FLORA NORMAL PADA MATA

Dr. Suryani Yuliyanti

Mei 2012

Definisi
Populasi Mikroorganisme yang pada keadaan normal berada

dalam tubuh mahluk hidup Residen /menetap 1. Consists C of f relatively l l f fixed d types of f microorganisms 2. Regularly found in a given area at a given age 3 if disturbed 3. di t b d reestablishes t bli h it itself. lf

Transien/ sementara
Nonpathogenic or potentially pathogenic microorganisms For hours, days, or weeks From the environment Does not produce disease Does not establish itself permanently on the surface. If the resident flora is disturbed transient

microorganisms may colonize, proliferate, and produce disease. disease

Benefits
Prevent colonization by competing for attachment sites Prevent colonization by competing for essential nutrients Antagonize bacterial growth: Fatty acids, peroxides, bacteriocins

kill or inhibit nonindigenous species

Synthesize and excrete vitamins: vitamin K, vitamin B12 Stimulate development of certain tissues: Caecum and lymphatic

tissues ( (Peyers y patches) p ) in GI tract

Production of cross-reactive (natural) antibodies Influence immunology of gut-associated lymphatics

KOMENSALISME

HUBUNGAN SIMBIOTIK

Sintese vit K Sintese asam lemak Hambat kuman patogen

Pindah tempat Jumlah berlebihan Berubah sifat

INFEKSI suhu kelembaban pencahayaan kepadatan hygiene-sanitasi patogenitas virulensi invasivenes jumlah kuman

daya pertahanan d t h t tubuh b h non-spesifik ifik daya pertahanan tubuh spesifik

 Mikroorganisme 10

FLORA NORMAL KULIT 12

Diphtheroids (e (e.g. g corynebacteria like Corynebacterium diphtheria; Propionibacterium acnes) micrococci (Staphylococcus

epidermidis), p ) streptococci (either alpha ()or gamma ()hemolytic), and the enterococci. Besides bacteria the skin Yeast (like Candida) and fungi Nonpathogenic mycobacteria occur in areas rich in sebaceous secretions (genitalia, l external l ear).

Faktor Eliminasi
low pH fatty acids in sebaceous secretions Lysozyme Desinfektan Occlusive Dressing

PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
Pemeriksaan mikrobiologi adalah suatu pemeriksaan untuk

menegakkan diagnosis etiologik Pemeriksaan ini pada dasarnya berupa deteksi mikroorganisme dan diteruskan uji kepekaan antimikroba in vitro Kekurangan pemeriksaan mikrobiologi adalah karena membutuhkan waktu yang lama sebelum memberikan hasil karena beberapa mikroba pertumbuhannya lama contoh : M.tuberculosis yang y g membutuhkan waktu sampai p beberapa p minggu gg

DIAGNOSTIC CYCLE
Patien consults physician with sign /symptoms

Physician examines patient and makes a tentative diagnosis

Laboratory request

Specimen are directtly examined(microscopic ( p stains may be set up

Presumptive report

Specimens are processed. C lt media Culture di selected, l t d inoculated and incubated

After incubation, cultures are examined i d

Identification are examined

Final culture report is prepare and d sent tt to physian`s h i ` office, clinic, or hospital

INDONESIA

NOW ?

FUTURE MUST BE

Spesimen
Spesimen adalah bahan pemeriksaan yang diambil dari

tubuh penderita dapat berupa sekret, sekret darah, darah urin urin, feses feses, dll tergantung gejala klinik Kesalahan dalam pemilihan, pengambilan g ,dan pengiriman dapat memberikan hasil yang tidak sesuai Diperlukan kerjasama antara klinisi dan microbiologist

SAMPLING SITE
Body site that are normally sterile l Body site that have a normal commensal flora
Blood Bl d Cerebrospinal fluid Tissues

Mouth,nose, upper respiratory tract Skin Gastrointestinal tract Female genital trct Uretra

BASIC CONCEPTS OF SPECIMEN COLLECTION

Take the appropiate specimen (Spesimen harus representative artinya mewakili proses infeksinya) Sputum pada radang paru paru-paru, paru, cairan sinus untuk sinusitis, perhatikan juga patogenesis suatu penyakit karena suatu penyakit dapat diisolasi dari suatu tempat kemudian dalam perjalanannya dapat ditemukan ditempat lainnya , contoh Salmonella typhii, pada minggu pertama dapat ditemukan di darah dan pada minggu kedua dapat di ditemukan k di tinja i j Collect the specimen at the appropriate time (during the acute phase) Optimal times for specimen collection must be established

 If possible collect spesimen before patient receive antimicrobials

(Spesimen S i sedapat d mungkin ki diambil di bil sebelum b l pengobatan b anti i mikroba) Collect enough g material and an adequate q number of f sample p (j jumlah yang adekuat dari spesimen diperlukan agar cukup dilakukan pemeriksaan sesuai dengan prosedurnya)

 Avoid contamination (from normal flora or non sterile equipment)

(Cara C pengambilan bil harus h menggunakan k teknis k i aseptik) ik) Use the correct containers and appropriate transport media Label specimens properly
Name ID Source S Doctor Date/hour

 Complete request form with enough clinical information and

statement of possible etiology Talk to the microbiologist and inform the laboratory if special test are requared Transport specimens rapidly to the laboratory (Harus segera dikirim ke laboratorium untuk segera g diproses) p )

FLORA NORMAL MATA

Mata merupakan organ yang sebagian besar

lapisannya p y berupa p mukosa Flora normal pada mata memiliki peran sebagai pencegah kolonisasi kuman patogen dan kemungkinan terjadinya penyakit. Mekanisme pencegahan tersebut dilakukan melalui mekanisme interferensi.

FLORA NORMAL MATA

Bagian mata yang ditempati oleh mikroorganisme

adalah konjungtiva g Mikroorganisme yang dapat ditemukan adalah Corynebacterium xerosis, Staphylococcus epidermidis,Streptococcus d d non hemolitik, h l k Neisseria sicca, dan Moraxella Pemeriksaan air mata

Corynebacterium xerosis
Batang dengan kedua ujungnya membulat seperti bentuk halter, diujungnya terdapat granula metakromatik (Babes ernest) sebagai cadangan makanan makanan, tersusun seperti anyaman pagar atau kadang-kadang bergerombol seperti gambaran huruf cina atau membentuk huruf V, L, Y. Bersifat Gram positif Pewarnaan: Gram, Methylen blue, Neisser, Albert Patologi:: Difteri Spesimen: Swab tenggorok/mukosa hidung, mukosa vagina, kulit Media: Loeffler, Blood agar tellurite

Corynebacterium xerosis

Staphylococcus epidermidis
Bentuk bulat/sferis, ukuran 0,8-1 m, non motil, spora (-), tampak bergerombol seperti buah anggur, Gram (+) Pewarnaan: Gram dan pewarnaan sederhana (Methylen Blue, Air Fuchsin) Patologi: Pyogenic infection Spesimen: Pus, exudat, aspirasi trachea, cairan spinal, sputum Spesies : Spesies S. albus S citreus S. S. aureus : hemolitik (-), pigmen putih : hemolitik (-) (-), pigmen hijau : hemolitik (+), pigmen kuning emas

Staphylococcus epidermidis

Some Characteristics of pathogenic vs. non-pathogenic Staphylococcus strains

S. aureus Virulence can cause abscesses, boils, acne, impetigo, osteomyelitis, cystitis, pyelonephritis S. epidermidis generally avirulent, may cause skin lesions and endocarditis S. saprophyticus generally avirulent; implicated in urinary tract infections

Colony Hemolysis Dnase Coagulase Mannitol Fermentation

gold-yellow color (au) (beta) positive positive positive

white (gamma) negative negative negative

White (gamma) Negative Negative Negative

Streptococcus non hemolitik

Bentuk bulat/sferis, ukuran 0,5-1 m, non motil, non spora, tampak berderet seperti rantai, Gram (+) Pewarnaan: Gram dan pewarnaan sederhana Patologi: Pyogenic infection, demam rematik, endocarditis, faringitis Spesimen: Pus, swab tenggorok Spesies : Streptococcus viridans atau alpha hemolitik Streptococcus hemolitik atau beta hemolitik Streptococcus faecalis atau gama hemolitik

Streptococcus non hemolitik

Some Characteristics of pathogenic vs. nonpathogenic th i Streptococcus St t strains t i

Streptococcus pyogenes py g Virulence Streptococcus agalactiae g Streptococcus pneumoniae p pneumonia Enterococcus Faecalis urinary tract infections

tonsillitis, scarlet puerperal fever, fever, impetigo, meningitis, glomerulonephriti endocarditis s white (beta) inhibited by b bacitracin small white (beta) indigenous to vaginal l mucosa

Colony Hemolysis Other

white (alpha) bile sensitive optochin h sens.

Off white (alpha) or (gamma) bile resistant optochin h resist.

TERIMAKASIH