Вы находитесь на странице: 1из 14

Usaha Tani: Menumpangsarikan Bawang Merah - Cabai

Ada yang perlu disimak pernyataan petani dari Losari (Brebes) yang memiliki lapak (kios) di Pasar Induk Cibitung (Bekasi), Jawa Barat. Katanya, modal untuk menanam cabai diakui oleh petani sangat tinggi. Sehingga, petani yang bermodal kecil, juga bernyali kecil, jarang berani menanam cabai. Sebagai gambaran, biaya menanam bawang merah 2 ha kalau untuk menanam cabai, setengah hektar saja tidak cukup, nara sumber ini, yang saat ditemui sedang menampung bawang merah, menyambung ceritanya. Karena itu, petani di Patrol (Indramayu, Jawa Barat) misalnya, membuat pola tanam padi-bawang merahcabai. Maksudnya, setelah padi dipanen, bawang merah ditanam. Setelah bawang merah umur 30 hari, tanaman cabai (disemai dulu sampai umur 20 hari) ditanam. Ketika bawang merah dipanen, cabai memasuki awal pemanenan pertama. Dengan cara itu, modal penanaman cabai bisa ditekan. Nara sumber di Pacet (Cianjur, Jawa Barat), yang menumpangsarikan cabai dan kol misalnya, bisa mengurangi separuh ongkos produksi untuk menanam cabai. Sementara nara sumber di Patrol (Indramayu) mengatakan, menanam bawang merah seluas 200 bata (1,0 bata = 14 m2) biayanya Rp.10 juta. Hasil penjualan panenannya Rp.16 juta. Jadi selisih Rp.6. juta digunakan untuk mengongkosi penanaman cabai. Ongkos produksi Menurut nara sumber di Cibitung dan Patrol, petani harus memantau harga bawang merah dan cabai di pasaran. Sebab, harga bagus untuk bawang merah-cabai hanya berlangsung pada bulan-bulan tertentu. Petani Patrol misalnya bisa menikmati harga tinggi antara Mei, Juni, Juli. Pada bulan-bulan ini harga yang diterima petani dalam kisaran Rp.6.000. Rp.7.000. Harga yang diterima petani di Pacet, untuk cabai keriting relatif tidak berbeda. Pada saat yang sama nara sumber penulis juga menerima Rp.6.000. Rp.7.000. perkilogram atau rata-rata Rp.6.500 perkilogram. Namun petani ini pernah menerima harga antara Rp.1.700. Rp.3.000. perkilogram atau rata-rata Rp.2.350. Bila harga ini yang diterima petani, apakah petani tidak rugi kalau hasil panen rata-rata 6 7 ton untuk lahan seluas kurang lebih 0,4 ha ?. 1. Biaya tanam bawang merah a.1. Pemupukan cara petani Pupuk dasar o Pupuk organik menggunakan abu pembakaran jerami sisa panen padi pada musim sebelumnya o Pupuk anorganik menggunakan: TS 50 kg Rp. 200.000.

Urea 50 kg 150.000. ZA 50 kg 150.000. Pupuk lanjutan 1 (umur tanaman 10 15 hari setelah tanam (HST) NPK 50 kg Rp. 1.000.000. ZA 50 kg 150.000. Kapur 40 kg 16.000. Pupuk lanjutan 2 (umur tanaman 25-30 HST) NPK 50 kg Rp. 1.000.000. ZA 50 kg 150.000. Kapur 40 kg 16.000. Subtotal Rp. 2.832.000. Setelah itu, sampai umur panen 60, 75, 90 hari (tergantung varietas yang ditanam), bawang merah tidak dipupuk lagi. a.2. Pemupukan menurut anjuran Pupuk dasar o Pupuk organik menggunakan pupuk kandang atau kompos atau sejenisnya sebanyak 4 ton Rp. 1.000.000. o Pupuk anorganik menggunakan: TS 100 kg Rp. 400.000. Urea 30 kg 90.000. KCl 60 kg 240.000. ZA 60 kg 180.000. Pupuk lanjutan 1 (umur tanaman 10 15 hari setelah tanam (HST) Urea 30 kg Rp. 90.000. Pupuk lanjutan 2 (umur tanaman 25-30 HST)

ZA 50 kg 120.000. Subtotal Rp. 2.120.000. Setelah itu, sampai umur panen 60, 75, 90 hari (tergantung varietas yang ditanam), bawang merah tidak dipupuk lagi b. Pestisida b.1. Cara petani Penyemprotan pestisida tergantung keadaan alam. o kondisi normal dilakukan 3 5 kali semprot selama satu periode tanam. o Banyak hujan 3-5 hari sekali disemprot atau 10 15 kali semprot selama satu periode tanam. Atau rata rata penyemprotan untuk satu periode tanam 8 kali semprot. o Biaya pembelian pestisida untuk satu kali semprot Rp.500.000. Subtotal Rp. 4.000.000. b.2. Cara menurut anjuran Berdasarkan berbagai pertimbangan di antaranya dampak negatif racun pestisida yang akan timbul di kemudian hari, anjuran dari instansi terkait, penyemprotan pestisida yang aman dari dampak negatif antara 3 5 kali semprot perperiode tanam atau rata rata 4 kali semprot Biaya pembelian pestisida untuk satu kali semprot Rp.500.000. Subtotal Rp. 2.000.000. c. Tenaga kerja c.1. Cara petani Pengolahan tanah o Empat kali pengolahan: Pengolahan I : pembalikan tanah sambil membuat bedengan Pengolahan II : penghancuran tanah tanah bongkahan Pengolahan III: peremahan tanah Pengolahan IV: penggemburan tanah sambil memberi pupuk organic kemudian dilakukan

penyiraman Biaya pengolahan tanah: Rp.3.200.000. Tenaga kerja tetap: o Untuk perawatan tanaman selama 60 hari kerja Rp.1.000.000. Tenaga kerja panen: o Biasanya menggunakan tenaga kerja Wanita Rp. 400.000. Subtotal biaya tenaga kerja Rp. 4.600.000. c.2. Cara menurut anjuran `Seperti cara petani d. Pembelian bibit bawang merah Kebutuhan bibit untuk luas tanam 0,4 hektar kurang lebih: 400 (kg) x Rp.16.000. Rp. 6.400.000. e. Total biaya e.1. Cara petani o Subtotal poin 1.a. sampai 1.d. Rp. 18.532.000. o Asumsi biaya tak terduga 20% Rp. 3.706.400. o Total biaya penanaman bawang merah seluas 0,4 hektar Rp. 22.238.400. e.2. Cara menurut anjuran o Subtotal poin 1.a. sampai 1.d. Rp. 15.120.000. o Asumsi biaya tak terduga 20% Rp. 3.024.000.

o Total biaya penanaman bawang merah seluas 0,4 hektar Rp. 18.144.000. 2. Biaya tanam cabai merah Cabai merah dibenihkan dulu. Ada yang menggunakan kantong kantong (polibag) kecil tetapi lebih banyak pembenihan dilakukan di petakan petakan dekat areal tanam. Pengolahan tanah dan pemupukan dasar menumpang pada pengolahan tanah dan pemupukan dasar penanaman bawang merah. Setelah cabai merah ditanam di antara bawang merah, umur cabai merah kurang lebih 30 hari sejak benih ditanam, dilakukan hal berikut. a.1. Pemupukan cara petani Umur tanaman kurang lebih 30 hari sejak benih ditanam NPK 25 kg Rp. 500.000. TS 25 kg 100.000. Kapur 20 kg 8.000. Pupuk lanjutan, umur tanaman kurang lebih 45 hari atau 15 HST sampai tanaman umur 90 hari atau 60 HST atau 4 kali pemupukan: NPK 100 kg Rp. 2.000.000. TS 100 kg 400.000. Kapur 80 kg 32.000. Subtotal Rp. 3.040.000. a.2. Pemupukan menurut anjuran Pupuk dasar saat pembenihan dianjurkan o Pupuk organik menggunakan pupuk kandang atau kompos atau sejenisnya sebanyak 900 kg - 1 ton Rp. 247.500. o Pupuk anorganik menggunakan: TS dan KCl (1 : 1) 25 kg Rp. 100.000. Urea 25 kg 75.000.

Setelah ditanam di lapangan, umur tanaman kurang lebih 30 hari sejak dibenihkan Urea 5 kg Rp. 15.000. TS 20 kg 80.000. KCl 12 kg 48.000. ZA 8 kg 24.000. Pupuk lanjutan 2, umur tanaman kurang lebih 45 hari atau 15 HST sampai tanaman umur 90 hari atau 60 HST atau 4 kali pemupukan: Urea 25 kg Rp. 75.000. TS 80 kg 320.000. KCl 48 kg 192.000. ZA 32 kg 96.000. Subtotal Rp. 1.197.500. b. Pestisida b.1. Cara petani Penyemprotan pestisida tergantung keadaan alam. o kondisi normal dilakukan 3 kali semprot selama satu periode tanam (sampai 120 HST). o banyak hujan bisa 10 kali semprot selama satu periode tanam atau rata rata penyemprotan untuk satu periode tanam 6 kali semprot. o Biaya pembelian pestisida untuk satu kali semprot Rp.500.000. Subtotal Rp. 3.000.000. b.2. Cara menurut anjuran Berdasarkan berbagai pertimbangan di antaranya dampak negatif racun pestisida yang akan timbul di kemudian hari, anjuran dari instansi terkait, penyemprotan pestisida yang aman dari dampak negatif antara 3 5 kali semprot perperiode tanam atau rata rata 4 kali semprot Biaya pembelian pestisida untuk satu kali semprot Rp.500.000. Subtotal Rp. 2.000.000.

c. Tenaga kerja c.1. Cara petani Pengolahan tanah o Biaya pengolahan tanah: Rp.0.. Tenaga kerja tetap: o Untuk perawatan tanaman selama 120 hari kerja Rp.2.000.000. Tenaga kerja panen: o Biasanya menggunakan tenaga kerja Wanita Rp. 400.000. Subtotal biaya tenaga kerja Rp. 2.400.000. c.2. Cara menurut anjuran `Seperti cara petani d. Pembelian bibit cabai merah Kebutuhan bibit untuk luas tanam 0,4 hektar kurang lebih: 2 liter (2 botol) x Rp.100.000. Rp. 200.000. e. Total biaya e.1. Cara petani o Subtotal poin 1.a. sampai 1.d. Rp. 8.640.000. o Asumsi biaya tak terduga 20% Rp. 1.728.000. o Total biaya penanaman cabai merah seluas 0,4 hektar Rp. 10.368.000.

e.2. Cara menurut anjuran o Subtotal poin 1.a. sampai 1.d. Rp. 5.797.500. o Asumsi biaya tak terduga 20% Rp. 1.159.500. o Total biaya penanaman cabai merah seluas 0,4 hektar Rp. 6.957.000. f. Total biaya produksi Cara petani o Biaya penanaman bawang merah dan cabai merah untuk areal tanam 0,4 hektar: Rp.22.238.400. + Rp. 10.368.000.=Rp. 32.606.400. Cara menurut anjuran o Biaya penanaman bawang merah dan cabai merah untuk areal tanam 0,4 hektar: Rp.18.144.000. + Rp.6.957.000.=Rp.25.101.000. Pemanenan 1. Bawan merah Pemanen bawang merah dilakukan setelah umbinya sudah cukup tua. Umur tanaman biasanya sudah menginjak 60 hari. Tanda-tanda umbi sudah tua adalah: *. leher batang di atas umbi sudah lemas dan mudah direbahkan; *. daun mulai menguning; Bila sudah kelihatan tanda-tanda ini bawang merah sudah bisa dipanen. Setelah dipanen, bawang didiamkan selama 2 hari, kemudian diikat dan dijemur. Setelah itu bawang merah disimpan di tempat yang teduh dan tidak lembab. Sedangkan hasil panennya berdasarkan pengalaman nara sumber untuk setiap deret tanaman (12 tanaman) antara 0,25 kg 1,0 kg. Jumlah tanaman bawang merah (yang hidup) untuk areal 0,4 hektar kurang lebih 80% nya kira-kira 71.280. tanaman. Dengan demikian jumlah umbi yang bisa dipanen antara:

*. (71.280. tanaman : 12) x 0,25 kg = 1.485. kg. *. (71.280. tanaman : 12) x 1,0 kg = 5.940. kg. Hasil panen rendah biasanya karena penanamannya dilakukan saat hujan masih banyak turun sehingga mengganggu pertumbuhan umbi. 2. Cabai merah Panen pertama dengan luas pertanaman 0,4 hektar, dengan jumlah tanaman yang hidup 7.920. tanaman, bisa dipanen rata-rata pertanaman 1,0 kg 2,0 kg. Masa panen kirakira 2-3 bulan (60 90 hari) dengan waktu pemanenan 3 5 hari sekali. Atau jumlah pemanenan atau pemetikannya sekitar 20 kali panen. Dengan jumlah panenan ini total hasil panen antara 7.920. kg 15.840. kg. Berbeda dengan penanganan bawang merah yang perlu penjemuran setelah panen, maka cabai merah begitu selesai dipanen bisa langsung dibawa ke pasar atau kerap kali juga sudah ditunggu pedagang. Jadi hasil panenan cabai tidak perlu penanganan seperti bawang merah. Perkiraan hasil penjualan panenan Kebetulan harga cabai merah besar dan harga bawang merah yang diterima petani relatif sama yaitu dalam kisaran Rp.6.000. Rp.7.000. perkilogram (sekitar bulan Mei 2009 dan Juli 2010) atau rata-rata Rp.6.500 perkilogram. Harga terendah selama periode 2007 2009 antara Rp.1.700. Rp.3.000. perkilogram atau rata-rata Rp.2.350. Bila harga ini yang diterima petani maka pendapatan petani dari hasil penjualan panenannya seperti berikut (Sumber: Petani dan pedagang bawang merah cabai merah di Patrol, Indramayu dan Losari, Brebes, serta petani dan pedagang di Pasar Induk Cibitung, Bekasi, Jawa Barat). 1. Penjualan hasil panen bawang merah (luas panen 0,4 hektar) a. Hasil panen rendah a.1. Harga rata rata Rp.6.500. perkilogram Bawang merah: 1.485. (kg) x Rp.6.500. = Rp. 8.910.000. Cabai merah: 7.920. (kg) x Rp.6.500. = Rp. 47.520.000. a.2. Harga rata rata Rp.2.350. perkilogram Bawang merah: 1.485. (kg) x Rp.2.350. = Rp. 3.489.750.

Cabai merah: 7.920. (kg) x Rp.2.350. = Rp. 18.612.000. b. Hasil panen tinggi b.1. Harga rata rata Rp.6.500. perkilogram Bawang merah: 5.940. (kg) x Rp.6.500. = Rp. 38.610.000. Cabai merah: 15.840. (kg) x Rp.6.500. = Rp. 141.520.000. b.2. Harga rata rata Rp.2.350. perkilogram Bawang merah: 5.940 (kg) x Rp.2.350. = Rp. 13.959.000. Cabai merah: 15.840. (kg) x Rp.2.350. = Rp. 37.224.000. Analisa Usaha 1. Panen rendah dan harga rendah a. Biaya produksi versi petani untuk menanam bawang merah dan cabai merah Rp.32.606.400. b. Biaya produksi versi anjuran untuk menanam bawang merah dan cabai merah Rp.25.101.000. c. Total hasil penjualan bawang merah dan cabai Rp.22.101.750. d. Kesimpulannya, petani rugi lebih dari 10 30-an% dari biaya produksi 2. Panen rendah namun harga tinggi a. Biaya produksi sama seperti di atas b. Total hasil penjualan bawang merah dan cabai Rp.56.430.000. c. Kesimpulannya, petani untung lebih dari 70 120-an% dari biaya produksi 3. Panen tinggi namun harga rendah

a. Biaya produksi sama seperti di atas b. Total hasil penjualan bawang merah dan cabai Rp.51.183.000. c. Kesimpulannya, petani untung lebih dari 50 100-an% dari biaya produksi 4. Panen tinggi dan harga tinggi a. Biaya produksi sama seperti di atas b. Total hasil penjualan bawang merah dan cabai Rp.141.570.000. c. Kesimpulannya, petani untung lebih dari 300-400-an% dari biaya produksi Mengintip daerah lain Artinya, kalau petani ingin menikmati harga yang tinggi, ia harus sudah menanamnya 2-3 bulan sebelum harganya tinggi. Atau kira-kira Februari-Maret (cabai ditanam sebulan kemudian), di mana pada bulan-bulan ini jatuh pada musim peralihan yaitu musim hujan memasuki musim kemarau. Sedangkan memasuki Agustus, petani sudah meramal harga bawang merah-cabai mengalami kegoncangan karena bulan-bulan sekitar Agustus-September adalah bulan-bulan musim panen baik di Patrol maupun daerah lain terutama Brebes-Tegal. Nara sumber di Cibitung itu menambahkan, harga menjadi murah karena pada bulanbulan itu, bawang merah-cabai yang masuk Cibitung tidak hanya dari Jawa Tengah (antara lain dari Brebes, Tegal, Weleri, Demak) melainkan juga dari Jawa Timur (antara lain dari Kediri dan Nganjuk). Karena itu, perencanaan kapan menanam komoditas tersebut menjadi penting bila tidak ingin terkena musibah rugi besar. Sekedar gambaran kapan seharusnya mulai menanam, berdasarkan sumber berikut: Pola Produksi Hortikultura, Tanaman Sayuran(Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, Departemen Pertanian RI, 2004). Vademekum Tanaman Sayuran (Direktorat Jenderal Produksi Hortikultura dan Aneka Tanaman, Direktorat Tanaman Sayuran dan Tanaman Hias, Departemen Pertanian RI, 2000.). Vademikum Agribisnis Sayuran (Direktorat Bina Produksi Hortikultura, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, Departemen Pertanian RI, 1998). Catatan: o umur mulai panen tanaman cabai 90 120 hari sejak dibenihkan dan lama panen bisa 3 bulan atau lebih (bisa dipanen sampai 20 kali dan frekuensi pemanenan rata rata 3 5 hari sekali;

o umur panen bawang merah 75 90 hari dan dipanen sekaligus (fakta lapang, umur 60 hari (bahkan ada yang kurang dari umur ini), petani banyak yang sudah memanennya. adalah dengan memperhatikan perkiraan bulan bulan musim tanam cabai dan bawang merah di berbagai daerah yang dikenal sebagai produsen komoditi tersebut. Meskipun memancing timbulnya pertanyaan, apakah pada saat banyak daerah yang menanam, berarti cabaibawang merah di pasaran sedang kosong, karena tidak ada panenan, sehingga harganya tinggi ? Begitu juga sebaliknya. Apakah pada saat sedikit daerah yang menanam, berarti banyak daerah yang memanennya sehingga pasar dibanjiri kedua komoditas itu sehingga harganya rendah ? 1. Musim tanam cabai Oktober: Tapanuli Utara, Rejang Lebong, Serang, Ciamis, Sukabumi, Garut, Bandung, Cianjur (9 kabupaten). November: Tapanulki Utara, Tanah Karo, Simalungun, Solok, Serang, Majalengka, Kuningan, Ciamis, Sukabumi, Indramayu, Garut, Bandung, Cianjur, Cirebon, Klaten, Wonogiri, Banjarnegara, Rembang, Boyolalai, Cilacap, Jember, Ponorogo, Mojokerto (26 kabupaten). Desember: Deli Serdang, Tanah Karo, Simalungun, Tanah Datar, Majalengka, Kuningan, Sukabumi, Indramayu, Cirebon, Klaten, Rembang, Boyolali, Kediri, Banyuwangi, Mojokerto, Malang, Probolinggo, Lamongan, Karangasem (19 kabupaten). Januari: Deli Serdang, Kerinci, Klaten, Kediri (4 kabupaten). Februari: Tapanuli Utara, Deli Serdang, Blora, Klaten (4 kabupaten). Maret: Pandeglang, Majalengka, Bantul, Blora, Grobogan, Semarang, Klungkung (7 kabupaten). April: Tapanuli Utara, Pandeglang, Kuningan, Ciamis, Sukabumi, Indramayu, Cianjur, Bantul, Blora, Grobogan, Tegal, Ponorogo, Lumajang (13 kabupaten). Mei: Deli Serdang, Tanah Karo, Pandeglang, Serang, Kuningan, Ciamis, Kulon Progo, Grobogan, Wonosobo, Tegal, Magelang, Ponorogo, Lumajang, Probolinggo, Klungkung (15 kabupaten). Juni: Tapanuli Utara, Deli Serdang, Simalungun, Tanah Datar, Solok, Serang, Majalengka, Kulon Progo, Grobogan, Temanggung, Brebes, Magelang, Nganjuk, Lumajang, Lombok Timur, Jeneponto (16 kabupaten). Juli: Tapanuli Utara, Deli Serdang, Bogor, Bekasi, Temanggung, Brebes, Kediri, Nganjuk, Jember, Ponorogo, Karangasem, Lombok Barat, Lombok Timur (13 kabupaten). Agustus: Tapanuli Utara, Deli Serdang, Tanah Karo, Rejang Lebong, Bogor, Bekasi, Kediri, Lombok Barat (8 kabupaten).

September: Tapanuli Utara, Tanah Karo, Kampar, Agam, Bekasi, Enrekang, Bone (7 kabupaten).
2. Musim tanam bawang merah Oktober: Tapanuli Utara, Agam, Kuningan, Kediri, Lombok Barat (5 kabupaten). November: Tapanuli Utara, Solok, Indramayu, Blora, Wonogiri, Boyolali, Kediri, Malang,

Bone (9 kabupaten).
Desember: Simalungun, Solok, Bandung, Brebes, Kediri, Malang, Lombok Timur,

Enrekang, Jeneponto, Bone (10 kabupaten).


Januari: Tapanuli Utara, Lombok Timur, Enrekang, Jeneponto (4 kabupaten). Februari: Taput, Majalengka, Kuningan, Bandung, Bone (5 kabupaten). Maret: Tapanuli Utara, Majalengka, Blora, Wonogiri, Bantul, Magetan, Klungkung (7

kabupaten).
April: Majalengka, Kuningan, Magetan, Enrekang (4 kabupaten). Mei: Kuningan, Brebes, Tegal, Mojokerto, Probolinggo, Magetan, Jeneponto (7 kabupaten). Juni: Majalengka, Indramayu, Brebes, Nganjuk, Mojokerto, Malang, Probolinggo,

Jeneponto (8 kabupaten).
Juli: Tanah Datar, Brebes, Tegal, Nganjuk, Probolinggo, Karangasem (6 kabupaten). Agustus: Tapanuli Utara, Tanah Karo, Tanah Datar, Kulon Progo, Probolinggo, Bima,

Enrekang, Jeneponto (8 kabupaten). September: Tapanuli Utara, Tanah Karo, Kuningan (3 kabupaten) Hindari penanaman secara massal Kiranya informasi di atas bias dijadikan petunjuk bahwa pada bulan-bulan tertentu terjadi penanaman secara serempak, sehingga bisa dipastikan 2 3 bulan kemudian akan tejadi panen besar-besaran; atau pada bulan-bulan yang lain tidak terjadi penanaman secara besar-besaran sehingga tidak terjadi panenan massal. Hal itu sekaligus juga menunjukkan, ada bulan-bulan tertentu tersedia peluang usaha yang bisa digarap, meskipun ada tantangan yang akan dihadapinya, misalnya musim hujan (curah hujan tinggi) atau musim kemarau (keterbatasan penyediaan air). Tentu saja hal di atas tidak bisa dijadikan patokan mati. Sebab kalau menyimak data yang dikeluarkan instansi terkait, ternyata bulan puncak panen dari waktu ke waktu mengalami pergeseran (perubahan). Dampaknya harga komoditas itu ikut bergeser alias selalu berubah dan perubahannya sulit ditebak: kapan harga tinggi dan kapan harga rendah !.

Senada dengan pernyataan nara sumber di Cibitung, nara sumber di Pacet setengah mengeluh mengatakan, Sekarang ini susah menebak kapan harga tinggi dan kapan harga rendah. Dulu, petani bisa dengan mudah membuat target. Kalau waktu panen jatuh persis pada musim hujan, atau pada bulan-bulan Desember, Januari, Februari, bawang merah-cabai, tomat, harganya mahal. Tapi sekarang target itu tidak bisa dibuat lagi. Ia mengambil contoh pada musim hujan tahun lalu. Seharusnya harga panenan tomatnya tinggi. Namun yang ia nikmati, selain tanamannya hancur akibat serangan penyakit, harganya juga jatuh. Padahal, hampir semua petani tomat pada waktu itu (paling tidak di Pacet) panenannya banyak yang gagal. Tapi kenapa harganya tetap saja jatuh ? Karena kehancuran panenan tomat di Pacet, mendorong tomat dari daerah lain masuk ke situ, sehingga harga tomat tidak naik malahan sebaliknya. Jadi, pada saat petani Pacet memanen tomat, daerah lain juga memanen. Bisa pula diartikan, musim tanam petani di Pacet itu bersamaan dengan musim tanam di daerah lain. Pelajaran apa yang bisa dipetik dari pengalaman ini ? Menghindarlah dari penanaman secara massal ! Menekan kerugian Lalu apa yang dilakukan nara sumber Pacet itu untuk menekan kerugian ? Ia tidak menanam secara monokultur melainkan polikultur. Maksudnya, dengan keterbatasan lahan, ia lebih suka menanam bermacam-macam tanaman pada setiap musimnya. Dengan cara ini kerugian pada tanaman yang satu bisa ditutup dari tanaman yang lain. Makanya, nara sumber yang memiliki kurang lebih 1,5 hektar lahan, selain menanam cabai yang ditumpangsarikan dengan kol, bawang daun, sawi, dan brokoli, juga menanam tomat. Kalau begitu, kapan harus memulai penanaman cabai agar hasil panenannya jatuh persis pada saat harga tinggi ? Tampaknya, berkaca dari pengalaman petani di Pacet itu, penanaman dimulai pada saat daerah lain tidak sedang menanam atau sedikit yang menanam. Bisa juga diartikan, janganlah menanam tanaman yang sama dengan daerah lain. Tanamlah tanaman yang sama saat daerah lain yang secara serempak melakukan panenan raya. Sehingga, pada saat pascapanen raya akan terjadi kekosongan pasokan dan kita justru baru memulai pemanenan.-***.Set.

Вам также может понравиться