada tahanan. Setelah putaran berhasil dilakukan, diperiksa denyut jantung janin, apakah terjadi gawat janin atau tidak.

4. Tahap Fiksasi: Memfiksasi perut ibu dengan tujuan letak janin tidak berubah kembali Setelah dilakukan rotasi sesuai dengan yang diinginkan, perut ibu dipasang gurita, selama satu minggu sampai kontrol ulang

Versi luar dianggap gagal apabila : 1. Ibu merasa kesakitan, versi luar harus segera dihentikan 2. Terjadi gawat janin, maka janin dikembalikan di posisi semula 3. Terdapat tahanan saat memutar janin.

Komplikasi Versi Luar: 1. Pada tali pusat yang terlalu pendek, dapat menyebabkan solusio plasenta

2. Pada tali pusat yang terlalu panjang, dapat menyebabkan lilitan tali pusat. 3. Ketuban pecah 4. Ruptur uteri b. Versi Dalam / Internal : Kedua tangan penolong berada di dalam uterus c. Versi Kombinasi : Salah satu tangan penolong berada di luar uterus, dan satu lagi berada di dalam uterus. 3) Berdasarkan Pembukaan Serviks atau kontraksi uterus a. Versi Braxton Hicks :Dilakukan pada pembukaan 2-3 cm

Versi yang dilakukan secara kombinasi, satu tangan penolong berada di luar, satu lagi berada di dalam. Versi ini dilakukan pada pembukaan 2-3 cm

Indikasi pada Versi Braxton Hicks: 1. Letak bahu : untuk mencegah terjadinya letak lintang kasep. 2. Plasenta previa: untuk menjadikan bokong atau kepala sebagai tampon, sehingga diharapkan dapat menghentikan perdarahan.

Versi Braxton Hicks tidak lagi dikerjakan karena: 1. Sukar untuk dilakukan 2. Pada plasenta previa dapat menimbulkan robekan serviks yang rapuh 3. Mengakibatkan kematian janin

b. Versi ekstraksi

:Dilakukan pada pembukaan lengkap

Versi yang dilakukan secara kombinasi, dimana terdapat dua macam tindakan, yaitu versi dan ekstraksi. Versi ini dilakukan pada pembukaan lengkap.

Indikasi pada versi ekstraksi: 1. Anak kedua gemelli letak lintang 2. Letak kepala dengan prolaps tali pusat 3. Presentasi dahi

Kontra indikasi pada versi ekstraksi: 1. Ruptur uteri 2. Cacat rahim (bekas SC)

Syarat dilakukan versi ekstraksi: 1. Pembukaan lengkap 2. Ketuban belum pecah/ baru pecah 3. Janin belum masuk pintu atas panggul 4. Dinding rahim harus rileks, karena itu harus dilakukan dalam keadaan narkose umum.

2. Penanganan selama persalinan. a. Kelahiran Pervaginam. Penanganan sewaktu melahirkan pada presentasi sungsang bergantung pada pelvis ibu, jenis sungsang, dan umur gestasi (Hacker, 2001 : 256). Menurut Mochtar (1998) terdiri dari partus spontan atau pada letak sungsang janin dapat lahir secara spontan seluruhnya dan manual aid. Waktu memimpin partus dengan letak sungsang harus diingat bahwa ada 2 fase yaitu : 1) Fase menunngu dimana sebelum bokong lahir seluruhnya, kita hanya melakukan observasi. Bila tangan tidak menjungkit ke atas, persalinan akan mudah. Sebaiknya jangan ekspresi Kristeller (dorongan (ekspresi) tangan penolong persalinan pada fundus uteri dengan arah menuju panggul yang bertujuan untuk membantu persalinan kala II)., karena hal ini akan memudahkan terjadinya nurchae arm(Cara reposisi tangan menjungkit) 2) Fase untuk bertindak cepat yaitu bila badan janin sudah lahir sampai pusat, tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul, maka janin harus lahir dalam waktu 8 menit. Untuk mempercepat lahirnya janin dapat dilakukan manual aid. b. Seksio sesarea. Menurut Hacker (2001) sungsang prematur biasanya dilahirkan dengan seksio sesarea karena perbedaan yang besar antara ukuran kepala janin dan badan janin, dimana kepala jauh lebih besar. Pada sungsang tidak lengkap yang cukup bulan, kelahiran harus dicapai dengan seksio sesare

BAB III ASUHAN KPERAWATAN

A. Pengkajian Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan letak sungsang adalah : 1. Data subyektif : a) Biasanya sering terjadi pada multi gravida , kehamilan muda. b) Riwayat kesehatan ibu sekarang : bila tidak terdapat kelainan yang berat ibu biasanya

mengeluh pergerakan janin terasa dibagian perut bawah, di bawah pusat dan ibu sering merasa benda keras ( kepala) mendesak tulang iga. c) Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM d) Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia . e) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan f) Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya 2. Data Obyektif : a) Inspeksi : untuk mengetahui bentuk pembesaran uterus. b) Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema c) Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress d) Pemeriksaan penunjang : 1) Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam. 2) Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak 3) USG ; untuk mengetahui keadaan janin 4) TBJ : untuk mengetahui berat janin.

B. Masalah Keperawatan a. Pre Operasi 1) Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tahanan pada jalan lahir 2) Resiko tinggi cidera terhadap maternal berhubungan dengan obstruksi pada penurunan janin 3) Resiko tinggi cedera terhadap janin berhubungan dengan malpresentasi janin 4) Koping individual tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi b. Post Operasi 1) Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir 2) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin 3) Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi.

c. Intervensi Perencanaan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah di tentukan dengan tujuan, criteria hasil, rencana tindakan atau intervensi dan rasional tindakan (Depkes RI 1991 ; 20 ). a. Intervensi Pre Operasi 1. Nyeri (akut) berhubungan dengan peningkatan tahanan pada jalan lahir Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 X 24 jam diharapkan nyeri berkurang Kriteria Hasil: 1) Berpartisipasi dalam perilaku untuk menurunkan sensasi nyeri dan meningkatkan kenyamanan 2) Klien tampak rileks 3) Klien mengatakan nyeri dapat diatasi Intervensi : 1) Observasi tanda-tanda vital Rasional : membantu untuk menentukan tindakan berikutya 2) Buat upaya yang memungkinkan dapat menghilangkan klien untuk merasa nyaman mengajukan pertanyaan

Rasional: jawaban pertanyaan dapat menghilagkan rasa takut dan peningkatan pemahaman 3) Berikan instruksi dalam teknik pernafasan sederhana Rasional : mendorong relaksasi dan memberikan klien cara mengatasi dan mengontrol tingkat ketidaknyamanan 4) Anjurkan klien menggunakan teknik relaksasi. Berikan instruksi bila perlu Rasional : relaksasi dapat membantu menurunkan tegangan dan rasa takut, yang memperberat nyeri dan menghambat kemajuan persalinan 5) Berikan tindakan kenyamanan (misalnya: masage, gosokan punggung, sandaran bantal, pemberian kompres sejuk, dan lain-lain) Rasional : meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan dan ansietas dan meningkatkan koping dan kontrol klien 6) Anjurkan dan bantu klien dalam perubahan posisi Rasional : mencegah dan membatasi keletihan otot, meningkatkan sirkulasi 7) Kolaborasi dengan team medis dalam pemberian obat analgesik Rasional : menghilangkan nyeri, meningkatkan relaksasi dan koping dengan konraksi 2. Resiko tinggi cidera terhadap maternal berhubungan dengan obstruksi mekanis pada penurunan janin Kriteria hasil : tidak terdapat cidera pada ibu Intervensi : 1) Tinjau ulang riwayat persalinan, awitan, dan durasi Rasional : membantu dan mengidentifikasi kemungkinan penyebab, kebutuhan pemeriksaan diagnostik, dan intervensi yang tepat 2) Evaluasi tingkat keletihan yang menyertai, serta aktivitas dan istirahat sebelum awitan persalinan Rasional : kelelahan ibu yang berlebihan menimbulkan disfungsi skunder atau mungkin akibat dari persalinan lama 3) Kaji pola kontraksi uterus secara manual atau secara elektronik Rasional: disfungsi kontraksi memperlama persalinan, meningkatkan resiko komplikasi maternal atau janin

4) Catat penonjolan, posisi janin dan presentasi janin Rasional : indikator kemajuan persalinan ini dapat mengidentifikasi timbulnya penyeba persalinan lama 5) Tempat klien pada posisi rekumben lateral dan anjurkan tirah baring dan ambulasi sesuai toleransi Rasional :relaksasi dapat meningkatkan perfusi uterus, dapat memperbaiki pola hipertonik. Ambulasi dapat membantu kekuatan grafitasi dan merangsang pola persalinan normal dan dilatasi serviks 6) Gunakan rangsang putting untuk menghasilkan oksitosin endogen Rsional : oksitosin perlu untuk menambah atau memulai aktifitas miometrik untuk pola uterus hipotonik 7) Kolaborasi :bantu untuk sesaria diindikasikan malposisi 8) Rasional : melahirkan sesaria diindikasikan malpoisi yang tidak mungkin dilahirkan secara vagina 3. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam diharapkan koping klien efekti Kriteria Hasil : 1) Mengungkapkan pemahaman apa yang terjadi 2) Mengidentifikasi atau menggunakan teknik koping yang efektif Intervensi : 1) Tentukan kemajuan persalinan, kaji derajat nyeri dilatasi atau penonjolan Rasional :persalinan yang lama yang berakibat keletihan dapat menurunkan kemampuan klien untuk mengatasi atau mengatur kontraksi 2) Kenali realita keluhan klien akan nyeri atau ketidaknyamanan Rasional :ketidaknyamanan dan nyeri dapat disalah artikan pada kurangnya kemajuan yang tidak dikenali sebagai masalah disfungsional 3) Tentukan tingkat ansietas klien dan perhatikan adanya frustasi dalam hubungannya dengan

Rasional : ansietas yang berlebihan meningkatkan aktifitas adrenal atau pelepasan ketokelamin, menyebabkan ketidak seimbangan endokrin, kelebihan epinefrin menhgambat aktivitas miomerik 4) Berikan informasi faktual tentang apa yang terjadi Rasional : dapat membantu reduksi ansietas dan meningkatkan koping 5) Berikan kenyamanan dan perubahan posisi klien. Anjurkan penggunaan teknik relaksasi dan pernapasan yang dipelajari Rasional : menurunkan ansietas, meningkatkan kenyamanan, dan membantu klien mengatasi situasi secara positif b. Intervensi Post Operasi 1. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir(luka insisi) Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam diharapkan klien mampu untuk mengontrol nyeri Kriteria hasil: 1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) 2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri 3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) 4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 5) Tanda vital dalam rentang normal 6) Tidak mengalami gangguan tidur Intervensi : 1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi 2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 3) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan 4) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan 5) Kurangi faktor presipitasi nyeri 6) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi

7) Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dala, relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin 8) Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur 9) Tingkatkan istirahat 10) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali 11) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam, diharapkan defisit perawatan diri klien teratasi Kriteria Hasil: 1) Klien terbebas dari bau badan 2) Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs 3) Dapat melakukan ADLS dengan bantuan Intervensi : 1) Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri. 2) Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu untuk kebersihan diri, berpakaian, berhias, toileting dan makan. 3) Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care. 4) Dorong klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang normal sesuai kemampuan yang dimiliki. 5) Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya. 6) Ajarkan klien/ keluarga untuk mendorong kemandirian, untuk memberikan bantuan hanya jika pasien tidak mampu untuk melakukannya. 7) Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai kemampuan. 8) Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam diharakan pasien tidak mengalami infeksi. Kriteria Hasiil:
1) 2) 3) 4) 5)

Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi Jumlah leukosit dalam batas normal Menunjukkan perilaku hidup sehat Status imun, gastrointestinal, genitourinaria dalam batas normal

Intervensi : 1) Pertahankan teknik aseptif 2) Batasi pengunjung bila perlu 3) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan 4) Tingkatkan intake nutrisi 5) Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam 6) Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi 7) Pertahankan teknik isolasi k/p 8) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal 9) Dorong istirahat 10) Inspeksi kulit terhadap kemerahan, panas, drainase 11) Kolaborasi denga tim medis :Berikan terapi antibiotik

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Kehamilan letak sungsang yaitu janin terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong bagian bawah kavum uteri (Prawiroharjo, Sarwono 1999). Diagnosis letak sungsang terutama ditentukan oleh adanya pemeriksaan letak janin, letak terdengarnya DJJ, pemeriksaan USG, letak pergerakan janin. Dan yang menjadi indicator utama yaitu terabanya bagian kepala janin pada bagian puncak fundus uteri.. Masalah-masalah keperawatan yang timbul pada ibu bersalin dengan letak sungsang lebih kompleks, hal ini dikarenakan masalah yang muncul bisa berasal dari patogenesis kelainan letak sungsang itu sendiri maupun dari proses persalinan Penetapan rencana perawatan yang sesuai dengan masalah yang timbul pada ibu bersalin dengan letak sungsang serta tindakan keperawatan yang efektif untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut akan dapat mencegah prognosis yang lebih buruk , yaitu timbulnya keadaan gawat janin. Oleh karenanya diperlukan observasi ketat dan terapi yang tepat serta skill yang professional baik dari dokter maupun perawat. Hal ini mengingat penatalaksanaan yang pada umumnya berakhir dengan tindakan operatif

B. Saran Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan diharapkan bias menjadi acuan atau pedoman dalam membuat asuhan keperawatan dengan kelainan letak sungsang Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Martohoesodo, S dan Hariadi, R. 1999. Distosia karena Kelainan Letak serta Bentuk Janin dalam Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo. Jakarta Mansjoer, A dkk. 2001. Kelaianan pada Persalinan dalam Kapita Selekta Kedokteran 3th eds, jilid pertama. Media Aesculapius FKUI. Jakarta Bowes, W. 2006. Management of The Fetus in Transverse Lie. www. Uptodate.com Dasuki, D. 2000. Distokia dalam Standar Pelayanan Medis RSUP Dr. Sardjito 2nd eds, cetakan 1. Medika FK UGM. Yogyakarta. Mochtar, D. 1998. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi 2ndeds. EGC. Jakarta. Llweilyn. Jones, D. 2001. Kelainan Presentasi Janin dalam Dasar dasar Obsteri & Ginekologi. Hipokrates. Jakarta Manuaba, Ida Bagus, Gde, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan da KB. Jakarta : EGC Prawiroharjo, Sarwono, 2000. Pelayanan Kebidanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sastro, Suleman. 1983. Obstetry Fisiologi. Bandung : UNPAD Varney, Hursh Midwefery, Sel, Ed. Blok Well, Sucentifie Publication, Boston, London http://fitriamai92.blogspot.com/2012/09/askeb-kelainan-letak-letak-lintang-dan.html http://sisucilagisukangeblog.blogspot.com/2012/04/makalah-asuhan-kebidanan-padakehamilan_21.html http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/12/askep-ibu-dengan-letak-sungsang/ http://duniakita777.blogspot.com/2012/04/lp-lk-letak-sungsang.html http://www.scribd.com/doc/94687204/askep-letak-sungsang http://firmanpharos.wordpress.com/2010/04/30/asuhan-kebidanan-pada-klien-dengan-kehamilanletak-sungsang/ http://www.scribd.com/doc/57117143/Askep-Ibu-Dengan-Letak-Sungsang http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-post-op-sectio.html

Вам также может понравиться