Вы находитесь на странице: 1из 10

COLLABORATIVE LEARNING BERBANTUAN DIAGRAM VEE TERHADAP KETERAMPILAN GENERIK PENGAMATAN DAN INFERENSI LOGIKA

Diah Ika Rusmawati*), Tjahyo Subroto, Sudarmin Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. 8508112 Semarang 50229 dheah_rose@yahoo.com, 085640647759 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee terhadap keterampilan generik sains pengamatan dan inferensi logika pada materi hidrokarbon. Populasi penelitiannya siswa kelas X SMA N 1 Gombong tahun ajaran 2011/ 2012 sebanyak 285 yang terbagi dalam 9 kelas. Sampel ditentukan menggunakan teknik cluster random sampling dan dihasilkan X 5 sebagai kelas eksperimen dan X 7 sebagai kelas kontrol. Metode pengumpulan data adalah tes berbentuk soal essay, diagram vee, angket, wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan collaborative learning berbantuan diagram vee mampu meningkatkan penguasan keterampilan generik sains pada taraf pencapain sedang. Keterampilan generik sains pengamatan kelas eksperimen lebih baik dibandingkan keterampilan generik sains inferensi logikanya. Besarnya pengaruh pada pembelajaran mencapai 33,70%. Hal ini berarti penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee memiliki pengaruh sedang. Keunggulan collaborative learning berbantuan diagram vee disamping meningkatkan penguasaan keterampilan generik sains pengamatan dan inferensi logika siswa dan konsep hidrokarbon, juga membuat siswa lebih teliti dan terampil dalam melakukan percobaan, menuntut siswa lebih aktif selama pembelajaran. Kata kunci: Collaborative learning; diagram vee; hidrokarbon; keterampilan generik sains Abstract This research aim to detect applications influence of collaborative learning use vee diagram toward skills of observation and logical inference generic science in hydrocarbon matter. Research population of class student of X SMA N 1 Gombong school year 2011/ 2012 counted 285 which divided in 9 classes. Sample determined to use technique of cluster random sampling and yielded by X 5 as experiment class and X 7 as control class. Method data collecting is test in form of problem of essay, vee diagram, inquiry, interview, observation, and documentation. Result of research indicates that collaborative learning use vee diagram can improve mastery of skill of generic science at level of achievement. Skill of observation generic science of compared to better experiment class of skill logical inference generic science. Level of influence tired study 33,70%. Matter this means applying of collaborative learning use vee diagram have influence. Excellence of collaborative learning use vee diagram beside improve domination skill of observation and logical inference generic sciences and hydrocarbon concept, also make student more accurate and skillful in attempt, claim student more active during study. Keyword: Collaborative Learning; vee diagram; hydrocarbon; skill of generic science

Pendahuluan Ilmu kimia merupakan salah satu sub bidang ilmu pengetahuan alam (IPA) yang diberikan kepada siswa SMA. Ilmu kimia mempelajari unsur, atom, molekul, baik struktur maupun susunannya. Beberapa siswa di SMA Negeri 1 Gombong menganggap pelajaran kimia dianggap rumit, padahal sebenarnya peristiwa kimia sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Anggapan yang sudah terpatri dalam diri siswa tersebut harus diubah dan diluruskan. Guru mempunyai tugas untuk mengubah anggapan siswa bahwa materi pelajaran kimia itu mudah dipahami. Guru dituntut mampu menyajikan pelajaran kimia dengan metode yang menarik. SMA Negeri 1 Gombong merupakan salah satu SMA di kabupaten Kebumen yang mempunyai fasilitas penunjang cukup memadai seperti perpustakaan, laboratorium, dan ruang multimedia. Laboratorium kimia yang ada di sekolah tersebut belum digunakan secara maksimal. Guru lebih mementingkan menyampaikan teori dibandingkan

menggunakan laboratorium untuk melakukan praktikum. Laboratorium kimia di SMA Negeri 1 Gombong oleh beberapa guru digunakan sebagai ruang kelas, sehingga guru tertentu terkadang tidak bisa menggunakan laboratorium untuk melakukan praktikum. Guru setiap akan praktikum hanya memberikan tugas untuk membaca prosedur kerja yang akan dilaksanakan tanpa mendiskusikan terlebih dahulu di kelas. Model pembelajaran yang digunakan masih menggunakan model konvensional atau ceramah. Guru hanya menyampaikan teori sama persis dengan ada di buku kimia yang dimiliki siswa. Pada metode ini terkadang konsentrasi siswa terpecah dengan hal lain karena siswa merasa semua materi yang disampaikan guru sudah ada di buku yang mereka miliki dan mereka bisa mempelajarinya sendiri di rumah. Permasalahan di atas membuat hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Gombong rendah. Collaborative learning berbantuan diagram vee mampu meningkatkan hasil belajar siswa di SMA Negeri 1 Gombong baik hasil belajar kognitif maupun afektif dan psikomotorik. Collaborative Learning memungkinkan setiap siswa untuk memahami seluruh bagian pembahasan, tidak seperti pada kelompok belajar yang kita kenal, yang menyebabkan hanya siswa tertentu yang memahami materi tertentu. (Sudarman, 2008). Kesemua aktivitas yang dilakukan siswa di SMA Negeri 1 Gombong selama ini dalam melakukan pembelajaran di laboratorium kurang dilandasi oleh keterampilan pengamatan, penguasaan metodologis, dan konseptual yang relevan dan memadai. Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut digunakan diagram vee. Pemanfaatan diagram vee sebagai karakteristik model pembelajaran yang diterapkan pada penelitian ini

didasarkan pada pengalaman empiris yang menunjukkan praktikum hidrokarbon ini masih terbuai mencatat apa yang diamati tentang objek percobaan, mentransformasikan dalam bentuk tabel, kemuadian membuat klaim pengetahuan/ kesimpulan, dilanjutkan pelaporan. Dalam pengembangan aspek proses sains, pengamatan diartikan sebagai proses mengamati suatu obyek dengan semua pancaindra. Inferensi diartikan sebagai kegiatan menyimpulkan dari data yang diberikan atau premis-premis kepada suatu contoh yang lain Oleh sebab itu pengamatan langsung adalah pengamatan yang dilakukan ketika mengamati suatu obyek dengan semua pancaindra. Inferensi logika adalah keterampilan generik sains untuk dapat mengambil kesimpulan baru sebagai akibat logis dari hukum-hukum terdahulu tanpa harus melakukan percobaan baru. Dalam materi pokok hidrokarbon, pengamatan dan inferensi logika dapat dikembangkan melalui peristiwa uji keberadaan unsur C dan H dalam senyawa karbon. Berdasarkan hasil observasi yang telah diuraikan maka dirasakan perlunya untuk meneliti apakah collaborative learning berbantuan diagram vee dapat meningkatkan keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa dan penguasaan konsep materi hidrokarbon serta apakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang diberikan. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh collaborative learning berbantuan diagram vee terhadapap penguasaan keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa kelas X dan penguasaan konsep pada materi hidrokarbon di SMA N 1 Gombong. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan populasi penelitian ini adalah semua siswa kelas X di SMA N 1 Gombong tahun pelajaran 2011/2012. Sampel penelitian dipilih dengan teknik cluster random sampling dari populasi normal dan homogen. Kelas X 7 untuk kelas kontrol dan kelas X 5 untuk kelas eksperimen. Sebagai variabel bebas adalah pemberian collaborative learning berbantuan diagram vee, sedangkan variabel terikatnya keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa pada materi hidrokarbon, dan variabel kontrol meliputi guru, materi pelajaran, dan jumlah jam pelajaran. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu control group. Prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: (1) tahap persiapan, pada tahap ini dilakukan observasi data awal, penyusunan soal tes, pembuatan RPP, petunjuk praktikum, lembar observasi aspek psikomotorik dan afektif; (2) tahap uji coba, pada tahap ini dilakukan uji coba soal di luar sampel, pemberian skor, analisis hasil uji coba dan penentuan butir soal yang akan

digunakan; dan (3) tahap pelaksanaan penelitian: pada tahap ini dilakukan pretes, kegiatan pembelajaran, dan post test, analisis data awal dan akhir. Analisis tahap awal dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui bahwa populasi bersifat normal dan homogen, sehingga dapat dilakukan teknik cluster random sampling dalam pengambilan sampel. Analisis data tahap akhir merupakan hasil pengujian terhadap data yang diperoleh dari tes hasil belajar yang diberikan pada dua kelas sampel sebelum dan setelah diberi perlakuan dengan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda. Analisis keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa digunakan uji normalisasi gain dan hasil hasil belajar kognitif siswa digunakan meliputi uji normalitas, uji kesamaan dua varian, uji kesamaan dua rata-rata, uji perbedaan dua rata-rata, uji pengaruh antar variabel dan penentuan koefisian determinasi. Di samping itu juga penilaian hasil belajar afektif diperoleh dari hasil analisis angket dan psikomotorik dari lembar observasi untuk mengetahui penguasaan keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa, dan diakhiri pemberian angket untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap implementasi pembelajaran. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan hasil analisis tahap awal diperoleh 2hitung untuk setiap data lebih kecil dari 2Tabel yang berarti data tersebut berdistribusi normal. Harga 2hitung < 2Tabel maka dapat disimpulkan bahwa populasi tersebut homogen dan pengambilan sampel dapat dilakukan dengan teknik cluster random sampling. Perhitungan statistik selanjutnya adalah analisis tahap akhir, hasil analisis tersebut diperoleh hasil untuk setiap data 2hitung < 2Tabel maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut berdistribusi normal. Hasil analisis data uji kesamaan dua varians diperoleh nilai Fhitung untuk post test kelas eksperimen dan kelas kontrol sebesar 1,08 sedangkan FTabel yaitu 2,06 yang berarti kedua kelas memiliki varians yang sama. Hasil analisis selanjutnya diperoleh nilai thitung lebih besar dari t(1-)(n1+n2-2) dengan dk = 61 dan taraf signifikan 5%, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti rata-rata hasil belajar kimia kelompok eksperimen berbeda dari rata-rata hasil belajar kimia kelompok kontrol. Untuk analisis terhadap pengaruh antar variabel diperoleh besarnya koefisien korelasi biserial hasil belajar siswa (rb) sebesar 0,5805. Hasil perhitungan diperoleh besarnya koefisien determinasi biseral (rb) sebesar 0,5805 sehingga besarnya koefisien determinasi (KD) adalah sebesar 33,70%. Jadi besarnya kontribusi penggunaan collaborative learning berbantuan diagram vee terhadap keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa pada materi hidrokarbon sebesar 30,70%.

Pada Gambar 1 hasil nilai rata-rata pretes dan postes kelas eksperimen adalah 50,19 pada pretes dan 82,13 pada postes dan kelas kontrol adalah 46,38 pada pretes dan 74,59 pada postes, sehingga dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan hasil belajar penguasaan konsep dengan lebih tingginya nilai postes dibanding nilai pretes. Selain itu berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata nilai postes kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini disebabkan karena pembelajaran kelas eksperimen menerapkan collaboreative learning. Pada pembelajaran kelas eksperimen, peneliti menggunakan metode collaboreative learning dengan menggunakan diagram vee dan metode diskusi focus group dan home group.
74.59 46.38 50.19 Rerata 82.13 63.75 52.58

PRE Kontrol

POST Eksperimen

% N-Gain

Gambar 1. Nilai rata-rata dan % N-gain hasil perbandingan pretes dan postes dari kelas eksperimen dan kelas kontrol
4.00 3.00 3.00 Rerata Tiap Indikator 3.00 4.00 4.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.10 2.59 3.00 2.45 4.00 4.00

Kontrol

Eksperimen

Gambar 2. Penilaian afektif kelompok eksperimen dan kelas kontrol


3.35 3.26 3.14 3.00 2.89 2.92 3.14 3.29

II

III

IV

Kontrol

Eksperimen

Gambar 3. Penilaian psikomotorik kelompok eksperimen dan kelas kontrol

Penelitian pada kelas X SMA N 1 Gombong tahun ajaran 2011/ 2012 ini dilaksanakan dalam waktu 8 minggu. Pada pertemuan pertama digunakan untuk pelaksanaan pretes. Pertemuan kedua sampai dengan pertemuan kelima digunakan untuk pembelajaran dan pertemuan terakhir digunakan untuk pelaksanaan post-test. Waktu untuk satu kali pertemuan yaitu 2 x 45 menit dan 1 x 45 menit. Pada kelas eksperimen pembelajaran kimia menggunakan collaborative learning berbantuan diagram vee , sedangkan pada kelas kontrol pembelajaran kimia menggunakan model ceramah. Tes akhir baik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dilaksanakan setelah proses pembelajaran usai, untuk memperoleh hasil pembelajaran siswa. Berdasarkan analisis data diperoleh beberapa penemuan dalam penelitian yaitu adanya pengaruh positif penggunaan collaborative learning berbantuan diagram vee terhadap

keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa, dan penguasaan konsep siswa kelas eksperimen pada materi hidrokarbon, serta adanya tanggapan positif terhadap pembelajaran dengan menggunakan collaborative learning berbantuan diagram vee . Gambar 2 memperlihatkan bahwa hasil pembelajaran kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Hasil pembelajaran tersebut meliputi kemampuan kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik siswa. Dari Gambar 2 secara keseluruhan bahwa hasil belajar aspek afektif kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. terutama pada aspek kemampuan siswa dalam mengajukan pertanyaan selama PBM (indikator 5) dan aspek menjawab pertanyaan selama PBM (indikator 6), dimana kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Perbedaan ini disebabkan adanya kegiatan diskusi yang lebih sering dibandingkan kelas kontrol. Selain itu dari Gambar 3 secara keseluruhan bahwa hasil belajar aspek psikomotorik kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol. Hal ini terlihat pada aspek keterampilan siswa dalam mempersiapkan alat dan bahan (dimensi 1), aspek kemampuan siswa dalam ketrampilan menggunakan alat praktikum dan aspek kemampuan siswa dalam penguasaan prosedur kerja (dimensi II), aspek kemampuan siswa dalam membuat laporan semsntara (dimensi III), dan aspek kemampuan siswa dalam melakukan aktivitas selesai praktikum (dimensi IV) . Hal ini disebabkan pada kelas eksperimen diberikan diagram vee yang harus diisi siswa sebelum dan setelah praktikum. Dalam diagram vee tersebut terdapat sisi teoritis dan sisi metodologis yang harus diisi. Sedangkan pada kelas kontrol hanya mengerjakan praktikum sesuai lembar praktikum siswa dan membuat laporan sementara berupa tabel hasil pengamatan.

Hasil belajar baik kognitif, afektif, maupun psikomorik kelas eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol dikarenakan sebagian besar siswa menyukai metode ini dan lebih termotivasi untuk mempelajari kimia. Tingginya motivasi belajar siswa untuk

mempelajari kimia dikarenakan siswa merasa senang dengan berdiskusi di kelas. Selain itu dengan pemberian diagram vee membuat siswa dituntut untuk berpikir kritis, bagaimana merangkai alat percobaan, melakukan percobaan dan memecahkan masalah sesuai teori yang ada. Hasil belajar yang lebih baik untuk kelas eksperimen juga disebabkan karena pemberian diagram vee yaitu mereka menuliskan permasalahan dan obyek yang harus diteliti sehingga mereka harus dituntut berfikir secara mandiri. Bagaimana merangkai alat, menyusun prosedur percobaan serta memecahkan masalah. Dengan adanya kegiatan percobaan seperti ini membuat siswa lebih mudah memahami suatu materi pelajaran dalam proses pembelajaran, karena siswa mampu menemukan konsep secara mandiri berdasarkan fakta-fakta kongkrit yang dijumpai saat melakukan percobaan. Sehingga secara tidak langsung hasil belajar siswa menjadi lebih baik dan berarti, karena siswa menjadi lebih aktif dalam memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung, dan bukan hanya sekedar mendengar dan menerima pengetahuan atau informasi dari apa yang dikatakan oleh guru saja, hal ini sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh Suherman (2008). Dalam melakukan penelitian menggunakan collaborative learning berbantuan diagram vee mengalami hambatanhambatan, seperti: (1) Pada awalnya siswa masih

terlihat kurang bersemangat dalam berdiskusi. (2) Pada saat pemberian tugas untuk mengisi diagram vee masih ada kelompok yang belum begitu paham dengan instruksi karena metode seperti ini belum pernah dilaksanakan. Cara yang dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut adalah dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan umpan sehingga setelah itu diskusi dapat berlangsung dengan atraktif. Selian itu juga menjelaskan kembali tugas pengisian diagram vee secara lebih terperinci. Ketuntasan belajar pada kelas eksperimen yang lebih tinggi disebabkan collaborative learning berbantuan diagram vee pada pembelajarn hidrokarbon membuat siswa lebih antusias dan aktif karena guru hanya memberikan suatu sub materi dan permasalahan yang harus dipelajari dan diselesaikan dan guru mengarahkan pada saat mencari alternatif pemecahan kemudian mengevaluasinya. Siswa bekerja sama dengan kelompoknya

mendiskusikan segala aspek yang berkaitan dengan sub materi dan permasalahan yang diberikan dan berusaha keras untuk mencari alternatif pemecahannya dengan suasana rileks, bebasdalam berpendapat dan menyenangkan. Siswa tidak lagi memandang pelajaran kimia

sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Agustina (2007) bahwa collaborative learning sangat efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa . Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa pengembangan pembelajaran melalui penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar dan meningkatkan keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika, sehingga aktivitas siswa baik dalam pembelajaran maupun dalam praktikum dapat ditingkatkan. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Sanyasa (2007) bahwa penggunaan metode collaborative learning terbukti meningkatkan kemandirian siswa dan kemampuan siswa dalam berinteraksi serta beraktivitas. Hal ini dapat memberikan beberapa implikasi untuk memebuat para siswa lebih mandiri dan aktif dengan belajar bersama dimana mereka saling memberi masukan. Hasil pengolahan data pretes penguasaan setiap keterampilan generik sains dapat di lihat pada Gambar 4.
72.65 42.90 16.74

65.28

kontrol KGS Pengamatan % N-gain

eksperimen KGS Inferensi logika % N-gain

Gambar 4. Rerata % N-gain keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa pada penguasaan konsep antara kelas kontrol dan kelas eksperimen Dari Gambar 4 terlihat keterampilan generik untuk pengamatan dengan taraf

pencapaian % N-gain paling tinggi yaitu 65,28% pada kelas kontrol dan 72,65% pada kelas eksperimen (Hake, 1998). Pencapaian keterampilan generik sains inferensi logika siswa kelas eksperimen pada taraf pencapaian sedang dan kelas kontrol pada taraf pencapaian rendah. Harga % N-gain keterampilan generik inferensi logika siswa kelas eksperimen yaitu 42,90 %. Harga % N-gain keterampilan generik inferensi logika siswa kelas kontrol dibawah 40% yaitu sebesar 16,74. Rendahnya harga % N-gain inferensi logika, diduga karena inferensi logika memerlukan berpikir dasar tingkat tinggi. Inferensi logika menuntut siswa menghubungkan antar konsep atau data eksperimen uji keberadaan unsur C dan H

dalam senyawa hidrokarbon yang dimiliki dengan teori yang ada, kemudian mensintesisnya menjadi suatu bentuk keteraturan pola tertentu. Sementara itu untuk kelas eksperimen dengan pencapaian %N-gain keterampilan generik sains inferensi logika pada taraf sedang sedang dengan harga %N-gain cenderung rendah, karena keterampilan generik sains ini melibatkan keterampilan berpikir dasar tingkat tinggi yaitu menyimpulkan dan mengkaitkan suatu peristiwa yang mereka lihat dalam percobaan dengan teori yang sudah ada, dan hal inilah yang mengakibatkan mahasiswa dari kelas kontrol merasa kesulitan. Pada

pembahasan berikut, disampaikan hasil dari peningkatan setiap keterampilan generik sains yang diurutkan dari perolehan %N-gain rendah ke tinggi. Pada penelitian ini kemampuan berpikir inferensi logika bagi subjek penelitian diungkap melalui pernyataan mengenai kekhasan atom karbon dan keisomeran senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam klaim pengetahuan pada diagram vee. Pendekatan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan generik. Rerata %N-gain keterampilan inferensi logika pada kelas atas adalah 53,25%, dan kelas bawah adalah 34,85%. Dengan demikian model pembelajaran yang diterapkan mampu meningkatkan penguasaan

keterampilan generik inferensi logika subjek penelitian pada tingkat pencapaian sedang pada kelas atas dan pada kelas bawah (Hake, 1998). Oleh karena itu merupakan tantangan bagi siswa untuk mampu meningkatkan keterampilan generik inferensi logika, sebab

keterampilan inferensi logika ini sebagai bagian dalam keterampilan proses sains (Dahar, 1996). Dengan melihat harga %N-gain yang berkisar antara harga 70 sampai 100 untuk siswa kelas atas, sedangkan 30 sampai 70 untuk siswa kelas bawah berarti collaborative learning berbantuan diagram vee telah manpu mengembangkan keterampilan generik pengamatan sampai pada taraf pencapain kategori tinggi pada kelas atas dan sedang pada kelas bawah. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, adanya pengaruh positif penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee terhadap keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa dan hasil belajar kimia materi pokok hidrokarbon pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Gombong yaitu sebesar 33,70%. Kedua, hasil belajar kognitif materi pokok hidrokarbon pada siswa dengan penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee belum mencapai ketuntasan belajar klasikal karena ketuntasan belajar klasikal yang diperoleh sebesar 80,65%. Ketiga, rerata %N-gain keterampilan generik pengamatan siswa dengan penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee yaitu sebesar 72,65% dengan kategori sedang dan rerata

%N-gain keterampilan generik inferensi logika siswa dengan penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee yaitu sebesar 42,90% dengan kategori sedang. Keempat, siswa memberikan tanggapan yang baik terhadap penerapan collaborative learning berbantuan diagram vee terhadap keterampilan generik pengamatan dan inferensi logika siswa materi pokok hidrokarbon yaitu sebesar 77,42%.

Daftar Pustaka Agustina, L. 2007. Upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa melalui pembelajaran kolaboratif dengan pendekatan pemecahan masalah. J. Dinamika Pendidikan. 2(3): 271-314. Dahar, R.W. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Hake, R.R. 1998. Relationship of individual student normalized learning gains in mechanics with gender, high-cchool, and pretest scores on mathematics and spatial visualizaton. Diunduh di http: //www. arxiv. org. and http:// www.phsics.indiana.edu/~hake.htm tanggal 6 Juni 2011. Sudarman. 2008. Penerapan metode collaborative learning untuk meningkatkan pemahaman materi mata kuliah metodologi penelitian. J. Pendidikan Inovatif. 3 (2): 94100. Sudarmin. 2007. Pengembangan model pembelajaran kimia organik dan keterampilan generik sains bagi calon guru kimia. Disertasi. Bandung: PPS UPI. Suherman, E. 2008. Model belajar dan pembelajaran berorientasi kompetensi siswa. Diunduh di http://pkab.wordpress.com/2008/05/14/model-belajar-danpembelajaran-berorientasi-kompetensi-siswa.htm tanggal 8 Januari 2012.

Вам также может понравиться