Вы находитесь на странице: 1из 28

BAB V BEA DAN PUNGUTAN NEGARA DALAM RANGKA EKSPOR IMPOR

Tujuan pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, pembaca akan dapat: Memahami jenis-jenis bea masuk yang dapat dikenakan terhadap barang impor Memahami tata cara perhitungan pungutan negara dalam rangka ekspor impor, diantaranya bea masuk, cukai, bea keluar, pungutan ekspor, PPN, PPnBM, dan PPh Menjelaskan prosedur penyetoran pungutan negara tersebut atau jaminannya Mengetahui berbagai fasilitas kepabeanan terkait pembebasan, keringanan dan tidak dipungutnya bea masuk Mengetahui fasilitas kepabeanan terkait pembebasan bea keluar

5.1. Jenis-jenis Bea Masuk


UU Kepabeanan menyebutkan adanya lima jenis bea masuk yang dapat dikenakan terhadap barang impor. Kelima jenis bea masuk tersebut adalah bea masuk (saja), bea masuk anti dumping, bea masuk imbalan, bea masuk tindakan pengaman (safeguard), dan bea masuk pembalasan.

1) Bea Masuk Sesuai pasal 12 UU Kepabeanan yang meratifikasi ketentuan WTO, tarif bea masuk barang impor maksimal empat puluh persen dari nilai pabean. Dengan tetap memperhatikan kemampuan daya saing industri dalam negeri, kebijaksanaan pemerintah Indonesia di bidang tarif diarahkan untuk menurunkan tingkat tarif yang ada dengan tujuan: melindungi konsumen dalam negeri; meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasaran internasional; dan

109

mengurangi hambatan dalam perdagangan internasional dalam rangka mendukung terciptanya perdagangan bebas.

Ketentuan maksimum sebesar 40% di atas diberlakukan untuk semua barang kecuali: a. barang impor hasil pertanian tertentu. Contoh: beras. b. barang impor termasuk dalam daftar eksklusif. Contoh: daging babi, daging kambing. Namun, dalam jangka waktu tertentu tarif atas produk tersebut akan diturunkan; c. barang impor yang dikenakan tarif Bea Masuk berdasarkan perjanjian atau kesepakatan internasional yang dilakukan Pemerintah Republik Indonesia dengan pemerintah negara lain atau beberapa negara lain, misalnya Bea Masuk berdasarkan Common Effective Preferential Tarif untuk Asean Free Trade Area (CEPT for AFTA). d. barang impor bawaan penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, atau barang kiriman melalui pos atau jasa titipan. Dalam rangka mempermudah dan mempercepat penyelesaian impor barang bawaan penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman melalui pos atau jasa titipan, dapat dikenakan Bea Masuk berdasarkan tarif yang berbeda, misalnya dengan pengenaan tarif rata-rata. Ketentuan ini perlu, mengingat barang-barang yang dibawa oleh para penumpang, awak sarana pengangkut, dan pelintas batas pada umumnya terdiri dari beberapa jenis. e. barang impor yang berasal dari negara yang memperlakukan barang ekspor Indonesia secara diskriminatif. Dalam hal barang ekspor Indonesia diperlakukan secara tidak wajar oleh suatu negara misalnya dengan pembatasan, larangan, atau pengenaan tambahan Bea Masuk, barang-barang dari negara yang bersangkutan dapat dikenakan tarif yang besarnya berbeda dan dapat melebihi 40%.

2) Bea Masuk Anti Dumping Bea Masuk Anti Dumping dikenakan terhadap barang impor yang harga ekspor dari barang tersebut lebih rendah dari nilai normalnya dan impor barang tersebut: menyebabkan kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut; mengancam terjadinya kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut; dan

110

menghalangi pengembangan industri barang sejenis di dalam negeri.

Yang dimaksud dengan "harga ekspor" adalah harga yang sebenarnya dibayar atau akan dibayar untuk barang yang diekspor ke Daerah Pabean Indonesia. Dalam hal diketahui adanya hubungan antara importir dan eksportir atau pihak ketiga, atau karena alasan tertentu harga ekspor diragukan kebenarannya, harga ekspor ditetapkan berdasarkan: harga dari barang impor dimaksud yang dijual kembali untuk pertama kali kepada pembeli yang bebas; atau harga yang wajar, dalam hal tidak terdapat penjualan kembali kepada pembeli yang bebas atau tidak dijual kembali dalam kondisi seperti pada waktu diimpor.

Yang dimaksud dengan "nilai normal" adalah harga yang sebenarnya dibayar atau akan dibayar untuk barang sejenis dalam perdagangan pada umumnya di pasar domestik negara pengekspor untuk tujuan konsumsi. Dalam hal tidak terdapat barang sejenis yang dijual di pasar domestik negara pengekspor atau volume penjualan di pasar domestik negara pengekspor relatif kecil sehingga tidak dapat digunakan sebagai pembanding, nilai normal ditetapkan berdasarkan: harga tinggi barang sejenis yang diekspor ke negara ketiga; atau harga yang dibentuk dari penjumlahan biaya produksi, biaya administrasi, biaya penjualan, dan laba yang wajar (constructed value).

Bea Masuk Antidumping dikenakan terhadap barang impor yang memenuhi kriteria tersebut diatas setinggi-tingginya sebesar selisih antara nilai normal dengan harga ekspor dari barang tersebut dan merupakan tambahan dari Bea Masuk yang dipungut. Contoh kasus pengenaan bea masuk anti dumping: Selama tahun 2008 2013, pemerintah memberlakukan Bea Masuk Anti-Dumping atas impor baja jenis Hot Rolled Coil (HRC) dari lima negara. Pos Tarif yang dikenai adalah 7208.10; 7208.25; 7208.26; 7208.27; 7208.36; 7208.37; 7208.38; 7208.39 dan 7208.90. Impor HRC dari India dikenakan Bea Masuk Anti-Dumping antara 12,95-56,51 persen, impor dari Rusia dikenakan Bea Masuk Anti-Dumping antara 5,58-49,47 persen, impor dari Taiwan dikenakan Bea Masuk Anti-

111

Dumping antara 037,02 persen, dan impor dari Thailand dikenakan Bea Masuk Anti Dumping antara 7,52-27,44 persen.

3) Bea Masuk Imbalan Bea Masuk Imbalan dikenakan terhadap barang impor apabila ditemukan adanya subsidi1 yang diberikan di negara pengekspor terhadap barang tersebut dan impor barang tersebut: menyebabkan kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut; mengancam terjadinya kerugian terhadap industri dalam negeri yang memproduksi barang sejenis dengan barang tersebut; atau menghalangi pengembangan industri barang sejenis di dalam negeri.

Bea Masuk Imbalan merupakan tambahan dari Bea Masuk yang dipungut, dikenakan terhadap barang impor yang memenuhi kriteria di atas setinggi-tingginya sebesar selisih antara subsidi dengan: biaya permohonan, tanggungan atau pungutan lain yang dikeluarkan untuk memperoleh subsidi; dan/atau pungutan yang dikenakan pada saat ekspor untuk mengganti subsidi yang diberikan kepada barang ekspor tersebut.

Bea masuk anti dumping dan bea masuk imbalan ditetapkan oleh peraturan menteri keuangan berdasarkan hasil penyelidikan Komite Anti Dumping Indonesia (KADI). Penyelidikan yang dilakukan KADI dilaksanakan atas prakarsa sendiri atau permohonan industri dalam negeri yang merasa dirugikan. Penyelidikan dihentikan apabila: a. Marjin Dumping kurang dari 2% dari harga ekspor (de minimis); b. Subsidi Neto kurang dari 1% dari harga ekspor (de minimis);

Yang dimaksud dengan "subsidi" adalah: a. Setiap bantuan keuangan yang diberikan oleh pemerintah atau badan-badan Pemerintah baik langsung maupun tidak langsung kepada perusahaan, industri, kelompok industri, atau eksportir; atau b. setiap bentuk dukungan terhadap pendapatan atau harga yang diberikan secara langsung atau tidak langsung untuk meningkatkan Ekspor atau menurunkan Impor dari atau ke negara yang bersangkutan.

112

c. Kerugian sangat kecil sehingga dapat diabaikan; atau d. volume impor barang yang diselidiki berasal dari satu negara kurang dari 3% dari total impor Barang Sejenis, kecuali jika barang tersebut diimpor dari beberapa negara yang masing-masing volume impornya kurang dari 3%, yang apabila dikumpulkan, jumlahnya melebihi 7% dari total impor Barang Sejenis. Contoh pengenaan bea masuk imbalan (BMI): Pada tahun 2010, Komisi Perdagangan Internasional Amerika Serikal (USITC) menetapkan bea masuk imbalan (BMI) sementara terhadap produk kertas berlapis atau certain coated paper asal Indonesia sebesar 17,48%. Pengenaan BMI sementara tersebut menyusul tuduhan praktik subsidi terhadap produk kertas asal Indonesia. Kasus itu bermula dari petisi yang diajukan oleh industri kertas AS yakni Appleton Coated LLC, New Page Corporation, Sappi-Fine Paper, dan sejumlah serikat pekerja The United Steelworkers of America kepada US Department of Commerce (US-DOC) dan US International Trade Commission (US-ITC). Selain Indonesia, petisi juga dilayangkan kepada China. 4) Bea Masuk Tindakan Pengaman Yang dimaksud dengan bea masuk tindakan pengaman (safeguard) yaitu bea masuk yang dipungut sebagai akibat tindakan yang diambil pemerintah untuk memulihkan kerugian serius2 dan/atau mencegah ancaman kerugian serius terhadap industri dalam negeri sebagai akibat lonjakan impor barang sejenis atau barang yang secara langsung merupakan saingan hasil industri dalam negeri dengan tujuan agar industri dalam negeri yang mengalami kerugian serius dan/atau ancaman kerugian serius tersebut dapat melakukan penyesuaian struktural. Contoh: bea masuk tindakan pengaman yang dikenakan terhadap impor table ware dari negara-negara tertentu.

Dalam hal tindakan pengaman telah ditetapkan dalam bentuk kuota (pembatasan impor), maka bea masuk tindakan pengaman tidak harus dikenakan. Bea masuk tindakan pengaman paling tinggi sebesar jumlah yang dibutuhkan untuk mengatasi kerugian serius atau

Yang dimaksud kerugian serius adalah kerugian nyata yang diderita oleh industri dalam negeri. Kerugian tersebut harus didasarkan pada fakta-fakta, bukan berdasarkan tuduhan, dugaan atau perkiraan.

113

mencegah ancaman kerugian serius terhadap industri di dalam negeri. Bea masuk tindakan pengaman merupakan tambahan bea masuk yang dipungut.

5) Bea Masuk Pembalasan Bea masuk pembalasan dikenakan terhadap barang impor yang berasal dari negara yang memperlakukan barang ekspor secara diskrimatif dan tidak wajar misalnya pembatasan, larangan atau pengenaan tambahan bea masuk. Bea masuk pembalasan ditambahkan pada bea masuk yang dipungut berdasarkan pasal 12 ayat (1) UU Kepabeanan.

5.2. Perhitungan Pungutan Negara Dalam Rangka Impor


5.2.1 Dasar Perhitungan
Dalam menghitung semua pungutan negara dalam rangka ekspor impor, DJBC menggunakan kurs atau Nilai Dasar Penghitungan Bea Masuk (NDPBM) yang ditetapkan mingguan sesuai Keputusan Menteri Keuangan (www.beacukai.go.id). Penetapan NDPBM dilakukan pada saat dilakukan pembayaran atau diserahkan jaminan BM, cukai dan PDRI (Pajak Dalam Rangka Impor) apabila PIB bayar atau jaminan. Dalam hal PIB bebas, NDPBM ditetapkan pada saat PIB mendapat nomor pendaftaran di kantor pabean; sedangkan dalam hal pembayaran berkala, pada saat PIB mendapat nomor pendaftaran di kantor pabean. Jika jenis valuta asing tidak ditetapkan keputusan menteri, NDPBM yang digunakan adalah konversi valuta asing tersebut dengan salah satu valuta asing yang tertera dalam KMK NDPBM.

Penetapan klasifikasi dan pembebanan bea masuk atas barang impor berpedoman pada Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI). Penetapan klasifikasi dan pembebanan barang impor didasarkan pada ketentuan yang berlaku pada saat PIB mendapat nomor pendaftaran di kantor pabean. Besarnya tarif BM ditetapkan oleh Menteri Keuangan berdasarkan usulan tim teknis tarif bea masuk dan pungutan ekspor (beranggotakan instansi/departemen teknis terkait).

114

Term of payment barang impor harus dinyatakan dalam kondisi cost, insurance, freight (CIF). Jika kondisinya C&F dan importir tidak dapat menunjukkan bukti penutupan asuransi, maka besarnya insurance adalah 0,5% dari C&F. Jika kondisi yang dinyatakan dalam invoice adalah FOB (Freight on Board) dan importir tidak dapat menunjukkan besarnya biaya pengangkutan dan bukti penutupan asuransi, maka biaya freight akan ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk transportasi udara berdasarkan tarif IATA (International Air Transport Association) b. Untuk transportasi laut 15% FOB untuk barang dari Eropa, Amerika, dan Afrika; 10% FOB untuk barang dari Asia-non- Asean dan Australia; 5% FOB untuk barang dari negara Asean.

Nilai pabean yang menjadi dasar penghitungan BM, cukai, dan PDRI dinyatakan dalam rupiah sebagai hasil perkalian NDPBM dengan CIF dalam valuta asing. Penetapan nilai pabean didasarkan pada ketentuan yang berlaku pada saat PIB mendapat nomor pendaftaran. Nilai pabean dibulatkan dalam rupiah penuh dengan cara menghilangkan bagian dari satuan rupiah.

Contoh : Satu unit Canon EOS3 camera harga invoice CIF USD 1,200.00. NDPBM per 11-082008/17-08-2008 USD= Rp. 9.096,80. PIB mendapat nomor pendaftaran: 15-08-2008. Dasar perhitungan bea masuk adalah nilai CIF = nilai pabean = Rp. 1,200.00 x 9.096,80 = Rp. 10.916.160.

5.2.2. Perhitungan Bea Masuk


Menurut UU Kepabeanan Ps. 12, barang impor dipungut bea masuk berdasarkan tarif setinggi-tingginya empat puluh persen dari nilai pabean untuk perhitungan bea masuk. Sedangkan bea masuk yang harus dibayar adalah:

115

a. Hasil perkalian nilai pabean dengan persentase (%) tarif pembebanan bea masuk (tarif advalorum) b. Hasil perkalian jumlah satuan barang dengan tarif persatuan yang ditetapkan (tarif spesifik) Contoh: 1. HS Camera Digital : 8525.80.20.19 BM=10%; PPN=10%, PPnBM=10%, BM = 10% X Rp. 10.916.160 = Rp. 1.091.616 2. Perum BULOG mengimpor Beras 1.000 Ton. HS Beras 1006.20.90.00; BM= Rp. 450/KG. BM = Rp. 1.000.000 X 450 = Rp. 450.000.000 pembebanan bea masuk

5.2.3. Perhitungan Cukai Impor


Untuk dapat melaksanakan impor barang kena cukai (BKC), importir harus memiliki izin berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai. Menurut UU No. 39 Tahun 2007, BKC adalah barang-barang tertentu yang mempunyai sifat: a. konsumsinya perlu dikendalikan; b. peredarannya perlu diawasi; c. pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau

lingkungan hidup; atau d. pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan3.

Apabila BKC berupa hasil tembakau, tarif cukai maksimal 275% dari Harga Dasar apabila Harga Dasar yang digunakan adalah harga jual pabrik4 jika dibuat di dalam negeri atau Harga Dasar adalah Nilai Pabean ditambah Bea Masuk jika BKC tersebut diimpor; atau maksimal 57% dari Harga Dasar apabila Harga Dasar yang digunakan adalah Harga Jual

Pungutan cukai dapat dikenakan terhadap barang yang dikategorikan sebagai barang mewah dan/atau bernilai tinggi, namun bukan merupakan kebutuhan pokok, sehingga tetap terjaga keseimbangan pembebanan pungutan antara konsumen yang berpenghasilan tinggi dengan konsumen yang berpenghasilan rendah. 4 Harga jual pabrik adalah harga penyerahan pabrik kepada penyalur atau konsumen yang di dalamnya belum termasuk cukai.

116

Eceran (HJE)5. Untuk BKC selain hasil tembakau, tarif cukai maksimal 1.150% dari Harga Dasar apabila Harga Dasar yang digunakan adalah harga jual pabrik jika dibuat di dalam negeri atau Harga Dasar adalah Nilai Pabean ditambah Bea Masuk jika BKC tersebut diimpor; atau maksimal 80% dari Harga Dasar apabila Harga Dasar yang digunakan adalah Harga Jual Eceran (HJE).
Harga dasar = Nilai Pabean + BM = Harga jual pabrik dalam negeri BKC Hasil Tembakau Harga Dasar = Harga Jual Eceran Tarif Cukai (Advalorum) Harga dasar = Nilai Pabean + BM = Harga jual pabrik dalam negeri BKC Selain Hasil Tembakau Harga Dasar = Harga Jual Eceran Maksimal 80% Maksimal 1.150% Maksimal 57%

Maksimal 275%

Gambar 20.Skema Tarif Cukai (Advalorum)

Tarif cukai selain berbentuk tarif advalorum (persentase dari harga dasar), juga berupa tarif spesifik (jumlah dalam rupiah untuk setiap satuan Barang Kena Cukai) atau penggabungan kedua sistem tarif di atas. Apabila BKC tersebut termasuk barang impor, cukai yang harus dibayar adalah: a. Hasil perkalian harga dasar (jumlah nilai pabean dan bea masuk) dengan tarif cukai; b. Hasil perkalian harga jual eceran barang kena cukai (BKC) dengan tarif cukai ; atau c. Hasil perkalian jumlah BKC dengan tarif cukai

Contoh perhitungan cukai: 1. Importir A mengimpor 1.000.000 kemasan rokok dari Amerika dengan merk Mariboros. Nomor HS untuk tembakau rokok yang akan dijual eceran ini adalah 2403.10.11.00, sehingga ditetapkan tarif BM 15%, tarif BM CEPT 5%, dan tarif PPN

HJE adalah harga penyerahan kepada konsumen akhir yang di dalamnya sudah termasuk Cukai dan PPN

117

10%. Nilai CIF sebesar $50.000, NDPBM yang berlaku adalah Rp. 9000/USD. A juga memberitahukan bahwa HJE rokok yang diimpornya akan ditetapkan sebesar Rp.8.100, isi kemasan 12 batang. Untuk menghitung cukai yang harus dibayar oleh A, perlu diketahui HJE/batang sebagai dasar klasifikasi penetapan tarif cukai menurut 190/PMK.011/2010 yang berlaku mulai 1 Januari 2011.

Besarnya HJE / batang tersebut berada dalam batasan harga jual eceran per batang atau gram golongan I layer I dengan rentang harga jual lebih dari Rp.660 per batang, maka penetapan tarif cukainya adalah Rp. 325/batang. Sehingga bea masuk dan cukai yang harus dibayar A adalah: BM = 50.000 x 9000 x 15% = Rp. 67.500.000

Cukai = 325 x 1000.000 x 12 = Rp. 3.900.000.000 Nilai Pabean = CIF = Rp. 450.000.000

Nilai impor = Nilai Pabean + BM + Cukai = Rp. 4.417.500.000. Nilai impor akan dibahas pada bagian berikutnya sebagai dasar perhitungan PPN. Cukai dihitung dengan harga dasar HJE sesuai dengan ketentuan 190/PMK.011/2010.

2. Importir Panca Niaga/PPI mengimpor Etil Alkohol merk Brendy, HS: 2208.20.20.00 dengan kadar etil alkohol lebih dari 46%, sebanyak 200.000 botol @ 660ml. Harga CIF seluruhnya USD.100.000,-. Kurs yang berlaku pada saat impor adalah Rp.9.450,- per USD, tarif Cukai Rp. 50.000,-/liter, Bea Masuk 150%, PPN 10%, PPnBM 75% dan PPh Pasal 22. 2,5%. Maka penghitungannya kewajiban bea masuk dan cukainya adalah: BM = 150% X 100.000,- X Rp. 9.450,- = Rp.1.417.500.000,Cukai = 200.000 X 0,66 liter X Rp. 50.000,- = Rp.6.600.000.000,Nilai Pabean = CIF= USD 100.000,- X Rp.9.450,- = Rp. 945.000.000,Nilai impor = Nilai Pabean + BM + Cukai = Rp. 8.962.500.000. Nilai impor akan dibahas pada bagian berikutnya sebagai dasar perhitungan PPN. Cukai dihitung menggunakan tarif spesifik.

118

Cukai atas barang kena cukai yang diimpor dilunasi pada saat barang kena cukai diimpor untuk dipakai. Cara pelunasan cukai dilaksanakan dengan: a) pembayaran; b) pelekatan pita cukai; atau c) pembubuhan tanda pelunasan cukai lainnya.

Apabila importir tidak mampu melunasi cukai sebelum dipakai, importir dapat melakukan penundaan pembayaran cukai selama maksimal 60 (enam puluh) hari sejak tanggal pemesanan pita cukai. Untuk mendapat penundaan tersebut, importir barang kena cukai wajib menyerahkan jaminan. Jika importir barang tidak membayar cukai sampai dengan jatuh tempo penundaan, ia wajib membayar cukai yang terutang dan dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 10% (sepuluh persen) dari nilai cukai yang terutang.

Cukai dibebaskan atas barang kena cukai yang dibawa oleh penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas atau kiriman dari luar negeri dalam jumlah yang ditentukan. Cukai impor juga tidak dipungut apabila diangkut terus atau diangkut lanjut dengan tujuan luar daerah pabean serta telah musnah atau rusak sebelum diberikan persetujuan impor untuk dipakai.

5.2.4. Perhitungan Pajak Dalam Rangka Impor


Yang termasuk Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) adalah PPN, PPnBM, dan PPh Pasal 22. PDRI yang harus dibayar adalah hasil perkalian persentase (%) tarif PPN, PPnBM, PPh Pasal 22 Impor dengan hasil penjumlahan nilai bea masuk serta cukai yang benar-benar dibayar atau sering disebut juga nilai impor.

PPN, PPnBM, PPh Pasal 22 = Tarif X (Nilai Pabean + BM Dan Cukai)

Contoh perhitungan PDRI (lihat contoh perhitungan cukai sebelumnya): 1. Importir A mengimpor 1.000.000 kemasan rokok dari Amerika dengan merk Mariboros. Nomor HS untuk tembakau rokok yang akan dijual eceran ini adalah 2403.10.11.00, sehingga ditetapkan tarif BM 15%, tarif BM CEPT 5%, dan tarif PPN 10%. Nilai CIF sebesar $10.000, NDPBM yang berlaku adalah Rp. 9000/USD. A juga

119

memberitahukan bahwa HJE rokok yang diimpornya akan ditetapkan sebesar Rp.8.100, isi kemasan 12 batang. Maka PDRI yang harus dibayar adalah: BM = 50.000 x 9000 x 15% = Rp. 67.500.000

Cukai = 325 x 1000.000 x 12 = Rp. 3.900.000.000 Nilai Pabean = CIF = Rp. 450.000.000

Nilai impor = Nilai Pabean + BM + Cukai = Rp. 4.417.500.000. PPN = 10% x 4.417.500.000 = 441.750.000,PPh Ps 21 impor (karena tidak memiliki API) = 7,5% x 4.417.500.000 = 331.312.500,Sehingga total pungutan negara dalam rangka impor adalah: BM + Cukai + PPN + PPnBM + PPh = 4.740.562.500,Total harga beli ditambah biaya importasi = 5.190.562.500,Total nilai penjualan apabila semua rokok impor terjual = 1000.000 x 8.100 = 8.100.000.000,Sehingga laba yang dapat diperoleh importir adalah Rp. 2.909.437.500,-

2. Importir Panca Niaga/PPI mengimpor Etil Alkohol merk Brendy, HS: 2208.20.20.00 dengan kadar etil alkohol lebih dari 46%, sebanyak 200.000 botol @ 660ml. Harga CIF seluruhnya USD.100.000,-. Kurs yang berlaku pada saat impor adalah Rp.9.450,- per USD, tarif Cukai Rp. 50.000,-/liter, Bea Masuk 150%, PPN 10%, PPnBM 75% dan PPh Pasal 22. 2,5% Maka penghitungan PDRI yang wajib dibayar adalah: BM = 150% X 100.000,- X Rp. 9.450,Cukai = 200.000 X 0,66 liter X Rp. 50.000,= Rp.1.417.500.000,= Rp.6.600.000.000,-

Nilai Pabean = CIF= USD 100.000,- X Rp.9.450,- = Rp. 945.000.000,Nilai impor = Nilai Pabean + BM + Cukai PPN = 10% x 8.962.500.000 PPnBM = 75% x 8.962.500.000 = Rp.8.962.500.000,= Rp. 896.250.000,= Rp.6.721.875.000,-

PPh Ps 21 impor (karena memiliki API) = 2,5% x 8.962.500.000 = 224.062.500,Sehingga total pungutan negara dalam rangka impor adalah: BM + Cukai + PPN + PPnBM + PPh = 15.859.687.500. Total harga beli ditambah biaya importasi = 16.804.687.500,-

120

Total nilai penjualan apabila semua Brendy impor terjual dengan harga Rp. 100.000/botol = 200.000 x Rp. 100.000 = Rp. 20.000.000.000,Sehingga laba yang dapat diperoleh importir adalah Rp. 3.195.312.500,-

3. Dengan PIB No. 033327 tanggal 5 Juli 2007, PT Acakadut (mempunyai API) di Jakarta mengimpor barang sbb: Jenis barang: microscope, type XSP-12 Negara asal : Cina Jumlah : 466 sets Harga FOB: USD 12,5/set Freight : USD 525 Asuransi : polis tidak dilampirkan pada PIB Pos tarif BTBMI: 9018.19.0000 (BM=5%, PPN=10%) NDPBM : USD1 = Rp. 9.064 Besarnya pungutan negara wajib bayar adalah: CNF = FOB + Freight = 12,5 x 466 + 525 = USD 6350 CIF = FOB + Freight + Insurance (0,5% dari CNF) = 6350 + 31,75 = 6381,75 Nilai Pabean = CIF x NDPBM = 6381,75 x 9064 = Rp. 57.844.182 Bea Masuk = Nilai Pabean x Tarif BM = 57.844.182 x 5% = 2.892.209 Nilai Impor = Nilai Pabean + Bea Masuk + Cukai (jika ada) = 57.844.182 + 2.892.209 = 60.736.391 PPN = Tarif PPN x Nilai Impor = 10% x 60.736.391 = 6.073.639 PPh = 2,5% x Nilai Impor = 1.518.410 Sehingga, total setoran bea masuk dan pajak dalam rangka impor adalah = 2.892.209 + 6.073.639 + 1.518.410 = 10.484.258

4. Importir Megamall mengimpor 1 (satu) party guci keramik, made in China dengan harga FOB: HKD 4.500. Freight dibayar sebesar HKD 500. Asuransi ditutup di Indonesia dengan nilai Rp. 600.000. Data lainnya: pos tarif BTBMI 6914.10.0000 (BM 5% dan PPN 10%), NDPBM: HKD= 1.270. Besarnya PPh wajib dibayar importir yang tidak memiliki API ini adalah:

121

CIF = FOB + Freight + Insurance (Asuransi yang ditutup di Indonesia tidak menambah nilai pabean) = 4500 + 500 = HKD 5000 Nilai Pabean = 5000 x 1270 = 6.350.000 Nilai Impor = Nilai Pabean + Bea Masuk = 6.350.000 + (5% x 6.350.000) = 6.667.500 PPh = 7,5% x Nilai Impor = Rp. 500.062,5 (Tarif PPh bagi subyek pajak yang tidak memiliki API adalah 7,5%, sedangkan bagi yang memiliki API 2,5%)

5.3. Pungutan Negara Dalam Rangka Ekspor


5.3.1. Bea Keluar dan Pungutan Ekspor
Sejak keluarnya PP No. 22/1997 tentang Jenis dan Pungutan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) berdasarkan UU No. 20 Tahun 1997 tentang PNBP, pungutan atas barang ekspor tertentu dikenal dengan istilah pungutan ekspor. Aturan teknis mengenai jenis barang tertentu yang dikenai pungutan ekspor dan tarifnya kemudian dijelaskan lebih lanjut melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2005 Tentang Pungutan Ekspor Atas Barang Ekspor Tertentu dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.02/2005 Tentang Penetapan Jenis Barang Ekspor Tertentu Dan Besaran Tarif Pungutan Ekspor.

Karena pungutan ekspor dikumpulkan dalam pos PNBP melalui departemen keuangan, maka pengelolaan pungutan ekspor akan masuk ke APBN atau sebagiannya dapat digunakan untuk kegiatan tertentu yang termasuk penelitian, pelayanan kesehatan, pendidikan, penegakan hukum, pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual tertentu, dan pelestarian sumber daya alam. Dana yang terkumpul dari pungutan ekspor tidak dapat digunakan untuk meningkatkan layanan langsung kepada eksportir yang menyetorkan pungutan ekspor. Selain itu, penggolongan pungutan ekspor ke dalam PNBP dinilai kurang tepat karena tidak memenuhi salah satu dari tujuh jenis PNBP yang disebutkan UU PNBP.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan, istilah pungutan ekspor ini diubah menjadi Bea Keluar sehingga mempunyai kekuatan hukum yang lebih tinggi. Untuk mengatur lebih teknis lagi, pemerintah mengeluarkan PP Nomor 55 Tahun 2008 Tentang Pengenaan Bea Keluar Terhadap Barang Ekspor dan Peraturan

122

Menteri Keuangan Nomor 67/PMK.011/2010 Tentang Penetapan Barang Ekspor Yang Dikenakan Bea Keluar Dan Tarif Bea Keluar. Perubahan nama juga berimplikasi pada mekanisme pemungutan yang dikelola Ditjen Bea dan Cukai.

Barang yang dikenakan bea keluar meliputi: kelapa sawit, CPO (crude palm oil) dan produk turunannnya; rotan (HS: 1401.20); kayu; kakao; kulit; dan barang lain yang ditetapkan. Penetapan sebagai barang ekspor tertentu dilakukan oleh menteri keuangan setelah mendapat pertimbangan dan/atau usul menteri perdagangan dan/atau menteri teknis terkait lainnya.

Pada prinsipnya, pengenaan bea keluar dimaksudkan untuk melindungi kepentingan nasional, bukan untuk membebani daya saing komoditi ekspor di pasar internasional. Tujuan pengenaan bea keluar: 1. Kepentingan fiskal (keuangan negara) 2. Pengaturan (regulasi) Perlindungan kelestarian komoditi tertentu/sumber daya alam Indonesia Perlindungan industri dalam negeri Stabilitas harga dalam negeri Mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditi ekspor tertentu di pasaran internasional Menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri

5.3.2. Perhitungan Bea Keluar dan Pungutan Ekspor


Cara menghitung pungutan ekspor ada dua cara, tergantung penggunaan tarifnya, yaitu tarif advalorum atau tarif spesifik: 1. Advalorum BK = tarif bea keluar x harga patokan ekspor x jumlah satuan barang x kurs 2. Spesifik BK = tarif bea keluar x jumlah satuan barang x kurs

123

Harga patokan ekspor (HPE) adalah harga patokan ekspor yang ditetapkan oleh Menteri Perdagangan setelah berkoordinasi dengan menteri/kepala lembaga pemerintah non departemen/kepala badan teknis terkait secara periodik (biasanya bulanan) untuk menghitung bea keluar. Jika HPE periode berikutnya belum ditetapkan oleh Menteri, berlaku ketentuan HPE periode sebelumnya. Jika terdapat barang ekspor yang tidak ada HPE-nya maka digunakan nilai FOB yang diberitahukan di dalam dokumen PEB sebagai dasar penghitungan. Tarif BK ditetapkan paling tinggi 60%.

Tarif bea keluar dapat diterapkan tunggal atau progresif tergantung harga referensi. Untuk

Kelapa Sawit, CPO, dan produk turunannya, harga referensi yang digunakan adalah harga rata-rata internasional yaitu harga rata-rata CPO CIF Rotterdam. Untuk Biji Kakao harga referensinya adalah harga rata-rata CIF New York Board of Trade (NYBOT), NewYork. Jika eksportir salah memberitahukan jumlah dan/atau jenis barang
sehingga mengakibatkan kurang bayar Bea Keluar, eksportir dikenakan sanksi administrasi berupa denda paling sedikit 100% (seratus persen) dari Bea Keluar yang kurang dibayar dan paling banyak 1000% (seribu persen) dari Bea Keluar yang kurang dibayar.

Hampir semua barang bebas diekspor, kecuali yang termasuk dalam kategori larangan/pembatasan ekspor. Ada tiga kategori barang yang termasuk larangan/pembatasan selain barang bebas, yaitu: Barang yang diatur tata niaga ekspornya yaitu ekspornya hanya dapat dilakukan oleh eksportir terdaftar Barang yang diawasi ekspornya dimana ekspornya hanya dapat dilakukan dengan persetujuan menteri perdagangan Barang yang dilarang ekspornya berarti tidak boleh diekspor

Untuk melakukan pembayaran bea keluar, dokumen dasar pembayarannya adalah PEB (untuk Daerah Pabean selain Kawasan Perdagangan Bebas) atau PPFTZ (Pemberitahuan Pabean Free Trade Zone dokumen pemberitahuan pabean untuk kawasan perdagangan bebas). Bea keluar wajib dibayarkan paling lambat pada saat PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) didaftarkan secara tunai dalam rupiah dan disetor ke kas negara melalui bank

124

devisa persepsi, kantor pos persepsi, ataupun kantor bea cukai. Setelah dibayarkan, maka bukti pembayaran yang harus disimpan eksportir adalah STBS (Surat Tanda Bukti Setor).

Contoh soal: Eksportir PT Cumi mengekspor 120 mt CPO dengan harga yang diberitahukan FOB USD1100/mt. Harga patokan ekspor yang berlaku adalah USD 1.082/mt. Besarnya tarif bea keluar untuk barang yang dimaksud adalah 15%. Kurs pajak yang berlaku adalah USD 1 = Rp. 9100. Besarnya bea keluar yang wajib dibayar PT Cumi adalah: BK =15% x 1082 x 120 x 9100 = Rp. 177.231.600 (Meskipun FOB lebih tinggi daripada HPE, namun perhitungan BK tetap menggunakan HPE, selama HPE untuk komoditi tersebut telah diatur).

5.4. Penyetoran dan Jaminan


Tempat pembayaran Bea Masuk dan PDRI adalah (sesuai prioritas): 1. Bank devisa persepsi/pos persepsi 2. Kantor bea dan cukai, hanya dalam hal: Tidak terdapat bank devisa persepsi/pos persepsi; atau Untuk barang impor awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang penumpang

Jenis penerimaan yang dikelola DJBC menurut KMK nomor: Bea masuk (412111) Bea masuk ditanggung pemerintah atas hibah (SPM) nihil (412112) Denda administrasi pabean (412113) Penerimaan pabean lainnya (412119) Cukai hasil tembakau (411511) Cukai etil alkohol (411512) Cukai minuman mengandung etil alkohol (411513) Penerimaan cukai lainnya (411519) Denda administrasi cukai (411514) PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak)/pendapatan DJBC (423146)

125

Pajak pertambahan nilai (PPN) impor (411212) Pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) impor (411222) Pajak penghasilan pasal 22 (pph pasal 22) impor (411123) Pungutan ekspor

Dokumen dasar pembayaran : PIB/PIBT (Pemberitahuan Impor Barang Tertentu) CD (Custom Declaration) PPKP SPKPBM, surat teguran, surat paksa, dll SPSA Surat tagihan untuk PNBP

Tanda bukti pembayaran SSPCP SSCP BPPCP SSBP BPBP

Apabila importir atau eksportir tidak mampu membayar tunai, maka diperbolehkan menggunakan jaminan berbentuk : Jaminan tunai (uang tunai). Secara aturan dapat langsung diserahkan uang tunai di kantor bea cukai namun lebih disarankan langsung disetor ke rekening giro a.n. Bendahara penerima (Bank Mandiri) dengan slip setoran bukan dengan SSPCP. Bukti slip setoran diserahkan ke bea cukai untuk mendapatkan BPJ (Bukti Penerimaan Jaminan). Jaminan tunai bersifat lebih fleksibel karena tidak ada jangka waktu. Jaminan bank (bank guarantee). Jaminan bank harus diterbitkan bank devisa persepsi. Bentuk format bank garansi baku, ditetapkan oleh Menkeu. Jumlah yang dijaminkan sebesar BM, PDRI atau denda administrasi yang terhutang. Penagihan aktif dilakukan terhadap bank dengan tidak menghilangkan tuntutan kepada importir jika bank tidak dapat memenuhi kewajibannya.

126

Jaminan asuransi (customs bond). CB diterbitkan oleh perusahaan asuransi yang telah mendapat izin dari Menkeu untuk menerbitkan CB. Bentuk format baku, ditetapkan oleh Menkeu. Jumlah yang dijaminkan sebesar BM, PDRI atau denda administrasi yang terhutang. Penagihan aktif dilakukan terhadap perusahaan asuransi dengan tidak menghilangkan tuntutan kepada importir jika perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya.

Jaminan tertulis. Perusahaan/eksportir/importir yang dapat menggunakan jaminan tertulis adalah: Instansi pemerintah; Importir yang mengimpor barang untuk pengerjaan proyek-proyek pemerintah; Importir produsen atau importir yang mempunyai angka pengenal importir terbatas (APIT); Importir penerima fasilitas jalur prioritas; Perusahaan pelayaran dan perusahaan penerbangan yang menerima fasilitas impor sementara. Dengan syarat : Dapat menunjukkan bukti kepemilikan aset/kekayaan perusahaan; Tidak mempunyai utang pajak dalam 2 (dua) tahun terakhir yang melebihi jumlah aset perusahaan; Mempunyai reputasi yang baik.

Bentuk jaminan baku dan bermaterai. Perusahaan yang akan menggunakan jaminan tertulis harus mengajukan permohonan kepada kepala kantor. Kepala kantor dengan pertimbangan tertentu dapat menolak meskipun perusahaan sudah memenuhi kategori/syarat di atas. Penolakan tersebut lebih didasarkan risiko yang tinggi atas jaminan tertulis dan beban tanggung jawab akan ditanggung oleh kepala kantor jika ada jaminan tertulis yang kemudian bermasalah. Jangka waktu jaminan adalah jangka waktu fasilitas ditambah 30 hari (terutama impor sementara dan vooruitslag). Fasilitas-fasilitas ataupun kondisi yang memerlukan jaminan : Impor sementara Vooruitslag (penangguhan) Fasilitas KITE (Kemudahan Impor Tujuan Ekspor) Subkon dari kawasan berikat ke DPIL

127

PPJK/PPJT (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan/Pengusaha Pengurusan Jasa Titipan) Keberatan Pengusaha TPS (Tempat Penimbunan Sementara)

Karena pejabat bea dan cukai diwajibkan untuk melakukan konfirmasi atas setiap pengajuan jaminan, maka harus dicantumkan alamat kantor cabang di tempat pengajuan beserta nomor telepon untuk konfirmasi. Untuk memperkuat legalitas, harus ada tanda tangan, nama pejabat yang tanda tangan, stempel perusahaan/bank dan materai. Besar jaminan ditentukan sebagai berikut: Tabel 3. Besar Jaminan Pembayaran Pungutan Negara Keperluan Impor sementara/ Besar Jaminan Sebesar bea masuk dan pungutan pajak dalam rangka impor (PDRI)

vooruitslag/BC 1.2 / BC 2.5 PPJK PJT (Perusahaan Jasa Titipan) TPS

Untuk KPU Rp 250 juta sesuai Perdirjen P-22/BC/2007 Besarnya ditetapkan kepala kantor sesuai volume kerja (ada Skep penetapan besaran jaminan) sesuai Perdirjen P-05/BC/2006 (Perdirjen P-20/BC/2007) Sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) untuk setiap hektar (ha) luas lapangan untuk lapangan penimbunan dan lapangan penimbunan peti kemas; Sebesar Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) untuk setiap seribu meter kubik (1000m3) volume ruang bangunan untuk gudang penimbunan; dan Sebesar Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk setiap kiloliter (kl) kapasitas untuk tangki penimbunan.

128

Tabel 4. Tata Cara Pengisian Garansi Bank/Customs Bond Keperluan Impor sementara/ vooruitslag Pengisian kolom Fasilitas impor sementara/vooruitslag Nomor ........(diisi nomor keputusan persetujuan kepala kantor) Tanggal.........(diisi tanggal keptusan persetujuan kepala kantor) Jika nomor dan tanggal keputusan belum ada, dibiarkan kosong BC1.2 atau BC 2.5 Fasilitas................. Nomor ........ Tanggal......... Dibiarkan tetap kosong PJK, TPS (untuk jaminan bank ) Impor sementara/ vooruitslag/BC 1.2 /BC 2.5 PJT atau Fasilitas PPJK / PJT / TPS Nomor ........(diisi no kep penetapan PPJK/PJT/TPS) Tanggal........(diisi tgl kep penetapan PPJK/PJT/TPS) Harus diisi, karena kep pasti sudah ada PIB/PIBT/SPKPBM/PPSAD/invoice..*)nomor tanggal ................. Diisi nama dokumen PPSAD, nomor dan tanggalnya, jika belum diketahui nomor dan tanggal ppsad, disi nama dokumen invoice, nomor dan tanggal invoice PPJK atau PJT, TPS (untuk jaminan bank) Tidak memenuhi kewajibannya kepada kantor pelayanan utama bea dan cukai tipe B batam berupa penyelesaian bea masuk dan pungutan impor lainnya atas barang-barang yang diimpor berdasarkan PIB/PIBT/SPKPBM/................*) nomor ........................, tanggal Kata-kata diatas dicoret/tanda xx/atau dihilangkan PPJK atau PJT, TPS (untuk customs bond ) Atas barang-barang yang diimpor berdasarkan ........................,

PIB/PIBT/SPKPBM/....*) tanggal izin.. Nomor : PPJK, sesuai surat keputusan fasilitas tanggal (diisi tgl kep penetapan PPJK/PJT/TPS) nomor : ..... (diisi no kep penetapan PPJK/PJT/TPS)

129

Keperluan

Pengisian kolom Tanggal dan no kep penetapan PPJK/PJT/TPS wajib diisi karena sdh pasti ada.

Sedangkan kerangka waktu kerja penyetoran, penyerahan jaminan, sampai penyitaan dilakukan dengan berdasarkan gambar berikut:

Gambar 21. Timeline Penagihan Terhadap Garansi Bank Dan Customs Bond

5.5. Fasilitas Pembebasan dan Keringanan Bea Masuk


Untuk memberi kepastian hukum dan fasilitasi perdagangan, UU Kepabeanan juga mengatur fasilitas-fasilitas kepabeanan yang dapat diperoleh oleh importir dan eksportir. Fasilitas kepabeanan yang diatur dalam bab V itu terdiri dari tidak dipungutnya bea masuk, pembebasan, keringanan, serta pengembalian bea masuk.

130

1) Tidak dipungut Bea Masuk Barang yang dimasukkan ke dalam Daerah Pabean untuk diangkut terus6 atau diangkut lanjut7 ke luar Daerah Pabean tidak dipungut Bea Masuk. Pada dasarnya barang dari luar Daerah Pabean sejak memasuki Daerah Pabean sudah terutang Bea Masuk, namun mengingat barang tersebut tidak diimpor untuk dipakai, maka barang tersebut tidak dipungut Bea Masuk.

2) Pembebasan Bea Masuk Pembebasan Bea Masuk yang diberikan sesuai pasal 25 UU Kepabeanan adalah pembebasan yang bersifat mutlak. Sehingga, jika persyaratan yang diatur dalam pasal ini dipenuhi, barang yang diimpor tersebut diberi pembebasan, dalam arti Bea Masuk yang diwajibkan ditiadakan seluruhnya. Pembebasan Bea Masuk diberikan terhadap barangbarang berikut ini: a. barang milik atau untuk keperluan perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik, termasuk pejabat pemegang paspor diplomatik dan keluarganya di Indonesia; b. barang milik atau untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar pada Pemerintah Indonesia beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia. Pembebasan ini tidak diberikan kepada pejabat badan internasional yang memegang paspor Indonesia. c. buku ilmu pengetahuan; d. barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, atau kebudayaan8; e. barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum; f. barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan9;
Yang dimaksud dengan barang diangkut terus adalah barang impor yang diangkut melalui Kantor Pabean tanpa melalui suatu pembongkaran terlebih dahulu. 7 Sedangkan yang dimaksud dengan barang diangkut lanjut adalah barang impor yang diangkut melalui suatu Kantor Pabean melalui pembongkaran terlebih dahulu. 8 Yang dimaksud "barang untuk keperluan ibadah umum" adalah barang-barang yang semata-mata digunakan untuk keperluan ibadah dari setiap agama yang diakui di Indonesia. Sedangkan yang dimaksud dengan "barang keperluan amal dan sosial" adalah barang yang semata-mata ditujukan untuk keperluan amal/sosial dan tidak mengandung unsur komersial, seperti bantuan untuk bencana alam atau pemberantasan wabah penyakit. Terakhir, yang dimaksud dengan "barang untuk keperluan kebudayaan" adalah barang yang ditujukan untuk meningkatkan hubungan kebudayaan antarnegara. Pembebasan Bea Masuk diberikan berdasarkan rekomendasi dari departemen terkait.
6

131

g. barang untuk keperluan khusus kaum tuna netra dan penyandang cacat lainnya; h. persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer, termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara; i. barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara; j. barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan, yang diimpor khusus sebagai contoh, antara lain untuk keperluan produksi (prototipe) dan pameran dalam jumlah dan jenis yang terbatas, baik tipe maupun merek; k. peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah; l. barang pindahan10; m. barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas nilai pabean dan/atau jumlah tertentu11; n. obat-obatan yang diimpor dengan menggunakan anggaran pemerintah yang

diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat; o. barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan, dan pengujian12; p. barang yang telah diekspor, kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama13; q. bahan terapi manusia, pengelompokan darah, dan bahan penjenisan jaringan14;

Yang dimaksud dengan barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan yaitu barang atau peralatan yang digunakan untuk melakukan penelitian/riset atau percobaan guna peningkatan atau pengembangan suatu penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembebasan bea masuk diberikan berdasarkan rekomendasi dari kementerian terkait. 10 Barang pindahan yaitu barang-barang keperluan rumah tangga milik orang yang semula berdomisili di luar negeri, kemudian dibawa pindah ke dalam negeri. 11 Barang kiriman adalah barang yang dikirim adalah barang yang dikirim oleh pengirim tertentu di luar negeri kepada penerima tertentu di dalam negeri. 12 Yang dimaksud dengan "perbaikan" adalah penanganan barang yang rusak, usang, atau tua dengan mengembalikannya pada keadaan semula tanpa mengubah sifat hakikinya. Yang dimaksud dengan "pengerjaan" adalah penanganan barang, selain perbaikan tersebut di atas, juga mengakibatkan peningkatan harga barang dari segi ekonomis tanpa mengubah sifat hakikinya. Pengajuan meliputi pemeriksaan barang dari segi teknik dan menyangkut mutu serta kapasitasnya sesuai dengan standar yang ditetapkan. Pembebasan atau keringanan dalam hal ini hanya dapat diberikan terhadap barang dalam keadaan seperti pada waktu diekspor, sedangkan atas bagian yang diganti atau ditambah dan biaya perbaikan tetap dikenakan Bea Masuk 13 Pembebasan Bea Masuk dapat diberikan terhadap barang setelah diekspor, diimpor kembali tanpa mengalami suatu proses pengerjaan atau penyempurnaan apa pun, seperti barang yang dibawa oleh penumpang ke luar negeri, barang keperluan pameran, pertunjukan, atau perlombaan. Terhadap barang lain yang diekspor untuk kemudian karena suatu hal, diimpor kembali dalam keadaan yang sama dengan ketentuan segala fasilitas yang pernah diterimanya dikembalikan. 14 Bahan terapi manusia, pengelompokan darah, dan bahan penjenisan jaringan yaitu:

132

Orang yang tidak memenuhi ketentuan tentang pembebasan Bea Masuk dan menyalahgunakan fasilitas pembebasan atau keringanan yang diberikan, jika

mengakibatkan kerugian pada penerimaan negara, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar seratus persen dari Bea Masuk yang seharusnya dibayar.

3) Pembebasan Atau Keringanan Bea Masuk Pembebasan Bea Masuk yang diberikan adalah pembebasan yang relatif, dalam arti bahwa pembebasan yang diberikan didasarkan pada beberapa persyaratan dan tujuan tertentu, sehingga terhadap barang impor dapat diberikan pembebasan atau hanya keringanan 15 Bea Masuk. Pembebasan atau keringanan Bea Masuk diberikan kepada barang-barang berikut ini : a. barang dan bahan dalam rangka pembangunan dan pengembangan industri dalam rangka penanaman modal; b. mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri16; c. peralatan dan bahan yang digunakan untuk mencegah pencemaran lingkungan; d. bibit dan benih untuk pembangunan dan pengembangan industri pertanian, peternakan, atau perikanan; e. hasil laut yang ditangkap dengan sarana penangkap yang telah mendapat izin dari pemerintah RI, baik kapal tersebut berbendera Indonesia atau asing;

a. bahan terapi yang berasal dari manusia, yaitu darah manusia serta turunannya (derivatif) seperti darah seluruhnya, plasma kering albumin, gamaglobulin, fibrinogen serta organ tubuh. b. bahan pengelompokkan darah yang berasal dari manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, atau sumber lain. c. bahan penjenisan jaringan yang berasal dari manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, atau sumber lain. 15 Yang dimaksud dengan "keringanan Bea Masuk" adalah pengurangan sebagian pembayaran Bea Masuk yang diwajibkan.
16

Yang dimaksud dengan mesin untuk pembangunan dan pengembangan industri adalah setiap mesin, permesinan, alat perlengkapan instalasi pabrik, peralatan, atau perkakas yang digunakan untuk pembangunan dan pengembangan industri. Pengertian pembangunan dan pengembangan industri meliputi pendirian perusahaan atau pabrik baru serta perluasan (diversifikasi) hasil produksi, modernisasi, rehabilitasi untuk tujuan peningkatan kapasitas produksi dari perusahaan atau pabrik yang telah ada.

133

f. barang yang mengalami kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan, atau penyusutan volume atau berat karena alamiah antara saat diangkut ke dalam Daerah Pabean dan saat diberikan persetujuan impor untuk dipakai; g. barang oleh Pemerintah pusat atau Pemerintah daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum, misalnya proyek pemasangan lampu jalan umum; h. barang dengan tujuan untuk diimpor sementara; i. barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain dengan tujuan untuk diekspor. Fasilitas ini merupakan fasilitas untuk menghilangkan beban yang dipikul oleh mportir produsen yang akan memberikan nilai tambah terhadap barang atau bahan impor dimaksud dengan cara mengolah, merakit, atau memasangnya pada barang lain, kemudian mengekspor barang jadinya.

4) Pengembalian Bea Masuk Pengembalian Bea Masuk dapat diberikan terhadap seluruh atau sebagian Bea Masuk yang telah dibayar atas : a. kesalahan tata usaha antara lain adalah kesalahan tulis, kesalahan hitung, atau kesalahan pencantuman tarif. b. kelebihan pembayaran Bea Masuk yang disebabkan Keputusan Pejabat Bea dan Cukai tentang tarif dan nilai pabean dan Penetapan Kembali Direktur Jenderal Bea dan Cukai tentang tarif dan nilai pabean; c. impor barang yang setelah dibayar Bea Masuk-nya kemudian mendapat fasilitas pembebasan atau keringanan Bea Masuk; d. impor barang yang oleh sebab tertentu harus diekspor kembali atau dimusnahkan di bawah pengawasan Pejabat Bea dan Cukai17; e. impor barang yang sebelum diberikan persetujuan impor untuk dipakai kedapatan jumlah yang sebenarnya lebih kecil daripada yang telah dibayar bea masuknya, cacat, bukan barang yang dipesan, atau berkualitas lebih rendah; atau

17

Yang dimaksud dengan "sebab tertentu" pada ayat ini adalah bahwa hal tersebut bukan merupakan kehendak importir, melainkan disebabkan oleh adanya kebijaksanaan Pemerintah yang mengakibatkan barang yang telah diimpor tidak dapat dimasukkan ke dalam Daerah Pabean sehingga harus diekspor kembali atau dimusnahkan dibawah pengawasan Pejabat Bea dan Cukai dalam kondisi yang sama.

134

f. kelebihan pembayaran Bea Masuk sebagai akibat putusan lembaga banding (Pengadilan Pajak).

5.6. Pembebasan Bea Keluar


Menurut Peraturan Pemerintah (PP) 55/2008, terdapat delapan jenis barang ekspor yang bebas bea keluar, antara lain: a. barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia. Namun ketentuan berlaku asas timbal balik. Artinya di negara para pejabat asing, juga menerapkan aturan yang sama. b. barang untuk keperluan museum, barang ekspor untuk kebun binatang dan konservasi alam. c. barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. d. barang contoh yang tidak diperdagangkan. e. barang pindahan. f. barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas. g. barang asal impor yang kemudian diekspor kembali. h. barang ekspor yang akan diimpor kembali.

Pertimbangan utama pembebasan bea keluar diatas adalah bahwa pembebasan ini tidak akan mempengaruhi ketersediaan bahan baku untuk industri dalam negeri dan kebijakan itu dimaksudkan untuk melindungi sumber daya alam di dalam negeri. Serta, untuk menjaga hubungan baik dalam kerjasama ekonomi dengan negara lain.

Bahan Diskusi: Menentukan Pungutan Negara Dalam Rangka Ekspor Impor Tentukan berbagai pungutan negara dalam rangka ekspor impor pada kasus kegiatan ekspor impor di berbagai perusahaan berikut:

Kasus 1: Hitunglah jumlah Bea Masuk dan PDRI yang seharusnya dibayar oleh PT. Cantik yang mengimpor majalah (BM 5%) senilai Rp. 100.000,-.

135

Kasus 2: Hitunglah jumlah Bea Masuk dan PDRI yang seharusnya dibayar oleh PT. Sansan Wawa yang mengimpor HP (BM 0%) seharga $ 500. PT Sansan Wawa menggunakan jasa titipan pos dan dikenai ongkos kirim $ 50. Barang masuk ke Indonesia pada tanggal 14 Juli 2009.

136

Вам также может понравиться