Вы находитесь на странице: 1из 5

http://jadungisboy.blogspot.com/2009/06/bahan-kuliah-logika.

html

BAHAN KULIAH LOGIKA


Pertemuan I Oleh: Iskandar Dzulkarnain, S.Th.I, M.Si Pengertian & Objek Logika 1. Pengertian Logika Filsafat tidak memberikan jawaban atas pemecahan berbagai persoalan filsafat dengan suatu jawaban yang dapat diuji kebenarannya dengan metode empiris atau yang dapat dibuktikan dengan pengujian-pengujian eksprimental. Pemecahan terhadap persoalan filsafat hanya dapat dilakukan melalui pemikiran yang sungguh-sungguh dan mendalam. Meskipun demikian, jawaban yang diajukan haruslah dengan perbincangan yang harus masuk akal. Dengan kata lain, keberlangsungan filsafat haruslah didukung dengan adanya penalaran (reasoning) dan perbincangan (argument). Semua tema ini dibicarakan dalam logika. Untuk memahami secara luas mengenai logika alangkah baiknya kalau kita menjelaskan tentang sejarah perkataan logika dari para filsuf dan ilmuwan. 2. Sejarah Perkataan Logika Perkataan logika diturunkan dari kata sifat logike, bahasa Yunani, yang berhubungan dengan kata benda logos, yang berarti fikiran atau perkataan sebagai pernyataan dari fikiran. Hal ini membuktikan bahwa ternyata ada hubungan yang erat antara fikiran dan perkataan yang merupakan pernyataan dalam bahasa. Nama logika untuk pertama kali muncul pada filsuf Cicero (abad I SM), tetapi dalam arti seni berdebat. Alexander Aphrodisias (sekitar permulaan abad 3 M) adalah orang pertama yang mempergunakan kata logika dalam arti ilmu yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita. Di samping kedua filsuf tersebut, Aristoteles pun telah berjasa besar dalam menemukan logika. Namun, Aristoteles belum memakai nama logika. Aristoteles memakai

nama analitika dan dialektika. Analitika untuk penyelidikan mengenai berbagai argumentasi

yang bertitik tolak dari putusan-putusan yang benar, sedangkandialektika untuk penyelidikan mengenai argumentasi-argumentasi yang bertitik tolak dari hipotesis atau putusan yang tidak pasti kebenarannya. Aristoteles membagi ilmu pengetahuan atas tiga bagian, yaitu ilmu pengetahuan praktis (praktike), ilmu pengetahuan produktif (poietike) dan ilmu pengetahuan teoritis (theoreitike). Ilmu pengetahuan produktif menyangkut pengetahuan yang sanggup menghasilkan suatu karya (teknik dan kesenian). Ilmu pengetahuan praktis meliputi etika dan politik. Sedangkan ilmu pengetahuan teoritis meliputi tiga bidang keilmuan, fisika, metematika, dan filsafat pertama. Logika tidak termasuk ilmu pengetahuan sendiri, tetapi mendahului ilmu pengetahuan sebagai persiapan untuk berfikir dengan cara ilmiyah. Setelah meninggalnya Aristoteles, naskah-naskah ajarannya mengenai penalaran, oleh para pengikutnya telah terhimpun menjadi satu. Himpunan tersebut oleh pengikut Aristoteles disebut dengan istilah Organon. Ajaran Aristoteles mengenai penalaran termuat dalam enam buah naskah, yaitu:

Categories, ini membahas mengenai cara menguraikan sesuatu objek dalam jenis-jenis pengertian umum

On Interpretation (tentang penafsiran), membahas mengenai komposisi dan hubungan dari keteranganketerangan sebagai satu fikiran. Dalam hal ini Aristoteles membahas segala sesuatu yang dikenal sebagai penyimpulan langsung dan bujur sangkar pertentangan

Prior Analyties (analitika yang lebih dahulu), memuat mengenai teori silogisme dalam ragam dan polapolanya

Posterior Analyties (analitika yang lebih dahulu), membicarakan mengenai pelaksanaan dan penerapan, penalaran silogisme dalam pembuktian ilmiyah sebagai materi dari silogisme

Topics (mengupas dialektika), dibahas mengenai persoalan tentang perbincangan berdasarkan premispremis yang boleh jadi benar

Sophistical Refutations (cara perbincangan kaum sofis), membahas mengenai sifat dasar dan penggolongan sesat fikir.

Di samping ajaran mengenai penalaran di atas, Aristoteles juga mengemukakan ajaran tentang pembagian pengetahuan rasional (episteme). Seluruh kumpulan pengetahuan rasional dibaginya ke dalam rincian seperti berikut:

Pengetahuan Rasional (Episteme)

Pengetahuan Praktis Pengetahuan Produktif Pengetahuan Teoritis

Ekonomi Etika Politik Matematika Fisika Filsafat Pertama Menurut Aristoteles, filsafat pertama adalah tentang peradaan sebagai peradaan. Pengetahuan teoritis jenis ini kemudian dikenal dengan nama metafisika. Dalam abad Pertengahan otoritas Aristoteles diakui sedemikian tingginya sehingga karya-karyanya mengenai logika kemudian diwajibkan untuk dipelajari dalam pendidikan untuk warga bebas. Dalam abad Pertengahan dikenal istilah Latin Ars yang pengertiannya meliputi usaha mencari pengetahuan, ilmu teoritis, dan ilmu praktis, serta seni kerjinan. Dengan meneruskan konsepsi klasik mengenai corak pendidikan yang dianggap cocok bagi warga bebas yang dilahirkan merdeka, yang dalam abad Pertengahan dikenal adanya Artes Liberalis yang logika termasuk di dalamnya. Studi ini meliputi tujuh macam pengetahuan yang oleh Martinus dibaginya menjadi dua kelompok yang kemudian dikenal sebagai Quadrivium dan Trivium. Sebagai tampak dalam skema ini:

Aritmetik Astronomi

Empat Serangkai (Quadrivium) Geometri Teori Musik

Studi Bebas Gramatika Tiga Serangkai (Trivium) Retorika Logika Jadi, kalau pada zaman Yunani kuno, logika oleh Aristoteles dianggap sebagai suatu jenis pengetahuan yang berkedudukan di luar semua jenis pengetahuan rasional, dalam abad Pertengahan logika telah mulai dianggap sebagai satu antara perbagai keilmuan. Dalam perkembangan selanjutnya, ternyata logika pada umumnya dipandang sebagai salah satu cabang filsafat. Ini terbukti dari pembagian filsafat yang banyak dilakukan para ahli filsafat yang selalu memasukkan logika termasuk ke dalam cabang filsafat. Berdasarkan tiga persoalan yang dimiliki filsafat (ontologism, epitemologis, dan aksiologi), maka logika termasuk salah satu cabang dari filsafat yang membahas mengenai pengetahuan atau kebenaran ditinjau dari segi bentuknya.

C. Objek Logika Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti memiliki objek yang dibedakan menjadi dua, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Boleh juga objek material adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu. Objek material mencakup apa saja, baik yang konkret ataupun yang abstrak. Sedangkan objek formal yaitu sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu atau dari sudut dari mana objek material itu disorot. Objek formal suatu ilmu tidak hanya memberi keutuhan ilmu, tetapi pada saat yang sama membedakannya dari bidang-bidang lain. Satu objek material dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang sehingga menimbulkan ilmu yang berbeda-beda. Misalnya, objek materialnya adalah manusia dan manusia ini ditinjau dari sudut pandang yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi, dan lain sebagainya. Lapangan dalam logika adalah asas-asas yang menentukan pemikiran yang lurus, tepat, dan sehat. Agar dapat berfikir lurus, tetapt, dan teratur, logika menyelidik, merumuskan serta menerapkan hukum-hukum yang harus ditepati. Dengan demikian, objek material logika adalah berfikir. Yang dimaksudkan berfikir adalah kegiatan pola pemikiran dan akal budi manusia. Dengan berfikir manusia mengolah dan mengerjakan pengetahuan yang diperolehnya. Dengan mengolah dan mengerjakannya ini terjadi dengan mempertimbangkan, menguraikan, membandingkan serta menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian lainnya. Dalam logika berfikir dipandang dari sudut kelurusan dan ketepatannya. Oleh karena itu, berfikir lurus dan tepat merupakan objek formal logika.

Вам также может понравиться