Вы находитесь на странице: 1из 7

Otot Tungkai dan Mekanisme Kerjanya

Fakultas Kedokteran UKRIDA Richard Simak 102011051 richard_x831@yahoo.co.id

Pendahuluan
Otot memiliki peran yang sangat penting dalam tubuh seseorang. Otot terbagi menjadi 3 jenis, yaitu otot polos, otot rangka, dan otot jantung. Dapat dikatakan hampir semua aktifitas yang berlangsung dalam tubuh manusia memerlukan otot untuk mewujudkannya. Oleh karena itu jika terjadi gangguan pada otot-otot dalam tubuh seseorang dapat berdampak pada aktifitas orang tersebut. Salah satu contoh gangguan tersebut adalah terjadinya kelelahan pada otot, kelelahan ini bisa menyebabkan rasa lemas pada otot tersebut sehingga akan mengurangi fungsi otot tersebut. Dalam penggunaannya otot membutuhkan energi untuk berkontraksi, energi-energi tersebut dapat didapatkan dari makanan yang kita makan seharihari. Kemudian dalam otot akan terjadi proses pengolahan dari makanan yang kita makan menjadi energi yang akan dipakai otot untuk berkontraksi. Masalah pada skenario nomor 2 adalah seorang wanita pedagang kue keliling berusia 34 tahun sudah 1 minggu merasa lemas dan lelah pada kedua tungkainya. Hipotesis yang sudah disusun adalah bahwa rasa lemas dan lelah pada kedua tungkai wanita tersebut disebabkan oleh kelelahan otot secara terusmenerus.

Isi
Menurut struktur mikroskopisnya otot dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Secara fungsional, otot dapat dibedakan menjadi otot volunter yang dapat diperintah sesuai keinginan dan involunter yang tidak dapat diperintah /bawah sadar

Secara struktural, otot dapat dibedakan menjadi otot lurik yang memiliki garis-garis menlintang dan otot polos yang tidak bergaris. 1

Berdasarkan struktur dan fungsinya, jaringan otot diklasifikasikan menjadi 3 yaitu otot polos, otot rangka, dan otot jantung. 1. Otot polos merupakan otot yang kontraksinya tidak dipengaruhi oleh kesadaran. Otot ini bekerja secara terus menerus dan tidak mudah lelah. Otot ini biasanya terdapat di: Dinding duktus dan pembuluh Dinding organ berongga Dan organ seperti kulit, limpa, dan penis.

Struktur mikroskopis otot polos adalah sebagai berikut: Panjang selnya bervariasi tetapi panjangnya tetap lebih pendek dari otot rangka, begitu pula dengan diameternya. Nukleusnya berada di tengah sel Serabut disatukan dalam unit atau lembar (lapisan)

Gambar 12

2. Otot jantung merupakan otot yang kontraksinya tidak dipengaruhi kesadaran dan tidak mudah lelah, tetapi berbentuk mirip dengan otot lurik/otot rangka. Otot ini hanya terdapat di jantung. Struktu otot jantung adalah sebagai berikut: Serabutnya bercabang dan membentuk jaringan Letak nukleusnya seperti pada otot polos yang terletak ditengah sel Luriknya menyilang dan saling berdekatan dan tidak terlihat sejelas otot rangka

Ciri khas otot jantung yang tidak dimiliki otot lainnya adalah adanya diskus interkalaris yang terlihat seperti pita tebal bercabang jika dilihat dari mikroskop.1,3

Gambar 22 3. Otot lurik/ otot rangka adalah otot yang melekat pada tulang rangka. Otot inilah yang menggerakkan tulang. Otot ini tersusun atas sel-sel otot yang intinya banyak dan terletak di tepi sel otot. Di dalam otot rangka terdapat serabut-serabut, serabut-serabut tersebut dinamakan miofibril. Miofibril tersusun atas aktin, miosin, troponin, dan tropomiosin. Susunan protein tersebut mengakibatkan adanya daerah yang terang yang disebut juga daerah I (isotop) dan daerah gelap yang disebut daerah A (anisotop). Pita I dibagi oleh garis Z, dan daerah setengah I + dearah A + setengah I dinamakan satu sarkomer.1,4

Gambar 3 Otot luriklah yang menggerakkan tulang pada seluruh tubuh, contohnya otot pada kedua tungkai kaki. Berikut adalah otot-otot pada tungkai bawah:

Otot Cruris, daerah Anterior: M. Tibialis anterior, otot ini letaknya kearah medial, otot ini menyebabkan fleksi dorsal pada sendi pergelangan kaki M. Extensor digitorium longus, otot ini menyebabkan ekstensi pada sendi jari kaki M. Extensor hallucis longus, otot ini menyebabkan ekstensi pada sendi ibu hari kaki M. Fibularis (peroneus) tertius, otot ini tidak selalu ada, otot ini menyebabkan fleksi dorsal pada sendi pergelangan kaki

Otot Cruris, daerah Lateral: M. Fibularis (proneus) longus, menyebabkan fleksi plantar pada sendi pergelangan kaki M. Fibularis (proneus) brevis, otot ini juga menyebabkan fleksi plantar pada sendi pergelangan kaki

Otot Cruris, daerah Posterior Lapis Superficial: M. Gastrocnemius, menyebabkan fleksi pada sendi lutut, dan fleksi plantar pada sendi pergelangan kaki M. Soleus, menyebabkan fleksi plantar pada sendi pergelangan kaki M. Plantaris, menyebabkan fleksi pada sendi lutut dan fleksi plantar pada sendi pergelangan kaki

Otot Cruris, daerah Posterior Lapis Profunda: M. Popliteus, menyebabkan fleksi pada sendi lutut M. Tibialis posterior, menyebabkan fleksi plantar pada sendi pergelangan kaki M. Flexor digitorum longus, menyebabkan fleksi plantar pada sendi pergelangan kaki, dan inversi pada sendi talitarsalis M. Flexor hallucis longus, menyebabkan fleksi plantar pada sendi pergelangan kaki, dan eversi pada sendi talotarsalis.5

Pada saat berkontraksi, panjang masingmasing sarkomer menjadi berkurang. Pada saat kontraksi pita A tidak berubah

panjangnya, tetapi pita I memendek dan zona H (H zone) menghilang. Tetapi pada saat Gambar 4 terjadi kontraksi bukan filamennya yang memendek, melainkan filamen-filamen tersebut meluncur diatas yang satu dan yang lainnya secara longitudinal, sehingga saling tumpang tindih antara filamen-filamen tersebut. Peluncuran tersebut terjadi akibat adanya interaksi antara molekul miosin dan aktin yang menyusun filamen-filamennya. Miosin terdiri dari bagian ekor yang panjang dan daerah kepala globuler yang menempel ke samping. Bagian kepala miosin adalah bagian bioenergetik yang memberi energi untuk terjadinya kontraksi otot. Kepala miosin yang dapat mengikat ATP mengubah ATP menjadi ADP dan fosfat anorganik, kemudian energi yang dibebaskan dari pemecahan ATP dipindahkan ke miosin dan menjadi konfigurasi berenergi tinggi. Miosin tersebut kemudian berikatan di tempat spesifik pada aktin dan membentuk suatu cross-bridge, dan energi yang tersimpan dibebaskan dan kepala miosin berelaksasi ke bentuk energi rendah. Relaksasi tersebut mengakibatkan perubahan sudut tautan antara kepala dan ekor miosin. Ketika terjadi pembengkokan tersebut, miosin menggunakan tegangan pada filamen tipis tempat miosin tersebut terikat untuk menarik filamen tersebut ke pusat sarkomer. Pada saat relaksasi, filamen-filamen tersebut akan kembali memanjang dan kembali ke bentuk semula.4,6 Untuk melakukan kontraksi otot memerlukan energi. Energi yang dibutuhkan otot ini berasal dari penguraian makanan yang kita makan. Energi yang digunakan adalah dalam bentuk kimia, yaitu penguraian dari ATP: ATP ADP ADP + P + energi AMP + P + energi

Saat energi habis, ATP harus dibentuk kembali agar otot dapat berkontraksi lagi. Cara mangembalikannya adalah dengan glikolisis anaerobik. Glikolisis anaerobik ini melibatkan pemecahan yang tidak sempurna dari glikogen. Glikogen akan dilarutkan menjadi laktasidogen yang kemudian diuraikan menjadi glukosa dan asam laktat. Oleh O2 dari respirasi, glukosa akan dioksidasi sehingga menghasilkan energi dan melepaskan CO2 dan H2O. Glikogen Laktasidogen asam laktat O2 Glukosa CO2 + H2O + energi

Glikolisis anaerob ini menghasilkan sedikit ATP dan menyebabkan penumpukan asam laktat. Asam laktat ini akan menurunkan pH otot dan darah. Penurunan pH akan menyebabkan terganggunya kerja enzim-enzim glikolitik dan juga mengganggu reaksi kimia dalam sel otot. Keadaan yang seperti demikian menyebabkan kontraksi otot semakin melemah dan akhirnya otot mengalami kelelahan. Untuk menguraikan asam laktat ini diperlukan oksigen yang sangat banyak. Hal inilah yang menyebabkan saat terjadi penumpukan asam laktat, pernafasan menjadi terengah-engah. Pada saat oksigen mencukupi, asam laktat akan dioksidasi untuk menghasilkan energi pada proses aerobik. Asam laktat ini kemudian diubah kebali menjadi asam piruvat dan asam piruvat ini masuk kembali ke dalam mitokondria untuk mengalami suatu rangkaian proses untuk menghasilkan energi.6 Setelah beberapa penjelasan mengenai otot diatas, dapat diketahui bahwa penyebab kelelahan otot dapat diakibatkan antara lain oleh kurangnya asupan untuk menghasilkan energi, dan penumpukan asam laktat dari kontraksi yang terus menerus. Kelelahan otot seringkali terjadi pada orang-orang yang pekerjaannya memerlukan kontraksi otot yang terus menerus yang tidak mendapatkan cukup waktu untuk relaksasi dan penguraian asam laktat.6,7

Kesimpulan
Dalam menjalankan fungsinya, otot memerlukan energi untuk berkontraksi. Energi tersebut di dapat melalui beberapa cara, yaitu perombakan ATP yang tersimpan dalam otot dan melalui gikolisis anaerob yang menyebabkan terjadinya penumpukan asam laktat. Penumpukan asam laktat pada otot dapat menyebabkan kelelahan otot. Rasa lemas dan lelah yang dirasakan wanita pada skenario 2 kemungkinan besar terjadi karena penumpukan asam laktat karena adanya kontraksi terus-menerus pada tungkai kaki wanita tersebut.

Daftar Pustaka
1. Sloane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2004.h.79-80 2. Google Picture 3. Fawcett DW.Buku ajar histologi edisi 12.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC;2002.h.236-40 4. Nell CA, Reece JB, Mitchell LG.Biologi.5th ed, jilid 1. Jakarta : Erlangga;2002;255-7 5. Putz R, Pabst R. Sobotta : tabel otot, sendi, dan saraf. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC;2007.h.62-4 6. Widiyanto. Latihan fisik dan laktat.UNY;h.8-10 7. Kelelahan Otot. Didownload dari http://www.scribd.com/doc/45743215/KelelahanOtot pada tanggal 16 Maret 2012.h.1-2

Вам также может понравиться